2. Abstrak
Ketersediaan koneksi internet yang bebas dan memadai saat ini sudah
memungkinkan untuk melakukan komunikasi menggunakan data-data digital,
seperti gambar, suara, dan video. Namun karena kebebasan itulah banyak orang
yang menyalahgunakannya, banyak terjadi pencurian dan pengeditan data tanpa
mencantumkan sumber atau pembuat aslinya. Oleh sebab itu, mekanisme
perlindungan yang diperlukan untuk melindungi aset digital menjadi prioritas.
Masalah hak cipta dari dahulu sudah menjadi hal yang utama, ini digunakan
untuk menjaga originalitas dari pembuat akan hasil karyanya. Hak cipta terhadap
data-data digital sampai saat ini belum terdapat suatu mekanisme atau cara yang
handal dan efisien, dikarenakan adanya berbagai faktor.
Kata kunci: makalah, karya ilmiah, pengolahan citra digital, security,
watermark
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Watermarking adalah suatu teknik penyembunyian data/informasi pada suatu
media digital (bisa gambar, suara, maupun video) dan mampu tidak terlihat oleh
mata biasa dan tahan terhadap proses-proses digitalisasi (editing media, baik
noising, blurring, dan lain sebagainya).[1] Contoh sederhananya bisa dilihat pada
uang kertas yang beredar, disana terdapat tanda air yang berupa gambar-gambar
pahlawan jika kita terawang.
Watermarking ini mirip dengan steganografi, tetapi jika steganografi yang
penting adalah isi di dalam karya tersebut ( karya rusak pun tidak mengapa tetapi
isi didalamnya harus benar-benar aman), jika watermarking ini tanda didalamnya
digunakan untuk melindungi karya, jadi karyanya harus tetap baik selain harus
tetap aman dari peretasan, maupun tetap kokoh dari penggantian watermark
tersebut.
Untuk menjaga hak cipta aset digital yang kuat, teknik watermarking
diperlukan. Prinsip teknik watermarking untuk melindungi aset digital yaitu
dengan cara menanamkan watermark digital ke dalam citra host digital. Pada saat
yang sama watermark yang tertanam harus cukup kuat untuk bertahan terhadap
serangan-serangan baik yang dilakukan dengan disengaja maupun tidak disengaja
untuk menghilangkan data watermark yang terdapat didalamnya.
Ada beberapa karakteristik atau sifat khusus tertentu yang harus dimiliki
oleh sebuah watermark. Sifat-sifat tersebut sangat bergantung kepada aplikasi
watermarking yang akan dibuat, atau dengan kata lain tidak ada sekelompok sifat
tertentu yang harus dipenuhi oleh semua teknik watermarking :[2]
1) Readability : citra watermark harus sedapat mungkin menyampaikan
informasi sebanyak-banyaknya. Citra watermark harus tidak terdeteksi
dan pada saat proses ekstraksi bisa digunakan untuk mengidentifikasi
kepemilikan dan hak cipta.
2) Security : citra watermark adalah rahasia dan hanya bisa diakses oleh
pihak yang bersangkutan.
4. 3) Imperceptibility : salah satu syarat utama dalam watermarking yakni citra
watermark tidak boleh terlihat oleh indera penglihatan. Proses
penanaman watermark tidak boleh merusak kualitas dari citra carrier.
4) Robustness : citra watermark masih dapat menampilkan informasi setelah
menerima berbagai serangan dan dapat dideteksi oleh watermark
detector.
1.2 Prinsip Watermarking Digital
1) Embedding
Algoritma menerima citra host dan watermark gambar atau data yang
akan tertanam, dan menghasilkan suatu gambar watermark. Gambar
watermark ini ditransmisikan atau disimpan.
2) Serangan
Jika seseorang memodifikasi atau merubah data watermark, inilah yang
disebut dengan serangan. Ada beberapa jenis serangan yang dapat
dilakukan, seperti menyalin, memodifikasi, penghapusan, dll.
3) Deteksi
Deteksi watermark adalah sebuah algoritma yang digunakan untuk
mencari data yang mencoba menyerang atau mengekstrak watermark
tersebut. Gambar asli dan watermark tertanam menggunakan salah satu
skema watermarking yang tersedia. Gambar watermark diproses melalui
detektor dimana umumnya proses terbalik dengan yang digunakan
selama fase embedding, yaitu mengambil watermark yang telah ada.[3]
1.3 Algoritma Watermark
1) Algoritma Embedding Watermark
Langkah 1 : Baca gambar asli.
Langkah 2 : Hasilkan RMI (dalam kisaran 0 sampai10) yang menjadi
embedded. (Rahasia Kunci Matrix).
Langkah 3 : Tambahkan Gambar Generated dan gambar Asli dalam
bentuk matriks.
Langkah 4 : Sekarang menghasilkan gambar dari bentuk matriks.
Langkah 5 : hasil keluaran gambar adalah gambar watermark.
5. 2) Algoritma Ekstraksi Watermark
Langkah 1 : Baca citra watermark.
Langkah 2 : Baca matriks (kunci rahasia) yang dikirim dengan gambar.
Langkah 3 : Kurangi Matrix dari Gambar watermark dalam matriks
pengurangan bentuk.
Langkah 4 : Sekarang menghasilkan dua gambar yang berbeda dari tesis
matriks terbentuk.
Langkah 5 : Gambar output gambar Asli dan watermark gambar.[3]
6. BAB II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
1) Watermarking adalah suatu teknik penyembunyian data/informasi pada
suatu media digital dan mampu tidak terlihat oleh mata biasa dan tahan
terhadap proses-proses digitalisasi.
2) Prinsip watermarking digital ada 3, yaitu: Embedding, Serangan, Deteksi.
3) Algoritma Embedding Watermark yaitu: Baca gambar asli, Hasilkan RMI,
Tambahkan Gambar Generated dan gambar Asli dalam bentuk matriks,
Sekarang menghasilkan gambar dari bentuk matriks, hasil keluaran
gambar adalah gambar watermark.
Algoritma Ekstraksi Watermark yaitu: Baca citra watermark, Baca matriks
(kunci rahasia) yang dikirim dengan gambar, Kurangi Matrix dari Gambar
watermark dalam matriks pengurangan bentuk, Sekarang menghasilkan
dua gambar yang berbeda dari tesis matriks terbentuk, Gambar output
gambar Asli dan watermark gambar.
7. DAFTAR PUSTAKA
1 Munir, Rinaldi. 2004. Pengolahan Citra Digital. Bandung: Informatika.
2 Muhammad Zulkurnain Pancawardana. Analisa Invisible Adaptive Watermarking
Pada Citra Digital Menggunakan Metode Berbasis Discrete Cosine Transform
(DCT) . Dokumen teks digital di Library IT TELKOM Bandung
3 Er Erlyta. Jurnal Terjemahan (Algoritma watermark). Dokumen teks digital
http://pt.slideshare.net/erlieta1/watermark-28677673