Buku ini merupakan karya Bhagiratha Dasa. Setelah beliau meninggal, tidak lagi yang melakukan percetakan ulang. Saya sendiri sebagai editor dan penyelaras akhir berinisiatif untuk menyebarkan pengetahuan rohani ini secara bebas secara online karena pada dasarnya tidak ada pengetahuan rohani yang dapat dimonopoli dalam suatu hak cipta.
Lontar ini mengisahkan tentang ajaran Siwa Buddha yang menyatakan bahwa kemuliaan ajaran Buddha dan Siwa adalah tunggal. Kisah ini menceritakan tentang pertempuran antara Raja Nilacandra melawan Maharaja Kresna dan Maharaja Baladewa yang disebabkan karena kemampuan Raja Nilacandra dalam membuat tiruan surga dan neraka. Pertempuran ini berakhir dengan Raja Nilacandra yang menyadari kesalahannya dan memohon maaf kepada
Pemerintah mengumumkan paket stimulus ekonomi baru untuk menyelamatkan bisnis dan pekerjaan. Stimulus ini meliputi insentif pajak, bantuan langsung untuk UMKM, serta subsidi upah bagi perusahaan yang menahan PHK.
Gambar ini merupakan rekaan bentuk alam semesta menurut pandangan Veda. Rekaan ini dibuat berdasarkan kutipan sloka-sloka sebagaimana disebutkan di sebelahnya.
Lontar ini mengisahkan tentang ajaran Siwa Buddha yang menyatakan bahwa kemuliaan ajaran Buddha dan Siwa adalah tunggal. Kisah ini menceritakan tentang pertempuran antara Raja Nilacandra melawan Maharaja Kresna dan Maharaja Baladewa yang disebabkan karena kemampuan Raja Nilacandra dalam membuat tiruan surga dan neraka. Pertempuran ini berakhir dengan Raja Nilacandra yang menyadari kesalahannya dan memohon maaf kepada
Pemerintah mengumumkan paket stimulus ekonomi baru untuk menyelamatkan bisnis dan pekerjaan. Stimulus ini meliputi insentif pajak, bantuan langsung untuk UMKM, serta subsidi upah bagi perusahaan yang menahan PHK.
Gambar ini merupakan rekaan bentuk alam semesta menurut pandangan Veda. Rekaan ini dibuat berdasarkan kutipan sloka-sloka sebagaimana disebutkan di sebelahnya.
Panchagavya (uses benefits and preparation)Ngarayana ナㇻヤナ
Panchagavya is a mixture made from five products of cows: milk, curd, ghee, dung, and urine. It is believed to have numerous health benefits like strengthening the immune system, removing toxins from the body, and curing diseases. Cow urine alone is believed to heal many ailments like indigestion, skin diseases, and kidney problems. It contains compounds like urea, salts, hormones, and enzymes that give it antimicrobial properties. Modern research also indicates cow urine can enhance the effects of drugs and fight cancer cells.
O son of Surabhi, you need lament no longer now. There is no need to fear this low-class sudra. And, O Mother Cow, as long as I am living as the ruler and subduer of all envious men, there is no cause for you to cry. Everything will be good for you
"Srimad Bhagavatam, Canto 1 Ch 17, Verse 9 Punishment and Reward of Kali"
The document provides photos and descriptions of activities at a prototype village in Cambodia called Vedic Eco Village. It shows photos of the village layout, buildings like a cabin, greenhouse and library, as well as devotee activities like gardening, taking care of cows, and religious classes. It also advertises an investment opportunity to purchase land next to the village for economic development and community access to a fresh water spring and streams.
This document summarizes the process of creating a line of clothing called Ahimsa clothing using entirely natural and traditional methods. It describes working with farmers to grow non-GMO cotton through cow-based natural farming, creating hand tools and machines for ginning, carding, and spinning the cotton into yarn. It then discusses finding and supporting independent handloom weavers to turn the yarn into cloth, using natural plant dyes to color the cloth, and piecing it all together to create a line of clothing with no synthetic materials or electricity used in the process. The goal was to reconnect agriculture and craftspeople to support farmers and rural artisans.
Dokumen tersebut membahas pedoman etika dan pola hidup Vaishnava yang mencakup berbagai aspek seperti perilaku di kuil/tempat sembahyang, etika lainnya, prasadam, dapur, hubungan dengan berbagai golongan penyembah, dan sadhana."
Bagi orang-orang yang telah menerima setiap pernyataan para ilmuwan modern sebagai kebenaran yang teruji dan terbukti, buku ini akan menjadi sebuah buku yang mengandung kete-rangan-keterangan yang menakjubkan. Kehidupan Berasal Dari Kehidupan (Life Comes From Life) adalah sebuah kritik yang spontan namun brillian terhadap sejumlah kebijakan, teori, dan perkiraan yang berpengaruh pada sains modern dan para ilmu-wan, yang disampaikan oleh salah seorang lsuf dan sarjana terkemuka abad ini, Sri Srimad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Analisis Srila Prabhupada yang gamblang menyingkap asumsi-asumsi yang tersembunyi dan tidak berdasar sama sekali yang menjadi landasan doktrin-doktrin modern saat ini menyangkut asal-usul dan tujuan kehidupan.
Buku ini didasarkan pada percakapan-percakapan yang di-rekam saat jalan pagi yang dilakukan oleh Srila Prabhupada bersama beberapa muridnya sepanjang tahun 1973, di daerah Los Angeles. Pada percakapan-percakapan pagi tersebut, ketika Srila Prabhupada memfokuskan pembicaraan pada sains, sebagian besar beliau berbicara dengan muridnya, Thoudam D. Singh, Ph.D. Dr. Singh, seorang ahli kimia organik, saat ini memimpin Institut Bhaktivedanta (The Bhaktivedanta Institute), sebuah pusat studi dan riset internasional terkemuka di bidang sains, lsafat, dan teologi. Setiap hari, di mana pun di belahan dunia ini Srila Prabhu-pada sedang berada, beliau menyempatkan diri untuk keluar jalan pagi di tengah dinginnya pagi hari. Seraya dibungkus mantel tebalnya, beliau berbagi saat-saat yang akrab dengan sekelompok kecil sejumlah siswa, murid-muridnya, serta tamu-tamu khusus. Pada sejumlah pagi beliau terlihat khusuk dalam perenungan yang dalam atau memberi apresiasi diam terhadap lingkungan sekelilingnya, dan tidak banyak dialog yang terjadi. Di saat-saat lain beliau berbicara panjang-lebar, dan acapkali dengan intensitas yang serius, mengenai berbagai pokok ba- hasan. Selama percakapan-percakapan yang mengasyikkan ini, beliau membuktikan bahwa analisis loso s tidak harus menjadi satu urusan yang menjemukan dan sesuatu yang sulit dipahami, melainkan bisa menjadi sebuah terobosan yang dinamis ke dalam setiap ruang lingkup kehidupan. Tak satu hal pun bisa lu-put dari intelektualnya yang tajam, dan wawasan pengetahuan spiritualnya yang dalam, serta kecerdasannya yang luar biasa. Menolak pemikiran-pemikiran dangkal dan dogmatis, beliau menyanjung, memberikan tantangan, membujuk, membuat se-nang, dan memberikan penerangan kepada murid-muridnya, dan beliau membimbing mereka dengan hati-hati menuju wa-wasan dan pemahaman yang meningkat.
Dokumen ini menceritakan kisah Prahlada, putra dari raja jahat Hiranyakasipu. Prahlada tumbuh menjadi anak yang saleh dan suci meskipun ayahnya jahat. Hiranyakasipu berusaha menanamkan pendidikan materialistik kepada Prahlada tetapi Prahlada tetap setia pada penyembahan Tuhan.
The document provides highlights from the Narada Bulletin of April 2017 from Sri Sri Krishna Balaram Temple in Hebri, Karnataka, India. It summarizes recent festivals celebrated at the temple including Gaura Purnima, activities like Nagar Sankirtan in Hebri town, and services provided to the cows including building shelters. It also mentions harvesting coconuts and mangoes, visitors to the temple, upcoming activities like repairing an agricultural well, and a reading from Srila Prabhupada emphasizing the importance of keeping cows happy.
The document describes Yasodapura Eco Village, a rural development project in Cambodia spearheaded by H.H. Bhakti Raghava Swami. The village aims to develop self-sufficient communities through organic farming, cow protection, education and spiritual practices. It has expanded over several phases from an initial 5.5 hectares to the current 108 acres, with plans to further develop agricultural lands, housing, a school and other facilities. The budget outlines costs for ongoing development and maintenance, with details on how to get involved or provide support.
Kiat pan lagas raja godal mewariskan benang kusutNgarayana ナㇻヤナ
Pemerintah mengumumkan paket stimulus ekonomi baru untuk menyelamatkan bisnis dan pekerjaan. Paket ini memberi insentif pajak dan bantuan tunai untuk mendukung perusahaan kecil dan mengurangi pengangguran. Upaya ini diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi dari dampak pandemi.
Kiat pan lagas i godogan dan raksasa bakasuraNgarayana ナㇻヤナ
Pemerintah mengumumkan rencana untuk membangun pusat perbelanjaan baru di pusat kota untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Rencana ini mendapat dukungan dari kalangan bisnis tetapi ditentang oleh kelompok lingkungan karena khawatir akan mengganggu ekosistem setempat. Perdebatan masih berlanjut mengenai dampak sosial ekonomi dan lingkungan dari rencana pembangunan tersebut.
Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkihNgarayana ナㇻヤナ
Buku ini merupakan scan ketikan asli dari karya tulis Jro Mangku Wayan Swena, seorang pemangku dan praktisi spiritual. Tulisan yang beliau tuangkan merupakan pengalaman pribadi beliau bagaimana berjuang dari masyarakat bali yang penuh kekurangan tetapi juga ditekan dengan berbagai "kewajiban". Buku ini akan membuka wawasan kita akan pelaksanaan Hindu.
Buku hasil karya Srila Prabhupada ini akan memberikan kita pemahaman yang lengkap mengenai kehidupan, kematian, jiwa dan juga pemahaman tentang Tuhan. Ulasan buku ini sangat luar biasa karena didukung argumen yang lugas dan diperkuat oleh otoritas kitab suci.
Manusia mendarat di Bulan? Dokumen tersebut memberikan ringkasan mengenai kontroversi proyek Apollo NASA yang mengirim misi pendaratan manusia pertama ke Bulan pada tahun 1969. Beberapa poin utama kontroversi meliputi kemungkinan bahwa pendaratan tersebut diatur dan tidak benar-benar terjadi, serta tantangan teknologi yang dihadapi.
Kali-Yuga dijelaskan sebagai masa kegelapan spiritual dimana prinsip-prinsip dharma semakin merosot dan prinsip-prinsip adharma semakin berkembang. Kali-Yuga akan berlangsung selama 432.000 tahun dengan ciri-ciri penduduk yang bersifat tamasi atau bodoh, serakah, jahat, dan tidak bermoral.
Kemana Yesus selama 10 tahun kehidupannya yang tidak tercatat dalam Alkitab? Para teologi memahaminya sebagai missing link. Dokumen-dokumen peninggalan India memberikan secercah jawaban yang menyatakan bahwa Yesus pernah datang dan berguru di India.
Dokumen tersebut membahas dua jenis kesadaran, yaitu kesadaran material dan kesadaran spiritual. Kesadaran material didasarkan pada kepentingan badan fisik sementara, sedangkan kesadaran spiritual didasarkan pada kesadaran akan jiwa sebagai entitas abadi yang terpisah dari badan. Dokumen ini menjelaskan tingkat-tingkat kesadaran dari yang paling rendah sampai tertinggi serta cara untuk mencapai kesadaran spiritual yang lebih
Panchagavya (uses benefits and preparation)Ngarayana ナㇻヤナ
Panchagavya is a mixture made from five products of cows: milk, curd, ghee, dung, and urine. It is believed to have numerous health benefits like strengthening the immune system, removing toxins from the body, and curing diseases. Cow urine alone is believed to heal many ailments like indigestion, skin diseases, and kidney problems. It contains compounds like urea, salts, hormones, and enzymes that give it antimicrobial properties. Modern research also indicates cow urine can enhance the effects of drugs and fight cancer cells.
O son of Surabhi, you need lament no longer now. There is no need to fear this low-class sudra. And, O Mother Cow, as long as I am living as the ruler and subduer of all envious men, there is no cause for you to cry. Everything will be good for you
"Srimad Bhagavatam, Canto 1 Ch 17, Verse 9 Punishment and Reward of Kali"
The document provides photos and descriptions of activities at a prototype village in Cambodia called Vedic Eco Village. It shows photos of the village layout, buildings like a cabin, greenhouse and library, as well as devotee activities like gardening, taking care of cows, and religious classes. It also advertises an investment opportunity to purchase land next to the village for economic development and community access to a fresh water spring and streams.
This document summarizes the process of creating a line of clothing called Ahimsa clothing using entirely natural and traditional methods. It describes working with farmers to grow non-GMO cotton through cow-based natural farming, creating hand tools and machines for ginning, carding, and spinning the cotton into yarn. It then discusses finding and supporting independent handloom weavers to turn the yarn into cloth, using natural plant dyes to color the cloth, and piecing it all together to create a line of clothing with no synthetic materials or electricity used in the process. The goal was to reconnect agriculture and craftspeople to support farmers and rural artisans.
Dokumen tersebut membahas pedoman etika dan pola hidup Vaishnava yang mencakup berbagai aspek seperti perilaku di kuil/tempat sembahyang, etika lainnya, prasadam, dapur, hubungan dengan berbagai golongan penyembah, dan sadhana."
Bagi orang-orang yang telah menerima setiap pernyataan para ilmuwan modern sebagai kebenaran yang teruji dan terbukti, buku ini akan menjadi sebuah buku yang mengandung kete-rangan-keterangan yang menakjubkan. Kehidupan Berasal Dari Kehidupan (Life Comes From Life) adalah sebuah kritik yang spontan namun brillian terhadap sejumlah kebijakan, teori, dan perkiraan yang berpengaruh pada sains modern dan para ilmu-wan, yang disampaikan oleh salah seorang lsuf dan sarjana terkemuka abad ini, Sri Srimad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Analisis Srila Prabhupada yang gamblang menyingkap asumsi-asumsi yang tersembunyi dan tidak berdasar sama sekali yang menjadi landasan doktrin-doktrin modern saat ini menyangkut asal-usul dan tujuan kehidupan.
Buku ini didasarkan pada percakapan-percakapan yang di-rekam saat jalan pagi yang dilakukan oleh Srila Prabhupada bersama beberapa muridnya sepanjang tahun 1973, di daerah Los Angeles. Pada percakapan-percakapan pagi tersebut, ketika Srila Prabhupada memfokuskan pembicaraan pada sains, sebagian besar beliau berbicara dengan muridnya, Thoudam D. Singh, Ph.D. Dr. Singh, seorang ahli kimia organik, saat ini memimpin Institut Bhaktivedanta (The Bhaktivedanta Institute), sebuah pusat studi dan riset internasional terkemuka di bidang sains, lsafat, dan teologi. Setiap hari, di mana pun di belahan dunia ini Srila Prabhu-pada sedang berada, beliau menyempatkan diri untuk keluar jalan pagi di tengah dinginnya pagi hari. Seraya dibungkus mantel tebalnya, beliau berbagi saat-saat yang akrab dengan sekelompok kecil sejumlah siswa, murid-muridnya, serta tamu-tamu khusus. Pada sejumlah pagi beliau terlihat khusuk dalam perenungan yang dalam atau memberi apresiasi diam terhadap lingkungan sekelilingnya, dan tidak banyak dialog yang terjadi. Di saat-saat lain beliau berbicara panjang-lebar, dan acapkali dengan intensitas yang serius, mengenai berbagai pokok ba- hasan. Selama percakapan-percakapan yang mengasyikkan ini, beliau membuktikan bahwa analisis loso s tidak harus menjadi satu urusan yang menjemukan dan sesuatu yang sulit dipahami, melainkan bisa menjadi sebuah terobosan yang dinamis ke dalam setiap ruang lingkup kehidupan. Tak satu hal pun bisa lu-put dari intelektualnya yang tajam, dan wawasan pengetahuan spiritualnya yang dalam, serta kecerdasannya yang luar biasa. Menolak pemikiran-pemikiran dangkal dan dogmatis, beliau menyanjung, memberikan tantangan, membujuk, membuat se-nang, dan memberikan penerangan kepada murid-muridnya, dan beliau membimbing mereka dengan hati-hati menuju wa-wasan dan pemahaman yang meningkat.
Dokumen ini menceritakan kisah Prahlada, putra dari raja jahat Hiranyakasipu. Prahlada tumbuh menjadi anak yang saleh dan suci meskipun ayahnya jahat. Hiranyakasipu berusaha menanamkan pendidikan materialistik kepada Prahlada tetapi Prahlada tetap setia pada penyembahan Tuhan.
The document provides highlights from the Narada Bulletin of April 2017 from Sri Sri Krishna Balaram Temple in Hebri, Karnataka, India. It summarizes recent festivals celebrated at the temple including Gaura Purnima, activities like Nagar Sankirtan in Hebri town, and services provided to the cows including building shelters. It also mentions harvesting coconuts and mangoes, visitors to the temple, upcoming activities like repairing an agricultural well, and a reading from Srila Prabhupada emphasizing the importance of keeping cows happy.
The document describes Yasodapura Eco Village, a rural development project in Cambodia spearheaded by H.H. Bhakti Raghava Swami. The village aims to develop self-sufficient communities through organic farming, cow protection, education and spiritual practices. It has expanded over several phases from an initial 5.5 hectares to the current 108 acres, with plans to further develop agricultural lands, housing, a school and other facilities. The budget outlines costs for ongoing development and maintenance, with details on how to get involved or provide support.
Kiat pan lagas raja godal mewariskan benang kusutNgarayana ナㇻヤナ
Pemerintah mengumumkan paket stimulus ekonomi baru untuk menyelamatkan bisnis dan pekerjaan. Paket ini memberi insentif pajak dan bantuan tunai untuk mendukung perusahaan kecil dan mengurangi pengangguran. Upaya ini diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi dari dampak pandemi.
Kiat pan lagas i godogan dan raksasa bakasuraNgarayana ナㇻヤナ
Pemerintah mengumumkan rencana untuk membangun pusat perbelanjaan baru di pusat kota untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Rencana ini mendapat dukungan dari kalangan bisnis tetapi ditentang oleh kelompok lingkungan karena khawatir akan mengganggu ekosistem setempat. Perdebatan masih berlanjut mengenai dampak sosial ekonomi dan lingkungan dari rencana pembangunan tersebut.
Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkihNgarayana ナㇻヤナ
Buku ini merupakan scan ketikan asli dari karya tulis Jro Mangku Wayan Swena, seorang pemangku dan praktisi spiritual. Tulisan yang beliau tuangkan merupakan pengalaman pribadi beliau bagaimana berjuang dari masyarakat bali yang penuh kekurangan tetapi juga ditekan dengan berbagai "kewajiban". Buku ini akan membuka wawasan kita akan pelaksanaan Hindu.
Buku hasil karya Srila Prabhupada ini akan memberikan kita pemahaman yang lengkap mengenai kehidupan, kematian, jiwa dan juga pemahaman tentang Tuhan. Ulasan buku ini sangat luar biasa karena didukung argumen yang lugas dan diperkuat oleh otoritas kitab suci.
Manusia mendarat di Bulan? Dokumen tersebut memberikan ringkasan mengenai kontroversi proyek Apollo NASA yang mengirim misi pendaratan manusia pertama ke Bulan pada tahun 1969. Beberapa poin utama kontroversi meliputi kemungkinan bahwa pendaratan tersebut diatur dan tidak benar-benar terjadi, serta tantangan teknologi yang dihadapi.
Kali-Yuga dijelaskan sebagai masa kegelapan spiritual dimana prinsip-prinsip dharma semakin merosot dan prinsip-prinsip adharma semakin berkembang. Kali-Yuga akan berlangsung selama 432.000 tahun dengan ciri-ciri penduduk yang bersifat tamasi atau bodoh, serakah, jahat, dan tidak bermoral.
Kemana Yesus selama 10 tahun kehidupannya yang tidak tercatat dalam Alkitab? Para teologi memahaminya sebagai missing link. Dokumen-dokumen peninggalan India memberikan secercah jawaban yang menyatakan bahwa Yesus pernah datang dan berguru di India.
Dokumen tersebut membahas dua jenis kesadaran, yaitu kesadaran material dan kesadaran spiritual. Kesadaran material didasarkan pada kepentingan badan fisik sementara, sedangkan kesadaran spiritual didasarkan pada kesadaran akan jiwa sebagai entitas abadi yang terpisah dari badan. Dokumen ini menjelaskan tingkat-tingkat kesadaran dari yang paling rendah sampai tertinggi serta cara untuk mencapai kesadaran spiritual yang lebih
4. PERJALANAN SUCI
DI TANAH VRAJA
Penulis:
Bhagératha Däsaù
Layout/Penyelaras Akhir:
Lakñmé Näräyana Däsaù
Penerbit:
Narayana Smrti Press
Jl. Sudarsan Chakra No. 3 Maguwoharjo
Yogyakarta
Cetakan Pertama: Februari 2011
13,7 x 20,5 cm
xx + 189 halaman
.
Hak Cipta pada Penulis
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang:
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin
tertulis dari penulis atau penerbit
5. Daftar isi
Persembahan .................................................................................... vii
Ucapan Terimakasih ......................................................................... ix
Prakata ............................................................................................. xi
Pendahuluan .................................................................................... xv
Sepuluh jenis kesalahan terhadap Dhäma ....................................... xxiii
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana ............................................ 1
Maöhurä ........................................................................................... 17
Gokula ............................................................................................... 35
Våndävana ......................................................................................... 63
Varñäëä .............................................................................................. 147
Nanda Grama .................................................................................... 159
Jabaran Waktu Keberadaan Tuhan Çré Kåñëa Selama Di Planet
Bumi Lima Ribu Tahun Yang Lalu .................................................... 187
v
8. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
viii
Buku ini juga dipersembahkan
kepada
Guru kerohanian hamba
Param pujya
Çréla Bhakti Räghava Swami Maharaj
9. Ucapan Terimakasih
Atas karunia Çré Çré Guru dan Gauraìga, saya ingin mengucapkan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada H.D.G. A.C Bhaktivedanta
Swami Prabhupäda karena atas karunia beliau, tanah suci yang sangat
rahasia telah terungkap dikalangan kita yang berada dalam kebodohan
yang paling gelap dunia material. Saya juga ingin mengucapkan
terimakasih yang tidak terhingga kepada guru kerohanian saya, H.H.
Bhakti Räghava Swami Maharäj, karena atas karunia dan bimbingan
beliau, saya telah mendapat kesempatan menimba pendidikan dan tingal
di tempat suci Vraja bumi untuk belajar dibawah H.G. Gopé Paräëadhana
Prabhu, seorang murid senior Çréla Prabhupäda. Kepada H.G. Gopé-
paräëadhana, yang telah memberikan begitu banyak inspirasi dan
semangat kepada saya dalam pengabdian suci selama belajar dibawah
beliau di Çré Govardhana dham – Vraja mandal. Kepada Kiçora Kåñëa
Prabhu, saudara seguru saya yang tidak henti-hentinya memberikan
semangat kepada saya selama berada di tanah suci Bharata-bumi.
Ucapan terimakasi juga saya sampaikan kepada beberapa penyembah
yang telah banyak membantu saya sehingga buku ini bisa terbit. H.G.
Lakñmé Näräyana Prabhu, yang telah meluangkan waktu untuk layout
dan membantu mengedit buku ini. Kepada H.G. Çrénidhi Prabhu,
yang juga telah meluangkan cukup banyak waktu untuk membantu
pengeditan. Dan kepada banyak Vaisnava lainnya yang tidak bisa saya
ix
10. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
x
sebutkan namanya satu per satu, yang telah memberikan saya semangat
dan dukungan untuk menulis dan menerbitkan buku “Perjalanan Suci di
Tanah Vraja” ini. Terakhir, yang tidak kalah pentingnya, kepada semua
Vaisnava, khususnya para pembaca semoga mendapatkan inspirasi lebih
dalam untuk mengetahui lebih banyak lélä dan tempat rahasia spiritual,
Çré Vraja mandala.
Hare Krsna
11. Prakata
Saya sangat puas dan senang saat membaca buku pertama Çrémän
Bhagératha däsa berjudul “Perjalanan Suci di Tanah Vraja” yang ditulis
dalam Bahasa Indonesia. Sebelum saya berkomentar pada buku ini,
pertama-tama saya ingin sedikit berbicara tentang si penulis.
Penulis muda ini awalnya ketemu kesadaran Krsna di Bali – Indonesia
ketika dia masih duduk di kelas dua sekolah dasar. Atas pergaulan yang
baik dari para penyembah seperti Dhåtätmä däsa, Kiçora Kåñëa däsa dan
yang lainnya, dengan perkembangan yang pesat dia mengembangkan
keterikatan kuat dalam pengabdian suci dan pergaulan pada para
penyembah. Ketika berada di Kåñëa Balaräma Mandir di Denpasar, kami
mendapatkan kesempatan untuk ketemu satu sama lain sekitar tahun
1998-1999. Saat itu dia tidak begitu fasih dalam berbahasa inggris. Namun
dia meperlihatkan semangat yang kuat untuk belajar dan melayani.
Segera setelah lulus sekolah dia bergabung sebagai brahmacari asram.
Berkeinginan untuk memberikan kesempatan kepada beberapa
penyembah dari Indonesia untuk lebih akrab dan dekat berhubungan
dengan kebudayaan Veda, pada tahun 2004 kami mengatur beasiswa
untuk program pendidikan yoga selama tiga tahun untuk Kiçora Däsa
xi
Oà Surabhyai namaù Oà Çré-gurave namaù
12. dan Bhagératha Däsa. Atas karunia Yang Maha Kuasa, pada saat itu
program gurukula BBT untuk program belajar bahasa sansekerta,
Çrémad-Bhägavatam Vidyäpéöham, dicanangkan akan segera dibuka.
Gurukula tradisional ini dipimpin oleh H.G. Gopéparäëadhana däsa,
seorang murid senior Çréla Prabhupäda dan salah satu dari senior editor
Sanskrit di BBT. Ini adalah suatu kesempatan yang jarang dan khusus
bagi Bhagératha däsa untuk dapat diterima dalam program belajar tiga
tahun mereka. Atas karunia Kåñëa, meskipun relatif masih sangat awam
dalam bahasa inggris, dia diterima sebagai murid angkatan pertama
dimana kebanyakan muridnya berasal dari negara-negara asing. Karena
gurukula memerlukan pujari untuk memuja Çré Çré Gaura Nitäi, para
otoritas meminta Bhagératha Däsa untuk melakukan pelayanan tersebut.
Karena belum menerima brähmaëa dékñä, maka diputuskan untuk
melaksanakan upacara yajïa di Govardhana yang dilakukan langsung
oleh Gopéparäëadhana däsa.
Selama tiga tahun belajar, Çrémän Bhagératha däsa terbukti sebagai murid
yang tekun. Atas pergaulan dengan para penyembah dari negara asing,
dia mengembangkan bahasa ingrisnya dengan pesat. Sebagai kepala
pujari (pendeta) untuk gurukula, dia memuja Çré Çré Gaura Nitäi dengan
penuh perhatian. Dia tinggal di daerah Govardhana. Tetapi secara teratur
dia mengunjungi berbagai tempat suci di Vraja, sebuah penemuan
dunia baru di setiap kunjungan. Pada waktu inilah dia mempelajari
bahasa sansekerta dimana dia menekuninya dengan serius sehinga
menguasainya dengan cepat. Atas karunia Çré Çré Gaura Nitai, dia juga
mendapat kesempatan melayani Çré Çré Kåñëa Balaräma di dalam bentuk
dua Çré Giriräja Govardhana çiläs. Dia lulus dari Çrémad-Bhägavatam
Vidyäpéöham pada tahun 2008 dan menerima gelar Bhagavat-çästré.
Buku yang telah dia tulis membawa pembaca pada sebuah perjalanan
suci ke tempat suci yang paling menarik diantara semua tempat suci,
Çré Vraja Dhama, dimana setiap hari Tuhan Çré Kåñëa melakukan nitya-
lélä, kegiatan kekal, dengan rekan kekalNya yaitu para gopa dan gopé
di tepi sungai Yamunä dan di dua belas hutan Våndävana. Hal ini
mengingatkan pada perjalanan Jéva Gosvämé di Navadvépa didampingi
oleh Tuhan Nityänanda yang dijelaskan dengan baik oleh Bhaktivinoda
Thakura dalam karyanya Çré Navadvépa-dhäma-mähätmyam pada
bagian Parikramä-khaëòa. Perjalanan yang dibawakan untuk kita oleh
Bhagératha Däsa mencangkup semua tempat penting di Vraja diawali
xii
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
13. dengan uraian Mathurä dan diikuti dengan semua tempat utama Kåñëa lélä
di Gokula, Våndävana, Varñäëä dan Nanda gräma. Penulis menguraikan
berbagai kuil dan kegiatan yang berhubungan dengan Tuhan Çré Kåñëa
yang memberikan pembaca gambaran yang hidup tentang dunia rohani
dengan menyajikan foto-foto kuil, kuëòa dan banyak hal lain di dalam
buku ini.
SiapapunyangmembacadeskripsiiniakandiingatkanpadakegiatanTuhan
sehari-hari berikut: “Tuhan Çré Kåñëa meniup serulingNya dengan keras
sambil Beliau memasuki hutan di Çré Våndävana, sehingga memberikan
kebahagiaan yang tidak terbayangkan pada semua penduduk desanya,
Vraja-dhäma. Kegiatan sederhana ini, yaitu kejenakaan memasuki hutan,
bermain seruling dan sebagainya, dilakukan setiap hari di tanah spiritual
Våndävana.” [SB 10.15.2]. Çréla Prabhupäda juga menjelaskan bahwa
tempat suci yang hadir di Bhauma Våndävana (di dunia material) ini
tidak berbeda dengan Goloka Våndävana (di dunia rohani) dan juga
tidak berbeda dengan Kåñëa sendiri: “Tempat-tempat yang berada di
dunia ini tidak berbeda dengan tempat aslinya karena tempat-tempat itu
merupakan cerminan tempat suci yang asli yang berada di dunia rohani.
Tempat-tempat itu sama dengan Kåñëa sendiri dan sama-sama patut
dipuja. Tuhan Çré Caitanya menyatakan bahwa Tuhan Çré Kåñëa, yang
menjadikan dirinya sebagai putra raja Vraja patut dipuja dan begitu juga
Våndävana Dhäma juga sama-sama patut dipuja.” [CC Adi 5.18]
Bagi mereka yang secara fisik belum mendapatkan kesempatan
mengunjungi Vraja, buku ini akan memberikan pengenalan yang sangat
bagus. Bagi mereka yang beruntung telah berkunjung ke Vraja, buku ini
akan membantu untuk mengingat kembali meditasi yang dalam pada Çré
Våndävana Dhäma. Penemuan tempat suci di tanah suci Våndävana adalah
kelanjutan pelayanan yang dilakukan oleh Çré Caitanya Mahäprabhu yang
secara pribadi mengirim muridnya yang paling utama, enam gosvami
Våndävana, untuk mencari tempat tempat suci ini dan terus mengundang
roh-roh yang terikat untuk menghidupkan kembali hubungan mereka
dengan dunia spiritual yang telah terputus.
Kita harus berterimakasi kepada Çrémän Bhagératha däsa karena
telah menulis secara ekstensif tentang tempat suci yang paling mulia,
Våndävana Dhäma. Kita berdoa semoga Tuhan Çré Kåñëa, tujuan dan
acuan meditasi bagi para penduduk Våndävana, akan berkarunia kepada
xiii
Prakata
14. penulis dan pembaca sehingga bisa mengembangkan cinta bhakti rohani
kepada Kåñëa yang telah terpendam.
Çrémän Bhagératha däsa saat ini tinggal di Bali dan sekarang sudah
menikah dengan Çrémati Tusmila Permana Dewi (bhaktin), yang juga
berasal dari Bali. Dia sekali-kali berkunjung ke India untuk mengantar
para penyembah berziarah di dalam dan di sekitar Vraja. Segera setelah
tiba di Indonesia, dia berkecimpung di dalam menyelenggarakan
pendidikan Varnasrama dan traditional gurukula di Gianyar-Bali. Dia
telah membantu untuk mengorganisir global varnasrama seminar
tahunan di Bali selama dua kali dalam 2 tahun berturut-turut.
Kåñëe matir astu,
Bhakti Räghava Swami
xiv
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
15. Pendahuluan
oà ajïäna-timirändhasya
jïänäïjana-çaläkayä
cakñur unmélitaà yena
tasmai çré-gurave namaù
Hamba dilahirkan di dalam kebodohan yang gelap, tetapi guru
kerohanian hamba telah membuka mata hamba dengan penerangan
berupa pengetahuan. Hamba bersujud dengan hormat kepada beliau.
nama oà viñëu-pädäya kåñëa-preñöhäya bhü-tale
çrémate bhaktivedänta-svämin iti nämine
namas te särasvate deve gaura-väëé-pracäriëe
nirviçeña-çünyavädi-päçcätya-deça-täriëe
“Hamba bersujud dengan hormat kepada Çré Çrémad A.C. Bhaktivedanta
swami Prabhupäda, yang sangat dicintai oleh Tuhan Çré Kåñëa karena
beliau sepenuhnya berlindung pada kaki padma-Nya. Sembah sujud
hamba kepada anda, O tuanku, pelayan Çréla Bhaktisiddhänta Sarasvaté
Gosvämé. Anda sangat berkarunia dengan mengajarkan ajaran Çré
Caitanya dan membebaskan negara-negara barat yang penuh dengan
filsafat mäyävädé dan çünyavädé (Tuhan tidak berbentuk pribadi dan sifat
kekosongan)”.
xv
16. Vrajendra-nandanaà vande sa-rämaà jaladä prabham
Çré-dämädyaiù parivritaà sakhya-prema-pariplutam
“Hamba menghaturkan sembah sujud kepada Vrajendra-Nandana yang
warna kulitNya bagaikan awan menjelang hujan, beliau yang di temani
oleh Çré Balaräma dan dikelilingi oleh anak-anak pengembala sapi yang
di pimpin oleh Çré Däma. Beliau di banjiri oleh rasa cinta bhakti rohani
anak gembala sapi”.
çré-kåñëa-Caitanya prabhu-nityänanda çré-advaita
gadädhara çréväsädi-gaura-bhakta-vånda
“Hamba bersujud kepada Çré Kåñëa Chaitanya, Prabhu Nityänanda,
Çré Advaita, Gadädhara, Çréväsa, dan semua yang berada di dalam garis
pengabdian suci bhakti”.
hare kåñëa hare kåñëa kåñëa kåñëa hare hare
hare räma hare räma räma räma hare hare
vraja-väsé-gaëa, pracäraka-dhana,
pratiñöhä-bhikñuka tä’rä nahe ‘çava’
präëa äche tä’r, se-hetu pracär,
pratiñöhäçä-héna-’kåñëa-gäthä’ saba
“Harta karun yang paling berharga dari para pelayan Tuhan yang
mengajarkan kesadaran Kåñëa, mereka sebenarnya merupakan
kepribadian yang kekal yang tingal di Vraja-dhäm. Mereka tidak
pernah mendapatkan sesuatu untuk diri mereka hanya untuk reputasi
material yang tidak berharga yang hanya kelihatan berharga bagi orang
yang bagaikan mayat. Para vraja-väsé sepenuhnya hidup, karena itu
mereka mengajarkan hanya untuk memberikan kehidupan kepada
orang material yang bagaikan mayat berjalan. Semua nyanyian yang
dinyanyikan oleh para vraja-väsé tentang keagungan Tuhan Çré Kåñëa
sebenarnya bebas dari bintik-bintik keinginan kemasyuran material”.
(“Duñöa-Mana”, karya tulis Çréla Bhaktisiddhänta Sarasvaté)
Vraja juga kadang kadang di kenal denga nama “tanah kemunculan Çré
Kåñëa” karena Çré Kåñëa berlila di tempat ini lima ribu tahun yg lalu.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
xvi
17. Tidak ada perbedaan antara tempat dan kegiatan kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa Çré Kåñëa dengan diri Beliau sendiri. Karena itu untuk
memberikan kesempatan kepada para makhluk hidup, khususnya umat
manusia, agar mendapat kesempatan untuk mendengar kegiatanNya,
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa muncul disertai oleh rekan-rekanNya,
tempat tingal yang kekal dan lain lain. Di dalam Çrémad Bhagavad Gétä,
bab 4 sloka 9 Tuhan Çré Kåñëa bersabda:
janma karma ca me divyam
evaà yo vetti tattvataù
tyaktvä dehaà punar janma
naiti mäm eti so ‘rjuna
“Orang yang mengetahui sifat rohani kemunculan dan kegiatanKu tidak
akan dilahirkan lagi setelah meningalkan badannya melainkan akan
mencapi tempat tingalKu, wahai Arjuna”.
Ada begitu banyak tempat di bumi ini yang sangat indah secara material
danTuhanmempunyaikuasapenuhuntukmunculdanberliladimanapun
beliau inginkan. Karena beliau adalah Yang Maha Kuasa, maka tidak
seorangpun akan mampu melarang Beliau. Tetapi tetap beliau memilih
untuk muncul dan berlila di Vraja-dhäma. Tuhan memilih Vraja-dhäma
karena di sana ada penyembah murniNya. Hanya itulah alasan Beliau
untuk muncul di suatu tempat. Kalau hanya untuk membunuh Kamsa,
atau raksasa yang lainnya, Tuhan tidak perlu turun ke bumi ini. Hanya
dengan memerintahkan Devi Mäyä atau dewa kematian, Yamaraj, beliau
mampu membunuh para raksasa dengan mudah. Tetapi karena beliau
ingin memuaskan dan menikmati bersama penyembahNya maka beliau
muncul di muka bumi ini.
Karena rasa cinta bhakti yang murni para Gopé dan Gopa di Våndävana,
Tuhan Çré Kåñëa memilih Vraja sebagai tempat favoritNya. Di Vraja
Dhäma, beliau mempunyai tiga tempat favorit karena tempat itu
memberikan fasilitas yang khusus kepada Kåñëa dan penyembahNya
menikmati kegiatan mereka. Tempat itu adalah tepi sungai Yamunä,
bukit Govardhana dan hutan Våndävana.
Çré Kåñëa melakukan léläNya yang rohani di Vraja-dhäma lima ribu
tahun yang lalu. Beliau muncul di Mathurä di dalam penjara yang berada
Pendahuluan
xvii
18. dibawah kekuasaan Kaàsa. Setelah beberapa jam dari kemunculan
Beliau, Vasudeva membawaNya ke Gokul ke rumah Nanda Maharaj.
Setelah kurang lebih 3 atau 4 tahun, karena rasa sayang para vrajavasi,
takut jika Kåñëa digangu oleh raksasa yang sering berusaha membunuh
Kåñëa, yang dimulai dari Raksasi Pütanä, mereka pindah ke seberang
sungai Yamunä menuju Nanda-gaon (Nanda Grama). Di sana Kåñëa
bersama Balaräma melakukan aktivitasNya selama kurang lebih sampai
berumur 10 tahun. Dari Nanda Grama Kåñëa pindah ke Mathurä untuk
memuaskan para penyembah Beliau yang di Mathurä. Setelah beberapa
tahun meluangkan waktu beliau di Mathurä, kurang lebih pada waktu
Beliau berumur 28 sampai 29 tahun, Beliau mendirikan kota di tengah
lautan di Dvaraka, di daerah bagian barat India.
Meskipun kejadian ini telah terjadi lima ribu tahun silam, namun
Kåñëa dalam aprakåta lélä (kegiatan yang terselubung), Beliau masih
berada di Vraja-dhäma sampai saat ini dan kalau seseorang mempunyai
kualifikasi, mereka masih bisa melihat Kåñëa sedang bermain-main di
Bukit Govardhan bersama anak anak gembala sapi. Diantara tempat-
tempat suci di mana Tuhan Çré Visnu melakukan léläNya, hanya di
Vraja-dhäma Beliau menginjakan kaki padmaNya setiap hari tanpa alas
kaki. Beliau mengembalakan sapi setiap hari dan berkeliling di hutan
Våndävana, bukit Govardhan dan tempat-tempat lainya tanpa alas kaki.
Jadi tanah suci Våndävana sebenarnya penuh dengan debu bekas jejak
kaki Çré Kåñëa secara langsung. Bahkan sampai sekarang kita bisa melihat
di beberapa tempat di bukit Govardhana dan tempat lainya, jejak kaki
Çré Kåñëa yang berbekas di atas batu (Govardhan sila). Selain itu, Çré
Caitanya Mahäprabhu dan para pengikut Beliau, para Gosvämé dan lain
lain, lima ratus tahun yang lalu, mengadakan perjalanan di Vraja-dhäma
tanpa alas kaki. Mereka berkeliling di Vraja-dhäma dan menginjakan
kaki padma mereka. Debu yang menyentuh kaki padma para vaisnava
yang agung seperti itu bisa mengangkat seluruh alam semesta pulang ke
dunia rohani.
Meskipun keagungan Vraja-dhäma tidak bisa dibandingkan dengan
tempat suci manapun di alam semesta material ini, namun keberadaan
dan keagungan Vraja sempat terpendam selama beberapa ribu tahun
setelah Kåñëa menutup léläNya di bumi ini. Banyak tempat yang penting
yang berhubungan dengan kegiatan rohani Çré Kåñëa di Vraja, termasuk
Rädhä Kunda, tempat suci tertingi di seluruh alam semesta, sempat
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
xviii
19. terlupakan dan bahkan tidak ada yang tahu dimana lokasi tempat-tempat
tersebut. Melihat keadaan seperti itu, Çré Caitanya Mahäprabhu, yang
merupakan Çré Kåñëa sendiri, secara pribadi datang ke Våndävana untuk
menggali atau menemukan tempat-tempat suci tersebut. Beliau juga
mengirim para pengikutNya seperti Lokanath Gosvämé, Rupa Gosvämé,
Sanatan Gosvämé dan lain-lain, yang tidak lain merupakan para rekan
pribadi Çré Kåñëa yang muncul dalam lélä Beliau sebagai Çré Caitanya,
untuk melajutkan pencaharian terhadap tempat-tempat dimana Çré
Kåñëa melakukan kegiatanNya di Vraja bumi.
Mungkin orang akan berpikir, Bagaimana kita bisa mempercayai kalau
itu adalah tempat yang sama dimana Kåñëa melakukan kegiatanNya di
Vraja sedangkan mereka, para Gosvämé, tidak hadir lima ribu tahun
yang lalu? Kåñëa bersifat kekal, maka beliau juga mempunyai rekan
yang kekal. Rekan rekan beliau tersebut selalu muncul bersama beliau
dalam berbagai bentuk. Atas keinginan Kåñëa, para penyembahNya bisa
mengingat segala sesuatu yang terjadi di masa lampau, masa sekarang
dan masa yang akan datang. Jadi karena lima ribu tahun silam Kåñëa
dan para gopé dan gopa berlila di tempat ini, hanya Kåñëa, gopa dan
gopilah yang bisa memastikan dimana tempat mereka berlila. Seperti
yang disampaikan sebelumnya, para gosvämé tidak lain dari gopa dan
gopé yang menjelma di dalam lila Çré Caitanya sebagai orang yang
berada dalam pelepasan ikatan (Gosvämé atau para sannyasi). Jadi atas
keinginan Çré Caitanya, yang merupakan Çré Kåñëa pribadi, mereka
mengingat tempat-tempat dimana mereka melakukan lélä lima ribu
tahun lalu. Karena itu tidak ada hal yang perlu diragukan lagi mengenai
kebenaran pendapat mereka. Selain itu para goswami juga mengunakan
dasar sastra yang dapat dipercaya untuk memastikan tempat-tempat
tersebut seperti Puräëa, itihasa dan lain lain.
Vraja-dhäma yang berada di bumi ini tidaklah berbeda dengan Goloka
Våndävana. Ketika Kåñëa turun ke bumi, Beliau membawa tempat tingal
Beliau yang kekal ke dunia material ini. Meskipun Goloka di bumi ini
dengan yang ada di dunia rohani tidak berbeda, namun dinyatakan
bahwa Vraja-dhäma di dunia material lebih berkarunia dari pada goloka
Våndävana di dunia rohani. Di dunia rohani, hanya roh-roh yang
sepenuhnya bebas dari pencemaran dunia material dan memiliki cinta
bhakti yang murni kepada Çré Kåñëa yang akan diizinkan untuk masuk.
Sedangkan orang yang masih memiliki bahkan sedikit motif material
Pendahuluan
xix
20. tidak akan diizinkan bahkan hanya untuk mendekati perbatasan Goloka
sekalipun. Sedangkan Vraja yang sama, yang bermanifestasi di bumi
ini, mengijinkan dan memberikan kesempatan bahkan kepada para
raksasa atau orang yang sangat berdosa sekalipun untuk masuk ke Vraja
dhäma. Çréman Gopi Parana Dhana Prabhu, seorang murid senior Çréla
Prabhupäda, sering menjelaskan bahwa, Kadang kadang ada orang naik
bus atau kereta api yang secara tidak sengaja berhenti dan turun di vraja
hanya untuk membeli teh atau kopi. Meskipun secara tidak sengaja
seperti itu, karena telah menginjakan kakinya di tanah suci Vraja,
mereka sebenarnya secara tidak sadar telah mendapatkan keuntungan
yang tidak bisa dibandingkan dengan mengunjungi ribuan tempat suci
lainnya dan mandi di berbagai tempat suci dimuka bumi ini.
Di dalam buku kecil ini saya berusaha menguraikan segelintir dari
keagungan tempat-tempat di Vraja-dhäma. Disini tidak akan diuraikan
semua tempat di Vraja, tetapi hanya akan menguraikan beberapa tempat
yang memungkinkan untuk dikunjungi. Buku ini dimaksudkan untuk
memberikan informasi dan tuntunan untuk mereka yang berkunjung
ke Vraja dalam waktu yang singkat dan juga untuk mereka yang belum
pernah mengunjungi Vraja sehingga mereka mendapat kesempatan
merasakan dan menikmati keindahan Vraja di dalam meditasi mereka.
Selain itu, buku ini juga dimaksudkan untuk menambah keyakinan kita
pada kisah-kisah yang diuraikan di dalam kitab suci adalah merupakan
sejarah yang memang benar-benar nyata dan bukan sekedar dongeng
atau mitologi, dengan bukti yang masih kita dapat lihat sampai sekarang
seperti yang akan diuraikan di sini.
Cerita-cerita dalam buku ini dimaksudkan untuk membantu para
pembaca untuk bermeditasi pada kegiatan Kåñëa. Berkunjung ke
tempat suci dimaksudkan untuk mengingat kegiatan Kåñëa atau para
penyembahnya di tempat-tempat tersebut. Berkunjung ke tempat suci,
seperti Çréla Prabhupada sampaikan, bukan hanya untuk mandi dan
berpikir bahwa saya sekarang sudah disucikan dan bebas dari dosa. Tapi
hal yang paling penting adalah mendapat pergaulan dari para sadhu atau
orang suci yang tingal di tempat-tempat suci tersebut dan menikmati
manisnya kegiatan Çré Kåñëa dari mereka atau dari karya-karya yang
mereka tingalkan untuk kita. Kisah-kisah yang disampaikan di dalam
buku kecil ini diambil dari berbagai sumber khususnya dari buku-buku
Prabhupäda dan dari para Gosvämé dan pengikut mereka.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
xx
21. Pesan terakhir yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca yang
mungkin bisa dijadikan bahan renungan adalah, sangat sulit untuk
datang ke India, ke tempat-tempat suci di India seperti Våndävana,
Çrédhäma Mäyäpura, Jagannätha Puré dan lain lain. Tetapi yang lebih
sulit lagi dari itu adalah setelah kembali dari tempat suci dan tiba di
tempat tingal masing-masing. Karena itu kita perlu belajar banyak di
tempat suci dari pergaulan para vaisnava dan mengambil hikmah dari
kunjungan ke tempat suci.
Semoga persembahan kecil dan sederhana ini akan berguna untuk
kemajuan kehidupan spiritual para pembaca. Hare Kåñëa
Oà namo bhagavate väsudeväya
Oà Çri rämakåñëäbhyaà namaù
Om tat sat.
Däsa Däsänu Däsaù
Bhagératha däsaù
Pendahuluan
xxi
23. Sepuluh jenis kesalahan terhadap Dhäma
Seperti halnya nama suci yang tidak berbeda dengan Tuhan Çré Kåñëa,
begitu juga dhäma atau tempat suci tidaklah berbeda dengan Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa. Sastra menyatakan, “abhinnatvän näma-näminoù”,
tidak ada perbedaan antara Tuhan dengan hal-hal yang berhubungan
dengan Beliau seperti tempatNya ber-lila, paraphernalia yang beliau pakai
dan lain-lain. Karena itu kita mesti berhati-hati ketika kita berkunjung
ke tempat-tempat suci. Ada banyak hal yang perlu kita perhatikan ketika
kita berada di tempat suci. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dari kunjungan ke tempat suci, selain mendapat pergaulan dengan para
penyembah Tuhan dan mendengarkan kegiatan rohani Tuhan di setiap
tempat, kita perlu memperhatikan berbagai jenis kesalahan terhadap
tempat suci yang mesti kita hindari. Dalam hal ini Çréla Bhaktivinoda
Öhäkura memberi pernyataan untuk menghindari sepuluh jenis
kesalahan terhadap Dhäma.
Sepuluh jenis kesalahan terhadap tempat suci (dhäma aparadha) adalah
sebagai berikut:
1. Tidak menghormati seorang guru yang telah mengungkapkan dhäma
kepada para muridnya.
2. Berpikir bahwa tempat suci (dhäma) bersifat sementara.
3. Melakukan kekerasan terhadap setiap penduduk dhäma atau para
pengunjung atau berpikir bahwa mereka adalah orang-orang biasa.
xxiii
24. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
xxiv
4. Melakukan kegiatan-kegiatan material selama berada atau tinggal di
tempat suci.
5. Mencari uang dengan mengkomersialkan pemujaan arca dan
nyanyian nama suci Tuhan di tempat suci
6. Berpikir bahwa tempat suci merupakan bagian dari suatu Negara atau
provinsi yang material seperti Bengal, atau berpikir bahwa tempat
suci dimana Tuhan ber-lila sama dengan tempat perziarahan yang
berhubungan dengan para dewa atau berusaha untuk mengukur
atau membatasi areal tempat suci.
7. Melakukan kegiatan berdosa selama berada atau tinggal di tempat
suci.
8. Menganggap bahwa Våndävana berbeda dengan Navadvépa.
9. Menghina kesusastraan atau kitab suci atau buku-buku yang
mengagungkan tempat suci.
10. Tidak yakin pada tempat suci atau berpikir bahwa keagungan tempat
suci adalah suatu imajinasi.
Selama kita tidak memperhatikan kesepuluh kesalahan diatas, maka kita
tidak akan pernah bisa masuk kedalam dhäma atau tempat suci yang
sejati dan mendapatkan hasil sempurna dalam pelaksanaan tirtha yatra.
25. Bab I
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
Lima ratus tahun yang lalu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Çré Kåñëa
muncul sebagai Çré Kåñëa Caitanya di daerah India Timur, tepatnya
di Çrédhäma Mäyäpura, Nawadvip, Bengala bagian barat. Salah satu
tujuan Beliau adalah untuk membangkitkan kembali keagungan Vraja-
dhäma yang saat itu sudah hampir tidak dikenal lagi oleh masyarakat
umum dan bahkan mereka yang tingal di daerah tersebut. Atas perintah
beliau, para Gosvämé Våndävana melakukan research sehinga akhirnya
saat ini kita dapat dengan mudah mengenali tempat-tempat dimana
Kåñëa melakukan kegiatanNya. Sebelum para Gosvämé khususnya
enam Gosvämé yang dipimpin oleh Çré Rüpa dan Çré Sanätana datang
ke Våndävana, Çré Caitanya maharaprabhu secara pribadi datang ke
Våndävan untuk menemukan tempat-tempat yang telah terlupakan di
Våndävana. Seperti misalnya Rädhä Kunda dan Syäma Kunda yang telah
hilang, namun Çré Kåñëa Caiatanya menemukan kembali tempat tersebut
yang nantinya direnovasi oleh Çré Raghunätha Däsa Gosvämé.
Sebelum kita memasuki daerah Våndävana, merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk mendengarkan kisah perjalanan Çré Caitanya serta
saat beliau berada di Våndävana. Dengan demikian kita bisa mendapat
kesempatan untuk mendengar dan mengerti bagaimana hendaknya
perasaan seseorang saat berkunjung ke Våndävana. Selain itu, dengan
mendengarkan kisah Çré Caianya Mahäprabhu ini, kita bisa mengikuti
1
26. jejak kaki padma Beliau dan berdoa kepadaNya yang merupakan Yuga-
avatar,avatarayangpaling berkaruniadi jamanini, semogaBeliau bersedia
memberikan karuniaNya agar kita bisa mengagumi dan menghormati
Vraja-dhäma semaksimal mungkin.
Çré Caitanya Mahäprabhu beberapa kali berusaha keras datang ke
Våndävana. Saat beliau berada di Navadvépa, Çré Caitanya pernah berusah
berangakat ke Våndävana, tetapi atas aturan Çré Nityänanda prabhu beliau
berhasil menggiring Çré Caitanya ke Çantipur, rumah Çré Advaitäcarya.
Setelah beliau mengambil sannyas, Çré Caitanya berkeinginan untuk
tingal di Våndävana tetapi atas keinginan Saci, ibuNya, Çré Caitanya
akhirnya tingal di Jagannätha puré. Saat berada di Jagannätha Puré,
beliau juga berusaha untuk berangkat ke Våndävana beberapa kali,
namun selalu digagalkan oleh penyembah-penyembah Beliau di sana
karena mereka tidak ingin berpisah denganNya. Bahkan pada akhirnya,
ketika beliau sudah di dalam perjalanan ke Våndävana, setelah bertemu
dengan perdana mentri Aurang zeb di Räma-keli, Rüpa dan Sanätana,
atas anjuran dan permintaan mereka, Çré Caitanya Mahäprabhu kembali
lagi ke jagannätha puré dan mengurungkan niatNya untuk berangkat
ke Våndävana. Sehinga pada akhirnya, suatu hari ketika musim gugur
tiba, Çré Caitanya memutuskan untuk berangkat ke Våndävana sendirian
tanpa ditemani oleh siapaun.
Sebelum berangkat ke Våndävana, Çré Caitanya mendiskusikan hal ini
dengan Çréla Svarüpa Dämodara dan Ramananda Raya. Ketika beliau
menyampaikan niatnya utnuk berangkat ke Våndävana sendirian, Çréla
Svarüpa Dämodara meminta Çré Caitanya untuk mengajak paling tidak
satu pelayan yang bisa melayani Beliau di perjalanan. Çré Caitanya setuju
dengan perminataan Çréla Svarüpa Dämodara namun dengan syarat,
Beliau tidak akan mengajak salah satu dari rekan terdekatNya dan juga
orang tersebut harus benar-benar mempunyai pikiran yang tenang.
Akhirnya Çréla Svarüpa Dämodara mengirim Balabhadra Bhaööäcärya.
Çréla Svarüpa Dämodara berkata ”Ini adalah Balabhadra Bhattäcarya yang
mempunyai rasa cinta dan kasih sayang yang sangat dalam kepada Anda.
Selain itu dia adalah orang yang sangat jujur, terpelajar dan sangat maju
di dalam kesadaran Kåñëa. Akhirnya Çré Caitanya menerima masukan
Çréla Svarüpa Dämodara dan setuju mengajak Balabhadra bersama Beliau
di dalam perjalanan ke Våndävana. Di malam hari, Çré Caitanya darsan
pada Çré Jagannätha dan sebelum malam berakhir, beliau mulai berangkat
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
2
27. ke Våndävana. Untuk menghindari masyarakat umum, Çré Caitanya tidak
mengambil jalan umum melainkan mengambil jalan di dalam hutan
Jhärikaëòa.
Seperti biasanya, Çré Caitanya selalu menyanyi dan menari bahkan di
dalam hutan sekalipun dimana terdapat begitu banyak binatang buas
di berbagai tempat. Ketika Çré Caitanya berjalan sambil menari dan
menyanyikan nama suci, beberapa harimau dan gajah yang ada didepan
Beliau memberikan jalan kepadaNya. Setelah beberapa saat, binatang-
binatang di hutan seperti macan, singa, babi hutan, gajah, rhinocaurus,
mulai menari dan menyanyi bersama beliau. Balabhadra yang saat itu
menemani Tuhan Çré Caitanya, merasa sangat takut melihat binatang
buas tersebut, tetapi karena pengaruh rohani Çré Caitanya, semua
binatang berdiri di satu sisi bersama beliau dan menari. Suatu hari dalam
perjalanan di hutan, ada seekor harimau yang sedang tidur tepat di
depan Çré Caitanya Mahäprabhu. Çré Caitanya Mahäprabhu yang saat itu
berada di dalam kebahagiaan rohani tidak menghiraukan macan tersebut
melainkan hanya melanjutkan perjalananNya. Kemudian tiba-tiba Beliau
menyentuh harimau tersebut dengan kakiNya. Ketika itu, Çré Caitanya
berkata “ucapkan nama suci Çré Kåñëa! “. Membangunkan harimau yang
sedang tidur merupakan hal yang sangat berbahaya yang diumpamakan
seperti mengundang kematian. Tetapi bagi Çré Caitanya Mahäprabhu,
harimau itu sama sekali bukan suatu yang berbahaya tetapi malahan
Binatang-binatang pun ikut menari ketika Çré Caitanya menyanyikan
nama suci Tuhan di hutan
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
3
28. harimaunya langsung bangun dari tidur dan mulai menari sambil
mengucapkan “ Kåñëa ! Kåñëa!”.
Suatu hari ketika beliau sedang
mandi dan mengucapkan
gayatri mantra di dalam
sungai, sekelompok gajah
gila datang kesungai tersebut
untuk minum air. Dapat kita
bayangkan, bahkan satu gajah
gila saja bisa mengancurkan
seluruh desa, dan sekarang Çré
Caitanya yang sedang berada
di dalam sungai sendirian
mesti menemui gerombolan
gajah gila. Ketika Çré Caitanya
mengucapkan mantra gayatri,
gajah-gajah gila tersebut tiba
tepat di depan Çré Caitanya.
Tuhan Çré Caitanya secara langsung memercikan air pada gajah-gajah
tersebut sambil berkata “ucapkan nama suci Çré Kåñëa”. Gajah-gajah
yang terkena air yang dipercikan oleh Çré Caitanya mulai menari dan
mengucapkan “Kåñëa!! Kåñëa!!”. Çré Kåñëa Caitanya Mahäprabhu adalah
Kåñëa sendiri yang mengambil posisi sebagai seorang penyembah yang
sangat maju atau seorang mahä-bhägavata. Di dalam Bhagavad Gita,
diuraikan bahwa seorang bhägavata tidak membedakan makhluk hidup
dari segi badan tetapi mereka melihat semua makhluk hidup sebagai sang
roh yang merupakan percikan terkecil Tuhan yang maha esa.
vidyä-vinaya-sampanne
brähmaëe gavi hastini
çuni caiva çva-päke ca
paëòitäù sama-darçinaù
“Para resi yang rendah hati, berdasarkan pengetahuan yang sejati, melihat
seorang brahmana yang bijaksana dan lemah lembut, seekor sapi, seekor
gajah, seekor anjing dan orang yang makan anjing dengan penglihatan
yang sama. (Bg 5.18)
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
4
29. Seorang mahä-bhägavata tidak melihat perbedaan antara seekor gajah,
harimau maupun anjing. Çréla Prabhupäda menguraikan di dalam hal ini
bahwa seseorang yang maju di dalam pengetahuan rohani atau seorang
mahä-bhägavata tidak mempunyai rasa takut, tidak iri kepada siapapun
dan selalu sibuk di dalam pengabdian suci. Orang seperti itu melihat
semua makhluk hidup sebagai percikan terkecil Yang Maha Kuasa yang
melakukan pengabdian kepada Kåñëa sesuai dengan kemampuan mereka
berdasarkan keinginan Tuhan Yang Maha Esa. Ini adalah tes untuk
seseorang bisa diangap maju di dalam kehidupan rohani. Kåñëa berada di
dalam hati setiap makhluk hidup, ”sarvasya cähaà hådi sanniviñöo”, orang-
orang suci yang maju di dalam kerohanian mengerti dan menginsyapi
hal ini. Karena itu, Çré Kåñëa yang berada di dalam hati semua makhluk
hidup menghilhami makhluk hidup yang lain dari dalam hati mereka
bahwa orang ini adalah mahä-bhägavata dan hendaknya jangan diganggu.
Contoh ini diperlihatkan di sini oleh Çré Caitanya Mahäprabhu.
Çréla Prabhupäda juga menguraikan bahwa kita hendaknya jangan
meniru tindakan para mahä-bhägavata seperti itu dan mencoba datang
ke hutan dan menendang harimau yang sedang tidur dan berusaha
untuk menyuruh mereka mengucapkan maha mantra. Sebelum harimau
tersebut mengucapkam maha mantra, mungkin harimau itu akan
bersyukur pada Tuhan terlebih dahulu bahwa hari ini Tuhan sudah
membawakan mangsa ke depan matanya tanpa dikejar dan menyergap
kita dalam sekejap. Saat ini mungkin sangat sulit menemukan harimau
di hutan, tetapi ada banyak harimau materialistik di hutan dunia modern
yang lebih berbahaya dari pada harimau di dalam hutan Jharikhaëòa.
Jadi, kita memang harus berhati-hati didalam proses mengajarkan
kesadaran Kåñëa. Itu tidak berarti kita mesti mengorbankan prinsip kita
untuk berkompromi dengan mereka. Kita tetap mempertahankan prinsip
dan saat yang sama harus sangat cerdas di dalam melakukan sesuatu
sesuai dengan desa, kala, patra (tempat, waktu dan keadaan). Ada istilah
“anusara” yang berarti mengikuti dan “anukara” yang berarti meniru.
Anusara adalah sikap yang sangat dipuji oleh para acarya sedangkan
anukara semestinya dihindari. Jadi sikap yang mestinya kita kembangkan
adalah mengikuti jejak kaki padma para acarya semampu kita. Hati para
mahä-bhägavata sepenuhnya bebas dari pencemaran dunia material
sehinga mereka menjadi kelihatan sama sekali tidak berbahaya bahkan
bagi binatang sekalipun. Di dalam posisi seperti itu, mereka sepenuhnya
bebas dari rasa iri dan dengki pada makhluk hidup lain sehinga bahkan
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
5
30. binatang buas sekalipun merasa tenang dan damai berada dekat mereka.
Ketika Çré Caitanya Mahäprabhu melewati hutan, beliau sepenuhnya
berpikir tentang Kåñëa dan mencari-cari Kåñëa dimana-mana.
Ketika para gajah mulai mengucapkan nama suci atas pengaruh kekuatan
rohani Çré Caitanya Mahäraprabhu, beberapa diantara mereka terjatuh
dan beberapa diantaranya berteriak dalam kebahagian rohani. Melihat
kejadian ini, Balabhadra terheran-heran sendiri. Ketika Çré Caitanya mulai
melanjutkan perjalananNya, mendengar suara Çré Caitaya Mahäprabhu
yang sangat manis, rusa-rusa hadir dari berbagai tempat dan mulai
mengikuti Çré Caitanya dari belakang. Setelah beberapa lama, beberapa
harimau muncul dan ikut bersama rusa-rusa mengikuti Çré Caitanya.
Para rusa tersebut juga terbebas dari rasa takut pada harimau-harimau
yang biasanya sebagai pemangsa mereka. Hal ini merupakan pengaruh
rohani orang yang sudah maju di dalam pengabdian suci. Bahkan mereka
yang secara alami bermusuhan bisa menjadi sahabat di dalam pergaulan
dengan orang suci yang maju di dalam pengabdian suci bhakti. Ini
merupakan contoh yang sangat kongkrit yang diperlihatkan oleh Çré
Caitanya di dalam hutan Jharikhaëòa. Melihat para rusa dan harimau
yang mengikuti beliau, Çré Caitanya teringat dengan tanah Vraja. Beliau
mulai menyanyikan sloka dari Çrémad Bhagavatam skanda sepuluh bab
13 ayat 60, yang menguraikan keagungan Våndävana Dhäma sebagai
berikut:
yatra naisarga-durvairäù
sahäsan nå-mågädayaù
miträëéväjitäväsa-
druta-ruö-tarñaëädikam
“Våndävana merupakan tempat tingal rohani Kepribadian Tuhan. Tidak
ada istilah kelaparan, kehausan maupun amarah di tempat tersebut.
Meskipun secara alami bermusuhan, umat manusia dan binatang
berbahaya hidup bersama di dalam hubungan persahabatan yang rohani”.
Seperti biasanya, Çré Caitanya Mahprabhu mulai menyuruh mereka
untuk mengucapkan nama Kåñëa. Mendengar permintaan Çré Caitanya
Mahäprabhu seperti itu, semua binatang yang mengikuti Çré Caitanya
bersama-sama mengucapkan” Kåñëa! Kåñëa! Dan menari bersama-
sama. Sekali lagi Balabhadra terkagum melihat semua kejadian ini.
Para harimau bukan hanya menyanyi dan menari bersama para rusa
namun mereka saling berpelukan sambil mengucapkan nama suci. Çré
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
6
31. Caitanya hanya tersenyum melihat semua hal ini kemudian meningalkan
mereka di hutan dan melanjutkan perjalananNya. Berbagai jenis burung
seperti merak mulai mengikuti Çré Caitanya yang sedang melanjutkan
perjalananNya. Ketika beliau menyanyikan nama suci, berbagai jenis
tumbuhan menjalar dan pepohonan menjadi sangat berbahagia.
Çréla Prabhupada menjelaskan bahwa pengucapan “Hare Kåñëa mantra”
merupakan proses yang sangat menakjubkan yang bahkan mampu
menembus telinga tumbuh-tumbuhan. Suatu hari Çré Haridäs Thakur
ditanya oleh Çré Caitanya tentang bagaimana tumbuh-tumbuhan bisa
dibebaskan di jaman kali yuga. Çré Haridäs Thakur menjawab bahwa
dengan pengucapan nama suci dengan keras bersama-sama, maka ini
tidak hanya akan menguntungkan mereka yang mengucapkan tetapi
semua seranga, pohon-pohon dan tumbuhan menjalar yang ada di
sekitarnya. Prabhupada menguraikan bahwa hendaknya seseorang tidak
merasa tergangu dengan pengucapan maha mantra karena hal ini sangat
menguntungkan bagi mereka yang mendengarkan nama suci tersebut.
Dengan demikian, semua makhluk hidup, baik yang bergerak dan yang
tidak bergerak di hutan Jharikhaëòa menjadi tergila-gila pada nama suci
begitu mendengar Çré Caitanya Mahäprabhu mengucapkan nama suci.
Ketika Çré Caitanya Mahäprabhu melewati hutan Jharikhaëòa, beliau
berpikir bahwa hutan ini adalah hutan Våndävana. Melihat beberapa bukit
yang mengelilingi hutan Jharikhaëòa, beliau berpikir bahwa ini adalah
bukit Govardhana dan ketika beliau melihat sungai di hutan tersebut,
beliau berpikir bahwa itu adalah Yamunä. Dengan demikian, diuraikan
bahwa dimanapun beliau berada, beliau hanya melihat Våndävana. Beliau
melihat Vraja-dhäma dimana-mana karena beliau sendiri membawa
Vraja-dhäma kemana-mana. Sebagai pengikut Çré Caitanya Mahäprabhu,
kita juga bisa mengikuti jejak kaki padma Beliau dengan bermeditasi
pada Våndävana ketika kita melihat hal-hal yang berhubungan atau mirip
dengan uraian Våndävana-dhäma. Dengan demikian kita secara otomatis
dan berangsur-angsur berada di dalam meditasi pada Våndävana-dhäma
meskipun kita berada jauh dari Våndävana-dhäma yang sejati dimana
Kåñëa melakukan lélä beliau lima ribu tahun silam. Karena Çré Kåñëa
bersifat mutlak, maka segala sesuatu yang berhubungan denganNya
adalah identik denganNya. Dengan berpikir tentang Våndävana-dhäma
maka kita juga berpikir tentang Kåñëa. Kita melihat sebuah contoh
yang diberikan oleh Çréla Rüpa Gosvämépäda, dimana ada seseorang
yang melakukan pelayanan kepada Kåñëa hanya di dalam pikiran yang
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
7
32. sebenarnya sama dengan pelayanan secara fisik. Sama halnya dengan
bermeditasi pada dhäma atau tempat suci, maka kita secara tidak sadar
sebenarnya sudah berada di dhäma tersebut. Ini adalah keunikan hal-hal
rohani. Proses ini diperlihatkan oleh Çré Caitanya di dalam lélä Beliau,
seperti yang sudah diuraikan tadi, yaitu Beliau berpikir bahwa melihat
sungai sebagai sungai Yamunä, bukit sebagai bukit Govardhan dan lain-
lain.
Setelah melewati hutan, Çré Caitanya mulai memasuki sebuah desa.
Ketika penduduk desa mendengar Çré Caitanya Mahäprabhu menyanyi
dan menari, atas pengaruh aura rohaniNya, orang-orang tersebut
juga mulai mengucapkan nama suci Çré Kåñëa. Ketika seseorang
mengucapakan nama suci yang mereka dengar dari Çré Caitanya, mereka
juga diikuti oleh orang ketiga yang mendengar nama suci dari orang
yang telah mendengar nama suci dari Çré Caitanya. Çréla Prabhupäda
menguraikan bahwa orang yang mendengar nama suci dari Çré Caitanya
menjadi sepenuhnya disucikan dan mereka yag mendengar nama suci
dari orang yang sudah di sucikan juga menjadi disucikan. Seperti ini,
garis perguruan paramparä juga berlagsung turun-temurun.
Balabhadra bhattäcarya mengumpulkan bahan makanan seperti sayur-
sayuran, buah-buah, akar-akaran dan kemudian mempersembahkannya
kepadaÇréCaitanyaMahäprabhu.KetikaÇréCaitanyamelewatipedesaaan,
Beliau biasanya diundang oleh para brahmana untuk menerima makanan
di rumah mereka. Ada beberapa diantaranya yang memberikan beras
kepada Balabadra Bhattäcarya, ada yang memberikan susu, susu asam
dan ada yang memberikan ghee dan juga batangan tebu. Balabhadra
memasak dari bahan makanan yang dikumpulkan dari dalam hutan dan
Çré Caitanya Mahäprabhu dengan sangat senang hati menikmati makanan
tersebut. Tuhan Çré Caitanya sangat menikmati sayuran yang dipetik dari
hutan. Dari sini kita bisa belajar bahwa Tuhan Çré Kåñëa sangat senang
dengan makanan yang tumbuh alami tanpa suatu yang berbau kimiawi
sintetis. Bahan kimia sebenarnya mencemari ibu bumi dan hal ini sangat
menyakiti badan ibu bumi. Kåñëa tidak bisa menahan penderitaan yang
dialami oleh ibu bumi yang merupakan saÿah satu dari pelayan beliau
yang sangat mulia. Karena itu, persembahan yang diperoleh tanpa
menyakiti ibu bumi akan sangat memuaskan Çré Kåñëa atau Çré Caitanya
Mahäprabhu.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
8
33. Çré Caitanya mandi tiga kali sehari. Kadang-kadang di pagi hari dan di
sore hari Beliau menghangatkan badanNya dekat api. Çré Balabhadräcarya
melayani Çré Caitanya Mahäprabhu dengan penuh rasa kasih sayang
sebagai seorang pelayan dan melakukan pelayanan yang sederhana.
Kadang-kadang Çré Caitanya Mahäprabhu membicarakan perasaan
beliau kepada Çré Balabadra dan kadang kadang beliau mengagungkan
Bhaööäcärya atas pelayaanannya. Tetapi sebagai penyembah yang tunduk
hati, Balabhadräcarya selalu merasa hanya melakukan pelayanan yang
sangat sederhana dan merasa dirinya sangat beruntung mendapat
kesempatan untuk melayani Çré Caitanya.
Çré Caitanya Mahäprabhu melanjutkan perjalanan dan akhirnya
sampai di Käçé. Di sana Beliau mandi di sebuah tempat yang disebut
Maëikarëikä. Maëikarëikä adalah sebuah tempat dimana Çré Viçvanäth
(Çiva) menyembuhkan seseorang dari penyakit kehidupan dunia material
dengan membisikkan nama suci Çré Räma melalui telinga seseorang.
Saat itu, Tapana Miçra, salah satu dari rekan Çré Caitanya Mahäprabhu
sedang mandi di sungai Gaìga dan kebetulan melihat Çré Caitanya
disana. Tapana Miçra mendengar bahwa Çré Caitanya telah mengambil
sannyas dan Beliau sangat bahagia dapat bertemu dengan Çré Caitanya
di sini. Tapana Miçra langsung menghaturkan sembah sujud kepada Çré
Caitanya dengan menjatuhkan badanya ke tanah dan memegang kaki
padma Çré Caitanya. Kemudian Tapana Miçra mengajak Çré Caitanya
darsan pada Çré Viçvesvara dan kemudian darsan pada Çré Bindu
Mädhava. Kemudian dengan perasaan yang sangat bahagia, Tapana Miçra
mengajak Çré Caitanya ke rumahnya. Saat itu, Candraçekhara juga hadir
untuk menemui Çré Caitanya Mahäprabhu. Çré Caitanya tinggal di Käçi
selama sepuluh hari. Semasa beliau tinggal di Käçi, ada seorang sannyasi
Mäyävädé, Çré Prakäçänanda Sarasvaté menjelek-jelekkan Çré Caitanya
Mahäprabhu. Dia mengatakan bahwa Çré Caitanya adalah seorang sanyasi
yang berpura-pura dan merupakan ahli ilmu hitam yang bisa mengontrol
orang yang ditemuiNya. Kemudian ketika brahmana yang mendengar
ini menyampaikan kepada Çré Caitanya Mahäprabhu, Beliau hanya
tersenyum dan mulai mengagungkan nama suci Çré Hari dan menguraikan
kemalangan para Mäyävädé yang tidak mendapat kesempatan merasakan
manisnya nama suci Çré Hari. Uraian ini diuraikan dengan panjang lebar
dan sangat indah di dalam madhya lélä, Caitanya Caritämåta oleh Çré
Kåñëa Däsa Kaviraj Gosvämé.
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
9
34. Kemudian dari Käçi, Çré Caianya Mahäprabhu melanjutkan perjalanan
sehinga sampai di Prayäg. Di sini Beliau mandi di pertemuan antara
Gaìga dan Yamunä. Begitu Çré Caitanya melihat Yamunä, beliau langsung
menceburkan diriNya sehinga Balabadra Bhaööäcärya dengan sangat
kesulitan harus mengangkat Çré Caitanya dari sungai. Beliau tinggal di
Prayäg selama tiga hari dan menyebarkan nama suci kepada banyak orang
di tempat itu. Saat melanjutkan perjalanan ke Mathurä, Çré Caitanya
sering melewati sungai Yamunä. Begitu beliau melihat sungai Yamunä,
beliau langsung jatuh pingsan berulang kali di dalam kebahagian rohani.
Akhirnya setelah melalui perjalanan seperti itu, Çré Caitanya sampai di
Mathurä. Begitu beliau melihat Mathurä, beliau langsung menjatuhkan
badanNya ke tanah dan menghaturkan sembah sujud pada tanah
Mathurä.
Ketika Beliau memasuki kota Mathurä, pertama-tama Beliau mandi
di Viçräma Ghat di tepi sungai Yamunä di Mathurä. Kemudian beliau
mengunjungi tempat kemunculan Çré Kåñëa dan darsan pada Çré Keçava
Ji. Seperti biasanya, Çré Caitanya menari dan menyanyi dimana nyanyian
dan tarianNya menyebabkan banyak orang terkagum-kagum. Tiba-
tiba, saat Çré Caitanya menyanyi dan menari, ada seorang brahmana
bersujud pada kaki padmaNya dan mulai menari bersamaNya. Kemudian
mereka berdua (Çré Caitanya dan Brahmana) menari dan menyanyi,
“Kåñëa! Kåñëa!”. Melihat kejadian ini, semua orang mengucapkan,
Hari!Hari!!!Hari! Hari, Jay Çré Hari!!! Kemudian pujari Çré Kesavadev ji
mempersembahkan untaian bunga yang dipakai oleh Çré Kesava kepada
Çré Caitanya. Ketika mereka melihat Çré Caianya Mahäprabhu menari
dengan kebahagian rohani seperti itu, orang-orang pada kagum dan saling
berbincang satu dengan yang lainnya. Beberapa diantaranya berkata
“Rasa cinta kasih rohani seperti itu bukan hal yang biasa”. Beberapa
orang berkata, “Hanya dengan melihat Çré Caitanya, orang akan menjadi
gila di dalam kebahagiaan rohani dan akan menari dan menyanyi sambil
menangis. Tidak diragukan lagi bahwa orang ini pasti Çré Kåñëa yang
muncul kembali untuk membebaskan penduduk Mathurä..”
Setelah beberapa saat Çré Caitanya Mahäprabhu duduk di tempat yang
tenang dan mulai bertanya kepada brahmana yang menari bersama
beliau, dari manakah dia mendapatkan rasa cinta kasih kepada Kåñëa
yang begitu dalam tersebut? Brahmana tua tersebut menjawab bahwa
beliau menerima cinta bhakti rohani kepada Kåñëa dari Çré Mädhavendra
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
10
35. Puré yang saat itu datang ke Mathurä. Begitu Çré Caitanya Mahäprabhu
mendengar bahwa brahmana itu adalah murid Çré Mädhavendra Puré,
Çré Caitanya langsung menghaturkan sembah sujud kepada brahmana
tersebut. Melihat Çré Caitanya Mahäprabhu bersujud kepada dirinya,
brahmana tersebut juga menghaturkan sembah sujud kepada Çré Caitanya
sebagai seorang sanyasi. Brahmana ini menyampaikan kepada Çré
Caitanya bahwa hanya orang yang berhubungan dengan Çré Mädhavendra
Puré yang mempunyai ciri-ciri kebahagiaan rohani seperti itu. Kemudian
Çré Balabadra Bhaööäcärya menguraikan hubungan Çré Caitanya dengan
Mädhavendra Puré kepada brahmana tersebut. Mendengar hal ini,
brahmana ini menjadi sangat bahagia. Dia mengundang Çré Caitanya agar
bersedia prasad di rumahnya. Brahmana tersebut meminta Bhaööäcärya
untuk memasak untuk Çré Caitanya Mahäprabhu, namun Çré Caitanya
bilang ”karena Mädhavendra Puré sudah pernah makan di rumah anda,
dengan demikian anda bisa masak untuk saya, ini adalah permintan
saya.”
Meskipun secara kasta, seorang sanyasi tidak makan makanan yang
diberikan oleh kelas brahmana tersebut, tetapi karena Mädhavendra Puré
melihat brahmana ini mengembangkan sifat sebagai seorang vaisnava,
maka beliau bersedia untuk menerima brahmana itu sebagai muridnya
danbersediamakandirumahbrahmanaini.Tetapikarenaberpikirtentang
posisi Çré Caitanya Mahäprabhu, brahmana ini berusaha menjelaskan
posisinya. Dia akan sangat senang mempersembahkan makanan kepada
beliau, tetapi orang umum akan menghina tingkah laku Çré Caitanya.
Tetapi Çré Caitanya meyakinkan brahmana itu sehingga akhirya bersedia
untuk memasak untuk Beliau.
Setelah menerima prasad dari brahmana tersebut, banyak penduduk
Mathurä yang datang untuk menemui Çré Caitanya. Ketika orang-orang
berkumpul, Çré Caitanya mulai mengangkat tanganNya dan mengucapkan
“Hari Bol!”. Semua yang hadir saat itu mengikuti Çré Caitanya dan
mengucapkan nama Çré Hari dengan penuh rasa cinta kasih. Çré Caitanya
mandi di 24 ghat (temat permandian) di tepi sungai Yamunä dan
brahman tersebut menunjukan tempat-tempat peziarahan di Mathurä.
Kedua puluh empat ghat tersebut adalah : (1) Avimukta, (2) Adhirüòha,
(3) Guhya-tértha, (4) Prayäga-tértha, (5) Kanakhala-tértha, (6) Tinduka,
(7) Sürya-tértha, (8) Vaöa-svämé, (9) Dhruva-ghäöa, (10) Åñi-tértha, (11)
Mokña-tértha, (12) Bodha-tértha, (13) Gokarëa, (14) Kåñëa-gaìgä, (15)
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
11
36. Vaikuëöha, (16) Asi-kuëòa, (17) Catuù-sämudrika-küpa, (18) Akrüra-
tértha, (19) Yäjïika-vipra-sthäna, (20) Kubjä-küpa, (21) Raìga-sthala,
(22) Maïca-sthala, (23) Mallayuddha-sthäna and (24) Daçäçvamedha.
Çré Caitanya Mahäprabhu juga mengunjungi berbagai tempat suci di
tepi sungai Yamunä di daerah Mathurä termasuk Svayambhu, Viçräma-
ghäöa, Dérgha Viñëu, Bhüteçvara, Mahävidyä and Gokarëa. Ketika Beliau
berkeinginan untuk mengunjungi hutan Våndävana, Beliau mengajak
brahmana tersebut bersamaNya.
Çré Caitanya Mahäprabhu mengunjungi berbagai tempat termasuk
Madhuvana, Tälavana, Kumudavana and Bahulävana. Beliau mandi di
setiap tempat suci dengan rasa kebahagian rohani. Ketika beliau melewati
Våndävana, beberapa sapi yang sedang digembalakan mengelilingi beliau
dan mulai menatap beliau sambil menguak. Melihat sapi-sapi yang
mengelilingi diriNya, Çré Caitanya masuk kedalam kebahagiaan rohani
yang lebih dalam dan saat itu sapi-sapi mulai menjilat badan rohani
Çré Caitanya. Çré Caitanya sangat memperhatikan sapi-sapi tersebut
dan karena tidak bisa meningalkan pergaulan Çré Caitanya, para sapi
mengikuti Çré Caitanya. Dengan kesulitan para gembala sapi menahan
sapi-sapi tersebut. Çré Caitanya mulai mengucapkan nama suci, dan
ketika para rusa dan merak mendengar suara beliau yang manis, mereka
semua datang menemui Çré Caitanya. Ketika para kelinci dan rusa-rusa
mendekati Çré Caitanya, mereka juga mulai menjilat badan Çré Caitanya
dengan penuh rasa kasih sayang seperti para sapi tadi. Berbagai jenis
binatang seperti lebah, burung-burung parkit dan merak mulai menari di
depan Çré Caitanya. Melihat kehadiran Çré Caitanya di Våndävana, bahkan
pepohonan menjadi penuh dengan kebahagian rohani dan menangis yang
tangisannya keluar berupa madu dari batang-batang mereka. Pepohonan
dan tumbuhan menjalar penuh dengan bunga dan buah-buahan
menyambut kedatangan Tuhan mereka yang telah lama pergi. Dengan
demikian, semua makhluk hidup, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak menjadi penuh dengan rasa bahagia bagaikan seorang teman
ketemu dengan teman setelah begitu lama berpisah.
Melihatkebahagianmereka,ÇréCaitanyaMahäprabhujugamenjadisangat
bahagia dan mulai memeluk mereka satu sama lain di dalam kebahagiaan
rohani. Badan beliau tidak terkontrol dan selalu mengucapkan, Kåñëa!
Kåñëa!... Ketika beliau melihat dua ekor burung parkit di atas cabang
pohon, beliau merasa ingin mendengarkan sesuatu dari mereka dan
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
12
37. kemudian kedua burung tersebut terbang ke tangan Çré Caitanya dan
mulai menceritakan kegiatan Kåñëa. Kemudian setelah beberapa saat Çré
Caitanya Mahäprabhu melihat seekor merak yang sedang menari. Ketika
beliau menatap warna kebiru-biruan dari merak tersebut, Beliau langsung
teringatpadaKåñëasehinggalangsungjatuhpingsandidalamkebahagiaan
rohani. Melihat Çré Caitanya jatuh pingsan, brahmana dan Balabhadra
Bhaööäcärya merasa gelisah dan mulai memercikan air pada Beliau sambil
mengipasi badanNya. Kemudian mereka mulai mengucapkan nama
Kåñëa pada telinga Çré Caitanya sehinga membuat Beliau kembali sadar.
Setelah kembali pada kesadaranNya, Çré Caitanya langsung berguling-
guling di tanah karena kebahagian rohani yang dalam. Karena berguling
di tanah, badan Çré Caitanya terlukai oleh banyak duri-duri di hutan
Våndävana sehinga Balabadra harus menghentikan dan menenangkan
Beliau. Seperti biasa, beliau terus mengucapkan nama, Kåñëa! Kåñëa!
Sambil menari. Beliau melanjutkan perjalanan bersama brahmana
dan Balabadra Bhaööäcärya. Si brahmana ini sangat keheranan melihat
kebahagian rohani yang diperlihatkan oleh Çré Caitanya dan sangat
resah dengan keadaanNya. Ketika Çré Caitanya berada di Jagannätha
puré, Beliau selalu berada di
dalam kebahagian rohani,
tetapi di dalam perjalanan di
Våndävana, rasa rindu kepada
Kåñëa ratusan kali lipat
bertambah. Ini hanya salah
satu uraian dari kunjungan
Çré Caitanya di dalam satu
tempat di Våndävana dan
Çré Kåñëa Däsa kaviraja
menguraikan bahwa sangat
mustahil untuk menguraikan
kejadian di beberapa tempat
lainya.
Çré Caitanya Mahäprabhu
melakukan perjalanan di
berbagai hutan di Våndävana
dan memuaskan semua
makhluk hidup di sana dan
juga secara pribadi Tuhan
Gambar: Çré Caitanya mandi di Rädhä
Kunda
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
13
38. Çré Caitanya merasa puas dengan melihat mereka. Akhirnya suatu hari
beliau sampai di sebuah desa yang disebut dengan Ärit-gräma. Ärit-grama
juga dikenal dengan nama Ariñöä-gräma dimana Ariñöäsura dibunuh oleh
Çré Kåñëa. Disini Çré Caitanya bertanya pada penduduk lokal dimana
kedudukan Çré Rädhä Kunda. Namun sangat disayangkan bahwa tempat
Rädhä Kunda saat itu sudah terlupakan sehinga tidak seorang pun bisa
memberi tahu Çré Caitanya keberadaan Rädhä Kunda. Brahmana yang
menemani beliau ternyata juga tidak tahu-menahu keberadaan tempat
tersebut. Çré Caitanya Mahäprabhu dapat mengerti bahwa tempat suci
ini sudah tidak lagi tampak. Sebagai kepribadian yang maha mengetahui
segalasesuatu,beliausecarapribadimampumengenalidimanasebenarnya
Rädhä Kunda dan Çyäma Kunda. Beliau menemukan Rädhä Kunda yang
saat itu merupakan sebuah tanah sawah yang terdapat sedikit air. Ketika
orang-orang melihat Tuhan Çré Caitanya mandi di kolam kecil tersebut,
orang-orang di sekitarnya menjadi sangat keheranan namun beliau tetap
mandi di sana dan menyampaikan doa pujian kepada Çré Rädhä Kunda.
yathä Rädhä priyä viñëos
tasyäù kuëòaà priyaà tathä
sarva-gopéñu saivaikä
viñëor atyanta-vallabhä
“Seperti halnya Çrémati Rädhärani yang paling dicintai oleh Çré Kåñëa
diantara para gopi, begitu juga kolam beliau yang dikenal dengan nama
Rädhä Kunda juga sangat disayangi olehNya. Diantara para gopi, Çrémati
Rädhäräëé merupakan yang paling dicintai oleh Kåñëa”.
Setelah mengucapkan doa pujian kepada Çré Rädhä Kunda, Çré Caitanya
menari dan menyanyi dengan kebahagian rohani di tepi Rädhä Kunda
sambil mengingat kegiatan Çré Kåñëa. Kemudian Çré Caitanya Mahäprabhu
menandai badan beliau dengan tilak dari lumpur di Rädhä kunda dan
mengumpulkan beberapa lumpur untuk dibawa bersama beliau.
Kemudian dari Rädhä Kunda beliau menuju ke danau Sumana. Melihat
bukit Govardhana dari tempat itu, beliau menjadi sangat gembira. Beliau
bersujud kepada Govardhana bagaikan tongkat yang terjatuh. Kemudian
beliau berlari dan memeluk batu di bukit Govardhana. Akhirnya beliau
sampai di desa Govardhana dan darsan pada Çré Harideva. Harideva
merupakan arca Vigraha yang di sthanakan oleh Çré Vajranäbha, yang
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
14
39. terletak di bagian barat matura. Çré Caitanya mulai menari dan menyanyi
penuh dengan kebahagian rohani di depan arca Harideva. Mendengar
kegiatan beliau, para penduduk setempat datang dan melihat beliau.
melihat kebahagian rohani dan ketampanan Çré Caitanya, semua
orang yang hadir menjadi sangat heran. Pujari Çré Harideva menerima
Çré Caitanya dengan sangat baik. Çré Bhaööäcärya memasak untuk Çré
Caitanya Mahäprabhu di Brahma-kunda, yang terletak di dekat Harideva
Mandir. Setelah mandi di Brahma-kunda, Çré Caitanya menerima prasad
yang telah dimasak oleh Çré Balabadra Bhaööäcärya.
Çré Caitanya Mahäprabhu tinggal semalam di Haridev mandir. Beliau
berpikir, “Karena Aku tidak akan memanjat bukit Govardhana,
bagaimana Aku bisa darsan pada Çré Gopäla Raya JI?” Berpikir seperti ini,
beliau hanya bisa diam. Mengerti keinginan Çré Caitanya Mahäprabhu,
Arca Gopäla Ji, mempermainkan para penduduk setempat sehinga beliau
diarak ke bawah dari puncak bukit. Çré Gopäla Ji mengirim kabar burung
yang menyatakan bahwa pasukan muslim akan segera datang untuk
menyerang kuil ini. Karena itu penduduk setempat bersama dengan para
pujari Gopäla Ji, menggusung Gopäla Ji dengan tandu turun dari bukit
Govardhana. Pada saat itu, Tuhan Çré Caitanya bisa darsan pada Çré Gopäla
Ji tanpa menginjakkan kaki di atas bukit Govardhana yang tidak berbeda
dengan badan Çré Kåñëa sendiri. Sambil menari dan menyanyikan nama
suci menemui Çré Gopal Ji, Çré Caitanya masuk kedalam kebahagian
rohani yang dalam sehinga air mata beliau mengalir bagaikan aliran
sungai Gaìga yang deras. Beliau kelihatan seperti orang yang gila
pada kekasihnya yang akhirnya tiba-tiba ketemu dengan kekasih yang
dirindukan. Dalam keadaan gila rohani seperti ini Tuhan Çré caitanya
berkeliling mengunjungi berbagai tempat di Våndävana dhäma di dalam
perasaan pelayan dan pelayan dari penduduk Vraja dhäma.
Jay Çré Caitanya mahäprabhu
Jay Çré Harinama Sankirtan .........ki jay
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
15
41. Bab II
Maöhurä
Parikrama dapat dilakukan dari berbagai tempat. Namun dalam buku ini
saya sengaja mengajak pembaca untuk memulai parikrama (mengelilingi
tempat suci) dari Maöhurä dengan alasan kita bisa mengingat kegiatan
Kåñëa dari awal dimana Kåñëa muncul dan kemudian dibawa ke Gokula
oleh Vasudeva. Kemudian dari Gokula Kåñëa diajak menuju ke Nanda
Gaon oleh Mahäräja Nanda. Sehingga sedikit tidaknya kita akan berusaha
untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut satu persatu secara teratur
sesuai dengan perjalanan Çré Kåñëa selama ber-lélä di Vraja Dham.
Pertama-tama marilah kita menghaturkan sembah sujud kepada tempat
tinggal abadi Tuhan Çré Kåñëa, Çré Maöhurä dhäma.
harir api bhajamanebhyaù
präyo muktià dadäti na tu bhaktim
vihita-tad-unnati-satraà
maöhure dhanyaà namämi tväm
”Biasanya Tuhan Çré Hari, Çré Viñëu, menganugrahkan “Mukti”
(pembebasan), namun Beliau tidak begitu mudah menganugrahi
“bhakti” ( pengabdian) kepada pemujanya. Oh Maöhurä! Engkau adalah
kepribadian yang mujur dan yang menganugrahkan yajïa agung berupa
bhakti. Hamba menghaturkan sembah sujud hamba kepada anda”.
17
42. Maöhurä adalah tempat suci yang sangat penting diantara tempat-tempat
suci yang harus dikunjungi oleh para Vaisnava. Maöhurä berada +150
km di sebelah selatan New Delhi, ibu kota India. Menurut Çréla Rüpa
Goswämé di dalam Upadeçämåta, beliau menyatakan bahwa Maöhurä
bahkan lebih tinggi kedudukannya dari Vaikuntha dimana Tuhan dalam
bentuk Beliau sebagai Näräyana bertempat tinggal. Kenapa? karena
Kepribadian Tuhan Yang Asli, Çré Kåñëa, muncul di tempat ini. Karena
begitu agungnya tempat ini, orang yang hanya melihat tempat ini saja
akan terbebaskan dari dosa-dosa yang mereka lakukan di dalam hidup
mereka. Di dalam Maöhurä mähätmya, keagungan Maöhurä diuraikan
sebagai berikut:
suryodare tamo naçyed
yatha vajra-bhayan nagaù
tarkñaà dåñöva yatha sarpa
megha vata-hata iva
tattva-jïanad yatha duhkhaà
siàhaà dåñöva yatha mågaù
tatha papäni naçyanti
Maöhurä-darçanat kñanat
”Seperti halnya kegelapan dihilangkan oleh terbitnya matahari, seperti
gajah yang takut terhadap ankusa (tongkat pengendali gajah), ular
yang takut begitu melihat Garuda, rasa duka yang dilenyapkan oleh
pengetahuan dan seekor rusa merasa takut melihat seekor singa, begitu
juga dosa-dosa akan dihancurkan hanya dengan melihat Maöhurä
Dhama”.
Meskipun demikian, tujuan kita mengunjungi Maöhurä bukanlah untuk
menghancurkan dosa yang telah kita perbuat kemudian melakukan
dosa lagi dan datang kembali ke tempat suci untuk membersihkan dosa.
“präyaçcittam atho ‘pärthaà manye kuïjara-çaucavat”, prayascita atau
penyucian diri seperti itu merupakan penyucian diri yang tidak berguna
yang bagaikan gajah mandi, (SB 6.1.10). Tujuan kita ke tempat suci adalah
untuk mendengarkan manisnya kegiatan Tuhan dan ajaran-ajaran dari
para sadhu atau orang-orang suci, yang bagaikan minuman kekekalan
yang mampu menganugrahkan kehidupan kekal kepada si pendengar.
Tentu saja mengunjungi tempat suci akan secara otomatis memberikan
efek samping seperti yang diuraikan diatas yaitu orang akan terbebaskan
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
18
43. dari dosa-dosa. Tetapi kita harus mengerti bahwa pembersihan dosa
seperti itu itu bukanlah tujuan utama kita.
Tempat tempat di Maöhurä
1. Janmasthäna ( Kåñëa Janma Bhümi)
Lima ribu tahun yang lalu Çré Kåñëa muncul di tempat ini dari kandungan
ibu Devaké. Pada jaman Vajranäbha, kuil yang sangat indah dibangun di
tempat ini dan Arca Çré Keçava deva disthänaakan di tempat ini. Namun
sayang sekali kuil tersebut dihancurkan oleh orang-orang Islam. Setelah
kuil tersebut dihancurkan, sejumlah kuil dibangun lagi oleh beberapa
raja Hindu berulang kali, akan tetapi setelah beberapa waktu dihancurkan
kembali oleh raja Islam. Akhirnya kuil yang masih berdiri sampai saat ini
adalah kuil yang di bangun sekitar tahun 1951. kuil ini sangat megah dan
di dalam kuil, Çré Çré Rädhä-Kåñëa dipuja sebagai istadeva.
Gambar: Krsna Janmasthan mandir, Maöhurä
Maöhurä
19
44. Karena diserang oleh raja Islam, arca Keçava deva yang asli yang dulunya
di sthänakan oleh Vajranäbha dilarikan oleh penduduk Hindu setempat
ke tempat yang aman. Saat ini arca yang asli tersebut berada di Radjdhani,
sebuah kota dekat Maöhurä. Saat ini Pratibhu murti Çré Keçava Deva
(Replika arca yang sebenarnya tidak berbeda dengan yang asli) masih
di puja di salah satu kuil di dalam area janma sthänaa. Kuil ini dikenal
dengan nama “pratibhü keçava deo mandir”
Keçava Deva adalah salah satu dari empat deva yang disthänaakan oleh
Vajranäbha di empat penjuru Vraja Bhümi sebagai Içtadeva di keempat
penjuru. Diurakan bahwa Vajranäbha memahat 16 arca secara pribadi
yang disthänaakan di Vraja Bhümi. Arca ini terbuat dari batu pilihan yang
sangat langka yang disebut dengan nama “batu Braja”. Beliau memahat
empat deva, dua nätha, dua Gopäla, empat mähädeva, dan empat Devé.
Masing masing diantaranya adalah sebagai berikut:
• Keempat deva adalah:
1. Hari Deva (disthänaakan di Govardhan). Saat ini arca yang asli tidak
diketahui keberadaanya.
2. Govinda Deva (disthänaakan di Våndävana). Saat ini arca asli Çré-Çré
Rädhä Govinda ji dipuja di Jayapur. Jayapur adalah sebuah kota yang
terletak di Rajasthäna, dekat Maöhurä.
3. Baladeva, juga di kenal dengan nama Dauji dan Baldeo. Arca ini
adalah satu-satunya arca yang asli dari keempat deva yang masih
sampai sekarang di Vraja . Beliau di puja di desa Baldeo, di Mahavan
(+18 km dari Maöhurä). Tempat ini terletak dekat dengan Gokula.
4. Keçavadeva (di Maöhurä).
• Dua nätha adalah:
1. Çrénäth ji, yang ditemukan oleh Madhavendra Puri di Govardhan
dan disthänaakan di atas bukit Govardhan. Saat ini beliau di puja di
Näthadvar, rajasthäna.
2. Gopénäth ji yang saat ini berada di Jayapur.
• Dua Gopäla adalah:
1. Madana Gopäla (Madana Mohan) yang di puja oleh Çré Sanätana
Gosvämé di Våndävana. Saat ini Madana Gopäla berada dan dipuja di
Karoli.
2. Saksi Gopäla, arca yang lari ke Orisa untuk menjadi saksi atas janji
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
20
45. yang diberikan oleh seorang brahmana tua kepada brahmana muda
dari daerah Orissa. Saat ini Beliau di puja di Kota kecil Saksi Gopal,
Orissa, di daerah bagian timur India.
• Empat Mähädeva atau Siva lingga adalah :
1. Cakraleçvara Mähädeva di Govardhan
2. Kamesvara Mähädeva di Kämyavana.
3. Bhutesvara Mähädeva di Maöhurä
4. Gopeçvara Mähädeva di Våndävana
• Empat Devé adalah:
1. Manasi Devé di Govardhan
2. Vrnda Devé di Kamavan
3. Pathala Devé di Maöhurä
4. Yogamäyä Devé di Våndävana.
Selain Hari Deva, kelima belas arca yang lainnya masih dapat kita lihat
sampai saat ini. Masing-masing arca tersebut akan diuraikan sambil kita
mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan masing-masing
arca tersebut.
Janmasthänaadalahsalahsatutempatyangsangatketatuntukdikunjungi.
Untuk masuk ke dalam, para pengunjung dilarang membawa alat-alat
eletronik, khususnya kamera dan hand-phone. Jika kita ingin perjalanan
memasuki tempat ini lancar, usahakan untuk tidak membawa barang-
barang yang terbuat dari logam. Akan lebih baik bila tas dan barang
lainnya diletakkan di bus atau di mobil, kecuali japa mala.
Tempat dimana Tuhan Çré Kåñëa muncul di dalam sebuah penjara.
Disini kita akan melihat lorong kecil untuk masuk ke tempat tersebut.
Sebelum memasuki tempat ini kita akan darsan terlebih dahulu kepada
Çré Yogamäya Devé. Yogamäyä Devé adalah saudari Çré Kåñëa, Çrématé
Durga Devé, yang muncul dari kandungan ibu Yaçodä di Gokulaa. Bayi
tersebut ditukar oleh Vasudeva dan dibawa ke dalam penjara di Maöhurä.
Vasudeva dan Devaké berharap bahwa Kaàsa akan mengurungkan
niatnya untuk membunuh anak mereka karena bayi yang lahir adalah bayi
wanita. Ketika Kaàsa mengetahui bahwa bayi ke delapan Devaké telah
lahir, meskipun bayi tersebut adalah bayi wanita, Kaàsa tetap berusaha
untuk membunuhnya. Akan tetapi ketika Kaàsa melemparkannya,
Maöhurä
21
46. bayi tersebut langsung terbang dan berubah wujud dalam bentuk
Durga berlengan delapan. Jadi arca ini dimaksudkan untuk mengingat
Beliau. sebelum darsan kepada Kåñëa, kita hendaknya memohon berkat
dari Devé Yogamäyä agar dianugrahi penglihatan rohani sehingga kita
dapat mengerti kegiatan Kåñëa. Atas aturan Yogamäyä, Vraja-dhama
terselubungi dari penglihatan material kita. Hanya atas karunia beliau
kita akan mampu merasakan keindahan dan keagungan Vraja bhümi.
Setelah darsan dan berdoa kepada Yogamäyä Devé, kita akan memasuki
lorong kecil yang panjangnya hanya beberapa meter. Lorong ini tepat
berada di sebelah kanan kita ketika kita darsan pada Çré Yogamäyä. Di
dalam lorong kecil inilah Çré Kåñëa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
muncul lima ribu tahun yang lalu. Di sini kita dapat melihat arca Çré
Viñëu berlengan empat dan gambar ibu Devaké dan Vasudeva sedang
berdoa kepada Çré Viñëu. Di sini juga terdapat gambar Kåñëa sebagai bayi
di depan mereka berdua. Kita dapat pula melihat Çrémad Bhagävatam
yang berhubungan dengan lila ini di tulis dalam tulisan Deva-nägaré di
atas tembok di dalam ruangan ini.
Setelah keluar dari Garbha Sthäna, ruangan di mana bayi Kåñëa muncul,
kita akan melihat kuil yang sangat megah yang sebelumnya kita lihat
dari jalan raya. Kuil tersebut adalah kuil Çré Çré Rädhä Kåñëa, kuil
yang dibangun sekitar tahun 1951. Kita dapat darsan dan menikmati
keindahan mandir tersebut yang dihiasi dengan lukisan-lukisan indah
yang berhubungan dengan kegiatan Kåñëa dan kisah-kisah dari Purana,
Ramayana, Mahabharata dan lain-lain. Selain Rädhä Kåñëa, terdapat
beberapa arca yang dipuja disini. Kemudian kita bisa berkeliling dan
darsan di beberapa kuil yang dibangun di dalam areal Janma sthäna.
Keçava Deva, salah satu dari empat deva yang di sthanakan oleh
Vajranäbha terletak diluar tembok kuil Janma sthäna. Saat ini Pratibhü-
murti Çré Keçava Deva dipuja di kuil ini. Arca Keçava Deva yang sangat
tampan terbuat dari batu marmer hitam.
Çré Kåñëa Janma lila
yadä yadä hi dharmasya
glänir bhavati bhärata
abhyutthänam adharmasya
tadätmänaà såjämy aham
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
22
47. “Kapanpun dan dimanapun dharma merosot dan hal-hal yang
bertentangan dengan Dharma merajalela maka saat itu aku akan muncul,
oh putra keluarga Bharata”.(Bg. 4.7)
Ketika bumi ini dikuasai oleh raja-raja yang tidak bertangung jawab,
Ibu Bumi merasa berat untuk menanggung dosa-dosa yang diperbuat
oleh mereka. Karena hal itu, ibu bumi yang mengambil bentuk sebagai
seekor sapi dengan wajah yang sedih dan air mata mengalir dari matanya,
menghadap Dewa Brahma dan menyampaikan kesulitan yang beliau
alami dalam menanggung beban orang-orang berdosa yang beliau
pikul. Mendengar keluhan Ibu bumi, Dewa Brahma bersama para deva
lainya termasuk Pertivi (ibu bumi) menuju ke tepi lautan susu untuk
memohon perlindungan dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Di tepi
lautan susu, para dewa mulai memuja Çré Viñëu, penguasa alam semesta,
Dewanya para dewa dan Kepribadian yang membinasakan kesengsaraan
setiap orang, dengan memanjatkan pujian dari mantra-mantra Veda yang
dikenal dengan doa Puruña Sükta. Sambil bermeditasi, dewa Brahma
mendengar suara dari langit (akasa vani) bahwa Tuhan Çré Viñëu akan
segera turun ke bumi di dinasti Yadu. Para dewa diperintahkan untuk
ikut turun ke bumi bersama dengan sakti mereka masing- masing sebagai
anggota keluarga Yadu untuk menemani Beliau dalam melakukan lélä-
Nya. Selain itu Tuhan juga menginformasikan kepada para dewa bahwa
bagian dari diri Beliau yaitu Saìkarñaëa juga akan muncul segera sebelum
kemunculan Beliau. Mendengarkan hal ini, dewa Brahma bersama para
dewa lainya termasuk ibu bhümi menjadi sangat bahagia dan kembali ke
tempat mereka masing-masing.
Pada saat itu Mahäräja Çürasenä dari keluarga Yadu, memerintah di kota
Maöhurä. Dibawah pemerintahan Mahäräja Surasena, Maöhurä dijadikan
ibu kota bagi keluarga Yadu. Suatu ketika, Vasudeva dari dinasti Sura
menikahi Devaké, putri Mahäräja Devaka dari keluarga Yadu. Di hari
pernikahan itu, ayah Devaké, Mahäräja Devaka, karena rasa sayang
kepada putrinya, ia mengirimkan ratusan gajah yang dihiasi dengan
kalung emas, ribuan kuda, sekitar delapan belas ribu kereta dan dua
ratus orang dayang yang masing-masing dihiasi dengan perhiasan yang
mewah untuk menemani putrinya sebagai mas kawin. Kaàsa, putra
Ugrasena, yang sangat mencintai Devaké, adiknya, dengan tujuan untuk
memuaskan adiknya, Kaàsa mengambil posisi sebagai kusir kereta yang
akan membawa kedua mempelai ke rumah mempelai laki-laki. Pada
Maöhurä
23
48. saat Kaàsa mulai mengendarai kereta sebagai Kusir kedua mempelai,
terdengar suara dari langit:
“asyäs tväm añöamo garbho hantä yäà vahase ‘budha” yang artinya, “Oh
Kaàsa, kamu benar-benar orang bodoh dan biadab, anak kedelapan
dari Devaké, orang yang sekarang kamu ajak, adalah maut yang akan
membunuhmu”.
Mendengar pernyataan dari langit ini, Kaàsa menganggap bahwa Sang
Penguasa berada pada pihaknya. Dia tidak menyadari bahwa suara ini
disabdakan hanya untuk memancing amarahnya sehingga dia akan
menganiaya Devaké sehingga Tuhan Çré Kåñëa akan segera muncul untuk
menyelamatkan penyembahNya dan membinasakan para asura seperti
Kaàsa serta raksasa lainnya. Meskipun ini merupakan hari pernikahan
adik kesayangannya, namun setelah mendengar berita tersebut dari
akasa vani, Kaàsa, yang secara alami berwatak asura dan disertai dengan
pergaulannya dengan orang-orang yang berwatak sama, tanpa rasa malu
menjambak rambut Devaké dan dengan pedang di tangannya, dia siap
membunuh adiknya.
Seseorang mungkin berpikir, mengapa para Deva sepertinya berpihak
pada Kaàsa dengan memberitahukan kepadanya bahwa anak kedelapan
Devaké akan membunuhnya yang akhirnya memancing amarah Kaàsa.
Padahal jika akasa vani ini tidak ada, mungkin kemunculan Çré Kåñëa
tidak akan terganggu dan Devaké tidak perlu kehilangan enam putra
pertamanya. Jawabannya adalah dengan melakukan pengabdian kepada
penyembah murni maka Tuhan Yang Maha Esa akan menganugerahkan
perlindungan kepada orang tersebut. Karena itu, sengaja maupun tidak
sengaja, bila seseorang melakukan pelayanan kepada penyembah, maka
orang tersebut akan berada di bawah perlindungan Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa. Vasudeva dan Devaké merupakan penyembah murni
yang kekal dari Çré Kåñëa. Dengan demikian bila seorang raksasa seperti
Kaàsa melakukan pelayanan kepada mereka baik sengaja maupun tidak
sengaja, maka Kåñëa berkewajiban untuk melindungi Kaàsa sehingga
beliau tidak akan dapat membunuh Kaàsa. Dengan demikian tujuan
Kåñëa muncul ke dunia material untuk membunuh para raksasa tidak
akan terpenuhi. Hal ini merupakan aturan Çré Kåñëa dimana akasa vani
disampaikan kepada Kaàsa sehingga Kaàsa tidak mendapat kesempatan
untuk melayani Devaké dan Vasudeva dengan menjadi kusir kereta di hari
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
24
49. pernikahan mereka. Berhubungan dengan enam putra pertama Devaké,
ini merupakan hukuman yang memang harus diterima oleh enam rsi
yang telah melakukan kesalahan kepada deva Brahma. Sudah menjadi
takdir enam kepribadian tersebut harus dibunuh oleh Kalanemi, yang
telah menjelma menjadi Kaàsa.
Melihat Kaàsa hendak membunuh istrinya, Devaké, Vasudeva berusaha
menasehati Kaàsa. Dengan menggunakan berbagai alasan dia memohon
agar kaàsa mengurungkan niatnya untuk membunuh Devaké khususnya
di hari pernikahanya yang sangat bertuah. Tetapi segala nasehat baik yang
disampaikan oleh Vasudeva tidak dihiraukan oleh Kaàsa yang berwatak
raksasa. Akhirnya untuk menyelamatkan Devaké untuk sementara waktu,
Vasudeva berjanji kepada Kaàsa bahwa dia akan menyerahkan semua
anak yang lahir dari kandungan Devaké kepada Kaàsa dan Kaàsa dapat
melakukan apapun yang ingin dilakukannya terhadap bayi tersebut.
Kaàsa yang mengenal Vasudeva dengan baik merasa yakin bahwa
Vasudeva tidak akan mengingkari janjinya. Dengan kecerdasannya, dia
menimbang-nimbang bahwa apa yang disampaikan oleh Vasudeva adalah
benar. Kaàsa berpikir:
“Kesalahan tidak berada pada Devaké maupun Vasudeva tetapi pada
Viñëu yang akan mengunakan badan adikku sebagai jalan untuk berusaha
membunuhku. Tetapi Viñëu tidak mengenal siapa Kaàsa, pangeran gagah
yang ditakuti oleh raja-raja yang agung sekalipun. Karena itu, tanpa
membunuh Devaké saya akan membunuh Viñëu, hanya perlu menunggu
waktu saja. Begitu Viñëu lahir saya akan membunuhnya sebelum dia
tumbuh dewasa”. Berpikir demikian Kaàsa mengurungkan niatnya
untuk membunuh Devaké melainkan meminta maaf dan mengirim
Devaké ke keluarga Vasudeva.
Waktu telah berlalu, Devaké melahirkan seorang putra. Untuk menepati
janjinya, Vasudeva dengan tabah membawa bayi pertama tersebut untuk
diserahkan kepada Kaàsa. Melihat kejujuran Vasudeva, Kaàsa sangat
kagum terhadap sifat yang dimilikinya. Untuk menepati kata-kata yang
diucapkannya, dia bahkan bersedia mengorbankan anaknya sendiri demi
menegakkan dharma sebagai seorang ksatria. Karena Kaàsa berpikir
bahwa dia hanya akan dibunuh oleh anak kedelapan Devaké maka Kaàsa
berpikir bahwa dia tidak memiliki urusan dengan bayi mereka yang
pertama dan mengirim bayi itu kembali bersama Vasudeva. Walaupun
Maöhurä
25
50. Kaàsa kelihatan baik hati kepada Vasudeva, karena pergaulan Kaàsa
hanya dengan para raksasa, Vasudeva meragukan kebaikan Kaàsa dan
berpikir bahwa Kaàsa pasti akan segera merubah keputusannya.
Suatu hari Närada Muni datang menemui Kaàsa dan memberitahunya
bahwa semua raja jahat yang menjadi beban bumi akan segera
dihancurkan dengan kemunculan Çré Viñëu. Maha Rsi Närada juga
menyampaikan bahwa untuk menyambut kemunculan Çré Viñëu, para
Dewa muncul di keluarga Yadu. Pertanyaan mungkin akan muncul,
mengapa Närada Muni menginformasikan kepada Kaàsa bahwa mereka
akan segera terbunuh oleh Çré Viñëu? karena hal itu, Kaàsa dapat saja
membunuh bayi-bayi Devaké dan menganiaya para Yadu.
Närada Muni sebagai penyembah yang agung, seorang Vaisnava yang
penuh rasa kasih sayang, tidak tega melihat kekacauan yang dilakukan
oleh para raja yang jahat. Beliau menginginkan kemunculan Çré Kåñëa
sesegera mungkin. Karena itu dengan informasi yang diberikan oleh
Närada maka hal itu akan memancing kekejaman Kaàsa terhadap para
Yadu yang merupakan penyembah Çré Viñëu. Karena penyembahNya
dianiaya seperti itu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak akan
mentoleransi penganiayaan tersebut dan akan segera muncul untuk
membinasakan para raksasa dari muka bumi ini dengan segera.
Setelah keberangkatan Närada muni, Kaàsa memikirkan kata-kata
Devaåñi Närada dengan serius dan menganggap bahwa semua keluarga
Yadu adalah penjelmaan para Dewa dan berpikir bahwa Viñëu mungkin
akan lahir sebagai salah satu dari putra Devaké. Takut akan kematian,
Kaàsa mulai menganiaya Devaké dan Vasudeva dan memasukan mereka
ke dalam penjara. Dibawah perlindungan Jarasanda dan kerja sama
dengan para raksasa seperti Pütanä, Pralamba, Keçi, Baka, Aghäsura,
Tåëävarta, Narakäsura, Bäëäsura dan lain-lain, Kaàsa juga mulai
menganiaya semua keluarga Yadu yang tidak menuruti perintahnya.
Karena rasa iri kepada keluarga yang berhubungan dengan dinasti Yadu,
dia bahkan memenjarakan ayahnya sendiri, Ugrasena.
Karena rasa loba untuk memuaskan keinginannya, orang-orang jahat
seperti Kaàsa, rela untuk membunuh siapapun termasuk ayah, ibu,
suami, istri, sanak keluarga dan yang lainnya. Selama seseorang berusaha
memuaskan indrianya, orang-orang seperti itu akan menganggap musuh
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
26
51. yang sangat kejam dan para raksasa sekalipun sebagai kawan. Sikap
sikap seperti itu secara alami akan tumbuh dan berkembang di dalam
hati para avaisnava atau orang yang bukan penyembah Viñëu. Mereka
selalu iri kepada Çré Viñëu dan penyembahNya dan selalu berusaha untuk
mencari jalan untuk menghalangi dan menghancurkan para penyembah.
Meskipun orang seperti itu mungkin lahir di keluarga bangsawan
terhormat atau dari keluarga brahmana yang saleh, bila seseorang tidak
melakukan atau menolak pengabdian suci kepada Çré Viñëu, mereka
akan jatuh dari kedudukan mereka dan akan melakukan hal-hal yang
menjijikkan berdasarkan standar kitab suci Veda.
Setelah enam bayi Devaké dibunuh oleh Kaàsa, Çré Ananta, bagian dari
badan Çré Kåñëa secara langsung masuk ke dalam kandungan Devaké
sebagaiputraketujuhnya.UntukmelindungiparaYadudaripenganiayaan
yang dilakukan oleh Kaàsa, Kåñëa memerintahkan kepada Yogamäyä
untuk memindahkan Ananta ke dalam kandungan Rohini Devé, salah
satu dari istri Vasudeva yang pada saat itu berlindung di Gokula bersama
keluarga Nanda Mahäräja. Karena bayi yang berada di dalam kandungan
Devaké dipindahkan oleh Yogamäyä, maka orang-orang berpikir bahwa
Devaké mengalami keguguran. Karena proses kelahiranya, Sri Balaram
dikenal dengan berbagai nama seperti yang diuraikan di dalam Srimad
Bhagävatam sebagai berikut:
garbha-saìkarñaëät taà vai prähuù saìkarñaëaà bhuvi
rämeti loka-ramaëäd balabhadraà balocchrayät
”Putra Rohini Dewi juga akan dikenal dengan nama Sankarsana karena
dipindahkan (san-kås) dari kandungan Devaké ke dalam kandungan
Rohini. Beliau juga akan dikenal dengan nama Räma karena beliau
mampu menyenangkan seluruh penduduk Gokulaa dan dengan nama
Balabhadra, karena kekuatan fisik yang dimilikiNya”.
Setelah kejadian ini, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa masuk ke
dalam hati Vasudeva. Karena Kepribadian Tuhan berada di dalam badan
Vasudeva, badanya menjadi secerah matahari. Kemudian Vasudeva
melalui pikiranya mengirimkan Kepribadian Tuhan kedalam pikiran
Devaké. Badan Devaké mulai berubah dan bercahaya bagaikan ufuk timur
yang diterangi oleh mentari pagi karena Tuhan, Sang Pengendali, asal
mula ciptaan dan sebab segala sebab berada dalam kandungannya.
Maöhurä
27
52. Kaàsa yang menyadari hal tersebut menjadi sangat resah dan berpikir
bahwa badan Devaké yang bersinar seperti itu pasti disebabkan oleh
Viñëu yang saat ini berada di dalam kandungannya. Namun berpikir
akan reputasinya, dia tidak ingin membunuh wanita yang sedang hamil
dan memutuskan untuk menunggu sampai bayi itu lahir. Setiap saat, di
dalam kamar, di atas singasana kerajaan, pada saat makan, saat menjelang
tidur dan di mana pun dia berada, yang dia lihat hanyalah Viñëu dan
selalu berpikir bahwa Viñëu akan membunuhnya setiap saat.
Para Dewa yang dipimpin oleh Dewa Brahma dan Siva, datang ke tempat
dimana Devaké dan Vasudeva dipenjarakan dan memanjatkan doa-doa
mereka kepada Çré Kåñëa yang berada di dalam kandungan Devaké. Di
dalam doa mereka, para dewa memuji Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa. Para dewa juga memuji keberuntungan Devaké dan Vasudeva
karena Tuhan Çré Kåñëa sendiri bersedia menjadi putra mereka. Setelah
memanjatkan doa-doa pujian kepada Tuhan, para dewa kembali ke
tempat mereka masing masing.
Pada hari menjelang kemunculan Çré Kåñëa, alam secara otomatis
memperlihatkan tanda-tanda kemujuran. Bintang Rohini mulai muncul,
begitujugabintangmujurlainnyasepertiAsvinidanlain-lain.Kedaanalam
semesta menjadi penuh kedamaian. Dihiasi dengan bintang-bintang yang
berkedap-kedip yang tidak terhalangi oleh awan, langit kelihatan sangat
indah. Sungai mengalir dengan airnya yang jernih dan menyejukkan.
Danau dan kolam penuh dengan bunga padma yang sangat indah.
Pohon-pohon bunga dengan daunnya yang rimbun dan hijau berbunga
mewarnai alam dan sangat menyenangkan untuk dilihat. Harumnya
bunga dibawa oleh hembusan angin yang sangat menyenangkan indria
penciuman dan segarnya aliran air memuaskan indria rabaan berhembus
di berbagai tempat. Ketika para brahmana melaksanakan yajïa, api yajïa
berkobar tanpa tergangu oleh hembusan angin yang tidak pernah mereka
alami selama beberapa waktu itu. karena berada di bawah raja-raja yang
jahat seperti Kaàsa, para brahmana dilarang untuk memuja Çré Viñëu.
Karena itu para brahmana yang melaksanakan yajïa dengan sembunyi-
sembunyi selalu merasa gelisah. Tetapi pada hari ini, di hari menjelang
munculnya Tuhan Çré Kåñëa, mereka semua merasa puas dan bebas dari
rasa takut. Ketika Tuhan akan segera muncul, para penduduk surga mulai
memainkan alat musik mereka untuk menyambut kemunculan Yang
Maha Kuasa. Para Apsarä mulai menari, para Kinnara dan Gandharva
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
28
53. menyanyi memuji kebesaran Tuhan dan para siddha memanjatkan doa-
doa pujian yang menguntungkan.
Kemudian di tengah malam, dimana semua penduduk sedang tidur lelap,
Çré Kåñëa yang berada di dalam hati setiap makhluk hidup muncul dari hati
Devaké. Kemunculan Beliau menghapuskan kegelapan malam bagaikan
kemunculan bulan purnama di ufuk timur dan menerangi semesta di
malam hari. Tuhan muncul dalam bentuk Beliau yang berlengan empat,
yang masing-masing tanganNya memegang saìka, cakra, gadä dan padma.
Beliau dihiasi dengan pakaian berwarna kuning, dadaNya dihiasi dengan
permata bernama Kaustubha. Warna badanNya yang kehitam-hitaman,
yang bagaikan warna awan menjelang hujan, dihiasi dengan berbagai
permata yang sangat berharga. KepalaNya dihiasi dengan mahkota yang
sangat indah. Beliau menggunakan ikat pinggang yang bercahaya, gelang
kaki, gelang tangan dan lain lain. Dihiasi seperti ini badan beliau kelihatan
sangat indah dan menawan. Melihat bayi yang sangat menakjubkan ini,
Vasudeva merasa sangat bahagia dan di dalam pikirannya dia bermeditasi
memberikan banyak hadiah kepada brahmana dan mengadakan
festival yang megah dalam rangka menyambut kelahiran anak yang
sangat menakjubkan sebagai
putranya. Setelah beberapa
saat, Vasudeva menyadari
bahwa Beliau adalah
Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa sendiri. Sadar
seperti itu, Vasudeva bersama
Istrinya, Devaké, mulai
memanjatkan doa pujian
kepada Yang Maha Kuasa,
yang berada di depannya.
Setelah menyampaikan
doa pujian kepada Tuhan,
dibingungkan oleh tenaga
Yogamäyä, Vasudeva dan
Devaké yang berperan
sebagai orang tua, yang tahu
bahwa Kaàsa akan datang
untuk membunuh putranya,
meminta Çré Viñëu untuk
Maöhurä
29
54. menyembunyikan wujudNya yang berlengan empat dan megambil
bentuk berlengan dua seperti bayi biasa. Mendengar permintaan Vasudeva
dan Devaké, Kepribadian Tuhan bersedia mengambil wujud sebagai bayi
biasa dan kemudian memerintahkan Vasudeva untuk membawa dan
menyembunyikan diriNya di Vraja bhümi, di rumah Nanda Mahäräja.
Beliau juga menjelaskan bahwa Vasudeva dan Devaké sudah menjadi
orang tua Beliau beberapa kali di dalam penjelmaanNya sebelumnya.
Sekarang Beliau memilih mereka kembali untuk menjadi orang tuaNya.
Setelah Kåñëa mengambil wujud seperti bayi biasa, Vasudeva memutuskan
untuk membawa bayinya ke Gokulaa, di seberang sungai Yamunä. Pada
saat itu, atas aturan tenaga khayalan Kåñëa, semua penjaga pintu penjara
dan penghuni istana tidur lelap. Rantai yang mengikat Vasudeva terbuka
dengan sendirinya dan kemudian pintu penjara terbuka. Karena hujan
yang deras, petir menggema, saat itu Ananta Deva memperbesar dan
memperbanyak kepala padmaNya untuk memayungi Kåñëa yang sedang
dibawa oleh Vasudeva. Dipancing oleh air hujan yang deras dan angin
yang keras, sungai Yamunä kelihatan sangat ganas dengan gelembung
-gelembung yang muncul di permukaannya yang kelihatan seperti air
panas mendidih. Tetapi ketika Vasudeva menyeberangi sungai, setelah
menyentuh kaki padma Çré Kåñëa, Yamunä membelah badan beliau
menjadi dua bagian dan memberikan jalan kepada Vasudeva untuk
lewat bagaikan lautan memberikan jalan kepada Çré Rämacandra untuk
membuat jembatan ke Laìka. Ketika Vasudeva sampai di Gokulaa, di
malam yang gelap, dia melihat semua penduduk Gokula sedang tidur
lelap dan tidak ada seorang pun tahu kedatangannya ke Gokulaa secara
menyelinap. Vasudeva langsung masuk ke rumah Nanda Mahäräja
dan meletakkan putranya di dekat Yaçodä kemudian mengambil bayi
perempuan yang baru lahir dari Yaçodä. Karena kelelahan melahirkan
bayi, Yaçodä langsung tertidur sehingga tidak tahu apakah bayi yang
lahir laki-laki atau perempuan. Jadi Yaçodä tidak menyadari bahwa
bayinya sebenarnya di tukar oleh Vasudeva. Dalam hal ini, para Acarya
menguraikan bahwa sebenarnya ibu Yaçodä melahirkan dua anak, satu
putra dan satu putri. Tetapi karena tenaga khayalan Kåñëa, Vasudeva tidak
melihat putra Yaçodä melainkan hanya melihat seorang bayi perempuan.
Setelah Vasudeva menaruh Kåñëa di dekat Ibu Yaçodä dan mengambil
bayi wanita, Väsudeva-Kåñëa masuk kedalam badan Våndävana-Kåñëa
sehingga ketika ibu Yaçodä sadar, Beliau melihat hanya satu bayi laki-
laki.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
30
55. Kembali ke Penjara, Vasudeva menempatkan bayi perempuan itu di
pangkuan Devaké. Kemudian segala sesuatu kembali seperti semula,
pintu mulai terkunci dan rantai mulai mengikat Vasudeva seperti semula
sehingga sepertinya semua kejadian ini tidak pernah terjadi di mata
Kaàsa dan pengikutnya.
Ketika para penjaga pintu gerbang penjara mendengar tangisan bayi dari
dalam penjara, mereka berlari untuk menginformasikan hal ini kepada
Kaàsa. Mendengar hal ini, Kaàsa yang sudah tidak sabar menunggu
kelahiran bayi kedelapan dari Devaké mulai mengambil tindakan. Dia
segera bangun dari singgasananya dan menuju ke penjara. Kaàsa berpikir,
“Ini adalah käla, sang waktu, yang telah lahir untuk membunuhku namun
sebelum itu aku akan menghabisiNya terlebih dahulu”. Dengan perasaan
takut dan resah, Kaàsa masuk ke dalam penjara untuk menemui Devaké.
Sebagai wanita yang tidak berdaya, Devaké memohon kepadaKaàsa untuk
tidak membunuh bayinya yang kedelapan karena bayi yang lahir adalah
seorang perempuan. Namun Kaàsa yang kejam tidak menghiraukan
permintaan Devaké dan mengambil bayi dari tangan Devaké secara
paksa. Dengan memegang kaki bayi tersebut, Kaàsa melemparkannya
ke atas batu. Namun bayi yang merupakan Yogamäyä sendiri, terlepas
dari tangan Kaàsa dan terbang ke atas kemudian muncul di langit
dalam bentuk Dewi Durgä berlengan delapan yang memegang senjata
di masing-masing tangannya. Durgä Devé bersabda, “Oh Kaàsa, kamu
orang bodoh. Apa artinya bagimu bila kamu membunuhku. Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa, Çré Viñëu, yang merupakan musuh bebuyutanmu
dan yang akan menghabisi nyawamu, telah lahir di suatu tempat di muka
bumi ini. Karena itu jangan membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa”.
Setelah bersabda demikian Beliau menghilang dari pandangan Kaàsa.
Mendengar kata-kata Durgä Devé, Kaàsa berpikir bahwa Durgä
sebenarnya memihak pada dirinya. Karena dia memuja Durgä dan Çiva
setiap saat, Kaàsa berpikir bahwa sekarang Durgä Devé telah berkarunia
untuk memberitahukan bahwa Viñëu telah muncul di suatu tempat.
Kaàsa kemudian mendekati Devaké dan Vasudeva. Kaàsa meminta
maaf atas kekeliruan yang telah dia lakukan dan melepaskan mereka
dari dalam penjara. Setelah ini, mengingat sabda Durgä Devé, Kaàsa
mulai mengirim banyak raksasa untuk mengacaukan kurban suci yang
dilakukan untuk Viñëu dan membunuh bayi yang lahir sepuluh hari dari
hari tersebut.
Maöhurä
31
56. Di Gokulaa, karena mendapatkan seorang putra yang memiliki ciri
ciri yang menakjubkan, yang lahir di hari yang sangat mujur, dengan
rasa kasih sayang dan rasa cinta yang dalam kepada putranya, Nanda
Mahäräja mengadakan festival besar di Gokulaa. Semua penduduk
Gokulaa menikmati ketampanan bayi yang baru lahir itu. Sampai saat ini
di India, khususnya para Vaisnava, merayakan hari kemunculan Kåñëa
dengan sangat meriah yang di kenal dengan hari “Kåñëa jayanti” atau
dikenal pula dengan nama “Kåñëa janmastami”.
Çré Kåñëa Janmastami ki jay
2. Viçräm Ghat
Tempat ini terletak di tepi sungai Yamunä di Maöhurä. Kita dapat
mengunjungi tempat ini langsung dari Janmasthäna atau pada saat
kita kembali dari Gokulaa. Ini tergantung pada waktu yang kita miliki.
Bila waktu untuk darsan di Gokulaa dan Dauji mandir terlalu mepet,
akan lebih baik bila kita mengunjungi Viçräm Ghat setelah datang dari
Gokulaa. Tempat ini berada beberapa kilometer dari Janmasthäna. Setiap
supir bus, supir taxi maupun kendaraan sewaan lokal mengetahui tempat
ini.
Gambar: tepi sungai Yamunä di Viçrama Ghat
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
32
57. Setelah Çré Kåñëa dan Çré Balaram membunuh Kaàsa di Kaàsa tila,
mereka beristirahat di sini. Di sebutkan juga di dalam Purana bahwa
setelah membunuh Hiraëyäkña, Çré Varähadeva beristirahat di sini. Viçräm
ghat juga muncul di dalam Çré Caitanya Caritamrta, karya Çré Kåñëa
Däsa Goswami. Diuraikan bahwa sebelum memasuki kota Maöhurä, Çré
Caitanya Mahaprabhu mandi terlebih dahulu di tempat ini seperti yang
telah diuraikan di dalam bab sebelumnya.
Di tempat ini kita bisa darsan pada arca Çré-Çré Kåñëa Balaram. Di sini
juga terdapat kuil yang dipersembahkan kepada Çrémati Yamunä Devé
dan saudara Beliau, Yamaraj. Yamaraj dan Kalindi (Yamunä) adalah
putra dan putri dewa Surya. Kita dapat beristirahat di sini sejenak dan
menikmati sejuknya air sungai Yamunä dimana kaki padma Çré Hari,
Kåñëa, yang diidam-idamkan oleh para yogi yang agung menyentuh air
sungai ini setiap hari sambil bermain-main bersama para gopi dan gopa
di Våndävana. Kita hendaknya memohon karunia dari Ibu Yamunä di
sini dengan mandi di dalam badan Beliau dalam bentuk air. Dinyatakan
bahwa Yamunä seratus kali lebih suci dari Gangga. Di dalam Varaha
Purana, Çré Varahadev menguraikan keagungan Yamunä kepada Ibu
pertiwi sebagai berikut,
gaìgä çata-guëä proktä
mäthure mama maëòale
yamunä viçrutä Devé
nätra käryä vicäraëä
“Oh Dewi Pertiwi! seratus kali lebih suci dari sungai suci Ganga adalah
Sungai Yamunä yang mengalir di tempat tinggalku yang abadi, Maöhurä.
Tidak seorangpun perlu meragukan hal ini”.
Jadi bila kita mandi di sungai Yamunä satu kali sama dengan mandi
seratus kali di Sungai Ganga. Untuk itu hendaknya kita jangan menyia-
nyiakan kesempatan untuk mandi di sungai suci Yamunä.
Yamunä Devé Kijay.
3. Keçava gaudiya maöha
Sebagai pengikut ISKCON, kita harus selalu merasa berhutang kepada
H.D.G. Çréla Prabhupäda. Karena itu kita harus selalu berusaha melayani
Maöhurä
33
58. beliau dalam segala hal khususnya dalam menyebarkan kesadaran
Kåñëa ke seluruh pelosok kota dan desa. Disamping itu kita harus selalu
berusaha mengingat kegiatan beliau yang rohani yang tidak pernah
tercemari oleh sifat-sifat alam material. Çré Keçava Gaudiya Maöha adalah
tempat yang sangat bersejarah bagi kita di ISKCON karena H.D.G.
A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupäda, pendiri dan acarya ISKCON
menerima diksa sanyasi di tempat ini dari saudara seguru beliau, His
Holiness Keçava Mahäräja. Di sini, Çré Çré Rädhä-Vinoda-Vihari ji di
puja. Arca Çré Caitanya Mahäprabhu yang di puja adalah arca yang secara
pribadi disumbangkan oleh Çréla Prabhupäda.
Tempat-tempat lain yang mungkin di kunjungi di Maöhurä adalah: Ranga
Bhümi (tempat dimana Kaàsa di bunuh oleh Kåñëa di atas bukit Kaàsa-
tila, Rangesvar Mähädeva temple (Siva linga yang di puja oleh Kaàsa
sebelum pentas gulat diadakan), dan juga Bhutesvar mandir.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
34
59. Bab III
Gokula
Gokula adalah tempat di mana Nanda Mahäräja bertempat tinggal
sebelum pindah ke Nanda-gaon. Tempat ini berada di seberang sungai
Yamunä jika dari Maöhurä. Bila kita datang kemari dari Maöhurä, kita
akan melewati jembatan yang sangat indah dan kita dapat melihat
pemandangan sungai Yamunä yang mengalir dengan deras di bawah
jembatan tersebut.
Menurut Çréla Viçvanätha Cakravarté Thakur, di dalam buku beliau yang
berjudul särärtha-darçini, dijelaskan bahwa sebelum pindah ke Gokula,
Parjanya, kakek Çré Kåñëa dan para putranya termasuk Nanda Mahäräja,
Upananda, beserta keluarga lainya pernah tinggal di Nandiçvara di
Nanda-Gaon. Namun karena merasa takut terhadap raksasa Arisöäsura
(raksasa yang mengambil wujud dalam bentuk sapi jantan), mereka
pindah ke Gokula. Di sini mereka tinggal selama beberapa tahun sampai
Kåñëa muncul sebagai anak Nanda Mahäräja dan Yaçodä mata. Tetapi
setelah kemunculan Kåñëa, banyak raksasa yang menyerang Gokula
dan berusaha membunuh Kåñëa. Untuk menghindari hal ini Upananda,
kakak Nanda Mahäräja, salah satu orang yang dituakan di Gokula dan
juga orang yang sangat terpelajar, karena rasa sayangnya kepada Kåñëa,
ia menganjurkan agar mereka pindah dari Gokula sehingga Kåñëa tidak
akan diganggu lagi oleh para raksasa.
35
60. Sebenarnya Kåñëa sebagai paramätmä yang bersemayam di dalam hati
setiap makhluk hidup, menyemangatkan Upanada dari dalam hatinya
untuk menyampaikan ide ini kepada para Vrajavasi, karena Kåñëa
berkeinginanuntukmenikmatitempat-tempatdiseberangsungaiYamunä
seperti hutan Våndävana dan bukit Govardhan. Karena mereka masih
merasa takut terhadap raksasa Aristasura, Upananda menganjurkan
untuk pindah ke hutan Våndävana dimana para sapi bisa menikmati
manisnya air sungai Yamunä dan rumput hijau dari bukit Govardhana.
Saat itu mereka sempat tinggal di Chatikara (+ 6 km dari Våndävana)
selama beberapa bulan. Dan setelah Kåñëa membunuh raksasa Aristasura,
mereka memutuskan untuk kembali ke Nandéçvar di Nanda-gaon.
Tempat-tempat di daerah Gokula:
1. Kuil utama di Gokula (Istana Nanda Mahäräja/Nanda Bhavan)
Istana ini dibangun lima ribu tahun yang lalu ketika Nanda Mahäräja
bertempat tinggal di sini. Ada 84 pilar yang menyangga bangunan ini.
Dijelaskan bahwa 80 pilar dibangun oleh Visvakarma, arsitek para Dewa
di surga dan yang empat lainya diciptakan oleh Dewa Brahma. Sebenarnya
84 pilar ini menunjukan 8.400.000 jenis kehidupan yang ada di alam
semesta material. Jadi setiap pilar mewakili 100.000 jenis kehidupan
di alam semesta material ini. Di dalam kuil kita bisa darsan pada arca
Kåñëa yang sedang di ayunkan, Çré Balaräma ji, Nanda Mahäräja dan ibu
Yaçodä. Beberapa informasi juga menyatakan bahwa Balaräma, kakak Çré
Kåñëa dilahirkan oleh ibu Rohiné di sini. Balaräma pada awalnya berada
di dalam kandungan ibu Devaké, tetapi atas kehendak Kåñëa, Beliau
dipindahkan dari dalam kandungan ibu Devaké ke dalam kandungan Ibu
Rohiné. Karena itu beliau juga di kenal dengan nama Saìkarñaëa (Beliau
yang di pindahkan dari satu tempat ke tempat lain). Di dalam Çrémad
Bhagävatam skanda sepuluh bab dua, Çré Kåñëa bersabda kepada Yoga
maya sebagai berikut:
devakyä jaöhare garbhaà
çeñäkhyaà dhäma mämakam
tat sannikåñya rohiëyä
udare sanniveçaya
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
36