SlideShare a Scribd company logo
MENGAMATI POTENSI KELAHIRAN KEMBAR KAMBING LOKAL
DAN F1 BOER PADA KELAHIRAN PERTAMA DAN KEDUA
oleh;
Ir. Bey Ndaru, M.Sc.
Widyaiswara Madya BBPP Batu
Spesialisasi Produksi Ternak Potong
RINGKASAN
Karya tulis yang berjudul Potensi Kelahiran Kembar Kambing Lokal dan
F1 Boer yang dilakukan di Kota Batu dan Kabupaten Malang dengan
menggunakan sample induk kambing lokal sebanyak 32 ekor dan F1 boer
sebanyak 40 ekor yang telah beranak pertama dan kedua. Adapun tujuan karya
tulis ini adalah untuk mengetahui potensi kelahiran kembar diantara keduanya.
Karya tulis ini menggunakan metode survey dan pengamatan langsung di
lapang dengan mencatat persentase litter size kambing local dan F1 boer. Hasil
analisis data menyebutkan bahwa hasil t-test 95% confidence kambing lokal
kelahiran I&II sebesar .039 pada sehingga dinyatakan berbeda nyata. Pada
kambing boer kelahiran I&II hasil t-test 90% confidence sebesar .054 sehingga
dinyatakan berbeda nyata, antara kambing lokal dan F1 boer kelahiran
pertama sebesar .386 sehingga dinyatakan berbeda nyata pada t-test 95%
confidence dan pada kambing local dan F1 boer beranak kedua sebesar .983
sehingga dinyatakan berbeda nyata pada t-test 90% confidence.
Dari karya tulis ini disimpulkan bahwa kambing boer memiliki litter size
lebih tinggi dari kambing lokal pada kelahiran pertama dan kedua. Sehingga
disarankan pada peternak untuk memelihara kambing boer terutama pada
keturunan pertama karena munculnya sifat heterosis.
Kata kunci; litter size kambing local, litter size kambing boer.
Batu, 26 Nopember 2014
Penyaji,
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi peternak kambing, kelahiran kembar merupakan suatu dambaan
karena dinilai lebih menguntungkan dari pada kelahiran tunggal, meskipun
bobot lahir per ekor anak kembar lebih rendah. Menurut Land dan Robinson
1985, bahwa Produktivitas kambing menentukan pendapatan usaha ternak
yang akan dicapai dan hal itu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya
jumlah anak per kelahiran (litter size), kemampuan hidup anak pra sapih,
selang beranak dan bobot badan.
Kelahiran kembar dan bobot lahir ternak merupakan dua sifat penting
yang sangat memepengaruhi produksi. Bobot lahir dianggap sebagai faktor
yang mempunyai kontribusi peningkatan performa pertumbuhan ternak
dimana bobot badan juga dipertimbangkan sebagai kriteria yang memiliki
korelasi dengan laju pertumbuhan bobot badan dewasa dan kemampan
hidup (Davendra & Burn, 1994)
Menurut pendapat Sarwono (2010), menyatakan bahwa kambing lokal
mempunyai sifat selang kelahiran yang pendek, sedangkan kambing boer
selalu mempunyai tipe kelahiran lebih dari satu yaitu kembar dua (twins) dan
kembar tiga (triplets).
Sebagai widyaiswara Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu
yang mengampu bidang produksi khususnya ternak potong memerlukan
kajian yang berkaitan tentang potensi kelahiran kembar pada kambing lokal
dan kambing keturunan boer sebagai referensi dalam pengembangan bahan
ajar dan karya tulis ilmiah dimana kambing boer termasuk jenis baru
dikembangkan di Indonesia.
B. Identifikasi Masalah
Fenomena yang berkembang di masyarakat atau dikalangan pedagang
bahwa kambing betina yang memiliki potensi melahirkan kembar lebih
diminati peternak juga harganya lebih mahal disbanding yang hanya
melahirkan tunggal. Pendapat tersebut berkaitan degan pendapat Land dan
Robinson 1985, bahwa produktivitas kambing menentukan pendapatan usaha
ternak yang dipelihara dan hal itu dipengaruhi oleh beberapa factor
diantaranya jumlah anak per kelahiran (litter size), kemampuan hidup anak
pra sapih, selang beranak dan bobot badan. Bagi peternak, pemahaman
tentang produktivitas ternak khususnya litter size dipergunakan untuk
memprediksi populasi ternaknya per satuan waktu dengan lebih tepat.
Adapun keuntungan lain dari persilangan kambing lokal dengan kambing
boer yaitu sifat heterosis atau hybrid vigour, dimana hasil persilangan
tersebut akan menghasilkan keturunan yang lebih baik dari tetuanya.
C. Perumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan potensi kelahiran kembar antara kambing lokal
dan peranakan boer (F1) pada kelahiran pertama dan kedua.
D. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui potensi kelahiran kembar pada kambing lokal kelahiran
pertama dan kedua
2. Untuk mengetahui potensi kelahiran kembar pada kambing boer kelahiran
pertama dan kedua
3. Untuk mengetahui potensi kelahiran kembar antara kambing lokal dan boer
pada kelahiran pertama.
4. Untuk mengetahui potensi kelahiran kembar antara kambing lokal dan boer
pada kelahiran kedua.
5. Sebagai referensi dalam penyusunan bahan ajar tentang budidaya ternak
kambing dan analisa usahaternak kambing boer.
II. ISI KARYA TULIS ILMIAH
a. Kerangka teoritik
Kambing lokal di Indonesia yang populer sampai saat ini adalah kambing
kacang dan peranakan Etawah, dimana tergolong tipe dwiguna yang banyak
diternak dan sebagai penghasil daging dan susu, kambing lokal mempunyai sifat
selang kelahiran yang pendek, sedangkan kambing boer selalu mempunyai tipe
kelahiran lebih dari satu yaitu kembar dua (twins) dan kembar tiga (triplets).
(Sarwono, 2002). Produktivitas kambing menentukan pendapatan usaha ternak
yang akan dicapai dan hal itu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya
jumlah anak per kelahiran (litter size), kemampuan hidup anak pra sapih, selang
beranak dan bobot badan (Land dan Robinson, 1985).
Bobot lahir rata-rata anak dari kambing lokal adalah 2,8 kg dengan jumlah
anak sekelahiran (litter size) antara 1-3 (Davendra dan Lory, 1994). Sementara
itu, kambing Boer merupakan jenis kambing pedaging unggul, bobot lahirnya
mencapai 3,4 – 3,7 kg. Rata-rata tipe kelahirannya berkisar 50% kembar dua dan
10-15% kembar 3 (Taufik, 2001). Keturunan pertama (F1) dari hasil perkawinan
tersebut akan menghasilkan 50% genetik kambing Boer dan diperoleh keturunan
yang lebih baik dari tetuanya atau terjadi efek heterosis (Simmonds, 2001)
Potensi yang dimiliki oleh kambing Boer adalah produksi daging yang
tinggi dengan kualitas karkas yang baik. Produksi daging dapat menjadi
keuntungan besar jika dipelihara dengan baik dan kambing ini menghasilkan 2
atau 3 anak per kelahiran. Pada daerah subtropik, pertumbuhan kambing Boer
murni bisa mencapai 176-200 gr/hari (Van Niekerk dan Casey, 1988).
Berdasarkan dari pernyataan tersebut maka perlu adanya peningkatan
produktivitas kambing lokal. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
mutu genetik kambing lokal adalah menyilangkannya dengan kambing impor.
Salah satu kambing impor yang dapat disilangkan dengan kambing lokal adalah
kambing Boer murni (purebreed).
1. Definisi operasional
a. Boer Murni (Pure Breed)
Merupakan kambing dari perkawinan Boer dengan Boer dari pedigri yang
unggul yang sudah mempunyai standart dan sertifikasi dari Boer Goat
Breeder’s Association of Australia LTD
b. Kambing Lokal
Kambing asli yang berasal dari Indonesia. Jenis kambing lokal adalah
kambing Kacang dan kambing Peranakan Etawah.
c. Cross Breeding
Perkawinan ternak tidak berkerabat dari dua bangsa yang berbeda
d. Litter Size (Jumlah anak sekelahiran)
Banyaknya anak yang dilahirkan oleh seekor induk dalam satu kelahiran,
dihitung baik yang hidup maupun yang mati.
e. Bobot Lahir
Bobot saat anak tersebut dilahirkan dari induknya, dimana anak ditimbang
pada 1-2 hari setelah lahir.
f. Bobot Sapih
Bobot saat anak tersebut mulai dipisahkan dari induknya pada umur
90 ari.
2. Deskripsi kerangka pikir
III. TEMUAN DAN PEMBAHASAN
a. DATA HASIL PENGAMATAN LAPANG
KAMBING LOKAL KAMBING BOER F1
Nama/
Asal Peternak
No
Beranak Nama/
Asal Peternak
No
Beranak
I II I II
Bpk. Toyib,
Ampel Gading
1 1 2
Alex. Agrirance,
Batu
1 2 2
2 2 2 2 1 1
3 2 1 3 1 2
4 1 1 4 2 2
5 1 2 5 1 2
6 1 1 6 2 1
7 2 2 7 2 2
8 2 2 8 2 2
9 2 1 9 1 2
10 2 2 10 2 2
11 1 1 11 2 2
12 1 2 12 1 1
13 2 3 13 1 2
14 1 2 14 2 2
Bpk. Agus, Bumiaji,
Batu
15 2 1 15 2 1
16 1 2 16 1 2
17 1 2 17 2 2
18 2 1 18 1 2
Manajemen Pemeliharaan
kelahiran pertama kelahiran kedua
Kambing lokal Kambing boer
Potensi kelahiran
kembar
Manajemen Pemeliharaan
kelahiran pertama kelahiran kedua
Kambing lokal Kambing boer
Potensi kelahiran
kembar
19 1 1 19 2 1
20 1 2 20 1 2
21 2 3 21 2 1
22 1 2 22 1 2
23 2 2 23 2 2
Bpk, Sujarwo,
Batu
24 1 2 24 1 3
25 1 2 25 1 2
26 2 2 26 2 3
27 2 1 27 1 1
Bpk, Hendro,
Batu
29 2 2 29 1 2
30 1 1 30 2 2
31 1 2 31 1 2
32 1 2 32 2 1
Jml tidak kembar (ekr) 18 11 33 2 2
Jml kembar (ekr) 14 21 34 2 2
Jumlah ekor 32 45 54 35 2 1
Litter size 1.41 1.69 36 2 1
37 1 2
38 1 2
39 1 1
40 2 2
Jumlah tidak kembar
(ekr) 19 11
Jumlah kembar (ekr) 21 29
Jumlah ekor 40 60 69
Litter size 1.50 1.73
b. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1. Potensi kelahiran kembar kambing lokal beranak pertama dan kedua
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Group Statistics
Lokal 1&2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
JmlAnak 1 31 1.45 .506 .091
2 31 1.74 .575 .103
JmlAnak
Equal
variances
assumed
.089 .767 -2.110 60 .039 -.290 .138 -.566 -.015
Equal
variances
not
assumed
-2.110 59.030 .039 -.290 .138 -.566 -.015
Hasil pengamatan menyatakan bahwa litter size pada kambing lokal beranak
pertama sebesar 1.41% sedangkan beranak kedua sebesar 1.69% dimana
terjadi kenaikan sebesar 0.28%. Menurut hasil t-test pada tingkat 95%
confidence sebesar .039 sehingga dinyatakan berbeda nyata. Devendra dan
Burns (1994) menyatakan bahwa litter size kambing PE sebesar 1,5 ekor per
kelahiran. Jumlah anak sekelahiran pada hasil persilangan antara kambing
Boer dan PE menghasilkan anak lebih dari satu. Jika hasil pengkajian dirata-
rata antara jumlah pertama dan kedua yaitu (1.41+169) : 2 = 1.55 maka telah
sesuai dengan pendapat Devendra dan Burns,1995.
2. Potensi kelahiran kembar kambing boer beranak pertama dan kedua
Group Statistics
Boer 1&2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
JmlAnak 1 39 1.54 .505 .081
2 39 1.77 .536 .086
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
JmlAnak Equal
variances
assumed
1.623 .207 -1.957 76 .054 -.231 .118 -.466 .004
Equal
variances
not
assumed
-1.957 75.730 .054 -.231 .118 -.466 .004
Hasil pengamatan menyatakan bahwa litter size pada kambing keturunan
(F1) boer beranak pertama sebesar 1.50% sedangkan beranak kedua
sebesar 1.73% dimana terjadi kenaikan sebesar 0.23%. Menurut hasil t-test
pada tingkat 95% confidence sebesar .054 sehingga dinyatakan tidak
berbeda nyata. Sedangkan pada tingkat 90% confidence dinyatakan berdeda
nyata.
Menurut hasil penelitian Rachmawati (2006) litter size pada kambing hasil
persilangan antara kambing lokal dan kambing Boer yaitu 1,54. Nilai tersebut
lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata hasil pengamatan yaitu
(1.50+1.73) /2 = 161.5, perbedaan ini diduga karena pejantan Boer yang
dikawinkan dengan betina lokal memiliki genetik yang unggul serta
munculnya sifat heterosis. Simmonds, 2001 menyatakan bahwa keturunan
pertama (F1) dari hasil perkawinan tersebut akan menghasilkan 50% genetik
kambing Boer dan diperoleh keturunan yang lebih baik dari tetuanya atau terjadi
efek heterosis.
3. Potensi kelahiran kembar kambing lokal dan boer beranak pertama
[Group Statistics
Lokal-1 & Boer-1 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
JmlAnak 1 31 1.45 .506 .091
2 47 1.55 .503 .073
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
JmlAnak Equal
variances
assumed
.007 .935 -.871 76 .386 -.102 .117 -.334 .131
Equal
variances not
assumed
-.870 64.063 .387 -.102 .117 -.335 .132
Hasil pengamatan menyatakan bahwa litter size pada kambing local beranak pertama
sebesar 1.41% sedangkan keturunan (F1) boer beranak pertama sebesar 1.50% .
Menurut hasil t-test pada tingkat 95% confidence sebesar .386 sehingga dinyatakan
berbeda nyata. Prolifikasi pada kambing disamping dipengaruhi oleh bangsa dan faktor
genetik lainnya juga dipengaruhi oleh umur induk waktu beranak (Subandriyoa, 1993).
Pendapat lain mengatakan bahwa Litter Size dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur
induk, bobot badan, tipe kelahiran, pengaruh pejantan, musim dan tingkat nutrisi (Land
dan Robinson, 1985). Pada kondisi normal, prosentase kelahiran mencapai 95% dimana
sekitar 7-15% dari kambing betina dapat melahirkan 3 anak dan lebih dari 50% dapat
melahirkan 2 anak (Barry dan Godke, 1997).
4. Potensi kelahiran kembar kambing lokal dan boer beranak kedua
Group Statistics
LokalBo
er2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
JmlAnak 1 31 1.74 .575 .103
2 47 1.74 .530 .077
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
JmlAnak
Equal
variances
assumed
.267 .607 -.022 76 .983 -.003 .127 -.256 .250
Equal
variances not
assumed
-.021 60.615 .983 -.003 .129 -.261 .255
Hasil pengamatan menyatakan bahwa litter size pada kambing local beranak
kedua sebesar 1.69% sedangkan keturunan (F1) boer beranak kedua
sebesar 1.73% . Menurut hasil t-test pada tingkat 90% confidence sebesar
.983 sehingga dinyatakan berbeda nyata. Pada kelahiran kedua antara
kambing local dan keturunan (F1) boer menunjukkan angka litter size yang
lebih tinggi jika disbanding pada saat beranak pertama. Hal tersebut menurut
Toelihere (1981) menyatakan bahwa litter size seekor induk kambing
ditentukan oleh tiga faktor yaitu :
1. Jumlah sel telur yang dihasilkan setiap birahi dan ovulasi (angka ovulasi)
2. Fertilitas dan keadaan selama kebuntingan
3. Kematian embrio
Sedangkan menurut Land dan Robinson (1985), bahwa Litter size
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur induk, bobot badan, tipe
kelahiran, pengaruh pejantan, musim pada tahun tersebut dan tingkat nutrisi.
Selain itu, kualitas semen dari pejantan juga menjadi pertimbangan penting
untuk mendapatkan litter size tinggi. Gatenby (1986) berpendapat bahwa litter
size untuk single pertumbuhannya lebih cepat daripada litter size untuk twins
atau triplets. Hal ini bisa terjadi karena zat makanan yang diberikan induk
tidak terbagi secara merata (anak saling bersaing memperoleh susu), selain
itu rendahnya bobot lahir untuk anak yang dilahirkan kembar 2, 3 atau 4.
5. Sebagai referensi dalam penyusunan bahan ajar tentang budidaya
ternak kambing dan analisa usahaternak kambing boer.
Bahan ajar khususnya materi tentang kambing boer masih tergolong baru
dan belum banyak buku yang dimiliki oleh perpustakaan Balai Besar
Pelatihan Pertanian (BBPP) batu. Dari hasil pengkajian ini diharapkan
dijadikan referensi pada bahan ajar pemilihan bibit serta analisa
usahaternak kambing boer. Dengan referensi pengkajian ini para peserta
dapat memprediksi usahanya, yaitu bila saat ini memulai usahanya
dengan 2 pejantan dan 20 ekor induk umur 1,5 tahun, luas kandang 200
m2 dan luas tanah untuk pelepasan 3000 m2 maka dalam 5 tahun
kedepan diprediksikan sbb;
j b j b j b j b j b j b j b j b
0 2 20
8 15 15
16 15 15
24 12 12 15 15
32 12 12 15 15
40 9 9 12 12 15 15
48 9 9 12 12 15 15
50 7 7 9 9 12 12 15 15
58 7 7 9 9 12 12
66 7 7 9 9
Keterangan : (j) jantan (b) betina
Dari table diatas dapat diprediksikan jumlah populasi, output, input,
income, B/C ratio, ROI serta elastisitas usahaternak kambing pada dua
tahun kedepan dan selanjutnya. Hasil perhitungan diatas telah
memperhitungkan tingkat kematian 10% dimana angka tersebut adalah
kisaran dari 1-15% dari angka kematian anak kambing pada masa
sebelum penyapihan. Dan tentunya berhubungan erat dengan baik
buruknya pemeliharaan serta kecukupan susu induk.
Angka prediksi diatas juga dipergunakan untuk acuan pada saat peserta
melaksanakan praktek lapang baik yang dilakukan dilokasi Balai maupun
pada saat keluar dari Balai dan ke peternak sehingga hasilnya dapat
dipergunakan sebagai bahan diskusi untuk menambah wawasan dan
keyakinan pada peserta pelatihan.
VII. PENUTUP
Berdasarkan kajiwidya yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa potensi
kelahiran kembar kambing boer lebih tinggi dari kambing lokal baik pada saat kelahiran
pertama maupun kelahira kedua. Dengan tingkat adaptasi yang tinggi maka
pemeliharaan kambing boer tidak berbeda dengan kambing lokal. Adapun pertanyaan
yang sering muncul dari peserta pelatihan tentang apakah “Usahaternak kambing
boer lebih menguntungkan dibanding kambing lokal ?” Pertanyaan kritis tersebut
merupakan prioritas hipotesa yang perlu dijawab pada kajiwidya selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Devendra dan Burns, M. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB.
Bandung
2. Davendra, C and G.B Mc Lory. 1983. Goat and Sheep Production in The Tropic
Intermediete Tropical Agriculture Series. Longman. London and New York
3. Land, R.B and Robinson, D.W. 1985. Genetics of Reproduction in Sheep. Garden
City Press Ltd, Letchworth, Herts. England
4. Sarwono, B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta
5. Taufik, E.S. 2001. Basic Concept of Animal Breeding: Paper Presented at a
general lecture in Jendral Soedirman University. Purwokerto, Indonesia.
6. Van Niekerk, W.A and Casey, N.H. 1988. The Boer Goat. II. Growth, Nutrient
Requirements, Carcass and Meat Quality. Small Rumin

More Related Content

Similar to Mengamati potensi kelahiran kembar kambing lokal

Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laode Syawal Fapet
 
AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1
PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
PPGhybrid3
 
Bab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinanBab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinanRMontong
 
AT Modul 2 kb 1
AT Modul 2 kb 1AT Modul 2 kb 1
AT Modul 2 kb 1
PPGhybrid3
 
Bet
BetBet
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
Alex Susanto
 
Bahan dir jogja
Bahan dir jogjaBahan dir jogja
Bahan dir jogja
Galuh Insani
 
01. kegiatan akuakultur
01. kegiatan akuakultur01. kegiatan akuakultur
01. kegiatan akuakultur
Noor Yusuf
 
Deby okta tyapradana 176050100011021 kelas a
Deby okta tyapradana 176050100011021 kelas aDeby okta tyapradana 176050100011021 kelas a
Deby okta tyapradana 176050100011021 kelas a
Deby Okta Tyapradana
 
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Laode Syawal Fapet
 
Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Pemeliharaan Ternak Sapi PotongPemeliharaan Ternak Sapi Potong
Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Gufroni Arsjad Lalu Muhammad
 
Manajemen induk
Manajemen indukManajemen induk
Manajemen induk
Sawargi Ppmkp
 
Potensi pelestarian full
Potensi pelestarian fullPotensi pelestarian full
Potensi pelestarian full
Emi Suhaemi
 
Budidayaayampetelur
BudidayaayampetelurBudidayaayampetelur
Budidayaayampetelur
Halid Ahmed
 
Teknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdf
Teknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdfTeknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdf
Teknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdf
SriHandayani375269
 
Syarat kuantitatif bibit_sapi_madura_dll
Syarat kuantitatif bibit_sapi_madura_dllSyarat kuantitatif bibit_sapi_madura_dll
Syarat kuantitatif bibit_sapi_madura_dll
onnyymayasarii
 
Budidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelurBudidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelur
Laf Fianss
 
Budidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelurBudidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelurLaf Fianss
 
Budidayaayampetelur
BudidayaayampetelurBudidayaayampetelur
Budidayaayampetelur
Abdi Rusdyanto
 

Similar to Mengamati potensi kelahiran kembar kambing lokal (20)

Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
 
AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 
Bab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinanBab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinan
 
AT Modul 2 kb 1
AT Modul 2 kb 1AT Modul 2 kb 1
AT Modul 2 kb 1
 
Bet
BetBet
Bet
 
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
 
Bahan dir jogja
Bahan dir jogjaBahan dir jogja
Bahan dir jogja
 
01. kegiatan akuakultur
01. kegiatan akuakultur01. kegiatan akuakultur
01. kegiatan akuakultur
 
Deby okta tyapradana 176050100011021 kelas a
Deby okta tyapradana 176050100011021 kelas aDeby okta tyapradana 176050100011021 kelas a
Deby okta tyapradana 176050100011021 kelas a
 
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
 
Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Pemeliharaan Ternak Sapi PotongPemeliharaan Ternak Sapi Potong
Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
 
Manajemen induk
Manajemen indukManajemen induk
Manajemen induk
 
Potensi pelestarian full
Potensi pelestarian fullPotensi pelestarian full
Potensi pelestarian full
 
Budidayaayampetelur
BudidayaayampetelurBudidayaayampetelur
Budidayaayampetelur
 
Teknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdf
Teknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdfTeknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdf
Teknis Pengawasan Mutu DOC dan Peternakan.pdf
 
Syarat kuantitatif bibit_sapi_madura_dll
Syarat kuantitatif bibit_sapi_madura_dllSyarat kuantitatif bibit_sapi_madura_dll
Syarat kuantitatif bibit_sapi_madura_dll
 
Budidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelurBudidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelur
 
Budidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelurBudidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelur
 
Budidayaayampetelur
BudidayaayampetelurBudidayaayampetelur
Budidayaayampetelur
 

Recently uploaded

Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Thahir9
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
ayyurah2004
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
RosidaAini3
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptxFisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
arielardinda2
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
HengkiRisman
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
SriKuntjoro1
 

Recently uploaded (20)

Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptxFisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
 

Mengamati potensi kelahiran kembar kambing lokal

  • 1. MENGAMATI POTENSI KELAHIRAN KEMBAR KAMBING LOKAL DAN F1 BOER PADA KELAHIRAN PERTAMA DAN KEDUA oleh; Ir. Bey Ndaru, M.Sc. Widyaiswara Madya BBPP Batu Spesialisasi Produksi Ternak Potong RINGKASAN Karya tulis yang berjudul Potensi Kelahiran Kembar Kambing Lokal dan F1 Boer yang dilakukan di Kota Batu dan Kabupaten Malang dengan menggunakan sample induk kambing lokal sebanyak 32 ekor dan F1 boer sebanyak 40 ekor yang telah beranak pertama dan kedua. Adapun tujuan karya tulis ini adalah untuk mengetahui potensi kelahiran kembar diantara keduanya. Karya tulis ini menggunakan metode survey dan pengamatan langsung di lapang dengan mencatat persentase litter size kambing local dan F1 boer. Hasil analisis data menyebutkan bahwa hasil t-test 95% confidence kambing lokal kelahiran I&II sebesar .039 pada sehingga dinyatakan berbeda nyata. Pada kambing boer kelahiran I&II hasil t-test 90% confidence sebesar .054 sehingga dinyatakan berbeda nyata, antara kambing lokal dan F1 boer kelahiran pertama sebesar .386 sehingga dinyatakan berbeda nyata pada t-test 95% confidence dan pada kambing local dan F1 boer beranak kedua sebesar .983 sehingga dinyatakan berbeda nyata pada t-test 90% confidence. Dari karya tulis ini disimpulkan bahwa kambing boer memiliki litter size lebih tinggi dari kambing lokal pada kelahiran pertama dan kedua. Sehingga disarankan pada peternak untuk memelihara kambing boer terutama pada keturunan pertama karena munculnya sifat heterosis. Kata kunci; litter size kambing local, litter size kambing boer. Batu, 26 Nopember 2014 Penyaji,
  • 2. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi peternak kambing, kelahiran kembar merupakan suatu dambaan karena dinilai lebih menguntungkan dari pada kelahiran tunggal, meskipun bobot lahir per ekor anak kembar lebih rendah. Menurut Land dan Robinson 1985, bahwa Produktivitas kambing menentukan pendapatan usaha ternak yang akan dicapai dan hal itu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya jumlah anak per kelahiran (litter size), kemampuan hidup anak pra sapih, selang beranak dan bobot badan. Kelahiran kembar dan bobot lahir ternak merupakan dua sifat penting yang sangat memepengaruhi produksi. Bobot lahir dianggap sebagai faktor yang mempunyai kontribusi peningkatan performa pertumbuhan ternak dimana bobot badan juga dipertimbangkan sebagai kriteria yang memiliki korelasi dengan laju pertumbuhan bobot badan dewasa dan kemampan hidup (Davendra & Burn, 1994) Menurut pendapat Sarwono (2010), menyatakan bahwa kambing lokal mempunyai sifat selang kelahiran yang pendek, sedangkan kambing boer selalu mempunyai tipe kelahiran lebih dari satu yaitu kembar dua (twins) dan kembar tiga (triplets). Sebagai widyaiswara Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu yang mengampu bidang produksi khususnya ternak potong memerlukan kajian yang berkaitan tentang potensi kelahiran kembar pada kambing lokal dan kambing keturunan boer sebagai referensi dalam pengembangan bahan ajar dan karya tulis ilmiah dimana kambing boer termasuk jenis baru dikembangkan di Indonesia. B. Identifikasi Masalah Fenomena yang berkembang di masyarakat atau dikalangan pedagang bahwa kambing betina yang memiliki potensi melahirkan kembar lebih diminati peternak juga harganya lebih mahal disbanding yang hanya melahirkan tunggal. Pendapat tersebut berkaitan degan pendapat Land dan Robinson 1985, bahwa produktivitas kambing menentukan pendapatan usaha ternak yang dipelihara dan hal itu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya jumlah anak per kelahiran (litter size), kemampuan hidup anak
  • 3. pra sapih, selang beranak dan bobot badan. Bagi peternak, pemahaman tentang produktivitas ternak khususnya litter size dipergunakan untuk memprediksi populasi ternaknya per satuan waktu dengan lebih tepat. Adapun keuntungan lain dari persilangan kambing lokal dengan kambing boer yaitu sifat heterosis atau hybrid vigour, dimana hasil persilangan tersebut akan menghasilkan keturunan yang lebih baik dari tetuanya. C. Perumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan potensi kelahiran kembar antara kambing lokal dan peranakan boer (F1) pada kelahiran pertama dan kedua. D. Tujuan penulisan 1. Untuk mengetahui potensi kelahiran kembar pada kambing lokal kelahiran pertama dan kedua 2. Untuk mengetahui potensi kelahiran kembar pada kambing boer kelahiran pertama dan kedua 3. Untuk mengetahui potensi kelahiran kembar antara kambing lokal dan boer pada kelahiran pertama. 4. Untuk mengetahui potensi kelahiran kembar antara kambing lokal dan boer pada kelahiran kedua. 5. Sebagai referensi dalam penyusunan bahan ajar tentang budidaya ternak kambing dan analisa usahaternak kambing boer. II. ISI KARYA TULIS ILMIAH a. Kerangka teoritik Kambing lokal di Indonesia yang populer sampai saat ini adalah kambing kacang dan peranakan Etawah, dimana tergolong tipe dwiguna yang banyak diternak dan sebagai penghasil daging dan susu, kambing lokal mempunyai sifat selang kelahiran yang pendek, sedangkan kambing boer selalu mempunyai tipe kelahiran lebih dari satu yaitu kembar dua (twins) dan kembar tiga (triplets). (Sarwono, 2002). Produktivitas kambing menentukan pendapatan usaha ternak yang akan dicapai dan hal itu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya jumlah anak per kelahiran (litter size), kemampuan hidup anak pra sapih, selang beranak dan bobot badan (Land dan Robinson, 1985).
  • 4. Bobot lahir rata-rata anak dari kambing lokal adalah 2,8 kg dengan jumlah anak sekelahiran (litter size) antara 1-3 (Davendra dan Lory, 1994). Sementara itu, kambing Boer merupakan jenis kambing pedaging unggul, bobot lahirnya mencapai 3,4 – 3,7 kg. Rata-rata tipe kelahirannya berkisar 50% kembar dua dan 10-15% kembar 3 (Taufik, 2001). Keturunan pertama (F1) dari hasil perkawinan tersebut akan menghasilkan 50% genetik kambing Boer dan diperoleh keturunan yang lebih baik dari tetuanya atau terjadi efek heterosis (Simmonds, 2001) Potensi yang dimiliki oleh kambing Boer adalah produksi daging yang tinggi dengan kualitas karkas yang baik. Produksi daging dapat menjadi keuntungan besar jika dipelihara dengan baik dan kambing ini menghasilkan 2 atau 3 anak per kelahiran. Pada daerah subtropik, pertumbuhan kambing Boer murni bisa mencapai 176-200 gr/hari (Van Niekerk dan Casey, 1988). Berdasarkan dari pernyataan tersebut maka perlu adanya peningkatan produktivitas kambing lokal. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki mutu genetik kambing lokal adalah menyilangkannya dengan kambing impor. Salah satu kambing impor yang dapat disilangkan dengan kambing lokal adalah kambing Boer murni (purebreed). 1. Definisi operasional a. Boer Murni (Pure Breed) Merupakan kambing dari perkawinan Boer dengan Boer dari pedigri yang unggul yang sudah mempunyai standart dan sertifikasi dari Boer Goat Breeder’s Association of Australia LTD b. Kambing Lokal Kambing asli yang berasal dari Indonesia. Jenis kambing lokal adalah kambing Kacang dan kambing Peranakan Etawah. c. Cross Breeding Perkawinan ternak tidak berkerabat dari dua bangsa yang berbeda d. Litter Size (Jumlah anak sekelahiran) Banyaknya anak yang dilahirkan oleh seekor induk dalam satu kelahiran, dihitung baik yang hidup maupun yang mati. e. Bobot Lahir Bobot saat anak tersebut dilahirkan dari induknya, dimana anak ditimbang pada 1-2 hari setelah lahir. f. Bobot Sapih Bobot saat anak tersebut mulai dipisahkan dari induknya pada umur 90 ari.
  • 5. 2. Deskripsi kerangka pikir III. TEMUAN DAN PEMBAHASAN a. DATA HASIL PENGAMATAN LAPANG KAMBING LOKAL KAMBING BOER F1 Nama/ Asal Peternak No Beranak Nama/ Asal Peternak No Beranak I II I II Bpk. Toyib, Ampel Gading 1 1 2 Alex. Agrirance, Batu 1 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 1 3 1 2 4 1 1 4 2 2 5 1 2 5 1 2 6 1 1 6 2 1 7 2 2 7 2 2 8 2 2 8 2 2 9 2 1 9 1 2 10 2 2 10 2 2 11 1 1 11 2 2 12 1 2 12 1 1 13 2 3 13 1 2 14 1 2 14 2 2 Bpk. Agus, Bumiaji, Batu 15 2 1 15 2 1 16 1 2 16 1 2 17 1 2 17 2 2 18 2 1 18 1 2 Manajemen Pemeliharaan kelahiran pertama kelahiran kedua Kambing lokal Kambing boer Potensi kelahiran kembar Manajemen Pemeliharaan kelahiran pertama kelahiran kedua Kambing lokal Kambing boer Potensi kelahiran kembar
  • 6. 19 1 1 19 2 1 20 1 2 20 1 2 21 2 3 21 2 1 22 1 2 22 1 2 23 2 2 23 2 2 Bpk, Sujarwo, Batu 24 1 2 24 1 3 25 1 2 25 1 2 26 2 2 26 2 3 27 2 1 27 1 1 Bpk, Hendro, Batu 29 2 2 29 1 2 30 1 1 30 2 2 31 1 2 31 1 2 32 1 2 32 2 1 Jml tidak kembar (ekr) 18 11 33 2 2 Jml kembar (ekr) 14 21 34 2 2 Jumlah ekor 32 45 54 35 2 1 Litter size 1.41 1.69 36 2 1 37 1 2 38 1 2 39 1 1 40 2 2 Jumlah tidak kembar (ekr) 19 11 Jumlah kembar (ekr) 21 29 Jumlah ekor 40 60 69 Litter size 1.50 1.73 b. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 1. Potensi kelahiran kembar kambing lokal beranak pertama dan kedua Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Group Statistics Lokal 1&2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean JmlAnak 1 31 1.45 .506 .091 2 31 1.74 .575 .103
  • 7. JmlAnak Equal variances assumed .089 .767 -2.110 60 .039 -.290 .138 -.566 -.015 Equal variances not assumed -2.110 59.030 .039 -.290 .138 -.566 -.015 Hasil pengamatan menyatakan bahwa litter size pada kambing lokal beranak pertama sebesar 1.41% sedangkan beranak kedua sebesar 1.69% dimana terjadi kenaikan sebesar 0.28%. Menurut hasil t-test pada tingkat 95% confidence sebesar .039 sehingga dinyatakan berbeda nyata. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa litter size kambing PE sebesar 1,5 ekor per kelahiran. Jumlah anak sekelahiran pada hasil persilangan antara kambing Boer dan PE menghasilkan anak lebih dari satu. Jika hasil pengkajian dirata- rata antara jumlah pertama dan kedua yaitu (1.41+169) : 2 = 1.55 maka telah sesuai dengan pendapat Devendra dan Burns,1995. 2. Potensi kelahiran kembar kambing boer beranak pertama dan kedua Group Statistics Boer 1&2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean JmlAnak 1 39 1.54 .505 .081 2 39 1.77 .536 .086 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed) Mean Differe nce Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper JmlAnak Equal variances assumed 1.623 .207 -1.957 76 .054 -.231 .118 -.466 .004 Equal variances not assumed -1.957 75.730 .054 -.231 .118 -.466 .004
  • 8. Hasil pengamatan menyatakan bahwa litter size pada kambing keturunan (F1) boer beranak pertama sebesar 1.50% sedangkan beranak kedua sebesar 1.73% dimana terjadi kenaikan sebesar 0.23%. Menurut hasil t-test pada tingkat 95% confidence sebesar .054 sehingga dinyatakan tidak berbeda nyata. Sedangkan pada tingkat 90% confidence dinyatakan berdeda nyata. Menurut hasil penelitian Rachmawati (2006) litter size pada kambing hasil persilangan antara kambing lokal dan kambing Boer yaitu 1,54. Nilai tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata hasil pengamatan yaitu (1.50+1.73) /2 = 161.5, perbedaan ini diduga karena pejantan Boer yang dikawinkan dengan betina lokal memiliki genetik yang unggul serta munculnya sifat heterosis. Simmonds, 2001 menyatakan bahwa keturunan pertama (F1) dari hasil perkawinan tersebut akan menghasilkan 50% genetik kambing Boer dan diperoleh keturunan yang lebih baik dari tetuanya atau terjadi efek heterosis. 3. Potensi kelahiran kembar kambing lokal dan boer beranak pertama [Group Statistics Lokal-1 & Boer-1 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean JmlAnak 1 31 1.45 .506 .091 2 47 1.55 .503 .073 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper JmlAnak Equal variances assumed .007 .935 -.871 76 .386 -.102 .117 -.334 .131 Equal variances not assumed -.870 64.063 .387 -.102 .117 -.335 .132
  • 9. Hasil pengamatan menyatakan bahwa litter size pada kambing local beranak pertama sebesar 1.41% sedangkan keturunan (F1) boer beranak pertama sebesar 1.50% . Menurut hasil t-test pada tingkat 95% confidence sebesar .386 sehingga dinyatakan berbeda nyata. Prolifikasi pada kambing disamping dipengaruhi oleh bangsa dan faktor genetik lainnya juga dipengaruhi oleh umur induk waktu beranak (Subandriyoa, 1993). Pendapat lain mengatakan bahwa Litter Size dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur induk, bobot badan, tipe kelahiran, pengaruh pejantan, musim dan tingkat nutrisi (Land dan Robinson, 1985). Pada kondisi normal, prosentase kelahiran mencapai 95% dimana sekitar 7-15% dari kambing betina dapat melahirkan 3 anak dan lebih dari 50% dapat melahirkan 2 anak (Barry dan Godke, 1997). 4. Potensi kelahiran kembar kambing lokal dan boer beranak kedua Group Statistics LokalBo er2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean JmlAnak 1 31 1.74 .575 .103 2 47 1.74 .530 .077 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper JmlAnak Equal variances assumed .267 .607 -.022 76 .983 -.003 .127 -.256 .250 Equal variances not assumed -.021 60.615 .983 -.003 .129 -.261 .255 Hasil pengamatan menyatakan bahwa litter size pada kambing local beranak kedua sebesar 1.69% sedangkan keturunan (F1) boer beranak kedua sebesar 1.73% . Menurut hasil t-test pada tingkat 90% confidence sebesar .983 sehingga dinyatakan berbeda nyata. Pada kelahiran kedua antara kambing local dan keturunan (F1) boer menunjukkan angka litter size yang
  • 10. lebih tinggi jika disbanding pada saat beranak pertama. Hal tersebut menurut Toelihere (1981) menyatakan bahwa litter size seekor induk kambing ditentukan oleh tiga faktor yaitu : 1. Jumlah sel telur yang dihasilkan setiap birahi dan ovulasi (angka ovulasi) 2. Fertilitas dan keadaan selama kebuntingan 3. Kematian embrio Sedangkan menurut Land dan Robinson (1985), bahwa Litter size dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur induk, bobot badan, tipe kelahiran, pengaruh pejantan, musim pada tahun tersebut dan tingkat nutrisi. Selain itu, kualitas semen dari pejantan juga menjadi pertimbangan penting untuk mendapatkan litter size tinggi. Gatenby (1986) berpendapat bahwa litter size untuk single pertumbuhannya lebih cepat daripada litter size untuk twins atau triplets. Hal ini bisa terjadi karena zat makanan yang diberikan induk tidak terbagi secara merata (anak saling bersaing memperoleh susu), selain itu rendahnya bobot lahir untuk anak yang dilahirkan kembar 2, 3 atau 4. 5. Sebagai referensi dalam penyusunan bahan ajar tentang budidaya ternak kambing dan analisa usahaternak kambing boer. Bahan ajar khususnya materi tentang kambing boer masih tergolong baru dan belum banyak buku yang dimiliki oleh perpustakaan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) batu. Dari hasil pengkajian ini diharapkan dijadikan referensi pada bahan ajar pemilihan bibit serta analisa usahaternak kambing boer. Dengan referensi pengkajian ini para peserta dapat memprediksi usahanya, yaitu bila saat ini memulai usahanya dengan 2 pejantan dan 20 ekor induk umur 1,5 tahun, luas kandang 200 m2 dan luas tanah untuk pelepasan 3000 m2 maka dalam 5 tahun kedepan diprediksikan sbb; j b j b j b j b j b j b j b j b 0 2 20 8 15 15 16 15 15 24 12 12 15 15 32 12 12 15 15
  • 11. 40 9 9 12 12 15 15 48 9 9 12 12 15 15 50 7 7 9 9 12 12 15 15 58 7 7 9 9 12 12 66 7 7 9 9 Keterangan : (j) jantan (b) betina Dari table diatas dapat diprediksikan jumlah populasi, output, input, income, B/C ratio, ROI serta elastisitas usahaternak kambing pada dua tahun kedepan dan selanjutnya. Hasil perhitungan diatas telah memperhitungkan tingkat kematian 10% dimana angka tersebut adalah kisaran dari 1-15% dari angka kematian anak kambing pada masa sebelum penyapihan. Dan tentunya berhubungan erat dengan baik buruknya pemeliharaan serta kecukupan susu induk. Angka prediksi diatas juga dipergunakan untuk acuan pada saat peserta melaksanakan praktek lapang baik yang dilakukan dilokasi Balai maupun pada saat keluar dari Balai dan ke peternak sehingga hasilnya dapat dipergunakan sebagai bahan diskusi untuk menambah wawasan dan keyakinan pada peserta pelatihan. VII. PENUTUP Berdasarkan kajiwidya yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa potensi kelahiran kembar kambing boer lebih tinggi dari kambing lokal baik pada saat kelahiran pertama maupun kelahira kedua. Dengan tingkat adaptasi yang tinggi maka pemeliharaan kambing boer tidak berbeda dengan kambing lokal. Adapun pertanyaan yang sering muncul dari peserta pelatihan tentang apakah “Usahaternak kambing boer lebih menguntungkan dibanding kambing lokal ?” Pertanyaan kritis tersebut merupakan prioritas hipotesa yang perlu dijawab pada kajiwidya selanjutnya.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA 1. Devendra dan Burns, M. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB. Bandung 2. Davendra, C and G.B Mc Lory. 1983. Goat and Sheep Production in The Tropic Intermediete Tropical Agriculture Series. Longman. London and New York 3. Land, R.B and Robinson, D.W. 1985. Genetics of Reproduction in Sheep. Garden City Press Ltd, Letchworth, Herts. England 4. Sarwono, B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta 5. Taufik, E.S. 2001. Basic Concept of Animal Breeding: Paper Presented at a general lecture in Jendral Soedirman University. Purwokerto, Indonesia. 6. Van Niekerk, W.A and Casey, N.H. 1988. The Boer Goat. II. Growth, Nutrient Requirements, Carcass and Meat Quality. Small Rumin