Seorang tukang kayu tua berniat pensiun dari pekerjaannya membangun rumah agar dapat menikmati masa tuanya bersama keluarga. Kontraktornya memintanya membangun satu rumah lagi sebagai hadiah perpisahan. Namun, karena hatinya sudah tidak lagi ada pada pekerjaan, tukang kayu itu membangun rumah tersebut dengan asal-asalan. Ternyata rumah itu diberikan kepadanya sebagai hadiah, sehingga dia mer
Yohanes 14:27Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Yohanes 14:27Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Hayy sobat, kali ini saya mau berbagi cerita inspirasi dari seekor katak kecil yang tidak menyerah demi menggapai tujuan dan cita-citanya.. b
Belajarlah seperti katak kecil ini ya sobat...
by Rudi Rahmatulloh
Ungkapan ”Boys will always be boys” terkesan amat mendiskriminasi pria. Kerap kali pria dinilai nggak pernah menjadi dewasa lantaran sikapnya yang kenakak-kanakan.
Padahal, buat seseorang bisa membuktikan bahwa kita sebagai laki-laki telah tumbuh jadi sosok dewasa secara pemikiran dan sikap. Setidaknya dalam 5 tanda berikut ini.
Menjadi diri sendiri mungkin selama ini dimaknai sebagai menerima diri sendiri apa adanya tanpa mau mendengar kritik dan saran dari orang lain. Menerima diri sendiri dengan cara seperti ini hampir sama seperti mencintai seseorang secara buta. Mencintai diri sendiri itu berarti kita menerima diri kita yang sekarang dengan segala kelebihan dan kekurangannya, kemudian tetap berusaha untuk meningkatkan kualitas.
Ibadah dan bekerja itu sangat erat kaitannya. Ia tidak bisa dipisahkan dengan mutlak. Karena bekerja bisa menjadi bagian dari ibadah. Dengan bekerja, kebutuhan keluarga bisa terpenuhi dan tidak membebani orang lain. Namun, bila bekerja hanya bekerja untuk menumpuk harta, untuk membanggakan diri, dan untuk sebatas mencari kesenangan duniawi, maka hal inilah yang tidak diperbolehkan.
Tujuan hidup kita di dunia ini sebagai muslim telah digariskan oleh Allah Rabbul ‘Izzah yang menciptakan kita. Allah ta’ala berfirman:
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.s. al-Dzariyat: 56)
Ya mengabdikan diri kita hanya kepada dan untuk Allah semata. Oleh sebab itulah, demi memelihara hak dan kewajiban kita dalam menghadirkan Allah ta’ala dengan segenap perangkat nilai tatanan ilahiah dalam tiap jejak kehidupan kita, maka mau tidak mau maka dalam setiap aktifitas dan profesi hidup kita, selalu menghadirkan spirit ibadah kepada Allah. Bagaimana caranya? Yaitu dengan mentaati dan mematuhi setiap aturan syariat Allah dalam segala bentuk pekerjaan dunia kita.
Ada setidaknya beberapa prinsip agar pekerjaan dunia kita bernilai ibadah di sisi Allah ta’ala, hingga tidak sia-sia begitu saja. Berikut ini hal-hal tersebut.
Hayy sobat, kali ini saya mau berbagi cerita inspirasi dari seekor katak kecil yang tidak menyerah demi menggapai tujuan dan cita-citanya.. b
Belajarlah seperti katak kecil ini ya sobat...
by Rudi Rahmatulloh
Ungkapan ”Boys will always be boys” terkesan amat mendiskriminasi pria. Kerap kali pria dinilai nggak pernah menjadi dewasa lantaran sikapnya yang kenakak-kanakan.
Padahal, buat seseorang bisa membuktikan bahwa kita sebagai laki-laki telah tumbuh jadi sosok dewasa secara pemikiran dan sikap. Setidaknya dalam 5 tanda berikut ini.
Menjadi diri sendiri mungkin selama ini dimaknai sebagai menerima diri sendiri apa adanya tanpa mau mendengar kritik dan saran dari orang lain. Menerima diri sendiri dengan cara seperti ini hampir sama seperti mencintai seseorang secara buta. Mencintai diri sendiri itu berarti kita menerima diri kita yang sekarang dengan segala kelebihan dan kekurangannya, kemudian tetap berusaha untuk meningkatkan kualitas.
Ibadah dan bekerja itu sangat erat kaitannya. Ia tidak bisa dipisahkan dengan mutlak. Karena bekerja bisa menjadi bagian dari ibadah. Dengan bekerja, kebutuhan keluarga bisa terpenuhi dan tidak membebani orang lain. Namun, bila bekerja hanya bekerja untuk menumpuk harta, untuk membanggakan diri, dan untuk sebatas mencari kesenangan duniawi, maka hal inilah yang tidak diperbolehkan.
Tujuan hidup kita di dunia ini sebagai muslim telah digariskan oleh Allah Rabbul ‘Izzah yang menciptakan kita. Allah ta’ala berfirman:
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.s. al-Dzariyat: 56)
Ya mengabdikan diri kita hanya kepada dan untuk Allah semata. Oleh sebab itulah, demi memelihara hak dan kewajiban kita dalam menghadirkan Allah ta’ala dengan segenap perangkat nilai tatanan ilahiah dalam tiap jejak kehidupan kita, maka mau tidak mau maka dalam setiap aktifitas dan profesi hidup kita, selalu menghadirkan spirit ibadah kepada Allah. Bagaimana caranya? Yaitu dengan mentaati dan mematuhi setiap aturan syariat Allah dalam segala bentuk pekerjaan dunia kita.
Ada setidaknya beberapa prinsip agar pekerjaan dunia kita bernilai ibadah di sisi Allah ta’ala, hingga tidak sia-sia begitu saja. Berikut ini hal-hal tersebut.
2. Seorang tukang kayu tua
sudah siap untuk pensiun.
Dia memberitahukan
rencananya pada kontraktor
majikannya. Dia telah
bertekad mengundurkan diri
dari pekerjaannya sebagai
pembangun rumah agar dapat
menikmati hari tuanya dengan
lebih menyenangkan, bersama
isteri dan keluarga besarnya.
Memang dia sepenuhnya
sadar bahwa dia akan
kehilangan penghasilannya,
tetapi dia sudah lelah, dia
perlu istirahat.
3. Sang kontraktor sangat
menyayangkan kepergian
karyawannya yang baik ini,
tetapi tidak berhasil
membujuk agar orang tua
ini tetap bekerja padanya.
Akhirnya sang
kontraktor meminta agar
dia bersedia
membangunkan sebuah
rumah lagi sebagai perekat
hubungan baik yang sudah
terjalin demikian lama.
4. Tukang kayu itu
dengan berat hati
terpaksa
menyanggupinya, tetapi
nampak jelas bahwa
hatinya tidak lagi ada
pada tugasnya, dia
mengerjakannya dengan
asal jadi saja dan bahkan
bahan yang
digunakannyapun
bermutu sangat rendah.
Itu adalah cara yang
kurang baik dalam
mengakhiri karirnya.
5. Ketika tukang kayu itu
telah menyelesaikan
tugasnya dan kontraktor
atasannya telah
memeriksa rumah itu,
diserahkannya kunci
rumah kepada orang tua
itu dan berkata: “Rumah
ini milikmu, ini sebagai
hadiah dan tanda terima
kasihku padamu!”
6. Dia terperanjat!
Sungguh memalukan!
Kalau saja dia tahu
bahwa dia sedang
membangun
rumahnya sendiri,
tentu dia akan
mengerjakannya
dengan cara yang
sangat berbeda.
Sekarang dia terpaksa
tinggal bersama
keluarga dalam rumah
bermutu rendah yang
dibangun asal jadi.
7. Demikian pula dengan kita, kitapun membangun
kehidupan kita dengan asal jadi, lebih banyak
berreaksi negatif dari pada bertindak benar, selalu
melakukan sesuatu bukan dengan cara yang
terbaik. Dalam hal yang penting sekalipun kita
tidak melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
Kemudian dengan terkejut kita terpaksa
menghadapi situasi yang kita ciptakan sendiri, dan
baru menyadari bahwa sekarang kita tinggal di
dalam rumah yang tidak kita bangun dengan baik,
kalau saja kita menyadarinya dari dahulu, kita pasti
akan bertindak dengan cara yang sangat berbeda.
8. Sekarang anggaplah diri anda sebagai tukang
kayu, pikirkan rumah anda, setiap kali anda
menancapkan paku, memasang papan atau
mendirikan tembok, bangunlah dengan bijak. Ini
adalah satu-satunya kehidupan yang sedang
anda bangun, kalaupun hanya tersisa satu hari
saja lagi untuk anda jalani, seharusnya hari itu
anda jalani dengan penuh syukur dan dengan
perasaan bahagia.
Kehidupan anda hari ini merupakan hasil dari
sikap dan pilihan anda di masa lalu. Kehidupan
anda esok hari merupakan hasil dari sikap dan
pilihan yang anda buat hari ini.