SlideShare a Scribd company logo
MEMINANG BIDADARI
"Menikah?"
?Ya??
?Tentu,? jawab Ayesha tanpa ragu.
?Pertimbangkan dulu. Jangan cepat ambil keputusan.?
Bibinya berkata benar. Ayesha sedikit tersipu, tangannya membenahi abaya yang
dipakainya dengan rikuh.
?Dengan siapa, Ammah??
Wajah lembut itu tiba-tiba mengeras. Kedua matanya mendadak menggembung.
Mungkin karena air mata yang siap turun, entah kenapa. Luapan bahagiakah, karena
keponakan yang diurusnya sejak kecil ini, akhirnya ada yang meminang?
Ayesha menunggu jawaban dari ammahnya. Tapi beberapa kejap hanya dilalui gelombang
senyap.
?Ammah?dengan siapa??
Pandangan tajam wanita berumur itu menembus bola mata Ayesha. Seperti menimbang-
nimbang kesiapan keponakan yang dicintainya itu, menikah. Ayesha membalas pandang, lebih
karena ia tak mengerti kenapa pernikahan, kalau itu yang akan terjadi padanya, tak disambut
ammah dengan riang, seperti pernikahan pada umumnya.
?Dengan Ayyash!?
Ayyash?
Ammah mengangguk. Wajahnya pucat, namun terkesan lega. Biarlah?biarlah Ayesha
yang memutuskan?ini hidupnya. Suara hati wanita itu bicara.
Di depannya tubuh Ayesha seperti kaku. Seolah tak percaya. Senang, tapi juga tahu apa
yang akan dihadapinya. Berita itu mungkin benar. Yang jadi pertanyaan, siapakah dia?
?Kau pikirkanlah dulu, ya? Ia memberi waktu sampai tiga hari. Katanya lebih cepat lebih
baik.?
Ayesha masih tak bergerak. Pandangannya menembus jendela, menyisiri rumah-rumah di
lingkungannya dan debu tebal yang terhembus di jalan. Pernikahan?sungguh penantian semua
gadis. Dengan Ayyash pula, siapa yang keberata?
Tapi semua pun tahu, apa arti sebuah pernikahan di Palestina. Tantangan, perjuangan lain
yang membutuhkan kesiapan lebih besar. Terutama bagi setiap gadis yang menikahi pemuda
pejuang macam Ayyash!
***
Dulu sekali, sewaktu kecil, ia tak memungkiri, kerap memperhatikan Ayyash dan teman-
temannya dari balik kerudung yang biasa ditutupkannya ke wajah, jika mereka kebetulan
berpapasan. Mereka bertetangga. Begitulah Ayesha mengenal Ayyash, dan melihat bocah lelaki
yang usianya lebih tua lima tahun darinya, tumbuh dewasa.
Ayah Ayyash salah satu pemegang pimpinan tertinggi di Hamas, sebelum tewas dalam
aksi penyerangan markas tentara Israel. Ibunya, memimpin para wanita Palestina dalam berbagai
kesempatan, mencegat, dan mengacaukan barisan tentara Yahudi, yang sedang melakukan
pengejaran atas pejuang Intifadah.
Mereka biasa muncul tiba-tiba dari balik tikungan yang sepi, atau memadat di pasar-pasar,
dan menyulitkan pasukan Israel yang mencari penyusup. Bukan tanpa resiko, karena semua pun
tahu, para tentara itu tidak menaruh kasih pada perempuan atau anak-anak. Para perempuan yang
bergabung, menyadari betul apa yang mereka hadapi. Terkena tamparan atau tendangan, bahkan
popor senapan, hingga tubuh mengucurkan darah, bahkan terlepasnya nyawa, adalah taruhannya.
Ayesha sejak lima tahun lalu, tak pernah meninggalkan satu kali pun aksi yang diadakan.
Ia iri dengan para lelaki yang mendapat kesempatan lebih memegang senjata. Itu sebabnya
kemudian gadis berkulit putih kemerahan itu, tak ingin kehilangan kesempatan jihadnya, sejak
usia belia. Tiga tahun lalu, ketika ibunda Ayyash syahid dalam satu aksinya, setelah sebuah
peluru mendarat di dahinya, mereka semua datang, juga Ayesha, untuk menyalatkan wanita
pejuang itu.
Pedihnya kehilangan ummi, Ayesha dan perasaan berduka yang bagaimanapun memang
manusia. Begitu kagumnya ia melihat ketegaran Ayyash, mengatur semua prosesi hingga tanah
menutup dan memisahkannya dari Bunda tercinta. Tak ada sedu sedan, tak ada air mata. Hanya
doa yang terucap tak putus.
Begitulah Ayyash menghadapi kehilangan Abi, saudara-saudara lelakinya, adik
perempuannya yang paling kecil, lalu terakhir ummi yang dikasihi. Begitu pula yang dipahami
Ayesha cara pejuang menghadapi kematian keluarga yang mereka cintai.
Dan kini, Ayesha dua puluh dua tahun. Masih menyimpan pendar kekaguman dan simpati
yang sama bagi Ayyash. Bocah lelaki bermata besar itu sudah menjelma menjadi lelaki yang
gagah, dengan kulit kecoklatan, hidung bangir, dan mata setajam elang. Semangat perjuangan dan
ketabahan lelaki itu sungguh luar biasa.
Sewaktu dua abangnya melakukan aksi bom syahid, meledakkan gudang logistik Israel, ia
hanya mengucapkan inna lillahi, sebelum bangkit dan menggemakan Allahu Akbar, saat
memasuki rumah, dan mengabarkan berita itu pada umminya. Lalu ketika Fatimah, adiknya yang
berpapasan dengan tentara, diperkosa, dan dibunuh sebelum dilemparkan di jalan dengan tubuh
tercabik-cabik, Ayyash masih setabah sebelumnya. Padahal siapapun tahu, cintanya pada
Fatimah, bungsu di keluarga mereka.
Ayesha tak mengerti, terbuat dari apa hati lelaki itu. Setelah semua kehilangan, tak ada
dendam yang lalu membuatnya menyerang membabi buta, atau meluapkan amarah dengan
makian kotor. Ayyash menerima semua itu dengan keikhlasan luar biasa. Hanya matanya yang
sesekali masih berkilat, saat ada yang menyebut nama adiknya. Di luar itu, hanya kesalihan, dan
ketaatannya pada koordinasi gerakan Hamas yang kian bertambah. Begitu, dari hari ke hari.
****
Mereka berhadapan. Pertama kali dalam hidupnya ia bisa bebas menatap wajah lelaki itu
dari jarak dekat. Ayyash yang tenang. Hanya bibirnya yang menyunggingkan senyum lebih
sering, sejak ijab kabul diucapkan, meresmikan keberadaan keduanya.
Ayyash yang tenang dan hati Ayesha yang bergemuruh. Bukan saja karena kebahagiaan
yang meluap-luap, tapi oleh sesuatu yang lain. Sebetulnya hal itu ingin disampaikannya pada
lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Namun saat terbayang apa yang telah dialami Ayyash,
dan senyum yang pertama kali dilihatnya begitu cerah. Batin Ayesha urung.
Biarlah?nanti-nanti saja, atau tidak sama sekali, pikirnya.
Ia tak mau ada yang merisaukan hati lelaki itu, terlebih karena waktu yang mereka miliki tak
banyak. Bahkan sebentar sekali.
Dua hari lalu, Ayyash sendiri yang menyampaikan kebenaran itu, niatan lelaki berusia dua
puluh tujuh tahun, yang sudah selama dua pekan ini dibicarakan orang dari mulut ke mulut.
?Ayyash mencari istri!?
?Ia akan menikah secepatnya, akhirnya.?
?Tapi siapa yang akan menerima pernikahan berusia sehari semalam? Berita itu mungkin
benar. Meski waktu pastinya tak ada yang tahu.?
Percakapan gadis-gadis di lingkungan mereka. Awalnya Ayesha tak mengerti.
?Kenapa sehari semalam?? tanyanya pada ammah-nya.
?Sebab lelaki itu sudah menyiapkan aksi itu, Ayesha. Kini tinggal sepekan lagi. Waktunya
hampir habis.?
Ayesha ingat ia menggigit bibir menahan sesak yang tiba-tiba melanda. Ayyash pasti
sudah menyanggupi melakukan aksi bom syahid, seperti dua saudaranya dahulu. Cuma itu alasan
yang bisa diterima, kenapa pejuang yang selama ini terkesan tak peduli dan tak pernah
memikirkan untuk menikah, karena mobilitasnya yang tinggi, tiba-tiba seolah tak sabar untuk
segera menikah.
?Saya ingin menghadap Allah, yang telah memberi begitu banyak kemuliaan pada diri dan
keluarga saya, dalam keadaan sudah menyempurnakan separuh agama.? Demikian kalimat
panjang lelaki itu. Wajahnya yang menunduk, dan rahangnya yang terkatup rapat, menunggu
jawaban darinya. Ayesha merekam semua itu dalam ingatannya dua hari yang lalu, saat khitbah
dilangsungkan.
?Ya?,? jawabannya memecah kesucian. Ammah serta merta memeluknya dengan wajah
berurai air mata. Bahagia berbaur kesedihan atas keputusan Ayesha. Membayangkan
keponakannya yang selalu dibanggakan karena semangatnya yang tak pernah turun, akan
menjalani pernikahan. Yang malangnya, bahkan lebih pendek dari umur jagung.
Berganti-ganti Ayesha melihat wajah Ammah yang basah air mata, lalu tersenyum dari
bibir Ayyash yang tak henti melantunkan hamdalah.
Di depan Ayesha, Ayyash tampak begitu bahagia, karena sebelum tugas itu dilaksanakan,
ia berhasil menemukan pengantinnya. Seorang bidadari dalam perjuangan yang ia hormati, dan
kagumi kekuatan mental maupun fisiknya. Ya Ayesha.
Mereka masih bertatapan. Saling menyunggingkan senyum. Ayesha yang wajahnya masih
sering bersemu dadu, tampak sangat cantik di mata Ayyash. Pengantinnya, bidadarinya?kata-kata
itu diulangnya berkali-kali dalam hati. Namun betapapun cantiknya Ayesha, Ayyash tak hendak
melanggar janji yang ditekadkan jauh dalam sanubarinya.
?Ayesha?saya tak menginginkanmu, bukan karena saya tak menghormatimu.?
Senyum Ayesha surut. Matanya yang gemintang menatap Ayyash tak berkedip, menunggu
kelanjutan kalimat lelaki itu. Ini malam pertama mereka, dan setelah ini, tak akan ada malam-
malam lain. Besok selepas waktu dhuha, lelaki itu akan menemukan penggal akhir hidupnya,
menemui kekasih sejati. Allah Rabbul Izzati. Tak layakkah Ayesha memberikan yang terbaik
baginya? Bagi ia yang akan menjelang syahid?
Pendar di mata Ayesha luruh. Ayyash mendongakkan dagunya, tangannya yang lain
menggemgam jari-jari panjang Ayesha, seakan mengerti isi hati istrinya.
?Saya mencintaimu, Ayesha. Dan saya meridhai semua yang telah dan akan Ayesha
lakukan, selama kebersamaan ini dan setelah saya pergi. Saya percaya dan berdoa, Allah akan
memberimu suami yang lebih baik, selepas kepergian saya.?
Ayesha tersenyum. Menyembunyikan hatinya yang masih gemuruh. Seandainya ia bisa
menceritakannya pada Ayyash. Tapi, ia tak sanggup.
?Tak apa. Saya mengerti.? Cuma itu yang bisa dikatakannya pada Ayyash.
Suasana sekitar hening. Langit tanpa bulan tak mempengaruhi kebahagiaan di hati
Ayyash. Bulan, baginya, malam ini telah menjelma pada kerelaan dan keikhlasan istrinya.
?Saya ingin, Ayesha bisa mendapatkan yang terbaik.? Lelaki itu melanjutkan kalimatnya.
?Dan karenanya saya merasa wajib menjaga kehormatanmu. Kita bicara saja, ya? Ceritakan
sesuatu yang saya tak tahu, Ayesha.?
Ayesha menatap mata Ayyash, lagi. Di sana ia bisa melihat kegarangan dan keteduhan
melebur satu. Sambil ia berpikir keras, apa yang bisa diceritakannya pada lelaki itu? Tak lama
dari bibir itu meluncur cerita-cerita lucu tentang masa kecil mereka. Canda teman-teman mainnya,
dan kegugupannya saat pertama berhadapan dengan Ayyash.
Juga jari-jari tangannya yang berkeringat saat ia mencium tangan Ayyash pertama kali.
Betapa ia hampir terjatuh karena keram, akibat duduk terlalu lama, ketika mencoba bangun
menyambut orang-orang yang datang menyalami mereka tadi pagi.
Di antara senyum dan derai tawa suaminya, Ayesha masih berpikir tentang lelaki yang
duduk di hadapannya. Sungguh, ia ingin membahagiakan Ayyash, dengan cara apapun. Melihat
kebahagiaan yang terpancar di wajah Ayyash, membuat Ayesah tak habis pikir. Kenapa
kebahagiaan orang lain, bisa begitu membuatnya bahagia?
Namun, inilah kebahagiaan itu, bisiknya sesaat setelah mereka menyelesaikan salat malam
dan tilawah bersama. Kali pertama dan terakhir. Kebahagiaan bukan pada umurya, tapi pada
esensi kata bahagia. Dan Ayesha belum pernah sebahagia itu sebelumnya.
Mereka masih belum bosan menatap satu sama lain, dan berpegangan tangan. Saat ia
merebahkan diri di dada Ayyash setelah salat subuh, lelaki itu tak menolak.
?Biarkan saya berbakti kepadamu Ayyash.?
Ia ingat Ayyash menundukkan wajah dalam, seperti berpikir keras, sebelum kemudia
mengangguk dan menerimanya.
Beberapa jam lagi, Ayesha menghitung dalam hati. Kedua matanya memandangi wajah
Ayyash yang pulas di depannya. Tinggal beberapa jam lagi, dan mereka akan tinggal kenangan.
Dirinya dalam kenangan Ayyash, Ayyash dalam kenangan orang-orang sekitarnya.
Ketika fajar mulai menampakkan diri, Ayesha yang telah rapi, kembali menatap Ayyash
yang tertidur pulas, mencium kening dan tangan lelaki itu, sebelum meninggalkan rumah dengan
langkah pelan.
***
Ia terbangun oleh gedoran pintu. Pukul setengah tujuh pagi. Kerumunan di depan
rumahnya. Pagi pertama pernikahan mereka. Ada apa?
?Ayyash?istrimu. Ayesha.?
Ada titik air meruah di wajah ammah Ayesha. Lalu suara-suara gamang yang berdengung.
Saling meningkahi, semua seperti tak sabar menyampaikan berita itu padanya.
?Setengah jam lalu, Ayyash. Ledakan?Ayesha yang melakukannya!?
?Gudang peluru itu. Bunyi?bagaimana kau bisa tak mendengar??
Ayyash merasa tubuhnya mengejang. Istrinya?Ayesha mendahuluinya? Kepalan
tangannya mengeras. Mengenang semua keceriaan dan kejenakaan, serta upaya Ayesha
membahagiakannya. Jadi?masya Allah! Istrinya kini?benar-benar bidadari.
Pikiran itu menghapuskan rasa pedih yang sesaat tadi coba menguasai hatinya. Meski senyum
kehilangan belum lepas dari wajah lelaki itu, sewaktu ia undur diri, dari kerumunan di depan
rumah.
Keramaian yang sama masih menantinya dengan sabar, ketika tak lama kemudia lelaki itu
berkemas, lalu dengan ketenangan yang tak terusik, melangkahkan kakinya meninggalkan rumah.
Waktunya tinggal sebentar. Tentara Israel pasti akan melakukan patroli ke mari, sesegera
mungkin, setelah apa yang dilakukan Ayesha.
Ia harus segera pergi. Ayyash mempercepat langkahnya. Teman-temannya sudah
menunggu dalam jip terbuka yang membawa mereka berempat.
Sepanjang jalan, tak ada kata-kata. Semua melarutkan diri dalam zikir dan memutihkan
niatan. Operasi hari ini rencananya akan menghancurkan salah satu pusat militer Israel di daerah
perbatasan. Memimpin paling depan, langkah Ayyash sedikitpun tak digayuti keraguan, saat
diam-diam menyusup. Allah memberinya bidadari, dan tak lama lagi, ia akan menyusulnya.
Pikiran bahagianya bicara. Ayyash tersenyum, mengaktifkan alat peledak yang melilit badannya.
Ini, untuk perjuangan?
Dan bumi yang terharu atas perjuangan anak-anaknya, pun meneteskan air mata. Hujan
pertama pagi itu, untuk Ayyash dan Ayesha.

More Related Content

What's hot

05. istana pulau es
05. istana pulau es05. istana pulau es
05. istana pulau es
Dody Irawan
 
Bu Kek Siansu Jilid 17
Bu Kek Siansu Jilid 17Bu Kek Siansu Jilid 17
Bu Kek Siansu Jilid 17
Wibowo Kusuma
 
KISAH CINTA PARA SAHABAT
KISAH CINTA PARA SAHABATKISAH CINTA PARA SAHABAT
KISAH CINTA PARA SAHABAT
Muhammad Trieha
 
Kisah pendekar bongkok kho ping hoo
Kisah pendekar bongkok kho ping hooKisah pendekar bongkok kho ping hoo
Kisah pendekar bongkok kho ping hoo
Sariyanti Palembang
 
Aa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kamiAa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kami
prama_alj
 
bm komsas drama tingkatan 5
bm  komsas drama tingkatan 5 bm  komsas drama tingkatan 5
bm komsas drama tingkatan 5
timothy yonglk
 
bahasa indonesia - resensi (novel Rindu & Callista)
bahasa indonesia - resensi (novel Rindu & Callista)bahasa indonesia - resensi (novel Rindu & Callista)
bahasa indonesia - resensi (novel Rindu & Callista)
hasril ariel
 
Bu Kek Siansu Jilid 4
Bu Kek Siansu Jilid 4Bu Kek Siansu Jilid 4
Bu Kek Siansu Jilid 4
Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 6
Bu Kek Siansu Jilid 6Bu Kek Siansu Jilid 6
Bu Kek Siansu Jilid 6
Wibowo Kusuma
 
06. pendekar bongkok
06. pendekar bongkok06. pendekar bongkok
06. pendekar bongkokDody Irawan
 
Bu Kek Siansu Jilid 24
Bu Kek Siansu Jilid 24Bu Kek Siansu Jilid 24
Bu Kek Siansu Jilid 24
Wibowo Kusuma
 
Kisah Sepasang Rajawali_Kho Ping Hoo
Kisah Sepasang Rajawali_Kho Ping HooKisah Sepasang Rajawali_Kho Ping Hoo
Kisah Sepasang Rajawali_Kho Ping Hoo
Sariyanti Palembang
 
Suling emas
Suling emasSuling emas
Suling emas
Syamsul Noor
 
Bu Kek Siansu Jilid 18
Bu Kek Siansu Jilid 18Bu Kek Siansu Jilid 18
Bu Kek Siansu Jilid 18
Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 22
Bu Kek Siansu Jilid 22Bu Kek Siansu Jilid 22
Bu Kek Siansu Jilid 22
Wibowo Kusuma
 
Dear diary di negeri sakura by (seshakri)
Dear diary di negeri sakura by (seshakri)Dear diary di negeri sakura by (seshakri)
Dear diary di negeri sakura by (seshakri)
UIN Imam Bonjol Padang (IAIN)
 
Azfa hanani-nota-lengkap (1)
Azfa hanani-nota-lengkap (1)Azfa hanani-nota-lengkap (1)
Azfa hanani-nota-lengkap (1)
ahmadfathiyakan
 

What's hot (19)

05. istana pulau es
05. istana pulau es05. istana pulau es
05. istana pulau es
 
Science of love
Science of loveScience of love
Science of love
 
Bu Kek Siansu Jilid 17
Bu Kek Siansu Jilid 17Bu Kek Siansu Jilid 17
Bu Kek Siansu Jilid 17
 
KISAH CINTA PARA SAHABAT
KISAH CINTA PARA SAHABATKISAH CINTA PARA SAHABAT
KISAH CINTA PARA SAHABAT
 
Kisah pendekar bongkok kho ping hoo
Kisah pendekar bongkok kho ping hooKisah pendekar bongkok kho ping hoo
Kisah pendekar bongkok kho ping hoo
 
Aa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kamiAa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kami
 
bm komsas drama tingkatan 5
bm  komsas drama tingkatan 5 bm  komsas drama tingkatan 5
bm komsas drama tingkatan 5
 
bahasa indonesia - resensi (novel Rindu & Callista)
bahasa indonesia - resensi (novel Rindu & Callista)bahasa indonesia - resensi (novel Rindu & Callista)
bahasa indonesia - resensi (novel Rindu & Callista)
 
Bu Kek Siansu Jilid 4
Bu Kek Siansu Jilid 4Bu Kek Siansu Jilid 4
Bu Kek Siansu Jilid 4
 
Bu Kek Siansu Jilid 6
Bu Kek Siansu Jilid 6Bu Kek Siansu Jilid 6
Bu Kek Siansu Jilid 6
 
06. pendekar bongkok
06. pendekar bongkok06. pendekar bongkok
06. pendekar bongkok
 
Bu Kek Siansu Jilid 24
Bu Kek Siansu Jilid 24Bu Kek Siansu Jilid 24
Bu Kek Siansu Jilid 24
 
Kisah Sepasang Rajawali_Kho Ping Hoo
Kisah Sepasang Rajawali_Kho Ping HooKisah Sepasang Rajawali_Kho Ping Hoo
Kisah Sepasang Rajawali_Kho Ping Hoo
 
Suling emas
Suling emasSuling emas
Suling emas
 
Bu Kek Siansu Jilid 18
Bu Kek Siansu Jilid 18Bu Kek Siansu Jilid 18
Bu Kek Siansu Jilid 18
 
Bu Kek Siansu Jilid 22
Bu Kek Siansu Jilid 22Bu Kek Siansu Jilid 22
Bu Kek Siansu Jilid 22
 
Dear diary di negeri sakura by (seshakri)
Dear diary di negeri sakura by (seshakri)Dear diary di negeri sakura by (seshakri)
Dear diary di negeri sakura by (seshakri)
 
Laila dan majnun
Laila dan majnunLaila dan majnun
Laila dan majnun
 
Azfa hanani-nota-lengkap (1)
Azfa hanani-nota-lengkap (1)Azfa hanani-nota-lengkap (1)
Azfa hanani-nota-lengkap (1)
 

More from Sri Apriyanti Husain

7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...
7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...
7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...
Sri Apriyanti Husain
 
7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...
7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...
7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...
Sri Apriyanti Husain
 
15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain
15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain
15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain
Sri Apriyanti Husain
 
15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain
15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain
15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain
Sri Apriyanti Husain
 
Formulir pendaftaran-s3 p ps feb ub
Formulir pendaftaran-s3 p ps feb ubFormulir pendaftaran-s3 p ps feb ub
Formulir pendaftaran-s3 p ps feb ub
Sri Apriyanti Husain
 
Informasi pendaftaran pasca s2 & s3
Informasi pendaftaran  pasca s2 & s3Informasi pendaftaran  pasca s2 & s3
Informasi pendaftaran pasca s2 & s3
Sri Apriyanti Husain
 
Informasi pendaftaran pasca s2 & s3
Informasi pendaftaran  pasca s2 & s3Informasi pendaftaran  pasca s2 & s3
Informasi pendaftaran pasca s2 & s3
Sri Apriyanti Husain
 
Tugas regresi berganda
Tugas regresi bergandaTugas regresi berganda
Tugas regresi berganda
Sri Apriyanti Husain
 
Alfamart
AlfamartAlfamart
146020300111009 sri apriyanti husain review jurnal_metode penelitian non posi...
146020300111009 sri apriyanti husain review jurnal_metode penelitian non posi...146020300111009 sri apriyanti husain review jurnal_metode penelitian non posi...
146020300111009 sri apriyanti husain review jurnal_metode penelitian non posi...
Sri Apriyanti Husain
 
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malamReview jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam
Sri Apriyanti Husain
 
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24
Sri Apriyanti Husain
 
Profit over people; neoliberalism, global order 1888363894
Profit over people; neoliberalism, global order 1888363894Profit over people; neoliberalism, global order 1888363894
Profit over people; neoliberalism, global order 1888363894
Sri Apriyanti Husain
 
Review disertasi pak bambang haryadi
Review disertasi pak bambang haryadiReview disertasi pak bambang haryadi
Review disertasi pak bambang haryadi
Sri Apriyanti Husain
 
Review disertasi full
Review disertasi fullReview disertasi full
Review disertasi full
Sri Apriyanti Husain
 
Review disertasi pak bambang haryadi
Review disertasi pak bambang haryadiReview disertasi pak bambang haryadi
Review disertasi pak bambang haryadi
Sri Apriyanti Husain
 
Psak 65-laporan-keuangan-konsolidasian-ifrs-10-consolidated-fs-22012014
Psak 65-laporan-keuangan-konsolidasian-ifrs-10-consolidated-fs-22012014Psak 65-laporan-keuangan-konsolidasian-ifrs-10-consolidated-fs-22012014
Psak 65-laporan-keuangan-konsolidasian-ifrs-10-consolidated-fs-22012014
Sri Apriyanti Husain
 
Psak 62-kontrak-asuransi-140212
Psak 62-kontrak-asuransi-140212Psak 62-kontrak-asuransi-140212
Psak 62-kontrak-asuransi-140212
Sri Apriyanti Husain
 
Psak 58-aset-tidak-lancar-yang-dimiliki-untuk-dijual-dan-operasi-yang-dihenti...
Psak 58-aset-tidak-lancar-yang-dimiliki-untuk-dijual-dan-operasi-yang-dihenti...Psak 58-aset-tidak-lancar-yang-dimiliki-untuk-dijual-dan-operasi-yang-dihenti...
Psak 58-aset-tidak-lancar-yang-dimiliki-untuk-dijual-dan-operasi-yang-dihenti...
Sri Apriyanti Husain
 
Psak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokok
Psak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokokPsak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokok
Psak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokok
Sri Apriyanti Husain
 

More from Sri Apriyanti Husain (20)

7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...
7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...
7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...
 
7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...
7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...
7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...
 
15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain
15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain
15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain
 
15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain
15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain
15 ma aksya_tafakkur ke 1_sri apriyanti husain
 
Formulir pendaftaran-s3 p ps feb ub
Formulir pendaftaran-s3 p ps feb ubFormulir pendaftaran-s3 p ps feb ub
Formulir pendaftaran-s3 p ps feb ub
 
Informasi pendaftaran pasca s2 & s3
Informasi pendaftaran  pasca s2 & s3Informasi pendaftaran  pasca s2 & s3
Informasi pendaftaran pasca s2 & s3
 
Informasi pendaftaran pasca s2 & s3
Informasi pendaftaran  pasca s2 & s3Informasi pendaftaran  pasca s2 & s3
Informasi pendaftaran pasca s2 & s3
 
Tugas regresi berganda
Tugas regresi bergandaTugas regresi berganda
Tugas regresi berganda
 
Alfamart
AlfamartAlfamart
Alfamart
 
146020300111009 sri apriyanti husain review jurnal_metode penelitian non posi...
146020300111009 sri apriyanti husain review jurnal_metode penelitian non posi...146020300111009 sri apriyanti husain review jurnal_metode penelitian non posi...
146020300111009 sri apriyanti husain review jurnal_metode penelitian non posi...
 
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malamReview jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam
 
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24
Review jurnal akuntansi forensik uas pp_ak kelas malam angkatan 24
 
Profit over people; neoliberalism, global order 1888363894
Profit over people; neoliberalism, global order 1888363894Profit over people; neoliberalism, global order 1888363894
Profit over people; neoliberalism, global order 1888363894
 
Review disertasi pak bambang haryadi
Review disertasi pak bambang haryadiReview disertasi pak bambang haryadi
Review disertasi pak bambang haryadi
 
Review disertasi full
Review disertasi fullReview disertasi full
Review disertasi full
 
Review disertasi pak bambang haryadi
Review disertasi pak bambang haryadiReview disertasi pak bambang haryadi
Review disertasi pak bambang haryadi
 
Psak 65-laporan-keuangan-konsolidasian-ifrs-10-consolidated-fs-22012014
Psak 65-laporan-keuangan-konsolidasian-ifrs-10-consolidated-fs-22012014Psak 65-laporan-keuangan-konsolidasian-ifrs-10-consolidated-fs-22012014
Psak 65-laporan-keuangan-konsolidasian-ifrs-10-consolidated-fs-22012014
 
Psak 62-kontrak-asuransi-140212
Psak 62-kontrak-asuransi-140212Psak 62-kontrak-asuransi-140212
Psak 62-kontrak-asuransi-140212
 
Psak 58-aset-tidak-lancar-yang-dimiliki-untuk-dijual-dan-operasi-yang-dihenti...
Psak 58-aset-tidak-lancar-yang-dimiliki-untuk-dijual-dan-operasi-yang-dihenti...Psak 58-aset-tidak-lancar-yang-dimiliki-untuk-dijual-dan-operasi-yang-dihenti...
Psak 58-aset-tidak-lancar-yang-dimiliki-untuk-dijual-dan-operasi-yang-dihenti...
 
Psak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokok
Psak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokokPsak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokok
Psak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokok
 

Meminang bidadari

  • 1. MEMINANG BIDADARI "Menikah?" ?Ya?? ?Tentu,? jawab Ayesha tanpa ragu. ?Pertimbangkan dulu. Jangan cepat ambil keputusan.? Bibinya berkata benar. Ayesha sedikit tersipu, tangannya membenahi abaya yang dipakainya dengan rikuh. ?Dengan siapa, Ammah?? Wajah lembut itu tiba-tiba mengeras. Kedua matanya mendadak menggembung. Mungkin karena air mata yang siap turun, entah kenapa. Luapan bahagiakah, karena keponakan yang diurusnya sejak kecil ini, akhirnya ada yang meminang? Ayesha menunggu jawaban dari ammahnya. Tapi beberapa kejap hanya dilalui gelombang senyap. ?Ammah?dengan siapa?? Pandangan tajam wanita berumur itu menembus bola mata Ayesha. Seperti menimbang- nimbang kesiapan keponakan yang dicintainya itu, menikah. Ayesha membalas pandang, lebih karena ia tak mengerti kenapa pernikahan, kalau itu yang akan terjadi padanya, tak disambut ammah dengan riang, seperti pernikahan pada umumnya. ?Dengan Ayyash!? Ayyash? Ammah mengangguk. Wajahnya pucat, namun terkesan lega. Biarlah?biarlah Ayesha yang memutuskan?ini hidupnya. Suara hati wanita itu bicara. Di depannya tubuh Ayesha seperti kaku. Seolah tak percaya. Senang, tapi juga tahu apa yang akan dihadapinya. Berita itu mungkin benar. Yang jadi pertanyaan, siapakah dia? ?Kau pikirkanlah dulu, ya? Ia memberi waktu sampai tiga hari. Katanya lebih cepat lebih baik.? Ayesha masih tak bergerak. Pandangannya menembus jendela, menyisiri rumah-rumah di lingkungannya dan debu tebal yang terhembus di jalan. Pernikahan?sungguh penantian semua gadis. Dengan Ayyash pula, siapa yang keberata? Tapi semua pun tahu, apa arti sebuah pernikahan di Palestina. Tantangan, perjuangan lain yang membutuhkan kesiapan lebih besar. Terutama bagi setiap gadis yang menikahi pemuda pejuang macam Ayyash! *** Dulu sekali, sewaktu kecil, ia tak memungkiri, kerap memperhatikan Ayyash dan teman- temannya dari balik kerudung yang biasa ditutupkannya ke wajah, jika mereka kebetulan berpapasan. Mereka bertetangga. Begitulah Ayesha mengenal Ayyash, dan melihat bocah lelaki yang usianya lebih tua lima tahun darinya, tumbuh dewasa. Ayah Ayyash salah satu pemegang pimpinan tertinggi di Hamas, sebelum tewas dalam aksi penyerangan markas tentara Israel. Ibunya, memimpin para wanita Palestina dalam berbagai kesempatan, mencegat, dan mengacaukan barisan tentara Yahudi, yang sedang melakukan pengejaran atas pejuang Intifadah. Mereka biasa muncul tiba-tiba dari balik tikungan yang sepi, atau memadat di pasar-pasar,
  • 2. dan menyulitkan pasukan Israel yang mencari penyusup. Bukan tanpa resiko, karena semua pun tahu, para tentara itu tidak menaruh kasih pada perempuan atau anak-anak. Para perempuan yang bergabung, menyadari betul apa yang mereka hadapi. Terkena tamparan atau tendangan, bahkan popor senapan, hingga tubuh mengucurkan darah, bahkan terlepasnya nyawa, adalah taruhannya. Ayesha sejak lima tahun lalu, tak pernah meninggalkan satu kali pun aksi yang diadakan. Ia iri dengan para lelaki yang mendapat kesempatan lebih memegang senjata. Itu sebabnya kemudian gadis berkulit putih kemerahan itu, tak ingin kehilangan kesempatan jihadnya, sejak usia belia. Tiga tahun lalu, ketika ibunda Ayyash syahid dalam satu aksinya, setelah sebuah peluru mendarat di dahinya, mereka semua datang, juga Ayesha, untuk menyalatkan wanita pejuang itu. Pedihnya kehilangan ummi, Ayesha dan perasaan berduka yang bagaimanapun memang manusia. Begitu kagumnya ia melihat ketegaran Ayyash, mengatur semua prosesi hingga tanah menutup dan memisahkannya dari Bunda tercinta. Tak ada sedu sedan, tak ada air mata. Hanya doa yang terucap tak putus. Begitulah Ayyash menghadapi kehilangan Abi, saudara-saudara lelakinya, adik perempuannya yang paling kecil, lalu terakhir ummi yang dikasihi. Begitu pula yang dipahami Ayesha cara pejuang menghadapi kematian keluarga yang mereka cintai. Dan kini, Ayesha dua puluh dua tahun. Masih menyimpan pendar kekaguman dan simpati yang sama bagi Ayyash. Bocah lelaki bermata besar itu sudah menjelma menjadi lelaki yang gagah, dengan kulit kecoklatan, hidung bangir, dan mata setajam elang. Semangat perjuangan dan ketabahan lelaki itu sungguh luar biasa. Sewaktu dua abangnya melakukan aksi bom syahid, meledakkan gudang logistik Israel, ia hanya mengucapkan inna lillahi, sebelum bangkit dan menggemakan Allahu Akbar, saat memasuki rumah, dan mengabarkan berita itu pada umminya. Lalu ketika Fatimah, adiknya yang berpapasan dengan tentara, diperkosa, dan dibunuh sebelum dilemparkan di jalan dengan tubuh tercabik-cabik, Ayyash masih setabah sebelumnya. Padahal siapapun tahu, cintanya pada Fatimah, bungsu di keluarga mereka. Ayesha tak mengerti, terbuat dari apa hati lelaki itu. Setelah semua kehilangan, tak ada dendam yang lalu membuatnya menyerang membabi buta, atau meluapkan amarah dengan makian kotor. Ayyash menerima semua itu dengan keikhlasan luar biasa. Hanya matanya yang sesekali masih berkilat, saat ada yang menyebut nama adiknya. Di luar itu, hanya kesalihan, dan ketaatannya pada koordinasi gerakan Hamas yang kian bertambah. Begitu, dari hari ke hari. **** Mereka berhadapan. Pertama kali dalam hidupnya ia bisa bebas menatap wajah lelaki itu dari jarak dekat. Ayyash yang tenang. Hanya bibirnya yang menyunggingkan senyum lebih sering, sejak ijab kabul diucapkan, meresmikan keberadaan keduanya. Ayyash yang tenang dan hati Ayesha yang bergemuruh. Bukan saja karena kebahagiaan yang meluap-luap, tapi oleh sesuatu yang lain. Sebetulnya hal itu ingin disampaikannya pada lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Namun saat terbayang apa yang telah dialami Ayyash, dan senyum yang pertama kali dilihatnya begitu cerah. Batin Ayesha urung. Biarlah?nanti-nanti saja, atau tidak sama sekali, pikirnya. Ia tak mau ada yang merisaukan hati lelaki itu, terlebih karena waktu yang mereka miliki tak banyak. Bahkan sebentar sekali. Dua hari lalu, Ayyash sendiri yang menyampaikan kebenaran itu, niatan lelaki berusia dua puluh tujuh tahun, yang sudah selama dua pekan ini dibicarakan orang dari mulut ke mulut.
  • 3. ?Ayyash mencari istri!? ?Ia akan menikah secepatnya, akhirnya.? ?Tapi siapa yang akan menerima pernikahan berusia sehari semalam? Berita itu mungkin benar. Meski waktu pastinya tak ada yang tahu.? Percakapan gadis-gadis di lingkungan mereka. Awalnya Ayesha tak mengerti. ?Kenapa sehari semalam?? tanyanya pada ammah-nya. ?Sebab lelaki itu sudah menyiapkan aksi itu, Ayesha. Kini tinggal sepekan lagi. Waktunya hampir habis.? Ayesha ingat ia menggigit bibir menahan sesak yang tiba-tiba melanda. Ayyash pasti sudah menyanggupi melakukan aksi bom syahid, seperti dua saudaranya dahulu. Cuma itu alasan yang bisa diterima, kenapa pejuang yang selama ini terkesan tak peduli dan tak pernah memikirkan untuk menikah, karena mobilitasnya yang tinggi, tiba-tiba seolah tak sabar untuk segera menikah. ?Saya ingin menghadap Allah, yang telah memberi begitu banyak kemuliaan pada diri dan keluarga saya, dalam keadaan sudah menyempurnakan separuh agama.? Demikian kalimat panjang lelaki itu. Wajahnya yang menunduk, dan rahangnya yang terkatup rapat, menunggu jawaban darinya. Ayesha merekam semua itu dalam ingatannya dua hari yang lalu, saat khitbah dilangsungkan. ?Ya?,? jawabannya memecah kesucian. Ammah serta merta memeluknya dengan wajah berurai air mata. Bahagia berbaur kesedihan atas keputusan Ayesha. Membayangkan keponakannya yang selalu dibanggakan karena semangatnya yang tak pernah turun, akan menjalani pernikahan. Yang malangnya, bahkan lebih pendek dari umur jagung. Berganti-ganti Ayesha melihat wajah Ammah yang basah air mata, lalu tersenyum dari bibir Ayyash yang tak henti melantunkan hamdalah. Di depan Ayesha, Ayyash tampak begitu bahagia, karena sebelum tugas itu dilaksanakan, ia berhasil menemukan pengantinnya. Seorang bidadari dalam perjuangan yang ia hormati, dan kagumi kekuatan mental maupun fisiknya. Ya Ayesha. Mereka masih bertatapan. Saling menyunggingkan senyum. Ayesha yang wajahnya masih sering bersemu dadu, tampak sangat cantik di mata Ayyash. Pengantinnya, bidadarinya?kata-kata itu diulangnya berkali-kali dalam hati. Namun betapapun cantiknya Ayesha, Ayyash tak hendak melanggar janji yang ditekadkan jauh dalam sanubarinya. ?Ayesha?saya tak menginginkanmu, bukan karena saya tak menghormatimu.? Senyum Ayesha surut. Matanya yang gemintang menatap Ayyash tak berkedip, menunggu kelanjutan kalimat lelaki itu. Ini malam pertama mereka, dan setelah ini, tak akan ada malam- malam lain. Besok selepas waktu dhuha, lelaki itu akan menemukan penggal akhir hidupnya, menemui kekasih sejati. Allah Rabbul Izzati. Tak layakkah Ayesha memberikan yang terbaik baginya? Bagi ia yang akan menjelang syahid? Pendar di mata Ayesha luruh. Ayyash mendongakkan dagunya, tangannya yang lain menggemgam jari-jari panjang Ayesha, seakan mengerti isi hati istrinya. ?Saya mencintaimu, Ayesha. Dan saya meridhai semua yang telah dan akan Ayesha lakukan, selama kebersamaan ini dan setelah saya pergi. Saya percaya dan berdoa, Allah akan memberimu suami yang lebih baik, selepas kepergian saya.? Ayesha tersenyum. Menyembunyikan hatinya yang masih gemuruh. Seandainya ia bisa menceritakannya pada Ayyash. Tapi, ia tak sanggup. ?Tak apa. Saya mengerti.? Cuma itu yang bisa dikatakannya pada Ayyash. Suasana sekitar hening. Langit tanpa bulan tak mempengaruhi kebahagiaan di hati
  • 4. Ayyash. Bulan, baginya, malam ini telah menjelma pada kerelaan dan keikhlasan istrinya. ?Saya ingin, Ayesha bisa mendapatkan yang terbaik.? Lelaki itu melanjutkan kalimatnya. ?Dan karenanya saya merasa wajib menjaga kehormatanmu. Kita bicara saja, ya? Ceritakan sesuatu yang saya tak tahu, Ayesha.? Ayesha menatap mata Ayyash, lagi. Di sana ia bisa melihat kegarangan dan keteduhan melebur satu. Sambil ia berpikir keras, apa yang bisa diceritakannya pada lelaki itu? Tak lama dari bibir itu meluncur cerita-cerita lucu tentang masa kecil mereka. Canda teman-teman mainnya, dan kegugupannya saat pertama berhadapan dengan Ayyash. Juga jari-jari tangannya yang berkeringat saat ia mencium tangan Ayyash pertama kali. Betapa ia hampir terjatuh karena keram, akibat duduk terlalu lama, ketika mencoba bangun menyambut orang-orang yang datang menyalami mereka tadi pagi. Di antara senyum dan derai tawa suaminya, Ayesha masih berpikir tentang lelaki yang duduk di hadapannya. Sungguh, ia ingin membahagiakan Ayyash, dengan cara apapun. Melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah Ayyash, membuat Ayesah tak habis pikir. Kenapa kebahagiaan orang lain, bisa begitu membuatnya bahagia? Namun, inilah kebahagiaan itu, bisiknya sesaat setelah mereka menyelesaikan salat malam dan tilawah bersama. Kali pertama dan terakhir. Kebahagiaan bukan pada umurya, tapi pada esensi kata bahagia. Dan Ayesha belum pernah sebahagia itu sebelumnya. Mereka masih belum bosan menatap satu sama lain, dan berpegangan tangan. Saat ia merebahkan diri di dada Ayyash setelah salat subuh, lelaki itu tak menolak. ?Biarkan saya berbakti kepadamu Ayyash.? Ia ingat Ayyash menundukkan wajah dalam, seperti berpikir keras, sebelum kemudia mengangguk dan menerimanya. Beberapa jam lagi, Ayesha menghitung dalam hati. Kedua matanya memandangi wajah Ayyash yang pulas di depannya. Tinggal beberapa jam lagi, dan mereka akan tinggal kenangan. Dirinya dalam kenangan Ayyash, Ayyash dalam kenangan orang-orang sekitarnya. Ketika fajar mulai menampakkan diri, Ayesha yang telah rapi, kembali menatap Ayyash yang tertidur pulas, mencium kening dan tangan lelaki itu, sebelum meninggalkan rumah dengan langkah pelan. *** Ia terbangun oleh gedoran pintu. Pukul setengah tujuh pagi. Kerumunan di depan rumahnya. Pagi pertama pernikahan mereka. Ada apa? ?Ayyash?istrimu. Ayesha.? Ada titik air meruah di wajah ammah Ayesha. Lalu suara-suara gamang yang berdengung. Saling meningkahi, semua seperti tak sabar menyampaikan berita itu padanya. ?Setengah jam lalu, Ayyash. Ledakan?Ayesha yang melakukannya!? ?Gudang peluru itu. Bunyi?bagaimana kau bisa tak mendengar?? Ayyash merasa tubuhnya mengejang. Istrinya?Ayesha mendahuluinya? Kepalan tangannya mengeras. Mengenang semua keceriaan dan kejenakaan, serta upaya Ayesha membahagiakannya. Jadi?masya Allah! Istrinya kini?benar-benar bidadari. Pikiran itu menghapuskan rasa pedih yang sesaat tadi coba menguasai hatinya. Meski senyum kehilangan belum lepas dari wajah lelaki itu, sewaktu ia undur diri, dari kerumunan di depan rumah. Keramaian yang sama masih menantinya dengan sabar, ketika tak lama kemudia lelaki itu berkemas, lalu dengan ketenangan yang tak terusik, melangkahkan kakinya meninggalkan rumah.
  • 5. Waktunya tinggal sebentar. Tentara Israel pasti akan melakukan patroli ke mari, sesegera mungkin, setelah apa yang dilakukan Ayesha. Ia harus segera pergi. Ayyash mempercepat langkahnya. Teman-temannya sudah menunggu dalam jip terbuka yang membawa mereka berempat. Sepanjang jalan, tak ada kata-kata. Semua melarutkan diri dalam zikir dan memutihkan niatan. Operasi hari ini rencananya akan menghancurkan salah satu pusat militer Israel di daerah perbatasan. Memimpin paling depan, langkah Ayyash sedikitpun tak digayuti keraguan, saat diam-diam menyusup. Allah memberinya bidadari, dan tak lama lagi, ia akan menyusulnya. Pikiran bahagianya bicara. Ayyash tersenyum, mengaktifkan alat peledak yang melilit badannya. Ini, untuk perjuangan? Dan bumi yang terharu atas perjuangan anak-anaknya, pun meneteskan air mata. Hujan pertama pagi itu, untuk Ayyash dan Ayesha.