Perluasan makna kata dalam bahasa Sunda terjadi karena pengaruh situasi dan kondisi kehidupan masyarakat Sunda. Proses perluasan makna meliputi korelasi, kontradiksi, dan ketidakterkaitan makna semula. Perluasan makna lebih mudah terjadi dari inovasi daripada kreasi kata baru.
12. Perluasan Makna yang Berkorelasi (1)
Leksem : Aa (001)
a. Makna dahulu : Sebutan untuk kakak kandung
laki- laki.
b. Makna tambahan : Sapaan untuk laki-laki yang pantas
dipanggil kakak.
c. Hubungan makna : Masih terdapat pertalian makna.
13. Perluasan Makna yang Berkorelasi (2)
Leksem : Ciduh, nyiduh (022)
a. Makna dahulu : Ludah, meludah.
b. Makna tambahan : Menasihati orang yang sudah tua,
seperti pada nyiduh ka langit.
Menarik kembali perkataan yang
sudah diucapkan, ingkar janji,
seperti pada ngalétak ciduh.
c. Hubungan makna : Masih terdapat pertalian makna.
Ciduh cairan dari mulut,
sedangkan nasihat dan ucapan
adalah sesuatu yang keluar dari mulut.
14. Perluasan Makna yang Berkorelasi (3)
Leksem : Porocol (049)
a. Makna dahulu : Memotong pendek (utk rambut)
b. Makna tambahan : Menebang pohon sampai gundul.
Memotong apapun sampai habis
atau pendek.
c. Hubungan makna : Masih terdapat pertalian makna.
15. Perluasan Makna yang Berlawanan (1)
Leksem : Batur (011)
a. Makna dahulu : Teman, kawan, dan sahabat.
b. Makna tambahan : Orang lain, bukan saudara/famili,
bukan teman.
c. Hubungan makna : Terdapat pengontrasan makna.
16. Perluasan Makna yang Berlawanan (2)
Leksem : Kado (039)
a. Makna dahulu : Hadiah yang dibungkus.
b. Makna tambahan : Hadiah sekalipun tidak dibungkus
c. Hubungan makna : Terdapat pengontrasan makna
sekalipun bertalian makna.
17. Perluasan Makna yang Berlawanan (3)
Leksem : Kenténg (042)
a. Makna dahulu : Genting; atap rumah terbuat dari
tanah.
b. Makna tambahan : Atap rumah sekalipun tidak terbuat
dari tanah.
Menyerupai genting.
c. Hubungan makna : Masih terdapat pertalian makna
walau kontras.
18. Perluasan Makna yang Tidak Berkorelasi (1)
Leksem : Hileud (035)
a. Makna dahulu : Ulat
b. Makna tambahan : Penyakit infeksi di sekitar ujung
jari seperti pada kata hileudeun.
c. Hubungan makna : Tidak terdapat pertalian makna.
19. Perluasan Makna yang Tidak Berkorelasi (2)
Leksem : Bongkok (015)
a. Makna dahulu : Bungkuk, bengkok, melengkung.
b. Makna tambahan : Anak ayam yang mati masih dalam
telur seperti pada kotok bongkok.
Takluk sebelum melawan dulu
seperti pada serah bongkokan.
c. Hubungan makna : Tidak terdapat pertalian makna.
20. Perluasan Makna yang Tidak Berkorelasi (3)
Leksem : Gélo (034)
a. Makna dahulu : Gila, tidak waras, sinting.
b. Makna tambahan : Ungkapan untuk
menyatakan sesuatu yang wah,
fantastis.
c. Hubungan makna : Tidak terdapat pertalian makna.
22. Simpulan (2)
KEAKRABAN
SEBUTAN DALAM
SISTEM
KEKERABATAN
BAHASA
SUNDA
SISTEM SAPAAN
KELAYAKAN
23. Simpulan (3)
KREASI INOVASI
Proses konvensi dari inovasi makna kata jauh lebih
mudah dibandingkan konvensi dari kreasi kata.
24. Saran
O Peneliti selanjutnya diharapkan
melakukan:
penelitian perluasan
makna pada bahasa
lain penelitian pada
aspek perubahan
makna yang lain
penelitian yang
memanfaatkan penelitian yang
kajian memanfaatkan
sosiolinguistis linguistik historis
komparatif
25.
26. Daftar Pustaka
O Aminuddin. 2001. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung:
Sinar Baru
O Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
O ___________. 2003. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
O Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik 2: Pengantar Ilmu Makna.
Bandung: Refika Aditama
O Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal (Edisi Kedua). Jakarta :
Rineka Cipta
O Sibarani, Robert. 2003. Semantik Bahasa Batak Toba. Jakarta: Pusat
Bahasa, Depdiknas.
O Wirasasmita, Sutardi, dkk. 2001. Kamus Sunda – Indonesia. Bandung:
Disbudpar, Jabar.
O Internet:
O Ahira, Anne. (Tersedia di http://www.anneahira.com/perubahan-makna-
kata.htm, tanggal akses 31 Oktober 2012).