Slide for my final project presentation at Dept. of Physics ITB on Tuesday, August 13, 2019. For further question or collaboration please email me: miqbalrp@gmail.com
Silabus IPA kelas IX SMP Negeri 4 Pengasihs mencakup 4 kompetensi inti dan 8 kompetensi dasar yang meliputi berbagai materi IPA seperti sistem reproduksi manusia dan hewan, pewarisan sifat, listrik statis, rangkaian listrik, kemagnetan, bioteknologi, dan sifat bahan. Pembelajaran dilakukan dengan berbagai metode seperti observasi, eksperimen, presentasi, dan proyek serta dievaluasi melalui tes tertulis dan
RPP Biologi SMA Kelas XI MIA KD 3. 4 (Struktur dan Fungsi Jaringan Hewan ) A...almansyahnis .
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ini membahas tentang materi jaringan hewan yang akan diajarkan pada siswa kelas XI SMA Negeri 8 Pekanbaru. Materi ini mencakup pengenalan struktur dan fungsi empat jenis jaringan utama pada hewan beserta hubungannya dengan organ hewan. RPP ini menetapkan indikator pembelajaran, metode pembelajaran melalui observasi dan diskusi, serta sumber belajar yang digunakan.
03. ilmuguru.org - Silabus IPA Kelas 7 (3 Kolom).docxSudarminSudarmin3
Silabus mata pelajaran IPA kelas VII semester 1 dan 2 mencakup 11 kompetensi dasar yang meliputi materi objek ilmu pengetahuan alam, zat dan karakteristiknya, suhu dan kalor, energi, sistem organisasi kehidupan, makhluk hidup dan lingkungan, pencemaran lingkungan, perubahan iklim, lapisan bumi dan bencana alam, serta tata surya. Pembelajaran dilakukan dengan pengamatan, eksperimen, presentasi hasil karya, dan
Silabus IPA kelas IX SMP Negeri 4 Pengasihs mencakup 4 kompetensi inti dan 8 kompetensi dasar yang meliputi berbagai materi IPA seperti sistem reproduksi manusia dan hewan, pewarisan sifat, listrik statis, rangkaian listrik, kemagnetan, bioteknologi, dan sifat bahan. Pembelajaran dilakukan dengan berbagai metode seperti observasi, eksperimen, presentasi, dan proyek serta dievaluasi melalui tes tertulis dan
RPP Biologi SMA Kelas XI MIA KD 3. 4 (Struktur dan Fungsi Jaringan Hewan ) A...almansyahnis .
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ini membahas tentang materi jaringan hewan yang akan diajarkan pada siswa kelas XI SMA Negeri 8 Pekanbaru. Materi ini mencakup pengenalan struktur dan fungsi empat jenis jaringan utama pada hewan beserta hubungannya dengan organ hewan. RPP ini menetapkan indikator pembelajaran, metode pembelajaran melalui observasi dan diskusi, serta sumber belajar yang digunakan.
03. ilmuguru.org - Silabus IPA Kelas 7 (3 Kolom).docxSudarminSudarmin3
Silabus mata pelajaran IPA kelas VII semester 1 dan 2 mencakup 11 kompetensi dasar yang meliputi materi objek ilmu pengetahuan alam, zat dan karakteristiknya, suhu dan kalor, energi, sistem organisasi kehidupan, makhluk hidup dan lingkungan, pencemaran lingkungan, perubahan iklim, lapisan bumi dan bencana alam, serta tata surya. Pembelajaran dilakukan dengan pengamatan, eksperimen, presentasi hasil karya, dan
Dokumen tersebut merangkum capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran IPA untuk kelas 7 sampai 9 yang mencakup berbagai materi seperti zat dan perubahannya, suhu dan kalor, gerak dan gaya, klasifikasi makhluk hidup, ekologi, dan benda langit.
Dokumen tersebut merupakan pemetaan kompetensi dan teknik penilaian mata pelajaran IPA kelas IX di MTS Muhammadiyah Al Haq. Terdapat 10 standar kompetensi yang mencakup proses reproduksi manusia dan hewan, kesehatan reproduksi, pemuliaan, listrik statis, rangkaian listrik, kemagnetan, bioteknologi, sifat zat dan bahan, sifat tanah, serta teknologi ramah lingkungan. Kompetensi tersebut akan din
Silabus mata pelajaran IPA kelas 9 semester 1 dan 2 tahun pelajaran 2019-2020 SMPN 1 Bancar mencakup 10 kompetensi dasar yang meliputi materi sistem reproduksi manusia, sistem perkembangbiakan tumbuhan dan hewan, pewarisan sifat, listrik statis dan rangkaian listrik, kemagnetan, bioteknologi, sifat bahan, tanah dan lingkungan, serta teknologi ramah lingkungan. Pembelajaran dilakukan dengan pengamatan, perc
Dokumen tersebut merupakan alur dan tujuan pembelajaran mata pelajaran IPA kelas VIII di SMP Negeri 4 Magetan untuk tahun pelajaran 2023/2024. Pembelajaran akan difokuskan pada penguasaan konsep-konsep dasar IPA melalui pendekatan saintifik yang meliputi pengamatan, penanyaan, eksperimen, analisis data, evaluasi, dan komunikasi. Materi pembelajaran mencakup pengenalan sel, struktur dan fungsi tubuh, usaha dan
KRETERIA KETUNTASAN MINIMUM (KKM) IPA K13 KELAS 9 SMPsajidintuban
Dokumen tersebut merupakan silabus mata pelajaran IPA kelas IX SMP Negeri 1 Bancar yang mencakup kompetensi inti, indikator pencapaian kompetensi, dan kriteria ketuntasan untuk semester ganjil tahun pelajaran 2019-2020. Topik utama meliputi sistem reproduksi manusia, tumbuhan, dan hewan serta penerapan teknologi reproduksi, konsep listrik statis, rangkaian listrik, dan upaya penghematan energi listrik. Nilai K
1. Dokumen tersebut merupakan penetapan indikator pencapaian kompetensi mata pelajaran Biologi untuk kelas XI semester 1 dan 2 di MAN 1 Langsa. Terdapat 23 indikator yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
2. Indikator-indikator tersebut meliputi analisis struktur dan fungsi sel, jaringan, organ, dan sistem tubuh manusia seperti sistem gerak, sirkulasi, pencernaan, respirasi, eksk
Dokumen tersebut memuat ringkasan tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pada mata pelajaran biologi untuk kelas X dan XI SMA yang mencakup 4 kompetensi inti yaitu: (1) menghayati ajaran agama, (2) memiliki perilaku baik, (3) memahami pengetahuan biologi, dan (4) mengolah dan menyajikan pengetahuan biologi.
Dokumen tersebut memuat ringkasan tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pada mata pelajaran biologi untuk kelas X dan XI SMA yang mencakup 4 kompetensi inti yaitu: (1) menghayati ajaran agama, (2) memiliki perilaku jujur dan disiplin, (3) memahami pengetahuan faktual dan konseptual, (4) mengolah dan menyaji pengetahuan secara mandiri.
Dokumen tersebut merangkum capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran IPA untuk kelas 7 sampai 9 yang mencakup berbagai materi seperti zat dan perubahannya, suhu dan kalor, gerak dan gaya, klasifikasi makhluk hidup, ekologi, dan benda langit.
Dokumen tersebut merupakan pemetaan kompetensi dan teknik penilaian mata pelajaran IPA kelas IX di MTS Muhammadiyah Al Haq. Terdapat 10 standar kompetensi yang mencakup proses reproduksi manusia dan hewan, kesehatan reproduksi, pemuliaan, listrik statis, rangkaian listrik, kemagnetan, bioteknologi, sifat zat dan bahan, sifat tanah, serta teknologi ramah lingkungan. Kompetensi tersebut akan din
Silabus mata pelajaran IPA kelas 9 semester 1 dan 2 tahun pelajaran 2019-2020 SMPN 1 Bancar mencakup 10 kompetensi dasar yang meliputi materi sistem reproduksi manusia, sistem perkembangbiakan tumbuhan dan hewan, pewarisan sifat, listrik statis dan rangkaian listrik, kemagnetan, bioteknologi, sifat bahan, tanah dan lingkungan, serta teknologi ramah lingkungan. Pembelajaran dilakukan dengan pengamatan, perc
Dokumen tersebut merupakan alur dan tujuan pembelajaran mata pelajaran IPA kelas VIII di SMP Negeri 4 Magetan untuk tahun pelajaran 2023/2024. Pembelajaran akan difokuskan pada penguasaan konsep-konsep dasar IPA melalui pendekatan saintifik yang meliputi pengamatan, penanyaan, eksperimen, analisis data, evaluasi, dan komunikasi. Materi pembelajaran mencakup pengenalan sel, struktur dan fungsi tubuh, usaha dan
KRETERIA KETUNTASAN MINIMUM (KKM) IPA K13 KELAS 9 SMPsajidintuban
Dokumen tersebut merupakan silabus mata pelajaran IPA kelas IX SMP Negeri 1 Bancar yang mencakup kompetensi inti, indikator pencapaian kompetensi, dan kriteria ketuntasan untuk semester ganjil tahun pelajaran 2019-2020. Topik utama meliputi sistem reproduksi manusia, tumbuhan, dan hewan serta penerapan teknologi reproduksi, konsep listrik statis, rangkaian listrik, dan upaya penghematan energi listrik. Nilai K
1. Dokumen tersebut merupakan penetapan indikator pencapaian kompetensi mata pelajaran Biologi untuk kelas XI semester 1 dan 2 di MAN 1 Langsa. Terdapat 23 indikator yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
2. Indikator-indikator tersebut meliputi analisis struktur dan fungsi sel, jaringan, organ, dan sistem tubuh manusia seperti sistem gerak, sirkulasi, pencernaan, respirasi, eksk
Dokumen tersebut memuat ringkasan tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pada mata pelajaran biologi untuk kelas X dan XI SMA yang mencakup 4 kompetensi inti yaitu: (1) menghayati ajaran agama, (2) memiliki perilaku baik, (3) memahami pengetahuan biologi, dan (4) mengolah dan menyajikan pengetahuan biologi.
Dokumen tersebut memuat ringkasan tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pada mata pelajaran biologi untuk kelas X dan XI SMA yang mencakup 4 kompetensi inti yaitu: (1) menghayati ajaran agama, (2) memiliki perilaku jujur dan disiplin, (3) memahami pengetahuan faktual dan konseptual, (4) mengolah dan menyaji pengetahuan secara mandiri.
DNA barcoding dalam studi evolusi mikro spesies - Webinar IGBC.pdf
(Tugas Akhir) Analisis Jaringan pada Fenomena EKB Campuran Biner Sistem Butiran Dua Dimensi
1. ANALISIS PARAMETER JARINGAN
PADA FENOMENA EFEK KACANG BRAZIL
CAMPURAN BINER SISTEM BUTIRAN DUA DIMENSI
MUHAMMAD IQBAL RAHMADHAN PUTRA
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika
Program Studi Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
SIDANG TUGAS AKHIR II
Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat. Sparisoma Viridi S.Si.
Dosen Penguji 1 : Dr.Eng. Dwi Irwanto S.Si.,M.Si.
Dosen Penguji 2 : Dr. Fourier Dzar Eljabbar S.Si.,M.Si.
2. ABSTRAK
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 2
Efek Kacang Brazil (EKB) merupakan salah satu fenomena yang dapat diamati pada campuran biner sistem butiran yakni
ketika dua jenis butiran digetarkan secara vertikal maka kedua jenis butiran cenderung untuk tersegregasi secara parsial atau
sepenuhnya, pada penelitian sebelumnya telah diamati bahwa butiran yang memiliki ukuran lebih besar (volume atau massa)
naik ke bagian atas. Metode yang digunakan untuk mengkarakterisasi kondisi di tiap waktu selama proses segregasi telah
dilakukan secara global yakni dengan menentukan koefisien segregasi dan menghitung pusat massa dari sistem. Kedua
metode tersebut hanya dapat menggambarkan kondisi sistem secara global, namun tidak untuk sampai pada skala meso.
Untuk dapat mengkarakterisasi sistem untuk skala global dan meso di tiap waktu digunakan analisis jaringan yang telah
digunakan pada analisis sistem butiran dengan diberikan kompresi. Pada penelitian tugas akhir ini dilakukan
pengkarakterisasian kondisi sistem butiran dengan berbagai kondisi awal pada tiap waktu selama proses segregasi akibat
EKB terjadi. Metodologi dari penelitian terbagai menjadi tiga, yakni; (1) eksperimen untuk pengambilan citra kondisi sitem
butiran, (2) pengolahan citra untuk ekstraksi jaringan, dan (3) analisis jaringan untuk mendapatkan parameter jaringan.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua macam kondisi awal, yakni konfigurasi rapat dan konfigurasi jarang. Selain
itu juga dilakukan variasi terhadap nilai frekuensi dan amplitudo getaran yang membentuk percepatan ternormalisasi.
Parameter jaringan yang dihitung adalah densitas jaringan, sentralitas keantaraan, dan jumlah komunitas yang merupakan
hasil dari optimasi modularitas. Hasil perhitungan menunjukkan kecenderungan yang berbeda dari dua macam konfigurasi
awal untuk tiap parameter jaringan. Selanjutnya dicari nilai koefisien korelasi dari masing-masing parameter jaringan
terhadap koefisien segregasi yang menunjukkan bahwa densitas jaringan memiliki korelasi linear yang kuat dengan koefisien
segregasi dibandingkan paramater jaringan lainnya.
Kata kunci : sistem butiran, Efek Kacang Brazil, analisis jaringan, densitas jaringan, sentralitas keantaraan, modularitas
3. GARIS BESAR
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 3
Pendahuluan
Landasan Teori
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan dan Saran
4. PENDAHULUAN
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 4
Pentingnya
Material Butiran
Material butiran
merupakan bahan yang
kedua paling banyak
digunakan setelah air.
10 % energi digunakan
pada proses pencampuran,
pemisahan, dan
pembentukan formasi
material butiran
Fisika butiran
Analisis jaringan
Analisis
jaringan pada
material butiran
Schedules
Pengamatan
parameter jaringan
saat diberikan
kompresi biaksial
Resources
Deteksi komunitas
pada sistem
butiran
Analisis jaringan
pada sistem
butiran yang
mengalami EKB
Intruder
tunggal
Campuran
biner
• L. Papadopoulos, M. A. Porter, K. E. Daniels and D. S. Bassett, "Network analysis of particles and grains," Journal of Complex
Networks, vol. 6, pp. 485--565, 2018.
• M. I. R. Putra, A. Rudiawan, W. Andariwulan, R. G. Berasategui and S. Viridi, "Network Analysis of The Brazil Nut Effect Phenomenon
with a Single Intruder," in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 2019.
• L. Papadopoulos, M. A. Porter, K. E. Daniels and D. S. Bassett, "Network analysis of particles and grains," Journal of Complex
Networks, vol. 6, pp. 485--565, 2018.
• M. I. R. Putra, A. Rudiawan, W. Andariwulan, R. G. Berasategui and S. Viridi, "Network Analysis of The Brazil Nut Effect Phenomenon
with a Single Intruder," in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 2019.
5. Pendahuluan : Beberapa penelitian sebelumnya
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 5
Perhitungan terhadap
koefisien segregasi
Pengamatan gaya
berantai pada
butiran terkompresi
Pengamatan
kecenderungan
intruder berkelompok
Penentuan struktur
komunitas pada EKB
intruder tunggal
• S.-S. Hsiau and J.-I. Wang, "Segregation processes of a binary granular mixture in a shaker," Advanced Powder Technology, vol. 10,
pp. 245-235, 1999.
• D. A. Sanders, M. R. Swift, R. Bowley and P. King, "Are Brazil nuts attractive?," Physical review letters, 2004
• R. Behringer, D. Bi, B. Chakraborty, A. Clark, J. Dijksman, J. Ren and J. Zhang, "Statistical properties of granular materials near
jamming," Journal of Statistical Mechanics: Theory and Experiment, p. P06004, 2014.
• M. I. R. Putra, A. Rudiawan, W. Andariwulan, R. G. Berasategui and S. Viridi, "Network Analysis of The Brazil Nut Effect Phenomenon
with a Single Intruder," in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 2019.
6. Pendahuluan : Tujuan penelitian
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 6
Tujuan Penelitian
a) Menentukan set eksperimen yang tepat
berdasarkan hasil pengujian penyangga.
b) Menentukan proses pengolahan citra hasil
eksperimen beserta parameter yang tepat.
c) Mendapatkan kecenderungan perubahan nilai
parameter jaringan terhadap kondisi fisis sistem
butiran pada kondisi awal tertentu.
d) Mendapatkan koefisien korelasi antara
parameter-parameter jaringan terhadap koefisien
segregasi.
Ruang Lingkup Kajian
a) Model butiran pseudo-dua dimensi.
b) Metode pengambilan data saat eksperimen
dilakukan secara diskrit diasumsikan memberikan
hasil yang konsisten dengan pengambilan data
secara kontinu.
c) Pada hasil eksperimen campuran biner yang
menjadi objek pembahasan adalah butiran
intruder (yang memiliki ukuran lebih besar)
sedangkan bed (yang memiliki ukuran lebih kecil)
dianggap sebagai sistem.
7. LANDASAN TEORI
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 7
𝑡 = 1 𝑡 = 2 𝑡 = 3
EKB pada Campuran Biner
Γ =
𝐴 2𝜋𝑓 2
𝑔
Percepatan Ternormalisasi
Γ : percepatan ternormalisasi
𝐴 : amplitude (m)
𝑓 : frekuensi (Hz)
𝑔 : percepatan gravitasi (m/s2)
𝑍 𝑆 : koefisien segregasi
𝑁 𝑢 : jumlah intruder di atas
𝑁𝑙 : jumlah intruder di bawah
Koefisien Segregasi
𝑍 𝑠 =
𝑁 𝑢 − 𝑁𝑙
𝑁 𝑢 + 𝑁𝑙
Mekanisme Segregasi
• Konveksi (Γ > 1 dan frekuensi
rendah)
• Fluidisasi tanpa konveksi
(Γ > 1, frekuensi tinggi, dan
amplitudo kecil)
• Void filling, reorganisasi butiran
dengan energi yang cukup
• A. Rosato, K. J. Strandburg, F. Prinz and R. H. Swendsen, "Why the Brazil nuts are on top: Size segregation of
particulate matter by shaking," Physical Review Letters, p. APS, 1987.
• H. Wibowo, T. Ain, Y. Nugraha, D. Aji, S. Khotimah and S. Viridi, "Experimental study of granular convection in
(real) two-dimension Brazil-nut effect," Journal of Physics: Conference Series, vol. 739, no. 1, p. 012053, 2016.
8. Landasan Teori: Gaya-gaya yang bekerja
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 8
𝛿𝑖𝑗 = 𝑎𝑖 + 𝑎𝑗 − 𝒓𝑖 − 𝒓𝑗
𝒗 𝑛 𝑖𝑗 = ( 𝒗𝑖 − 𝒗𝑗 ∙ 𝒏𝑖𝑗) 𝒏𝑖𝑗
𝑚 𝑒𝑓𝑓 =
𝑚𝑖 𝑚𝑗
𝑚𝑖 + 𝑚𝑗
𝑭 𝑛𝑖𝑗
= 𝑘 𝑛 𝛿𝑖𝑗 𝒏𝑖𝑗 − 𝛾𝑛 𝑚 𝑒𝑓𝑓 𝒗 𝒏 𝒊𝒋
Gaya Normal Antar Butiran
Gaya Normal Antara Butiran dan DInding
𝑚 𝑒𝑓𝑓 = lim
𝑚 𝑤→∞
𝑚𝑖 𝑚 𝑤
𝑚𝑖 + 𝑚 𝑤
𝑚 𝑒𝑓𝑓 = 𝑚𝑖
𝑭 𝑤 𝑖𝑘
= 𝑘 𝑛 𝛿𝑖𝑘 𝒏𝑖𝑘 − 𝛾𝑛 𝑚𝑖 𝒗 𝒏𝒊𝒌
Gaya Total yang Bekerja
𝑭𝑖
𝑡𝑜𝑡
= 𝑚𝑖 𝒈 +
𝑗
𝑭 𝑛𝑖𝑗
+
𝑘
𝑭 𝑤 𝑖𝑘
− 𝑏𝒗𝒊
• L. E. Silbert, D. Ertas, G. S. Grest, T. C. Halsey, D. Levine, and S. J. Plimpton, Phys. Rev. E
64, 051302 (2001)
𝛿𝑖𝑗 : Besar overlap antara butiran i dan j (m)
𝒗 𝒏 𝒊𝒋
: Kecepatan normal relatif butiran i dan j
𝑚 𝑒𝑓𝑓 : Massa efektif (kg)
𝑘 𝑛 : Koefisien kekakuan pegas butiran (N/m)
𝛾𝑛 : Koefisien viskositas butiran (s-1)
𝒈 : Medan gravitasi bumi (m/s2)
𝑏 : Konstanta friksi udara
9. Landasan Teori: Jaringan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 9
Jaringan Tak-berbobot dan Tak-berarah
simpul sisi
𝑎𝑖𝑗 = ቊ
1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙 𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑗 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔
0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙 𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑗 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔
𝐴 =
0 0 1 1 1
0 0 0 1 1
1 0 0 0 0
1 1 0 0 1
1 1 0 1 0
Parameter jaringan yang dihitung:
a) Densitas jaringan
b) Sentralitas keantaraan
c) Komunitas berdasarkan modularitas
Representasi Butiran sebagai Jaringan
• D. M. Walker and A. Tordesillas, "Topological evolution in dense granular materials: a complex networks
perspective," International Journal of Solids and Structures, vol. 47, pp. 624--639, 2010.
• L. Papadopoulos, M. A. Porter, K. E. Daniels and D. S. Bassett, "Network analysis of particles and grains," Journal
of Complex Networks, vol. 6, pp. 485--565, 2018.
• A. Clauset, M. E. Newman and C. Moore, "Finding community structure in very large networks," Physical review
E, vol. 70, p. 066111, 2004.
10. Landasan Teori: Jaringan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 10
Derajat dan densitas jaringan Sentralitas Keantaraan
𝑘𝑖 =
𝑗=1
𝑁
𝐴𝑖𝑗
𝐷 =
σ𝑖=1
𝑁
𝑘𝑖
)𝑁(𝑁 − 1
𝑘𝑖 : derajat lokal simpul i
𝐴 : matriks ketetanggaan
𝑁 : jumlah simpul
𝐷 : densitas jaringan
Simpul ke- Derajat (𝑘𝑖)
1 3
2 2
3 1
4 3
5 3
Total 12
Jumlah sisi 6
Densitas 0.3
𝐵𝑖 =
𝑔,ℎ;𝑔≠ℎ
൯𝜓 𝑔ℎ(𝑖
𝜓 𝑔ℎ
, 𝑖 ∈ {𝑔, ℎ}
𝐵 =
𝑖=1
𝑁
𝐵𝑖
Sentralitas keantaraan merupakan perbandingan banyaknya jalur
terpendek yang melewati simpul 𝑖 dengan keseluruhan jalur
terpendek
Simpul ke-
Koefisien
Klasterisasi
1 0.5
2 0
3 0
4 0.166667
5 0.166667
Total 2.665
<B> 0.16667
Ψ𝑔ℎ(𝑖) : jalur terpendek yang melewati simpul i
Ψ𝑔ℎ : seluruh jalur terpendek
𝐵𝑖 : sentralitas keantaraan i
𝐵 : sentralitas keantaraan global
• Dalam konteks sistem butiran, derajat dapat diartikan sebagai
banyaknya partikel yang kontak dengan partikel yang ditinjau
atau biasa diketahui sebagai bilangan koordinasi
• Densitas jaringan merupakan rasio antara jumlah sisi yang
terdapat pada jaringan dan jumlah sisi maksimum yang mungkin
ada pada jaringan tersebut.
11. Landasan Teori: Jaringan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 11
Modularitas Algoritma Greedy Optimization
• Modularitas Q didefinisikan sebagai jumlah sisi yang berada
dalam jaringan dikurangi dengan jumlah yang diharapkan dalam
jaringan yang sama dengan sisi yang ditempatkan secara acak.
𝑄 =
1
2𝑚
𝑖,𝑗
𝐴𝑖𝑗 −
𝑘𝑖 𝑘𝑗
2𝑚
𝛿(𝑐𝑖, 𝑐𝑗)
1. Pisahkan tiap simpul secara tunggal menjadi Ncom komunitas.
2. Hitung besar ΔQ untuk semua kemungkinan penggabungan
pasangan komunitas.
3. Gabungkan pasangan yang memiliki kenaikan Q yang paling besar.
4. Ulangi langkah 2 dan 3 hingga semua komunitas bergabung menjadi 1
komunitas.
5. Potong-silang dendogram ketika Q maksimum. Nilai Q dapat berubah
seperti pada gambar sehingga perlu dipilih nilai Q maksimum yang
diperoleh selama proses.
𝑒 𝑝𝑞 =
1
2𝑚
𝑖𝑗
𝐴𝑖𝑗 𝛿 𝑐𝑖, 𝑝 𝛿 𝑐𝑗, 𝑞 𝑎 𝑝 =
1
2𝑚
𝑖
𝑘𝑖 𝛿 𝑐𝑖, 𝑝
𝑄 =
1
2𝑚
𝑖,𝑗
𝐴𝑖𝑗 −
𝑘𝑖 𝑘𝑗
2𝑚
𝑝
𝛿 𝑐𝑖, 𝑝 𝛿 𝑐𝑗, 𝑝
=
𝑝
1
2𝑚
𝑖,𝑗
𝐴𝑖𝑗 𝛿 𝑐𝑖, 𝑝 𝛿 𝑐𝑗, 𝑝 −
1
2𝑚
𝑖
𝑘𝑖 𝛿 𝑐𝑖, 𝑝
1
2𝑚
𝑗
𝑘𝑗 𝛿 𝑐𝑗, 𝑝
=
𝑝
𝑒 𝑝𝑝 − 𝑎 𝑝
2
Δ𝑄 = 𝑒 𝑝𝑞 + 𝑒 𝑞𝑝 − 2𝑎 𝑝 𝑎 𝑞
12. METODE
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 12
(a) (b)
Konfigurasi Awal Sistem ButiranSet Eksperimen
Set eksperimen berupa; (a) laptop, (b) kamera, (c) servo, (d) Arduino
Uno, (e) relay, (f) penyangga, (g) penggetar, (h) wadah butiran, (i)
akselerometer, (j) osiloskop, (k) penguat daya, dan (l) pembangkit sinyal.
Spesifikasi Bed Intruder
Massa (g) 0.0357 0.0868
Diameter (mm) 4.035 6.560
Ketebalan (mm) 2.00 2.00
Konfigurasi awal
rapat
Konfigurasi awal
jarang
13. Metode: Eksperimen dan Pengambilan Data
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 13
Pengujian Vibrasi dengan Penyangga
• Menguji pengaruh penyangga dalam meminimalisir vibrasi
selain vertikal menggunakan akselerometer..
• Dua pengujian:
• Pengujian amplitudo vibrasi
(f = 15.43 Hz)
• Pengujian frekuensi vibrasi
(Vrms = 200 mV)
• Dibaca menggunakan osiloskop dengan LPF (low pass filter)
Sumbu Koordinat Relatif Sensor
Tampilan
penyangga yang
digunakan
14. Metode: Eksperimen dan Pengambilan Data
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 14
Variasi
getar ke-
Frekuensi
(Hz)
Amplitudo
(cm)
Γ
1 11.0000 0.6000 2.9246
2 15.0000 0.4000 3.6256
3 11.0000 0.9000 4.3869
4 13.0000 0.6500 4.4252
5 15.0000 0.5000 4.5320
6 13.0000 0.8000 5.4464
Alur Kerja Eksperimen Variasi Getar dan Parameter Waktu
Parameter Nilai
tvib 3 detik
tdelay 1 detik
Niterasi 40 kali
Total tvib 120 detik
Total titerasi 160 detik
15. Metode : Pengolahan citra dan analisis jaringan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 15
Alur Pengolahan Citra Analisis Jaringan
Urutan perhitungan parameter jaringan adalah:
1. Perhitungan koefisien segregasi
2. Perhitungan jumlah simpul dan sisi
3. Perhitungan densitas jaringan
4. Perhitungan sentralitas keantaraan
5. Pembentukan struktur komunitas berdasarkan
algoritma greedy optimization
6. Perhitungan jumlah komunitas
7. Nilai-nilai disimpan sebagai list
16. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 16
Hasil Pengujian Vrms Vibrasi dengan Penyangga
No
Sumber Tanpa penyangga Dengan penyangga
Frekuensi
(Hz)
Vrms
Sumber
(mV)
Vrms
Sb-x
(mV)
Vrms
Sb-y
(mV)
Vrms
Sb-z
(mV)
Vrms
Sb-x
(mV)
Vrms
Sb-y
(mV)
Vrms
Sb-z
(mV)
1 15.43 100.00 34.60 492.00 49.00 34.60 125.00 34.60
2 15.43 130.00 40.00 564.00 60.00 40.00 275.00 34.60
3 15.43 160.00 40.00 640.00 66.30 34.60 370.00 44.70
4 15.43 190.00 44.70 685.00 80.00 40.00 480.00 60.00
5 15.43 220.00 49.00 740.00 87.20 40.00 562.00 56.60
6 15.43 250.00 52.90 768.00 84.90 40.00 628.00 77.50
7 15.43 280.00 60.00 778.00 89.40 44.70 658.00 89.00
Koefisien korelasi 0.991 1 0.9643 0.7769 1 0.955
Rata-rata 45.88 666.71 73.83 39.13 442.57 56.71
Persentase pengaruh penyangga - - - 14.73% 33.63% 23.18%
17. Hasil dan Pembahasan: Hasil pengujian vibrasi
dengan penyangga
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 17
0
10
20
30
40
50
60
70
80 130 180 230 280
Vrmssb-xwadah(mV)
Vrms sumber (mV)
Tanpa penyangga
Dengan penyangga
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
80 130 180 230 280
Vrmssb-ywadah(mV) Vrms sumber (mV)
Tanpa penyangga
Dengan penyangga
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
80 130 180 230 280
Vrmssb-zwadah(mV)
Vrms sumber (mV)
Dengan penyangga
Tanpa penyangga
Plot untuk Vrms Sumbu-x Plot untuk Vrms Sumbu-y Plot untuk Vrms Sumbu-z
Simpulan pada pengujian
Vrms vibrasi
1. Adanya penyangga dapat menekan nilai koefisien korelasi sumbu-x
2. Penyangga menekan besar amplitudo pada sumbu-y dan sumbu-z
3. Walaupun besar rata-rata sumbu-y juga berkurang, namun tidak
mengurangi linearitas.
18. Hasil dan Pembahasan: Hasil pengujian vibrasi
dengan penyangga
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 18
Hasil Pengujian Frekuensi dengan Penyangga Plot untuk Pengujian Frekuensi
1. Hasil menunjukkan penyangga tidak mengubah nilai
frekuensi yang dihasillkan penggetar.
2. Berdasarkan pengujian tersebut maka digunakan
penyangga pada penggetar
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Frekuensiwadah(Hz)
Frekuensi sumber (Hz)
Tanpa penyangga
Dengan penyangga
No
Vrms
Sumber
(mV)
Frekuensi Sumber
(Hz)
Frekuensi dengan
Penyangga
(Hz)
Frekuensi tanpa
Penyangga
(Hz)
1 200.00 10.00 10.04 10.00
2 200.00 12.25 12.32 12.25
3 200.00 15.34 15.24 15.72
4 200.00 17.48 17.01 17.86
5 200.00 20.00 19.84 20.00
6 200.00 22.32 23.36 23.36
7 200.00 25.51 25.25 25.00
Koefisien korelasi 1.00 1.00
Simpulan Pengujian Frekuensi
19. Hasil dan Pembahasan: Galat Deteksi Intruder
sebagai Simpul
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 19
(a) (b) (c)
(a) (b) (c)
Cuplikan hasil pengambilan citra untuk
konfigurasi awal rapat (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
Cuplikan hasil pengambilan citra untuk
konfigurasi awal jarang (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
0.00%
0.20%
0.40%
0.60%
0.80%
1.00%
1.20%
1.40%
1.60%
f=11 Hz;
Γ=2.9246
f=15 Hz;
Γ=3.6255
f=11 Hz;
Γ=4.3869
f=13 Hz;
Γ=4.4252
f=15 Hz;
Γ=4.5319
f=13 Hz;
Γ=5.4464
Rata-rataGalat
Variasi Getar
Galat konfigurasi rapat Galat konfigurasi jarang
Diagram batang yang menggambarkan besar
galat pendeteksian
Rata−rata galat = ൗ
𝑖
Jumlah intruder terdeteksi pada citra−𝑖 − 33
33
40
20. Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan Nilai
Koefisien Segregasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 20
-1.0000
-0.8000
-0.6000
-0.4000
-0.2000
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
1.0000
0 20 40 60 80 100 120
Zs
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
-1.0000
-0.8000
-0.6000
-0.4000
-0.2000
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
1.0000
0 20 40 60 80 100 120
Zs
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
Plot hasil perhitungan koefisien segregasi tiap
waktu pada konfigurasi awal rapat
Plot hasil perhitungan koefisien segregasi tiap
waktu pada konfigurasi awal jarang
21. Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan Nilai
Koefisien Segregasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 21
0.0000
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
0.6000
0.7000
0.8000
0.9000
1.0000
2.9 3.1 3.3 3.5 3.7 3.9 4.1 4.3 4.5 4.7 4.9 5.1 5.3 5.5
Zs,max
Γ
Konfigurasi Rapat
Konfigurasi Jarang
Plot nilai koefisien segregasi maksimum pada
tiap nilai Γ
22. 0.0000
0.0050
0.0100
0.0150
0.0200
0.0250
0.0300
0.0350
0 20 40 60 80 100 120
D
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan
Densitas Jaringan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 22
Cuplikan hasil pembangkitan jaringan untuk
konfigurasi awal rapat (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
Cuplikan hasil pembangkitan jaringan untuk
konfigurasi awal jarang (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
(a) (b) (c) (a) (b) (c)
0.0000
0.0100
0.0200
0.0300
0.0400
0.0500
0.0600
0.0700
0.0800
0 20 40 60 80 100 120
D
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
Plot hasil perhitungan densitas jaringani tiap
waktu pada konfigurasi awal rapat
Plot hasil perhitungan densitas jaringani tiap
waktu pada konfigurasi awal jarang
23. Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan
Densitas Jaringan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 23
Perubahan rata-rata densitas jaringan tiap waktu untuk
konfigurasi awal rapat dan konfigurasi awal jarang.
0.0000
0.0100
0.0200
0.0300
0.0400
0.0500
0.0600
0.0700
0 20 40 60 80 100 120
Davg
t (s)
Konfigurasi rapat
Konfigurasi jarang
24. Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan
Sentralitas Keantaraan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 24
Cuplikan hasil perhitungan sentralitas keantaraan
untuk konfigurasi awal rapat (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
Cuplikan hasil perhitungan sentralitas keantaraan
untuk konfigurasi awal jarang (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
Plot hasil perhitungan sentralitas keantaraan
tiap waktu pada konfigurasi awal rapat
Plot hasil perhitungan sentralitas keantaraan
tiap waktu pada konfigurasi awal jarang
(a) (b) (c)
(a) (b) (c)
0.0000
0.0200
0.0400
0.0600
0.0800
0.1000
0.1200
0.1400
0 20 40 60 80 100 120
<B>
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
0.000000
0.005000
0.010000
0.015000
0.020000
0.025000
0.030000
0.035000
0.040000
0.045000
0.050000
0 20 40 60 80 100 120
<B>
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
25. 0
5
10
15
20
25
30
35
0 20 40 60 80 100 120
Ncom
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
Hasil dan Pembahasan: Hasil Pemetaan
Komunitas berdasarkan Optimasi Modularitas
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 25
Cuplikan hasil pemetaan komunitas untuk
konfigurasi awal rapat (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
Cuplikan hasil pemetaan komunitas untuk
konfigurasi awal jarang (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
Plot hasil perhitungan jumlah komunitas tiap
waktu pada konfigurasi awal rapat
Plot hasil perhitungan jumlah komunitas tiap
waktu pada konfigurasi awal jarang
(a) (b) (c) (a) (b) (c)
0
5
10
15
20
25
30
35
0 20 40 60 80 100 120
Ncom
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
26. Hasil dan Pembahasan: Hasil Pemetaan
Komunitas berdasarkan Optimasi Modularitas
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 26
Perubahan rata-rata densitas jaringan tiap waktu untuk
konfigurasi awal rapat dan konfigurasi awal jarang.
0
5
10
15
20
25
30
35
0 20 40 60 80 100 120
Ncom,avg
t (s)
Konfigurasi rapat
Konfigurasi jarang
27. Hasil dan Pembahasan: Hubungan parameter-
parameter jaringan dengan koefisien segregasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 27
Plot sebaran densitas
jaringan terhadap
koefisien segregasi
Plot sebaran sentralitas
keantaraan terhadap
koefisien segregasi
28. Hasil dan Pembahasan: Hubungan parameter-
parameter jaringan dengan koefisien segregasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 28
Konfigurasi Awal
Koefisien Korelasi terhadap Koefisien
Segregasi
D <B> Ncom
Rapat -0.7589 -0.7280 0.6394
Jarang 0.7958 0.7744 -0.7452
Nilai koefisien korelasi
parameter-parameter
jaringan terhadap koefisien
segregasi
Plot sebaran jumlah
komunitas terhadap
koefisien segregasi
29. SIMPULAN
DAN SARAN
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 29
Simpulan
1. Set eksperimen menggunakan penyangga teruji
mengurangi efek vibrasi horizontal
2. Galat pendeteksian intruder menggunakan
hit-miss transform sebesar kurang dari 1.5 %.
3. Nilai koefisien segregasi akhir berada pada
rentang 0 – 0.8 dan memiliki karakteristik
kenaikan yang berbeda namun arah sama untuk
masing-masing konfigurasi. Variasi ketiga memiliki
kenaikan koefisien segregasi paling baik.
4. Seperti pada koefisien segregasi, perhitungan
parameter-parameter jaringan juga menghasilkan
karakteristik yang berbeda untuk konfigurasi awal
rapat dan konfigurasi awal jarang, namun
memiliki arah pergerakan yang berbeda satu
sama lain.
5. Secara umum, densitas jaringan merupakan parameter
jaringan yang berkorelasi paling kuat dengan koefisien
segregasi yakni sebesar -0.7589 untuk konfigurasi rapat
dan 0.7958 untuk konfigurasi jarang.
6. Berdasarkan hasil plot sebaran densitas jaringan dan
jumlah komunitas terhadap koefisien segregasi,
memperkuat hasil penelitian (Sanders, et al) yang
menunjukkan bahwa terdapatnya kecendrungan untuk
intruder bergerak secara mengelompok akibat adanya
perbedaan kerapatan dan besarnya energi kinetik pada
partikel bed di sekitar intruder.
7. Paramater-parameter jaringan berupa densitas
jaringan, sentralitas keantaraan, serta jumlah komunitas
dapat menjadi alat untuk mengkarakterisasi kondisi
sistem butiran di tiap waktunya.
30. SIMPULAN
DAN SARAN
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 30
Saran
1. Penelitian terhadap parameter jaringan yang sama dapat dilakukan dengan sudut
pandang berfokus pada butiran bed dalam campuran biner (pada penelitian ini
berfokus pada butiran intruder). Untuk selanjutnya juga dapat dilakukan dengan
meninjau kedua jenis butiran. Untuk hal ini maka dibutuhkan preparasi bahan
eksperimen dan modifikasi pada parameter pengolahan citra.
2. Batas ruang dan waktu sangat mempengaruhi hasil akhir dari eksperimen. Oleh
karena itu perlu dilakukan percobaan dengan lebar wadah yang cukup besar
sehingga dapat didekati bahwa intruder hanya berinteraksi dengan butiran lain
tanpa bergesakan dengan dinding samping wadah. Selain itu dengan
memperpanjang waktu percobaan dapat dilakukan untuk menginvestigasi secara
cermat terhadap nilai konvergensi yang diperoleh pada perhitungan densitas
jaringan dan nilai komunitas.
31. Terima Kasih
SIDANG TUGAS AKHIR II
Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat. Sparisoma Viridi S.Si.
Dosen Penguji 1 : Dr.Eng. Dwi Irwanto S.Si.,M.Si.
Dosen Penguji 2 : Dr. Fourier Dzar Eljabbar S.Si.,M.Si.
MUHAMMAD IQBAL RAHMADHAN PUTRA
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika
Program Studi Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
33. Tambahan: Hit-Miss Transform
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 33
)𝐴 ⊛ 𝐵 = (𝐴 ⊝ B1) ∩ (Ac ⊝ 𝐵2
Rumusan Matematis
(1) Contoh citra yang akan
dideteksi
(2) Contoh elemen
penstruktur
B1 B2
(3) Hasil operasi 𝐀 ⊝ 𝑩 𝟏, 𝑨 𝒄
,
dan 𝑨 𝒄
⊝ 𝑩 𝟐
(4) Hasil Akhir
Operasi 𝐴 ⊝ 𝐵1 dan 𝐴 𝑐 ⊝ 𝐵2
disebut sebagai operasi erosi
yaitu suatu efek untuk
memperkecil citra.
34. Tambahan: Cuplikan Citra Hasil Eksperimen Konfigurasi Rapat (bagian 1)
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 34
f = 11 Hz,
Γ = 2.9246
f = 15Hz,
Γ = 3.6256
f = 11 Hz,
Γ = 4.3869
t = 0 s t = 30 s t = 60 s t = 90 s t = 120 s
35. Tambahan: Cuplikan Citra Hasil Eksperimen Konfigurasi Rapat (bagian 2)
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 35
f = 13Hz,
Γ = 4.4252
f = 15Hz,
Γ = 4.5320
f = 13 Hz,
Γ = 5.4464
t = 0 s t = 30 s t = 60 s t = 90 s t = 120 s
36. Tambahan: Cuplikan Citra Hasil Eksperimen Konfigurasi Jarang (bagian 1)
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 36
f = 11 Hz,
Γ = 2.9246
f = 15Hz,
Γ = 3.6256
f = 11 Hz,
Γ = 4.3869
t = 0 s t = 30 s t = 60 s t = 90 s t = 120 s
37. Tambahan: Cuplikan Citra Hasil Eksperimen Konfigurasi Jarang (bagian 2)
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 37
f = 13Hz,
Γ = 4.4252
f = 15Hz,
Γ = 4.5320
f = 13 Hz,
Γ = 5.4464
t = 0 s t = 30 s t = 60 s t = 90 s t = 120 s
38. Tambahan: Tahapan Pengolahan Citra
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 38
Citra Hasil Eksperimen Hasil Pemotongan Hasil Grayscale Hasil Biner
39. Tambahan: Tahapan Pengolahan Citra
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 39
Hasil Hit-miss
transform Hasil Deteksi SImpul Hasil Deteksi Sisi Hasil Akhir
40. Tambahan: Hubungan 𝑽 𝒓𝒎𝒔 dan Amplitudo Vibrasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 40
Perhitungan 𝑽 𝒓𝒎𝒔 pada gelombang sinusoiudal
• Perhitungan nilai RMS secara umum dari fungsi 𝑦 = 𝑓 𝑡 :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑀𝑆 =
1
𝑏 − 𝑎
න
𝑎
𝑏
𝑦2 𝑑𝑡
• Misalkan terdapat suatu gelombang sinus yang merepresentasikan tegangan
atau arus dengan nilai peak sebesar 𝐴:
𝑉 𝑡 = 𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛(𝜔𝑡)
• Maka nilai RMS 𝑉𝑅𝑀𝑆 adalah seperti berikut:
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
1
𝑇
න
0
𝑇
(𝑉(𝑡))2 𝑑𝑡 =
1
𝑇
න
0
𝑇
𝐴2 sin2(𝑤𝑡) 𝑑𝑡
• Diketahui bahwa cos 2𝜃 = 1 − 2 sin2
𝜃, maka
sin2
𝜔𝑡 =
1
2
(1 − cos 2𝜔𝑡)
• Sehingga dapat diperoleh
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
1
𝑇
න
0
𝑇
(𝑉𝑚)2
2
(1 − cos 2𝜔𝑡)𝑑𝑡
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
(𝑉𝑚)2
2𝑇
න
0
𝑇
(1 − cos 2𝜔𝑡)𝑑𝑡
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
(𝑉𝑚)2
2𝑇
𝑡 −
sin 2𝜔𝑡
2𝜔
𝑇
0
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
(𝑉𝑚)2
2𝑇
𝑇 −
sin 2𝜔𝑇
2𝜔
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
(𝑉𝑚)2
2
−
(𝑉𝑚)2sin 2𝜔𝑇
4𝜔𝑇
• Apabila 𝑇 → ∞ maka ruas kanan akan menuju nol. Sehingga
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
𝑉𝑚
2
Nilai RMS dari 𝑉 =
1
2
× nilai peak dari 𝑉• https://www.raeng.org.uk/publications/other/8-rms
41. Tambahan: Hubungan 𝑽 𝒓𝒎𝒔 dan Amplitudo Vibrasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 41
Perhitungan besaran vibrasi berdasarkan nilai
tegangan
• Misalkan sensor yang digunakan memiiki sensitivitas 𝛼, maka konversi nilai
tegangan 𝑉(𝑡) yang dibaca pada osiloskop menjadi percepatan 𝑎(𝑡) adalah
sebagai berikut:
𝑎(𝑡) =
𝑉(𝑡)
𝛼
• Apabila 𝑦 𝑡 , 𝑣 𝑡 , dan 𝑓 berturut-turut adalah perpindahan, kecepatan yang
dialami sensor pada waktu t dan frekuensi, maka untuk vibrasi yang mengikuti
gelombang sinusoidal terdapat hubungan sebagai berikut.
𝑦 𝑡 = 𝑦 𝑚 sin 2𝜋𝑓𝑡
v t =
𝑑𝑦(𝑡)
𝑑𝑡
= 2𝜋𝑓𝑦 𝑚 cos 2𝜋𝑓𝑡
𝑣 𝑚 = 2𝜋𝑓𝑦 𝑚
𝑣 𝑡 = 𝑣 𝑚 cos 2𝜋𝑓𝑡
𝑎 𝑡 =
𝑑𝑣(𝑡)
𝑑𝑡
= −2𝜋𝑓𝑣 𝑚 sin 2𝜋𝑓𝑡
𝑎 𝑚 = 2𝜋𝑓𝑣 𝑚
• https://www.raeng.org.uk/publications/other/8-rms
• Dengan mengetahui nilai 𝑓 yang tetap maka diketahui
𝑦 𝑚 =
𝑣 𝑚
2𝜋𝑓
=
𝑎 𝑚
2𝜋𝑓 2
• dimana 𝑦 𝑚, 𝑣 𝑚, 𝑎 𝑚 berturut-turut merupakan nilai maksimum
atau peak dari masing-masing besaran. Dengan menghubungkan
percepatan dan tegangan yang dihasilkan, diperoleh
𝑎 𝑚 =
𝑉𝑚
𝛼
𝑦 𝑚 =
𝑎 𝑚
2𝜋𝑓 2
=
𝑉𝑚
𝛼 2𝜋𝑓 2
• Oleh karena itu, untuk nilai 𝑓 dan 𝛼 yang tetap dapat disimpulkan
bahwa
𝑦 𝑚~ 𝑉𝑚 = 𝑉𝑅𝑀𝑆 2
42. Tambahan: Hubungan 𝑽 𝒓𝒎𝒔 dan Amplitudo Vibrasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 42
Contoh hasil penerapan LPF pada sinyal yang dibaca
sensor menghasilkan bentuk gelombang sinusoidal
-0.20
-0.15
-0.10
-0.05
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
Vrms
t
Tanpa LPF Dengan LPF
43. Tambahan: Perbandingan Algoritma Optimasi Penentuan Struktur Komunitas
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 43
Grafik Jumlah Komunitas tiap Waktu dengan Algortima
Greedy Optimization dan Edge Betweenness
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 20 40 60 80 100 120
Ncom
t (s)
Greedy Optimization
Edge Betweenness
Algoritma Waktu (s)
Optimal Modularity 7.4741
Greedy Optimization 0.08271
Selisih 98%