This document provides information about the Expanded Program of Immunization (EPI) for midwives. It discusses the importance of immunization in reducing infectious disease mortality and morbidity. It outlines the learning objectives which are to define immunization and vaccination, list the types of immunizations, discuss determinants of immune response, and discuss individual vaccines. It then provides details on active and passive immunization. It discusses the importance of immunization for disease eradication, elimination, and control. It also outlines the strategies and importance of the EPI program.
Pentavalent vaccines provide protection against five life-threatening diseases - diphtheria, tetanus, pertussis, hepatitis B, and Haemophilus influenzae type b - with a single shot. They contain inactivated toxins or antigens from each of the five pathogens. Pentavalent vaccines must be stored between 2-8 degrees Celsius and have benefits like comprehensive protection, reduced vaccination visits, cost-effectiveness, and contributing to herd immunity.
Studi kasus kontrol mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan penyakit dengan membandingkan frekuensi pajanan faktor risiko pada kasus dan kontrol. Studi ini memilih kasus yang sakit dan kontrol yang sehat untuk dibandingkan pajanan faktor risikonya. Kelebihan studi ini adalah hasil cepat dan biaya rendah, tetapi ada kelemahan seperti bias informasi karena mengandalkan ingatan.
The document summarizes the current state of universal health insurance in the United States. It discusses the fragmented nature of today's health care system and statistics on the uninsured. Research studies show that a universal single-payer system could cover all Americans for less money by reducing administrative costs. The document also briefly reviews universal health care systems in other countries like the UK, Germany, Japan, and Canada. It concludes by suggesting a universal system may be more achievable in the US than commonly believed.
Hari ini kita akan mempelajari/menentukan faktor perancu dengan cara lainnya yaitu dengan cara Mantel-Haenszel .
Perhitungan rasio Mantel-Haenszel menyediakan rasio odds yang telah terkontrol sebagai estimasi resiko relatif yang didapat dari kumpulan data yang telah dikelompokkan dan dipasangkan. Perhitungan statistiknya dengan mempertimbangkan angka rata-rata dari rasio odds individu yang berasal dari stratifikasi sampel ke dalam beberapa level yang secara internal sama (homogen) dengan mempertimbangkan faktor perancu[2].
Caranya yaitu Melakukan perbandingan Rasio kasar dan Rasio setelah dikontrol oleh faktor perancu (crude and adjusted ratio)
Jika perbedaan mencapai minimal 10 %, maka dapat disimpulkan variabel tersebut merancu asosiasi yang ada. Namun jika tidak ada perbedaan kedua nilai rasio, maka variabel tersebut bukan faktor perancu atau faktor konfounding
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan trauma muskuloskeletal yang mencakup kontusi, sprain, strain, dan dislokasi. Secara ringkas, dokumen menjelaskan pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, dan penatalaksanaan untuk masing-masing kondisi trauma tersebut.
Dokumen tersebut membahas konsep faktor perancu dalam epidemiologi. Faktor perancu adalah faktor yang berhubungan dengan faktor risiko dan hasil studi, sehingga dapat memperbesar atau memperkecil hubungan sebenarnya. Dokumen tersebut menjelaskan bagaimana umur dapat menjadi faktor perancu hubungan antara merokok dan risiko kematian, serta bagaimana aktivitas fisik dapat menjadi faktor perancu hubun
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai pendekatan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak. Dokumen menjelaskan bahwa setiap tahun lebih dari 10 juta anak meninggal di dunia karena penyakit seperti pneumonia, diare, malaria, campak dan malnutrisi, dan bahwa implementasi MTBS telah terbukti dapat menurunkan angka kematian balita, memperbaiki status gizi, dan men
This document provides information about the Expanded Program of Immunization (EPI) for midwives. It discusses the importance of immunization in reducing infectious disease mortality and morbidity. It outlines the learning objectives which are to define immunization and vaccination, list the types of immunizations, discuss determinants of immune response, and discuss individual vaccines. It then provides details on active and passive immunization. It discusses the importance of immunization for disease eradication, elimination, and control. It also outlines the strategies and importance of the EPI program.
Pentavalent vaccines provide protection against five life-threatening diseases - diphtheria, tetanus, pertussis, hepatitis B, and Haemophilus influenzae type b - with a single shot. They contain inactivated toxins or antigens from each of the five pathogens. Pentavalent vaccines must be stored between 2-8 degrees Celsius and have benefits like comprehensive protection, reduced vaccination visits, cost-effectiveness, and contributing to herd immunity.
Studi kasus kontrol mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan penyakit dengan membandingkan frekuensi pajanan faktor risiko pada kasus dan kontrol. Studi ini memilih kasus yang sakit dan kontrol yang sehat untuk dibandingkan pajanan faktor risikonya. Kelebihan studi ini adalah hasil cepat dan biaya rendah, tetapi ada kelemahan seperti bias informasi karena mengandalkan ingatan.
The document summarizes the current state of universal health insurance in the United States. It discusses the fragmented nature of today's health care system and statistics on the uninsured. Research studies show that a universal single-payer system could cover all Americans for less money by reducing administrative costs. The document also briefly reviews universal health care systems in other countries like the UK, Germany, Japan, and Canada. It concludes by suggesting a universal system may be more achievable in the US than commonly believed.
Hari ini kita akan mempelajari/menentukan faktor perancu dengan cara lainnya yaitu dengan cara Mantel-Haenszel .
Perhitungan rasio Mantel-Haenszel menyediakan rasio odds yang telah terkontrol sebagai estimasi resiko relatif yang didapat dari kumpulan data yang telah dikelompokkan dan dipasangkan. Perhitungan statistiknya dengan mempertimbangkan angka rata-rata dari rasio odds individu yang berasal dari stratifikasi sampel ke dalam beberapa level yang secara internal sama (homogen) dengan mempertimbangkan faktor perancu[2].
Caranya yaitu Melakukan perbandingan Rasio kasar dan Rasio setelah dikontrol oleh faktor perancu (crude and adjusted ratio)
Jika perbedaan mencapai minimal 10 %, maka dapat disimpulkan variabel tersebut merancu asosiasi yang ada. Namun jika tidak ada perbedaan kedua nilai rasio, maka variabel tersebut bukan faktor perancu atau faktor konfounding
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan trauma muskuloskeletal yang mencakup kontusi, sprain, strain, dan dislokasi. Secara ringkas, dokumen menjelaskan pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, dan penatalaksanaan untuk masing-masing kondisi trauma tersebut.
Dokumen tersebut membahas konsep faktor perancu dalam epidemiologi. Faktor perancu adalah faktor yang berhubungan dengan faktor risiko dan hasil studi, sehingga dapat memperbesar atau memperkecil hubungan sebenarnya. Dokumen tersebut menjelaskan bagaimana umur dapat menjadi faktor perancu hubungan antara merokok dan risiko kematian, serta bagaimana aktivitas fisik dapat menjadi faktor perancu hubun
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai pendekatan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak. Dokumen menjelaskan bahwa setiap tahun lebih dari 10 juta anak meninggal di dunia karena penyakit seperti pneumonia, diare, malaria, campak dan malnutrisi, dan bahwa implementasi MTBS telah terbukti dapat menurunkan angka kematian balita, memperbaiki status gizi, dan men
[목차]
1. 미래사회와 아동청소년의 이해
2. 학습부진 원인의 뇌과학적 이해
3. 뇌기반학습의 필요성
4. 뇌의 구조와 기능이해
5. 뇌의 정보처리 기능 이해
6. 학습과 기억의 이해
7. 작업기억의 이해
8. 감정과 학습의 관계 이해
9. 주의와 동기의 이해
10. 학습자의 마음상태 관리
11. 뇌기반학습원리 14
12. 학습부진해결의 새로운 접근
13. 교사의 새로운 역할
14. 학습부진 현장사례 Q&A
[목차]
1. 미래사회와 아동청소년의 이해
2. 학습부진 원인의 뇌과학적 이해
3. 뇌기반학습의 필요성
4. 뇌의 구조와 기능이해
5. 뇌의 정보처리 기능 이해
6. 학습과 기억의 이해
7. 작업기억의 이해
8. 감정과 학습의 관계 이해
9. 주의와 동기의 이해
10. 학습자의 마음상태 관리
11. 뇌기반학습원리 14
12. 학습부진해결의 새로운 접근
13. 교사의 새로운 역할
14. 학습부진 현장사례 Q&A
2. 권정민 교수
• 서울교대 유아.특수교육과 교수
• 서울교대 대학원 인공지능전공 교수
• Univ of Wisconsin-Madison 교육공학 석사,
특수교육 박사
• 주 연구분야: 게임기반교육, 비형식/자유선택교육,
박물관교육, 학습공간, 보조공학
• 이메일: jungminkwon@snue.ac.kr
• Follow: instagram.com/gradsurvival
34. 이윤희(2020). 원격수업관련 초등학교 통합학급 교사의 경험. 서울교대대학원 특수교육전공 석사학위논문.
1. 교육약자인 장애, 학습부진 등 학생들의 학습결손 누적 및 심화
2. 교육공동체간의 소통의 부재
3. 통합학급교사의 업무 과중
4. 미디어 노출시간 증가
5. 학생파악 어려워 적절한 교육적 중재 어려움
6. 학생의 성장이 어려움
7. 특수아동, 일반아동 간의 상호작용 어려움
8. 특수아동, 통합교사 간의 소통의 어려움
9. 통합교사, 특수아동의 부모 간의 소통의 어려움
통합된 장애아동과 교사는 더 큰 어려움을 겪음
35. 이인지(2020). 초등학교 원격수업에서 특수교사의 경험. 서울교대 대학원 특수교육전공 석사학위논문.
1. 제도적 인프라 부족으로 인해 사회경제적계층 간의 격차가 생김
2. 공문 시행이 늦고 비공식적 채널을 통해 소식을 접하게 됨
3. 물리적 인프라 부족으로 교사 개인 비용 지출.
4. 개별화 교육이 어려움
5. 특수교육 콘텐츠 부족
6. 수업자료 제작이 어려움
7. 학습활동이 제한적임
8. 온라인 학습에 집중이 어려움
9. 학습부담은 커지는 반면 효과는 낮음
10. 문제행동의 심화, 문제행동 중재 어려움
11. 상담으로 인한 에너지 소진
12. 보호자가 직장을 그만두게 됨
통합되지 않은 아동과 그의 교사도 더 큰 어려움
을 겪음
36. High Quality 교육이 나오려면 학습원리에 기초한
좋은 교수학습모델 필요
장기적 플래닝 필요
사회적 신뢰 필요
저작권: 권정민(in writing). 코로나시대 원격교육 질적연구