SlideShare a Scribd company logo
Madu dan Darah
Madura, engkaulah darahku. Pulau kecil yang dikelilingi lautan itu
merupakan mutiara yang terpendam. Madura kaya akan obyek wisata berupa
pemandangan alam yang menarik dan mengagumkan. Selain itu Madura juga
kaya akan kebudayaan dan kesenian yang unik. Namun hanya sebagian orang saja
yang mengatakan demikian.
Mendengar kata “Madura”, maka yang terbayang adalah sebuah pulau
yang gersang dan kering di ujung timur pulau Jawa. Terlintas dibenak kita sebuah
celurit, kerapan sapi, dan adat yang keras seperti carok. Selain itu kata Madura
juga akrab dengan makanan khasnya yaitu sate dan soto. Begitulah, gambaran
umum orang lain yang tidak pernah mengunjungi pulau ini.
Kebudayaan Madura menghadapi tantangan dahsyat dewasa ini.
Tantangan paling utama adalah bagaimana menghapus anggapan-anggapan
buruk yang sudah terlanjur lengket dibenak orang tentang masyarakat Madura
yang identik dengan sikap keras. Padahal tidak ada bukti konkret yang dapat
menjelaskan secara gamblang bagaimana sebenarnya watak orang Madura.
Banyak hal yang mempengaruhi pandangan orang tentang masyarakat Madura.
Pertama karena Madura terkenal dengan “Carok”. Carok dan celurit laksana
dua sisi mata uang. Satu sama lain tak dapat dipisahkan. Senjata celurit mulai
muncul pada zaman legenda Pak Sakera. Mandor tebu ini hampir tak pernah
meninggalkan celurit setiap pergi ke kebun untuk mengawasi para pekerja.
Munculnya budaya carok di pulau Madura bermula pada zaman penjajahan
Belanda, yaitu pada abad ke-18 M. Karena provokasi Belanda itulah, golongan
bawah seringkali melakukan carok pada masa itu. Setelah pak Sakera tertangkap
dan dihukum gantung , orang- orang bawah mulai berani melakukan perlawanan
dengan senjata celurit. Carok sebenarnya berasal dari kebiasaan yang disalah
tafsirkan oleh orang-orang sebagai budaya Madura. Carok dipicu oleh
permasalahan yang bersangkutan dengan “harga diri”, “masalah harta terutama
tanah”, dan “istri”. Jika ada salah satu dari ketiga hal ini dialami oleh orang
Madura “kuno”, maka meletuslah carok. Seperti pepatah orang Madura yang
menyatakan “ Oreng lake’ mate acarok,oreng bine’ mate arembi’ “ yang berarti,
laki-laki mati karena carok, perempuan mati karena melahirkan.
Carok pada dasarnya berkelahi menggunakan senjata tradisional Madura
yaitu ”celurit”. Celurit ini merupakan senjata yang setia. Kedua orang saling
bersaing untuk saling melukai, dan pada saat ada yang terluka maka selesailah
carok tersebut. Mereka tidak melanjutkan carok saat ada yang terluka. Namun
sebagian besar orang yang terluka karena carok akan mati.Bagi orang Madura,
kehormatan adalah masalah prinsip yang tidak dapat ditawar lagi. Harga diri atau
martabat adalah nilai yang sangat mendasar dalam masyarakat Madura. Bagi
mereka lebih baik mati daripada harus menanggung malu, maka berlakulah
ungkapan yang menyatakan “angoan potena tolang etembeng potena mata”.
Selain itu, karena Madura merupakan daerah yang panas dengan alam
yang gersang dan kering sehingga menyebabkan orang-orang Madura
mempunyai type pekerja keras, sederhana, dan tidak menyia-nyiakan kesempatan.
Hal ini menyebabkan orang-orang Madura marah ketika ada sumberdaya alam
yang terbuang percuma dan mereka sungguh sangat menyesal ketika tidak dapat
memanfaatkan kesempatan yang ada dengan baik.
Namun, pada saat ini carok sudah jarang dan bahkan sudah tidak
diketemukan lagi di Madura, sehingga sudah tidak benar apabila masyarakat
Madura masih diidentikkan atau terkenal dengan caroknya. “ Saya tidak setuju,
kalau masyarakat Madura ini dikenal sebagai masyarakat yang keras oleh orang
yang tinggal diluar Madura. Karena tidak akan ada asap jika tidak ada api, artinya
orang Madura tidak akan menjadi keras bila tidak ada penyebabnya. Orang
Madura juga akan memperlakukan orang lain dengan baik asalkan mereka dapat
menghargainya. Dan saat ini carok sudah jarang diketemukan lagi, hanya orang-
orang yang berada di pedesaan yang tidak memiliki pendidikan saja yang masih
melakukan carok untuk mengakhiri permasalahannya.” tutur seorang guru senior
Budaya Madura di SMAN 1 Sumenep.
Kekerasan seakan-akan menjadi atribut yang melekat dalam jati diri
masyarakat Madura. Banyak orang mencitrakan masyarakat dan kebudayaan
Madura dengan sikap serba sangar, mudah menggunakan senjata dalam
penyelesaian masalahnya, pendendam dan tidak mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Namun, dibalik kesan sikapnya yang keras, pulau Madura
terkenal sangat menjunjung tinggi kehormatan dan agama. Dalam hal
penghormatan, orang Madura tidak mau diremehkan maupun meremehkan
orang. Sifat demikian dapat diungkapkan dalam ungkapan “Madu dan Darah”,
yang berarti bila orang Madura diperlakukan secara baik, sopan dan
penghormatan, maka balasannya adalah kebaikan pula. Sebaliknya, bila
diperlakukan secara sewenang-wenang dan tidak adil, maka balasannya jauh lebih
berat bahkan dapat menimbulkan pertumpahan darah.
Bagi orang Madura, agama Islam seakan sudah menjadi bagian tak
terpisahkan dari jati dirinya. Dan hebatnya lagi, orang Madura sangat terbuka dan
menghargai perbedaan identitas keagamaan. Perbedaan agama tidak menjadi
penghalang bagi masyarakat Madura untuk tetap menjalin kerja sama ataupun
bersilaturrahmi dengan orang lain. Hingga tidak pernah terjadi kerusuhan
ataupun pertengkaran antar agama di Madura. Seperti pembakaran tempat-
tempat ibadah atau yang lainnya.
Orang yang pernah tinggal di Pulau Madura ini akan lebih menerima bila
anggapan yang dimaksud keras menjurus dalam konteks pekerja keras. Namun,
ini bukan hanya rekayasa semata, ini merupakan kenyataan yang sebenarnya
bahwasannya orang Madura memiliki etos kerja yang tinggi. Orang Madura
memiliki semangat yang menggebu-gebu pula dalam urusan bekerja. Hingga
banyak masyarakat asli Madura yang rela meninggalkan kota kelahirannya dan
sanak family hanya untuk menghidupi keluarganya. Itu juga merupakan bukti
bahwa orang Madura memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi pula. Tak heran
bila masyarakat Madura banyak kita temui di pulau-pulau besar lainnya di
Indonesia hingga di luar negeri sekalipun.
Orang Madura memiliki prinsip “Kar-karkar colpek ajem”. Maksudnya,
karakter seperti ayam yang mencakar-cakar rezeki sedikit demi sedikit dan bila
dikumpulkan akan menjadi banyak. Prinsip tersebut memang dipegang teguh oleh
masyarakat Madura sebagai dorongan untuk tetap bekerja keras. Hingga ada
kecenderungan orang Madura sukses di perantauan, karena adanya desakan dari
lingkungan internal untuk selalu berhasil. Orang-orang Madura ditanah rantau
adalah saksi hidup dari semangat itu. Mereka berani melakukan pekerjaan apapu
demi kehidupannya.
Pada umumnya, masyarakat Madura di perantauan akan tetap menjunjung
tinggi kebudayaan yang dimilikinya. Seperti menggunakan bahasa Madura dalam
berkomunikasi dengan perantau-perantau lain yang juga berasal dari Madura.
Hingga bahasa Madura ini dapat dikenal oleh masyarakat di seluruh Indonesia.
Tak heran lagi bila saat ini bahasa Madura berada diperingkat ke 3 diantara
bahasa-bahasa daerah lain yang ada di Indonesia. Jadi, untuk mengubah
anggapan-angapan buruk tentang Pulau ini, orang Madura harus mampu
melawan kebodohan dan ketertinggalan. Saya bangga menjadi orang Madura.
Madura engkaulah inspirasiku.
By: Aprilia Rasidah
XI IIA-1/02

More Related Content

Featured

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot
Marius Sescu
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPT
Expeed Software
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Pixeldarts
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
ThinkNow
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
marketingartwork
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
Skeleton Technologies
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
Neil Kimberley
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Kurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
SpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Lily Ray
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
Rajiv Jayarajah, MAppComm, ACC
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
Christy Abraham Joy
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
Vit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
MindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
RachelPearson36
 

Featured (20)

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPT
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 

Madu dan darah

  • 1. Madu dan Darah Madura, engkaulah darahku. Pulau kecil yang dikelilingi lautan itu merupakan mutiara yang terpendam. Madura kaya akan obyek wisata berupa pemandangan alam yang menarik dan mengagumkan. Selain itu Madura juga kaya akan kebudayaan dan kesenian yang unik. Namun hanya sebagian orang saja yang mengatakan demikian. Mendengar kata “Madura”, maka yang terbayang adalah sebuah pulau yang gersang dan kering di ujung timur pulau Jawa. Terlintas dibenak kita sebuah celurit, kerapan sapi, dan adat yang keras seperti carok. Selain itu kata Madura juga akrab dengan makanan khasnya yaitu sate dan soto. Begitulah, gambaran umum orang lain yang tidak pernah mengunjungi pulau ini. Kebudayaan Madura menghadapi tantangan dahsyat dewasa ini. Tantangan paling utama adalah bagaimana menghapus anggapan-anggapan buruk yang sudah terlanjur lengket dibenak orang tentang masyarakat Madura yang identik dengan sikap keras. Padahal tidak ada bukti konkret yang dapat menjelaskan secara gamblang bagaimana sebenarnya watak orang Madura. Banyak hal yang mempengaruhi pandangan orang tentang masyarakat Madura. Pertama karena Madura terkenal dengan “Carok”. Carok dan celurit laksana dua sisi mata uang. Satu sama lain tak dapat dipisahkan. Senjata celurit mulai muncul pada zaman legenda Pak Sakera. Mandor tebu ini hampir tak pernah meninggalkan celurit setiap pergi ke kebun untuk mengawasi para pekerja. Munculnya budaya carok di pulau Madura bermula pada zaman penjajahan Belanda, yaitu pada abad ke-18 M. Karena provokasi Belanda itulah, golongan bawah seringkali melakukan carok pada masa itu. Setelah pak Sakera tertangkap dan dihukum gantung , orang- orang bawah mulai berani melakukan perlawanan dengan senjata celurit. Carok sebenarnya berasal dari kebiasaan yang disalah tafsirkan oleh orang-orang sebagai budaya Madura. Carok dipicu oleh permasalahan yang bersangkutan dengan “harga diri”, “masalah harta terutama
  • 2. tanah”, dan “istri”. Jika ada salah satu dari ketiga hal ini dialami oleh orang Madura “kuno”, maka meletuslah carok. Seperti pepatah orang Madura yang menyatakan “ Oreng lake’ mate acarok,oreng bine’ mate arembi’ “ yang berarti, laki-laki mati karena carok, perempuan mati karena melahirkan. Carok pada dasarnya berkelahi menggunakan senjata tradisional Madura yaitu ”celurit”. Celurit ini merupakan senjata yang setia. Kedua orang saling bersaing untuk saling melukai, dan pada saat ada yang terluka maka selesailah carok tersebut. Mereka tidak melanjutkan carok saat ada yang terluka. Namun sebagian besar orang yang terluka karena carok akan mati.Bagi orang Madura, kehormatan adalah masalah prinsip yang tidak dapat ditawar lagi. Harga diri atau martabat adalah nilai yang sangat mendasar dalam masyarakat Madura. Bagi mereka lebih baik mati daripada harus menanggung malu, maka berlakulah ungkapan yang menyatakan “angoan potena tolang etembeng potena mata”. Selain itu, karena Madura merupakan daerah yang panas dengan alam yang gersang dan kering sehingga menyebabkan orang-orang Madura mempunyai type pekerja keras, sederhana, dan tidak menyia-nyiakan kesempatan. Hal ini menyebabkan orang-orang Madura marah ketika ada sumberdaya alam yang terbuang percuma dan mereka sungguh sangat menyesal ketika tidak dapat memanfaatkan kesempatan yang ada dengan baik. Namun, pada saat ini carok sudah jarang dan bahkan sudah tidak diketemukan lagi di Madura, sehingga sudah tidak benar apabila masyarakat Madura masih diidentikkan atau terkenal dengan caroknya. “ Saya tidak setuju, kalau masyarakat Madura ini dikenal sebagai masyarakat yang keras oleh orang yang tinggal diluar Madura. Karena tidak akan ada asap jika tidak ada api, artinya orang Madura tidak akan menjadi keras bila tidak ada penyebabnya. Orang Madura juga akan memperlakukan orang lain dengan baik asalkan mereka dapat menghargainya. Dan saat ini carok sudah jarang diketemukan lagi, hanya orang- orang yang berada di pedesaan yang tidak memiliki pendidikan saja yang masih melakukan carok untuk mengakhiri permasalahannya.” tutur seorang guru senior Budaya Madura di SMAN 1 Sumenep. Kekerasan seakan-akan menjadi atribut yang melekat dalam jati diri masyarakat Madura. Banyak orang mencitrakan masyarakat dan kebudayaan
  • 3. Madura dengan sikap serba sangar, mudah menggunakan senjata dalam penyelesaian masalahnya, pendendam dan tidak mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Namun, dibalik kesan sikapnya yang keras, pulau Madura terkenal sangat menjunjung tinggi kehormatan dan agama. Dalam hal penghormatan, orang Madura tidak mau diremehkan maupun meremehkan orang. Sifat demikian dapat diungkapkan dalam ungkapan “Madu dan Darah”, yang berarti bila orang Madura diperlakukan secara baik, sopan dan penghormatan, maka balasannya adalah kebaikan pula. Sebaliknya, bila diperlakukan secara sewenang-wenang dan tidak adil, maka balasannya jauh lebih berat bahkan dapat menimbulkan pertumpahan darah. Bagi orang Madura, agama Islam seakan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari jati dirinya. Dan hebatnya lagi, orang Madura sangat terbuka dan menghargai perbedaan identitas keagamaan. Perbedaan agama tidak menjadi penghalang bagi masyarakat Madura untuk tetap menjalin kerja sama ataupun bersilaturrahmi dengan orang lain. Hingga tidak pernah terjadi kerusuhan ataupun pertengkaran antar agama di Madura. Seperti pembakaran tempat- tempat ibadah atau yang lainnya. Orang yang pernah tinggal di Pulau Madura ini akan lebih menerima bila anggapan yang dimaksud keras menjurus dalam konteks pekerja keras. Namun, ini bukan hanya rekayasa semata, ini merupakan kenyataan yang sebenarnya bahwasannya orang Madura memiliki etos kerja yang tinggi. Orang Madura memiliki semangat yang menggebu-gebu pula dalam urusan bekerja. Hingga banyak masyarakat asli Madura yang rela meninggalkan kota kelahirannya dan sanak family hanya untuk menghidupi keluarganya. Itu juga merupakan bukti bahwa orang Madura memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi pula. Tak heran bila masyarakat Madura banyak kita temui di pulau-pulau besar lainnya di Indonesia hingga di luar negeri sekalipun. Orang Madura memiliki prinsip “Kar-karkar colpek ajem”. Maksudnya, karakter seperti ayam yang mencakar-cakar rezeki sedikit demi sedikit dan bila dikumpulkan akan menjadi banyak. Prinsip tersebut memang dipegang teguh oleh masyarakat Madura sebagai dorongan untuk tetap bekerja keras. Hingga ada kecenderungan orang Madura sukses di perantauan, karena adanya desakan dari lingkungan internal untuk selalu berhasil. Orang-orang Madura ditanah rantau
  • 4. adalah saksi hidup dari semangat itu. Mereka berani melakukan pekerjaan apapu demi kehidupannya. Pada umumnya, masyarakat Madura di perantauan akan tetap menjunjung tinggi kebudayaan yang dimilikinya. Seperti menggunakan bahasa Madura dalam berkomunikasi dengan perantau-perantau lain yang juga berasal dari Madura. Hingga bahasa Madura ini dapat dikenal oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Tak heran lagi bila saat ini bahasa Madura berada diperingkat ke 3 diantara bahasa-bahasa daerah lain yang ada di Indonesia. Jadi, untuk mengubah anggapan-angapan buruk tentang Pulau ini, orang Madura harus mampu melawan kebodohan dan ketertinggalan. Saya bangga menjadi orang Madura. Madura engkaulah inspirasiku. By: Aprilia Rasidah XI IIA-1/02