1. EDITORIAL, FEATURE, SURAT PEMBACA
Kilas Bogor
8 25/11/2015
EDITORIAL SURAT PEMBACA
Ramdhan Alamsyah (0838744****)
Bojong Gede, Kab.Bogor
Pungli di Tempat Wisata Alam
Saya sering berkunjung ke tempat
wisata alam yang berada di wilayah
Kab.Bogor, liburan saya jadi tidak
menyenangkan karena banyak sekali
PUNGLI yang mengaku sebagai pihak
pengelola tempat wisata. Padahal saya
tau itu hanya akal-akalan warga sekitar
untuk mendapatkan uang. Tolong pihak
Pemda Kab.Bogor agar menertibkan
tempat-tempat wisata alam yang ada di
Bogor, demi keamanan dan kenyamanan
wisatawan.
Abram Julio (08138794****)
Sukaraja, Kab.Bogor Kec.Bogor Utara
Kemacetan Depan Pasar Ciluar
Kemacetan di depan pasar Ciluar hampir
setiap hari, sangat menghambat pengen-
dara yang hendak berangkat sekolah atau
kerja. Banyak orang yang menyeberang
sembarangan, angkot berenti seenaknya.
Saya berharap pak Polisi atau DISHUB
turun tangan menertibkan keadaan di
pasar Ciluar Kab.Bogor. Biasanya Kema-
cetan terjadi pada pagi dan sore hari.
Kisah Pecandu Narkoba
Menjadi seorang pecandu narkoba tentu bukanlah cita-cita. Meski di
sebagian benak generasi muda menjadi lifestyle 'kebanggaan' sebagai
pemakai narkoba, namun etika dan moral di masyarakat khususnya
keluarga, pemakai narkoba adalah aib. Aib yang harus dihindari dan
dijauhi. Saking malu karena dianggap sebagai aib, bahkan menyem-
bunyikan bila ada anggota keluarga yang terlanjur menjadi pecandunya.
Tanpa disadari, bahwa hal itu semakin membahayakan jiwa pecandunya.
Pemahaman yang kabur tentang betapa berbahayanya 'barang-barang
bermerek narkoba' itu, terkadang tak sanggup mengalahkan 'gengsi' dan
harga diri keluarga di mata masyarakat.
Banyak faktor orang terseret ke dalam rayuan narkoba. Awal pemakai
narkoba bukanlah kecelakaan, namun telah diketahui akan bahaya mau-
pun dilarangnya barang tersebut. Namun rasa ingin tahu, penasaran, ingin
mencoba, gaya hidup, dan lain sebagainya mengalhkan akal sehat. Akal
sehat yang akan menjadi tidak sehat dengan digerogotinya oleh zat-zat
berbahay yang dikandung di dalamnya.
Seperti halnya Gibon, demikian nama panggilan akrabnya. Dia adalah
mantan seorang pecandu narkoba yang sempat 'bersahabat' dengan
narkoba selama puluhan tahun. Sekian lama jatuh bangun menjalani
kehidupan kelam seorang pecandu. Hingga semangat perubahan me-
neranginya untuk mengubah gaya hidup suram menjadi gaya hidup
sehat seperti umumnya. Tentunya tidak mudah dilakukannya, namun
bertahap, Gibon menemukan titik terang dari perjalanan suram masa
lalunya yang hampir tak ada impian masa depan di dalam benaknya
saat itu.
Saya berkesempatan berbagi cerita dengannya di kantornya Kapeta
Foundation, di kawasan Cinere, Jakarta Selatan tempat dia mengabdi-
kan diri bekerja membantu para pasien pecandu narkoba, bulan lalu.
Kapeta adalah sebuah yayasan yang bergerak di bidang narkoba, HIV
AIDS, dan isu semacamnya.
Gibon bukanlah dari keluarga yang bermasalah. Bersama adik perem-
puannya ia mempunyai masa kecil indah dengan keluarganya. fisik yang
terlihat adalah gagah, tegap. Raut wajahnya mengekspresikan optimisme
saat bertutur kisah. Dilahirkan di Bukittinggi, pria yang belum genap berusia
30 tahun ini sanggup bangkit dari keterpurukan akibat godaan narkoba,
yang dulu dengan antusias digelutinya. Tiada hari tanpa narkoba, mungkin
motto yang cocok untuknya, saat itu.
Masa kecilnya dilalui di Ibukota, seiring orangtuanya yang pindah tempat
tinggal. Seperti anak-anak pada umumnya, Gibon bersekolah hingga lulus
Sekolah Dasar, lalu melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Seiring pertumbuhan dan perkembangan jiwa remaja, hal-hal baru
sangat menarik perhatiannya. 14 tahun. Angka yang tak bakal dilupakannya.
Angka keramat saat dirinya terpenuhi rasa penasaran dan keingintahuan
tentang sesuatu yang dianggap 'keren' namun keliru yang tak disadarinya,
saat itu. Narkoba. Gibon mencoba barang jenis narkoba untuk pertama kali-
nya pemberian dari teman-teman sebayanya.
Tak cukup hanya itu, kian hari Gibon kecil semakin fasih dengan nama-nama
narkoba yang dikonsumsinya. Dari narkoba jenis hisap dan pil menjadi 'saha-
bat' yang dicintainya selama sepuluh tahun. Rentang waktu yang sangat lama
Di waktu-waktu itulah kesehariannya dilalui dengan ketergantungan pada
barang haram itu. tentu saja secara sembunyi-sembunyi hal itu dilakukannya.
Entah berapa banyak uang saku, uang bayaran sekolah
dipakainya untuk memenuhi kebutuhan itu. Hingga jenjang
SMA tamat Gibon belum terlepas dari narkoba. Kebutuhan
narkoba yang semakin meningkat mambawanya menjadi
pengedar diantara kawan-kawannya. Tak pelak ruang dingin
penjara pernah diinapinya. Maklum saat itu para pecandu
narkoba mendapatkan sangsi pidana belum ada payung hu-
kum untuk rehabilitasi, seperti tertuang dalam Undang-Undang
No. 35 yang terbit pada 2009.
Pada akhirnya kebiasaannya konsumsi narkoba terkuak oleh
pihak keluarga. Orangtuanya mengetahui kebiasaan Gibon
saat dirinya telah ketergantungan dengan narkoba. “Awalnya
yang tahu keluarga dekat. Lama-lama lingkungan pada tahu.
Banyak teman yang ketemu menanyakan kondisi. Terkadang
saya masih gak percaya diri. Saya merasa dia merendahkan
saya.
Padahal mungkin dia mau mau memotivasi saya. Sifat keter-
gantungan itu nampaknya membuat distorsi antara mana
benar mana tidak. Otak udah terganggu oleh zat-zat itu,”
katanya. Beruntung meski dikecewakan anaknya, orangtuanya
segera mengambil langkah membawa Gibon ke rehabilitasi.
Tak mudah tentu saja. Gibon menolaknya. Berkali-kali pula ia
keluar masuk rehabilitasi. Kambuh dan kumat-kumat lagi.
“Awalnya gak mau direhab. Tidak ada kesadaran untuk rehab
namun orangtua memaksa, akhirnya pertama dibawa untuk
rehabilitasi, ada penyangkalan dalam diri saya bahwa saya tuh
gak bermasalah, namun seiring waktu saya merasa itu benar.
Saya sakit,” katanya.
Menjalani rehabilitasi sangat tak mudah baginya. Gibon
'jatuh bangun'. Keluar masuk rehab. Beberapa kali menjalani
treatment. Perawatan kurang baik akhirnya kambuh lagi. dan
terus terjadi berulang-ulang. Saat kondisinya mulai membaik,
kambuh lagi. Peristiwa jatuh bangun itu menyadarkan bahwa
dia belum siap. Dari konseling dia mengetahui bahwa narkoba
adalah penyakit kronis yang perlu disembuhkan. Gibon menjadi
terpikir, tidak adanya kesadaran untuk rehab menjadi masalah.
Dan jika tidak bergaya hidup sehat, tidak memelihara
emosi, maka kecenderungan pemakaian akan kembali
ada. Hal-hal yang diberikan saat rehabilitasi tidak dia
jalankan sepenuhnya. Sekian lama Gibon menjalani re-
habilitasi. Niat kesembuhan kian hari kian membesar,
setelah jatuh bangun saat treatmen. Dia berkeinginan
untuk pulih. Pemahaman dan kesadaran bahwa narkoba
adalah penyakit yang tak layak dikonsumsi menguatkan-
nya untuk pulih. Bertahap ia harus lalui dengan keras
melawan keinginan yang ditolaknya akibat sifat ketergan-
tungan pada narkoba yang sudah diidapnya.
“Saya tidak mau pakai, tapi di tingkat adiksi itu ada taha-
pannya, satu kali pakai saja akan mendorong penyakit itu
kambuh. Seperti penyakit diabetes oleh dokter tidak boleh
makan gula, jika makan gula berlebihan yaa kambuh,”
katanya.
Hingga perawatan direhabilitasi dijalani dengan sungguh-
sungguh. Dia berpikir, mungkin dirinya bukan termasuk
orang yang langsung bisa melangkah dengan mulus, tapi
mesti banyak belajar. Lebih baik dirinya mendalami adiksi
narkoba dengan benar, yakni dengan belajar menjadi kon-
selor untuk membantu orang lain, membantu diri sendiri,
dan mengingatkan pada dirinya sendiri. Dia menyadari
jangka waktu pemakai narkoba cukup lama. Dia ingin me-
ngubah itu semua. Menjadi konselor menjadi keputusan-
nya untuk bangkit.
Dia bersyukur akhirnya kepulihan itu mulai dirasakannya,
dan menyadari peran keluarga terutama dari orangtuanya
sangat besar. Dukungan dan motivasi yang diberikan
mereka menjadi salah satu 'spirit' yang membangkitkannya
untuk bergaya hidup sehat. Dukungan keluarga yang sangat
dibutuhkannya.
“Orangtua saya memberi motivasi yang luar biasa, meski
saat ini mereka juga masih agak khawatir kalau saya ter-
jerumus kembali. Terkadang kalau saya pulang telat, mereka
masih was-was dan cemas. Tapi saya berniat untuk dapat
bertanggungjawab pada diri saya pribadi untuk benar-benar
lepas dari jeratan penyakit narkoba itu,” tuturnya.
Ketidaktahuan, keingintahuan, pengalaman, rehabilitasi
telah dilalui Gibon. Saat ini dia menjadi bagian dari Yaya-
san Kapeta. Kesehariannya dipenuhi dengan beragam
kegiatan dengan teman-teman yang bernasib sama se-
pertinya dulu. Terjerumus narkoba dan ingin pulih dari
pengaruh penyakit jahat itu. Mulai pagi hingga sore hari
dia berkecimpung melayani para klien di yayasannya.
Sementara di hari lain rutinitas yang dijalaninya dengan
normal, bergaul dengan teman, berbagi cerita, refresing,
mendengarkan musik, jalan ke mall dan kegiatan lainnya.
Salah satu hal yang ingin diraih dan diwujudkan karena
menjadi impiannya adalah menjadi konselor bersertifikasi
internasional.
Penulis: Abdul Zakarya
Febiyanti (0896376****)
Tanah Sewa, Kec.Bogor Utara
Pengemis dan Pengamen Meresahkan
Pengemis dan pengamen sudah menjamur
di wilayah Bogor, khususnya kabupaten.
Sering saya temui pengamen maupun
pengemis di jalan atau lokasi tertentu,
mulai dari anak kecil hingga lansia. Hal ini
tentu meresahkan dan memprihatinkan.
Selain menggangu kenyamanan, terjadi
eksploitasi anak dan lansia. Untuk Pemda,
Pemkot dan SATPOL PP, mohon ditindak
lanjuti hal ini.
Ajun Komang (0823119****)
Cibatok, desa Srengseng Kab.Bogor
Sering Terjadi Pemadaman Listrik
Di desa Srengseng RW 06 sering sekali
mati lampu, setiap sore dan malam hari.
Tolong pihak PLN memeriksa wilayah
kami, ini sudah sangat meresahkan!
Sampaikan opini, saran dan kritik anda
di Surat Pembaca Kilas Bogor
Caranya, Ketik SMS dengan format:
NAMA-ALAMAT-ISI (Opini, saran, Kritik)
Kirim ke 083811404679 atau email ke
KilasBogor@yahoo.co.id
Ekonomi bergantung pada transportasi umum
Banyak orang mengatakan Transportasi dan ekonomi memiliki hubungan yang erat,
bahkah di dalam Undang-Undang pun di tuliskan bahwa transportasi mendukung
perekonomian, namun bagaimanakah sebenarnya hubungan diantara keduanya
bekerja.
Hal tersebut perlu kita pahami lebih dalam, sehingga kita dapat benar benar meng-
optimalkan peran transportasi dalam mendukung perekonomian kita. Sistem trans-
portasi yang baik, dalam hal ini tarif yang terjangkau oleh masyarakat, keterpaduan
antar transportasi yang bagus, kemampuan jumlah kendaraan yang memadai, kete-
patan waktu kedatangan yang sesuai dengan jadwal atau time table, kondisi kendaraan
yang nyaman, aman dan tidak menyebabkan polusi baik suara dan udara, dan mampu
menjangkau semua bagian kota atau daerah, kondisi infrastruktur yang memadai, hal
ini tentunya akan dapat melahirkan kesempatan di sektor ekonomi baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Sistem transportasi yang baik juga akan mampu mendukung program program terkait
pembangunan ekonomi seperti pasar regional, investasi, pariwisata, usaha mikro dan
makro dan lain lain. Karena transportasi akan menjadi kunci penentu dari pada semua
kegiatan yang intinya akan meningkatkan nilai tambah dari apapun.
Di Kota Bogor sendiri memiliki potensi besar bidang transportasi umum, jumlah dari
transportasi umum seperti angkot (angkutan kota) di Bogor mencapai ratusan. secara
ekonomi, Bogor memiliki potensi ekonomi yang baik karena didukung oleh moda trans-
portasi umum yang banyak. Hal ini tentu memudahakan warga Bogor untuk bepergian
dan menjalankan bisnisnya.
Penulis: Tim Kilas Bogor