Tugas akhir ini membahas pembiayaan pengelolaan sampah di Pasar Johar Kota Semarang. Pengelolaan sampah di pasar menghadapi tantangan karena pendapatan yang didapat dari retribusi masih kurang untuk menutup biaya operasional. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sistem pembiayaan sampah di pasar tersebut dan menawarkan skenario pembiayaan baru."
Buku Putih Sanitasi - 3-4 Studi Data Primer (non-EHRA)infosanitasi
Buku Putih Sanitasi - 3-4 Studi Data Primer (non-EHRA) merupakan salah satu modul pelatihan PPSP bagi fasilitator dan Pokja Sanitasi, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten /kota
Mata kuliah Manajemen Strategi merupakan salah satu mata kuliah wajib yang berada di semester 4. Pada praktikum ini kami menganalisis bagaimana strategi yang diterapkan pada traditional market yang berada di sekitar wilayah karasidenan Surakarta
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Fitri Indra Wardhono
Pekerjaan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembangan Sektor Strategis Kawasan Andalan Yogyakarta ini dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan dasar penduduk (basic need) dan kebutuhan untuk terselenggaranya fungsi dan peran kawsan (development need) yang dapat memberikan kontribusi terhadap sasaran pembangunan nasional.
Data primer dapat diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, dan wawancara dengan Pemerintah Daerah di Kawasan Andalan Yogyakarta, tokoh masyarakat dan penduduk setempat. Sebelum kegiatan pengamatan di lapangan (survei) dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan. Pada tahap ini segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan survei diterjemahkan ke dalam bentuk disain survei dan rencana kerja survei. Selain itu, perlu juga disiapkan dana dan peralatan pendukung (peta, alat tulis, dokumentasi, dan lainnya), serta konfirmasi dengan instansi terkait di daerah penelitian mengenai kegiatan survei tersebut. Pelaksanaan survei ditentukan berdasarkan pertimbangan waktu yang tepat untuk dapat menemui penduduk di tempat mereka masing-masing. Kualitas hasil survei sangat tergantung pada kebenaran pelaksanaan survei.
Buku Putih Sanitasi - 3-4 Studi Data Primer (non-EHRA)infosanitasi
Buku Putih Sanitasi - 3-4 Studi Data Primer (non-EHRA) merupakan salah satu modul pelatihan PPSP bagi fasilitator dan Pokja Sanitasi, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten /kota
Mata kuliah Manajemen Strategi merupakan salah satu mata kuliah wajib yang berada di semester 4. Pada praktikum ini kami menganalisis bagaimana strategi yang diterapkan pada traditional market yang berada di sekitar wilayah karasidenan Surakarta
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Fitri Indra Wardhono
Pekerjaan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembangan Sektor Strategis Kawasan Andalan Yogyakarta ini dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan dasar penduduk (basic need) dan kebutuhan untuk terselenggaranya fungsi dan peran kawsan (development need) yang dapat memberikan kontribusi terhadap sasaran pembangunan nasional.
Data primer dapat diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, dan wawancara dengan Pemerintah Daerah di Kawasan Andalan Yogyakarta, tokoh masyarakat dan penduduk setempat. Sebelum kegiatan pengamatan di lapangan (survei) dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan. Pada tahap ini segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan survei diterjemahkan ke dalam bentuk disain survei dan rencana kerja survei. Selain itu, perlu juga disiapkan dana dan peralatan pendukung (peta, alat tulis, dokumentasi, dan lainnya), serta konfirmasi dengan instansi terkait di daerah penelitian mengenai kegiatan survei tersebut. Pelaksanaan survei ditentukan berdasarkan pertimbangan waktu yang tepat untuk dapat menemui penduduk di tempat mereka masing-masing. Kualitas hasil survei sangat tergantung pada kebenaran pelaksanaan survei.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
Pasar
1. KAJIAN PEMBIAYAAN SAMPAH
DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN SAMPAH
DI PASAR JOHAR KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR
Oleh:
Andrik F. C. A.
L2D 005 341
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
2. ABSTRAK
Kota akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Pertumbuhan dan
perkembangan ini akan diiringi oleh pertambahan jumlah penduduk yang cepat dan bertambahnya aktivitas
masyarakat. Adanya kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta diikuti kegiatan kota
yang makin berkembang maka akan menimbulkan dampak adanya buangan/ limbah yang meningkat dan
bervariasi. Buangan tersebut bisa berupa sampah padat dan limbah cair yang merupakan hasil kegiatan
pemukiman, perindustrian, perkantoran, perdagangan dan pasar, pertokoan serta kawasan umum lainnya.
Hasil buangan limbah tersebut memerlukan pengelolaan yang baik agar tidak mengganggu aktivitas
masyarakat. Dalam pengelolaan sampah terdapat 5 aspek yang berpengaruh yaitu pembiayaan,
kelembagaan, hukum, teknik operasional dan peran serta masyarakat. Dari kelima aspek tersebut, aspek
pembiayaan merupakan aspek yang paling berpengaruh karena sebagian besar kegiatan dalam pengelolaan
sampah memerlukan biaya atau dapat dikatakan aspek pembiayaan merupakan ujung tombak dalam
pengelolaan sampah.
Pasar Johar merupakan pasar tradisional terbesar di Kota Semarang, merupakan tempat atau
pusat kegiatan masyarakat yang dapat menimbulkan sampah dalam jumlah yang besar. Pengelolaan sampah
di Pasar Johar dilakukan oleh Dinas Kebersihan yang bekerja sama dengan pihak ketiga yakni Koperasi
Karsa Bersama. Kondisi pengelolaan sampah di Pasar Johar dapat dikatakan buruk. Hal ini dapat dilihat
dari masih banyaknya timbulan-timbulan sampah yang tidak terangkut setiap harinya baik yang ada dalam
pasar maupun di TPS pasar. Menurut pihak pengelola, permasalahan dalam mengelola sampah di Pasar
Johar adalah masalah biaya dimana biaya yang dibutuhkan untuk mengelola sampah masih kurang dan
mereka merasa rugi. Sumber dana untuk pembiayaan pengelolaan sampah dapat berasal dari retribusi
masyarakat dan subsidi dari pemerintah. Para pedagang Pasar Johar sendiri beranggapan bahwa mereka
sudah membayar retribusi untuk pelayanan kebersihan sesuai yang telah dibebankan kepada mereka.
Sumber pendapatan yang kedua adalah subsidi dari pemerintah, akan tetapi dalam pengelolaan sampah di
Pasar Johar, pihak pengelola tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah kota. Sehingga muncullah
pertanyaan, bagaimana sistem pembiayaan sampah di Pasar Johar?.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pembiayaan dalam pengelolaan sampah di Pasar
Johar yaitu melihat kembali sistem pembiayaan pengelolaan persampahan yang didalamnya mencakup
struktur penerimaan dan pengeluaran serta Ability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay (WTP) masyarakat
dalam membayar retribusi sampah. Struktur pengeluaran dalam penelitian ini memiliki cakupan yang sangat
luas, sehingga perlu suatu batasan melalui batasan materi yaitu hanya terbatas pada pengeluaran untuk
biaya operasional pengelolaan sampah. Adapun pembatasan materi ini karena pengeluaran ini rutin
dilakukan setiap tahun dan berkaitan langsung dengan aspek teknis operasional. Pendekatan penelitian yang
akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan campuran. Pendekatan
campuran ini menggunakan 2 metode yaitu metode kualitatif komparatif dan deskriptif serta metode
kuantitatif deskriptif. Teknik memperoleh data yaitu melalui wawancara kepada narasumber yang terdiri
atas instansi pemerintah dan pengelola kebersihan, kuesioner kepada pedagang serta observasi lapangan.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu jumlah pendapatan yang diterima oleh pihak
pengelola kebersihan jauh dari yang seharusnya. Hal ini dilihat dari hasil perhitungan antara jumlah
pedagang dikalikan dengan tarif retribusi yang seharusnya dibayar. Jumlah pendapatan saat ini belum bisa
menciptakan pengelolaan sesuai dengan standar minimal pengelolaan sampah. Oleh karena itu diperlukan
upaya-upaya untuk peningkatan pendapatan guna mencukupi jumlah pengeluaran yang sesuai dengan
standar. Terdapat 7 skenario pembiayaan untuk menciptakan pengelolaan sampah di Pasar Johar yang baik.
Ketujuh skenario ini berdasarkan kondisi eksisting dan kondisi yang akan datang dengan
mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait. Sistem pembiayaan sampah yang sesuai dengan kondisi yang
ada ini bertujuan agar dapat meningkatkan pelayanan pengelolaan sampah di Pasar Johar. Hasil penelitian
ini akan direkomendasikan kepada dua pihak, yakni Dinas Kebersihan dan Dinas Pasar Kota Semarang
yang memiliki fungsi sebagai regulasi kebijakan pengelolaan sampah serta Koperasi Karsa Bersama
sebagai pihak yang menangani langsung pengelolaan sampah pasar di Pasar Johar agar lebih dapat
meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat di Pasar Johar.
Kata Kunci: Pengelolaan Sampah Pasar, Pembiayaan Sampah, ATP dan WTP
3. 1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini akan menjelaskan mengenai latar belakang studi yang diambil,
perumusan masalah yang didapat dari penjabaran semua permasalahan yang terjadi di wilayah
studi, tujuan dan sasaran dilakukannya studi, ruang lingkup studi, manfaat dan keaslian penelitian,
kerangka pemikiran, metode penelitian yang meliputi pendekatan penelitian, kebutuhan data,
teknik pengumpulan data, teknik penentuan sampel serta teknik analisis dan yang terakhir adalah
sistematika pembahasan.
1.1 Latar Belakang
Kota akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Pertumbuhan
dan perkembangan ini akan diiringi oleh pertambahan jumlah penduduk yang cepat. Pertambahan
jumlah penduduk merupakan faktor utama terjadinya permasalahan sampah karena manusia
merupakan penghasil utama sampah. Pertambahan jumlah penduduk yang tidak imbangi dengan
pengelolan sampah yang baik akan menyebabkan bertambahnya tumpukan sampah di berbagai
tempat. Adanya kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta diikuti kegiatan
kota yang makin berkembang akan menimbulkan dampak adanya buangan/ limbah yang meningkat
dan bervariasi. Buangan tersebut bisa berupa sampah padat dan limbah cair yang merupakan hasil
kegiatan pemukiman, perindustrian, perkantoran, perdagangan dan pasar, pertokoan serta kawasan
umum lainnya (Suprihatin, 1996).
Salah satu sumber sampah perkotaan berasal dari kegiatan perdagangan di pasar.
Karakteristik sampah pasar dominan berupa sampah organik, basah dan mudah membusuk, serta
memiliki volume besar karena utamanya merupakan sampah yang berasal dari sayur dan buah.
Untuk itu diperlukan pengelolaan yang sesuai dengan karakteristik tersebut agar tidak berdampak
negatif terhadap lingkungan pasar maupun sekitarnya. Pasar dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa tipe, berdasarkan komoditas barang yang diperjualbelikan. Jenis barang yang
diperjualbelikan dan jumlah pedagang yang beroperasi dalam suatu pasar merupakan dasar untuk
memperkirakan besarnya timbulan sampah. Banyaknya timbulan sampah menjadi indikator bahwa
sistem pengelolaan sampah di tempat tersebut kurang baik (Admin, 2007).
Komponen pokok sistem pengelolaan persampahan perkotaan terdiri atas 5 (lima)
subsistem pengelolaan yaitu subsistem kelembagaan, subsistem teknis operasional, subsistem
pembiayaan, subsistem legalitas (hukum) dan subsistem peran serta masyarakat. Aspek teknis
1
4. 2
operasional meliputi kegiatan pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pemindahan dan
pembuangan akhir serta pengolahan sampah (SK SNI T- 13-1990-F). Kelima komponen tersebut
harus saling mendukung dan adanya keterhubungan guna terciptanya suatu pengelolaan sampah
yang baik. Di samping itu, diperlukan juga suatu koordinasi antar stakeholder guna mendukung
sistem pengelolaan persampahan.
Aspek pembiayaan merupakan aspek yang sangat penting dalam pengelolaan sampah.
Aspek pembiayaan dapat dikatakan sebagai ujung tombak dalam pengelolaan sampah karena akan
sangat mempengaruhi aspek lainnya terutama aspek teknis operasional seperti dalam penyediaan
sarana prasarana pengelolaan sampah seperti wadah sampah, sapu dan truk pengangkut sampah.
Pada umumnya sumber pembiayaan pengelolaan sampah berasal dari retribusi yang dibebankan
kepada masyarakat dan berasal dari pemerintah (melalui subsidi). Dana untuk pengelolaan
persampahan/ kebersihan suatu kota besarnya 5-10% dari APBD. Selain itu, diusahakan agar biaya
pengelolaan sampah dapat diperoleh dari masyarakat (± 80%), dan Pemerintah Daerah menye-
diakan ± 20% untuk pelayanan umum antara lain penyapuan jalan, pembersihan saluran dan
tempat-tempat umum (Dinas Kimpraswil, 2003).
Pengelolaan persampahan di Kota Semarang secara umum di bawah tanggung jawab
Dinas Kebersihan Kota Semarang. Selain Dinas Kebersihan Kota Semarang, dalam pelaksanaan
pengelolaan persampahan kota terdapat juga pelaku lain seperti masyarakat pada tingkat RT/ RW
terutama saat proses pewadahan hingga pengumpulan ke TPS serta pihak swasta yang mendapat
kontrak pelayanan dari pemerintah. Sedangkan pengelolaan sampah pasar di Kota Semarang
diwenangkan kepada Dinas Pasar sebagai pengelola yang sah dari jajaran pemerintah kota.
Biasanya pengelolaan sampah pasar di Kota Semarang dari pasar ke TPS dilakukan oleh Dinas
Pasar dan sampah dari TPS ke TPA menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan.
Akan tetapi saat ini, Dinas Pasar mengalami defisit anggaran sehingga mengharuskan
pemerintah kota untuk mengambil suatu langkah yang sesuai dan tepat supaya pengelolaan sampah
pasar tradisional menjadi lebih baik. Langkah yang diambil oleh pemerintah kota antara lain
dengan pelibatan pihak swasta atau yang sering disebut dengan swastanisasi. Public privat
partnership merupakan kerjasama antara pemerintah dan swasta, dimana kedua pihak tersebut
mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing. Pengelolaan sampah di Pasar Johar melalui
public privat partnership, Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Kebersihan dan Dinas Pasar
bekerjasama dengan pihak swasta. Berkaitan dengan pembiayaan dalam pengelolaan sampah yang
dimulai dari proses pewadahan, pengumpulan sampai ke pembuangan akhir, masing-masing
mempunyai bagian sendiri dalam melakukan pengelolaan. Sebagai contoh tanggung jawab dari
pihak swasta dalam hal pembiayaan adalah membayar gaji pegawai yang mengumpulkan atau
5. 3
mengangkut sampah sedangkan dari pihak pemerintah menyediakan sarana angkutan untuk
pembuangan akhir ke TPA.
Pasar Johar merupakan pasar percontohan pertama di Kota Semarang yang pengelolaan
persampahannya diserahkan kepada pihak swasta. Pada awalnya pengelolaan kebersihan di Pasar
Johar dikelola oleh Pusat Koperasi Pasar (Puskoppas) Jawa Tengah melalui Unit Usaha Pengelola
Kebersihan Pasar Johar dengan kontrak selama 6 tahun, terhitung mulai 1 Juni 2001 sampai dengan
31 Juni 2007, dimana terdapat koordinasi dengan Dinas Pasar dan Dinas Kebersihan dalam hal
pengawasan, pembinaan dan penelitian mengenai kinerja pengelolaan sampah yang dikelola oleh
unit tersebut. Setelah masa kontraknya habis, Pemerintah Kota Semarang menyerahkan urusan
pengelolaan sampah di Pasar Johar kepada Koperasi Karsa Bersama melalui sistem lelang.
Pergantian kewenangan pengelolaan sampah di Pasar Johar disebabkan karena ketidakmampuan
pihak Puskoppas untuk memenuhi tuntutan kenaikan gaji dari pegawainya dan adanya desakan dari
pedagang yang mengeluhkan buruknya pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pihak Puskoppas.
Selama masa pengelolaan pihak Puskoppas dan Koperasi Karsa Bersama, para pengelola
mengaku masih merugi akibat pendapatan yang lebih kecil daripada pengeluaran sehingga
pengelolaan sampah di Pasar Johar belum optimal. Ketua Koperasi Karsa Bersama, Agus Tiyanto,
mengatakan selama ini pemasukan retribusi sampah tidak maksimal, sehingga langkahnya juga
tidak bisa maksimal. Pihaknya tidak menerima subsidi dari Pemkot, sehingga untuk pengelolaan
sampah pihaknya murni mengandalkan dana dari hasil penarikan retribusi. Untuk gaji karyawan
dan biaya operasional pengelolaan sampah, pihaknya mengaku kekurangan setiap bulannya. Hal ini
yang menyebabkan pihaknya belum dapat meningkatkan pelayanannya menjadi lebih baik. Inilah
indikator bahwa pengelolaan sampah di Pasar Johar kurang baik yang utamanya disebabkan karena
permasalahan pada aspek pembiayaannya.
Menurut The Allen Consulting Group (2003), salah satu sumber pembiayaan dalam
pengelolaan sampah dapat berasal dari retribusi yang biasa disebut dengan user charger (tarif
pelanggan). Besarnya user charger dipengaruhi oleh Ability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay
(WTP) atau disebut juga dengan kemampuan dan kemauan masyarakat dalam membayar retribusi
sampah. Semakin besar nilai ATP dan WTP maka semakin besar pula tarif pelanggan yang dapat
dibayarkan, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut, akan mempengaruhi peningkatan jumlah
pemasukan pendapatan dalam pengelolaan sampah yang nantinya dapat digunakan untuk menutupi
pengeluaran dan peningkatan pelayanan kebersihan.
Tarif retribusi dibayarkan para pedagang kepada pihak pengelola yang menangani
pengelolaan sampah. Besarnya biaya retribusi ini beragam antara pedagang yang satu dengan yang
lain. Besarnya tarif retribusi kebersihan yang dibayar pedagang per harinya, yaitu sebesar Rp 300 -
Rp 500 per hari. Ketentuan ini berdasarkan volume sampah yang dihasilkan, semakin besar jumlah