SlideShare a Scribd company logo
ANALISIS PARAMETER JARINGAN
PADA FENOMENA EFEK KACANG BRAZIL
CAMPURAN BINER SISTEM BUTIRAN DUA DIMENSI
MUHAMMAD IQBAL RAHMADHAN PUTRA
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika
Program Studi Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
SIDANG TUGAS AKHIR II
Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat. Sparisoma Viridi S.Si.
Dosen Penguji 1 : Dr.Eng. Dwi Irwanto S.Si.,M.Si.
Dosen Penguji 2 : Dr. Fourier Dzar Eljabbar S.Si.,M.Si.
ABSTRAK
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 2
Efek Kacang Brazil (EKB) merupakan salah satu fenomena yang dapat diamati pada campuran biner sistem butiran yakni
ketika dua jenis butiran digetarkan secara vertikal maka kedua jenis butiran cenderung untuk tersegregasi secara parsial atau
sepenuhnya, pada penelitian sebelumnya telah diamati bahwa butiran yang memiliki ukuran lebih besar (volume atau massa)
naik ke bagian atas. Metode yang digunakan untuk mengkarakterisasi kondisi di tiap waktu selama proses segregasi telah
dilakukan secara global yakni dengan menentukan koefisien segregasi dan menghitung pusat massa dari sistem. Kedua
metode tersebut hanya dapat menggambarkan kondisi sistem secara global, namun tidak untuk sampai pada skala meso.
Untuk dapat mengkarakterisasi sistem untuk skala global dan meso di tiap waktu digunakan analisis jaringan yang telah
digunakan pada analisis sistem butiran dengan diberikan kompresi. Pada penelitian tugas akhir ini dilakukan
pengkarakterisasian kondisi sistem butiran dengan berbagai kondisi awal pada tiap waktu selama proses segregasi akibat
EKB terjadi. Metodologi dari penelitian terbagai menjadi tiga, yakni; (1) eksperimen untuk pengambilan citra kondisi sitem
butiran, (2) pengolahan citra untuk ekstraksi jaringan, dan (3) analisis jaringan untuk mendapatkan parameter jaringan.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua macam kondisi awal, yakni konfigurasi rapat dan konfigurasi jarang. Selain
itu juga dilakukan variasi terhadap nilai frekuensi dan amplitudo getaran yang membentuk percepatan ternormalisasi.
Parameter jaringan yang dihitung adalah densitas jaringan, sentralitas keantaraan, dan jumlah komunitas yang merupakan
hasil dari optimasi modularitas. Hasil perhitungan menunjukkan kecenderungan yang berbeda dari dua macam konfigurasi
awal untuk tiap parameter jaringan. Selanjutnya dicari nilai koefisien korelasi dari masing-masing parameter jaringan
terhadap koefisien segregasi yang menunjukkan bahwa densitas jaringan memiliki korelasi linear yang kuat dengan koefisien
segregasi dibandingkan paramater jaringan lainnya.
Kata kunci : sistem butiran, Efek Kacang Brazil, analisis jaringan, densitas jaringan, sentralitas keantaraan, modularitas
GARIS BESAR
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 3
Pendahuluan
Landasan Teori
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan dan Saran
PENDAHULUAN
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 4
Pentingnya
Material Butiran
Material butiran
merupakan bahan yang
kedua paling banyak
digunakan setelah air.
10 % energi digunakan
pada proses pencampuran,
pemisahan, dan
pembentukan formasi
material butiran
Fisika butiran
Analisis jaringan
Analisis
jaringan pada
material butiran
Schedules
Pengamatan
parameter jaringan
saat diberikan
kompresi biaksial
Resources
Deteksi komunitas
pada sistem
butiran
Analisis jaringan
pada sistem
butiran yang
mengalami EKB
Intruder
tunggal
Campuran
biner
• L. Papadopoulos, M. A. Porter, K. E. Daniels and D. S. Bassett, "Network analysis of particles and grains," Journal of Complex
Networks, vol. 6, pp. 485--565, 2018.
• M. I. R. Putra, A. Rudiawan, W. Andariwulan, R. G. Berasategui and S. Viridi, "Network Analysis of The Brazil Nut Effect Phenomenon
with a Single Intruder," in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 2019.
• L. Papadopoulos, M. A. Porter, K. E. Daniels and D. S. Bassett, "Network analysis of particles and grains," Journal of Complex
Networks, vol. 6, pp. 485--565, 2018.
• M. I. R. Putra, A. Rudiawan, W. Andariwulan, R. G. Berasategui and S. Viridi, "Network Analysis of The Brazil Nut Effect Phenomenon
with a Single Intruder," in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 2019.
Pendahuluan : Beberapa penelitian sebelumnya
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 5
Perhitungan terhadap
koefisien segregasi
Pengamatan gaya
berantai pada
butiran terkompresi
Pengamatan
kecenderungan
intruder berkelompok
Penentuan struktur
komunitas pada EKB
intruder tunggal
• S.-S. Hsiau and J.-I. Wang, "Segregation processes of a binary granular mixture in a shaker," Advanced Powder Technology, vol. 10,
pp. 245-235, 1999.
• D. A. Sanders, M. R. Swift, R. Bowley and P. King, "Are Brazil nuts attractive?," Physical review letters, 2004
• R. Behringer, D. Bi, B. Chakraborty, A. Clark, J. Dijksman, J. Ren and J. Zhang, "Statistical properties of granular materials near
jamming," Journal of Statistical Mechanics: Theory and Experiment, p. P06004, 2014.
• M. I. R. Putra, A. Rudiawan, W. Andariwulan, R. G. Berasategui and S. Viridi, "Network Analysis of The Brazil Nut Effect Phenomenon
with a Single Intruder," in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 2019.
Pendahuluan : Tujuan penelitian
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 6
Tujuan Penelitian
a) Menentukan set eksperimen yang tepat
berdasarkan hasil pengujian penyangga.
b) Menentukan proses pengolahan citra hasil
eksperimen beserta parameter yang tepat.
c) Mendapatkan kecenderungan perubahan nilai
parameter jaringan terhadap kondisi fisis sistem
butiran pada kondisi awal tertentu.
d) Mendapatkan koefisien korelasi antara
parameter-parameter jaringan terhadap koefisien
segregasi.
Ruang Lingkup Kajian
a) Model butiran pseudo-dua dimensi.
b) Metode pengambilan data saat eksperimen
dilakukan secara diskrit diasumsikan memberikan
hasil yang konsisten dengan pengambilan data
secara kontinu.
c) Pada hasil eksperimen campuran biner yang
menjadi objek pembahasan adalah butiran
intruder (yang memiliki ukuran lebih besar)
sedangkan bed (yang memiliki ukuran lebih kecil)
dianggap sebagai sistem.
LANDASAN TEORI
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 7
𝑡 = 1 𝑡 = 2 𝑡 = 3
EKB pada Campuran Biner
Γ =
𝐴 2𝜋𝑓 2
𝑔
Percepatan Ternormalisasi
Γ : percepatan ternormalisasi
𝐴 : amplitude (m)
𝑓 : frekuensi (Hz)
𝑔 : percepatan gravitasi (m/s2)
𝑍 𝑆 : koefisien segregasi
𝑁 𝑢 : jumlah intruder di atas
𝑁𝑙 : jumlah intruder di bawah
Koefisien Segregasi
𝑍 𝑠 =
𝑁 𝑢 − 𝑁𝑙
𝑁 𝑢 + 𝑁𝑙
Mekanisme Segregasi
• Konveksi (Γ > 1 dan frekuensi
rendah)
• Fluidisasi tanpa konveksi
(Γ > 1, frekuensi tinggi, dan
amplitudo kecil)
• Void filling, reorganisasi butiran
dengan energi yang cukup
• A. Rosato, K. J. Strandburg, F. Prinz and R. H. Swendsen, "Why the Brazil nuts are on top: Size segregation of
particulate matter by shaking," Physical Review Letters, p. APS, 1987.
• H. Wibowo, T. Ain, Y. Nugraha, D. Aji, S. Khotimah and S. Viridi, "Experimental study of granular convection in
(real) two-dimension Brazil-nut effect," Journal of Physics: Conference Series, vol. 739, no. 1, p. 012053, 2016.
Landasan Teori: Gaya-gaya yang bekerja
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 8
𝛿𝑖𝑗 = 𝑎𝑖 + 𝑎𝑗 − 𝒓𝑖 − 𝒓𝑗
𝒗 𝑛 𝑖𝑗 = ( 𝒗𝑖 − 𝒗𝑗 ∙ 𝒏𝑖𝑗) 𝒏𝑖𝑗
𝑚 𝑒𝑓𝑓 =
𝑚𝑖 𝑚𝑗
𝑚𝑖 + 𝑚𝑗
𝑭 𝑛𝑖𝑗
= 𝑘 𝑛 𝛿𝑖𝑗 𝒏𝑖𝑗 − 𝛾𝑛 𝑚 𝑒𝑓𝑓 𝒗 𝒏 𝒊𝒋
Gaya Normal Antar Butiran
Gaya Normal Antara Butiran dan DInding
𝑚 𝑒𝑓𝑓 = lim
𝑚 𝑤→∞
𝑚𝑖 𝑚 𝑤
𝑚𝑖 + 𝑚 𝑤
𝑚 𝑒𝑓𝑓 = 𝑚𝑖
𝑭 𝑤 𝑖𝑘
= 𝑘 𝑛 𝛿𝑖𝑘 𝒏𝑖𝑘 − 𝛾𝑛 𝑚𝑖 𝒗 𝒏𝒊𝒌
Gaya Total yang Bekerja
𝑭𝑖
𝑡𝑜𝑡
= 𝑚𝑖 𝒈 + ෍
𝑗
𝑭 𝑛𝑖𝑗
+ ෍
𝑘
𝑭 𝑤 𝑖𝑘
− 𝑏𝒗𝒊
• L. E. Silbert, D. Ertas, G. S. Grest, T. C. Halsey, D. Levine, and S. J. Plimpton, Phys. Rev. E
64, 051302 (2001)
𝛿𝑖𝑗 : Besar overlap antara butiran i dan j (m)
𝒗 𝒏 𝒊𝒋
: Kecepatan normal relatif butiran i dan j
𝑚 𝑒𝑓𝑓 : Massa efektif (kg)
𝑘 𝑛 : Koefisien kekakuan pegas butiran (N/m)
𝛾𝑛 : Koefisien viskositas butiran (s-1)
𝒈 : Medan gravitasi bumi (m/s2)
𝑏 : Konstanta friksi udara
Landasan Teori: Jaringan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 9
Jaringan Tak-berbobot dan Tak-berarah
simpul sisi
𝑎𝑖𝑗 = ቊ
1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙 𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑗 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔
0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙 𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑗 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔
𝐴 =
0 0 1 1 1
0 0 0 1 1
1 0 0 0 0
1 1 0 0 1
1 1 0 1 0
Parameter jaringan yang dihitung:
a) Densitas jaringan
b) Sentralitas keantaraan
c) Komunitas berdasarkan modularitas
Representasi Butiran sebagai Jaringan
• D. M. Walker and A. Tordesillas, "Topological evolution in dense granular materials: a complex networks
perspective," International Journal of Solids and Structures, vol. 47, pp. 624--639, 2010.
• L. Papadopoulos, M. A. Porter, K. E. Daniels and D. S. Bassett, "Network analysis of particles and grains," Journal
of Complex Networks, vol. 6, pp. 485--565, 2018.
• A. Clauset, M. E. Newman and C. Moore, "Finding community structure in very large networks," Physical review
E, vol. 70, p. 066111, 2004.
Landasan Teori: Jaringan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 10
Derajat dan densitas jaringan Sentralitas Keantaraan
𝑘𝑖 = ෍
𝑗=1
𝑁
𝐴𝑖𝑗
𝐷 =
σ𝑖=1
𝑁
𝑘𝑖
)𝑁(𝑁 − 1
𝑘𝑖 : derajat lokal simpul i
𝐴 : matriks ketetanggaan
𝑁 : jumlah simpul
𝐷 : densitas jaringan
Simpul ke- Derajat (𝑘𝑖)
1 3
2 2
3 1
4 3
5 3
Total 12
Jumlah sisi 6
Densitas 0.3
𝐵𝑖 = ෍
𝑔,ℎ;𝑔≠ℎ
൯𝜓 𝑔ℎ(𝑖
𝜓 𝑔ℎ
, 𝑖 ∈ {𝑔, ℎ}
𝐵 = ෍
𝑖=1
𝑁
𝐵𝑖
Sentralitas keantaraan merupakan perbandingan banyaknya jalur
terpendek yang melewati simpul 𝑖 dengan keseluruhan jalur
terpendek
Simpul ke-
Koefisien
Klasterisasi
1 0.5
2 0
3 0
4 0.166667
5 0.166667
Total 2.665
<B> 0.16667
Ψ𝑔ℎ(𝑖) : jalur terpendek yang melewati simpul i
Ψ𝑔ℎ : seluruh jalur terpendek
𝐵𝑖 : sentralitas keantaraan i
𝐵 : sentralitas keantaraan global
• Dalam konteks sistem butiran, derajat dapat diartikan sebagai
banyaknya partikel yang kontak dengan partikel yang ditinjau
atau biasa diketahui sebagai bilangan koordinasi
• Densitas jaringan merupakan rasio antara jumlah sisi yang
terdapat pada jaringan dan jumlah sisi maksimum yang mungkin
ada pada jaringan tersebut.
Landasan Teori: Jaringan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 11
Modularitas Algoritma Greedy Optimization
• Modularitas Q didefinisikan sebagai jumlah sisi yang berada
dalam jaringan dikurangi dengan jumlah yang diharapkan dalam
jaringan yang sama dengan sisi yang ditempatkan secara acak.
𝑄 =
1
2𝑚
෍
𝑖,𝑗
𝐴𝑖𝑗 −
𝑘𝑖 𝑘𝑗
2𝑚
𝛿(𝑐𝑖, 𝑐𝑗)
1. Pisahkan tiap simpul secara tunggal menjadi Ncom komunitas.
2. Hitung besar ΔQ untuk semua kemungkinan penggabungan
pasangan komunitas.
3. Gabungkan pasangan yang memiliki kenaikan Q yang paling besar.
4. Ulangi langkah 2 dan 3 hingga semua komunitas bergabung menjadi 1
komunitas.
5. Potong-silang dendogram ketika Q maksimum. Nilai Q dapat berubah
seperti pada gambar sehingga perlu dipilih nilai Q maksimum yang
diperoleh selama proses.
𝑒 𝑝𝑞 =
1
2𝑚
෍
𝑖𝑗
𝐴𝑖𝑗 𝛿 𝑐𝑖, 𝑝 𝛿 𝑐𝑗, 𝑞 𝑎 𝑝 =
1
2𝑚
෍
𝑖
𝑘𝑖 𝛿 𝑐𝑖, 𝑝
𝑄 =
1
2𝑚
෍
𝑖,𝑗
𝐴𝑖𝑗 −
𝑘𝑖 𝑘𝑗
2𝑚
෍
𝑝
𝛿 𝑐𝑖, 𝑝 𝛿 𝑐𝑗, 𝑝
= ෍
𝑝
1
2𝑚
෍
𝑖,𝑗
𝐴𝑖𝑗 𝛿 𝑐𝑖, 𝑝 𝛿 𝑐𝑗, 𝑝 −
1
2𝑚
෍
𝑖
𝑘𝑖 𝛿 𝑐𝑖, 𝑝
1
2𝑚
෍
𝑗
𝑘𝑗 𝛿 𝑐𝑗, 𝑝
= ෍
𝑝
𝑒 𝑝𝑝 − 𝑎 𝑝
2
Δ𝑄 = 𝑒 𝑝𝑞 + 𝑒 𝑞𝑝 − 2𝑎 𝑝 𝑎 𝑞
METODE
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 12
(a) (b)
Konfigurasi Awal Sistem ButiranSet Eksperimen
Set eksperimen berupa; (a) laptop, (b) kamera, (c) servo, (d) Arduino
Uno, (e) relay, (f) penyangga, (g) penggetar, (h) wadah butiran, (i)
akselerometer, (j) osiloskop, (k) penguat daya, dan (l) pembangkit sinyal.
Spesifikasi Bed Intruder
Massa (g) 0.0357 0.0868
Diameter (mm) 4.035 6.560
Ketebalan (mm) 2.00 2.00
Konfigurasi awal
rapat
Konfigurasi awal
jarang
Metode: Eksperimen dan Pengambilan Data
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 13
Pengujian Vibrasi dengan Penyangga
• Menguji pengaruh penyangga dalam meminimalisir vibrasi
selain vertikal menggunakan akselerometer..
• Dua pengujian:
• Pengujian amplitudo vibrasi
(f = 15.43 Hz)
• Pengujian frekuensi vibrasi
(Vrms = 200 mV)
• Dibaca menggunakan osiloskop dengan LPF (low pass filter)
Sumbu Koordinat Relatif Sensor
Tampilan
penyangga yang
digunakan
Metode: Eksperimen dan Pengambilan Data
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 14
Variasi
getar ke-
Frekuensi
(Hz)
Amplitudo
(cm)
Γ
1 11.0000 0.6000 2.9246
2 15.0000 0.4000 3.6256
3 11.0000 0.9000 4.3869
4 13.0000 0.6500 4.4252
5 15.0000 0.5000 4.5320
6 13.0000 0.8000 5.4464
Alur Kerja Eksperimen Variasi Getar dan Parameter Waktu
Parameter Nilai
tvib 3 detik
tdelay 1 detik
Niterasi 40 kali
Total tvib 120 detik
Total titerasi 160 detik
Metode : Pengolahan citra dan analisis jaringan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 15
Alur Pengolahan Citra Analisis Jaringan
Urutan perhitungan parameter jaringan adalah:
1. Perhitungan koefisien segregasi
2. Perhitungan jumlah simpul dan sisi
3. Perhitungan densitas jaringan
4. Perhitungan sentralitas keantaraan
5. Pembentukan struktur komunitas berdasarkan
algoritma greedy optimization
6. Perhitungan jumlah komunitas
7. Nilai-nilai disimpan sebagai list
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 16
Hasil Pengujian Vrms Vibrasi dengan Penyangga
No
Sumber Tanpa penyangga Dengan penyangga
Frekuensi
(Hz)
Vrms
Sumber
(mV)
Vrms
Sb-x
(mV)
Vrms
Sb-y
(mV)
Vrms
Sb-z
(mV)
Vrms
Sb-x
(mV)
Vrms
Sb-y
(mV)
Vrms
Sb-z
(mV)
1 15.43 100.00 34.60 492.00 49.00 34.60 125.00 34.60
2 15.43 130.00 40.00 564.00 60.00 40.00 275.00 34.60
3 15.43 160.00 40.00 640.00 66.30 34.60 370.00 44.70
4 15.43 190.00 44.70 685.00 80.00 40.00 480.00 60.00
5 15.43 220.00 49.00 740.00 87.20 40.00 562.00 56.60
6 15.43 250.00 52.90 768.00 84.90 40.00 628.00 77.50
7 15.43 280.00 60.00 778.00 89.40 44.70 658.00 89.00
Koefisien korelasi 0.991 1 0.9643 0.7769 1 0.955
Rata-rata 45.88 666.71 73.83 39.13 442.57 56.71
Persentase pengaruh penyangga - - - 14.73% 33.63% 23.18%
Hasil dan Pembahasan: Hasil pengujian vibrasi
dengan penyangga
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 17
0
10
20
30
40
50
60
70
80 130 180 230 280
Vrmssb-xwadah(mV)
Vrms sumber (mV)
Tanpa penyangga
Dengan penyangga
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
80 130 180 230 280
Vrmssb-ywadah(mV) Vrms sumber (mV)
Tanpa penyangga
Dengan penyangga
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
80 130 180 230 280
Vrmssb-zwadah(mV)
Vrms sumber (mV)
Dengan penyangga
Tanpa penyangga
Plot untuk Vrms Sumbu-x Plot untuk Vrms Sumbu-y Plot untuk Vrms Sumbu-z
Simpulan pada pengujian
Vrms vibrasi
1. Adanya penyangga dapat menekan nilai koefisien korelasi sumbu-x
2. Penyangga menekan besar amplitudo pada sumbu-y dan sumbu-z
3. Walaupun besar rata-rata sumbu-y juga berkurang, namun tidak
mengurangi linearitas.
Hasil dan Pembahasan: Hasil pengujian vibrasi
dengan penyangga
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 18
Hasil Pengujian Frekuensi dengan Penyangga Plot untuk Pengujian Frekuensi
1. Hasil menunjukkan penyangga tidak mengubah nilai
frekuensi yang dihasillkan penggetar.
2. Berdasarkan pengujian tersebut maka digunakan
penyangga pada penggetar
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Frekuensiwadah(Hz)
Frekuensi sumber (Hz)
Tanpa penyangga
Dengan penyangga
No
Vrms
Sumber
(mV)
Frekuensi Sumber
(Hz)
Frekuensi dengan
Penyangga
(Hz)
Frekuensi tanpa
Penyangga
(Hz)
1 200.00 10.00 10.04 10.00
2 200.00 12.25 12.32 12.25
3 200.00 15.34 15.24 15.72
4 200.00 17.48 17.01 17.86
5 200.00 20.00 19.84 20.00
6 200.00 22.32 23.36 23.36
7 200.00 25.51 25.25 25.00
Koefisien korelasi 1.00 1.00
Simpulan Pengujian Frekuensi
Hasil dan Pembahasan: Galat Deteksi Intruder
sebagai Simpul
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 19
(a) (b) (c)
(a) (b) (c)
Cuplikan hasil pengambilan citra untuk
konfigurasi awal rapat (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
Cuplikan hasil pengambilan citra untuk
konfigurasi awal jarang (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
0.00%
0.20%
0.40%
0.60%
0.80%
1.00%
1.20%
1.40%
1.60%
f=11 Hz;
Γ=2.9246
f=15 Hz;
Γ=3.6255
f=11 Hz;
Γ=4.3869
f=13 Hz;
Γ=4.4252
f=15 Hz;
Γ=4.5319
f=13 Hz;
Γ=5.4464
Rata-rataGalat
Variasi Getar
Galat konfigurasi rapat Galat konfigurasi jarang
Diagram batang yang menggambarkan besar
galat pendeteksian
Rata−rata galat = ൗ෍
𝑖
Jumlah intruder terdeteksi pada citra−𝑖 − 33
33
40
Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan Nilai
Koefisien Segregasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 20
-1.0000
-0.8000
-0.6000
-0.4000
-0.2000
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
1.0000
0 20 40 60 80 100 120
Zs
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
-1.0000
-0.8000
-0.6000
-0.4000
-0.2000
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
1.0000
0 20 40 60 80 100 120
Zs
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
Plot hasil perhitungan koefisien segregasi tiap
waktu pada konfigurasi awal rapat
Plot hasil perhitungan koefisien segregasi tiap
waktu pada konfigurasi awal jarang
Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan Nilai
Koefisien Segregasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 21
0.0000
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
0.6000
0.7000
0.8000
0.9000
1.0000
2.9 3.1 3.3 3.5 3.7 3.9 4.1 4.3 4.5 4.7 4.9 5.1 5.3 5.5
Zs,max
Γ
Konfigurasi Rapat
Konfigurasi Jarang
Plot nilai koefisien segregasi maksimum pada
tiap nilai Γ
0.0000
0.0050
0.0100
0.0150
0.0200
0.0250
0.0300
0.0350
0 20 40 60 80 100 120
D
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan
Densitas Jaringan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 22
Cuplikan hasil pembangkitan jaringan untuk
konfigurasi awal rapat (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
Cuplikan hasil pembangkitan jaringan untuk
konfigurasi awal jarang (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
(a) (b) (c) (a) (b) (c)
0.0000
0.0100
0.0200
0.0300
0.0400
0.0500
0.0600
0.0700
0.0800
0 20 40 60 80 100 120
D
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
Plot hasil perhitungan densitas jaringani tiap
waktu pada konfigurasi awal rapat
Plot hasil perhitungan densitas jaringani tiap
waktu pada konfigurasi awal jarang
Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan
Densitas Jaringan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 23
Perubahan rata-rata densitas jaringan tiap waktu untuk
konfigurasi awal rapat dan konfigurasi awal jarang.
0.0000
0.0100
0.0200
0.0300
0.0400
0.0500
0.0600
0.0700
0 20 40 60 80 100 120
Davg
t (s)
Konfigurasi rapat
Konfigurasi jarang
Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan
Sentralitas Keantaraan
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 24
Cuplikan hasil perhitungan sentralitas keantaraan
untuk konfigurasi awal rapat (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
Cuplikan hasil perhitungan sentralitas keantaraan
untuk konfigurasi awal jarang (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
Plot hasil perhitungan sentralitas keantaraan
tiap waktu pada konfigurasi awal rapat
Plot hasil perhitungan sentralitas keantaraan
tiap waktu pada konfigurasi awal jarang
(a) (b) (c)
(a) (b) (c)
0.0000
0.0200
0.0400
0.0600
0.0800
0.1000
0.1200
0.1400
0 20 40 60 80 100 120
<B>
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
0.000000
0.005000
0.010000
0.015000
0.020000
0.025000
0.030000
0.035000
0.040000
0.045000
0.050000
0 20 40 60 80 100 120
<B>
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
0
5
10
15
20
25
30
35
0 20 40 60 80 100 120
Ncom
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
Hasil dan Pembahasan: Hasil Pemetaan
Komunitas berdasarkan Optimasi Modularitas
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 25
Cuplikan hasil pemetaan komunitas untuk
konfigurasi awal rapat (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
Cuplikan hasil pemetaan komunitas untuk
konfigurasi awal jarang (f = 11 Hz, Γ = 4.3869)
Plot hasil perhitungan jumlah komunitas tiap
waktu pada konfigurasi awal rapat
Plot hasil perhitungan jumlah komunitas tiap
waktu pada konfigurasi awal jarang
(a) (b) (c) (a) (b) (c)
0
5
10
15
20
25
30
35
0 20 40 60 80 100 120
Ncom
t (s)
f=11 Hz; Γ=2.9246
f=15 Hz; Γ=3.6255
f=11 Hz; Γ=4.3869
f=13 Hz; Γ=4.4252
f=15 Hz; Γ=4.5319
f=13 Hz; Γ=5.4464
Hasil dan Pembahasan: Hasil Pemetaan
Komunitas berdasarkan Optimasi Modularitas
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 26
Perubahan rata-rata densitas jaringan tiap waktu untuk
konfigurasi awal rapat dan konfigurasi awal jarang.
0
5
10
15
20
25
30
35
0 20 40 60 80 100 120
Ncom,avg
t (s)
Konfigurasi rapat
Konfigurasi jarang
Hasil dan Pembahasan: Hubungan parameter-
parameter jaringan dengan koefisien segregasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 27
Plot sebaran densitas
jaringan terhadap
koefisien segregasi
Plot sebaran sentralitas
keantaraan terhadap
koefisien segregasi
Hasil dan Pembahasan: Hubungan parameter-
parameter jaringan dengan koefisien segregasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 28
Konfigurasi Awal
Koefisien Korelasi terhadap Koefisien
Segregasi
D <B> Ncom
Rapat -0.7589 -0.7280 0.6394
Jarang 0.7958 0.7744 -0.7452
Nilai koefisien korelasi
parameter-parameter
jaringan terhadap koefisien
segregasi
Plot sebaran jumlah
komunitas terhadap
koefisien segregasi
SIMPULAN
DAN SARAN
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 29
Simpulan
1. Set eksperimen menggunakan penyangga teruji
mengurangi efek vibrasi horizontal
2. Galat pendeteksian intruder menggunakan
hit-miss transform sebesar kurang dari 1.5 %.
3. Nilai koefisien segregasi akhir berada pada
rentang 0 – 0.8 dan memiliki karakteristik
kenaikan yang berbeda namun arah sama untuk
masing-masing konfigurasi. Variasi ketiga memiliki
kenaikan koefisien segregasi paling baik.
4. Seperti pada koefisien segregasi, perhitungan
parameter-parameter jaringan juga menghasilkan
karakteristik yang berbeda untuk konfigurasi awal
rapat dan konfigurasi awal jarang, namun
memiliki arah pergerakan yang berbeda satu
sama lain.
5. Secara umum, densitas jaringan merupakan parameter
jaringan yang berkorelasi paling kuat dengan koefisien
segregasi yakni sebesar -0.7589 untuk konfigurasi rapat
dan 0.7958 untuk konfigurasi jarang.
6. Berdasarkan hasil plot sebaran densitas jaringan dan
jumlah komunitas terhadap koefisien segregasi,
memperkuat hasil penelitian (Sanders, et al) yang
menunjukkan bahwa terdapatnya kecendrungan untuk
intruder bergerak secara mengelompok akibat adanya
perbedaan kerapatan dan besarnya energi kinetik pada
partikel bed di sekitar intruder.
7. Paramater-parameter jaringan berupa densitas
jaringan, sentralitas keantaraan, serta jumlah komunitas
dapat menjadi alat untuk mengkarakterisasi kondisi
sistem butiran di tiap waktunya.
SIMPULAN
DAN SARAN
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 30
Saran
1. Penelitian terhadap parameter jaringan yang sama dapat dilakukan dengan sudut
pandang berfokus pada butiran bed dalam campuran biner (pada penelitian ini
berfokus pada butiran intruder). Untuk selanjutnya juga dapat dilakukan dengan
meninjau kedua jenis butiran. Untuk hal ini maka dibutuhkan preparasi bahan
eksperimen dan modifikasi pada parameter pengolahan citra.
2. Batas ruang dan waktu sangat mempengaruhi hasil akhir dari eksperimen. Oleh
karena itu perlu dilakukan percobaan dengan lebar wadah yang cukup besar
sehingga dapat didekati bahwa intruder hanya berinteraksi dengan butiran lain
tanpa bergesakan dengan dinding samping wadah. Selain itu dengan
memperpanjang waktu percobaan dapat dilakukan untuk menginvestigasi secara
cermat terhadap nilai konvergensi yang diperoleh pada perhitungan densitas
jaringan dan nilai komunitas.
Terima Kasih
SIDANG TUGAS AKHIR II
Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat. Sparisoma Viridi S.Si.
Dosen Penguji 1 : Dr.Eng. Dwi Irwanto S.Si.,M.Si.
Dosen Penguji 2 : Dr. Fourier Dzar Eljabbar S.Si.,M.Si.
MUHAMMAD IQBAL RAHMADHAN PUTRA
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika
Program Studi Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
===================================================
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 32
Post credit
Tambahan: Hit-Miss Transform
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 33
)𝐴 ⊛ 𝐵 = (𝐴 ⊝ B1) ∩ (Ac ⊝ 𝐵2
Rumusan Matematis
(1) Contoh citra yang akan
dideteksi
(2) Contoh elemen
penstruktur
B1 B2
(3) Hasil operasi 𝐀 ⊝ 𝑩 𝟏, 𝑨 𝒄
,
dan 𝑨 𝒄
⊝ 𝑩 𝟐
(4) Hasil Akhir
Operasi 𝐴 ⊝ 𝐵1 dan 𝐴 𝑐 ⊝ 𝐵2
disebut sebagai operasi erosi
yaitu suatu efek untuk
memperkecil citra.
Tambahan: Cuplikan Citra Hasil Eksperimen Konfigurasi Rapat (bagian 1)
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 34
f = 11 Hz,
Γ = 2.9246
f = 15Hz,
Γ = 3.6256
f = 11 Hz,
Γ = 4.3869
t = 0 s t = 30 s t = 60 s t = 90 s t = 120 s
Tambahan: Cuplikan Citra Hasil Eksperimen Konfigurasi Rapat (bagian 2)
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 35
f = 13Hz,
Γ = 4.4252
f = 15Hz,
Γ = 4.5320
f = 13 Hz,
Γ = 5.4464
t = 0 s t = 30 s t = 60 s t = 90 s t = 120 s
Tambahan: Cuplikan Citra Hasil Eksperimen Konfigurasi Jarang (bagian 1)
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 36
f = 11 Hz,
Γ = 2.9246
f = 15Hz,
Γ = 3.6256
f = 11 Hz,
Γ = 4.3869
t = 0 s t = 30 s t = 60 s t = 90 s t = 120 s
Tambahan: Cuplikan Citra Hasil Eksperimen Konfigurasi Jarang (bagian 2)
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 37
f = 13Hz,
Γ = 4.4252
f = 15Hz,
Γ = 4.5320
f = 13 Hz,
Γ = 5.4464
t = 0 s t = 30 s t = 60 s t = 90 s t = 120 s
Tambahan: Tahapan Pengolahan Citra
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 38
Citra Hasil Eksperimen Hasil Pemotongan Hasil Grayscale Hasil Biner
Tambahan: Tahapan Pengolahan Citra
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 39
Hasil Hit-miss
transform Hasil Deteksi SImpul Hasil Deteksi Sisi Hasil Akhir
Tambahan: Hubungan 𝑽 𝒓𝒎𝒔 dan Amplitudo Vibrasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 40
Perhitungan 𝑽 𝒓𝒎𝒔 pada gelombang sinusoiudal
• Perhitungan nilai RMS secara umum dari fungsi 𝑦 = 𝑓 𝑡 :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑀𝑆 =
1
𝑏 − 𝑎
න
𝑎
𝑏
𝑦2 𝑑𝑡
• Misalkan terdapat suatu gelombang sinus yang merepresentasikan tegangan
atau arus dengan nilai peak sebesar 𝐴:
𝑉 𝑡 = 𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛(𝜔𝑡)
• Maka nilai RMS 𝑉𝑅𝑀𝑆 adalah seperti berikut:
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
1
𝑇
න
0
𝑇
(𝑉(𝑡))2 𝑑𝑡 =
1
𝑇
න
0
𝑇
𝐴2 sin2(𝑤𝑡) 𝑑𝑡
• Diketahui bahwa cos 2𝜃 = 1 − 2 sin2
𝜃, maka
sin2
𝜔𝑡 =
1
2
(1 − cos 2𝜔𝑡)
• Sehingga dapat diperoleh
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
1
𝑇
න
0
𝑇
(𝑉𝑚)2
2
(1 − cos 2𝜔𝑡)𝑑𝑡
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
(𝑉𝑚)2
2𝑇
න
0
𝑇
(1 − cos 2𝜔𝑡)𝑑𝑡
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
(𝑉𝑚)2
2𝑇
𝑡 −
sin 2𝜔𝑡
2𝜔
𝑇
0
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
(𝑉𝑚)2
2𝑇
𝑇 −
sin 2𝜔𝑇
2𝜔
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
(𝑉𝑚)2
2
−
(𝑉𝑚)2sin 2𝜔𝑇
4𝜔𝑇
• Apabila 𝑇 → ∞ maka ruas kanan akan menuju nol. Sehingga
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
𝑉𝑚
2
Nilai RMS dari 𝑉 =
1
2
× nilai peak dari 𝑉• https://www.raeng.org.uk/publications/other/8-rms
Tambahan: Hubungan 𝑽 𝒓𝒎𝒔 dan Amplitudo Vibrasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 41
Perhitungan besaran vibrasi berdasarkan nilai
tegangan
• Misalkan sensor yang digunakan memiiki sensitivitas 𝛼, maka konversi nilai
tegangan 𝑉(𝑡) yang dibaca pada osiloskop menjadi percepatan 𝑎(𝑡) adalah
sebagai berikut:
𝑎(𝑡) =
𝑉(𝑡)
𝛼
• Apabila 𝑦 𝑡 , 𝑣 𝑡 , dan 𝑓 berturut-turut adalah perpindahan, kecepatan yang
dialami sensor pada waktu t dan frekuensi, maka untuk vibrasi yang mengikuti
gelombang sinusoidal terdapat hubungan sebagai berikut.
𝑦 𝑡 = 𝑦 𝑚 sin 2𝜋𝑓𝑡
v t =
𝑑𝑦(𝑡)
𝑑𝑡
= 2𝜋𝑓𝑦 𝑚 cos 2𝜋𝑓𝑡
𝑣 𝑚 = 2𝜋𝑓𝑦 𝑚
𝑣 𝑡 = 𝑣 𝑚 cos 2𝜋𝑓𝑡
𝑎 𝑡 =
𝑑𝑣(𝑡)
𝑑𝑡
= −2𝜋𝑓𝑣 𝑚 sin 2𝜋𝑓𝑡
𝑎 𝑚 = 2𝜋𝑓𝑣 𝑚
• https://www.raeng.org.uk/publications/other/8-rms
• Dengan mengetahui nilai 𝑓 yang tetap maka diketahui
𝑦 𝑚 =
𝑣 𝑚
2𝜋𝑓
=
𝑎 𝑚
2𝜋𝑓 2
• dimana 𝑦 𝑚, 𝑣 𝑚, 𝑎 𝑚 berturut-turut merupakan nilai maksimum
atau peak dari masing-masing besaran. Dengan menghubungkan
percepatan dan tegangan yang dihasilkan, diperoleh
𝑎 𝑚 =
𝑉𝑚
𝛼
𝑦 𝑚 =
𝑎 𝑚
2𝜋𝑓 2
=
𝑉𝑚
𝛼 2𝜋𝑓 2
• Oleh karena itu, untuk nilai 𝑓 dan 𝛼 yang tetap dapat disimpulkan
bahwa
𝑦 𝑚~ 𝑉𝑚 = 𝑉𝑅𝑀𝑆 2
Tambahan: Hubungan 𝑽 𝒓𝒎𝒔 dan Amplitudo Vibrasi
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 42
Contoh hasil penerapan LPF pada sinyal yang dibaca
sensor menghasilkan bentuk gelombang sinusoidal
-0.20
-0.15
-0.10
-0.05
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
Vrms
t
Tanpa LPF Dengan LPF
Tambahan: Perbandingan Algoritma Optimasi Penentuan Struktur Komunitas
Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 43
Grafik Jumlah Komunitas tiap Waktu dengan Algortima
Greedy Optimization dan Edge Betweenness
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 20 40 60 80 100 120
Ncom
t (s)
Greedy Optimization
Edge Betweenness
Algoritma Waktu (s)
Optimal Modularity 7.4741
Greedy Optimization 0.08271
Selisih 98%

More Related Content

Similar to (Tugas Akhir) Analisis Jaringan pada Fenomena EKB Campuran Biner Sistem Butiran Dua Dimensi

CP, TP IPA 7 SMP.docx
CP, TP IPA 7 SMP.docxCP, TP IPA 7 SMP.docx
CP, TP IPA 7 SMP.docx
RendyStevanusLembong2
 
4. silabus ipa 9 s2
4. silabus ipa 9 s24. silabus ipa 9 s2
4. silabus ipa 9 s2
sajidintuban
 
10.metaan Kompetensi. Pedocx
10.metaan Kompetensi. Pedocx10.metaan Kompetensi. Pedocx
10.metaan Kompetensi. Pedocx
SitiRahmilia1
 
1 kompetensi inti dan kompetensi dasar fisika
1 kompetensi inti dan kompetensi dasar fisika1 kompetensi inti dan kompetensi dasar fisika
1 kompetensi inti dan kompetensi dasar fisika
Deky07
 
Pemetaan materi ipa kelas 9 kurikulum 2013
Pemetaan materi ipa kelas 9 kurikulum 2013Pemetaan materi ipa kelas 9 kurikulum 2013
Pemetaan materi ipa kelas 9 kurikulum 2013
Cosmos Edwart
 
SILABUS IPA K13 SMP KELAS 9
SILABUS IPA K13 SMP KELAS 9SILABUS IPA K13 SMP KELAS 9
SILABUS IPA K13 SMP KELAS 9
sajidintuban
 
Ki kd smp 2013 ipa
Ki kd smp 2013 ipaKi kd smp 2013 ipa
Ki kd smp 2013 ipaata bik
 
4. silabus ipa 9 s2
4. silabus ipa 9 s24. silabus ipa 9 s2
4. silabus ipa 9 s2
sajidintuban
 
4. silabus ipa 9 s2
4. silabus ipa 9 s24. silabus ipa 9 s2
4. silabus ipa 9 s2
sajidintuban
 
Proposal.pptx
Proposal.pptxProposal.pptx
Proposal.pptx
AyuWulandari333185
 
7. ATP IPA 8 SMP.docx
7. ATP IPA 8 SMP.docx7. ATP IPA 8 SMP.docx
7. ATP IPA 8 SMP.docx
MulyonoMulyono54
 
SILABUS ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS TUJUH
SILABUS ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS TUJUHSILABUS ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS TUJUH
SILABUS ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS TUJUH
febrisaputriayunda
 
03. Analisis Kompetensi.docx
03. Analisis Kompetensi.docx03. Analisis Kompetensi.docx
03. Analisis Kompetensi.docx
rochmattulloh2
 
KRETERIA KETUNTASAN MINIMUM (KKM) IPA K13 KELAS 9 SMP
KRETERIA KETUNTASAN MINIMUM (KKM) IPA K13 KELAS 9 SMPKRETERIA KETUNTASAN MINIMUM (KKM) IPA K13 KELAS 9 SMP
KRETERIA KETUNTASAN MINIMUM (KKM) IPA K13 KELAS 9 SMP
sajidintuban
 
Penetapan Indikator Pencapaian Kompetensi pdf.docx
Penetapan Indikator Pencapaian Kompetensi pdf.docxPenetapan Indikator Pencapaian Kompetensi pdf.docx
Penetapan Indikator Pencapaian Kompetensi pdf.docx
RobiNatama
 
PERHITUNGAN KKM.docx
PERHITUNGAN KKM.docxPERHITUNGAN KKM.docx
PERHITUNGAN KKM.docx
anisamaharani20
 
KI, KD, BIOLOGI SMA KURIKULUM 2013
KI, KD, BIOLOGI SMA KURIKULUM 2013KI, KD, BIOLOGI SMA KURIKULUM 2013
KI, KD, BIOLOGI SMA KURIKULUM 2013
almansyahnis .
 
Ki kd bio_1_mei
Ki kd bio_1_meiKi kd bio_1_mei
Ki kd bio_1_mei
Irma G-Nemon Diespada
 
Ki kd bio_1_mei kurikulum 2013
Ki kd bio_1_mei kurikulum 2013Ki kd bio_1_mei kurikulum 2013
Ki kd bio_1_mei kurikulum 2013
Rina Triana Putri
 
DNA barcoding dalam studi evolusi mikro spesies - Webinar IGBC.pdf
DNA barcoding dalam studi evolusi mikro spesies - Webinar IGBC.pdfDNA barcoding dalam studi evolusi mikro spesies - Webinar IGBC.pdf
DNA barcoding dalam studi evolusi mikro spesies - Webinar IGBC.pdf
AbdulBasith222525
 

Similar to (Tugas Akhir) Analisis Jaringan pada Fenomena EKB Campuran Biner Sistem Butiran Dua Dimensi (20)

CP, TP IPA 7 SMP.docx
CP, TP IPA 7 SMP.docxCP, TP IPA 7 SMP.docx
CP, TP IPA 7 SMP.docx
 
4. silabus ipa 9 s2
4. silabus ipa 9 s24. silabus ipa 9 s2
4. silabus ipa 9 s2
 
10.metaan Kompetensi. Pedocx
10.metaan Kompetensi. Pedocx10.metaan Kompetensi. Pedocx
10.metaan Kompetensi. Pedocx
 
1 kompetensi inti dan kompetensi dasar fisika
1 kompetensi inti dan kompetensi dasar fisika1 kompetensi inti dan kompetensi dasar fisika
1 kompetensi inti dan kompetensi dasar fisika
 
Pemetaan materi ipa kelas 9 kurikulum 2013
Pemetaan materi ipa kelas 9 kurikulum 2013Pemetaan materi ipa kelas 9 kurikulum 2013
Pemetaan materi ipa kelas 9 kurikulum 2013
 
SILABUS IPA K13 SMP KELAS 9
SILABUS IPA K13 SMP KELAS 9SILABUS IPA K13 SMP KELAS 9
SILABUS IPA K13 SMP KELAS 9
 
Ki kd smp 2013 ipa
Ki kd smp 2013 ipaKi kd smp 2013 ipa
Ki kd smp 2013 ipa
 
4. silabus ipa 9 s2
4. silabus ipa 9 s24. silabus ipa 9 s2
4. silabus ipa 9 s2
 
4. silabus ipa 9 s2
4. silabus ipa 9 s24. silabus ipa 9 s2
4. silabus ipa 9 s2
 
Proposal.pptx
Proposal.pptxProposal.pptx
Proposal.pptx
 
7. ATP IPA 8 SMP.docx
7. ATP IPA 8 SMP.docx7. ATP IPA 8 SMP.docx
7. ATP IPA 8 SMP.docx
 
SILABUS ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS TUJUH
SILABUS ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS TUJUHSILABUS ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS TUJUH
SILABUS ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS TUJUH
 
03. Analisis Kompetensi.docx
03. Analisis Kompetensi.docx03. Analisis Kompetensi.docx
03. Analisis Kompetensi.docx
 
KRETERIA KETUNTASAN MINIMUM (KKM) IPA K13 KELAS 9 SMP
KRETERIA KETUNTASAN MINIMUM (KKM) IPA K13 KELAS 9 SMPKRETERIA KETUNTASAN MINIMUM (KKM) IPA K13 KELAS 9 SMP
KRETERIA KETUNTASAN MINIMUM (KKM) IPA K13 KELAS 9 SMP
 
Penetapan Indikator Pencapaian Kompetensi pdf.docx
Penetapan Indikator Pencapaian Kompetensi pdf.docxPenetapan Indikator Pencapaian Kompetensi pdf.docx
Penetapan Indikator Pencapaian Kompetensi pdf.docx
 
PERHITUNGAN KKM.docx
PERHITUNGAN KKM.docxPERHITUNGAN KKM.docx
PERHITUNGAN KKM.docx
 
KI, KD, BIOLOGI SMA KURIKULUM 2013
KI, KD, BIOLOGI SMA KURIKULUM 2013KI, KD, BIOLOGI SMA KURIKULUM 2013
KI, KD, BIOLOGI SMA KURIKULUM 2013
 
Ki kd bio_1_mei
Ki kd bio_1_meiKi kd bio_1_mei
Ki kd bio_1_mei
 
Ki kd bio_1_mei kurikulum 2013
Ki kd bio_1_mei kurikulum 2013Ki kd bio_1_mei kurikulum 2013
Ki kd bio_1_mei kurikulum 2013
 
DNA barcoding dalam studi evolusi mikro spesies - Webinar IGBC.pdf
DNA barcoding dalam studi evolusi mikro spesies - Webinar IGBC.pdfDNA barcoding dalam studi evolusi mikro spesies - Webinar IGBC.pdf
DNA barcoding dalam studi evolusi mikro spesies - Webinar IGBC.pdf
 

(Tugas Akhir) Analisis Jaringan pada Fenomena EKB Campuran Biner Sistem Butiran Dua Dimensi

  • 1. ANALISIS PARAMETER JARINGAN PADA FENOMENA EFEK KACANG BRAZIL CAMPURAN BINER SISTEM BUTIRAN DUA DIMENSI MUHAMMAD IQBAL RAHMADHAN PUTRA Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2019 SIDANG TUGAS AKHIR II Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat. Sparisoma Viridi S.Si. Dosen Penguji 1 : Dr.Eng. Dwi Irwanto S.Si.,M.Si. Dosen Penguji 2 : Dr. Fourier Dzar Eljabbar S.Si.,M.Si.
  • 2. ABSTRAK Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 2 Efek Kacang Brazil (EKB) merupakan salah satu fenomena yang dapat diamati pada campuran biner sistem butiran yakni ketika dua jenis butiran digetarkan secara vertikal maka kedua jenis butiran cenderung untuk tersegregasi secara parsial atau sepenuhnya, pada penelitian sebelumnya telah diamati bahwa butiran yang memiliki ukuran lebih besar (volume atau massa) naik ke bagian atas. Metode yang digunakan untuk mengkarakterisasi kondisi di tiap waktu selama proses segregasi telah dilakukan secara global yakni dengan menentukan koefisien segregasi dan menghitung pusat massa dari sistem. Kedua metode tersebut hanya dapat menggambarkan kondisi sistem secara global, namun tidak untuk sampai pada skala meso. Untuk dapat mengkarakterisasi sistem untuk skala global dan meso di tiap waktu digunakan analisis jaringan yang telah digunakan pada analisis sistem butiran dengan diberikan kompresi. Pada penelitian tugas akhir ini dilakukan pengkarakterisasian kondisi sistem butiran dengan berbagai kondisi awal pada tiap waktu selama proses segregasi akibat EKB terjadi. Metodologi dari penelitian terbagai menjadi tiga, yakni; (1) eksperimen untuk pengambilan citra kondisi sitem butiran, (2) pengolahan citra untuk ekstraksi jaringan, dan (3) analisis jaringan untuk mendapatkan parameter jaringan. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua macam kondisi awal, yakni konfigurasi rapat dan konfigurasi jarang. Selain itu juga dilakukan variasi terhadap nilai frekuensi dan amplitudo getaran yang membentuk percepatan ternormalisasi. Parameter jaringan yang dihitung adalah densitas jaringan, sentralitas keantaraan, dan jumlah komunitas yang merupakan hasil dari optimasi modularitas. Hasil perhitungan menunjukkan kecenderungan yang berbeda dari dua macam konfigurasi awal untuk tiap parameter jaringan. Selanjutnya dicari nilai koefisien korelasi dari masing-masing parameter jaringan terhadap koefisien segregasi yang menunjukkan bahwa densitas jaringan memiliki korelasi linear yang kuat dengan koefisien segregasi dibandingkan paramater jaringan lainnya. Kata kunci : sistem butiran, Efek Kacang Brazil, analisis jaringan, densitas jaringan, sentralitas keantaraan, modularitas
  • 3. GARIS BESAR Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 3 Pendahuluan Landasan Teori Metode Hasil dan Pembahasan Simpulan dan Saran
  • 4. PENDAHULUAN Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 4 Pentingnya Material Butiran Material butiran merupakan bahan yang kedua paling banyak digunakan setelah air. 10 % energi digunakan pada proses pencampuran, pemisahan, dan pembentukan formasi material butiran Fisika butiran Analisis jaringan Analisis jaringan pada material butiran Schedules Pengamatan parameter jaringan saat diberikan kompresi biaksial Resources Deteksi komunitas pada sistem butiran Analisis jaringan pada sistem butiran yang mengalami EKB Intruder tunggal Campuran biner • L. Papadopoulos, M. A. Porter, K. E. Daniels and D. S. Bassett, "Network analysis of particles and grains," Journal of Complex Networks, vol. 6, pp. 485--565, 2018. • M. I. R. Putra, A. Rudiawan, W. Andariwulan, R. G. Berasategui and S. Viridi, "Network Analysis of The Brazil Nut Effect Phenomenon with a Single Intruder," in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 2019. • L. Papadopoulos, M. A. Porter, K. E. Daniels and D. S. Bassett, "Network analysis of particles and grains," Journal of Complex Networks, vol. 6, pp. 485--565, 2018. • M. I. R. Putra, A. Rudiawan, W. Andariwulan, R. G. Berasategui and S. Viridi, "Network Analysis of The Brazil Nut Effect Phenomenon with a Single Intruder," in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 2019.
  • 5. Pendahuluan : Beberapa penelitian sebelumnya Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 5 Perhitungan terhadap koefisien segregasi Pengamatan gaya berantai pada butiran terkompresi Pengamatan kecenderungan intruder berkelompok Penentuan struktur komunitas pada EKB intruder tunggal • S.-S. Hsiau and J.-I. Wang, "Segregation processes of a binary granular mixture in a shaker," Advanced Powder Technology, vol. 10, pp. 245-235, 1999. • D. A. Sanders, M. R. Swift, R. Bowley and P. King, "Are Brazil nuts attractive?," Physical review letters, 2004 • R. Behringer, D. Bi, B. Chakraborty, A. Clark, J. Dijksman, J. Ren and J. Zhang, "Statistical properties of granular materials near jamming," Journal of Statistical Mechanics: Theory and Experiment, p. P06004, 2014. • M. I. R. Putra, A. Rudiawan, W. Andariwulan, R. G. Berasategui and S. Viridi, "Network Analysis of The Brazil Nut Effect Phenomenon with a Single Intruder," in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 2019.
  • 6. Pendahuluan : Tujuan penelitian Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 6 Tujuan Penelitian a) Menentukan set eksperimen yang tepat berdasarkan hasil pengujian penyangga. b) Menentukan proses pengolahan citra hasil eksperimen beserta parameter yang tepat. c) Mendapatkan kecenderungan perubahan nilai parameter jaringan terhadap kondisi fisis sistem butiran pada kondisi awal tertentu. d) Mendapatkan koefisien korelasi antara parameter-parameter jaringan terhadap koefisien segregasi. Ruang Lingkup Kajian a) Model butiran pseudo-dua dimensi. b) Metode pengambilan data saat eksperimen dilakukan secara diskrit diasumsikan memberikan hasil yang konsisten dengan pengambilan data secara kontinu. c) Pada hasil eksperimen campuran biner yang menjadi objek pembahasan adalah butiran intruder (yang memiliki ukuran lebih besar) sedangkan bed (yang memiliki ukuran lebih kecil) dianggap sebagai sistem.
  • 7. LANDASAN TEORI Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 7 𝑡 = 1 𝑡 = 2 𝑡 = 3 EKB pada Campuran Biner Γ = 𝐴 2𝜋𝑓 2 𝑔 Percepatan Ternormalisasi Γ : percepatan ternormalisasi 𝐴 : amplitude (m) 𝑓 : frekuensi (Hz) 𝑔 : percepatan gravitasi (m/s2) 𝑍 𝑆 : koefisien segregasi 𝑁 𝑢 : jumlah intruder di atas 𝑁𝑙 : jumlah intruder di bawah Koefisien Segregasi 𝑍 𝑠 = 𝑁 𝑢 − 𝑁𝑙 𝑁 𝑢 + 𝑁𝑙 Mekanisme Segregasi • Konveksi (Γ > 1 dan frekuensi rendah) • Fluidisasi tanpa konveksi (Γ > 1, frekuensi tinggi, dan amplitudo kecil) • Void filling, reorganisasi butiran dengan energi yang cukup • A. Rosato, K. J. Strandburg, F. Prinz and R. H. Swendsen, "Why the Brazil nuts are on top: Size segregation of particulate matter by shaking," Physical Review Letters, p. APS, 1987. • H. Wibowo, T. Ain, Y. Nugraha, D. Aji, S. Khotimah and S. Viridi, "Experimental study of granular convection in (real) two-dimension Brazil-nut effect," Journal of Physics: Conference Series, vol. 739, no. 1, p. 012053, 2016.
  • 8. Landasan Teori: Gaya-gaya yang bekerja Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 8 𝛿𝑖𝑗 = 𝑎𝑖 + 𝑎𝑗 − 𝒓𝑖 − 𝒓𝑗 𝒗 𝑛 𝑖𝑗 = ( 𝒗𝑖 − 𝒗𝑗 ∙ 𝒏𝑖𝑗) 𝒏𝑖𝑗 𝑚 𝑒𝑓𝑓 = 𝑚𝑖 𝑚𝑗 𝑚𝑖 + 𝑚𝑗 𝑭 𝑛𝑖𝑗 = 𝑘 𝑛 𝛿𝑖𝑗 𝒏𝑖𝑗 − 𝛾𝑛 𝑚 𝑒𝑓𝑓 𝒗 𝒏 𝒊𝒋 Gaya Normal Antar Butiran Gaya Normal Antara Butiran dan DInding 𝑚 𝑒𝑓𝑓 = lim 𝑚 𝑤→∞ 𝑚𝑖 𝑚 𝑤 𝑚𝑖 + 𝑚 𝑤 𝑚 𝑒𝑓𝑓 = 𝑚𝑖 𝑭 𝑤 𝑖𝑘 = 𝑘 𝑛 𝛿𝑖𝑘 𝒏𝑖𝑘 − 𝛾𝑛 𝑚𝑖 𝒗 𝒏𝒊𝒌 Gaya Total yang Bekerja 𝑭𝑖 𝑡𝑜𝑡 = 𝑚𝑖 𝒈 + ෍ 𝑗 𝑭 𝑛𝑖𝑗 + ෍ 𝑘 𝑭 𝑤 𝑖𝑘 − 𝑏𝒗𝒊 • L. E. Silbert, D. Ertas, G. S. Grest, T. C. Halsey, D. Levine, and S. J. Plimpton, Phys. Rev. E 64, 051302 (2001) 𝛿𝑖𝑗 : Besar overlap antara butiran i dan j (m) 𝒗 𝒏 𝒊𝒋 : Kecepatan normal relatif butiran i dan j 𝑚 𝑒𝑓𝑓 : Massa efektif (kg) 𝑘 𝑛 : Koefisien kekakuan pegas butiran (N/m) 𝛾𝑛 : Koefisien viskositas butiran (s-1) 𝒈 : Medan gravitasi bumi (m/s2) 𝑏 : Konstanta friksi udara
  • 9. Landasan Teori: Jaringan Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 9 Jaringan Tak-berbobot dan Tak-berarah simpul sisi 𝑎𝑖𝑗 = ቊ 1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙 𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑗 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔 0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙 𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑗 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔 𝐴 = 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 Parameter jaringan yang dihitung: a) Densitas jaringan b) Sentralitas keantaraan c) Komunitas berdasarkan modularitas Representasi Butiran sebagai Jaringan • D. M. Walker and A. Tordesillas, "Topological evolution in dense granular materials: a complex networks perspective," International Journal of Solids and Structures, vol. 47, pp. 624--639, 2010. • L. Papadopoulos, M. A. Porter, K. E. Daniels and D. S. Bassett, "Network analysis of particles and grains," Journal of Complex Networks, vol. 6, pp. 485--565, 2018. • A. Clauset, M. E. Newman and C. Moore, "Finding community structure in very large networks," Physical review E, vol. 70, p. 066111, 2004.
  • 10. Landasan Teori: Jaringan Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 10 Derajat dan densitas jaringan Sentralitas Keantaraan 𝑘𝑖 = ෍ 𝑗=1 𝑁 𝐴𝑖𝑗 𝐷 = σ𝑖=1 𝑁 𝑘𝑖 )𝑁(𝑁 − 1 𝑘𝑖 : derajat lokal simpul i 𝐴 : matriks ketetanggaan 𝑁 : jumlah simpul 𝐷 : densitas jaringan Simpul ke- Derajat (𝑘𝑖) 1 3 2 2 3 1 4 3 5 3 Total 12 Jumlah sisi 6 Densitas 0.3 𝐵𝑖 = ෍ 𝑔,ℎ;𝑔≠ℎ ൯𝜓 𝑔ℎ(𝑖 𝜓 𝑔ℎ , 𝑖 ∈ {𝑔, ℎ} 𝐵 = ෍ 𝑖=1 𝑁 𝐵𝑖 Sentralitas keantaraan merupakan perbandingan banyaknya jalur terpendek yang melewati simpul 𝑖 dengan keseluruhan jalur terpendek Simpul ke- Koefisien Klasterisasi 1 0.5 2 0 3 0 4 0.166667 5 0.166667 Total 2.665 <B> 0.16667 Ψ𝑔ℎ(𝑖) : jalur terpendek yang melewati simpul i Ψ𝑔ℎ : seluruh jalur terpendek 𝐵𝑖 : sentralitas keantaraan i 𝐵 : sentralitas keantaraan global • Dalam konteks sistem butiran, derajat dapat diartikan sebagai banyaknya partikel yang kontak dengan partikel yang ditinjau atau biasa diketahui sebagai bilangan koordinasi • Densitas jaringan merupakan rasio antara jumlah sisi yang terdapat pada jaringan dan jumlah sisi maksimum yang mungkin ada pada jaringan tersebut.
  • 11. Landasan Teori: Jaringan Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 11 Modularitas Algoritma Greedy Optimization • Modularitas Q didefinisikan sebagai jumlah sisi yang berada dalam jaringan dikurangi dengan jumlah yang diharapkan dalam jaringan yang sama dengan sisi yang ditempatkan secara acak. 𝑄 = 1 2𝑚 ෍ 𝑖,𝑗 𝐴𝑖𝑗 − 𝑘𝑖 𝑘𝑗 2𝑚 𝛿(𝑐𝑖, 𝑐𝑗) 1. Pisahkan tiap simpul secara tunggal menjadi Ncom komunitas. 2. Hitung besar ΔQ untuk semua kemungkinan penggabungan pasangan komunitas. 3. Gabungkan pasangan yang memiliki kenaikan Q yang paling besar. 4. Ulangi langkah 2 dan 3 hingga semua komunitas bergabung menjadi 1 komunitas. 5. Potong-silang dendogram ketika Q maksimum. Nilai Q dapat berubah seperti pada gambar sehingga perlu dipilih nilai Q maksimum yang diperoleh selama proses. 𝑒 𝑝𝑞 = 1 2𝑚 ෍ 𝑖𝑗 𝐴𝑖𝑗 𝛿 𝑐𝑖, 𝑝 𝛿 𝑐𝑗, 𝑞 𝑎 𝑝 = 1 2𝑚 ෍ 𝑖 𝑘𝑖 𝛿 𝑐𝑖, 𝑝 𝑄 = 1 2𝑚 ෍ 𝑖,𝑗 𝐴𝑖𝑗 − 𝑘𝑖 𝑘𝑗 2𝑚 ෍ 𝑝 𝛿 𝑐𝑖, 𝑝 𝛿 𝑐𝑗, 𝑝 = ෍ 𝑝 1 2𝑚 ෍ 𝑖,𝑗 𝐴𝑖𝑗 𝛿 𝑐𝑖, 𝑝 𝛿 𝑐𝑗, 𝑝 − 1 2𝑚 ෍ 𝑖 𝑘𝑖 𝛿 𝑐𝑖, 𝑝 1 2𝑚 ෍ 𝑗 𝑘𝑗 𝛿 𝑐𝑗, 𝑝 = ෍ 𝑝 𝑒 𝑝𝑝 − 𝑎 𝑝 2 Δ𝑄 = 𝑒 𝑝𝑞 + 𝑒 𝑞𝑝 − 2𝑎 𝑝 𝑎 𝑞
  • 12. METODE Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 12 (a) (b) Konfigurasi Awal Sistem ButiranSet Eksperimen Set eksperimen berupa; (a) laptop, (b) kamera, (c) servo, (d) Arduino Uno, (e) relay, (f) penyangga, (g) penggetar, (h) wadah butiran, (i) akselerometer, (j) osiloskop, (k) penguat daya, dan (l) pembangkit sinyal. Spesifikasi Bed Intruder Massa (g) 0.0357 0.0868 Diameter (mm) 4.035 6.560 Ketebalan (mm) 2.00 2.00 Konfigurasi awal rapat Konfigurasi awal jarang
  • 13. Metode: Eksperimen dan Pengambilan Data Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 13 Pengujian Vibrasi dengan Penyangga • Menguji pengaruh penyangga dalam meminimalisir vibrasi selain vertikal menggunakan akselerometer.. • Dua pengujian: • Pengujian amplitudo vibrasi (f = 15.43 Hz) • Pengujian frekuensi vibrasi (Vrms = 200 mV) • Dibaca menggunakan osiloskop dengan LPF (low pass filter) Sumbu Koordinat Relatif Sensor Tampilan penyangga yang digunakan
  • 14. Metode: Eksperimen dan Pengambilan Data Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 14 Variasi getar ke- Frekuensi (Hz) Amplitudo (cm) Γ 1 11.0000 0.6000 2.9246 2 15.0000 0.4000 3.6256 3 11.0000 0.9000 4.3869 4 13.0000 0.6500 4.4252 5 15.0000 0.5000 4.5320 6 13.0000 0.8000 5.4464 Alur Kerja Eksperimen Variasi Getar dan Parameter Waktu Parameter Nilai tvib 3 detik tdelay 1 detik Niterasi 40 kali Total tvib 120 detik Total titerasi 160 detik
  • 15. Metode : Pengolahan citra dan analisis jaringan Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 15 Alur Pengolahan Citra Analisis Jaringan Urutan perhitungan parameter jaringan adalah: 1. Perhitungan koefisien segregasi 2. Perhitungan jumlah simpul dan sisi 3. Perhitungan densitas jaringan 4. Perhitungan sentralitas keantaraan 5. Pembentukan struktur komunitas berdasarkan algoritma greedy optimization 6. Perhitungan jumlah komunitas 7. Nilai-nilai disimpan sebagai list
  • 16. HASIL DAN PEMBAHASAN Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 16 Hasil Pengujian Vrms Vibrasi dengan Penyangga No Sumber Tanpa penyangga Dengan penyangga Frekuensi (Hz) Vrms Sumber (mV) Vrms Sb-x (mV) Vrms Sb-y (mV) Vrms Sb-z (mV) Vrms Sb-x (mV) Vrms Sb-y (mV) Vrms Sb-z (mV) 1 15.43 100.00 34.60 492.00 49.00 34.60 125.00 34.60 2 15.43 130.00 40.00 564.00 60.00 40.00 275.00 34.60 3 15.43 160.00 40.00 640.00 66.30 34.60 370.00 44.70 4 15.43 190.00 44.70 685.00 80.00 40.00 480.00 60.00 5 15.43 220.00 49.00 740.00 87.20 40.00 562.00 56.60 6 15.43 250.00 52.90 768.00 84.90 40.00 628.00 77.50 7 15.43 280.00 60.00 778.00 89.40 44.70 658.00 89.00 Koefisien korelasi 0.991 1 0.9643 0.7769 1 0.955 Rata-rata 45.88 666.71 73.83 39.13 442.57 56.71 Persentase pengaruh penyangga - - - 14.73% 33.63% 23.18%
  • 17. Hasil dan Pembahasan: Hasil pengujian vibrasi dengan penyangga Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 17 0 10 20 30 40 50 60 70 80 130 180 230 280 Vrmssb-xwadah(mV) Vrms sumber (mV) Tanpa penyangga Dengan penyangga 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 80 130 180 230 280 Vrmssb-ywadah(mV) Vrms sumber (mV) Tanpa penyangga Dengan penyangga 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 80 130 180 230 280 Vrmssb-zwadah(mV) Vrms sumber (mV) Dengan penyangga Tanpa penyangga Plot untuk Vrms Sumbu-x Plot untuk Vrms Sumbu-y Plot untuk Vrms Sumbu-z Simpulan pada pengujian Vrms vibrasi 1. Adanya penyangga dapat menekan nilai koefisien korelasi sumbu-x 2. Penyangga menekan besar amplitudo pada sumbu-y dan sumbu-z 3. Walaupun besar rata-rata sumbu-y juga berkurang, namun tidak mengurangi linearitas.
  • 18. Hasil dan Pembahasan: Hasil pengujian vibrasi dengan penyangga Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 18 Hasil Pengujian Frekuensi dengan Penyangga Plot untuk Pengujian Frekuensi 1. Hasil menunjukkan penyangga tidak mengubah nilai frekuensi yang dihasillkan penggetar. 2. Berdasarkan pengujian tersebut maka digunakan penyangga pada penggetar 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 Frekuensiwadah(Hz) Frekuensi sumber (Hz) Tanpa penyangga Dengan penyangga No Vrms Sumber (mV) Frekuensi Sumber (Hz) Frekuensi dengan Penyangga (Hz) Frekuensi tanpa Penyangga (Hz) 1 200.00 10.00 10.04 10.00 2 200.00 12.25 12.32 12.25 3 200.00 15.34 15.24 15.72 4 200.00 17.48 17.01 17.86 5 200.00 20.00 19.84 20.00 6 200.00 22.32 23.36 23.36 7 200.00 25.51 25.25 25.00 Koefisien korelasi 1.00 1.00 Simpulan Pengujian Frekuensi
  • 19. Hasil dan Pembahasan: Galat Deteksi Intruder sebagai Simpul Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 19 (a) (b) (c) (a) (b) (c) Cuplikan hasil pengambilan citra untuk konfigurasi awal rapat (f = 11 Hz, Γ = 4.3869) Cuplikan hasil pengambilan citra untuk konfigurasi awal jarang (f = 11 Hz, Γ = 4.3869) 0.00% 0.20% 0.40% 0.60% 0.80% 1.00% 1.20% 1.40% 1.60% f=11 Hz; Γ=2.9246 f=15 Hz; Γ=3.6255 f=11 Hz; Γ=4.3869 f=13 Hz; Γ=4.4252 f=15 Hz; Γ=4.5319 f=13 Hz; Γ=5.4464 Rata-rataGalat Variasi Getar Galat konfigurasi rapat Galat konfigurasi jarang Diagram batang yang menggambarkan besar galat pendeteksian Rata−rata galat = ൗ෍ 𝑖 Jumlah intruder terdeteksi pada citra−𝑖 − 33 33 40
  • 20. Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan Nilai Koefisien Segregasi Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 20 -1.0000 -0.8000 -0.6000 -0.4000 -0.2000 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 0 20 40 60 80 100 120 Zs t (s) f=11 Hz; Γ=2.9246 f=15 Hz; Γ=3.6255 f=11 Hz; Γ=4.3869 f=13 Hz; Γ=4.4252 f=15 Hz; Γ=4.5319 f=13 Hz; Γ=5.4464 -1.0000 -0.8000 -0.6000 -0.4000 -0.2000 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 0 20 40 60 80 100 120 Zs t (s) f=11 Hz; Γ=2.9246 f=15 Hz; Γ=3.6255 f=11 Hz; Γ=4.3869 f=13 Hz; Γ=4.4252 f=15 Hz; Γ=4.5319 f=13 Hz; Γ=5.4464 Plot hasil perhitungan koefisien segregasi tiap waktu pada konfigurasi awal rapat Plot hasil perhitungan koefisien segregasi tiap waktu pada konfigurasi awal jarang
  • 21. Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan Nilai Koefisien Segregasi Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 21 0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000 0.9000 1.0000 2.9 3.1 3.3 3.5 3.7 3.9 4.1 4.3 4.5 4.7 4.9 5.1 5.3 5.5 Zs,max Γ Konfigurasi Rapat Konfigurasi Jarang Plot nilai koefisien segregasi maksimum pada tiap nilai Γ
  • 22. 0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250 0.0300 0.0350 0 20 40 60 80 100 120 D t (s) f=11 Hz; Γ=2.9246 f=15 Hz; Γ=3.6255 f=11 Hz; Γ=4.3869 f=13 Hz; Γ=4.4252 f=15 Hz; Γ=4.5319 f=13 Hz; Γ=5.4464 Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan Densitas Jaringan Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 22 Cuplikan hasil pembangkitan jaringan untuk konfigurasi awal rapat (f = 11 Hz, Γ = 4.3869) Cuplikan hasil pembangkitan jaringan untuk konfigurasi awal jarang (f = 11 Hz, Γ = 4.3869) (a) (b) (c) (a) (b) (c) 0.0000 0.0100 0.0200 0.0300 0.0400 0.0500 0.0600 0.0700 0.0800 0 20 40 60 80 100 120 D t (s) f=11 Hz; Γ=2.9246 f=15 Hz; Γ=3.6255 f=11 Hz; Γ=4.3869 f=13 Hz; Γ=4.4252 f=15 Hz; Γ=4.5319 f=13 Hz; Γ=5.4464 Plot hasil perhitungan densitas jaringani tiap waktu pada konfigurasi awal rapat Plot hasil perhitungan densitas jaringani tiap waktu pada konfigurasi awal jarang
  • 23. Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan Densitas Jaringan Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 23 Perubahan rata-rata densitas jaringan tiap waktu untuk konfigurasi awal rapat dan konfigurasi awal jarang. 0.0000 0.0100 0.0200 0.0300 0.0400 0.0500 0.0600 0.0700 0 20 40 60 80 100 120 Davg t (s) Konfigurasi rapat Konfigurasi jarang
  • 24. Hasil dan Pembahasan: Hasil Perhitungan Sentralitas Keantaraan Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 24 Cuplikan hasil perhitungan sentralitas keantaraan untuk konfigurasi awal rapat (f = 11 Hz, Γ = 4.3869) Cuplikan hasil perhitungan sentralitas keantaraan untuk konfigurasi awal jarang (f = 11 Hz, Γ = 4.3869) Plot hasil perhitungan sentralitas keantaraan tiap waktu pada konfigurasi awal rapat Plot hasil perhitungan sentralitas keantaraan tiap waktu pada konfigurasi awal jarang (a) (b) (c) (a) (b) (c) 0.0000 0.0200 0.0400 0.0600 0.0800 0.1000 0.1200 0.1400 0 20 40 60 80 100 120 <B> t (s) f=11 Hz; Γ=2.9246 f=15 Hz; Γ=3.6255 f=11 Hz; Γ=4.3869 f=13 Hz; Γ=4.4252 f=15 Hz; Γ=4.5319 f=13 Hz; Γ=5.4464 0.000000 0.005000 0.010000 0.015000 0.020000 0.025000 0.030000 0.035000 0.040000 0.045000 0.050000 0 20 40 60 80 100 120 <B> t (s) f=11 Hz; Γ=2.9246 f=15 Hz; Γ=3.6255 f=11 Hz; Γ=4.3869 f=13 Hz; Γ=4.4252 f=15 Hz; Γ=4.5319 f=13 Hz; Γ=5.4464
  • 25. 0 5 10 15 20 25 30 35 0 20 40 60 80 100 120 Ncom t (s) f=11 Hz; Γ=2.9246 f=15 Hz; Γ=3.6255 f=11 Hz; Γ=4.3869 f=13 Hz; Γ=4.4252 f=15 Hz; Γ=4.5319 f=13 Hz; Γ=5.4464 Hasil dan Pembahasan: Hasil Pemetaan Komunitas berdasarkan Optimasi Modularitas Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 25 Cuplikan hasil pemetaan komunitas untuk konfigurasi awal rapat (f = 11 Hz, Γ = 4.3869) Cuplikan hasil pemetaan komunitas untuk konfigurasi awal jarang (f = 11 Hz, Γ = 4.3869) Plot hasil perhitungan jumlah komunitas tiap waktu pada konfigurasi awal rapat Plot hasil perhitungan jumlah komunitas tiap waktu pada konfigurasi awal jarang (a) (b) (c) (a) (b) (c) 0 5 10 15 20 25 30 35 0 20 40 60 80 100 120 Ncom t (s) f=11 Hz; Γ=2.9246 f=15 Hz; Γ=3.6255 f=11 Hz; Γ=4.3869 f=13 Hz; Γ=4.4252 f=15 Hz; Γ=4.5319 f=13 Hz; Γ=5.4464
  • 26. Hasil dan Pembahasan: Hasil Pemetaan Komunitas berdasarkan Optimasi Modularitas Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 26 Perubahan rata-rata densitas jaringan tiap waktu untuk konfigurasi awal rapat dan konfigurasi awal jarang. 0 5 10 15 20 25 30 35 0 20 40 60 80 100 120 Ncom,avg t (s) Konfigurasi rapat Konfigurasi jarang
  • 27. Hasil dan Pembahasan: Hubungan parameter- parameter jaringan dengan koefisien segregasi Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 27 Plot sebaran densitas jaringan terhadap koefisien segregasi Plot sebaran sentralitas keantaraan terhadap koefisien segregasi
  • 28. Hasil dan Pembahasan: Hubungan parameter- parameter jaringan dengan koefisien segregasi Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 28 Konfigurasi Awal Koefisien Korelasi terhadap Koefisien Segregasi D <B> Ncom Rapat -0.7589 -0.7280 0.6394 Jarang 0.7958 0.7744 -0.7452 Nilai koefisien korelasi parameter-parameter jaringan terhadap koefisien segregasi Plot sebaran jumlah komunitas terhadap koefisien segregasi
  • 29. SIMPULAN DAN SARAN Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 29 Simpulan 1. Set eksperimen menggunakan penyangga teruji mengurangi efek vibrasi horizontal 2. Galat pendeteksian intruder menggunakan hit-miss transform sebesar kurang dari 1.5 %. 3. Nilai koefisien segregasi akhir berada pada rentang 0 – 0.8 dan memiliki karakteristik kenaikan yang berbeda namun arah sama untuk masing-masing konfigurasi. Variasi ketiga memiliki kenaikan koefisien segregasi paling baik. 4. Seperti pada koefisien segregasi, perhitungan parameter-parameter jaringan juga menghasilkan karakteristik yang berbeda untuk konfigurasi awal rapat dan konfigurasi awal jarang, namun memiliki arah pergerakan yang berbeda satu sama lain. 5. Secara umum, densitas jaringan merupakan parameter jaringan yang berkorelasi paling kuat dengan koefisien segregasi yakni sebesar -0.7589 untuk konfigurasi rapat dan 0.7958 untuk konfigurasi jarang. 6. Berdasarkan hasil plot sebaran densitas jaringan dan jumlah komunitas terhadap koefisien segregasi, memperkuat hasil penelitian (Sanders, et al) yang menunjukkan bahwa terdapatnya kecendrungan untuk intruder bergerak secara mengelompok akibat adanya perbedaan kerapatan dan besarnya energi kinetik pada partikel bed di sekitar intruder. 7. Paramater-parameter jaringan berupa densitas jaringan, sentralitas keantaraan, serta jumlah komunitas dapat menjadi alat untuk mengkarakterisasi kondisi sistem butiran di tiap waktunya.
  • 30. SIMPULAN DAN SARAN Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 30 Saran 1. Penelitian terhadap parameter jaringan yang sama dapat dilakukan dengan sudut pandang berfokus pada butiran bed dalam campuran biner (pada penelitian ini berfokus pada butiran intruder). Untuk selanjutnya juga dapat dilakukan dengan meninjau kedua jenis butiran. Untuk hal ini maka dibutuhkan preparasi bahan eksperimen dan modifikasi pada parameter pengolahan citra. 2. Batas ruang dan waktu sangat mempengaruhi hasil akhir dari eksperimen. Oleh karena itu perlu dilakukan percobaan dengan lebar wadah yang cukup besar sehingga dapat didekati bahwa intruder hanya berinteraksi dengan butiran lain tanpa bergesakan dengan dinding samping wadah. Selain itu dengan memperpanjang waktu percobaan dapat dilakukan untuk menginvestigasi secara cermat terhadap nilai konvergensi yang diperoleh pada perhitungan densitas jaringan dan nilai komunitas.
  • 31. Terima Kasih SIDANG TUGAS AKHIR II Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat. Sparisoma Viridi S.Si. Dosen Penguji 1 : Dr.Eng. Dwi Irwanto S.Si.,M.Si. Dosen Penguji 2 : Dr. Fourier Dzar Eljabbar S.Si.,M.Si. MUHAMMAD IQBAL RAHMADHAN PUTRA Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2019
  • 32. =================================================== Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 32 Post credit
  • 33. Tambahan: Hit-Miss Transform Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 33 )𝐴 ⊛ 𝐵 = (𝐴 ⊝ B1) ∩ (Ac ⊝ 𝐵2 Rumusan Matematis (1) Contoh citra yang akan dideteksi (2) Contoh elemen penstruktur B1 B2 (3) Hasil operasi 𝐀 ⊝ 𝑩 𝟏, 𝑨 𝒄 , dan 𝑨 𝒄 ⊝ 𝑩 𝟐 (4) Hasil Akhir Operasi 𝐴 ⊝ 𝐵1 dan 𝐴 𝑐 ⊝ 𝐵2 disebut sebagai operasi erosi yaitu suatu efek untuk memperkecil citra.
  • 34. Tambahan: Cuplikan Citra Hasil Eksperimen Konfigurasi Rapat (bagian 1) Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 34 f = 11 Hz, Γ = 2.9246 f = 15Hz, Γ = 3.6256 f = 11 Hz, Γ = 4.3869 t = 0 s t = 30 s t = 60 s t = 90 s t = 120 s
  • 35. Tambahan: Cuplikan Citra Hasil Eksperimen Konfigurasi Rapat (bagian 2) Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 35 f = 13Hz, Γ = 4.4252 f = 15Hz, Γ = 4.5320 f = 13 Hz, Γ = 5.4464 t = 0 s t = 30 s t = 60 s t = 90 s t = 120 s
  • 36. Tambahan: Cuplikan Citra Hasil Eksperimen Konfigurasi Jarang (bagian 1) Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 36 f = 11 Hz, Γ = 2.9246 f = 15Hz, Γ = 3.6256 f = 11 Hz, Γ = 4.3869 t = 0 s t = 30 s t = 60 s t = 90 s t = 120 s
  • 37. Tambahan: Cuplikan Citra Hasil Eksperimen Konfigurasi Jarang (bagian 2) Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 37 f = 13Hz, Γ = 4.4252 f = 15Hz, Γ = 4.5320 f = 13 Hz, Γ = 5.4464 t = 0 s t = 30 s t = 60 s t = 90 s t = 120 s
  • 38. Tambahan: Tahapan Pengolahan Citra Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 38 Citra Hasil Eksperimen Hasil Pemotongan Hasil Grayscale Hasil Biner
  • 39. Tambahan: Tahapan Pengolahan Citra Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 39 Hasil Hit-miss transform Hasil Deteksi SImpul Hasil Deteksi Sisi Hasil Akhir
  • 40. Tambahan: Hubungan 𝑽 𝒓𝒎𝒔 dan Amplitudo Vibrasi Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 40 Perhitungan 𝑽 𝒓𝒎𝒔 pada gelombang sinusoiudal • Perhitungan nilai RMS secara umum dari fungsi 𝑦 = 𝑓 𝑡 : 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑀𝑆 = 1 𝑏 − 𝑎 න 𝑎 𝑏 𝑦2 𝑑𝑡 • Misalkan terdapat suatu gelombang sinus yang merepresentasikan tegangan atau arus dengan nilai peak sebesar 𝐴: 𝑉 𝑡 = 𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛(𝜔𝑡) • Maka nilai RMS 𝑉𝑅𝑀𝑆 adalah seperti berikut: 𝑉𝑅𝑀𝑆 = 1 𝑇 න 0 𝑇 (𝑉(𝑡))2 𝑑𝑡 = 1 𝑇 න 0 𝑇 𝐴2 sin2(𝑤𝑡) 𝑑𝑡 • Diketahui bahwa cos 2𝜃 = 1 − 2 sin2 𝜃, maka sin2 𝜔𝑡 = 1 2 (1 − cos 2𝜔𝑡) • Sehingga dapat diperoleh 𝑉𝑅𝑀𝑆 = 1 𝑇 න 0 𝑇 (𝑉𝑚)2 2 (1 − cos 2𝜔𝑡)𝑑𝑡 𝑉𝑅𝑀𝑆 = (𝑉𝑚)2 2𝑇 න 0 𝑇 (1 − cos 2𝜔𝑡)𝑑𝑡 𝑉𝑅𝑀𝑆 = (𝑉𝑚)2 2𝑇 𝑡 − sin 2𝜔𝑡 2𝜔 𝑇 0 𝑉𝑅𝑀𝑆 = (𝑉𝑚)2 2𝑇 𝑇 − sin 2𝜔𝑇 2𝜔 𝑉𝑅𝑀𝑆 = (𝑉𝑚)2 2 − (𝑉𝑚)2sin 2𝜔𝑇 4𝜔𝑇 • Apabila 𝑇 → ∞ maka ruas kanan akan menuju nol. Sehingga 𝑉𝑅𝑀𝑆 = 𝑉𝑚 2 Nilai RMS dari 𝑉 = 1 2 × nilai peak dari 𝑉• https://www.raeng.org.uk/publications/other/8-rms
  • 41. Tambahan: Hubungan 𝑽 𝒓𝒎𝒔 dan Amplitudo Vibrasi Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 41 Perhitungan besaran vibrasi berdasarkan nilai tegangan • Misalkan sensor yang digunakan memiiki sensitivitas 𝛼, maka konversi nilai tegangan 𝑉(𝑡) yang dibaca pada osiloskop menjadi percepatan 𝑎(𝑡) adalah sebagai berikut: 𝑎(𝑡) = 𝑉(𝑡) 𝛼 • Apabila 𝑦 𝑡 , 𝑣 𝑡 , dan 𝑓 berturut-turut adalah perpindahan, kecepatan yang dialami sensor pada waktu t dan frekuensi, maka untuk vibrasi yang mengikuti gelombang sinusoidal terdapat hubungan sebagai berikut. 𝑦 𝑡 = 𝑦 𝑚 sin 2𝜋𝑓𝑡 v t = 𝑑𝑦(𝑡) 𝑑𝑡 = 2𝜋𝑓𝑦 𝑚 cos 2𝜋𝑓𝑡 𝑣 𝑚 = 2𝜋𝑓𝑦 𝑚 𝑣 𝑡 = 𝑣 𝑚 cos 2𝜋𝑓𝑡 𝑎 𝑡 = 𝑑𝑣(𝑡) 𝑑𝑡 = −2𝜋𝑓𝑣 𝑚 sin 2𝜋𝑓𝑡 𝑎 𝑚 = 2𝜋𝑓𝑣 𝑚 • https://www.raeng.org.uk/publications/other/8-rms • Dengan mengetahui nilai 𝑓 yang tetap maka diketahui 𝑦 𝑚 = 𝑣 𝑚 2𝜋𝑓 = 𝑎 𝑚 2𝜋𝑓 2 • dimana 𝑦 𝑚, 𝑣 𝑚, 𝑎 𝑚 berturut-turut merupakan nilai maksimum atau peak dari masing-masing besaran. Dengan menghubungkan percepatan dan tegangan yang dihasilkan, diperoleh 𝑎 𝑚 = 𝑉𝑚 𝛼 𝑦 𝑚 = 𝑎 𝑚 2𝜋𝑓 2 = 𝑉𝑚 𝛼 2𝜋𝑓 2 • Oleh karena itu, untuk nilai 𝑓 dan 𝛼 yang tetap dapat disimpulkan bahwa 𝑦 𝑚~ 𝑉𝑚 = 𝑉𝑅𝑀𝑆 2
  • 42. Tambahan: Hubungan 𝑽 𝒓𝒎𝒔 dan Amplitudo Vibrasi Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 42 Contoh hasil penerapan LPF pada sinyal yang dibaca sensor menghasilkan bentuk gelombang sinusoidal -0.20 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 Vrms t Tanpa LPF Dengan LPF
  • 43. Tambahan: Perbandingan Algoritma Optimasi Penentuan Struktur Komunitas Rabu, 14 Agustus 2019 Sidang Tugas Akhir II 43 Grafik Jumlah Komunitas tiap Waktu dengan Algortima Greedy Optimization dan Edge Betweenness 0 2 4 6 8 10 12 14 16 0 20 40 60 80 100 120 Ncom t (s) Greedy Optimization Edge Betweenness Algoritma Waktu (s) Optimal Modularity 7.4741 Greedy Optimization 0.08271 Selisih 98%