Peraturan Bupati Pakpak Bharat Nomor 5 Tahun 2015 mengatur tentang penetapan kawasan tanpa rokok di berbagai tempat umum milik pemerintah di Kabupaten Pakpak Bharat untuk melindungi kesehatan masyarakat dari bahaya rokok dan mewujudkan lingkungan yang sehat.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Perbup 5 tahun 2015 ttg KTR.pdf
1. jdih.pakpakbharatkab.go.id
BUPATI PAKPAK BHARAT
PROVINSI SUMATERA UTARA
PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT
NOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANG
KAWASAN TANPA ROKOK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PAKPAK BHARAT,
Menimbang : a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila
digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi
individu dan masyarakat baik selaku perokok aktif
maupun perokok pasif, oleh sebab itu diperlukan
perlindungan terhadap bahaya rokok bagi kesehatan
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan;
b. bahwa untuk udara yang sehat dan bersih hak bagi setiap
orang, begitu pula pentingnya kenyamanan dalam
melakukan aktivitas, maka diperlukan kesadaran,
kemauan, kemampuan aparatur dan masyarakat untuk
mencegah dampak penggunaan rokok baik langsung
maupun tidak langsung terhadap kesehatan, guna
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksudkan pada huruf a dan b, perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Kawasan Tanpa Rokok.
Menimbang : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak
Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi
Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4272);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5589);
2. jdih.pakpakbharatkab.go.id
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4276);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 dan Nomor 7
Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 49).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Pakpak Bharat.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat.
3. Bupati adalah Bupati Pakpak Bharat.
4. Pimpinan atau penanggung jawab adalah orang dan/atau badan hukum
yang karena jabatannya memimpin dan/atau bertanggung jawab atas
kegiatan dan/atau usaha di tempat atau kawasan yang ditetapkan
sebagai kawasan dilarang merokok baik milik pemerintah maupun
swasta.
5. Masyarakat adalah orang perorangan dan/atau kelompok ‘’orang.
6. Pencemaran udara di ruang tertutup adalah pencemaran udara yang
terjadi di dalam ruang dan/atau angkutan umum akibat paparan sumber
pencemaran yang memiliki dampak kesehatan kepada manusia.
7. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomis.
8. Derajat Kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi
kesehatan yang tinggi dan mungkin dapat dicapai pada suatu saat sesuai
dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang
atau masyarakat dan harus selalu diusahakan peningkatannya secara
terus menerus.
9. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman bicotiana tobacum, nicotiana
rustica dan spesies lainya atau sintetisnya yang mengandung nikotin, tar
dan zat adiktif dengan atau tanpa bahan tambahan.
10. Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan
atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau
kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan dan/atau
mempromosikan produk tembakau.
11. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok namun terpaksa
menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.
3. jdih.pakpakbharatkab.go.id
12. Tempat atau ruangan adalah bagian dari suatu bangunan gedung yang
berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan dan/atau usaha.
13. Tempat umum adalah sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
pemerintah daerah termasuk gedung perkantoran, gedung pertemuan,
ruang rapat, ruang kerja, ruang proses belajar mengajar, ruang
pelayanan kesehatan, taman bermain, tempat ibadah dan tempat
pelayanan umum lainnya.
14. Gedung Kantor adalah gedung kantor yang berada di Kompleks
Perkantoran Panorama Indah Sindeka, seluruh kantor Camat, seluruh
Kantor Kepala Desa, seluruh kantor pelayanan kesehatan, seluruh kantor
tempat proses belajar mengajar dan gedung kantor yang digunakan untuk
pelayanan terhadap masyarakat lainnya yang berada di wilayah
kabupaten Pakpak Bharat.
15. Tempat kerja adalah ruang tertutup yang bergerak atau tetap dimana
tenaga kerja bekerja atau tempat yang sering dimasuki tenaga kerja dan
tempat sumber-sumber bahaya termasuk kawasan pabrik, perkantoran,
ruang rapat, ruang sidang/seminar, dan sejenisnya.
16. Tempat ibadah adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan
keagamaan, seperti mesjid termasuk mushola, gereja termasuk kapel,
pura, wihara, dan kelenteng.
17. Arena kegiatan anak-anak adalah tempat atau arena yang diperuntukan
untuk kegiatan anak-anak, seperti Tempat Penitipan Anak (TPA), tempat
pengasuhan anak, arena bermain anak-anak, atau sejenisnya.
18. Tempat proses belajar mengajar adalah tempat proses belajar-mengajar
atau pendidikan dan pelatihan termasuk perpustakaan, ruangan praktik
atau labolatorium, museum, dan sejenisnya.
19. Tempat pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan Pemerintah dan
masyarakat, seperti rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Polindes, praktik dokter, praktik bidan, toko obat atau apotek, pedagang
farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium, dan tempat kesehatan
lainya, antara lain pusat dan/atau balai pengobatan, rumah bersalin,
balai kesehatan ibu dan anak (BKIA).
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN
Pasal 2
Tujuan penetapan kawasan tanpa rokok, adalah :
a. melindungi kesehatan secara umum dari dampak buruk merokok baik
langsung maupun tidak langsung;
b. mewujudkan ruang dan lingkungan serta kualitas udara yang sehat dan
bersih, bebas dari asap rokok;
c. mewujudkan rasa nyaman dalam bekerja dan melakukan aktivitas lainnya;
d. menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula;
e. mewujudkan generasi muda yang sehat.
Pasal 3
Sasaran kawasan tanpa rokok adalah gedung kantor dan tempat kerja, tempat
proses belajar mengajar, tempat pelayanan kesehatan, arena kegiatan anak-
anak dan tempat ibadah milik Pemerintah.
4. jdih.pakpakbharatkab.go.id
BAB III
PIMPINAN DAN ATAU PENANGGUNG JAWAB
Pasal 4
(1) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat atau Kawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, wajib menetapkan Kawasan Tanpa Rokok.
(2) Penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
secara teknis ditetapkan oleh pimpinan dan/atau penanggung jawab
tempat yang bersangkutan.
(3) Pimpinan dan/atau penggung jawab tempat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), wajib memasang larangan merokok di tempat yang dinyatakan
“Kawasan Tanpa Rokok”.
Pasal 5
(1) Pimpinan dan/ atau penggung jawab tempat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 harus memberi contoh dan teladan ditempat yang menjadi
tanggung jawab di kawasan tanpa rokok.
(2) Pimpinan dan/atau penggung jawab tempat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 dapat menampilkan data dan informasi bahaya rokok kepada
masyarakat di Kawasan Tanpa Rokok.
BAB IV
KAWASAN TANPA ROKOK
Bagian Kesatu
Bangunan Gedung dan Tempat Kerja
Pasal 6
(1) Pimpinan dan/atau penanggung jawab bangunan gedung dan tempat kerja,
wajib melarang kepada staf dan/atau pegawainya untuk tidak merokok di
wilayah bangunan gedung tempat kerja.
(2) Pimpinan dan/atau penanggung jawab bangunan gedung tempat kerja,
wajib menegur dan/atau memperingatkan dan/atau mengambil tindakan
apabila terbukti staf dan/atau pegawainya merokok di sekitar bangunan
gedung dan tempat kerja.
(3) Staf dan/atau karyawan dapat memberikan teguran atau melaporkan
kepada Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat kerja, apabila ada
yang merokok di sekitar bangunan gedung dan tempat kerja.
(4) Pimpinan dan/atau penanggung jawab bangunan gedung dan tempat kerja,
wajib mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oleh pengguna
tempat dan/atau pengunjung sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Pimpinan dan/atau penanggung jawab bangunan gedung dan tempat kerja,
dapat menyediakan tempat khusus untuk merokok sebagai kawasan
merokok.
Bagian Kedua
Tempat Proses Belajar Mengajar
Pasal 7
(1) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat proses belajar mengajar,
wajib melarang kepada peserta didik dan tenaga kependidikan serta unsur
sekolah lainya untuk tidak merokok di tempat proses belajar mengajar.
5. jdih.pakpakbharatkab.go.id
(2) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat belajar mengajar, wajib
menegur dan/atau memperingatkan dan/atau mengambil tindakan kepada
peserta didik dan tenaga kependidikan serta unsur sekolah lainya apabila
terbukti merokok di tempat belajar mengajar.
(3) Peserta didik dan tenaga kependidikan serta unsur sekolah lainya dapat
memberikan teguran atau melaporkan kepada Pimpinan dan/atau
penanggung jawab tempat proses belajar mengajar, apabila terbukti ada
yang merokok di tempat proses belajar mengajar.
(4) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat proses belajar mengajar,
wajib mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oleh peserta
didik dan tenaga kependidikan serta unsur sekolah lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3).
Bagian Ketiga
Tempat Pelayanan Kesehatan
Pasal 8
(1) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat pelayanan kesehatan, wajib
melarang kepada setiap pasien dan/atau pengunjung serta tenaga medis
dan non medis untuk tidak merokok di tempat pelayanan kesehatan.
(2) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat pelayanan kesehatan, wajib
menegur dan/atau memperingatkan dan/atau mengambil tindakan apabila
terbukti kepada pasien dan/atau pengunjung serta tenaga medis dan non
medis merokok di tempat pelayanan kesehatan.
(3) Pasien dan/atau pengunjung serta tenaga medis dan non medis dapat
memberikan teguran atau melaporkan kepada Pimpinan dan/atau
penanggung jawab tempat pelayanan kesehatan, apabila ada yang merokok
di tempat pelayanan kesehatan.
(4) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat proses pelayanan
kesehatan, wajib mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oleh
pasien dan/atau pengunjung serta tenaga medis dan non medis yang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).
Bagian Keempat
Arena Kegiatan Anak-anak
Pasal 9
(1) Pimpinan dan/atau penanggung jawab arena kegiatan anak-anak, wajib
melarang kepada pengguna dan/atau pengunjung untuk tidak merokok di
arena kegiatan anak-anak.
(2) Pimpinan dan/atau penanggung jawab arena anak-anak, wajib menegur
dan/atau memperingatkan dan/atau mengambil tindakan apabila terbukti
pengguna dan/atau pengunjung merokok di arena kegiatan anak-anak.
(3) Pengguna dan/atau pengunjung dapat memberikan teguran atau
melaporkan kepada Pimpinan dan/atau penanggung jawab arena kegiatan
anak-anak, apabila ada yang merokok di arena kegiatan anak-anak.
(4) Pimpinan dan/atau penanggung arena kegiatan anak-anak, wajib
mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oleh pengguna
dan/atau pengunjung yang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).
6. jdih.pakpakbharatkab.go.id
Bagian Kelima
Tempat Ibadah
Pasal 10
(1) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat ibadah, wajib melarang
kepada masyarakat atau jemaahnya untuk tidak merokok di tempat
ibadah.
(2) Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat ibadah, wajib menegur
dan/atau memperingatkan dan/atau mengambil tindakan apabila terbukti
masyarakat atau jemaahnya merokok di tempat ibadah.
(3) Masyarakat atau jemaahnya dapat memberikan teguran atau melaporkan
kepada Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat ibadah, apabila ada
yang merokok di tempat ibadah.
(4) Pimpinan dan/atau penanggung tempat ibadah jawab tempat, wajib
mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oleh masyarakat atau
jemaahnya yang sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
BAB IV
PENANDAAN
Pasal 11
(1) Tempat yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, wajib dilengkapi dengan Penandaan atau
petunjuk.
(2) Penandaan atau petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa :
a. Kawasan Dilarang Merokok atau;
b. Kawasan Merokok.
(3) Penandaan atau petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat dan tidak mengganggu
keindahan tempat.
(4) Setiap orang yang berada di Kawasan Tanpa Rokok dilarang melakukan
kegiatan :
a. menggunakan/mengkonsumsi rokok,
b. memproduksi atau membuat rokok,
c. menjual rokok,
d. menyelenggarakan iklan rokok dan/atau,
e. mempromosikan rokok.
Pasal 12
(1) Penandaan atau petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2),
berupa :
a. tulisan yang ditulis dengan huruf timbul atau huruf lain yang dapat dan
mudah di baca dan atau di lihat;
b. gambar dan/atau tanda dan/atau symbol yang mudah dilihat dan/atau
dimengerti.
(2) Penandaan atau petunjuk berupa tulisan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, di tempat yang dinyatakan tidak boleh merokok adalah
“KAWASAN DILARANG MEROKOK”.
(3) Penandaan atau petunjuk berupa tulisan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, di tempat khusus untuk berupa “KAWASAN MEROKOK”.
7. jdih.pakpakbharatkab.go.id
BAB V
TEMPAT KHUSUS/KAWASAN MEROKOK
Pasal 13
(1) Tempat khusus atau Kawasan merokok harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. berupa ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung dengan
udara luar sehingga udara dapat bersikuasi dengan baik;
b. terpisah dari gedung/tempat/ruang utama dan/atau ruang lain yang
digunakan untuk beraktivitas;
c. jauh dari pintu masuk dan/atau pintu keluar;
d. jauh dari tempat orang berlalu lalang;
e. memiliki sirkulasi udara yang baik dan/atau tidak tertutup;
f. memilik atap dan/atau tanpa atap;
g. dilengkapi dengan asbak atau tempat pembangunan abu dan puntung
rokok.
h. dapat dilengkapi dengan data dan informasi bahaya merokok bagi
kesehatan.
i. diberi tanda/simbol tempat merokok.
(2) Tempat khusus merokok terlarang bagi :
a. Ibu hamil,
b. Anak-anak dibawah usia 18 tahun,
c. Anak-anak yang mengenakan seragam sekolah.
Pasal 14
(1) Tanda/simbol tempat merokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(1) huruf i memuat gambar batang rokok yang dinyalakan di dalam
lingkaran merah;
(2) Tanda/simbol sebagaimana dimaksud ayat (1) dipasang pada tempat yang
mudah dilihat dan tidak mengganggu keindahan keindahan tempat.
BAB VI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 15
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (4) diberikan sanksi berupa :
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis.
(2) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
dilakukan oleh pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat sebagaimana
dimaksud dalam asal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10.
(3) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
oleh berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
8. jdih.pakpakbharatkab.go.id
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pakpak
Bharat.
Ditetapkan di Salak
pada tanggal 12 Maret 2015
BUPATI PAKPAK BHARAT,
ttd
REMIGO YOLANDO BERUTU
Diundangkan di Salak
ada tanggal 12 Maret 2015
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT,
ttd
HOLLER SINAMO
BERITA DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN 2015 NOMOR 5