Melayani berhubungan dengan penyembahan kepada Allah. Oleh karena itu, ketika Tuhan memanggil orang-orang pilihan-Nya, Ia tidak memanggil mereka untuk menganggur saja. Melayani berarti melakukan segala sesuatu yang berguna bagi Tuhan dan sesama dengan menyatakan kasih dan pekerjaan Allah di dalam hidup. Layanilah seorang akan yang lain, sebab itu yang dikehendaki Allah bagi kita.
Oleh: Yulia Oeniyati
2 KORINTUS 12:1-10
1 Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. 2 Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau – entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya – orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. 3 Aku juga tahu tentang orang itu, – entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya – 4 ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. 5 Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. 6 Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. 7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
Melayani berhubungan dengan penyembahan kepada Allah. Oleh karena itu, ketika Tuhan memanggil orang-orang pilihan-Nya, Ia tidak memanggil mereka untuk menganggur saja. Melayani berarti melakukan segala sesuatu yang berguna bagi Tuhan dan sesama dengan menyatakan kasih dan pekerjaan Allah di dalam hidup. Layanilah seorang akan yang lain, sebab itu yang dikehendaki Allah bagi kita.
Oleh: Yulia Oeniyati
2 KORINTUS 12:1-10
1 Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. 2 Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau – entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya – orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. 3 Aku juga tahu tentang orang itu, – entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya – 4 ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. 5 Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. 6 Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. 7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
Hidup yang baik sangat dibutuhkan di tengah dunia yang semakin jahat. Tidak ada cara lain yang bisa mengalahkan kejahatan, kecuali dengan cara hidup yang baik yang bisa kita lakukan untuk menerangi dunia ini.
Kita yang dipercayakan oleh Tuhan berbagai berkat dalam hidup ini, tujuannya bukan semua berkat itu hanya untuk diri kita sendiri tetapi harus dibagikan juga kepada sesama yang membutuhkan.
Hidup yang baik sangat dibutuhkan di tengah dunia yang semakin jahat. Tidak ada cara lain yang bisa mengalahkan kejahatan, kecuali dengan cara hidup yang baik yang bisa kita lakukan untuk menerangi dunia ini.
Kita yang dipercayakan oleh Tuhan berbagai berkat dalam hidup ini, tujuannya bukan semua berkat itu hanya untuk diri kita sendiri tetapi harus dibagikan juga kepada sesama yang membutuhkan.
Eksposisi Nehemia 1: Lahirnya Visi PelayananJohan Setiawan
KITAB NEHEMIA menceritakan bagaimana Tuhan membangun kembali tembok dan masyarakat Yerusalem melalui Nehemia.
Apa yang kita pelajari dari Kitab Nehemia dapat menolong kita menjadi “pembangun tembok yang roboh” bagi Kerajaan Tuhan.
Secara khusus, kita akan belajar dari Nehemia pasal 1 mengenai proses yang dilalui Nehemia sehingga dia dapat dipakai Tuhan untuk membangun kembali tembok Yerusalem dan mereformasi ibadah dan kehidupan masyarakat Yahudi pada masanya.
Beberapa kebenaran-kebenaran mendasar yang Alkitabiah tentang penyembuhan ilahi
Hubungan penyembuhan ilahi dengan Amanat Agung dan sebagai kesaksian kita kepada dunia
Sebagian orang menekankan persepuluhan, sebagian lagi mengabaikan persepuluhan. Yang mana yang anda ikuti. Berikut presentasi singkat mengenai histori persepuluhan dan prinsip mengenai persepuluhan.
Today's American Christians typically fall into one of these two categories. Which side are you on? How can you make sure you're on the right side? Find out here!
Want more answers? Visit SwordSharp.com!
Yesus adalah contoh sebuah kehidupan yang Maksimal. Bayangkan ketika Anda menyadari bahwa diri Anda merupakan bagian dari PRIBADINYA. Dia adalah pokok anggur yang benar dan kamulah ranting-rantingNya.
So...preparing your self
Memakai Uang secara Bertanggung-jawab (Luk. 16:1-13)
1. MEMAKAI UANG SECARAMEMAKAI UANG SECARA
BERTANGGUNG JAWABBERTANGGUNG JAWAB
Injil Lukas 16:1-13Injil Lukas 16:1-13
Ev. Lukman ( 丘集銘丘集銘 傳導 )
Minggu, 18 September 2016
2. Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang
bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya.
2Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang
engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja
sebagai bendahara. 3Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat?
Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis
aku malu. 4Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku
sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. 5Lalu ia memanggil
seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama:
Berapakah hutangmu kepada tuanku? 6Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya
kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima
puluh tempayan. 7Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab
orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat
hutang lain: Delapan puluh pikul. 8Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia
telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari
pada anak-anak terang. 9Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan
mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu
diterima di dalam kemah abadi." 10"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga
dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak
benar juga dalam perkara-perkara besar. 11Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang
tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? 12Dan
jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri
kepadamu? 13Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia
akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang
dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada
Mamon."
Lukas 16:1-13
2
4. Apa ygApa yg terpentingterpenting dlmdlm
hidupku ini?hidupku ini?
Selain sandang, pangan, papan:
•Kesehatankah?
•Keluargakah?
•Usaha/pekerjaankah?
•Pendidikan/gelarkah?
•Kedudukan/posisikah?
•Dana darurat, dana pendidikan anak, dana
pensiun, dana warisankah?
4
6. Apa yang dicari orang?Apa yang dicari orang?
• Ada banyak pemenuhan kebutuhan kita itu
memerlukan UANG, terlebih lagi di zaman
yang sangat kompetitif, materialistis dan
individualistis ini.
• Hampir tidak ada yg gratis dlm hidup ini,
kecuali udara, matahari, dan hujan.
• Makan, minum, membuang air kecil/hajat,
menaruh kendaraan/parkir, membuang
sampah dan keamanan, semuanya ini
membutuhkan UANG.
• Ada banyak hal di dalam dunia ini diukur
dengan nilai mata uang atau harta (Mamon). 6
7. Uang memang penting, namunUang memang penting, namun
uang bukanlah segala-galanya.uang bukanlah segala-galanya.
• Kita harus takluk dan hanya mengabdi
kepada Allah Bapa, Anak, dan Roh
Kudus, bukan kepada Mamon.
• Luk. 16:13: “Seorang hamba tidak dapat
mengabdi kepada dua tuan. Karena jika
demikian ia akan membenci yang seorang
dan mengasihi yang lain, atau ia akan
setia kepada yang seorang dan tidak
mengindahkan yang lain. Kamu tidak
dapat mengabdi kepada Allah dan kepada
Mamon.”
7
8. Kita harus menentukan sikapKita harus menentukan sikap
hati, orientasi, tujuan hidup kitahati, orientasi, tujuan hidup kita
• Apakah kita mau mengasihi Allah dan
sesama kita dengan memakai uang kita
secara bertanggung jawab?
• Atau malah sebaliknya, apakah kita justru
memakai Allah dan manusia untuk
mengasihi uang, harta, Mamon di dalam
dunia ini?
Kita TIDAK dapat mengabdi kepada dua
tuan! Kepada siapakah kita akan
berkomitmen? 8
10. Bertindak
cerdikcerdikMempergunakan MamonMempergunakan Mamon
yang tidak jujur (8, 9)yang tidak jujur (8, 9) 10
Saya ada akal; apabila saya sudah
dipecat, saya harus mempunyai banyak
kawan yang mau menampung saya di
100 tempayan minyak menjadi 50
100 pikul gandum menjadi 80
11. . . . meskipun kecil, kita harus bersikap. . . meskipun kecil, kita harus bersikap
SETIA ketika menanganinya (10-12)SETIA ketika menanganinya (10-12) 11
12. Uang adalah hamba yg baik,Uang adalah hamba yg baik,
tetapi BUKAN majikan yg baiktetapi BUKAN majikan yg baik
12
14. MEMAKAI UANG SECARAMEMAKAI UANG SECARA
BERTANGGUNG JAWABBERTANGGUNG JAWAB
Injil Lukas 16:1-13Injil Lukas 16:1-13
Ev. Lukman ( 丘集銘丘集銘 傳導 )
Minggu, 18 September 2016
Editor's Notes
Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. 2 Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. 3 Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. 4 Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. 5 Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? 6 Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. 7 Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. 8 Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. 9 Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi." 10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. 11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? 12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? 13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan hidup yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi sepanjang masa hidupnya. Lima tingkatan yang dapat membedakan setiap manusia dari sisi kesejahteraan hidupnya, teori yang telah resmi di akui dalam dunia psikologi.
Kebutuhan tersebut berjenjang dari yang paling mendesak hingga yang akan muncul dengan sendirinya saat kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi. Setiap orang pasti akan melalui tingkatan-tingkatan itu, dan dengan serius berusaha untuk memenuhinya, namun hanya sedikit yang mampu mencapai tingkatan tertinggi dari piramida ini.
Lima tingkat kebutuhan dasar menurut teori Maslow adalah sebagai berikut (disusun dari yang paling rendah) :
1. Kebutuhan Fisiologis. Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan. Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan semacamnya.
3. Kebutuhan Sosial. Misalnya adalah : Memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan. Dalam kategori ini dibagi menjadi dua jenis, Eksternal dan Internal.
– Sub kategori eksternal meliputi : Pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
– Sedangkan sub kategori internal sudah lebih tinggi dari eskternal, pribadi tingkat ini tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi diri. Maslow melakukan sebuah studi kualitatif dengan metode analisis biografi guna mendapat gambaran jelas mengenai aktualisasi diri.
Dia menganalisis riwayat hidup, karya, dan tulisan sejumlah orang yang dipandangnya telah memenuhi kriteria sebagai pribadi yang beraktualisasi diri. Termasuk dalam daftar ini adalah Albert Einstein, Abraham Lincoln, William James, dan Eleanor Roosevelt. Berdasarkan hasil analisis tersebut, Maslow menyusun sejumlah kualifikasi yang mengindikasikan karakteristik pribadi-pribadi yang telah beraktualisasi:
1. Memusatkan diri pada realitas (reality-centered), yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat persoalan secara jernih, bebas dari bias.
2. Memusatkan diri pada masalah (problem-centered), yakni melihat persoalan hidup sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.
3. Spontanitas, menjalani kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri serta tidak berpura-pura.
4. Otonomi pribadi, memiliki rasa puas diri yang tinggi, cenderung menyukai kesendirian dan menikmati hubungan persahabatan dengan sedikit orang namun bersifat mendalam.
5. Penerimaan terhadap diri dan orang lain. Mereka memberi penilaian tinggi pada individualitas dan keunikan diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain orang-orang yang telah beraktualisasi diri lebih suka menerima anda apa adanya ketimbang berusaha mengubah anda.
6. Rasa humor yang ‘tidak agresif’ (unhostile). Mereka lebih suka membuat lelucon yang menertawakan diri sendiri atau kondisi manusia secara umum (ironi), ketimbang menjadikan orang lain sebagai bahan lawakan dan ejekan.
7. Kerendahatian dan menghargai orang lain (humility and respect)
8. Apresiasi yang segar (freshness of appreciation), yakni melihat sesuatu dengan sudut pandang yang orisinil, berbeda dari kebanyakan orang. Kualitas inilah yang membuat orang-orang yang telah beraktualisasi merupakan pribadi-pribadi yang kreatif dan mampu menciptakan sesuatu yang baru.
9. Memiliki pengalaman spiritual yang disebut Peak experience.
NB: Peak experience atau sering disebut juga pengalaman mistik adalah suatu kondisi saat seseorang (secara mental) merasa keluar dari dirinya sendiri, terbebas dari kungkungan tubuh kasarnya.
Pengalaman ini membuat kita merasa sangat kecil atau sangat besar, dan seolah-olah menyatu dengan semesta atau keabadian.
MAMON
Mamon (barangkali seakar dengan kata iman, aman, dan amin) artinya “apa yang diandalkan”. Istilah ini kemudian berkembang dan menunjuk pada “harta kekayaan”. Mamon di sini disebut “tidak jujur”, karena dipandang selalu menggoda manusia untuk menjadi hamba uang. Kalau sudah menjadi hamba uang, hati seseorang akan bercabang. Orang itu lalu kurang percaya pada Allah dan mengabdi Allah tidak dengan sepenuh hati.
Dalam perjalanan menuju Yerusalem, Yesus berkali-kali menegaskan pentingnya komitmen dari orang-orang yang bermaksud mengikuti Dia. Mereka dilarang berpamitan pada orang tua (9:61-62), harus “membenci” kaum kerabat (14:26), harus memikul salib (14:27), dan harus melepaskan diri dari segala miliknya (14:33). Dengan itu semua sebenarnya mau dikatakan bahwa para murid Yesus tidak boleh bersikap mendua hati. Orang-orang yang masih terikat dengan hal-hal duniawi (ikatan keluarga, harta benda, dan kepentingan diri sendiri) tidak akan bisa mengabdi Allah sepenuhnya. Padahal, saat kedatangan Allah sudah mendesak. Fokuslah pada Allah dan lepaskan segala ikatan duniawi!
Namun, mungkinkah komitmen semacam itu dapat diwujudkan? Dalam kenyataan, hidup di dunia itu tidak mudah. Banyak godaan menghampiri manusia sehingga dia tidak bisa mengabdi Allah dengan sepenuh hati. Salah satu godaan yang paling menarik datang dari Mamon atau harta kekayaan. Siapa yang tidak terpesona dengan hidup yang nyaman, serba ada, dan kelimpahan harta? Ada juga orang yang hidupnya “diabdikan” pada usaha untuk menumpuk uang dan harta benda. Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur mau menunjukkan kepada kita bahwa kalau mau, godaan maut si Mamon dapat saja kita atasi. Mamon bukan segalanya. Buktinya, lihat saja pengalaman seorang bendahara berikut ini.
Alkisah, ada seorang bendahara yang mungkin lebih cocok disebut sebagai “manajer” karena bertugas mengelola harta tuannya. Karena tugasnya itu, ia menangani juga urusan sewa-menyewa tanah milik tuannya (tuan dari bendahara ini agaknya digambarkan sebagai seorang tuan tanah). Melalui si bendahara, orang-orang yang menyewa tanah harus membayar ongkos sewa, biasanya dalam bentuk hasil bumi. Belakangan ketahuan bahwa bendahara itu suka “menghamburkan” kekayaan si tuan tanah. Tidak dijelaskan secara detail apa kesalahan si bendahara, yang jelas di situlah letak ketidakjujurannya. Akibatnya parah, si tuan tanah langsung memecat dia.
Tentu saja pemecatan itu menjadi musibah bagi bendahara ini. Mulailah ia berpikir-pikir, merancang strategi agar masa depannya tetap terjamin. Mula-mula di benaknya muncul dua pilihan: mau kerja keras (mencangkul) atau kerja enak (menjadi pengemis). Namun, dua-duanya bukan pilihan menarik baginya, sebab yang satu melelahkan, yang lain memalukan. Maka dia membuat keputusan yang besar dan cerdik: dia bermaksud meninggalkan Mamon.
Bendahara ini agaknya dulu boleh dikatakan sebagai hamba uang. Terhadap orang-orang yang berutang pada tuannya, ia menetapkan bunga yang tinggi demi keuntungan dirinya sendiri. Boleh diperkirakan bahwa sikap tamak itu juga menjadi penyebab pemecatan dirinya. Begitu dipecat, si bendahara segera memutuskan untuk tidak bergantung lagi pada Mamon, tapi pada persahabatan. Ia memanggil orang-orang yang berutang pada tuannya. Yang berutang 100 tempayan minyak diubahnya menjadi 50 tempayan, yang berutang 100 pikul gandum diubahnya menjadi 80 pikul. Pengurangan utang itu pastinya membuat orang-orang itu girang dan sangat berterima kasih kepada si bendahara. Suatu hari nanti kalau dia butuh tumpangan, mereka pasti akan memberikannya dengan senang hati. Oportunis, tapi cerdik!
Perlu dicatat bahwa tindakan bendahara mengurangi jumlah utang itu bukanlah suatu “penggelapan”. Harus dibaca bahwa orang-orang itu memang berutang masing-masing 50 tempayan minyak dan 80 pikul gandum. Bendahara yang gila uang itu dulu menggelembungkan utang mereka menjadi 100 tempayan minyak dan 100 pikul gandum demi keuntungan pribadi. Maka yang dilakukannya setelah tidak lagi menganggap Mamon sebagai sesuatu yang penting adalah menghapus “jatah” keuntungan baginya dan membuat orang-orang itu membayar utang mereka dalam jumlah yang semestinya.
Maka, bendahara yang dulu tidak jujur, sekarang sudah bertindak jujur. Bukan hanya bertobat, bendahara itu telah bersikap “cerdik” dan yang terakhir inilah yang membuat si tuan lalu memberikan pujian baginya (tapi mestinya tetap memecatnya). Bendahara itu sadar bahwa Mamon yang dulu diandalkannya sekarang tak bisa menolongnya lagi. Maka, ditinggalkannya Mamon itu untuk berpaling kepada yang lain, yang dapat menjamin hidupnya, dalam hal ini adalah ikatan persahabatan.
SETIA DALAM HAL KECIL
Selanjutnya, Lukas merumuskan kembali perumpamaan di atas, kali ini dalam bentuk pepatah: siapa saja yang setia dalam hal-hal kecil, ia setia juga dalam hal-hal besar. Yang disebut hal-hal kecil adalah hal-hal duniawi. Dalam konteks perumpamaan ini, yang dimaksud adalah uang atau harta kekayaan. Uang atau harta kekayaan harus disikapi dengan tepat. Kita tidak boleh memegangnya erat-erat, seolah-olah itu adalah segala-galanya bagi kita. Uang hanyalah hal kecil! Namun, meski kecil, kita harus bersikap “setia” ketika menanganinya. Konkretnya, kita tidak boleh bersikap korup, seperti contoh tindakan bendahara itu di masa lalu.
Kalau dalam hal-hal kecil – seperti mengurus harta benda – saja kita tidak setia, apalagi dalam hal-hal besar (yaitu hal-hal rohani)? Pasti kita lebih tidak setia lagi! Sebaliknya, kalau kita dapat menangani harta benda dengan tepat dan bijak, siapa tahu kepada kita dipercayakan harta yang lebih besar lagi, yaitu harta surgawi.
AMANAT
Demikian, menjadi jelas bahwa perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur disampaikan dalam rangka mengajak para murid Yesus untuk fokus pada satu hal, yaitu pengabdian pada Allah dengan segenap jiwa dan raga. Pengabdian para murid tidak boleh fifty-fifty: setengah pada Tuhan, setengah pada harta. Sebaliknya, para murid hendaknya tahu menentukan prioritas, yaitu menomorsatukan Allah. Bagaimana dengan harta kekayaan? Si Mamon itu tidak pada tempatnya menjadi sosok yang disembah-sembah; dikejar-kejar setengah mati; dan kalau sudah didapat, dipegang erat-erat. Letakkan posisi Mamon dengan tepat, yaitu sebagai sarana.
Perumpamaan yang dikisahkan Yesus ini boleh dilihat juga sebagai kritik bagi kita, manusia zaman ini, yang sedikit banyak lebih mementingkan uang dan harta di atas segalanya. Pengabdian kita kepada Tuhan bukan hanya setengah-setengah, malah bagi-Nya kita menerapkan “jatah” satu banding enam. Satu untuk Tuhan (hari Minggu, itu pun artinya pergi ke gereja satu jam), enam hari yang lain kita pakai untuk mencari uang sebanyak-banyaknya.
Bumi bergerak cepat, kebutuhan hidup semakin mendesak, dan karenanya kita memang butuh banyak uang. Dan, jangan salah sangka, penginjil Lukas tidak menganggap uang sebagai barang “najis” yang harus dihindari. Lukas sebenarnya berpendapat bahwa uang dan harta hendaknya disikapi dengan tepat. Menurutnya, baiklah kita bekerja keras mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan kita, tapi dengan tetap menyadari bahwa uang bukanlah segalanya. Alih-alih terikat pada Mamon, hendaknya Mamon itu kita “peralat”, kita jadikan sarana untuk kebaikan bersama. Berbagilah, sehingga uang dan kekayaan yang kita miliki dapat turut mengangkat kesejahteraan masyarakat di sekitar kita.
Perumpamaan ini TIDAK bermaksud mengajarkan kita untuk menghalalkan segala cara demi keselamatan diri kita.
Bendahara ini mendapat pujian dari tuannya, karena berlaku cerdik, dengan mengorbankan komisi/keuntungannya sendiri, sehingga dapat mengurangi hutang orang lain, reputasi tuannya tetap baik, dan modal tuannya dikembalikan.
Uang, harta, kekayaan (Mamon) adalah perkara-perkara kecil; perkara yg besar adalah kita boleh “diterima di dalam kemah abadi” (ay. 9).
Bagaimana sikap kita terhadap harta benda yg telah dititipkan-Nya? Sudahkah kita memakainya secara bertanggung jawab?