Menurut Lajnah Daaimah, wanita diperbolehkan menjadi pedagang baik saat bepergian maupun tinggal, sebagaimana laki-laki. Akan tetapi, jika pekerjaan pedagangannya melibatkan penampakan aurat atau tanpa pengawasan mahram, maka tidak diperbolehkan demi mencegah hal-hal yang dilarang.
1. Pedagang Wanita
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=678&bagian=0
Pedagang Wanita
Kategori :
Fatawa Jual Beli
Tanggal : Sabtu, 1 Mei 2004 11:50:56 WIB
PEDAGANG WANITA
Oleh
Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta
Pertanyaan.
Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta ditanya : Bagaimana hukumnya wanita menjadi
pedagang, baik saat dia sedang musafir maupun ketika sedang bermukim?
Jawaban.
Pada dasarnya, dibolehkan berusaha dan berdagang bagi laki-laki maupun perempuan, baik ketika dalam
perjalanan maupun pada saat bermukim. Yang demikian itu didasarkan pada keumuman firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” [Al-Baqarah : 275]
Demikian juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau ditanya, “Apakah usaha yang paling
baik ?”
Beliau menjawab.
“Artinya : Usaha seseorang yang dilakukan dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang baik” [1]
Juga didasarkan pada ketetapan yang sudah permanent bahwa kaum wanita pada permulaan Islam juga
melakukan jual beli dengan penuh rasa sopan dan benar-benar menjaga diri, agar perhiasannya tidak terlihat.
Tetapi jika jual beli yang dilakukan wanita mengharuskan dirinya memperlihatkan perhiasannya yang dilarang
oleh Allah untuk diperlihatkan, seperti misalnya wajah atau melakukan perjalanan tanpa didampingi oleh
mahram, atau harus berbaur dengan laki-laki asing yang dikhawatirkan akan munculnya fitnah, maka mereka
tidak diperbolehkan melakukan aktivitas perdagangan seperti itu, bahkan wajib mencegahnya agar mereka
tidak melakukan hal-hal yang haram untuk suatu hal yang mubah.
Wabillaahit Taufiq. Dan mudah-mudahan Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.
[Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta, Pertanyaan ke-5 dari Fatwa Nomor 2761, Disalin
dari Fataawaa Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyyah Wal Ifta, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Jual
Beli, Pengumpul dan Penyusun Ahmad bin Abdurrazzaq Ad-Duwaisy, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi’i]
_________
Foote Note.
Halaman 1/2