Dokumen tersebut membahas tentang pengaturan dan penegakan hukum terhadap pesawat asing yang melanggar ruang udara Indonesia. Hukum internasional memberikan perlindungan lebih besar bagi pesawat sipil dibanding pesawat militer asing. Namun, peraturan Indonesia belum membedakan status pesawat pelanggar, sehingga berpotensi menimbulkan konflik hukum. Dokumen ini juga membahas sanksi yang diberikan Indonesia dianggap terlalu ringan dibanding biaya
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya pengaturan dan penegakan kedaulatan Indonesia atas ruang udara nasional, terutama di atas Alur Laut Kepulauan Indonesia.
2. Ia menjelaskan konsekuensi hukum pengakuan Indonesia sebagai negara kepulauan beserta penetapan Alur Laut Kepulauan Indonesia.
3. Dokumen tersebut juga membahas perlunya pengaturan ru
Undang-undang Nomor 83 Tahun 1958 mengatur tentang penerbangan di Indonesia. Undang-undang ini membahas tentang larangan dan ketentuan untuk melakukan penerbangan, pendaftaran dan kebangsaan pesawat udara, surat kelaikan dan kecakapan terbang, larangan terbang, pengusutan pelanggaran, dan sanksi pidana. Undang-undang ini bertujuan mengatur ketertiban dan keamanan penerbangan di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang kedaulatan negara atas ruang udara. Ada dua teori utama mengenai hal ini, yaitu teori kebebasan udara dan teori kedaulatan udara. Teori kebebasan udara menyatakan bahwa udara bersifat bebas, sedangkan teori kedaulatan udara menyatakan bahwa setiap negara berdaulat atas ruang udara di atas wilayahnya. Konvensi Chicago 1944 dan perjanjian internasional lainnya telah meng
1. Dokumen tersebut membahas tentang sejarah perkembangan hukum penerbangan internasional sejak Konferensi Paris 1910 hingga Konvensi Paris 1919. 2. Pada Konferensi Paris 1910, negara-negara Eropa tidak mencapai kesepakatan mengenai status ruang udara di atas wilayah suatu negara. 3. Setelah gagalnya konferensi tersebut, negara-negara Eropa mulai menerapkan aturan sendiri-sendiri mengenai kedaulatan udara di atas
Undang-undang No. 1 tahun 2009 tentang PenerbanganPenataan Ruang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mengatur tentang sistem penerbangan nasional Indonesia dan ketentuan umum terkait penerbangan. Undang-undang ini membahas tentang definisi kunci terkait penerbangan seperti pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, serta badan-badan terkait. Undang-undang ini juga mengatur tentang pengaturan sistem kebandarudaraan nasional dan ketentuan lainnya terkait penyelenggara
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya pengaturan dan penegakan kedaulatan Indonesia atas ruang udara nasional, terutama di atas Alur Laut Kepulauan Indonesia.
2. Ia menjelaskan konsekuensi hukum pengakuan Indonesia sebagai negara kepulauan beserta penetapan Alur Laut Kepulauan Indonesia.
3. Dokumen tersebut juga membahas perlunya pengaturan ru
Undang-undang Nomor 83 Tahun 1958 mengatur tentang penerbangan di Indonesia. Undang-undang ini membahas tentang larangan dan ketentuan untuk melakukan penerbangan, pendaftaran dan kebangsaan pesawat udara, surat kelaikan dan kecakapan terbang, larangan terbang, pengusutan pelanggaran, dan sanksi pidana. Undang-undang ini bertujuan mengatur ketertiban dan keamanan penerbangan di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang kedaulatan negara atas ruang udara. Ada dua teori utama mengenai hal ini, yaitu teori kebebasan udara dan teori kedaulatan udara. Teori kebebasan udara menyatakan bahwa udara bersifat bebas, sedangkan teori kedaulatan udara menyatakan bahwa setiap negara berdaulat atas ruang udara di atas wilayahnya. Konvensi Chicago 1944 dan perjanjian internasional lainnya telah meng
1. Dokumen tersebut membahas tentang sejarah perkembangan hukum penerbangan internasional sejak Konferensi Paris 1910 hingga Konvensi Paris 1919. 2. Pada Konferensi Paris 1910, negara-negara Eropa tidak mencapai kesepakatan mengenai status ruang udara di atas wilayah suatu negara. 3. Setelah gagalnya konferensi tersebut, negara-negara Eropa mulai menerapkan aturan sendiri-sendiri mengenai kedaulatan udara di atas
Undang-undang No. 1 tahun 2009 tentang PenerbanganPenataan Ruang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mengatur tentang sistem penerbangan nasional Indonesia dan ketentuan umum terkait penerbangan. Undang-undang ini membahas tentang definisi kunci terkait penerbangan seperti pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, serta badan-badan terkait. Undang-undang ini juga mengatur tentang pengaturan sistem kebandarudaraan nasional dan ketentuan lainnya terkait penyelenggara
Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919Mariske Myeke Tampi
Konferensi Paris membahas isu-isu teknis dan operasional pesawat udara, navigasi, pendaftaran, sertifikasi, dan peraturan penerbangan. Tidak ada kesepakatan karena perbedaan pendapat Inggris, Jerman, dan Prancis soal kedaulatan udara dan hak milik pribadi. Konvensi Paris 1919 kemudian menetapkan kedaulatan negara atas ruang udara, ketentuan penerbangan lintas damai, dan zona larangan terbang.
Air Transportation Law is a comprehensive concept of law on air transportation, which consists of definition, system of air transportation, sovereignty on air, cabotage principle, prohibited area, restricted area, airworthiness, nationality and registration mark and many others limitation of air transportation. In these slides, there are also points about liability of carrier on air transportation, air transportation insurance and the limitation of liability related to tariff policy.
Describes source of national civil aviation law of Indonesia, including legal liability concept (liability based on fault, presumption of liability and liability without fault/strict liability)
Peraturan ini mengatur tentang tanggung jawab dan persyaratan pemindahan pesawat udara yang rusak di bandar udara. Pesawat udara yang rusak harus segera dipindahkan oleh badan usaha angkutan udara atau perusahaan angkutan udara asing. Jika tidak dapat melakukannya, dapat meminta bantuan penyelenggara bandar udara. Pemindahan harus memenuhi persyaratan fasilitas, peralatan, personel, dan prosedur yang tep
Air & Space Law - Hukum Udara Nasional - UU No. 1 Tahun 2009Mariske Myeke Tampi
Dokumen tersebut membahas hukum udara nasional Indonesia dan menjelaskan beberapa poin kunci seperti peran Indonesia di organisasi penerbangan sipil internasional, penyempurnaan undang-undang terkait, jenis angkutan udara, kedaulatan udara, pendaftaran pesawat, investigasi kecelakaan, dokumen penerbangan, dan peran badan PBB terkait dalam membantu pendidikan penerbangan di Indonesia.
[Ringkasan]
Peraturan ini mengatur tentang tanggung jawab pengangkut angkutan udara terhadap kerugian yang dialami penumpang, pengirim barang, dan pihak ketiga akibat kecelakaan atau insiden terkait angkutan udara. Peraturan ini menentukan besaran ganti rugi minimum untuk berbagai jenis kerugian seperti kematian, cacat tetap, luka-luka, hilangnya bagasi, dan keterlambatan penerbangan. Peraturan ini juga mengatur pengangkut
Peraturan menteri perhubungan No PM 77 tahun 2011tnt-akpar
[Ringkasan]
Peraturan ini mengatur tentang tanggung jawab pengangkut angkutan udara terhadap kerugian yang dialami penumpang, pengirim barang, dan pihak ketiga akibat kecelakaan atau insiden terkait angkutan udara. Peraturan ini menetapkan besaran ganti rugi minimum untuk berbagai jenis kerugian seperti kematian, cacat tetap, luka-luka, hilangnya bagasi, dan keterlambatan penerbangan. Peraturan ini juga mengatur tentang penge
[Ringkasan]
Peraturan ini mengatur tentang tanggung jawab pengangkut angkutan udara terhadap kerugian yang dialami penumpang, pengirim barang, dan pihak ketiga akibat kecelakaan atau insiden terkait angkutan udara. Peraturan ini menentukan besaran ganti rugi minimum untuk berbagai jenis kerugian seperti kematian, cacat tetap, luka-luka, hilangnya bagasi, dan keterlambatan penerbangan. Peraturan ini juga mengatur tentang penge
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan hukum ruang udara dan ruang angkasa internasional. Ia menjelaskan bahwa negara memiliki kedaulatan atas ruang udara di atas wilayahnya, tetapi ruang angkasa di luar ruang udara tidak dapat dimiliki oleh negara manapun. Dokumen tersebut juga membahas konvensi-konvensi penting seperti Konvensi Paris 1919 dan Konvensi Chicago 1944 yang mengatur hak lintas damai di ruang
Teks tersebut membahas tentang tiga konsep dalam hukum laut internasional yaitu Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan Laut Lepas. Zona Ekonomi Eksklusif didefinisikan sebagai wilayah laut hingga 200 mil dari garis pantai dimana negara memiliki hak atas sumber daya alam, sedangkan Landas Kontinen adalah dasar laut dan tanah di bawahnya. Laut Lepas adalah bagian laut di luar Zona Ekonomi Eksk
Teks tersebut membahas tentang tiga konsep dalam hukum laut internasional yaitu Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan Laut Lepas. Zona Ekonomi Eksklusif didefinisikan sebagai wilayah laut hingga 200 mil dari garis pantai dimana negara memiliki hak atas sumber daya alam. Landas Kontinen adalah dasar laut dan tanah di bawahnya yang berbatasan dengan pantai. Laut Lepas adalah bagian laut di luar Zona
Teks tersebut membahas tentang tiga konsep dalam hukum laut internasional yaitu Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan Laut Lepas. Zona Ekonomi Eksklusif didefinisikan sebagai wilayah laut hingga 200 mil dari garis pantai dimana negara memiliki hak atas sumber daya alam. Landas Kontinen adalah dasar laut dan tanah di bawahnya yang berbatasan dengan pantai. Laut Lepas adalah bagian laut di luar Zona
Teks tersebut membahas tentang tiga konsep dalam hukum laut internasional yaitu Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan Laut Lepas. Zona Ekonomi Eksklusif didefinisikan sebagai wilayah laut hingga 200 mil dari garis pantai dimana negara memiliki hak atas sumber daya alam, sedangkan Landas Kontinen adalah dasar laut dan tanah di bawahnya. Laut Lepas adalah bagian laut di luar Zona Ekonomi Eksk
Dokumen tersebut membahas undang-undang terkait transportasi di Indonesia, termasuk undang-undang kereta api, angkutan darat, laut, dan udara beserta perubahannya. Juga dibahas aspek hukum, kewajiban dan hak pengangkut dan penumpang, serta sanksi terkait transportasi.
Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919Mariske Myeke Tampi
Konferensi Paris membahas isu-isu teknis dan operasional pesawat udara, navigasi, pendaftaran, sertifikasi, dan peraturan penerbangan. Tidak ada kesepakatan karena perbedaan pendapat Inggris, Jerman, dan Prancis soal kedaulatan udara dan hak milik pribadi. Konvensi Paris 1919 kemudian menetapkan kedaulatan negara atas ruang udara, ketentuan penerbangan lintas damai, dan zona larangan terbang.
Air Transportation Law is a comprehensive concept of law on air transportation, which consists of definition, system of air transportation, sovereignty on air, cabotage principle, prohibited area, restricted area, airworthiness, nationality and registration mark and many others limitation of air transportation. In these slides, there are also points about liability of carrier on air transportation, air transportation insurance and the limitation of liability related to tariff policy.
Describes source of national civil aviation law of Indonesia, including legal liability concept (liability based on fault, presumption of liability and liability without fault/strict liability)
Peraturan ini mengatur tentang tanggung jawab dan persyaratan pemindahan pesawat udara yang rusak di bandar udara. Pesawat udara yang rusak harus segera dipindahkan oleh badan usaha angkutan udara atau perusahaan angkutan udara asing. Jika tidak dapat melakukannya, dapat meminta bantuan penyelenggara bandar udara. Pemindahan harus memenuhi persyaratan fasilitas, peralatan, personel, dan prosedur yang tep
Air & Space Law - Hukum Udara Nasional - UU No. 1 Tahun 2009Mariske Myeke Tampi
Dokumen tersebut membahas hukum udara nasional Indonesia dan menjelaskan beberapa poin kunci seperti peran Indonesia di organisasi penerbangan sipil internasional, penyempurnaan undang-undang terkait, jenis angkutan udara, kedaulatan udara, pendaftaran pesawat, investigasi kecelakaan, dokumen penerbangan, dan peran badan PBB terkait dalam membantu pendidikan penerbangan di Indonesia.
[Ringkasan]
Peraturan ini mengatur tentang tanggung jawab pengangkut angkutan udara terhadap kerugian yang dialami penumpang, pengirim barang, dan pihak ketiga akibat kecelakaan atau insiden terkait angkutan udara. Peraturan ini menentukan besaran ganti rugi minimum untuk berbagai jenis kerugian seperti kematian, cacat tetap, luka-luka, hilangnya bagasi, dan keterlambatan penerbangan. Peraturan ini juga mengatur pengangkut
Peraturan menteri perhubungan No PM 77 tahun 2011tnt-akpar
[Ringkasan]
Peraturan ini mengatur tentang tanggung jawab pengangkut angkutan udara terhadap kerugian yang dialami penumpang, pengirim barang, dan pihak ketiga akibat kecelakaan atau insiden terkait angkutan udara. Peraturan ini menetapkan besaran ganti rugi minimum untuk berbagai jenis kerugian seperti kematian, cacat tetap, luka-luka, hilangnya bagasi, dan keterlambatan penerbangan. Peraturan ini juga mengatur tentang penge
[Ringkasan]
Peraturan ini mengatur tentang tanggung jawab pengangkut angkutan udara terhadap kerugian yang dialami penumpang, pengirim barang, dan pihak ketiga akibat kecelakaan atau insiden terkait angkutan udara. Peraturan ini menentukan besaran ganti rugi minimum untuk berbagai jenis kerugian seperti kematian, cacat tetap, luka-luka, hilangnya bagasi, dan keterlambatan penerbangan. Peraturan ini juga mengatur tentang penge
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan hukum ruang udara dan ruang angkasa internasional. Ia menjelaskan bahwa negara memiliki kedaulatan atas ruang udara di atas wilayahnya, tetapi ruang angkasa di luar ruang udara tidak dapat dimiliki oleh negara manapun. Dokumen tersebut juga membahas konvensi-konvensi penting seperti Konvensi Paris 1919 dan Konvensi Chicago 1944 yang mengatur hak lintas damai di ruang
Teks tersebut membahas tentang tiga konsep dalam hukum laut internasional yaitu Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan Laut Lepas. Zona Ekonomi Eksklusif didefinisikan sebagai wilayah laut hingga 200 mil dari garis pantai dimana negara memiliki hak atas sumber daya alam, sedangkan Landas Kontinen adalah dasar laut dan tanah di bawahnya. Laut Lepas adalah bagian laut di luar Zona Ekonomi Eksk
Teks tersebut membahas tentang tiga konsep dalam hukum laut internasional yaitu Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan Laut Lepas. Zona Ekonomi Eksklusif didefinisikan sebagai wilayah laut hingga 200 mil dari garis pantai dimana negara memiliki hak atas sumber daya alam. Landas Kontinen adalah dasar laut dan tanah di bawahnya yang berbatasan dengan pantai. Laut Lepas adalah bagian laut di luar Zona
Teks tersebut membahas tentang tiga konsep dalam hukum laut internasional yaitu Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan Laut Lepas. Zona Ekonomi Eksklusif didefinisikan sebagai wilayah laut hingga 200 mil dari garis pantai dimana negara memiliki hak atas sumber daya alam. Landas Kontinen adalah dasar laut dan tanah di bawahnya yang berbatasan dengan pantai. Laut Lepas adalah bagian laut di luar Zona
Teks tersebut membahas tentang tiga konsep dalam hukum laut internasional yaitu Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan Laut Lepas. Zona Ekonomi Eksklusif didefinisikan sebagai wilayah laut hingga 200 mil dari garis pantai dimana negara memiliki hak atas sumber daya alam, sedangkan Landas Kontinen adalah dasar laut dan tanah di bawahnya. Laut Lepas adalah bagian laut di luar Zona Ekonomi Eksk
Dokumen tersebut membahas undang-undang terkait transportasi di Indonesia, termasuk undang-undang kereta api, angkutan darat, laut, dan udara beserta perubahannya. Juga dibahas aspek hukum, kewajiban dan hak pengangkut dan penumpang, serta sanksi terkait transportasi.
1. “HUKUM INTERNASIONAL”
PENEGAKAN HUKUM UDARA ATAS PESAWAT
ASING YANG MELAKUKAN PELANGGARAN
WILAYAH RI DITINJAU DARI UU NO.1 TAHUN 2009
TTG PENERBANGAN
DOSEN PENGAMPU: DR MANGISI SIMANJUNTAK, SH,MH
NAMA : STEVENT PARHUSIP
KELAS : HUKUM INTERNASIONAL
NIM : 2140050058
2. Hukum Udara Internasional Mengatur Mengenai Pelanggaran
Ruang Udara Oleh Pesawat Asing
Wilayah atau territorial adalah unsur yang sangat penting yang harus dimiliki oleh
suatu negara untuk melaksanakan kedaulatan teritorialnya. Ruang udaramerupakan salah
satu bagian terpenting dan strategis untuk meningkatkan kesejahteraan suatu negara.
hukum internasional memberikan kedaulatan yang penuh dan eksklusif pada negara kolong
untuk mengatur penerbangan di atas wilayahnya. Negara kolong berhak mengatur jalurjalur
penerbangan bagi pesawat asing, menentukan zona larangan terbang yang siftanya
permanen ataupun terbatas. Di sisi lain negara kolong wajib mengadopsi semua prosedur
dan standar-standar internasional di dalam ketentuan penerbangan nasionalnya, termasuk
di dalamnya rules of the air and air traffic control practices.
3. Dengan demikian segala macam sanksi yang diberikan oleh negara kolong
menjadi tanggung jawab dari maskapai penerbangan yang bersangkutan.
Pelanggaran yang dilakukan pesawat sipil ini akan dapat dilimpahkan pada
negara (attributable) dan menimbulkan tanggung jawab negara (state
responsibility) hanya apabila negara memberi fasilitas terhadap pelanggaran
yang dilakukan atau bahkan negara memberikan perintah pada pesawat sipil
tersebut untuk melakukan pelanggaran ruang udara negara kolong. Manakala
pelanggaran ini dapat dilimpahkan pada negara maka yang terjadi tidak lagi
sekedar pelanggaran terhadap hukum nasional negara kolong namun sekaligus
juga menjadi pelanggaran hukum internasional yang penyelesaiannya juga
berdasarkan mekanisme penyelesaian sengketa menurut hukum internasional.
4. Hukum Nasional Indonesia Mengatur Mengenai
Pengaturan Pelanggaran Ruang Udara Oleh Pesawat
Asing
Untuk memahami pengaturan kedaulatan indonesia atas ruang udara beserta
penegakan hukumnya perlu dilakukan kajian terhadap beberapa peraturan
terkait seperti Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara, Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah
Negara, Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.46
Mengadopsi dari Konvensi Chicago 1944, Pasal 5 UU Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penerbangan menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdaulat penuh dan eksklusif atas wilayah udara Republik
Indonesia.
5. Dalam Pasal 418 UU 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan disebutkan, pelanggaran
penerbangan niaga tidak berjadwal yang masuk ke RI tanpa izin didenda maksimal
Rp. 200.000.000,00. Denda itu berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Nomor 195 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Persetujuan Terbang. Denda Rp. 60.000.000,00 dinilai TNI AU sangatlah kecil dan
sangat tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan negara untuk mengerahkan
pesawat tempur milik TNI Angkatan Udara (AU). Menurut TNI AU dibutuhkan dana
sekitar Rp. 400.000.000,00 untuk pesawat tempur Sukhoi agar bisa terbang selama
satu jam.59 Pelanggaran wilayah kedaulatan Indonesia yang dilakukan pesawat
sipil Singapura ini tidaklah menimbulkan tanggung jawab kepada negara
Singapura, tetapi menjadi tanggung jawab perusahaan maskapai penerbangan
pesawat tersebut. Sanksi dijatuhkan berdasarkan hukum nasional Indonesia
mengingat pelanggaran yang terjadi adalah pelanggaran terhadap hukum nasional
Indonesia.
6. Berbeda halnya apabila pesawat yang melakukan pelanggaran adalah pesawat
negara asing khususnya pesawat militer asing yang bukan subyek hukum nasional
Indonesia. Pelanggaran yang dilakukan jenis pesawat ini melahirkan tanggung
jawab negara dan penyelesaiannya menggunakan mekanisme penyelesaian
sengketa menurut hukum internasional. Menurut hukum internasional penyelesaian
sengketa dapat dilakukan melalui cara damai atau kekerasan.
7. Kesimpulan
Hukum Internasional kurang memiliki aturan yang jelas mengenai parameter
apakah suatu negara merupakan pesawat negara atau pesawat sipil. Hal ini
seringkali menimbulkan konflik antara negara-negara terkait ketika terjadi
pelanggaran ruang udara. Konflik yang muncul terutama terkait hukum yang
seharusya diberlakukan terhadap pesawat pelaku pelanggaran tersebut.
Pesawat sipil memiliki hak dan perlindungan hukum yang lebih besar
dibandingkan pesawat negara ketika memasuki wilayah suatu negara. Dalam
praktek negaranegara cenderung menggunakan kriteria utama peruntukan dari
pesawat untuk menentukan apakah pesawat itu pesawat sipil atau pesawat
negara/militer. Ketika pesawat pelanggar adalah pesawat sipil maka negara
kolong harus menahan diri dalam melakukan penegakan hukum dengan tetap
mengutamakan keselamatan penumpang. Sifat dan bentuk
pertanggungjawaban terkait pelanggaran ruang udara sangat dipengaruhi
hubungan baik antara kedua negara terkait, dapat berupa kewajiban meminta
maaf, janji untuk mempidanakan individu yang bertanggungjawab, janji untuk
tidak mengulangi pelanggaran (infraction) tersebut, perampasan pesawat
pelanggar (the forfeiture of the violating aircraft), pemenjaraan awak pesawat
sampai pada eksekusi terhadap pesawat.
8. Tanggung jawab negara asal pesawat pelanggar akan muncul meskipun
pesawat pelanggar adalah pesawat sipil/komersial bilamana terbukti negara
terlibat atau memberikan fasilitas terhadap pelanggaran tersebut.
Pembahasan mengenai pengaturan dan penegakan hukum terhadap pesawat
asing yang melanggar ruang udara Indonesia dapat dilihat khususnya dalam
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Meskipun
demikian ada beberapa undang-undang terkait lainnya seperti Undang-
Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, Undang-
Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia; dan
Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara.
Peraturan perundang-undangan Indonesia tidak membedakan status pesawat
asing yang melakukan pelanggaran ruang udara apakah pesawat sipil
ataukah pesawat negara. Hal ini tentu berpotensi menimbulkan konflik karena
hukum internasional memberikan perlakuan khusus manakala pesawat yang
melakukan pelanggaran ruang udara adalah pesawat sipil. Sejauh ini
Indonesia hanya memberikan denda yang sangat ringan kepada pesawat
asing yang ketahuan melakukan pelanggaran terhadap ruang udara 9
Indonesia, yang nilainya jauh dibawah biaya operasional yang digunakan TNI
Angkatan udara untuk melakukan intersepsi terhadap pesawat pelaku
pelanggaran