Secara tidak langsung Prof. Djamaluddin mengajukan konsep Flat Earth pada konsep hisab dan hilal karena secara Fisika kalender Hijriyah merupakan perhitungan berdasarkan bulan dan matahari yang berevolusi sedangkan bumi diam secara absolut.
PowerPoint ini dibuat untuk melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPA 2 (Fisika)
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya
Dosen Pengampu :
Julianto, S. Pd., M. Pd.
ANGGOTA KELOMPOK :
1. Ajeng Rara Veronica (031)
2. Multazam Puja N. (090)
Kelas D 2016
Secara tidak langsung Prof. Djamaluddin mengajukan konsep Flat Earth pada konsep hisab dan hilal karena secara Fisika kalender Hijriyah merupakan perhitungan berdasarkan bulan dan matahari yang berevolusi sedangkan bumi diam secara absolut.
PowerPoint ini dibuat untuk melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPA 2 (Fisika)
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya
Dosen Pengampu :
Julianto, S. Pd., M. Pd.
ANGGOTA KELOMPOK :
1. Ajeng Rara Veronica (031)
2. Multazam Puja N. (090)
Kelas D 2016
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
1. Dr. Judhistira Aria Utama, M.Si.
Lab. Bumi & Antariksa
FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia
2018
SISTEM PENANGGALAN
2. Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI 2
Keteraturan yang teramati di langit telah memberi
inspirasi bagi manusia untuk memanfaatkannya.
Dasar-dasar sistem kalender mungkin sudah setua
peradaban manusia, yakni saat batu berjajar (stone
alignment; 2000 tahun SM) digunakan untuk meng-
hitung panjang tahun melalui perubahan letak Mata-
hari di cakrawala.
3. 3
Keteraturan yang teramati tersebut dikaitkan dengan
dengan kebutuhan terhadap hal-hal praktis, seperti:
penentuan saat pesta/upacara ritual
kepastian arah pada saat harus mulai mengem-
bara
juga penentuan waktu untuk mulai menabur benih
dan saat panen ketika pola hidup menetap menja-
di pilihan.
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
4. 4
Kalender sempurna yang paling dulu ada, mungkin
didasarkan atas observasi Bulan.
Perubahan wajah Bulan yang mudah dikenali dari
malam ke malam telah menjadikannya objek langit
yang dapat dijadikan acuan penyusunan sistem
penanggalan.
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
5. 5
Bulan memerlukan waktu 29,53059 hari (rata-rata)
untuk kembali ke fase yang sama dua kali berturutan.
Lama waktu tersebut dikenal sebagai periode sinodik
Bulan.
Waktu tersingkat yang bisa dicapai adalah 29,27 hari,
sedangkan yang terpanjang mencapai 29,83 hari.
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
6. 6
Periode sinodik Bulan inilah yang digunakan dalam
kalender Islam (kalender Hijriyah) untuk menandai la-
manya waktu 1 bulan.
Agar jumlah hari dalam sebulan menjadi bulat, umur
bulan berselang-seling 29 (dekat dengan 29,27) dan
30 (dekat dengan 29,83) hari.
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
7. 7
Dengan demikian, jumlah hari dalam satu tahun
Komariyah (panjang tahun yang didasarkan atas
gerak Bulan) adalah:
29,5 x 12 = (6 x 29) + (6 x 30)
= 354 hari
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
8. 8
Bulan-bulan sepanjang tahun Komariyah adalah sbb:
1.Muharam; 30 hari
2.Safar; 29 hari
3.Rabiul Awal; 30 hari
4.Rabiul Akhir; 29 hari
5.Jumadil Awal; 30 hari
6.Jumadil Akhir; 29 hari
7.Rajab; 30 hari
8.Syaban; 29 hari
9.Ramadhan; 30 hari
10. Syawal; 29 hari
11. Zulkaidah; 30 hari
12. Zulhijah; 29 atau 30 hari
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
9. 9
Pembulatan atas periode sinodik Bulan lambat-laun
mengakibatkan penyimpangan. Untuk mengoreksi
kesalahan yang terjadi, diadakan 11 buah tahun ka-
bisat (355 hari) dalam setiap 30 tahun.
Berarti dalam rentang 30 tahun (atau 360 bulan),
banyaknya hari adalah: 30 X 354 + 11 = 10631 hari.
Rata–rata jumlah hari dalam 1 bulan = 10631/360 =
29,53056 hari.
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
10. 10
Tahun kabisat dapat ditentukan dengan cara membagi tahun hijriyah
yang bersangkutan dengan 30. Jika bersisa dan sisa tersebut sama
dengan salah satu dari ke sebelas tahun kabisat, tahun itu adalah
tahun kabisat.
Yang menjadi tahun kabisat setiap 30 tahun tersebut adalah tahun
ke-2, ke-3, ke-7, ke-10, ke-13, ke-16, ke-18, ke-21, ke-24, ke-26, dan
tahun ke-29. Tambahan 1 hari dalam tahun kabisat diberikan ke
bulan Zulhijah.
Contoh: 1423 : 30 = 47 sisa 13.
1423 H adalah tahun kabisat (355 hari).
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
11. 11
Kalender Bulan ternyata tidak cocok untuk keperluan
bercocok tanam, sehingga dibentuklah kalender
Matahari.
Julius Caesar dari Romawi atas bantuan astronom
bernama Sosigenes membentuk sistem penanggalan
yang mengoreksi sistem yang digunakan sebelum-
nya pada 45 tahun SM (tahun -44).
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
12. 12
Menurut perhitungan mereka, satu tahun tropis
terdiri atas 365 ¼ hari [= (3 x 365 + 1 x 366)/4].
Terhadap kalender Julian ini ditetapkan aturan tahun
biasa terdiri atas 365 hari dan setiap 4 tahun sekali,
diawali pada 45 SM, berlaku tahun kabisat yang ter-
diri atas 366 hari sumbangan dari ¼ hari yang teraku-
mulasi. “Satu hari” tersebut ditambahkan ke bulan
Februari.
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
13. 13
Waktu yang diperlukan Matahari untuk melalui titik
Aries dua kali berturutan adalah 365hari 5jam 48menit
46detik (365,2422 hari). Artinya, satu tahun dalam
kalender Julian berlebih 11menit 14detik daripada satu
tahun tropis.
Dalam 128 tahun saja, selisih waktu tersebut menja-
di sebesar 23jam 57menit 36detik (dibulatkan: 24jam) atau
1 hari! Kesalahan ini sudah cukup untuk membuat
kalender Julian tidak cocok dengan gerak Matahari.
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
14. 14
Konsili di Nicea tahun 325 yang melakukan korek-
si sejak 45 SM – 325. Diperoleh pemotongan seba-
nyak:
(370 tahun / 128 tahun) x 1 hari ≈ 3 hari.
Paus Gregorius XIII dengan bantuan astronom
Christopher Clavius melakukan pemotongan seba-
nyak 10 hari untuk mengoreksi interval 325 – 1582.
Vernal equinox jatuh pada 11 Maret BUKAN 21 Maret!
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
15. 15
Koreksi tersebut diberlakukan pada hari Jumat. Hari
Kamis 4 Oktober 1582 berlanjut dengan Jumat 15
Oktober 1582.
Sejak tanggal tersebut berlaku sistem penanggalan
yang baru, penanggalan Gregorian, yang juga me-
nyempurnakan aturan tahun kabisat, yaitu angka ta-
hun yang habis dibagi 4 dan angka abad yang habis
dibagi 400.
“Berapa banyakkah dihilangkannya tahun kabisat
dalam 1 abad dengan aturan baru ini?”
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
16. 16
Adanya perubahan dari kalender Julian menjadi
Gregorian membuat kesulitan tersendiri untuk
membandingkan peristiwa astronomis yang terpisah
dalam jangka waktu cukup lama. Untuk mengatasi
masalah ini, diperkenalkan Julian Day.
Julian Day (JD) didefinisikan sebagai banyaknya hari
yang telah dilalui sejak hari Senin tanggal 1 Januari
tahun 4713 SM (= – 4712) pada pertengahan hari
atau pukul 12:00:00 UT.
Contoh: JD 0 = 1 Januari –4712 pukul 12:00:00 UT
JD 0,5 = 2 Januari –4712 pukul 00:00:00 UT
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
20. 20
Pergantian hari terjadi pada pukul 00:00:00 di mana
JD mengandung angka xxxxxxx,5.
Prosedur:
Tambahkan JD dengan 1,5, lalu dibagi 7. Sisanya
ditambah 1 menunjukkan nomor hari.
Nomor hari = 1 adalah hari Ahad, nomor hari 2 hari
Senin, dan seterusnya hingga nomor hari 7
menunjukkan hari Sabtu.
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
21. 21
Tanggal berapa (Masehi) 17 Ramadan 615 H (17-9-615)?
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI
22. 22
Tanggal berapa (Hijriyah) 29 Desember 2008 M?
Lab. Bumi & Antariksa FPMIPA UPI