SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Khadijah binti Khuwailid
Khadijah binti Khuwailid (bahasa Arab: ‫خ‬َ‫د‬ِ‫ي‬ ‫ج‬َ‫ة‬ ‫ِب‬َِْ ‫ُب‬‫ج‬َ‫َي‬‫خ‬‫ج‬ )
merupakan istri pertama Nabi Muhammad, dan merupakan satu-satunya istrinya
yang tidak ia poligami. Sebelum menikahi Muhammad, Khadijah telah berhasil
membangun bisnisnya sendiri dan menjadi wanita sukses. Dia disebut-sebut
memiliki separuh dari keseluruhan kafilah-kafilah dagang yang berasal
dari Quraisy.[1]
Dan Muhammad adalah salah satu yang bekerja sebagai
pegawainya.[2]
Pada suatu hari, Khadijah mengirim sahabatnya yaitu Nafisah untuk bertanya ke
Muhammad yang saat itu belum menjadi Nabi apakah ia punya rencana untuk
menikah.[3]
Muhammad menjawabnya dengan ragu dikarenakan ia tidak punya uang
untuk menghidupi seorang istri. Maka Nafisah pun menanyakan apakah ia mau
dengan perempuan yang mampu menunjang ekonominya sendiri.[4]
Maka
Muhammad pun setuju untuk bertemu Khadijah, dan mereka menikah tidak lama
berselang.[5]
Selama 25 tahun sampai akhir hayatnya, Khadijah hidup bersama Muhammad.
Pada bulan yang sama pasca kematian Khadijah, Muhammad
menikahi Saudah,[6][7]
dan mulai berpoligami dengan kemudian
menikahi Aisyah,[8][9]
yang lalu dilanjutkan dengan perempuan-perempuan lain yang ia
nikahi, hingga wafatnya ia di usia 63 tahun.[10][11]
Silsilah Keluarga[sunting | sunting sumber]
SUKU QURAISY
Qushay
(400 M)
Abdu 'Uzza
Abdu Manāf
(430 M)
Abdu Dār
Asad
Hasyim
(464 M)
Khuwailid
Abdul Muthalib
(497 M)
Awwam
KHADIJAH
(555 M)
Abdullāh
(545 M)
MUHAMMAD
(24 Maret 575 M / 12 Rabi'ul Awwal 48 SH)
Kelahiran & kehidupan keluarga[sunting | sunting sumber]
Khadijah berasal dari golongan pembesar Mekkah. Menikah dengan Nabi
Muhammad, ketika berumur 40 tahun, manakala Nabi Muhammad berumur 25
tahun. Ada yang mengatakan usianya saat itu tidak sampai 40 tahun, hanya sedikit
lebih tua dari Nabi Muhammad. Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal.
Khadijah bisa hidup mewah dengan hartanya sendiri. Meskipun memiliki kekayaan
melimpah, Khadijah merasa kesepian hidup menyendiri tanpa suami, karena suami
pertama dan keduanya telah meninggal. Beberapa sumber menyangkal bahwa
Khadijah pernah menikah sebelum bertemu Nabi Muhammad. Khadijah dikenal
sebagai wanita suci di zamannya tatkala di antara lingkungannya sudah kotor. Dia,
Khadijah r.ha betul-betul pilihan Tuhan yang dipersiapkan untuk menjadi istri Nabi
Muhammad.[12]
Pada suatu hari, saat pagi buta, dengan penuh kegembiraan ia pergi ke rumah
sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal. Ia‫ب‬berkata,‫“ب‬Tadi‫ب‬malam‫ب‬aku‫ب‬bermimpi‫ب‬sangat‫ب‬
menakjubkan. Aku melihat matahari berputar-putar di atas kota Mekkah, lalu turun
ke arah bumi. Ia semakin mendekat dan semakin mendekat. Aku terus
memperhatikannya untuk melihat ke mana ia turun. Ternyata ia turun dan memasuki
rumahku. Cahayanya yang sangat agung itu membuatku tertegun. Lalu aku
terbangun‫ب‬dari‫ب‬tidurku".‫ب‬Waraqah‫ب‬mengatakan,‫“ب‬Aku‫ب‬sampaikan‫ب‬berita‫ب‬gembira‫ب‬
kepadamu, bahwa seorang lelaki agung dan mulia akan datang meminangmu. Ia
memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran yang semakin hari semakin
meningkat". Tak lama kemudian Khadijah ditakdirkan menjadi isteri Nabi
Muhammad.
Pernikahannya[sunting | sunting sumber]
Khadijah pulang ke rumahnya dengan perasaan yang luar biasa gembiranya. Belum
pernah ia merasakan kegembiraan sedemikian hebat. Maka sejak itulah Khadijah
senantiasa bersikap menunggu dari manakah gerangan kelak munculnya sang
pemimpin itu. Lamaran dari Khadijah kepada Rasulullah s.a.w . Muhammad Al-Amiin
muncul‫ب‬di‫ب‬rumah‫ب‬Khadijah.‫ب‬Wanita‫ب‬usahawan‫ب‬itu‫ب‬Khadijah‫ب‬r.a.‫ب‬berkata:‫“ب‬Hai‫ب‬Al-Amiin,
katakanlah‫ب‬apa‫ب‬keperluanmu!”‫(ب‬Suaranya‫ب‬ramah,‫ب‬bernada‫ب‬dermawan.‫ب‬Dengan‫ب‬sikap‫ب‬
merendahkan diri tetapi tahu harga dirinya)
Muhammad SAW berbicara lurus, terus terang, meskipun agak malu-malu tetapi
pasti.‫ب‬Muhammad‫ب‬SAW:‫“ب‬Kami‫ب‬sekeluarga‫ب‬memerlukan‫ب‬nafkah‫ب‬dari‫ب‬bagianku‫ب‬dalam‫ب‬
rombongan niaga. Keluarga kami amat memerlukannya untuk mencarikan jodoh
bagi‫ب‬anak‫ب‬saudaranya‫ب‬yang‫ب‬yatim‫ب‬piatu”‫(ب‬Kepalanya‫ب‬tertunduk,‫ب‬dan‫ب‬wanita‫ب‬hartawan‫ب‬
itu memandangnya dengan penuh ketakjuban). Khadijah: Oh, itukah…. Muhammad,
upah itu sedikit, tidak menghasilkan apa-apa bagimu untuk menutupi keperluan yang
engkau maksudkan. Tetapi biarlah, nanti saya sendiri yang mencarikan calon isteri
bagimu. (Ia berhenti sejenak, meneliti). Kemudian meneruskan dengan tekanan
suara memikat dan mengandung isyarat . Khadijah r.a: Aku hendak
mengawinkanmu dengan seorang wanita bangsawan Arab. Orangnya baik, kaya,
diinginkan oleh banyak raja-raja dan pembesar-pembesar Arab dan asing, tetapi
ditolaknya.
Kepadanyalah aku hendak membawamu. khadijah (Khadijah tertunduk lalu
melanjutkan): Tetapi sayang, ada aibnya…! Dia dahulu sudah pernah bersuami.
Kalau engkau mau, maka dia akan menjadi pengkhidmat dan pengabdi kepadamu.
Pemuda Al-Amiin tidak menjawab. Mereka sama-sama terdiam, sama-sama terpaku
dalam pemikirannya masing-masing. Yang satu memerlukan jawaban, yang lainnya
tak tahu apa yang mau dijawab. Khadijah r.a tak dapat mengetahui apa yang
terpendam di hati pemuda Bani Hasyim itu, pemuda yang terkenal dengan gelaran
Al-Amiin (jujur). Pemuda Al-Amiin itupun mungkin belum mengetahui siapa kira-kira
calon yang dimaksud oleh Khadijah r.a. Rasulullah SAW minta izin untuk pulang
tanpa sesuatu keputusan yang ditinggalkan.
Ia menceritakan kepada Pamannya. Pemuda al-Amin berkata: Aku merasa amat
tersinggung oleh kata-kata Khadijah. Seolah-olah dia memandang enteng dengan
ucapannya ini dan itu “anu dan anu…. Ia mengulangi apa yang dikatakan oleh
perempuan‫ب‬kaya‫ب‬itu.‫‘ب‬Atiqah‫ب‬juga‫ب‬marah‫ب‬mendengar berita itu. Dia seorang
perempuan yang cepat naik darah kalau pihak yang dinilainya menyinggung
kehormatan Bani Hasyim. Katanya: Muhammad, kalau benar demikian, aku akan
mendatanginya.
‘Atiqah‫ب‬tiba‫ب‬di‫ب‬rumah‫ب‬Khadijah‫ب‬r.a‫ب‬dan‫ب‬terus‫ب‬menegurnya: Khadijah, kalau kamu
mempunyai harta kekayaan dan kebangsawan, maka kamipun memiliki kemuliaan
dan kebangsawanan. Kenapa kamu menghina puteraku, anak saudaraku
Muhammad? Khadijah r.a terkejut mendengarnya. Tak disangkanya bahwa kata-
katanya itu akan dianggap penghinaan. Ia berdiri menyabarkan dan mendamaikan
hati‫‘ب‬Atiqah:‫ب‬Khadijah: Siapakah yang sanggup menghina keturunanmu dan
sukumu? Terus terang saja kukatakan kepadamu bahwa dirikulah yang
kumaksudkan kepada Muhammad Saw. Kalau ia mau, aku bersedia menikah
dengannya, kalau tidak, aku pun berjanji tak akan bersuami hingga mati. Pernyataan
jujur‫ب‬ikhlas‫ب‬dari‫ب‬Khadijah‫ب‬membuat‫‘ب‬Atiqah‫ب‬terdiam.‫ب‬Kedua‫ب‬wanita‫ب‬bangsawan‫ب‬itu‫ب‬
sama-sama cerah. Percakapan menjadi serius. Tapi Khadijah, apakah suara hatimu
sudah diketahui oleh sepupumu Waraqah bin Naufal? tanya‫‘ب‬Atiqah‫ب‬sambil‫ب‬
meneruskan: Kalau belum cobalah meminta persetujuannya.Ia belum tahu, tetapi
katakanlah kepada saudaramu, Abu Thalib, supaya mengadakan perjamuan
sederhana. Jamuan minum, dimana sepupuku diundang, dan disitulah diadakan
majlis lamaran.
Khadijah r.a berkata seolah-olah hendak mengatur siasat. Ia yakin Waraqah takkan
keberatan karena dialah yang menafsirkan mimpinya akan bersuamikan seorang
Nabi‫ب‬akhir‫ب‬zaman.‫‘ب‬Atiqah‫ب‬pulang‫ب‬dengan‫ب‬perasaan‫ب‬tenang,‫ب‬puas.‫ب‬Pucuk‫ب‬dicinta
ulam tiba. Ia segera menyampaikan berita gembira itu kepada saudara-saudaranya:
Abu Thalib, Abu Lahab, Abbas dan Hamzah. Semua riang menyambut hasil
pertemuan‫‘ب‬Atiqah‫ب‬dengan‫ب‬Khadijah: itu bagus sekali, kata Abu Thalib. Tapi kita
harus bermusyawarah dengan Muhammad SAW lebih dulu.
Khadijah yang baik dan cantik[sunting | sunting sumber]
Sebelum diajak bermusyawarah, maka terlebih dahulu ia pun telah menerima
seorang perempuan bernama Nafisah, utusan Khadijah r.a yang datang untuk
menjalin hubungan kekeluargaan. Utusan peribadi Khadijah itu bertanya:
Nafisah: Muhammad, kenapa engkau masih belum berfikir mencari
isteri? Muhammad SAW menjawab: Hasrat ada, tetapi kesanggupan belum
ada. Nafisah: Bagaimana kalau seandainya ada yang hendak menyediakan nafkah?
Lalu engkau mendapat seorang isteri yang baik, cantik, berharta, berbangsa dan
sekufu pula denganmu, apakah engkau akan menolaknya?
Pemuda al-Amiin (Rasulullah Saw): Siapakah dia?, tanya Muhammad (Saw).
Nafisah: Khadijah! Nafisah berterus terang. Asalkan engkau bersedia, sempurnalah
segalanya. Urusannya serahkan kepadaku! Usaha Nafisah berhasil. Ia
meninggalkan putera utama Bani Hasyim dan langsung menemui Khadijah (r.a),
menceritakan kesediaan Muhammad Saw. Setelah Muhammad Saw menerima
pemberitahuan dari saudara-saudaranya tentang hasil pertemuan dengan Khadijah
(r.a), maka baginda tidak keberatan mendapatkan seorang janda yang usianya lima
belas tahun lebih tua daripadanya. Betapa tidak setuju, apakah yang kurang pada
Khadijah? Ia wanita bangsawan, cantik, hartawan, budiman.
Dan yang utama karena hatinya telah dibukakan Tuhan untuk mencintainya, telah
ditakdirkan akan dijodohkan dengannya. Kalau dikatakan janda, biarlah! Ia memang
janda umur empat puluh, tetapi janda yang masih segar, bertubuh ramping, berkulit
putih dan bermata jeli. Maka diadakanlah majlis yang penuh keindahan itu. Hadir
Waraqah bin Naufal dan beberapa orang-orang terkemuka Arab yang sengaja
dijemput. Abu Thalib dengan resmi meminang Khadijah r.a kepada saudara
sepupunya. Orang tua bijaksana itu setuju. Tetapi dia meminta tempoh untuk
berunding dengan wanita yang berkenaan. Pernikahan Muhammad dengan
Khadijah, Khadijah r.a diminta pendapat. Dengan jujur ia berkata kepada
Waraqah: Hai anak sepupuku, betapa aku akan menolak Muhammad Saw padahal
ia sangat amanah, memiliki keperibadian yang luhur, kemuliaan dan keturunan
bangsawan, lagi pula pertalian kekeluargaannya luas.
Waraqah berujar:Benar katamu, Khadijah, hanya saja ia tak berharta. Sambut
Khadijah ra: Kalau ia tak berharta, maka aku cukup berharta. Aku tak memerlukan
harta lelaki. Kuwakilkan kepadamu untuk menikahkan aku dengannya. Waraqah bin
Naufal kembali mendatangi Abu Thalib memberitakan bahwa dari pihak keluarga
perempuan sudah bulat mufakat dan merestui bakal pernikahan kedua mempelai.
Lamaran diterima dengan persetujuan maskawin lima ratus dirham. Abdullah bin
Abu Quhafah (Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a), sahabat akrab Muhammad Saw sejak
dari masa kecil, memberikan sumbangan pakaian indah buatan Mesir, yang
melambangkan kebangsawaan Quraisy, sebagaimana layaknya dipakai dalam
upacara adat istiadat pernikahan agung, apalagi karena yang akan dinikahi adalah
seorang hartawan dan bangsawan pula.
Peristiwa pernikahan Muhammad (SAW) dengan Khadijah (r.a) berlangsung pada
hari‫ب‬Jum’at,‫ب‬dua‫ب‬bulan‫ب‬sesudah‫ب‬kembali‫ب‬dari‫ب‬perjalanan‫ب‬niaga‫ب‬ke‫ب‬negeri‫ب‬Syam.‫ب‬
Bertindak‫ب‬sebagai‫ب‬wali‫ب‬Khadijah‫ب‬r.a‫ب‬ialah‫ب‬pamannya‫ب‬bernama‫‘ب‬Amir‫ب‬bin‫ب‬Asad.‫ب‬
Waraqah bin Naufal membacakan khutbah pernikahan dengan fasih, disambut oleh
Abu Thalib sebagai berikut: Alhamdu Lillaah, segala puji bagi Allah Yang
menciptakan kita keturunan (Nabi) Ibrahim, benih (Nabi) Ismail, anak cucu Ma’ad,
dari keturunan Mudhar. Begitupun kita memuji Allah SWT Yang menjadikan kita
penjaga rumah-Nya, pengawal Tanah Haram-Nya yang aman sejahtera, dan
menjadikan kita hakim terhadap sesama manusia.
Sesungguhnya anak saudaraku ini, Muhammad bin Abdullah, kalau akan ditimbang
dengan laki-laki manapun juga, niscaya ia lebih berat dari mereka sekalian.
Walaupun ia tidak berharta, namun harta benda itu adalah bayang-bayang yang
akan hilang dan sesuatu yang akan cepat perginya. Akan tetapi Muhammad, tuan-
tuan sudah mengenalinya siapa dia. Dia telah melamar Khadijah binti Khuwailid. Dia
akan memberikan maskawin lima ratus dirham yang akan segera dibayarnya
dengan tunai dari hartaku sendiri dan saudara-saudaraku.
Demi Allah SWT, sesungguhnya aku mempunyai firasat tentang dirinya bahwa
sesudah ini, yakni di saat-saat mendatang, ia akan memperolehi berita gembira
(albasyaarah) serta pengalaman-pengalaman hebat. “Semoga Allah memberkati
pernikahan ini.
Penyambutan untuk memeriahkan majlis pernikahan itu sangat meriah di rumah
mempelai perempuan. Puluhan anak-anak lelaki dan perempuan berdiri berbaris di
pintu sebelah kanan di sepanjang lorong yang dilalui oleh mempelai lelaki,
mengucapkan salam marhaban kepada mempelai dan menghamburkan harum-
haruman kepada para tamu dan pengiring.
Selesai upacara dan tamu-tamu bubar, Khadijah (r.a) membuka isi hati kepada
suaminya dengan ucapan: Hai Al-Amiin, bergembiralah! Semua harta kekayaan ini
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang terdiri dari bangunan-
bangunan, rumah-rumah, barang-barang dagangan, hamba-hamba sahaya adalah
menjadi milikmu. Engkau bebas membelanjakannya ke jalan mana yang engkau
redhai ![13]
Itulah‫ب‬sebagaimana‫ب‬Firman‫ب‬Allah‫ب‬SWT‫ب‬yang‫ب‬bermaksud:‫“ب‬Dan‫ب‬Dia‫(ب‬Allah)‫ب‬
mendapatimu sebagai seorang‫ب‬yang‫ب‬kekurangan,‫ب‬lalu‫ب‬Dia‫ب‬memberikan‫ب‬kekayaan”.‫ب‬
(Adh-Dhuhaa: 8) Alangkah bahagianya kedua pasangan mulia itu, hidup sebagai
suami isteri yang sekufu, sehaluan, serasi dan secita-cita.
Nafisah binti Munyah[sunting | sunting sumber]
Ketika Nabi Muhammad masih muda dan dikenal sebagai pemuda yang lurus dan
jujur sehingga mendapat julukan Al-Amin, telah diperkenankan untuk ikut
menjualkan barang dagangan Khadijah. Hal yang lebih banyak menarik perhatian
Khadijah adalah kemuliaan jiwa Nabi Muhammad. Khadijah lah yang lebih dahulu
mengajukan permohonan untuk meminang Dia, yang pada saat itu bangsa
Arab jahiliyah memiliki adat, pantang bagi seorang wanita untuk meminang pria dan
semua itu terjadi dengan adanya usaha orang ketiga, yaitu Nafisah Binti
Munyah, 'Atiqah dan peminangan dibuat melalui paman Muhammad (SAW)
yaitu Abu Thalib. Keluarga terdekat Khadijah tidak menyetujui rencana pernikahan
ini. Namun Khadijah sudah tertarik oleh kejujuran, kebersihan dan sifat-sifat
istimewa dia ini, sehingga ia tidak memedulikan segala kritikan dan kecaman dari
keluarga dan kerabatnya. Khadijah yang juga seorang yang cerdas, mengenai
ketertarikannya kepada Nabi Muhammad mengatakan, Jika segala kenikmatan
hidup diserahkan kepadaku, dunia dan kekuasaan para
raja Persia dan Romawi diberikan kepadaku, tetapi aku tidak hidup bersamamu,
maka semua itu bagiku tak lebih berharga daripada sebelah sayap seekor nyamuk.
Sewaktu malaikat turun membawa wahyu kepada Muhammad maka Khadijah
adalah orang pertama yang mengakui kenabian suaminya, dan wanita pertama yang
memeluk Islam. Dia turut menenangkan hati Rasulullah, di kala kegalauan Nabi
sewaktu wahyu pertama turun. Khadijah (r.ha) berkata, Tidak demikian, tetapi
bergembiralah. Maka demi Allah, Allah takkan Mencelakakan engkau selamanya;
engkau suka menyambungkan tali silaturahim, dan selalu jujur dalam bicara,
meringankan derita orang lain, menyantuni orang tak mampu, menjamu tamu, dan
menolong orang lain untuk mendapatkan haknya.[14]
Sepanjang hidupnya bersama
Nabi, Khadijah begitu setia menyertainya dalam setiap peristiwa suka dan duka.
Setiap‫ب‬kali‫ب‬suaminya‫ب‬ke‫ب‬Gua‫ب‬Hira’,‫ب‬ia‫ب‬pasti‫ب‬menyiapkan‫ب‬semua‫ب‬perbekalan‫ب‬dan‫ب‬
keperluannya. Seandainya Nabi Muhammad agak lama tidak pulang, Khadijah akan
melihat untuk memastikan keselamatan suaminya. Sekiranya Nabi Muhammad
khusyuk bermunajat, Khadijah tinggal di rumah dengan sabar sehingga Beliaau
pulang. Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan
gelisah, dia coba sekuat mungkin untuk mententram dan menghiburkan, sehingga
suaminya benar-benar merasai tenang. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi
bersama. Allah mengkaruniakannya 6 orang anak,
yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqaiah,Ummi Kultsum, dan Fatimah.
Salam dari Tuhan-nya dan Jibril[sunting | sunting sumber]
Diriwayatkan dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah, dia berkata:Jibril datang
kepada Nabi, lalu berkata:”Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa
sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu,
sampaikan kepadanya salam dari Tuhan-nya dan beritahukan kepadanya tentang
sebuah rumah di syurga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya
dan tiada kepayahan.[15]
Dalam banyak kegiatan peribadatan Nabi Muhammad, Khadijah pasti bersama dan
membantunya, seperti menyediakan air untuk mengambil wudhu. Nabi Muhammad
menyebut‫ب‬keistimewaan‫ب‬terpenting‫ب‬Khadijah‫ب‬dalam‫ب‬salah‫ب‬satu‫ب‬sabdanya,‫“ب‬Di‫ب‬saat‫ب‬
semua orang mengusir dan menjauhiku, ia beriman kepadaku. Ketika semua orang
mendustakan aku, ia meyakini kejujuranku. Sewaktu semua orang menyisihkanku, ia
menyerahkan‫ب‬seluruh‫ب‬harta‫ب‬kekayaannya‫ب‬kepadaku.”
Dikisahkan oleh Abu Hurairah bahwa malaikat Jibril menyampaikan salamnya untuk Khadijah dan
menyampaikan bahwa surga adalah rumahnya. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Ya Rasulullah,
Khadijah sebentar lagi akan datang membawa bejana berisi lauk, makanan atau minuman. Kalau ia
sudah datang, sampaikan salam dari Allah dan dariku untuknya. Berikan kabar gembira, bahwa
rumahnya kelak adalah surga." (HR Bukhari dan Muslim).Lantas, apa sekiranya yang membuat
Khadijah menjadi sangat istimewa hingga ia dijamin masuk surga?
Wafatnya[sunting | sunting sumber]
Khadijah telah hidup bersama-sama Nabi Muhammad selama 25 tahun dan wafat
dalam usia 64 tahun 6 bulan. Dia meninggal di gunung Hujun, dan dimakamkan di
pemakaman dekat Mekkah.[16]
Tahun meninggalnya dikenal sebagai Amul
Huzni (Tahun Dukacita).[12]
Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Muhammad ibn Saad, Tabaqat vol. 8. Translated by Bewley, A. (1995). The Women of
Madina, p. 10. London: Ta-Ha Publishers.
2. ^ Ibn Ishaq (2001). The Life Of Muhammad. hlm. 82. ISBN 0196360331.
3. ^ Lings (1983). Muhammad: His Life Based on the Earliest iiiiSources. New York: Inner
Traditions Internationalist. hlm. 83.
4. ^ Lings (1983). Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources. Inner Traditions
Internationalist.
5. ^ Guillaume (1955). The Life of Muhammad. Oxford.
6. ^ Al-Tabari. History of Al-Tabari, Vol. 39. hlm. 161.
7. ^ Al-Tabari. History of Al-Tabari volume 39. hlm. 170.
8. ^ "Sunan Ibn Majah 1877 - The Chapters on Marriage - ‫كككككك‬ ‫كككك‬- Sunnah.com -
Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (‫ككك‬ ‫كككك‬ ‫كككك‬ ‫ك‬
"(‫ككك‬. sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-18. Diakses
tanggal 2021-08-18.
9. ^ "Sahih Muslim 1422d - The Book of Marriage - ‫كككككك‬ ‫كككك‬- Sunnah.com -
Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (‫ككك‬ ‫كككك‬ ‫كككك‬ ‫ك‬
"(‫ككك‬. sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-18. Diakses
tanggal 2021-08-18.
10. ^ "Sahih al-Bukhari 3536 - Virtues and Merits of the Prophet (pbuh) and his Companions -
‫ككككككك‬ ‫كككك‬- Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (‫ككك‬
"(‫ككك‬ ‫ك‬ ‫كككك‬ ‫كككك‬. sunnah.com. Diakses tanggal 2021-07-27.
11. ^ "Sahih al-Bukhari 3903 - Merits of the Helpers in Madinah (Ansaar) - ‫ككككك‬ ‫كككك‬
‫ككككككك‬- Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (‫ككك‬ ‫كككك‬
"(‫ككك‬ ‫ك‬ ‫كككك‬. sunnah.com. Diakses tanggal 2021-07-27.
12. ^ Lompat ke:a b YAQUT, SYAIKH MUHAMMAD (Oktober 2014). "Pelajaran Berharga dari
Kehidupan Khadijah". Qiblati. 9 (2): 73 – 77. ISSN 1907-0039.
13. ^ https://kehidupannabimuhammadsaw.wordpress.com/2010/07/01/kisah-cinta-di antara-
siti-khadijah-ra-dengan-nabi-muhammad-saw/
14. ^ Hadits riwayat Bukhari no.4572
15. ^ Shahih Bukhari, Bab Perkawinan Nabi Shallallahu alaihi wasallam dengan Khadijah dan
Keutamaannya, 1/539.
16. ^ Adz-Dzahabi, Siyar A'lamin Nubala 2/112.
Ada beberapa keutamaan Khadijah sehingga dari sini dapat diketahui bagaimanakah keutamaan istri
nabi yang pertama ini.
Pertama: Khadijah adalah yang pertama kali beriman dan yang pertama kali diajarkan wudhu dan
shalat bersama Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Inilah keistimewaan Khadijah dibanding dengan istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnnya
(ummahatul mukminin). Jika tidak ada lagi keistimewaan selain ini, tentu sudahlah cukup
menunjukkan kemuliaan Khadijah.
Berarti keistimewaan Khadijah dari sisi ini adalah:
1. Ini yang paling utama, beriman pada Allah dan membenarkan ajaran Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam.
2. Berwudhu yang bisa menghapus dosa.
3. Shalat yang merupakan rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat.
Khadijah yang pertama kali shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan saat itu yang
dilaksanakan baru shalat sunnah karena Khadijah meninggal dunia sebelum diwajibkannya shalat lima
waktu (ia meninggal sebelum Isra’ Mi’raj, pen.)
Qatadah, Az-Zuhri, ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqil, Ibnu Ishaq menyatakan, “Khadijah adalah
orang yang pertama beriman kepada Allah dari laki-laki maupun perempuan dan tidak ada yang
menyatakan selain itu.”
Ibnul Atsir menyatakan, “Khadijah adalah yang Allah tetapkan masuk Islam pertama kali, tidak ada
laki-laki maupun perempuan yang mendahuluinya.” Dinukil dari Ummahat Al-Mukminin, hlm. 174.
Imam Adz-Dzahabi menyatakan pula, “Khadijah Ummul Mukminin adalah orang yang pertama kali
beriman pada (ajaran) Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membenarkannya sebelum yang
lainnya.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 2:109)
Kedua: Khadijah membantu dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihatlah bagaimanakah
Khadijah membantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau menerima wahyu pertama di
Goa Hira. Sebelum diberikan wahyu pun, Khadijah sudah membantu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Juga ia menguatkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan memberikan ketenangan ketika beliau
mendapatkan mimpi dan memberatkan diri beliau. Khadijah juga shalat bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika masih disyariatkan sembunyi-sembunyi.
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menceritakan,
ُّ
‫ى‬ِ
‫ب‬
َّ
‫الن‬
َ
‫ان‬
َ
‫ك‬
-
‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صىل‬
-
َ‫اء‬
َ
‫ن‬
َّ
‫الث‬ َ
‫ن‬ َ
‫س‬ ْ
‫ح‬
َ
‫أ‬
َ
‫ف‬ ‫ا‬ َ
‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬ َ‫ع‬ ََ
‫ب‬
ْ
‫ث‬
َ
‫أ‬
َ
‫ة‬ َ
‫يج‬ ‫ى‬
‫د‬
َ
‫خ‬ َ
‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ذ‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬‫ى‬‫إ‬
–
ْ
‫ت‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬
–
‫ا‬ َ
‫ه‬‫ى‬‫ب‬ َّ‫ل‬ َ
‫ج‬ َ
‫و‬ َّ
‫ز‬ َ‫ع‬ ُ ‫ه‬
‫اَّلل‬
َ
‫ك‬
َ
‫ل‬
َ
‫د‬ْ‫ب‬
َ
‫أ‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬ ‫ى‬
‫ق‬
ْ
‫د‬
ِّ
‫الش‬ َ‫اء‬َ
‫ر‬ ْ‫م‬ َ
‫ح‬ ‫ا‬
َ
‫ه‬ُ
‫ر‬
ُ
‫ك‬
ْ
‫ذ‬
َ
‫ت‬ ‫ا‬ َ‫م‬ َ ََ
‫ث‬
ْ
‫ك‬
َ
‫أ‬ ‫ا‬ َ‫م‬
ُ
‫ت‬
ْ
‫ل‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ف‬
ً
‫ما‬ ْ
‫و‬َ‫ي‬
ُ
‫ت‬ْ
‫ر‬ ‫ى‬
‫غ‬
َ
‫ف‬
َ‫ال‬
َ
‫ق‬ .‫ا‬ َ
‫ه‬
ْ
‫ن‬ ‫ى‬
‫م‬
ً
‫ا‬ ْ
ْ
‫ث‬
َ
‫خ‬
«
ُ
‫اس‬
َّ
‫الن‬ ‫ى‬ِ
‫ب‬ َ
‫ر‬
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬
ْ
‫ذ‬‫ى‬‫إ‬ ‫ى‬ِ
‫ب‬
ْ
‫ت‬
َ
‫ن‬ َ‫آم‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬ ‫ا‬ َ
‫ه‬
ْ
‫ن‬ ‫ى‬
‫م‬
ً
‫ا‬ ْ
ْ
‫ث‬
َ
‫خ‬ َّ‫ل‬ َ
‫ج‬ َ
‫و‬ َّ
‫ز‬ َ‫ع‬ ُ ‫ه‬
‫اَّلل‬ ‫ى‬
َ
‫ب‬
َ
‫ل‬
َ
‫د‬ْ‫ب‬
َ
‫أ‬ ‫ا‬ َ‫م‬
َّ‫ل‬ َ
‫ج‬ َ
‫و‬ َّ
‫ز‬ َ‫ع‬ ُ ‫ه‬
‫اَّلل‬ ‫ى‬
َ
‫ب‬
َ
‫ق‬
َ
‫ز‬ َ
‫ر‬ َ
‫و‬ ُ
‫اس‬
َّ
‫الن‬ ‫ى‬
َ
‫ب‬ َ‫م‬َ
‫ر‬ َ
‫ح‬
ْ
‫ذ‬‫ى‬‫إ‬ ‫ا‬ َ
‫ه‬‫ى‬‫ال‬ َ‫م‬‫ى‬‫ب‬ ‫ى‬
َ
‫ب‬
ْ
‫ت‬ َ
‫اس‬ َ
‫و‬ َ
‫و‬ ُ
‫اس‬
َّ
‫الن‬ ‫ى‬
َ
‫ب‬َ‫ب‬
َّ
‫ذ‬
َ
‫ك‬
ْ
‫ذ‬‫ى‬‫إ‬ ‫ى‬
َ
‫ب‬
ْ
‫ت‬
َ
‫ق‬
َّ
‫د‬ َ
‫ص‬ َ
‫و‬
‫ال‬
َ
‫د‬
َ
‫ال‬ ْ
‫و‬
َ
‫أ‬ ‫ى‬
َ
‫ب‬ َ‫م‬َ
‫ر‬ َ
‫ح‬
ْ
‫ذ‬‫ى‬‫إ‬ ‫ا‬
َ
‫ه‬
َ
‫د‬
َ
‫ل‬ َ
‫و‬
‫ى‬‫اء‬ َ
‫س‬
ِّ
‫ن‬
»
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menceritakan Khadijah pasti ia selalu menyanjungnya dengan
sanjungan yang indah. Aisyah berkata, “Pada suatu hari aku cemburu.” Ia berkata, “Terlalu sering
engkau menyebut-nyebutnya, ia seorang wanita yang sudah tua. Padahal Allah telah
menggantikannya buatmu dengan wanita yang lebih baik darinya.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menyampaikan, “Allah tidak menggantikannya dengan seorang
wanita pun yang lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku tatkala orang-orang kafir kepadaku, ia
telah membenarkan aku tatkala orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan
hartanya tatkala orang-orang menahan hartanya tidak membantuku, dan Allah telah
menganugerahkan darinya anak-anak tatkala Allah tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari
wanita-wanita yang lain.” (HR. Ahmad, 6:117. Syaikh Syuaib Al-Arnauth menyatakan bahwa hadits
ini shahih.)
Ketiga: Khadijah pernah mendapatkan salam dari Allah dan Jibril ‘alaihis salam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
َ
‫ك‬
ْ
‫ت‬
َ
‫ت‬
َ
‫أ‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
ُ
‫ة‬ َ
‫يج‬ ‫ى‬
‫د‬
َ
‫خ‬ ‫ى‬‫ه‬ ‫ى‬
‫ذ‬
َ
‫ه‬ ‫ى‬
‫ه‬
‫اَّلل‬ َ‫ول‬ ُ
‫س‬ َ
‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ال‬
َ
‫ق‬
َ
‫ف‬ َ
‫م‬
‫ه‬
‫ل‬ َ
‫س‬ َ
‫و‬ ‫ى‬‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬ َ‫ع‬ ُ ‫ه‬
‫اَّلل‬
‫ه‬
‫ىل‬ َ
‫ص‬ َّ
‫ي‬ ‫ى‬ِ
‫ب‬
َّ
‫الن‬ ُ‫يل‬ِ
ْ
ِ
‫ث‬ ‫ى‬
‫ج‬
ََ
‫ب‬
َ
‫أ‬
َ
‫ل‬ َّ
‫الس‬ ‫ا‬ َ
‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬ َ‫ع‬
ْ
‫أ‬َ
‫ر‬
ْ
‫اق‬
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬
ْ
‫ت‬
َ
‫ت‬
َ
‫أ‬ َ
‫ي‬ ‫ى‬
‫ه‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬‫ى‬‫إ‬
َ
‫ف‬ ٌ
‫اب‬َ ََ
‫ش‬ ْ
‫و‬
َ
‫أ‬ ٌ
‫ام‬ َ‫ع‬
َ
‫ط‬ ْ
‫و‬
َ
‫أ‬ ٌ‫ام‬
َ
‫د‬‫ى‬‫إ‬ ‫ى‬‫يه‬ ‫ى‬‫ف‬ ٌ‫اء‬
َ
‫ن‬‫ى‬‫إ‬ ‫ا‬ َ
‫ه‬ َ‫ع‬ َ‫م‬
َ
‫ه‬ ِّ
‫ه‬‫ه‬ِّ َ
‫ر‬ ْ
‫ن‬ ‫ى‬
‫م‬ َ
‫م‬
َّ
‫ز‬ َ‫ع‬ ‫ا‬
َ
‫ب‬ َ
‫ص‬
َ
‫ن‬
َ
‫َل‬ َ
‫و‬ ‫ى‬‫يه‬ ‫ى‬‫ف‬ َ
‫ب‬
َ
‫خ‬ َ
‫ص‬
َ
‫َل‬ ٍ
‫ب‬ َ
‫ص‬
َ
‫ق‬ ْ
‫ن‬ ‫ى‬
‫م‬ ‫ى‬‫ة‬
َّ
‫ن‬ َ
‫ج‬
ْ
‫ال‬ ‫ي‬ ‫ى‬
َ
‫ف‬ ٍ
‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ب‬‫ى‬‫ب‬ ‫ا‬
َ
‫ه‬ْ َِّ
‫ّش‬َ‫ب‬ َ
‫و‬ ‫ي‬
َِّ
‫ب‬ ‫ى‬
‫م‬ َ
‫و‬ َّ‫ل‬ َ
‫ج‬ َ
‫و‬
“Pada suatu ketika Jibril pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata,
‘Wahai Rasulullah, ini dia Khadijah. Ia datang kepada engkau dengan membawa wadah berisi lauk
pauk, atau makanan atau minuman.’ ‘Apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam
dari Allah dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga
terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya.’” (HR.
Bukhari, no. 3820 dan Muslim, no. 2432)
Keempat: Khadijah akan mendapatkan rumah di surga. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu
Hurairah di atas.
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa menurut Khattabi dan selainnay rumah yang
dimaksudkan adalah istana. Lihat Syarh Shahih Muslim, 1:178.
Kelima: Khadijah adalah wanita terbaik di dunia dan akhirat.
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ
‫ة‬ َ
‫يج‬ ‫ى‬
‫د‬
َ
‫خ‬ ‫ا‬ َ
‫ه‬‫ى‬‫ائ‬ َ
‫س‬‫ى‬‫ن‬ ُ ْ
ْ
‫ث‬
َ
‫خ‬ َ
‫و‬ ،
َ
‫ان‬َ
‫ر‬ ْ‫م‬ ‫ى‬
‫ع‬
ُ
‫ة‬
َ
‫ن‬ْ‫اب‬ ُ
‫م‬َ‫ي‬ ْ
‫ر‬ َ‫م‬ ‫ا‬ َ
‫ه‬‫ى‬‫ائ‬ َ
‫س‬‫ى‬‫ن‬ ُ ْ
ْ
‫ث‬
َ
‫خ‬
“Wanita terbaik yang pernah ada ialah Maryam putri Imran dan Khadijah.” (HR. Bukhari, no. 3432 dan
Muslim, no. 2430). Makna yang paling nampak antara Maryam dan Khadijah adalah wanita terbaik di
masanya masing-masing. Demikianlah disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim,
15:176.
Dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ى‬
‫ل‬
ْ
‫ه‬
َ
‫أ‬ ‫ى‬‫اء‬ َ
‫س‬‫ى‬‫ن‬ ُ‫ل‬
َ
‫ض‬
ْ
‫ف‬
َ
‫أ‬
ُ
‫ت‬
ْ
‫ن‬‫ى‬‫ب‬
ُ
‫ة‬َ‫ي‬ ‫ى‬
‫آس‬َ
‫و‬ ٍ
‫د‬ َّ‫م‬ َ
‫ح‬ ُ‫م‬
ُ
‫ت‬
ْ
‫ن‬‫ى‬‫ب‬
ُ
‫ة‬ َ‫م‬ ‫ى‬
‫اط‬
َ
‫ف‬ َ
‫و‬ ٍ
‫د‬‫ى‬‫ل‬ْ‫ي‬ َ
‫و‬
ُ
‫خ‬
ُ
‫ت‬
ْ
‫ن‬‫ى‬‫ب‬
ُ
‫ة‬ َ
‫يج‬ ‫ى‬
‫د‬
َ
‫خ‬ ‫ى‬‫ة‬
َّ
‫ن‬ َ
‫ج‬
ْ
‫ال‬
َ
‫ان‬َ
‫ر‬ ْ‫م‬ ‫ى‬
‫ع‬
ُ
‫ة‬
َ
‫ن‬ْ‫اب‬ ُ
‫م‬َ‫ي‬ ْ
‫ر‬ َ‫م‬ َ
‫و‬
َ
‫ن‬ ْ
‫و‬ َ‫ع‬ْ
‫ر‬ ‫ى‬‫ف‬
ُ
‫ة‬
َ
‫أ‬َ
‫ر‬ ْ‫ام‬ ٍ
‫م‬ ‫ى‬
‫اح‬َ
‫ز‬ ُ‫م‬
“Wanita-wanita yang paling utama sebagai penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah
binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran.” (HR. Ahmad, 1:293.
Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)
Keenam: Banyak sanjungan yang diberikan untuk Khadijah.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
ََ ْ
‫ي‬‫ى‬‫ن‬ ‫ى‬
‫س‬ ‫ى‬
‫ث‬
َ
‫ال‬
َ
‫ث‬‫ى‬‫ب‬ ‫ى‬
َ
‫ب‬ َ
‫ج‬ َّ
‫و‬ ََ ََ
‫ث‬َ‫ي‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬ َ‫ل‬ْ‫ب‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ت‬
َ
‫ك‬
َ
‫ل‬
َ
‫ه‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬ َ
‫و‬
َ
‫ة‬ َ
‫يج‬ ‫ى‬
‫د‬
َ
‫خ‬
َ
‫ىل‬ َ‫ع‬
ُ
‫ت‬ْ
‫ر‬ ‫ى‬
‫غ‬ ‫ا‬ َ‫م‬ ٍ‫ة‬
َ
‫أ‬َ
‫ر‬ ْ‫ام‬
َ
‫ىل‬ َ‫ع‬
ُ
‫ت‬ْ
‫ر‬ ‫ى‬
‫غ‬ ‫ا‬ َ‫م‬
‫ى‬
َ
‫ف‬ ٍ
‫ب‬ َ
‫ص‬
َ
‫ق‬ ْ
‫ن‬ ‫ى‬
‫م‬ ٍ
‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ب‬‫ى‬‫ب‬ ‫ا‬
َ
‫ه‬َ َِّ
‫ّش‬َ‫ب‬ُ‫ي‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬ َّ‫ل‬ َ
‫ج‬ َ
‫و‬ َّ
‫ز‬ َ‫ع‬
ُ
‫ه‬ُِّّ َ
‫ر‬ ُ‫ه‬َ
‫ر‬ َ‫م‬
َ
‫أ‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬ َ
‫و‬ ‫ا‬
َ
‫ه‬ُ
‫ر‬
ُ
‫ك‬
ْ
‫ذ‬َ‫ي‬
ُ
‫ه‬ ُ‫ع‬ َ‫م‬ ْ
‫س‬
َ
‫أ‬
ُ
‫ت‬
ْ
‫ن‬
ُ
‫ك‬‫ا‬ َ‫م‬‫ى‬‫ل‬
‫ا‬ َ
‫ه‬‫ى‬‫ل‬‫ى‬‫ئ‬
َ
‫ال‬
َ
‫خ‬
َ
‫َل‬‫ى‬‫إ‬ ‫ا‬ َ
‫يه‬ ‫ى‬
‫د‬ ْ
‫ه‬ُ‫ي‬ َّ
‫م‬
ُ
‫ث‬
َ
‫اة‬
َّ
‫الش‬
ُ
‫ح‬َ‫ب‬
ْ
‫ذ‬َ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ان‬
َ
‫ك‬
ْ
‫ن‬‫ى‬‫إ‬ َ
‫و‬ ‫ى‬‫ة‬
َّ
‫ن‬ َ
‫ج‬
ْ
‫ال‬
“Aku tidak cemburu pada seorang wanita pun melebihi kecemburuanku pada Khadijah. Sungguh dia
telah wafat tiga tahun sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku. Kecemburuanku
disebabkan aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut-nyebut dia
(Khadijah). Rabbnya pun menyuruh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberikan kabar
gembira kepadanya (Khadijah) bahwa ia mendapatkan rumah di surga yang terbuat dari perhiasan.
Ditambah lagi apabila beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelih kambing lalu beliau akan
menghadiahkan sahabat-sahabat Khadijah.” (HR. Muslim, no. 2435)
Al-Qadhiy ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Pendapatku, kecemburuan ‘Aisyah yang demikian
karena usianya yang masih belia dan baru baligh. Mungkin juga itu muncul ketika beliau radhiyallahu
‘anha belum baligh.” (Syarh Shahih Muslim, 15:179)
Ketujuh: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih memberikan penghormatan pada kerabat dan
sahabat-sahabat dari Khadijah.
Aisyah menyatakan bahwa ia tidak pernah punya rasa cemburu pada wanita selain pada Khadijah.
Padahal Aisyah belum pernah melihat Khadijah. Cemburunya dikarenakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam selalu menyebut-nyebut Khadijah. Terkadang kalau beliau menyembelih kambing, beliau
memotong-motongnya lalu beliau kirim kepada sahabat-sahabat Khadijah. Aisyah radhiyallahu
‘anha pun pernah berkata pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ْ
‫ن‬
ُّ
‫الد‬ ‫ي‬ ‫ى‬
َ
‫ف‬ ْ
‫ن‬
ُ
‫ك‬َ‫ي‬ ْ
‫م‬
َ
‫ل‬
َ
‫ه‬
َّ
‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫ك‬
ٌ
‫د‬
َ
‫ل‬ َ
‫و‬ ‫ا‬ َ
‫ه‬
ْ
‫ن‬ ‫ى‬
‫م‬ ‫ي‬ ‫ى‬
‫َل‬
َ
‫ان‬
َ
‫ك‬َ
‫و‬
ْ
‫ت‬
َ
‫ان‬
َ
‫ك‬َ
‫و‬
ْ
‫ت‬
َ
‫ان‬
َ
‫ك‬‫ا‬ َ
‫ه‬
َّ
‫ن‬‫ى‬‫إ‬ : ُ‫ل‬ ْ
‫و‬
ُ
‫ق‬َ‫ي‬
َ
‫ف‬ ‫؟‬
ُ
‫ة‬ َ
‫ج‬ْ‫ي‬ ‫ى‬
‫د‬
َ
‫خ‬
َّ
‫ال‬‫ى‬‫إ‬
ٌ
‫ة‬
َ
‫أ‬َ
‫ر‬ ْ‫ام‬ ‫ا‬َ‫ي‬
“Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Khadijah itu begini dan begitu, dan aku mendapatkan anak darinya.” (HR. Bukhari, no.
3818)
Semoga jadi pelajaran berharga mengenai keutamaan Khadijah di atas. Semoga para wanita bisa
menjadikannya sebagai teladan.
Referensi:
 Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi.
Penerbit Dar Ibnu Hazm.
 Siyar A’lam An-Nubala’. Cetakan pertama, Tahun 1435 H. Imam Muhammad bin Ahmad bin
‘Utsman Adz-Dzahabi. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
 Ummahat Al-Mukminin. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Dr. Muhammad bin Sulaiman.
Penerbit Dar Ibnu Hazm.
Sumber https://rumaysho.com/16638-faedah-sirah-nabi-keutamaan-khadijah.html

More Related Content

Similar to Khadijah binti Khuwailid ummul mukminin .docx

Teladan siti khadijah
Teladan siti khadijahTeladan siti khadijah
Teladan siti khadijahIyeh Solichin
 
Perjanjian hudaibiyah
Perjanjian hudaibiyahPerjanjian hudaibiyah
Perjanjian hudaibiyahAnin Shabrina
 
Perjanjian hudaibiyah
Perjanjian hudaibiyah Perjanjian hudaibiyah
Perjanjian hudaibiyah anindianr
 
Perjanjian hudaibiyah
Perjanjian hudaibiyahPerjanjian hudaibiyah
Perjanjian hudaibiyahAnin Shabrina
 
Sejarah siti khadijah
Sejarah siti khadijahSejarah siti khadijah
Sejarah siti khadijahAgus Triyono
 
Biografi zainab binti jahsy radhiyallahu 'anha
Biografi  zainab binti jahsy radhiyallahu 'anhaBiografi  zainab binti jahsy radhiyallahu 'anha
Biografi zainab binti jahsy radhiyallahu 'anhaMuhammad Idris
 
Risalah dakwah 037 biodata rasulullah saw
Risalah dakwah 037 biodata rasulullah sawRisalah dakwah 037 biodata rasulullah saw
Risalah dakwah 037 biodata rasulullah sawAhmad Junaidi Mohd Said
 
Khadijah wanita surga
Khadijah wanita surgaKhadijah wanita surga
Khadijah wanita surgaIyeh Solichin
 
24 RIWAYAT HIDUP RASULULLAH SAW.pptx
24 RIWAYAT HIDUP RASULULLAH SAW.pptx24 RIWAYAT HIDUP RASULULLAH SAW.pptx
24 RIWAYAT HIDUP RASULULLAH SAW.pptxNASRANAZIZIBINABDULK
 
sirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptx
sirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptxsirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptx
sirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptxroyyanmubarok1
 
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Maghfiroh Firoh
 
Sejarah dakwah Rasulullah periode Mekkah
Sejarah dakwah Rasulullah periode MekkahSejarah dakwah Rasulullah periode Mekkah
Sejarah dakwah Rasulullah periode MekkahNadia2alifya
 
Zainab binti jahsy radhiallahu ‘anha
Zainab binti jahsy radhiallahu ‘anhaZainab binti jahsy radhiallahu ‘anha
Zainab binti jahsy radhiallahu ‘anhaRidas Zabbarae
 
sejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptx
sejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptxsejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptx
sejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptxSYAMSULHAJ
 
Biografi rasulullah
Biografi rasulullahBiografi rasulullah
Biografi rasulullahyunisarosa
 
20 Tragedi dan Perang Paska Uhud pdf.pptx
20 Tragedi dan Perang Paska Uhud pdf.pptx20 Tragedi dan Perang Paska Uhud pdf.pptx
20 Tragedi dan Perang Paska Uhud pdf.pptxMuhammad Billah
 
Cinta seorang putri yahudi
Cinta seorang putri yahudiCinta seorang putri yahudi
Cinta seorang putri yahudiErman Hidayat
 
Khadijah binti khuwailid bin asad bin
Khadijah binti khuwailid bin asad binKhadijah binti khuwailid bin asad bin
Khadijah binti khuwailid bin asad binMazlizan Mazlizan
 

Similar to Khadijah binti Khuwailid ummul mukminin .docx (20)

Ummu habibah
Ummu habibahUmmu habibah
Ummu habibah
 
Teladan siti khadijah
Teladan siti khadijahTeladan siti khadijah
Teladan siti khadijah
 
Perjanjian hudaibiyah
Perjanjian hudaibiyahPerjanjian hudaibiyah
Perjanjian hudaibiyah
 
Perjanjian hudaibiyah
Perjanjian hudaibiyah Perjanjian hudaibiyah
Perjanjian hudaibiyah
 
Perjanjian hudaibiyah
Perjanjian hudaibiyahPerjanjian hudaibiyah
Perjanjian hudaibiyah
 
Sejarah siti khadijah
Sejarah siti khadijahSejarah siti khadijah
Sejarah siti khadijah
 
Biografi zainab binti jahsy radhiyallahu 'anha
Biografi  zainab binti jahsy radhiyallahu 'anhaBiografi  zainab binti jahsy radhiyallahu 'anha
Biografi zainab binti jahsy radhiyallahu 'anha
 
Risalah dakwah 037 biodata rasulullah saw
Risalah dakwah 037 biodata rasulullah sawRisalah dakwah 037 biodata rasulullah saw
Risalah dakwah 037 biodata rasulullah saw
 
Khadijah wanita surga
Khadijah wanita surgaKhadijah wanita surga
Khadijah wanita surga
 
Sirah Nabawiyah 1
Sirah Nabawiyah 1Sirah Nabawiyah 1
Sirah Nabawiyah 1
 
24 RIWAYAT HIDUP RASULULLAH SAW.pptx
24 RIWAYAT HIDUP RASULULLAH SAW.pptx24 RIWAYAT HIDUP RASULULLAH SAW.pptx
24 RIWAYAT HIDUP RASULULLAH SAW.pptx
 
sirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptx
sirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptxsirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptx
sirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptx
 
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
 
Sejarah dakwah Rasulullah periode Mekkah
Sejarah dakwah Rasulullah periode MekkahSejarah dakwah Rasulullah periode Mekkah
Sejarah dakwah Rasulullah periode Mekkah
 
Zainab binti jahsy radhiallahu ‘anha
Zainab binti jahsy radhiallahu ‘anhaZainab binti jahsy radhiallahu ‘anha
Zainab binti jahsy radhiallahu ‘anha
 
sejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptx
sejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptxsejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptx
sejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptx
 
Biografi rasulullah
Biografi rasulullahBiografi rasulullah
Biografi rasulullah
 
20 Tragedi dan Perang Paska Uhud pdf.pptx
20 Tragedi dan Perang Paska Uhud pdf.pptx20 Tragedi dan Perang Paska Uhud pdf.pptx
20 Tragedi dan Perang Paska Uhud pdf.pptx
 
Cinta seorang putri yahudi
Cinta seorang putri yahudiCinta seorang putri yahudi
Cinta seorang putri yahudi
 
Khadijah binti khuwailid bin asad bin
Khadijah binti khuwailid bin asad binKhadijah binti khuwailid bin asad bin
Khadijah binti khuwailid bin asad bin
 

Khadijah binti Khuwailid ummul mukminin .docx

  • 1. Khadijah binti Khuwailid Khadijah binti Khuwailid (bahasa Arab: ‫خ‬َ‫د‬ِ‫ي‬ ‫ج‬َ‫ة‬ ‫ِب‬َِْ ‫ُب‬‫ج‬َ‫َي‬‫خ‬‫ج‬ ) merupakan istri pertama Nabi Muhammad, dan merupakan satu-satunya istrinya yang tidak ia poligami. Sebelum menikahi Muhammad, Khadijah telah berhasil membangun bisnisnya sendiri dan menjadi wanita sukses. Dia disebut-sebut memiliki separuh dari keseluruhan kafilah-kafilah dagang yang berasal dari Quraisy.[1] Dan Muhammad adalah salah satu yang bekerja sebagai pegawainya.[2] Pada suatu hari, Khadijah mengirim sahabatnya yaitu Nafisah untuk bertanya ke Muhammad yang saat itu belum menjadi Nabi apakah ia punya rencana untuk menikah.[3] Muhammad menjawabnya dengan ragu dikarenakan ia tidak punya uang untuk menghidupi seorang istri. Maka Nafisah pun menanyakan apakah ia mau dengan perempuan yang mampu menunjang ekonominya sendiri.[4] Maka Muhammad pun setuju untuk bertemu Khadijah, dan mereka menikah tidak lama berselang.[5] Selama 25 tahun sampai akhir hayatnya, Khadijah hidup bersama Muhammad. Pada bulan yang sama pasca kematian Khadijah, Muhammad menikahi Saudah,[6][7] dan mulai berpoligami dengan kemudian menikahi Aisyah,[8][9] yang lalu dilanjutkan dengan perempuan-perempuan lain yang ia nikahi, hingga wafatnya ia di usia 63 tahun.[10][11] Silsilah Keluarga[sunting | sunting sumber] SUKU QURAISY Qushay (400 M) Abdu 'Uzza Abdu Manāf (430 M) Abdu Dār Asad Hasyim (464 M) Khuwailid Abdul Muthalib (497 M) Awwam KHADIJAH (555 M) Abdullāh (545 M) MUHAMMAD (24 Maret 575 M / 12 Rabi'ul Awwal 48 SH) Kelahiran & kehidupan keluarga[sunting | sunting sumber] Khadijah berasal dari golongan pembesar Mekkah. Menikah dengan Nabi Muhammad, ketika berumur 40 tahun, manakala Nabi Muhammad berumur 25 tahun. Ada yang mengatakan usianya saat itu tidak sampai 40 tahun, hanya sedikit lebih tua dari Nabi Muhammad. Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal.
  • 2. Khadijah bisa hidup mewah dengan hartanya sendiri. Meskipun memiliki kekayaan melimpah, Khadijah merasa kesepian hidup menyendiri tanpa suami, karena suami pertama dan keduanya telah meninggal. Beberapa sumber menyangkal bahwa Khadijah pernah menikah sebelum bertemu Nabi Muhammad. Khadijah dikenal sebagai wanita suci di zamannya tatkala di antara lingkungannya sudah kotor. Dia, Khadijah r.ha betul-betul pilihan Tuhan yang dipersiapkan untuk menjadi istri Nabi Muhammad.[12] Pada suatu hari, saat pagi buta, dengan penuh kegembiraan ia pergi ke rumah sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal. Ia‫ب‬berkata,‫“ب‬Tadi‫ب‬malam‫ب‬aku‫ب‬bermimpi‫ب‬sangat‫ب‬ menakjubkan. Aku melihat matahari berputar-putar di atas kota Mekkah, lalu turun ke arah bumi. Ia semakin mendekat dan semakin mendekat. Aku terus memperhatikannya untuk melihat ke mana ia turun. Ternyata ia turun dan memasuki rumahku. Cahayanya yang sangat agung itu membuatku tertegun. Lalu aku terbangun‫ب‬dari‫ب‬tidurku".‫ب‬Waraqah‫ب‬mengatakan,‫“ب‬Aku‫ب‬sampaikan‫ب‬berita‫ب‬gembira‫ب‬ kepadamu, bahwa seorang lelaki agung dan mulia akan datang meminangmu. Ia memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran yang semakin hari semakin meningkat". Tak lama kemudian Khadijah ditakdirkan menjadi isteri Nabi Muhammad. Pernikahannya[sunting | sunting sumber] Khadijah pulang ke rumahnya dengan perasaan yang luar biasa gembiranya. Belum pernah ia merasakan kegembiraan sedemikian hebat. Maka sejak itulah Khadijah senantiasa bersikap menunggu dari manakah gerangan kelak munculnya sang pemimpin itu. Lamaran dari Khadijah kepada Rasulullah s.a.w . Muhammad Al-Amiin muncul‫ب‬di‫ب‬rumah‫ب‬Khadijah.‫ب‬Wanita‫ب‬usahawan‫ب‬itu‫ب‬Khadijah‫ب‬r.a.‫ب‬berkata:‫“ب‬Hai‫ب‬Al-Amiin, katakanlah‫ب‬apa‫ب‬keperluanmu!”‫(ب‬Suaranya‫ب‬ramah,‫ب‬bernada‫ب‬dermawan.‫ب‬Dengan‫ب‬sikap‫ب‬ merendahkan diri tetapi tahu harga dirinya) Muhammad SAW berbicara lurus, terus terang, meskipun agak malu-malu tetapi pasti.‫ب‬Muhammad‫ب‬SAW:‫“ب‬Kami‫ب‬sekeluarga‫ب‬memerlukan‫ب‬nafkah‫ب‬dari‫ب‬bagianku‫ب‬dalam‫ب‬ rombongan niaga. Keluarga kami amat memerlukannya untuk mencarikan jodoh bagi‫ب‬anak‫ب‬saudaranya‫ب‬yang‫ب‬yatim‫ب‬piatu”‫(ب‬Kepalanya‫ب‬tertunduk,‫ب‬dan‫ب‬wanita‫ب‬hartawan‫ب‬ itu memandangnya dengan penuh ketakjuban). Khadijah: Oh, itukah…. Muhammad, upah itu sedikit, tidak menghasilkan apa-apa bagimu untuk menutupi keperluan yang engkau maksudkan. Tetapi biarlah, nanti saya sendiri yang mencarikan calon isteri bagimu. (Ia berhenti sejenak, meneliti). Kemudian meneruskan dengan tekanan suara memikat dan mengandung isyarat . Khadijah r.a: Aku hendak mengawinkanmu dengan seorang wanita bangsawan Arab. Orangnya baik, kaya, diinginkan oleh banyak raja-raja dan pembesar-pembesar Arab dan asing, tetapi ditolaknya. Kepadanyalah aku hendak membawamu. khadijah (Khadijah tertunduk lalu melanjutkan): Tetapi sayang, ada aibnya…! Dia dahulu sudah pernah bersuami. Kalau engkau mau, maka dia akan menjadi pengkhidmat dan pengabdi kepadamu. Pemuda Al-Amiin tidak menjawab. Mereka sama-sama terdiam, sama-sama terpaku dalam pemikirannya masing-masing. Yang satu memerlukan jawaban, yang lainnya tak tahu apa yang mau dijawab. Khadijah r.a tak dapat mengetahui apa yang terpendam di hati pemuda Bani Hasyim itu, pemuda yang terkenal dengan gelaran Al-Amiin (jujur). Pemuda Al-Amiin itupun mungkin belum mengetahui siapa kira-kira calon yang dimaksud oleh Khadijah r.a. Rasulullah SAW minta izin untuk pulang tanpa sesuatu keputusan yang ditinggalkan.
  • 3. Ia menceritakan kepada Pamannya. Pemuda al-Amin berkata: Aku merasa amat tersinggung oleh kata-kata Khadijah. Seolah-olah dia memandang enteng dengan ucapannya ini dan itu “anu dan anu…. Ia mengulangi apa yang dikatakan oleh perempuan‫ب‬kaya‫ب‬itu.‫‘ب‬Atiqah‫ب‬juga‫ب‬marah‫ب‬mendengar berita itu. Dia seorang perempuan yang cepat naik darah kalau pihak yang dinilainya menyinggung kehormatan Bani Hasyim. Katanya: Muhammad, kalau benar demikian, aku akan mendatanginya. ‘Atiqah‫ب‬tiba‫ب‬di‫ب‬rumah‫ب‬Khadijah‫ب‬r.a‫ب‬dan‫ب‬terus‫ب‬menegurnya: Khadijah, kalau kamu mempunyai harta kekayaan dan kebangsawan, maka kamipun memiliki kemuliaan dan kebangsawanan. Kenapa kamu menghina puteraku, anak saudaraku Muhammad? Khadijah r.a terkejut mendengarnya. Tak disangkanya bahwa kata- katanya itu akan dianggap penghinaan. Ia berdiri menyabarkan dan mendamaikan hati‫‘ب‬Atiqah:‫ب‬Khadijah: Siapakah yang sanggup menghina keturunanmu dan sukumu? Terus terang saja kukatakan kepadamu bahwa dirikulah yang kumaksudkan kepada Muhammad Saw. Kalau ia mau, aku bersedia menikah dengannya, kalau tidak, aku pun berjanji tak akan bersuami hingga mati. Pernyataan jujur‫ب‬ikhlas‫ب‬dari‫ب‬Khadijah‫ب‬membuat‫‘ب‬Atiqah‫ب‬terdiam.‫ب‬Kedua‫ب‬wanita‫ب‬bangsawan‫ب‬itu‫ب‬ sama-sama cerah. Percakapan menjadi serius. Tapi Khadijah, apakah suara hatimu sudah diketahui oleh sepupumu Waraqah bin Naufal? tanya‫‘ب‬Atiqah‫ب‬sambil‫ب‬ meneruskan: Kalau belum cobalah meminta persetujuannya.Ia belum tahu, tetapi katakanlah kepada saudaramu, Abu Thalib, supaya mengadakan perjamuan sederhana. Jamuan minum, dimana sepupuku diundang, dan disitulah diadakan majlis lamaran. Khadijah r.a berkata seolah-olah hendak mengatur siasat. Ia yakin Waraqah takkan keberatan karena dialah yang menafsirkan mimpinya akan bersuamikan seorang Nabi‫ب‬akhir‫ب‬zaman.‫‘ب‬Atiqah‫ب‬pulang‫ب‬dengan‫ب‬perasaan‫ب‬tenang,‫ب‬puas.‫ب‬Pucuk‫ب‬dicinta ulam tiba. Ia segera menyampaikan berita gembira itu kepada saudara-saudaranya: Abu Thalib, Abu Lahab, Abbas dan Hamzah. Semua riang menyambut hasil pertemuan‫‘ب‬Atiqah‫ب‬dengan‫ب‬Khadijah: itu bagus sekali, kata Abu Thalib. Tapi kita harus bermusyawarah dengan Muhammad SAW lebih dulu. Khadijah yang baik dan cantik[sunting | sunting sumber] Sebelum diajak bermusyawarah, maka terlebih dahulu ia pun telah menerima seorang perempuan bernama Nafisah, utusan Khadijah r.a yang datang untuk menjalin hubungan kekeluargaan. Utusan peribadi Khadijah itu bertanya: Nafisah: Muhammad, kenapa engkau masih belum berfikir mencari isteri? Muhammad SAW menjawab: Hasrat ada, tetapi kesanggupan belum ada. Nafisah: Bagaimana kalau seandainya ada yang hendak menyediakan nafkah? Lalu engkau mendapat seorang isteri yang baik, cantik, berharta, berbangsa dan sekufu pula denganmu, apakah engkau akan menolaknya? Pemuda al-Amiin (Rasulullah Saw): Siapakah dia?, tanya Muhammad (Saw). Nafisah: Khadijah! Nafisah berterus terang. Asalkan engkau bersedia, sempurnalah segalanya. Urusannya serahkan kepadaku! Usaha Nafisah berhasil. Ia meninggalkan putera utama Bani Hasyim dan langsung menemui Khadijah (r.a), menceritakan kesediaan Muhammad Saw. Setelah Muhammad Saw menerima pemberitahuan dari saudara-saudaranya tentang hasil pertemuan dengan Khadijah (r.a), maka baginda tidak keberatan mendapatkan seorang janda yang usianya lima belas tahun lebih tua daripadanya. Betapa tidak setuju, apakah yang kurang pada Khadijah? Ia wanita bangsawan, cantik, hartawan, budiman.
  • 4. Dan yang utama karena hatinya telah dibukakan Tuhan untuk mencintainya, telah ditakdirkan akan dijodohkan dengannya. Kalau dikatakan janda, biarlah! Ia memang janda umur empat puluh, tetapi janda yang masih segar, bertubuh ramping, berkulit putih dan bermata jeli. Maka diadakanlah majlis yang penuh keindahan itu. Hadir Waraqah bin Naufal dan beberapa orang-orang terkemuka Arab yang sengaja dijemput. Abu Thalib dengan resmi meminang Khadijah r.a kepada saudara sepupunya. Orang tua bijaksana itu setuju. Tetapi dia meminta tempoh untuk berunding dengan wanita yang berkenaan. Pernikahan Muhammad dengan Khadijah, Khadijah r.a diminta pendapat. Dengan jujur ia berkata kepada Waraqah: Hai anak sepupuku, betapa aku akan menolak Muhammad Saw padahal ia sangat amanah, memiliki keperibadian yang luhur, kemuliaan dan keturunan bangsawan, lagi pula pertalian kekeluargaannya luas. Waraqah berujar:Benar katamu, Khadijah, hanya saja ia tak berharta. Sambut Khadijah ra: Kalau ia tak berharta, maka aku cukup berharta. Aku tak memerlukan harta lelaki. Kuwakilkan kepadamu untuk menikahkan aku dengannya. Waraqah bin Naufal kembali mendatangi Abu Thalib memberitakan bahwa dari pihak keluarga perempuan sudah bulat mufakat dan merestui bakal pernikahan kedua mempelai. Lamaran diterima dengan persetujuan maskawin lima ratus dirham. Abdullah bin Abu Quhafah (Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a), sahabat akrab Muhammad Saw sejak dari masa kecil, memberikan sumbangan pakaian indah buatan Mesir, yang melambangkan kebangsawaan Quraisy, sebagaimana layaknya dipakai dalam upacara adat istiadat pernikahan agung, apalagi karena yang akan dinikahi adalah seorang hartawan dan bangsawan pula. Peristiwa pernikahan Muhammad (SAW) dengan Khadijah (r.a) berlangsung pada hari‫ب‬Jum’at,‫ب‬dua‫ب‬bulan‫ب‬sesudah‫ب‬kembali‫ب‬dari‫ب‬perjalanan‫ب‬niaga‫ب‬ke‫ب‬negeri‫ب‬Syam.‫ب‬ Bertindak‫ب‬sebagai‫ب‬wali‫ب‬Khadijah‫ب‬r.a‫ب‬ialah‫ب‬pamannya‫ب‬bernama‫‘ب‬Amir‫ب‬bin‫ب‬Asad.‫ب‬ Waraqah bin Naufal membacakan khutbah pernikahan dengan fasih, disambut oleh Abu Thalib sebagai berikut: Alhamdu Lillaah, segala puji bagi Allah Yang menciptakan kita keturunan (Nabi) Ibrahim, benih (Nabi) Ismail, anak cucu Ma’ad, dari keturunan Mudhar. Begitupun kita memuji Allah SWT Yang menjadikan kita penjaga rumah-Nya, pengawal Tanah Haram-Nya yang aman sejahtera, dan menjadikan kita hakim terhadap sesama manusia. Sesungguhnya anak saudaraku ini, Muhammad bin Abdullah, kalau akan ditimbang dengan laki-laki manapun juga, niscaya ia lebih berat dari mereka sekalian. Walaupun ia tidak berharta, namun harta benda itu adalah bayang-bayang yang akan hilang dan sesuatu yang akan cepat perginya. Akan tetapi Muhammad, tuan- tuan sudah mengenalinya siapa dia. Dia telah melamar Khadijah binti Khuwailid. Dia akan memberikan maskawin lima ratus dirham yang akan segera dibayarnya dengan tunai dari hartaku sendiri dan saudara-saudaraku. Demi Allah SWT, sesungguhnya aku mempunyai firasat tentang dirinya bahwa sesudah ini, yakni di saat-saat mendatang, ia akan memperolehi berita gembira (albasyaarah) serta pengalaman-pengalaman hebat. “Semoga Allah memberkati pernikahan ini. Penyambutan untuk memeriahkan majlis pernikahan itu sangat meriah di rumah mempelai perempuan. Puluhan anak-anak lelaki dan perempuan berdiri berbaris di pintu sebelah kanan di sepanjang lorong yang dilalui oleh mempelai lelaki, mengucapkan salam marhaban kepada mempelai dan menghamburkan harum- haruman kepada para tamu dan pengiring.
  • 5. Selesai upacara dan tamu-tamu bubar, Khadijah (r.a) membuka isi hati kepada suaminya dengan ucapan: Hai Al-Amiin, bergembiralah! Semua harta kekayaan ini baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang terdiri dari bangunan- bangunan, rumah-rumah, barang-barang dagangan, hamba-hamba sahaya adalah menjadi milikmu. Engkau bebas membelanjakannya ke jalan mana yang engkau redhai ![13] Itulah‫ب‬sebagaimana‫ب‬Firman‫ب‬Allah‫ب‬SWT‫ب‬yang‫ب‬bermaksud:‫“ب‬Dan‫ب‬Dia‫(ب‬Allah)‫ب‬ mendapatimu sebagai seorang‫ب‬yang‫ب‬kekurangan,‫ب‬lalu‫ب‬Dia‫ب‬memberikan‫ب‬kekayaan”.‫ب‬ (Adh-Dhuhaa: 8) Alangkah bahagianya kedua pasangan mulia itu, hidup sebagai suami isteri yang sekufu, sehaluan, serasi dan secita-cita. Nafisah binti Munyah[sunting | sunting sumber] Ketika Nabi Muhammad masih muda dan dikenal sebagai pemuda yang lurus dan jujur sehingga mendapat julukan Al-Amin, telah diperkenankan untuk ikut menjualkan barang dagangan Khadijah. Hal yang lebih banyak menarik perhatian Khadijah adalah kemuliaan jiwa Nabi Muhammad. Khadijah lah yang lebih dahulu mengajukan permohonan untuk meminang Dia, yang pada saat itu bangsa Arab jahiliyah memiliki adat, pantang bagi seorang wanita untuk meminang pria dan semua itu terjadi dengan adanya usaha orang ketiga, yaitu Nafisah Binti Munyah, 'Atiqah dan peminangan dibuat melalui paman Muhammad (SAW) yaitu Abu Thalib. Keluarga terdekat Khadijah tidak menyetujui rencana pernikahan ini. Namun Khadijah sudah tertarik oleh kejujuran, kebersihan dan sifat-sifat istimewa dia ini, sehingga ia tidak memedulikan segala kritikan dan kecaman dari keluarga dan kerabatnya. Khadijah yang juga seorang yang cerdas, mengenai ketertarikannya kepada Nabi Muhammad mengatakan, Jika segala kenikmatan hidup diserahkan kepadaku, dunia dan kekuasaan para raja Persia dan Romawi diberikan kepadaku, tetapi aku tidak hidup bersamamu, maka semua itu bagiku tak lebih berharga daripada sebelah sayap seekor nyamuk. Sewaktu malaikat turun membawa wahyu kepada Muhammad maka Khadijah adalah orang pertama yang mengakui kenabian suaminya, dan wanita pertama yang memeluk Islam. Dia turut menenangkan hati Rasulullah, di kala kegalauan Nabi sewaktu wahyu pertama turun. Khadijah (r.ha) berkata, Tidak demikian, tetapi bergembiralah. Maka demi Allah, Allah takkan Mencelakakan engkau selamanya; engkau suka menyambungkan tali silaturahim, dan selalu jujur dalam bicara, meringankan derita orang lain, menyantuni orang tak mampu, menjamu tamu, dan menolong orang lain untuk mendapatkan haknya.[14] Sepanjang hidupnya bersama Nabi, Khadijah begitu setia menyertainya dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap‫ب‬kali‫ب‬suaminya‫ب‬ke‫ب‬Gua‫ب‬Hira’,‫ب‬ia‫ب‬pasti‫ب‬menyiapkan‫ب‬semua‫ب‬perbekalan‫ب‬dan‫ب‬ keperluannya. Seandainya Nabi Muhammad agak lama tidak pulang, Khadijah akan melihat untuk memastikan keselamatan suaminya. Sekiranya Nabi Muhammad khusyuk bermunajat, Khadijah tinggal di rumah dengan sabar sehingga Beliaau pulang. Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, dia coba sekuat mungkin untuk mententram dan menghiburkan, sehingga suaminya benar-benar merasai tenang. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Allah mengkaruniakannya 6 orang anak, yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqaiah,Ummi Kultsum, dan Fatimah. Salam dari Tuhan-nya dan Jibril[sunting | sunting sumber]
  • 6. Diriwayatkan dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah, dia berkata:Jibril datang kepada Nabi, lalu berkata:”Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari Tuhan-nya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya dan tiada kepayahan.[15] Dalam banyak kegiatan peribadatan Nabi Muhammad, Khadijah pasti bersama dan membantunya, seperti menyediakan air untuk mengambil wudhu. Nabi Muhammad menyebut‫ب‬keistimewaan‫ب‬terpenting‫ب‬Khadijah‫ب‬dalam‫ب‬salah‫ب‬satu‫ب‬sabdanya,‫“ب‬Di‫ب‬saat‫ب‬ semua orang mengusir dan menjauhiku, ia beriman kepadaku. Ketika semua orang mendustakan aku, ia meyakini kejujuranku. Sewaktu semua orang menyisihkanku, ia menyerahkan‫ب‬seluruh‫ب‬harta‫ب‬kekayaannya‫ب‬kepadaku.” Dikisahkan oleh Abu Hurairah bahwa malaikat Jibril menyampaikan salamnya untuk Khadijah dan menyampaikan bahwa surga adalah rumahnya. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Ya Rasulullah, Khadijah sebentar lagi akan datang membawa bejana berisi lauk, makanan atau minuman. Kalau ia sudah datang, sampaikan salam dari Allah dan dariku untuknya. Berikan kabar gembira, bahwa rumahnya kelak adalah surga." (HR Bukhari dan Muslim).Lantas, apa sekiranya yang membuat Khadijah menjadi sangat istimewa hingga ia dijamin masuk surga? Wafatnya[sunting | sunting sumber] Khadijah telah hidup bersama-sama Nabi Muhammad selama 25 tahun dan wafat dalam usia 64 tahun 6 bulan. Dia meninggal di gunung Hujun, dan dimakamkan di pemakaman dekat Mekkah.[16] Tahun meninggalnya dikenal sebagai Amul Huzni (Tahun Dukacita).[12] Referensi[sunting | sunting sumber] 1. ^ Muhammad ibn Saad, Tabaqat vol. 8. Translated by Bewley, A. (1995). The Women of Madina, p. 10. London: Ta-Ha Publishers. 2. ^ Ibn Ishaq (2001). The Life Of Muhammad. hlm. 82. ISBN 0196360331. 3. ^ Lings (1983). Muhammad: His Life Based on the Earliest iiiiSources. New York: Inner Traditions Internationalist. hlm. 83. 4. ^ Lings (1983). Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources. Inner Traditions Internationalist. 5. ^ Guillaume (1955). The Life of Muhammad. Oxford. 6. ^ Al-Tabari. History of Al-Tabari, Vol. 39. hlm. 161. 7. ^ Al-Tabari. History of Al-Tabari volume 39. hlm. 170. 8. ^ "Sunan Ibn Majah 1877 - The Chapters on Marriage - ‫كككككك‬ ‫كككك‬- Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (‫ككك‬ ‫كككك‬ ‫كككك‬ ‫ك‬ "(‫ككك‬. sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-18. Diakses tanggal 2021-08-18. 9. ^ "Sahih Muslim 1422d - The Book of Marriage - ‫كككككك‬ ‫كككك‬- Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (‫ككك‬ ‫كككك‬ ‫كككك‬ ‫ك‬ "(‫ككك‬. sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-18. Diakses tanggal 2021-08-18. 10. ^ "Sahih al-Bukhari 3536 - Virtues and Merits of the Prophet (pbuh) and his Companions - ‫ككككككك‬ ‫كككك‬- Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (‫ككك‬ "(‫ككك‬ ‫ك‬ ‫كككك‬ ‫كككك‬. sunnah.com. Diakses tanggal 2021-07-27. 11. ^ "Sahih al-Bukhari 3903 - Merits of the Helpers in Madinah (Ansaar) - ‫ككككك‬ ‫كككك‬ ‫ككككككك‬- Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (‫ككك‬ ‫كككك‬ "(‫ككك‬ ‫ك‬ ‫كككك‬. sunnah.com. Diakses tanggal 2021-07-27. 12. ^ Lompat ke:a b YAQUT, SYAIKH MUHAMMAD (Oktober 2014). "Pelajaran Berharga dari Kehidupan Khadijah". Qiblati. 9 (2): 73 – 77. ISSN 1907-0039.
  • 7. 13. ^ https://kehidupannabimuhammadsaw.wordpress.com/2010/07/01/kisah-cinta-di antara- siti-khadijah-ra-dengan-nabi-muhammad-saw/ 14. ^ Hadits riwayat Bukhari no.4572 15. ^ Shahih Bukhari, Bab Perkawinan Nabi Shallallahu alaihi wasallam dengan Khadijah dan Keutamaannya, 1/539. 16. ^ Adz-Dzahabi, Siyar A'lamin Nubala 2/112. Ada beberapa keutamaan Khadijah sehingga dari sini dapat diketahui bagaimanakah keutamaan istri nabi yang pertama ini. Pertama: Khadijah adalah yang pertama kali beriman dan yang pertama kali diajarkan wudhu dan shalat bersama Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah keistimewaan Khadijah dibanding dengan istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnnya (ummahatul mukminin). Jika tidak ada lagi keistimewaan selain ini, tentu sudahlah cukup menunjukkan kemuliaan Khadijah. Berarti keistimewaan Khadijah dari sisi ini adalah: 1. Ini yang paling utama, beriman pada Allah dan membenarkan ajaran Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. 2. Berwudhu yang bisa menghapus dosa. 3. Shalat yang merupakan rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat. Khadijah yang pertama kali shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan saat itu yang dilaksanakan baru shalat sunnah karena Khadijah meninggal dunia sebelum diwajibkannya shalat lima waktu (ia meninggal sebelum Isra’ Mi’raj, pen.) Qatadah, Az-Zuhri, ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqil, Ibnu Ishaq menyatakan, “Khadijah adalah orang yang pertama beriman kepada Allah dari laki-laki maupun perempuan dan tidak ada yang menyatakan selain itu.” Ibnul Atsir menyatakan, “Khadijah adalah yang Allah tetapkan masuk Islam pertama kali, tidak ada laki-laki maupun perempuan yang mendahuluinya.” Dinukil dari Ummahat Al-Mukminin, hlm. 174. Imam Adz-Dzahabi menyatakan pula, “Khadijah Ummul Mukminin adalah orang yang pertama kali beriman pada (ajaran) Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membenarkannya sebelum yang lainnya.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 2:109) Kedua: Khadijah membantu dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihatlah bagaimanakah Khadijah membantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau menerima wahyu pertama di Goa Hira. Sebelum diberikan wahyu pun, Khadijah sudah membantu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga ia menguatkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan memberikan ketenangan ketika beliau mendapatkan mimpi dan memberatkan diri beliau. Khadijah juga shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika masih disyariatkan sembunyi-sembunyi. Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menceritakan, ُّ ‫ى‬ِ ‫ب‬ َّ ‫الن‬ َ ‫ان‬ َ ‫ك‬ - ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صىل‬ - َ‫اء‬ َ ‫ن‬ َّ ‫الث‬ َ ‫ن‬ َ ‫س‬ ْ ‫ح‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ‫ع‬ ََ ‫ب‬ ْ ‫ث‬ َ ‫أ‬ َ ‫ة‬ َ ‫يج‬ ‫ى‬ ‫د‬ َ ‫خ‬ َ ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ذ‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬‫ى‬‫إ‬ – ْ ‫ت‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ – ‫ا‬ َ ‫ه‬‫ى‬‫ب‬ َّ‫ل‬ َ ‫ج‬ َ ‫و‬ َّ ‫ز‬ َ‫ع‬ ُ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ َ ‫ك‬ َ ‫ل‬ َ ‫د‬ْ‫ب‬ َ ‫أ‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ ‫ى‬ ‫ق‬ ْ ‫د‬ ِّ ‫الش‬ َ‫اء‬َ ‫ر‬ ْ‫م‬ َ ‫ح‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬ُ ‫ر‬ ُ ‫ك‬ ْ ‫ذ‬ َ ‫ت‬ ‫ا‬ َ‫م‬ َ ََ ‫ث‬ ْ ‫ك‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬ َ‫م‬ ُ ‫ت‬ ْ ‫ل‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ف‬ ً ‫ما‬ ْ ‫و‬َ‫ي‬ ُ ‫ت‬ْ ‫ر‬ ‫ى‬ ‫غ‬ َ ‫ف‬ َ‫ال‬ َ ‫ق‬ .‫ا‬ َ ‫ه‬ ْ ‫ن‬ ‫ى‬ ‫م‬ ً ‫ا‬ ْ ْ ‫ث‬ َ ‫خ‬ « ُ ‫اس‬ َّ ‫الن‬ ‫ى‬ِ ‫ب‬ َ ‫ر‬ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬ ْ ‫ذ‬‫ى‬‫إ‬ ‫ى‬ِ ‫ب‬ ْ ‫ت‬ َ ‫ن‬ َ‫آم‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬ ْ ‫ن‬ ‫ى‬ ‫م‬ ً ‫ا‬ ْ ْ ‫ث‬ َ ‫خ‬ َّ‫ل‬ َ ‫ج‬ َ ‫و‬ َّ ‫ز‬ َ‫ع‬ ُ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ ‫ى‬ َ ‫ب‬ َ ‫ل‬ َ ‫د‬ْ‫ب‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬ َ‫م‬ َّ‫ل‬ َ ‫ج‬ َ ‫و‬ َّ ‫ز‬ َ‫ع‬ ُ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ ‫ى‬ َ ‫ب‬ َ ‫ق‬ َ ‫ز‬ َ ‫ر‬ َ ‫و‬ ُ ‫اس‬ َّ ‫الن‬ ‫ى‬ َ ‫ب‬ َ‫م‬َ ‫ر‬ َ ‫ح‬ ْ ‫ذ‬‫ى‬‫إ‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬‫ى‬‫ال‬ َ‫م‬‫ى‬‫ب‬ ‫ى‬ َ ‫ب‬ ْ ‫ت‬ َ ‫اس‬ َ ‫و‬ َ ‫و‬ ُ ‫اس‬ َّ ‫الن‬ ‫ى‬ َ ‫ب‬َ‫ب‬ َّ ‫ذ‬ َ ‫ك‬ ْ ‫ذ‬‫ى‬‫إ‬ ‫ى‬ َ ‫ب‬ ْ ‫ت‬ َ ‫ق‬ َّ ‫د‬ َ ‫ص‬ َ ‫و‬ ‫ال‬ َ ‫د‬ َ ‫ال‬ ْ ‫و‬ َ ‫أ‬ ‫ى‬ َ ‫ب‬ َ‫م‬َ ‫ر‬ َ ‫ح‬ ْ ‫ذ‬‫ى‬‫إ‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬ َ ‫د‬ َ ‫ل‬ َ ‫و‬ ‫ى‬‫اء‬ َ ‫س‬ ِّ ‫ن‬ »
  • 8. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menceritakan Khadijah pasti ia selalu menyanjungnya dengan sanjungan yang indah. Aisyah berkata, “Pada suatu hari aku cemburu.” Ia berkata, “Terlalu sering engkau menyebut-nyebutnya, ia seorang wanita yang sudah tua. Padahal Allah telah menggantikannya buatmu dengan wanita yang lebih baik darinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menyampaikan, “Allah tidak menggantikannya dengan seorang wanita pun yang lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku tatkala orang-orang kafir kepadaku, ia telah membenarkan aku tatkala orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala orang-orang menahan hartanya tidak membantuku, dan Allah telah menganugerahkan darinya anak-anak tatkala Allah tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita-wanita yang lain.” (HR. Ahmad, 6:117. Syaikh Syuaib Al-Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih.) Ketiga: Khadijah pernah mendapatkan salam dari Allah dan Jibril ‘alaihis salam. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, َ ‫ك‬ ْ ‫ت‬ َ ‫ت‬ َ ‫أ‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ ُ ‫ة‬ َ ‫يج‬ ‫ى‬ ‫د‬ َ ‫خ‬ ‫ى‬‫ه‬ ‫ى‬ ‫ذ‬ َ ‫ه‬ ‫ى‬ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ َ‫ول‬ ُ ‫س‬ َ ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬ َ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬ َ ‫س‬ َ ‫و‬ ‫ى‬‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ‫ع‬ ُ ‫ه‬ ‫اَّلل‬ ‫ه‬ ‫ىل‬ َ ‫ص‬ َّ ‫ي‬ ‫ى‬ِ ‫ب‬ َّ ‫الن‬ ُ‫يل‬ِ ْ ِ ‫ث‬ ‫ى‬ ‫ج‬ ََ ‫ب‬ َ ‫أ‬ َ ‫ل‬ َّ ‫الس‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ‫ع‬ ْ ‫أ‬َ ‫ر‬ ْ ‫اق‬ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬ ْ ‫ت‬ َ ‫ت‬ َ ‫أ‬ َ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ه‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬‫ى‬‫إ‬ َ ‫ف‬ ٌ ‫اب‬َ ََ ‫ش‬ ْ ‫و‬ َ ‫أ‬ ٌ ‫ام‬ َ‫ع‬ َ ‫ط‬ ْ ‫و‬ َ ‫أ‬ ٌ‫ام‬ َ ‫د‬‫ى‬‫إ‬ ‫ى‬‫يه‬ ‫ى‬‫ف‬ ٌ‫اء‬ َ ‫ن‬‫ى‬‫إ‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬ َ‫ع‬ َ‫م‬ َ ‫ه‬ ِّ ‫ه‬‫ه‬ِّ َ ‫ر‬ ْ ‫ن‬ ‫ى‬ ‫م‬ َ ‫م‬ َّ ‫ز‬ َ‫ع‬ ‫ا‬ َ ‫ب‬ َ ‫ص‬ َ ‫ن‬ َ ‫َل‬ َ ‫و‬ ‫ى‬‫يه‬ ‫ى‬‫ف‬ َ ‫ب‬ َ ‫خ‬ َ ‫ص‬ َ ‫َل‬ ٍ ‫ب‬ َ ‫ص‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ن‬ ‫ى‬ ‫م‬ ‫ى‬‫ة‬ َّ ‫ن‬ َ ‫ج‬ ْ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ى‬ َ ‫ف‬ ٍ ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ب‬‫ى‬‫ب‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬ْ َِّ ‫ّش‬َ‫ب‬ َ ‫و‬ ‫ي‬ َِّ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫م‬ َ ‫و‬ َّ‫ل‬ َ ‫ج‬ َ ‫و‬ “Pada suatu ketika Jibril pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata, ‘Wahai Rasulullah, ini dia Khadijah. Ia datang kepada engkau dengan membawa wadah berisi lauk pauk, atau makanan atau minuman.’ ‘Apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allah dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya.’” (HR. Bukhari, no. 3820 dan Muslim, no. 2432) Keempat: Khadijah akan mendapatkan rumah di surga. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah di atas. Imam Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa menurut Khattabi dan selainnay rumah yang dimaksudkan adalah istana. Lihat Syarh Shahih Muslim, 1:178. Kelima: Khadijah adalah wanita terbaik di dunia dan akhirat. Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ُ ‫ة‬ َ ‫يج‬ ‫ى‬ ‫د‬ َ ‫خ‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬‫ى‬‫ائ‬ َ ‫س‬‫ى‬‫ن‬ ُ ْ ْ ‫ث‬ َ ‫خ‬ َ ‫و‬ ، َ ‫ان‬َ ‫ر‬ ْ‫م‬ ‫ى‬ ‫ع‬ ُ ‫ة‬ َ ‫ن‬ْ‫اب‬ ُ ‫م‬َ‫ي‬ ْ ‫ر‬ َ‫م‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬‫ى‬‫ائ‬ َ ‫س‬‫ى‬‫ن‬ ُ ْ ْ ‫ث‬ َ ‫خ‬ “Wanita terbaik yang pernah ada ialah Maryam putri Imran dan Khadijah.” (HR. Bukhari, no. 3432 dan Muslim, no. 2430). Makna yang paling nampak antara Maryam dan Khadijah adalah wanita terbaik di masanya masing-masing. Demikianlah disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 15:176. Dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫ى‬ ‫ل‬ ْ ‫ه‬ َ ‫أ‬ ‫ى‬‫اء‬ َ ‫س‬‫ى‬‫ن‬ ُ‫ل‬ َ ‫ض‬ ْ ‫ف‬ َ ‫أ‬ ُ ‫ت‬ ْ ‫ن‬‫ى‬‫ب‬ ُ ‫ة‬َ‫ي‬ ‫ى‬ ‫آس‬َ ‫و‬ ٍ ‫د‬ َّ‫م‬ َ ‫ح‬ ُ‫م‬ ُ ‫ت‬ ْ ‫ن‬‫ى‬‫ب‬ ُ ‫ة‬ َ‫م‬ ‫ى‬ ‫اط‬ َ ‫ف‬ َ ‫و‬ ٍ ‫د‬‫ى‬‫ل‬ْ‫ي‬ َ ‫و‬ ُ ‫خ‬ ُ ‫ت‬ ْ ‫ن‬‫ى‬‫ب‬ ُ ‫ة‬ َ ‫يج‬ ‫ى‬ ‫د‬ َ ‫خ‬ ‫ى‬‫ة‬ َّ ‫ن‬ َ ‫ج‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ان‬َ ‫ر‬ ْ‫م‬ ‫ى‬ ‫ع‬ ُ ‫ة‬ َ ‫ن‬ْ‫اب‬ ُ ‫م‬َ‫ي‬ ْ ‫ر‬ َ‫م‬ َ ‫و‬ َ ‫ن‬ ْ ‫و‬ َ‫ع‬ْ ‫ر‬ ‫ى‬‫ف‬ ُ ‫ة‬ َ ‫أ‬َ ‫ر‬ ْ‫ام‬ ٍ ‫م‬ ‫ى‬ ‫اح‬َ ‫ز‬ ُ‫م‬ “Wanita-wanita yang paling utama sebagai penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran.” (HR. Ahmad, 1:293. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)
  • 9. Keenam: Banyak sanjungan yang diberikan untuk Khadijah. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, ََ ْ ‫ي‬‫ى‬‫ن‬ ‫ى‬ ‫س‬ ‫ى‬ ‫ث‬ َ ‫ال‬ َ ‫ث‬‫ى‬‫ب‬ ‫ى‬ َ ‫ب‬ َ ‫ج‬ َّ ‫و‬ ََ ََ ‫ث‬َ‫ي‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ‫ل‬ْ‫ب‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ت‬ َ ‫ك‬ َ ‫ل‬ َ ‫ه‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ َ ‫و‬ َ ‫ة‬ َ ‫يج‬ ‫ى‬ ‫د‬ َ ‫خ‬ َ ‫ىل‬ َ‫ع‬ ُ ‫ت‬ْ ‫ر‬ ‫ى‬ ‫غ‬ ‫ا‬ َ‫م‬ ٍ‫ة‬ َ ‫أ‬َ ‫ر‬ ْ‫ام‬ َ ‫ىل‬ َ‫ع‬ ُ ‫ت‬ْ ‫ر‬ ‫ى‬ ‫غ‬ ‫ا‬ َ‫م‬ ‫ى‬ َ ‫ف‬ ٍ ‫ب‬ َ ‫ص‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ن‬ ‫ى‬ ‫م‬ ٍ ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ب‬‫ى‬‫ب‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬َ َِّ ‫ّش‬َ‫ب‬ُ‫ي‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َّ‫ل‬ َ ‫ج‬ َ ‫و‬ َّ ‫ز‬ َ‫ع‬ ُ ‫ه‬ُِّّ َ ‫ر‬ ُ‫ه‬َ ‫ر‬ َ‫م‬ َ ‫أ‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ َ ‫و‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬ُ ‫ر‬ ُ ‫ك‬ ْ ‫ذ‬َ‫ي‬ ُ ‫ه‬ ُ‫ع‬ َ‫م‬ ْ ‫س‬ َ ‫أ‬ ُ ‫ت‬ ْ ‫ن‬ ُ ‫ك‬‫ا‬ َ‫م‬‫ى‬‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬‫ى‬‫ل‬‫ى‬‫ئ‬ َ ‫ال‬ َ ‫خ‬ َ ‫َل‬‫ى‬‫إ‬ ‫ا‬ َ ‫يه‬ ‫ى‬ ‫د‬ ْ ‫ه‬ُ‫ي‬ َّ ‫م‬ ُ ‫ث‬ َ ‫اة‬ َّ ‫الش‬ ُ ‫ح‬َ‫ب‬ ْ ‫ذ‬َ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ان‬ َ ‫ك‬ ْ ‫ن‬‫ى‬‫إ‬ َ ‫و‬ ‫ى‬‫ة‬ َّ ‫ن‬ َ ‫ج‬ ْ ‫ال‬ “Aku tidak cemburu pada seorang wanita pun melebihi kecemburuanku pada Khadijah. Sungguh dia telah wafat tiga tahun sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku. Kecemburuanku disebabkan aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut-nyebut dia (Khadijah). Rabbnya pun menyuruh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberikan kabar gembira kepadanya (Khadijah) bahwa ia mendapatkan rumah di surga yang terbuat dari perhiasan. Ditambah lagi apabila beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelih kambing lalu beliau akan menghadiahkan sahabat-sahabat Khadijah.” (HR. Muslim, no. 2435) Al-Qadhiy ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Pendapatku, kecemburuan ‘Aisyah yang demikian karena usianya yang masih belia dan baru baligh. Mungkin juga itu muncul ketika beliau radhiyallahu ‘anha belum baligh.” (Syarh Shahih Muslim, 15:179) Ketujuh: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih memberikan penghormatan pada kerabat dan sahabat-sahabat dari Khadijah. Aisyah menyatakan bahwa ia tidak pernah punya rasa cemburu pada wanita selain pada Khadijah. Padahal Aisyah belum pernah melihat Khadijah. Cemburunya dikarenakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyebut-nyebut Khadijah. Terkadang kalau beliau menyembelih kambing, beliau memotong-motongnya lalu beliau kirim kepada sahabat-sahabat Khadijah. Aisyah radhiyallahu ‘anha pun pernah berkata pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ْ ‫ن‬ ُّ ‫الد‬ ‫ي‬ ‫ى‬ َ ‫ف‬ ْ ‫ن‬ ُ ‫ك‬َ‫ي‬ ْ ‫م‬ َ ‫ل‬ َ ‫ه‬ َّ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ك‬ ٌ ‫د‬ َ ‫ل‬ َ ‫و‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬ ْ ‫ن‬ ‫ى‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫َل‬ َ ‫ان‬ َ ‫ك‬َ ‫و‬ ْ ‫ت‬ َ ‫ان‬ َ ‫ك‬َ ‫و‬ ْ ‫ت‬ َ ‫ان‬ َ ‫ك‬‫ا‬ َ ‫ه‬ َّ ‫ن‬‫ى‬‫إ‬ : ُ‫ل‬ ْ ‫و‬ ُ ‫ق‬َ‫ي‬ َ ‫ف‬ ‫؟‬ ُ ‫ة‬ َ ‫ج‬ْ‫ي‬ ‫ى‬ ‫د‬ َ ‫خ‬ َّ ‫ال‬‫ى‬‫إ‬ ٌ ‫ة‬ َ ‫أ‬َ ‫ر‬ ْ‫ام‬ ‫ا‬َ‫ي‬ “Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Khadijah itu begini dan begitu, dan aku mendapatkan anak darinya.” (HR. Bukhari, no. 3818) Semoga jadi pelajaran berharga mengenai keutamaan Khadijah di atas. Semoga para wanita bisa menjadikannya sebagai teladan. Referensi:  Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm.  Siyar A’lam An-Nubala’. Cetakan pertama, Tahun 1435 H. Imam Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman Adz-Dzahabi. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.  Ummahat Al-Mukminin. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Dr. Muhammad bin Sulaiman. Penerbit Dar Ibnu Hazm. Sumber https://rumaysho.com/16638-faedah-sirah-nabi-keutamaan-khadijah.html