Dokumen tersebut membahas tentang metalurgi serbuk, yang merupakan proses pembentukan benda kerja dari logam yang dihancurkan menjadi serbuk, kemudian disinter untuk mengikat partikelnya. Dibahas pula proses pembuatan serbuk, pencampuran, kompaksi, sintering, dan finishing. Keuntungan metalurgi serbuk adalah kontrol presisi yang tinggi dan biaya produksi rendah, sedangkan kelemahannya adalah biaya peralatan mahal dan keter
Dokumen tersebut membahas proses pengecoran logam menggunakan cetakan pasir, yang merupakan metode pengecoran tradisional yang banyak digunakan. Proses ini melibatkan penempatan pola dalam cetakan pasir untuk membentuk rongga, pengisian rongga dengan logam cair, pendinginan hingga mengeras, dan pelepasan hasil pengecoran dari cetakan. Cetakan pasir memiliki kelebihan biaya rendah namun toleransi dim
Proses pengecoran logam dengan pencetak pasir merupakan metode pembuatan benda logam dengan mencairkan logam dan menuangkannya ke dalam rongga cetakan pasir. Terdapat beberapa jenis cetakan pasir yang umum digunakan seperti cetakan pasir basah, kering, dan setengah kering, yang memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing. Proses pengecoran pasir memiliki beberapa tahapan mulai dari persiapan pol
Dokumen tersebut membahas proses pengecoran logam, termasuk jenis cetakan yang digunakan seperti cetakan sekali pakai dan permanen, serta tahapan pembuatan cetakan pasir yang merupakan jenis cetakan paling umum. Proses pengecoran polisteren juga dijelaskan secara singkat."
Dokumen tersebut membahas tentang metalurgi serbuk, yang merupakan proses pembentukan benda kerja dari logam yang dihancurkan menjadi serbuk, kemudian disinter untuk mengikat partikelnya. Dibahas pula proses pembuatan serbuk, pencampuran, kompaksi, sintering, dan finishing. Keuntungan metalurgi serbuk adalah kontrol presisi yang tinggi dan biaya produksi rendah, sedangkan kelemahannya adalah biaya peralatan mahal dan keter
Dokumen tersebut membahas proses pengecoran logam menggunakan cetakan pasir, yang merupakan metode pengecoran tradisional yang banyak digunakan. Proses ini melibatkan penempatan pola dalam cetakan pasir untuk membentuk rongga, pengisian rongga dengan logam cair, pendinginan hingga mengeras, dan pelepasan hasil pengecoran dari cetakan. Cetakan pasir memiliki kelebihan biaya rendah namun toleransi dim
Proses pengecoran logam dengan pencetak pasir merupakan metode pembuatan benda logam dengan mencairkan logam dan menuangkannya ke dalam rongga cetakan pasir. Terdapat beberapa jenis cetakan pasir yang umum digunakan seperti cetakan pasir basah, kering, dan setengah kering, yang memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing. Proses pengecoran pasir memiliki beberapa tahapan mulai dari persiapan pol
Dokumen tersebut membahas proses pengecoran logam, termasuk jenis cetakan yang digunakan seperti cetakan sekali pakai dan permanen, serta tahapan pembuatan cetakan pasir yang merupakan jenis cetakan paling umum. Proses pengecoran polisteren juga dijelaskan secara singkat."
Dokumen tersebut membahas tiga proses pengerjaan non-konvensional yaitu abrasive jet machining (AJM), ultrasonic machining (USM), dan chemical machining (CHM). AJM bekerja dengan menembakkan partikel abrasif dengan kecepatan tinggi menggunakan aliran fluida. USM menggunakan getaran ultrasonik untuk menumbukkan partikel abrasif pada permukaan benda kerja. Sedangkan CHM mengandalkan reaksi kimia antara bahan kimia pelarut
Dokumen tersebut membahas tentang proses pengecoran dan pembentukan logam, mencakup definisi, jenis, dan proses masing-masing. Secara khusus dibahas proses pengecoran pasir, pengecoran mould permanen, serta pembentukan logam dengan metode rolling, forging, extrusion, dan drawing."
Praktikum peleburan dan penuangan logam membahas proses pembuatan cetakan pasir dan coran logam. Terdapat beberapa tahapan penting yaitu persiapan cetakan dan bahan, peleburan logam di tungku krusibel, penuangan logam cair ke dalam cetakan, hingga analisis cacat pada coran hasilnya. Praktikum ini bertujuan membuat coran logam aluminium dan menganalisis kemungkinan cacat yang muncul.
makalah ini berisi tentang aplikasi dari semen yang sering digunakan dala kehidup sehari-hari bak skala kecil maupun sekala besar seperti pabrik (iindustri)
Ringkasan dokumen ini adalah:
1. Penelitian ini menguji ketahanan korosi sambungan las hasil friction stir welding pada paduan aluminium AA5083 dengan variasi kecepatan putaran tool dan penambahan inhibitor kromat dalam larutan NaCl.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan ketahanan korosi tertinggi dicapai pada kecepatan putaran tool 2280 rpm.
3. Penambahan inhibitor kromat 0,5% pada larutan NaCl mamp
Dokumen tersebut berisi daftar pertanyaan tentang proses pengecoran logam, mencakup topik seperti keuntungan dan kerugian pengecoran, jenis cetakan, hukum kontinuitas, turbulensi, penyusutan, dan fungsi riser dan chill dalam penuangan logam cair. Terdapat 15 pertanyaan yang mencakup aspek-aspek kunci dalam proses pengecoran logam.
Studi ini meneliti pengaruh variasi dimensi cil dalam terhadap cacat penyusutan pada pengecoran aluminium 6061. Tiga ukuran cil dalam diteliti: 15 mm, 20 mm, dan 25 mm. Hasilnya, cil 25 mm mampu menyerap panas lebih baik sehingga mengurangi cacat penyusutan menjadi 1,01%. Cil 15 mm kurang efektif sehingga cacat 3,82%. Cil 20 mm mengurangi cacat menjadi 1,28%. Dengan
Studi ini meneliti pengaruh variasi dimensi cil dalam terhadap cacat penyusutan pada pengecoran aluminium 6061. Tiga ukuran cil dalam diteliti: 15 mm, 20 mm, dan 25 mm. Hasilnya, cil 25 mm mampu menyerap panas lebih baik sehingga mengurangi cacat penyusutan menjadi 1,01%. Cil 15 mm kurang efektif sehingga cacat 3,82%. Cil 20 mm mengurangi cacat menjadi 1,28% dengan
CJR Teknologi Mekanik Analisis Umur dan Keausan Pahat Karbida.pptxAdam Superman
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini menganalisis umur pahat karbida dan keausannya dalam membubut baja paduan dengan metode variasi kecepatan potong.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan potong, umur pahat akan semakin pendek karena pertumbuhan keausan yang lebih cepat.
3. Kekasaran permukaan juga berkurang dengan peningkatan kecepatan potong.
Dokumen tersebut membahas tiga proses pengerjaan non-konvensional yaitu abrasive jet machining (AJM), ultrasonic machining (USM), dan chemical machining (CHM). AJM bekerja dengan menembakkan partikel abrasif dengan kecepatan tinggi menggunakan aliran fluida. USM menggunakan getaran ultrasonik untuk menumbukkan partikel abrasif pada permukaan benda kerja. Sedangkan CHM mengandalkan reaksi kimia antara bahan kimia pelarut
Dokumen tersebut membahas tentang proses pengecoran dan pembentukan logam, mencakup definisi, jenis, dan proses masing-masing. Secara khusus dibahas proses pengecoran pasir, pengecoran mould permanen, serta pembentukan logam dengan metode rolling, forging, extrusion, dan drawing."
Praktikum peleburan dan penuangan logam membahas proses pembuatan cetakan pasir dan coran logam. Terdapat beberapa tahapan penting yaitu persiapan cetakan dan bahan, peleburan logam di tungku krusibel, penuangan logam cair ke dalam cetakan, hingga analisis cacat pada coran hasilnya. Praktikum ini bertujuan membuat coran logam aluminium dan menganalisis kemungkinan cacat yang muncul.
makalah ini berisi tentang aplikasi dari semen yang sering digunakan dala kehidup sehari-hari bak skala kecil maupun sekala besar seperti pabrik (iindustri)
Ringkasan dokumen ini adalah:
1. Penelitian ini menguji ketahanan korosi sambungan las hasil friction stir welding pada paduan aluminium AA5083 dengan variasi kecepatan putaran tool dan penambahan inhibitor kromat dalam larutan NaCl.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan ketahanan korosi tertinggi dicapai pada kecepatan putaran tool 2280 rpm.
3. Penambahan inhibitor kromat 0,5% pada larutan NaCl mamp
Dokumen tersebut berisi daftar pertanyaan tentang proses pengecoran logam, mencakup topik seperti keuntungan dan kerugian pengecoran, jenis cetakan, hukum kontinuitas, turbulensi, penyusutan, dan fungsi riser dan chill dalam penuangan logam cair. Terdapat 15 pertanyaan yang mencakup aspek-aspek kunci dalam proses pengecoran logam.
Studi ini meneliti pengaruh variasi dimensi cil dalam terhadap cacat penyusutan pada pengecoran aluminium 6061. Tiga ukuran cil dalam diteliti: 15 mm, 20 mm, dan 25 mm. Hasilnya, cil 25 mm mampu menyerap panas lebih baik sehingga mengurangi cacat penyusutan menjadi 1,01%. Cil 15 mm kurang efektif sehingga cacat 3,82%. Cil 20 mm mengurangi cacat menjadi 1,28%. Dengan
Studi ini meneliti pengaruh variasi dimensi cil dalam terhadap cacat penyusutan pada pengecoran aluminium 6061. Tiga ukuran cil dalam diteliti: 15 mm, 20 mm, dan 25 mm. Hasilnya, cil 25 mm mampu menyerap panas lebih baik sehingga mengurangi cacat penyusutan menjadi 1,01%. Cil 15 mm kurang efektif sehingga cacat 3,82%. Cil 20 mm mengurangi cacat menjadi 1,28% dengan
CJR Teknologi Mekanik Analisis Umur dan Keausan Pahat Karbida.pptxAdam Superman
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini menganalisis umur pahat karbida dan keausannya dalam membubut baja paduan dengan metode variasi kecepatan potong.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan potong, umur pahat akan semakin pendek karena pertumbuhan keausan yang lebih cepat.
3. Kekasaran permukaan juga berkurang dengan peningkatan kecepatan potong.
3. Industri metalurgi serbuk telah mengalami peningkatan yang stabil dalam adopsi PM
(Powder Metalurgy) produk dan aplikasi dalam sejumlah industri, ada dua alasan
utama untuk menggunakan produk metalurgi serbuk, penghematan biaya dibandingkan
dengan proses alternatif dan keunikannya karakteristik yang disorot dalam laporan ini.
Jika dibandingkan dengan proses fabrikasi tradisional misalnya pengecoran, Proses
PM memiliki keunggulan dibandingkan presisi dimensi tetapi kekuatan pendorong di
balik penggunaan rute PM adalah penghematan biaya. Itu rute metalurgi serbuk
menawarkan karakteristik unik untuk suku cadang yang diproduksi termasuk
kemampuannya untuk mengontrol tingkat porositas, kemampuan paduan logam dan
komposit yang tidak larut dalam keadaan cair, bahan tahan api dengan titik leleh yang
sangat tinggi, seperti tungsten, molibdenum dan niobium.
4. Metalurgi serbuk merupakan proses pembentukan benda kerja
komersial dari logam dimana logam dihancurkan dahulu berupa serbuk,
kemudian serbuk tersebut ditekan didalam cetakan (mold) dan
dipanaskan di bawah temperatur leleh serbuk sehingga terbentuk
benda kerja. Sehingga partikel-partikel logam memadu karena
mekanisme transportasi masa akibat difusi atom antar permukaan
partikel. Metode metalurgi serbuk memberikan kontrol yang teliti
terhadap komposisi dan penggunaan campuran yang tidak dapat
difabrikasi dengan proses lain. Sebagai ukuran ditentukan oleh cetakan
dan penyelesaian akhir (finishing touch).
5. KARAKTERISTIK
METALURGI
Karakterisasi bagian metalurgi serbuk terdiri dari
pengujian dan klasifikasi banyak sifat metalurgi
serbuk menghasilkan bagian, tes dan hasil ini
biasanya yang sama ditemui di tempat lain
dalam teknik material. Ada beberapa sifat yang
dimiliki berdasarkan minat, namun berdasarkan
tujuan yang diusulkan dari penelitian yang akan
dibuat terbatas pada sifat-sifat itu. Fitur
mikrostruktur menentukan banyak sifat yang
menarik, ukuran butir, ukuran pori, distribusi pori
dan butir dalam kompak.
6. ALUMINIUM, TEMBAGA
& PADUANNYA, NIKEL,
STAINLESS STEEL
Paling banyak digunakan biasanya
dicampur dengan carbon (graphite)
untuk dibuat part-part baja.
BESI
7. Tombol mute, tombol power,
tombol volume plus dan minus,
baki kartu SIM, soket kabel data
8PIN, kaki N41 bawaan, rotor
motor getaran bawaan
8. LANGKAH-LANGKAH DASAR PADA POWDER METALLURGY
MENYIAPKAN DAN
MENYAMPURKAN LOGAM
SERBUK
MEMADATKAN
LOGAM
SINTERING
OPERASI SEKUNDER CONCLUSION
9. Proses sinter merupakan metode pembuatan
produk dari bahan serbuk yang sebelumnya
dilakukan proses kompaksi kemudian dengan
memanaskan matrial dibawah titik leburnya
sehingga partikel partikelnya berikatan satu
sama lain.Panas menyebabkan bersatunya
partikel dan efektivitas reaksi tegangan
permukaan meningkatdengan perkataan lain,
proses sinter menyebabkan bersatunya partikel
sedemikian rupa sehingga kepadatan bertambah.
11. TAHAPAN YANG DIALAMI PARTIKEL-PARTIKEL SERBUK
INTERMEDIATE
STAGE
POINT CONTACT 01 03
FINAL STAGE
INITIAL STAGE 02 04
12. Pada tahap ini, partikel lepas membentuk
titik kontak antarpartikel lainnya pada
orientasi acak. Kekuatan ikatan kontak yang
terjadi masih lemah dan belum terjadi
perubahan dimensi bakalan. Semakin tinggi
berat jenis bakalan maka bidang kontak
yang terjadi antar partikel juga semakin
banyak sehingga ikatan yang terjadi pada
proses sinter pun semakin besar. Pengotor
yang menempel pada batas kontak
mengurangi jumlah bidang kontak sehingga
kekuatan produk sinter menjadi turun.
13. Secara umum ditandai dengan penyusunan
kembali formasi leher, yang meliputi penyusunan
kembali partikel dan formasi leher awal di titik
kontak antar partikel, penyusunan kembali
formasi partikel setelah mengalami pergerakan
untuk meningkatkan jumlah titik kontak dan pada
akhirnya membentuk ikatan pada titik kontak
tersebut, dengan pergerakan material terjadi
dengan energi permukaan tertinggi. Gambar Tahap pertama proses
sinter, a) Partikel awal, b)
Penyusunan kembali, c)
Terbentuknya formasi leher
14. Pertumbuhan leher terus berlanjut, yang diikuti dengan pertumbuhan butir dan
pertumbuhan pori. Perubahan fisik selama tahap kedua adalah sebagai berikut
pertumbuhan ukuran leher antar partikel, porositas menurun atau berkurang, pusat
partikel bergerak semakin dekat secara bersama-sama, penyusutan setara dengan
jumlah berkurangnya porositas, batas butir mulai berpindah sehingga butir mulai
bertumbuh, terbentuknya saluran yang saling berhubungan(continuous channel) dan
berakhir ketika porositas terisolasi. Penyusutan secara maksimal terjadi pada tahap
kedua
Gambar a) Pertumbuhan leher dan volume
penyusutan b) Perpanjangan dari batas butir
c) Pertumbuhan butir berlanjut danbatas
butir meluas, volume penyusutan dan
pertumbuhan butir
15. Tahap Ketiga (Final Stage) ditandai dengan
hilangnya struktur pori dan munculnya batas
butir. Perubahan fisik selama tahap akhir
meliputiporositas mengalami pergerakan
terakhir dan pertumbuhan butir terjadi.
Gambar a) Pertumbuhan leher dengan
discontinues pore-phase, b) Pertumbuhan
butir dengan pengurangan porositas,c)
Pertumbuhan butir
16. PANDUAN DESAIN SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN
UNTUK PENGGUNAAN TEKNIK PRESSING KONVENSIONAL
Secara ekonomi proses MS
umumnya digunakan untuk
jumlah part yang banyak
untuk menekan biaya
peralatan & perkakas
khusus yang di butuhkan.
Jumlah minimum ± 10.000
unit.
Kemampuan
MS(Metalurgi Serbuk)
untuk menghasilkan part
dng tingkat porositas yang
dapat di kendalikan.
Porositas s/d 50 % masih
dimungkinkan
MS dapat digunakan
untuk membuat part-part
dari logam & paduannya
yang tidak biasa, yang
sangat sulit atau tidak
mungkin dibuat dengan
proses lainnya.
18. • Bentuk chamfer & corner
juga mungkin dibuat dengan
pressing MS. Permasalahan
pada kekokohan punch
ketika membentuk sudut
sangat tajam
Ulir tidak dapat dibuat
dengan pressing MS, jika
diperlukan part harus di
machining.
• Ketebalan dinding minimal 1,5
mm diantara lubang atau
lubang dengan dinding luar.
Diameter lubang yang di
rekomendasikan minimal 1,5
mm
02 03
01
19. Metalurgi serbuk mampu menguangi bahkan
menghilangkan prose lanjutan (karena proses
metalurgi serbuk langsung menghasilkan
komponen jadi atau komponen hamper jadi.
Metalurgi serbuk mampu digunakan untuk
membuat komponen berukuran kecil maupun
sangat kecil.