SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Boe Beng San Djin 
Perusahaan angkutan Wie Wan Po Kiok di djalan Tiang-lok-kee di kota Thiantjin, 
adalah milik seorang ahli silat she Ho nama In Tee, jang namanja sudah sekian 
tahun harum dalam dunia silat di antara tjabang-tjabang atas di kalangan Liok-lim. 
Karena selain dia mempunjai perhubungan jang erat dan luas dengan para 
pengusaha piokiok jang lain-lainnja, diapun sangat disegani orang tentang ilmu 
silatnja, jang di kalangan Kangouw terkenal dengan nama Bie-tjiong-ge. 
Ketika tjeritera ini terdjadi, HoIn Tee telah masuk usia 60 tahun.Tetapi meski 
dia sudah berusia landjut, kepandaiannja memainkan 18 matjam sendjata masih 
tidak berbeda dengan keadaan waktu dia berusia 40. 
Di kantor perusahaan pengangkutannja selain dia mempunjai pembantu-pembantu 
jang tinggi ilmu silatnja dan boleh dipertjaja, diapun dibantu oleh sembilan 
orang anaknja, jang rata-rata mendapat pendidikan silat di bawah pimpinan ajah 
mereka sendiri; karena ilmu silat Bie-tjiong-ge ini tidak dapat dijakinkan oleh 
sembarang orang, apabila peserta dalam pendidikan tersebut bukannja keluarga Ho 
sendiri. 
Bahkan keluarga perempuan In Tee sekalipun, tidak diperbolehkan turut 
mejakinkan ilmu tersebut; karena dikuatir djika keluarga perempuan itu menikah 
pada keluarga lain, keluarga perempuan itu nanti mewariskan ilmu Bie-tjiong-ge 
itu kepada anak-tjutju mereka jang bukannja berasal dari she Ho. 
Oleh sebab itu, tidaklah heran djika orang luar tidak dapat mejakinkan atau 
mengetahui djalan-djalan ilmu pukulan dan tendangan jang merupakan keistimewaan 
Bie-tjiong-ge, jang mendjadi ilmu keturunan keluarga Ho. 
Banjak orang-orang gagah jang mendjadi sahabat karib In Tee telah mentjobaakan 
turut mejakinkan ilmu silat tersebut, tetapi dengan sikap jang manis tapi 
bermaksud menolak keras ia telah sengadja mengatakan, bahwa ilmu silat Bie-tjiong- 
ge itu sifatnja sama sadja seperti ilmu silat jang lain-lainnja. 
Tetapi djawaban itu tidak tjukup membikin orang djadi puas dengan begitu 
sadja.Bahkan antaranja ada jang merasa sangat penasaran oleh karena 
permintaannja itu ditampik.Tidak sedikit jang telah mentjoba buat mengintip In 
Tee waktu melatih kesembilan anak-anaknja jang telah dikatakan di atas. 
Beberapa tahun telah lalu dengan tanpa terasa.Pada suatu hari ketika In Tee 
sedang berbaring diatas randjang dalam keadaan sakit, tiba-tiba ada seorang 
pegawai masuk dan melaporkan, bahwa diluar ada seorang tinggi besar bernama Tio 
Tjoe Tian, jang sengadja berkundjung untuk 'membereskan' suatu perhitungan. 
In Tee jang mendengar laporan itu, dengan segera ingat pada peristiwa sembilan 
tahun jang lampau, dimanaia telah bertanding dan berhasil merobohkan seorang 
kepala kampak jang di kalangan Lioklim terkenal dengan nama djulukan Tjian-kin 
Tio atau Tio si Seribu-kati, karena tenaganja amat kuat. 
SementaraIn Tee jang seolah-olah mempunjai djuga firasat bersamaan dengan 
maksud jang dikandung oleh sahabat-sahabatnja itu, lalu dengan diam-diam telah 
melepas mata-mata untuk mengintai gerak-gerik mereka.Tetapi perbuatan itu telah 
dilakukan begitu rahasia, sehingga fihak sahabat-sahabat In Tee hampir tidak 
mendusin dengan adanja pendjagaan itu. Sedang sahabat-sahabat itu karena melihat 
maksudnja selalu gagal sadja, maka lama-kelamaan merasa djadi bosen buat 
melakukan pengintipan terus karena meski sudah beberapa kali mereka dapat 
memasuki halaman tempat berlatih ilmu silat dari keluarga Ho, tetapi belum
pernah ada satu kali mereka dapat pergoki In Tee memberi peladjaran ilmu silat 
Bie-tjiong-ge pada anak-anaknja. 
Dan djika toh ada djuga jang berlatih, itulah bukan HoIn Tee dan kesembilan 
orang anak-anak-nja, tetapi pengawal-pengawal kereta pio sadja jang ilmu 
silatnja kurang berharga untuk disaksikan. Demikianlah sebab-sebabnja, mengapa 
makin lama mereka djadi makin malas untuk melakukan pengintipan, dan paling 
belakang hanja ada beberapa orang sadja jang masih berkeras hati buat 
melandjutkan pengintipan itu. Dan achirnja hanja seorang sadja diantara 
pengintip-pengintip itu jang telah berhasil melihat HoIn Tee mempeladjari ilmu 
Bie-tjiong-ge pada anak-anaknja hingga bertahun-tahun lamanja dengan tidak 
memikirkan djerih-pajah atau bosen dalam usaha pengintipannja itu. 
Ketika itu Tjian-kin Tio atau Tio Tjoe Tian ini, telah berdjandji akan 
berdjumpa pula dengan Ho In Tee, apabila Tuhan Jang Maha Kuasa berikan dia 
pandjang umur. SedangkanIn Tee jang merasa bahwa Tjoe Tian tidak bakal mampu 
mengalahkan padanja meski dia berlatih pula sepuluh tahun lagi, dengan tertawa 
menghina ia berkata: "Tio Tjoe Tian!djangankan baru beberapa tahun sadja, 
walaupun 50 tahun akan kuberikan djuga tempo Untuk kau membalas sakit hatimu 
ini!" 
Tio Tjoe Tian bukan main gusarnja dan segera pergi dengan tidak banjak bitjara. 
Selandjutnja karena In Tee menganggap bahwa ilmu Bie-tjiong-ge jang mendjadi 
ilmu silat turunan she Ho tidak ada bandingannja didunia ini, maka peristiwa di 
atas lekas djuga dilupakan, dan tidak disangka-sangka bahwa Tjoe Tian jang 
dianggap 'sepi' achirnja telah datang djuga untuk 'membikin perhitungan'. 
Ho In Tee sama sekali bukan takut terhadap si kepala kamipak itu; tetapi 
mengingat bahwa pada waktu itu ia sedang sakit, maka ia lalu perintah anaknja 
jang sulung Goan Hoen buat pergi memberitahukan pada Tio Tjoe Tian, agar supaja 
Tjoe Tian sudi kembali pula lain hari sadja, apabila ia (In Tee) sudah sembuh 
dari penjakitnja. 
Tetapi Tjoe Tian jang mendengar omongan itu, dengan tertawa menjindir lalu 
berkata: "Kasihan benar ajahmu itu!Sekarang karena sudah telandjur aku datang 
kesini, biarlah selama ajahmu sakit aku turunkan sadja dahulu papan merk Wie Wan 
Pio Kiok itu.Apabila penjakit ajahmu sudah sembuh, barulah kita nanti berunding 
pula!" 
Goan Hoen djadi mendongkol dan lalu membentak: "Tio Tjoe Tian!Disini bukan 
tempatnja untuk sembarang orang mengundjuk lagak tengik!" Tetapi Tio Tjoe Tian 
tidak mau meladeni, dan segera djuga hendak turunkan dengan paksa papan merk 
perusahaan angkutan keluarga Ho itu, hingga Goan Hoen jang sudah tak dapat 
menahan sabar pula, lalu menggunakan pukulan Tan-tjiong-tjiang buat mendjotos 
dadanja tetamu jang tidak diundang itu. 
Tetapi Tjoe Tian jang tidak kalah sebat dengan pemuda she Ho ini, lekas 
miringkan badannja buat berkelit, hingga pukulan Goan Hoen tadi telah mengenai 
tempat kosong.Goan Hoen djadi kaget, buru-buru ia merobah ilmu pukulannja dari 
bagian atas menggentus ke bawah dengan memakai tipu Tjiong-thian-pauw-koan, buat 
kemudian dengan kepelannja jang kiri hendak tjoba 'gandjel' djanggutnja Tjoe 
Tian. Tetapi Tjoe Tian jang seolah-olah telah dapat menebak maksud lawannja, 
buru-buru mengegos sambil mengedjek dan berkata: "Masih hidjau!Engkau harus 
beladjar lebih giat buat bisa bertanding dengan aku!" 
Goan Hoen djadi semakin marah.Laluia mengangsek pada sang musuh dengan 
mempergunakan pukulan-pukulan jang mendjadi bagian-bagian jang amat lihay dari 
ilmu Bie-tjiong-ge. Loei-seng-toei, Tjwan-hoa-tjioe, Tjo-yoe-go-hie, Leng-mauw-pouw- 
tjie, Kie-eng-pok-touw, satu-per-satuia telah obral buat lekas dapat 
merobohkan musuhnja, tetapi hasilnja ternjata nihil semua.Karena bukan sadja 
Tjoe Tian tidak dapat diakali mentah-mentah oleh pemuda she Ho itu, bahkan dia 
sendiri sebaliknja telah sengadja melawan sambil mengganda tertawa. Dan tatkala 
Goan Hoen berlaku sedikit lambat dalam penjerangannja, Tjoe Tian segera barengi
menerdjang madju sambil membentak: "Enjahlah kamu dari hadapanku!" 
Goan Hoen hampir-hampir tidak dapat melihat tjara bagaimana kepalannja telah 
disampok oleh Tjoe Tian.Dan sebelumia sempat menghindarkan diri dari ilmu 
pukulan Kioe-tjoan-tan-seng jang didjudjukan ke djurusan mukanja, tiba-tiba ia 
merasakan dirinja terangkat dan kemudian djatuh terlentang kena disapu oleh kaki 
Tjoe Tian jang menjamber di luar dugaannja. 
Gedebuk!Begitulah Goan Hoen djatuh bagaikan buah nangka jang djatuh ke muka 
bumi. 
HoIn Tee jang mendengar suara ribut-ribut mengerti bahwa di luar tentu terbit 
perkelahian, segera perintah beberapa pegawainja buat gotong ia keluar dengan 
diiringi oleh kedelapan anak-anak jang lainnja. 
Pada waktuia diusung sampai di luar, In Tee masih keburu menjaksikan dengan 
mata-kepala sendiri bagaimana anaknja jang sulung telah kena dirobohkan oleh 
musuhnja, jang pada sembilan tahun jang lampau telah dipetjundangi olehnja 
dengan tanpa mengalami kesukaran apa-apa. 
"Tjelaka!" orang tua itu berteriak dengan tanpa terasa pula. 
Sementara Goan Kok dan Goan Hay jang melihat kakak mereka telah dipetjundangi 
orang, dengan berbareng madju menjerang pada Tio Tjoe Tian sambil berseru: 
"Orang she Tio!kami mendatangi!" 
"Kamu berduapun tiada bedanja dengan kakakmu!" menjindir si Seribu-kati. 
Sambil berkata begitu, Tjoe Tian telah menggunakan ilmu Hoen-soei-tjiang buat 
meladeni kedua saudara Ho itu. 
Selama pertempuran itu berlangsung, In Tee dapat kenjataan, toahwa ilmu 
kepandaiannja Tjoe Tian telah dapat kemadjuan bukan sedikit.Dan djikalau 
dahuluia bisa menempur sang musuh dengan tiada mendapat kesukaran apa-apa, 
adalah sekarang ia kuatir akan berbalik kena dikalahkan, apabila ia turut 
tjampur tangan dalam pertempuran itu. Karena selain ia sakit, dengan samar-samar 
ia kenali, bahwa sesuatu ilmu pukulan jang dipergunakan Tjoe Tian untuk meladeni 
bertermpur kedua anaknja, seolah-olah hampir seluruhnja keluar dari bagian-bagian 
ilmu Bie-tjiong-ge jang mendjadi ilmu silat turunan keluarga Ho dan amat 
dirahasiakan itu.Tetapi tjara bagaimanakah ilmu pukulan itu bisa 'masuk angin' 
dan dipeladjari oleh orang luar? 
In Tee belum sempat berpikir terus, ketikaia mendengar puteranja jang kedua 
Goan Kok berteriak: "Aja!"Dan berbareng dengan terputusnja suara teriakan itu, 
si pemuda itu telah terlempar kira-kira sepuluh kaki djauhnja.Satu lengannja 
Goan Kok telah patah, karena akibat djatuh terbanting kena tertendang oleh Tio 
Tjoe Tian. Sedangkan Goan Hay jang ternjata bukan tandingan si Seribu-kati, 
tidak antara lamapun telah dapat djuga dirobohkan lawannja dalam keadaan tidak 
ingat orang! 
Dalam keadaan begitu, tidak usah dikatakan lagi berapa besar rasa djengkel dan 
marahnja Ho In Tee, lebih-lebih karena ia ada dalam sakit dan tak dapat menuntut 
balas atas hinaan jang telah dilempat keatas dirinja oleh sang musuh jang pernah 
dipetjundangi serta dihinakannja pada sembilan tahun jang lampau itu. Dan 
djikalau hinaan itu tidak dapat dilbersihlkan dengan dja-lan merobohkan Tio Tjoe 
Tian, nistjajanama baik keluarga Ho jang terkenal berikut Bie-tjiong-genja akan 
lenjap dari dunia silat. Dan bersamaan dengan itu, tamatlah pula riwajat Wie Wan 
Pio Kiok jang telah harum namanja hampir seperempat abad lamanja 
dikotaThiantjin. Oleh sebab itu, tjara bagaimanakahia mesti berbuat dalam 
keadaan mendesak serupa itu? 
Sementara itu Tjoe Tian jang telah berhasil merobohkan tiga orang anak 
musuhnja, sambil membusungkan dada dan dengan suara sombong berkata: "Bagaimana 
sekarang?Apakah engkau menerima kalah dan pertempuran ini hendak disudahi sampai
disini sadja?" 
In Tee belum sempat mendjawab, ketika dari dalam rumah terdengar seorang jang 
berseru: "Tio Tjoe Tian!Engkau belum boleh mendjagoi pada sebelum bertanding dan 
merobohkan aku!" 
Dan ketika orang menoleh kearah suara tadi, barulah diketahui, bahwa orang jang 
berseru itu bukan lain daripada putera HoIn Tee jang keempat, Goan Kah namanja, 
jang karena berbadan kenji, maka telah diasingkan dari pengadjaran ilmu silat 
oleh ajahnja. 
Maka In Tee jang mengetahui bahwa Goan Kah belum pernah mejakinkan ilmu silat, 
sudah tentu sadja djadi semakin kuatir, ketika mendengar anak itu hendak 
bertanding dengan Tio Tjoe Tian, jang selain ilmu kepandaiannja amat tinggi, 
djuga ia berani akui tidak ada dibawah daripada dirinja sendiri! Maka apabila 
Goan Kah benar-benar bertanding denganTjoe Tian,iapertjaja sang anakakan 
mengalami lebih banjak ketjelakaan daripada kemenangan. Oleh sebab itu, dengan 
tidak berajal lagiia segera melarang Goan Kah buat melandjutkan pertempuran itu. 
Tetapi Goan Kah jang hatinja telah dibakar oleh kata-kata Tjoe Tian jang begitu 
sombong, bukan sadja tidak menghiraukan larangan ajahnja, tapi segera lompat ke 
tengah lataran sambil berseru: "Orang she Tio! Ajomari , engkau boleh madju buat 
terima adjaran!" 
Tio Tjoe Tian tertawa menjindir dan menuding pada Ho Goan Kah sambil berkata: 
"Engkau tidak perlu buka mulut besar di hadapan leluhurmu! 'Ni sedikit hadiah 
kau boleh terima!" 
Sambil berkata begitu, Tjoe Tian lalu menggerakkan tangannja buat mengorek 
sepasang bidji mata Goan Kah dengan menggunakan tipu Djie-liong-tjhio-tjoe. 
Ho In Tee terkedjut, karena ia mengerti bahwa pukulan itu amat berbahaja, bukan 
sadja terhadap Goan Kah jang dianggap tidak mengerti ilmu silat, bahkan orang-orang 
jang paham ilmu silat sekali pun tidak sedikit jang telah kena ditjelakai 
oleh ilmu pukulan tersebut. 
Tetapi, di luar dugaan sang ajah, bukan sadja Goan Kah tidak mendjadi gugup, 
tetapi sebaliknjaia segera menggerakkan sepasang telapakan tangannja dengan 
menggunakan tipu Eng-hong-koet-lioe, hingga tangan Tio Tjoe Tian jang kena 
ditangkis oleh telapakan tangan Ho Goan Kah, di seketika itu djuga djadi 
terpental dan luput dari sasarannja! 
Orang she Tio itu terperandjat.Lalu ia berniat akan merubah taktik silatnja, 
tetapi gerakan-gerakan Ho Goan Kah jang semakin lama semakin tjepat, telah 
membikin ia tidak sempat buat berpikir, hingga djika ia semula mendjadi 
penjerang, lambat-laun telah kena terdesak dan sekarang berbalik mendjadi pihak 
jang diserang. Dan begitu selandjutnjaia hanja bisa mendjaga diri, tetapi tidak 
mampu balas menjerang pada Goan Kah. Hingga Ho Goan Kah jang melihat dirinja 
berada di atas angin, sambil tersenjumia sengadja membikin panas hati Tio Tjoe 
Tian dengan mengatakan: "Tio Soehoe!mengapakah engkau berlaku seedji buat balas 
menjerang kepadaku?Apakah barangkali tipu silatmu sudah habis dipergunakan tadi, 
hingga pertempuran ini perlu ditunda dahulu sampai esok atau lain tahun?" 
Tio Tjoe Tian bukan main marahnja mendengar edjekan itu.Tetapi HoIn Tee dan 
anak-anak jang lainnja djadi sangat kagum menjaksikan ilmu kepandaian silat Ho 
Goan Kah, jang ternjata lebih lihay daripada saudara-saudaranja jang pernah 
dilatih sekian tahun lamanja oleh ajah mereka. 
Dan tatkala pertempuran itu telah sampai pada titik jang terhebat, Tio Tjoe 
Tian seakan-akan merasa dirinja diserang dan dikerojok dari delapan pendjuru 
oleh bukan satu Ho Goan Kah, tetapi entah ada beberapa Ho Goan Kah jang madju 
menerdjang dengan bergantian! 
Hingga HoIn Tee dan anak-anak serta pegawai-pegawainja jang menjaksikan
pertempuran itu, djadi heran dan tidak mengerti sedjak kapan Goan Kah 
mempeladjari ilmu silat. SedangIn Tee sendiri jang menjaksikan ilmu Bie-tjiong-ge 
jang ditundjukkan oleh Goan Kah berlainan sedikit dengan apa jang ia ketahui, 
sudah tentu sadja dengan diam-diam djadi bertanja pada diri sendiri: "Siapakah 
guru anakku ini?Dan tjara bagaimana ilmu silat turunan ini bisa terdjatuh dan 
dipeladjari oleh orang luar?" 
Orang tua ini belum sempat berpikir lebih djauh, ketika ia mendengar Tjoe Tian 
mendjerit dan terpental sehingga beberapa belas kaki djauhnja, kena tendangan Ho 
Goan Kah jang kemudian terkenal dengan nama Tjhit-tjap-djie-louw Tantoei atau 
ilmu tendangan 72 djalan. 
Tendangan itu meski benar-benar keras, tetapi tidak sampai membahajakan djiwa 
Tio Tjoe Tian.Karena Tjoe Tian jang merasa tidak keburu buat menghindarkan diri 
dari tendangan tersebut, buru-buru membuang diri ke belakang dengan menggunakan 
tipu Say-tjoe-hwan-sin, hingga ketika kakinja Ho Goan Kah sampai ke sasarannja, 
Tjoe Tian telah keburu membuang diri dengan ketjepatan jang sangat luar biasa. 
Oleh karena itu, Tjoe Tian terluput dari tendangan geledek Ho Goan Kah jang 
sanggup mengirim djiwa orang jang mendjadi musuhnja ketempat baka! 
Tetapi karena Goan Kah memberi ketikaakan sang lawan itu melandjutkan 
pertempuran maka Tjoe Tian lalu berbangkit dan mulai menerdjang pula dengan 
ilmu-ilmu pukulan jang dapat membinasakan djiwa. Dan kali ini Ho Goan Kah telah 
tjetjer lawannja dengan ilmu-ilmu pukulan lihay dan luar biasa, jang telah 
membikin In Tee sendiri djadi melongo dan tidak mengerti Goan Kah dapat 
peladjari ilmu pukulan itu dari siapa. 
Dalam pada itu Goan Kah jang tidak mau memberi ketika buat musuhnja melakukan 
serangan-serangan seperti tadi, lalu menggunakan ilmu pukulan Hie-boen-koan atau 
Lian-hwan-tjioe jang terdiri dari tiga matjam pukulan dan tendangan, jang 
masing-masing bernama Bie-djin-liak-hwat, Hiong-say-tam-djiauw dan Hwan-tee-tjiong- 
toei. 
Dua matjam pukulan jang pertama telah dapat disingkirkan dengan bagus sekali 
oleh Tio Tjoe Tian, tetapi tendangan Hwan-tee-tjong-toei telah membikinia djadi 
sedikit gugup. 
Hingga Ho Goan Kah jang melihat gerakan musuhnja sedikit kendor, buru-buru 
susulkan ilmu tendangan Kim-kong-tap-pouw kearah kempungan Tio Tjoe Tian, hingga 
si Seribu kati jang tidak keburu berkelit, telah djadi berdjumpalitan di tanah 
sampai beberapa kali, dan sebelum ia bisa berdiri tegak betul, Ho Goan Kah telah 
menendang pula kepadanja dengan menggunakan tipu To-kioe-tjoe-yang.Tendangan itu 
telah mengenai dengan telak ke arah selangkangan Tio Tjoe Tian, hingga dengan 
mengeluarkan djeritan ngeri, orang she Tio itu djatuh meloso dalam keadaan tiga-per- 
empat mati. 
HoIn Tee jang sedang menderita sakit dan menjaksikan kemenangan Goan Kah dalam 
pertempuran itu, tidak terasa lagi djadi bersorak dan merasai penjakitnja 
seakan-akan lenjap hampir separohnja.Hal mana, pun disambut dengan sorak-sorai 
saudara-saudara Goan Kah dan para pegawai Wie Wan Pio Kiok jang turut 
menjaksikan pertempuran itu. 
Kemudian In Tee perintah Goan Kah buat angkat bangun pada Tjoe Tian jang telah 
petjundang itu, buat dirawat luka-lukanja karena akibat tendangan Goan Kah tadi. 
Sementara Tjoe Tian setelah tersadar dari pingsannja, lalu menoleh pada Goan 
Kah jang telah memondongnja ke atas pembaringan.Kemudian dengan suara lemahia 
bertanja: "Anak muda, siapakah namamu?dan apakah hubungannja antara kau dan Ho 
In Tee?" 
Ho Goan Kah lalu menerangkan siapa dia, sambil menambahkan bahwa HoIn Tee itu 
ialah ada ajahnja sendiri. 
"Kalau begitu," kata pula Tjoe Tian, "njatalah bahwa engkau ini ada satu anak
harimau dari ajah harimau!Sedangkan ilmu Bie-tjiong-ge dari keluarga Ho 
sesungguhnja tidak boleh dibuat gegabah ... Aku rela mati di tangan seorang jang 
mempunjai ilmu kepandaian silat lebih tinggi daripada diriku sendiri ..." 
Demikianlah utjapan Tjoe Tian jang terachir, kemudiania menutup mata buat 
selama-lamanja.Tetapi oleh karena orang she Tio itu tidak mempunjai sanak 
saudara, maka pemakamannja telah diurus oleh keluarga Ho. 
SementaraIn Tee jang melihat Goan Kah telah dapat mempertahankan nama baik 
keluarga Ho dengan djalan merobohkan Tio Tjoe Tian, sudah tentu sadja merasa 
amat bangga, dan selandjutnja lalu menanjakan pada sang anak, siapakah gurunja 
dan tjara bagaimana ilmu Bie-tjiong-ge bisa tersiar keluar dan dipeladjari oleh 
orange jang bukan keluarga Ho? 
Goan Kah jang mendengar pertanjaan itu lalu mendjawab: "Aku belum pernah 
berguru ilmu silat pada orang luar selain dari ajahku sendiri." 
Mendengar djawaban itu, sudah tentu sadja In Tee djadi heran, karena sebegitu 
djauh jang ia pernah ingat, bukan sadja ia belum pernah melatih si anak itu, 
malah ia telah 'apkir' dan tidak perbolehkan si anak ikut serta dalam latihan-latihan 
ilmu Bie-tjiong-ge. 
Maka setelah In Tee meminta keterangan dengan tjara jang lebih melit, barulah 
Goan Kah memberikan keterangan pada ajahnja sebagai berikut: 
Sebagaimana telah kita katakan di atas, diantara sepuluh orang anak-anak Ho In 
Tee, hanja sembilan orang jang diperbantukan di kantor perusahaan Wie Wan Pio 
Kiok, karena Goan Kah jang dianggap apkir dan kurang tepat akan dilatih dalam 
peladjaran ilmu silat, seolah-olah tidak dimasukkan hitungan dalam rombongan 
saudara-saudaranja jang lain. 
Jang mendjadikan sebab mengapaia tidak mendapat latihan tersebut, adalah karena 
dia berbadan kenji dan agak kontet.Lagi pula di waktu dia masih anak-anak, Goan 
Kah amat 'tjengeng' dan kerap pertjundang meski berkelahi dengan anak-anak jang 
lebih muda daripada dirinja sendiri. 
Oleh sebab itu, In Tee djadi amat djengkel berkali-kali mendengar edjekan anak-anak 
nakal jang mengatakan, bahwa Goan Kah lebih tjotjok mendjadi anak tukang 
sampan daripada anak seorang ahli silat jang begitu tersohor sebagai Ho In Tee. 
Selandjutnja karena kuatir Goan Kah kelakakan merusakkan nama baik keluarga Ho 
dan Bie-tjiong-genja, maka In Tee telah memutuskan buat tidak memberikan 
peladjaran pada sang anak itu. 
Tidak kira setelah berselang beberapa lamanja Goan Kah mendusin apa sebabnja ia 
telah diasingkan oleh ajahnja, ia djadi 'sakit hati' dan lalu melakukan 
pengintipan di tiap waktu ajahnja melatih kakak-kakak dan adik-adiknja dalam 
ilmu Bie-tjiong-ge. Hingga biarpun In Tee berhasil bikin pendjagaan terhadap 
sahabat-sahabatnja jang selalu berichtiar buat 'mentjuri beladjar' ilmu silat 
turunan itu dengan djalan gelap, tetapi ia tak menjangka sama sekali bakal ada 
orang-dalam jang-djuga akan 'mentjuri beladjar' dengan djalan jang sama.Dan 
hasilnja daripada pentjurian itu, ternjata membawa manfaat jang bukan ketjil 
bagi keluarga Ho sendiri, jang mana telah dituturkan di atas. 
Dan djikalau ilmu Bie-tjiong-ge jang ditundjukkan oleh Ho Goan Kah agak 
berlainan sedikit dengan ilmu Bie-tjiong-ge aslinja, itulah karena diperbaiki 
olehnja dengan berdasarkan pengalaman sendiri, dan sama sekali bukan karena 
mendapat pengundjukan atau berguru kepada orang lain. Maka HoIn Tee jang 
mendengar keterangan begitu, sudah tentu sadja djadi amat girang dan berkata: 
"Apabila bukan engkau jang berhasil dapat mempeladjari ilmu Bie-tjiong-ge dengan 
sebaik-baiknja, nistjaja nama baik keluarga Ho sudah siang-siang diturunkan oleh 
Tjian-kin Tio Tjoe Tian itu!" 
Demikianlah sedjak waktu itu,nama Ho Goan Kah djadi terkenal diseluruh negeri, 
selain sebagai seorang ahli silat jang djempolan, djuga sebagai seorang dermawan
jang selalu bersedia akan keluar uang untuk maksud-maksud amal dan kong ek. 
T A M A T

More Related Content

Viewers also liked

คำวินิจฉัย (ฟัตวา) จุฬาราชมนตรี : การชำระล้างหรือทำความสะอาดวัตถุดิบ อุปกรณ์ผ...
คำวินิจฉัย (ฟัตวา) จุฬาราชมนตรี : การชำระล้างหรือทำความสะอาดวัตถุดิบ อุปกรณ์ผ...คำวินิจฉัย (ฟัตวา) จุฬาราชมนตรี : การชำระล้างหรือทำความสะอาดวัตถุดิบ อุปกรณ์ผ...
คำวินิจฉัย (ฟัตวา) จุฬาราชมนตรี : การชำระล้างหรือทำความสะอาดวัตถุดิบ อุปกรณ์ผ...
Om Muktar
 
Joe Bodfish Evaluation Question 3
Joe Bodfish Evaluation Question 3Joe Bodfish Evaluation Question 3
Joe Bodfish Evaluation Question 3
a2medgroup2
 

Viewers also liked (13)

Questionnaire radio trailer
Questionnaire radio trailer Questionnaire radio trailer
Questionnaire radio trailer
 
Focus group
Focus group Focus group
Focus group
 
Nepal bhutan-srilanka
Nepal bhutan-srilankaNepal bhutan-srilanka
Nepal bhutan-srilanka
 
คำวินิจฉัย (ฟัตวา) จุฬาราชมนตรี : การชำระล้างหรือทำความสะอาดวัตถุดิบ อุปกรณ์ผ...
คำวินิจฉัย (ฟัตวา) จุฬาราชมนตรี : การชำระล้างหรือทำความสะอาดวัตถุดิบ อุปกรณ์ผ...คำวินิจฉัย (ฟัตวา) จุฬาราชมนตรี : การชำระล้างหรือทำความสะอาดวัตถุดิบ อุปกรณ์ผ...
คำวินิจฉัย (ฟัตวา) จุฬาราชมนตรี : การชำระล้างหรือทำความสะอาดวัตถุดิบ อุปกรณ์ผ...
 
Beautiful south india
Beautiful south indiaBeautiful south india
Beautiful south india
 
Evidencias 2 parcial powerpoint
Evidencias 2 parcial powerpointEvidencias 2 parcial powerpoint
Evidencias 2 parcial powerpoint
 
Social media toliver
Social media toliverSocial media toliver
Social media toliver
 
South India Tour Packages
South India Tour PackagesSouth India Tour Packages
South India Tour Packages
 
الأمر بالإتباع والنهي عن الإبتداع للإمام السيوطي
الأمر بالإتباع والنهي عن الإبتداع للإمام السيوطيالأمر بالإتباع والنهي عن الإبتداع للإمام السيوطي
الأمر بالإتباع والنهي عن الإبتداع للإمام السيوطي
 
Incredible north & south India Tour Packages
Incredible north & south India Tour PackagesIncredible north & south India Tour Packages
Incredible north & south India Tour Packages
 
North India Tour Packages
North India Tour PackagesNorth India Tour Packages
North India Tour Packages
 
Joe Bodfish Evaluation Question 3
Joe Bodfish Evaluation Question 3Joe Bodfish Evaluation Question 3
Joe Bodfish Evaluation Question 3
 
Target audeince style
Target audeince styleTarget audeince style
Target audeince style
 

Boe beng san djin

  • 1. Boe Beng San Djin Perusahaan angkutan Wie Wan Po Kiok di djalan Tiang-lok-kee di kota Thiantjin, adalah milik seorang ahli silat she Ho nama In Tee, jang namanja sudah sekian tahun harum dalam dunia silat di antara tjabang-tjabang atas di kalangan Liok-lim. Karena selain dia mempunjai perhubungan jang erat dan luas dengan para pengusaha piokiok jang lain-lainnja, diapun sangat disegani orang tentang ilmu silatnja, jang di kalangan Kangouw terkenal dengan nama Bie-tjiong-ge. Ketika tjeritera ini terdjadi, HoIn Tee telah masuk usia 60 tahun.Tetapi meski dia sudah berusia landjut, kepandaiannja memainkan 18 matjam sendjata masih tidak berbeda dengan keadaan waktu dia berusia 40. Di kantor perusahaan pengangkutannja selain dia mempunjai pembantu-pembantu jang tinggi ilmu silatnja dan boleh dipertjaja, diapun dibantu oleh sembilan orang anaknja, jang rata-rata mendapat pendidikan silat di bawah pimpinan ajah mereka sendiri; karena ilmu silat Bie-tjiong-ge ini tidak dapat dijakinkan oleh sembarang orang, apabila peserta dalam pendidikan tersebut bukannja keluarga Ho sendiri. Bahkan keluarga perempuan In Tee sekalipun, tidak diperbolehkan turut mejakinkan ilmu tersebut; karena dikuatir djika keluarga perempuan itu menikah pada keluarga lain, keluarga perempuan itu nanti mewariskan ilmu Bie-tjiong-ge itu kepada anak-tjutju mereka jang bukannja berasal dari she Ho. Oleh sebab itu, tidaklah heran djika orang luar tidak dapat mejakinkan atau mengetahui djalan-djalan ilmu pukulan dan tendangan jang merupakan keistimewaan Bie-tjiong-ge, jang mendjadi ilmu keturunan keluarga Ho. Banjak orang-orang gagah jang mendjadi sahabat karib In Tee telah mentjobaakan turut mejakinkan ilmu silat tersebut, tetapi dengan sikap jang manis tapi bermaksud menolak keras ia telah sengadja mengatakan, bahwa ilmu silat Bie-tjiong- ge itu sifatnja sama sadja seperti ilmu silat jang lain-lainnja. Tetapi djawaban itu tidak tjukup membikin orang djadi puas dengan begitu sadja.Bahkan antaranja ada jang merasa sangat penasaran oleh karena permintaannja itu ditampik.Tidak sedikit jang telah mentjoba buat mengintip In Tee waktu melatih kesembilan anak-anaknja jang telah dikatakan di atas. Beberapa tahun telah lalu dengan tanpa terasa.Pada suatu hari ketika In Tee sedang berbaring diatas randjang dalam keadaan sakit, tiba-tiba ada seorang pegawai masuk dan melaporkan, bahwa diluar ada seorang tinggi besar bernama Tio Tjoe Tian, jang sengadja berkundjung untuk 'membereskan' suatu perhitungan. In Tee jang mendengar laporan itu, dengan segera ingat pada peristiwa sembilan tahun jang lampau, dimanaia telah bertanding dan berhasil merobohkan seorang kepala kampak jang di kalangan Lioklim terkenal dengan nama djulukan Tjian-kin Tio atau Tio si Seribu-kati, karena tenaganja amat kuat. SementaraIn Tee jang seolah-olah mempunjai djuga firasat bersamaan dengan maksud jang dikandung oleh sahabat-sahabatnja itu, lalu dengan diam-diam telah melepas mata-mata untuk mengintai gerak-gerik mereka.Tetapi perbuatan itu telah dilakukan begitu rahasia, sehingga fihak sahabat-sahabat In Tee hampir tidak mendusin dengan adanja pendjagaan itu. Sedang sahabat-sahabat itu karena melihat maksudnja selalu gagal sadja, maka lama-kelamaan merasa djadi bosen buat melakukan pengintipan terus karena meski sudah beberapa kali mereka dapat memasuki halaman tempat berlatih ilmu silat dari keluarga Ho, tetapi belum
  • 2. pernah ada satu kali mereka dapat pergoki In Tee memberi peladjaran ilmu silat Bie-tjiong-ge pada anak-anaknja. Dan djika toh ada djuga jang berlatih, itulah bukan HoIn Tee dan kesembilan orang anak-anak-nja, tetapi pengawal-pengawal kereta pio sadja jang ilmu silatnja kurang berharga untuk disaksikan. Demikianlah sebab-sebabnja, mengapa makin lama mereka djadi makin malas untuk melakukan pengintipan, dan paling belakang hanja ada beberapa orang sadja jang masih berkeras hati buat melandjutkan pengintipan itu. Dan achirnja hanja seorang sadja diantara pengintip-pengintip itu jang telah berhasil melihat HoIn Tee mempeladjari ilmu Bie-tjiong-ge pada anak-anaknja hingga bertahun-tahun lamanja dengan tidak memikirkan djerih-pajah atau bosen dalam usaha pengintipannja itu. Ketika itu Tjian-kin Tio atau Tio Tjoe Tian ini, telah berdjandji akan berdjumpa pula dengan Ho In Tee, apabila Tuhan Jang Maha Kuasa berikan dia pandjang umur. SedangkanIn Tee jang merasa bahwa Tjoe Tian tidak bakal mampu mengalahkan padanja meski dia berlatih pula sepuluh tahun lagi, dengan tertawa menghina ia berkata: "Tio Tjoe Tian!djangankan baru beberapa tahun sadja, walaupun 50 tahun akan kuberikan djuga tempo Untuk kau membalas sakit hatimu ini!" Tio Tjoe Tian bukan main gusarnja dan segera pergi dengan tidak banjak bitjara. Selandjutnja karena In Tee menganggap bahwa ilmu Bie-tjiong-ge jang mendjadi ilmu silat turunan she Ho tidak ada bandingannja didunia ini, maka peristiwa di atas lekas djuga dilupakan, dan tidak disangka-sangka bahwa Tjoe Tian jang dianggap 'sepi' achirnja telah datang djuga untuk 'membikin perhitungan'. Ho In Tee sama sekali bukan takut terhadap si kepala kamipak itu; tetapi mengingat bahwa pada waktu itu ia sedang sakit, maka ia lalu perintah anaknja jang sulung Goan Hoen buat pergi memberitahukan pada Tio Tjoe Tian, agar supaja Tjoe Tian sudi kembali pula lain hari sadja, apabila ia (In Tee) sudah sembuh dari penjakitnja. Tetapi Tjoe Tian jang mendengar omongan itu, dengan tertawa menjindir lalu berkata: "Kasihan benar ajahmu itu!Sekarang karena sudah telandjur aku datang kesini, biarlah selama ajahmu sakit aku turunkan sadja dahulu papan merk Wie Wan Pio Kiok itu.Apabila penjakit ajahmu sudah sembuh, barulah kita nanti berunding pula!" Goan Hoen djadi mendongkol dan lalu membentak: "Tio Tjoe Tian!Disini bukan tempatnja untuk sembarang orang mengundjuk lagak tengik!" Tetapi Tio Tjoe Tian tidak mau meladeni, dan segera djuga hendak turunkan dengan paksa papan merk perusahaan angkutan keluarga Ho itu, hingga Goan Hoen jang sudah tak dapat menahan sabar pula, lalu menggunakan pukulan Tan-tjiong-tjiang buat mendjotos dadanja tetamu jang tidak diundang itu. Tetapi Tjoe Tian jang tidak kalah sebat dengan pemuda she Ho ini, lekas miringkan badannja buat berkelit, hingga pukulan Goan Hoen tadi telah mengenai tempat kosong.Goan Hoen djadi kaget, buru-buru ia merobah ilmu pukulannja dari bagian atas menggentus ke bawah dengan memakai tipu Tjiong-thian-pauw-koan, buat kemudian dengan kepelannja jang kiri hendak tjoba 'gandjel' djanggutnja Tjoe Tian. Tetapi Tjoe Tian jang seolah-olah telah dapat menebak maksud lawannja, buru-buru mengegos sambil mengedjek dan berkata: "Masih hidjau!Engkau harus beladjar lebih giat buat bisa bertanding dengan aku!" Goan Hoen djadi semakin marah.Laluia mengangsek pada sang musuh dengan mempergunakan pukulan-pukulan jang mendjadi bagian-bagian jang amat lihay dari ilmu Bie-tjiong-ge. Loei-seng-toei, Tjwan-hoa-tjioe, Tjo-yoe-go-hie, Leng-mauw-pouw- tjie, Kie-eng-pok-touw, satu-per-satuia telah obral buat lekas dapat merobohkan musuhnja, tetapi hasilnja ternjata nihil semua.Karena bukan sadja Tjoe Tian tidak dapat diakali mentah-mentah oleh pemuda she Ho itu, bahkan dia sendiri sebaliknja telah sengadja melawan sambil mengganda tertawa. Dan tatkala Goan Hoen berlaku sedikit lambat dalam penjerangannja, Tjoe Tian segera barengi
  • 3. menerdjang madju sambil membentak: "Enjahlah kamu dari hadapanku!" Goan Hoen hampir-hampir tidak dapat melihat tjara bagaimana kepalannja telah disampok oleh Tjoe Tian.Dan sebelumia sempat menghindarkan diri dari ilmu pukulan Kioe-tjoan-tan-seng jang didjudjukan ke djurusan mukanja, tiba-tiba ia merasakan dirinja terangkat dan kemudian djatuh terlentang kena disapu oleh kaki Tjoe Tian jang menjamber di luar dugaannja. Gedebuk!Begitulah Goan Hoen djatuh bagaikan buah nangka jang djatuh ke muka bumi. HoIn Tee jang mendengar suara ribut-ribut mengerti bahwa di luar tentu terbit perkelahian, segera perintah beberapa pegawainja buat gotong ia keluar dengan diiringi oleh kedelapan anak-anak jang lainnja. Pada waktuia diusung sampai di luar, In Tee masih keburu menjaksikan dengan mata-kepala sendiri bagaimana anaknja jang sulung telah kena dirobohkan oleh musuhnja, jang pada sembilan tahun jang lampau telah dipetjundangi olehnja dengan tanpa mengalami kesukaran apa-apa. "Tjelaka!" orang tua itu berteriak dengan tanpa terasa pula. Sementara Goan Kok dan Goan Hay jang melihat kakak mereka telah dipetjundangi orang, dengan berbareng madju menjerang pada Tio Tjoe Tian sambil berseru: "Orang she Tio!kami mendatangi!" "Kamu berduapun tiada bedanja dengan kakakmu!" menjindir si Seribu-kati. Sambil berkata begitu, Tjoe Tian telah menggunakan ilmu Hoen-soei-tjiang buat meladeni kedua saudara Ho itu. Selama pertempuran itu berlangsung, In Tee dapat kenjataan, toahwa ilmu kepandaiannja Tjoe Tian telah dapat kemadjuan bukan sedikit.Dan djikalau dahuluia bisa menempur sang musuh dengan tiada mendapat kesukaran apa-apa, adalah sekarang ia kuatir akan berbalik kena dikalahkan, apabila ia turut tjampur tangan dalam pertempuran itu. Karena selain ia sakit, dengan samar-samar ia kenali, bahwa sesuatu ilmu pukulan jang dipergunakan Tjoe Tian untuk meladeni bertermpur kedua anaknja, seolah-olah hampir seluruhnja keluar dari bagian-bagian ilmu Bie-tjiong-ge jang mendjadi ilmu silat turunan keluarga Ho dan amat dirahasiakan itu.Tetapi tjara bagaimanakah ilmu pukulan itu bisa 'masuk angin' dan dipeladjari oleh orang luar? In Tee belum sempat berpikir terus, ketikaia mendengar puteranja jang kedua Goan Kok berteriak: "Aja!"Dan berbareng dengan terputusnja suara teriakan itu, si pemuda itu telah terlempar kira-kira sepuluh kaki djauhnja.Satu lengannja Goan Kok telah patah, karena akibat djatuh terbanting kena tertendang oleh Tio Tjoe Tian. Sedangkan Goan Hay jang ternjata bukan tandingan si Seribu-kati, tidak antara lamapun telah dapat djuga dirobohkan lawannja dalam keadaan tidak ingat orang! Dalam keadaan begitu, tidak usah dikatakan lagi berapa besar rasa djengkel dan marahnja Ho In Tee, lebih-lebih karena ia ada dalam sakit dan tak dapat menuntut balas atas hinaan jang telah dilempat keatas dirinja oleh sang musuh jang pernah dipetjundangi serta dihinakannja pada sembilan tahun jang lampau itu. Dan djikalau hinaan itu tidak dapat dilbersihlkan dengan dja-lan merobohkan Tio Tjoe Tian, nistjajanama baik keluarga Ho jang terkenal berikut Bie-tjiong-genja akan lenjap dari dunia silat. Dan bersamaan dengan itu, tamatlah pula riwajat Wie Wan Pio Kiok jang telah harum namanja hampir seperempat abad lamanja dikotaThiantjin. Oleh sebab itu, tjara bagaimanakahia mesti berbuat dalam keadaan mendesak serupa itu? Sementara itu Tjoe Tian jang telah berhasil merobohkan tiga orang anak musuhnja, sambil membusungkan dada dan dengan suara sombong berkata: "Bagaimana sekarang?Apakah engkau menerima kalah dan pertempuran ini hendak disudahi sampai
  • 4. disini sadja?" In Tee belum sempat mendjawab, ketika dari dalam rumah terdengar seorang jang berseru: "Tio Tjoe Tian!Engkau belum boleh mendjagoi pada sebelum bertanding dan merobohkan aku!" Dan ketika orang menoleh kearah suara tadi, barulah diketahui, bahwa orang jang berseru itu bukan lain daripada putera HoIn Tee jang keempat, Goan Kah namanja, jang karena berbadan kenji, maka telah diasingkan dari pengadjaran ilmu silat oleh ajahnja. Maka In Tee jang mengetahui bahwa Goan Kah belum pernah mejakinkan ilmu silat, sudah tentu sadja djadi semakin kuatir, ketika mendengar anak itu hendak bertanding dengan Tio Tjoe Tian, jang selain ilmu kepandaiannja amat tinggi, djuga ia berani akui tidak ada dibawah daripada dirinja sendiri! Maka apabila Goan Kah benar-benar bertanding denganTjoe Tian,iapertjaja sang anakakan mengalami lebih banjak ketjelakaan daripada kemenangan. Oleh sebab itu, dengan tidak berajal lagiia segera melarang Goan Kah buat melandjutkan pertempuran itu. Tetapi Goan Kah jang hatinja telah dibakar oleh kata-kata Tjoe Tian jang begitu sombong, bukan sadja tidak menghiraukan larangan ajahnja, tapi segera lompat ke tengah lataran sambil berseru: "Orang she Tio! Ajomari , engkau boleh madju buat terima adjaran!" Tio Tjoe Tian tertawa menjindir dan menuding pada Ho Goan Kah sambil berkata: "Engkau tidak perlu buka mulut besar di hadapan leluhurmu! 'Ni sedikit hadiah kau boleh terima!" Sambil berkata begitu, Tjoe Tian lalu menggerakkan tangannja buat mengorek sepasang bidji mata Goan Kah dengan menggunakan tipu Djie-liong-tjhio-tjoe. Ho In Tee terkedjut, karena ia mengerti bahwa pukulan itu amat berbahaja, bukan sadja terhadap Goan Kah jang dianggap tidak mengerti ilmu silat, bahkan orang-orang jang paham ilmu silat sekali pun tidak sedikit jang telah kena ditjelakai oleh ilmu pukulan tersebut. Tetapi, di luar dugaan sang ajah, bukan sadja Goan Kah tidak mendjadi gugup, tetapi sebaliknjaia segera menggerakkan sepasang telapakan tangannja dengan menggunakan tipu Eng-hong-koet-lioe, hingga tangan Tio Tjoe Tian jang kena ditangkis oleh telapakan tangan Ho Goan Kah, di seketika itu djuga djadi terpental dan luput dari sasarannja! Orang she Tio itu terperandjat.Lalu ia berniat akan merubah taktik silatnja, tetapi gerakan-gerakan Ho Goan Kah jang semakin lama semakin tjepat, telah membikin ia tidak sempat buat berpikir, hingga djika ia semula mendjadi penjerang, lambat-laun telah kena terdesak dan sekarang berbalik mendjadi pihak jang diserang. Dan begitu selandjutnjaia hanja bisa mendjaga diri, tetapi tidak mampu balas menjerang pada Goan Kah. Hingga Ho Goan Kah jang melihat dirinja berada di atas angin, sambil tersenjumia sengadja membikin panas hati Tio Tjoe Tian dengan mengatakan: "Tio Soehoe!mengapakah engkau berlaku seedji buat balas menjerang kepadaku?Apakah barangkali tipu silatmu sudah habis dipergunakan tadi, hingga pertempuran ini perlu ditunda dahulu sampai esok atau lain tahun?" Tio Tjoe Tian bukan main marahnja mendengar edjekan itu.Tetapi HoIn Tee dan anak-anak jang lainnja djadi sangat kagum menjaksikan ilmu kepandaian silat Ho Goan Kah, jang ternjata lebih lihay daripada saudara-saudaranja jang pernah dilatih sekian tahun lamanja oleh ajah mereka. Dan tatkala pertempuran itu telah sampai pada titik jang terhebat, Tio Tjoe Tian seakan-akan merasa dirinja diserang dan dikerojok dari delapan pendjuru oleh bukan satu Ho Goan Kah, tetapi entah ada beberapa Ho Goan Kah jang madju menerdjang dengan bergantian! Hingga HoIn Tee dan anak-anak serta pegawai-pegawainja jang menjaksikan
  • 5. pertempuran itu, djadi heran dan tidak mengerti sedjak kapan Goan Kah mempeladjari ilmu silat. SedangIn Tee sendiri jang menjaksikan ilmu Bie-tjiong-ge jang ditundjukkan oleh Goan Kah berlainan sedikit dengan apa jang ia ketahui, sudah tentu sadja dengan diam-diam djadi bertanja pada diri sendiri: "Siapakah guru anakku ini?Dan tjara bagaimana ilmu silat turunan ini bisa terdjatuh dan dipeladjari oleh orang luar?" Orang tua ini belum sempat berpikir lebih djauh, ketika ia mendengar Tjoe Tian mendjerit dan terpental sehingga beberapa belas kaki djauhnja, kena tendangan Ho Goan Kah jang kemudian terkenal dengan nama Tjhit-tjap-djie-louw Tantoei atau ilmu tendangan 72 djalan. Tendangan itu meski benar-benar keras, tetapi tidak sampai membahajakan djiwa Tio Tjoe Tian.Karena Tjoe Tian jang merasa tidak keburu buat menghindarkan diri dari tendangan tersebut, buru-buru membuang diri ke belakang dengan menggunakan tipu Say-tjoe-hwan-sin, hingga ketika kakinja Ho Goan Kah sampai ke sasarannja, Tjoe Tian telah keburu membuang diri dengan ketjepatan jang sangat luar biasa. Oleh karena itu, Tjoe Tian terluput dari tendangan geledek Ho Goan Kah jang sanggup mengirim djiwa orang jang mendjadi musuhnja ketempat baka! Tetapi karena Goan Kah memberi ketikaakan sang lawan itu melandjutkan pertempuran maka Tjoe Tian lalu berbangkit dan mulai menerdjang pula dengan ilmu-ilmu pukulan jang dapat membinasakan djiwa. Dan kali ini Ho Goan Kah telah tjetjer lawannja dengan ilmu-ilmu pukulan lihay dan luar biasa, jang telah membikin In Tee sendiri djadi melongo dan tidak mengerti Goan Kah dapat peladjari ilmu pukulan itu dari siapa. Dalam pada itu Goan Kah jang tidak mau memberi ketika buat musuhnja melakukan serangan-serangan seperti tadi, lalu menggunakan ilmu pukulan Hie-boen-koan atau Lian-hwan-tjioe jang terdiri dari tiga matjam pukulan dan tendangan, jang masing-masing bernama Bie-djin-liak-hwat, Hiong-say-tam-djiauw dan Hwan-tee-tjiong- toei. Dua matjam pukulan jang pertama telah dapat disingkirkan dengan bagus sekali oleh Tio Tjoe Tian, tetapi tendangan Hwan-tee-tjong-toei telah membikinia djadi sedikit gugup. Hingga Ho Goan Kah jang melihat gerakan musuhnja sedikit kendor, buru-buru susulkan ilmu tendangan Kim-kong-tap-pouw kearah kempungan Tio Tjoe Tian, hingga si Seribu kati jang tidak keburu berkelit, telah djadi berdjumpalitan di tanah sampai beberapa kali, dan sebelum ia bisa berdiri tegak betul, Ho Goan Kah telah menendang pula kepadanja dengan menggunakan tipu To-kioe-tjoe-yang.Tendangan itu telah mengenai dengan telak ke arah selangkangan Tio Tjoe Tian, hingga dengan mengeluarkan djeritan ngeri, orang she Tio itu djatuh meloso dalam keadaan tiga-per- empat mati. HoIn Tee jang sedang menderita sakit dan menjaksikan kemenangan Goan Kah dalam pertempuran itu, tidak terasa lagi djadi bersorak dan merasai penjakitnja seakan-akan lenjap hampir separohnja.Hal mana, pun disambut dengan sorak-sorai saudara-saudara Goan Kah dan para pegawai Wie Wan Pio Kiok jang turut menjaksikan pertempuran itu. Kemudian In Tee perintah Goan Kah buat angkat bangun pada Tjoe Tian jang telah petjundang itu, buat dirawat luka-lukanja karena akibat tendangan Goan Kah tadi. Sementara Tjoe Tian setelah tersadar dari pingsannja, lalu menoleh pada Goan Kah jang telah memondongnja ke atas pembaringan.Kemudian dengan suara lemahia bertanja: "Anak muda, siapakah namamu?dan apakah hubungannja antara kau dan Ho In Tee?" Ho Goan Kah lalu menerangkan siapa dia, sambil menambahkan bahwa HoIn Tee itu ialah ada ajahnja sendiri. "Kalau begitu," kata pula Tjoe Tian, "njatalah bahwa engkau ini ada satu anak
  • 6. harimau dari ajah harimau!Sedangkan ilmu Bie-tjiong-ge dari keluarga Ho sesungguhnja tidak boleh dibuat gegabah ... Aku rela mati di tangan seorang jang mempunjai ilmu kepandaian silat lebih tinggi daripada diriku sendiri ..." Demikianlah utjapan Tjoe Tian jang terachir, kemudiania menutup mata buat selama-lamanja.Tetapi oleh karena orang she Tio itu tidak mempunjai sanak saudara, maka pemakamannja telah diurus oleh keluarga Ho. SementaraIn Tee jang melihat Goan Kah telah dapat mempertahankan nama baik keluarga Ho dengan djalan merobohkan Tio Tjoe Tian, sudah tentu sadja merasa amat bangga, dan selandjutnja lalu menanjakan pada sang anak, siapakah gurunja dan tjara bagaimana ilmu Bie-tjiong-ge bisa tersiar keluar dan dipeladjari oleh orange jang bukan keluarga Ho? Goan Kah jang mendengar pertanjaan itu lalu mendjawab: "Aku belum pernah berguru ilmu silat pada orang luar selain dari ajahku sendiri." Mendengar djawaban itu, sudah tentu sadja In Tee djadi heran, karena sebegitu djauh jang ia pernah ingat, bukan sadja ia belum pernah melatih si anak itu, malah ia telah 'apkir' dan tidak perbolehkan si anak ikut serta dalam latihan-latihan ilmu Bie-tjiong-ge. Maka setelah In Tee meminta keterangan dengan tjara jang lebih melit, barulah Goan Kah memberikan keterangan pada ajahnja sebagai berikut: Sebagaimana telah kita katakan di atas, diantara sepuluh orang anak-anak Ho In Tee, hanja sembilan orang jang diperbantukan di kantor perusahaan Wie Wan Pio Kiok, karena Goan Kah jang dianggap apkir dan kurang tepat akan dilatih dalam peladjaran ilmu silat, seolah-olah tidak dimasukkan hitungan dalam rombongan saudara-saudaranja jang lain. Jang mendjadikan sebab mengapaia tidak mendapat latihan tersebut, adalah karena dia berbadan kenji dan agak kontet.Lagi pula di waktu dia masih anak-anak, Goan Kah amat 'tjengeng' dan kerap pertjundang meski berkelahi dengan anak-anak jang lebih muda daripada dirinja sendiri. Oleh sebab itu, In Tee djadi amat djengkel berkali-kali mendengar edjekan anak-anak nakal jang mengatakan, bahwa Goan Kah lebih tjotjok mendjadi anak tukang sampan daripada anak seorang ahli silat jang begitu tersohor sebagai Ho In Tee. Selandjutnja karena kuatir Goan Kah kelakakan merusakkan nama baik keluarga Ho dan Bie-tjiong-genja, maka In Tee telah memutuskan buat tidak memberikan peladjaran pada sang anak itu. Tidak kira setelah berselang beberapa lamanja Goan Kah mendusin apa sebabnja ia telah diasingkan oleh ajahnja, ia djadi 'sakit hati' dan lalu melakukan pengintipan di tiap waktu ajahnja melatih kakak-kakak dan adik-adiknja dalam ilmu Bie-tjiong-ge. Hingga biarpun In Tee berhasil bikin pendjagaan terhadap sahabat-sahabatnja jang selalu berichtiar buat 'mentjuri beladjar' ilmu silat turunan itu dengan djalan gelap, tetapi ia tak menjangka sama sekali bakal ada orang-dalam jang-djuga akan 'mentjuri beladjar' dengan djalan jang sama.Dan hasilnja daripada pentjurian itu, ternjata membawa manfaat jang bukan ketjil bagi keluarga Ho sendiri, jang mana telah dituturkan di atas. Dan djikalau ilmu Bie-tjiong-ge jang ditundjukkan oleh Ho Goan Kah agak berlainan sedikit dengan ilmu Bie-tjiong-ge aslinja, itulah karena diperbaiki olehnja dengan berdasarkan pengalaman sendiri, dan sama sekali bukan karena mendapat pengundjukan atau berguru kepada orang lain. Maka HoIn Tee jang mendengar keterangan begitu, sudah tentu sadja djadi amat girang dan berkata: "Apabila bukan engkau jang berhasil dapat mempeladjari ilmu Bie-tjiong-ge dengan sebaik-baiknja, nistjaja nama baik keluarga Ho sudah siang-siang diturunkan oleh Tjian-kin Tio Tjoe Tian itu!" Demikianlah sedjak waktu itu,nama Ho Goan Kah djadi terkenal diseluruh negeri, selain sebagai seorang ahli silat jang djempolan, djuga sebagai seorang dermawan
  • 7. jang selalu bersedia akan keluar uang untuk maksud-maksud amal dan kong ek. T A M A T