catatan Pembelajaran Sosial dan Emosional.docxencounter447
Pembelajaran sosial dan emosional merupakan pembelajaran kolaboratif yang melibatkan seluruh komunitas sekolah untuk membantu siswa, pendidik, dan tenaga kependidikan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif terkait aspek sosial dan emosional melalui lima kompetensi yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan ke
Modul ini membahas tentang konsep-konsep penting dalam menciptakan budaya positif di sekolah seperti disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, penggunaan hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, pembentukan keyakinan kelas, dan penggunaan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah. Guru dituntut untuk menerapkan konsep-konsep tersebut secara tepat guna membentuk lingkungan sekolah yang kondusif bag
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Konsep diri remaja dibentuk oleh interaksi dengan lingkungan dan pengalaman, serta memiliki berbagai fungsi seperti pemeliharaan konsistensi internal dan sebagai interpretasi pengalaman.
3. Konsep diri yang sehat ditandai dengan penilaian diri yang tepat, fleksibel, dan mampu mengontrol diri sendiri.
1. Dokumen ini membahas tentang konsep diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Konsep diri terbentuk dari interaksi lingkungan dan pengalaman.
2. Konsep diri yang sehat ditandai dengan penilaian diri yang tepat, fleksibel, dan mampu mengontrol diri. Konsep diri berpengaruh besar terhadap penyesuaian sosial.
3. Orang tua dan guru dapat membentuk konsep diri positif dengan memberikan
Dokumen tersebut membahas tentang konsep diri remaja dan upaya membentuk konsep diri yang sehat. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri, dan remaja perlu memiliki konsep diri yang tepat, fleksibel, dan mampu mengontrol dirinya sendiri agar dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan sosialnya. Orang tua dan guru perlu memberikan dukungan agar membant
catatan Pembelajaran Sosial dan Emosional.docxencounter447
Pembelajaran sosial dan emosional merupakan pembelajaran kolaboratif yang melibatkan seluruh komunitas sekolah untuk membantu siswa, pendidik, dan tenaga kependidikan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif terkait aspek sosial dan emosional melalui lima kompetensi yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan ke
Modul ini membahas tentang konsep-konsep penting dalam menciptakan budaya positif di sekolah seperti disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, penggunaan hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, pembentukan keyakinan kelas, dan penggunaan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah. Guru dituntut untuk menerapkan konsep-konsep tersebut secara tepat guna membentuk lingkungan sekolah yang kondusif bag
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Konsep diri remaja dibentuk oleh interaksi dengan lingkungan dan pengalaman, serta memiliki berbagai fungsi seperti pemeliharaan konsistensi internal dan sebagai interpretasi pengalaman.
3. Konsep diri yang sehat ditandai dengan penilaian diri yang tepat, fleksibel, dan mampu mengontrol diri sendiri.
1. Dokumen ini membahas tentang konsep diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Konsep diri terbentuk dari interaksi lingkungan dan pengalaman.
2. Konsep diri yang sehat ditandai dengan penilaian diri yang tepat, fleksibel, dan mampu mengontrol diri. Konsep diri berpengaruh besar terhadap penyesuaian sosial.
3. Orang tua dan guru dapat membentuk konsep diri positif dengan memberikan
Dokumen tersebut membahas tentang konsep diri remaja dan upaya membentuk konsep diri yang sehat. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri, dan remaja perlu memiliki konsep diri yang tepat, fleksibel, dan mampu mengontrol dirinya sendiri agar dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan sosialnya. Orang tua dan guru perlu memberikan dukungan agar membant
Dokumen ini membahas tentang konsep diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada beberapa jenis konsep diri seperti konsep diri dasar, sementara, sosial, dan ideal. Konsep diri memiliki fungsi untuk memelihara konsistensi internal, menginterpretasikan pengalaman, dan menjadi kumpulan harapan. Lingkungan keluarga dan sekolah berperan besar dalam membentuk konsep diri siswa.
Kegiatan penguatan bagi guru-guru SMA Nurul Fikri Boarding School Lembang bertujuan untuk membantu guru memahami keragaman siswa, menyadari persepsi dan implikasi hukuman, serta mengembangkan teknik disiplin positif. Peserta diharapkan memahami keragaman siswa, menyadari tujuan perilaku salah, dan mampu menerapkan disiplin positif.
1.1.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.1.docxzalpidinzalfa
Modul ini membahas pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan yang memberikan kontribusi besar dalam memajukan sistem pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara menekankan pendidikan untuk semua, pendidikan karakter, dan pendidikan yang relevan dengan kehidupan nyata sebagai pembentuk kepribadian dan pemberdayaan masyarakat.
Bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan potensi diri secara optimal dan mengatasi masalah yang dihadapi melalui proses yang berkelanjutan. Guru memegang peran penting dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling untuk mendukung tujuan pendidikan dan pembelajaran. Layanan tersebut diarahkan pada orientasi individual siswa, perkembangan siswa, serta permasalahan yang dihadapi.
Modul ini membahas tentang koneksi antar materi dalam modul 1.4 Budaya Positif, yang mencakup filosofi pemikiran KHD, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, dan tujuan akhir penciptaan budaya positif. Modul ini juga menjelaskan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, posisi kontrol guru, dan segitiga restitusi dalam menciptakan budaya positif di kelas dan sekolah.
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxRIMA685626
Modul tetang bangunlah jiwa raganya , pada tahap Face C awal di kelas 5 dengan dimensi ketakwaan , akhlak mulia, mandii dan bernalar kritis membangun karakter siswa untuk dapat lebih mudah menjalankan keistiqomahan ibadah yang sebelumnya sudah dilakukan.
Pada kegiatan ini siswa diajak untuk mengenal alasan mengapa harus istiqomah dalam ibadah? Melalui gambar dan media slide presentasi. Kemudian siswa diberikan motivasi untuk melakukan sholat tepat waktu. Setelah mengetahui alasan dan tumbuh kesadaran untuk sholat tepat waktu, kemudian kegiatan selanjutnya siswa melakukan eksplorasi menggunakan media HP, laptop, dan koneksi internet tentang perintah sholat kemudian berkreasi membuat pajangan perintah sholat dan dipajang di tempat-tempat tertentu, selanjutnya diberikan pengetahuan dan siraman rohani tentang pentingnya sholat melalui pemutaran video dari ustad, Abul Somad, dan Adi Hidayat.
Kegiatan projek pembiasaan keseharian yang dilakukan setiap hari dari hari ke hari tumbuh kebiasaan baik dan disiplin dalam waktu sholat juga bertambah ilmu tentang sholatnya dan beramal jariyah. Melalui praktik sholat, praktik membersihkan mushola dan pengamatan lingkunan mushola sekolah dimana fasilitator mengecek kontrol sholat, shodaqoh dan mengamati proses diskusi siswa. Kemudian pembiasaan ini bukan hanya dilakukan di sekolah tetapi juga di rumah melalui catatan kontrol harian sholat dan shodaqoh dengan bantuan kontroling dari orang tua. Setelah siswa melakukan pembiasaan ini, selanjutnya siswa mengajak orang lain (teman-teman) melalui kegiatan bersih-bersih mushola, dilengkapi atribut kampanye yang berisi Menjaga kebersihan tempat ibadah dan berlomba dalam berbuat baik. Setelah melalui serangkaian kegiatan dari hari ke hari siswa membagikan pengalamannya dalam sebuah cetita yang dirancang secara berkelompok dan di pusblish di sosial media sekolah.
Elemen Belum berkembang Mulai berkembang Berkembang sesuai harapan Sangat berkembang
Regulasi Diri
Sama sekali tidak Mengidentifikasi faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam pelaksanaan disiplin sholat tepat waktu Menunjukkan adanya sedikit Mengidentifikasi faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam pelaksanaan disiplin sholat tepat waktu Menunjukkan sudah ada usaha Mengidentifikasi faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam pelaksanaan disiplin sholat tepat waktu Sudah terbiasa Mengidentifikasi faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam pelaksanaan disiplin sholat tepat waktu.
Elemen Belum berkembang Mulai berkembang Berkembang sesuai harapan Sangat berkembang
Akhlak Beragama Sama sekali tidak memiliki Penghayatan atas sifat-sifat Tuhan dan tidak melaksanakan (wudhu, gerakan) ritual ibadah atau sembahyang 5 waktu Menunjukkan ada sedikit memiliki Penghayatan atas sifat-sifat Tuhan dan melaksanakan (wudhu, gerakan) ritual ibadah atau sembahyang kurang dari 3 waktu Menunjukkan sudah memiliki Penghayatan atas sifat-sifat Tuhan dan melaksanakan (wudhu, gerakan) ritual ibadah atau sho
Beberapa alasan mengapa tidak cukup hanya dengan peraturan, tetapi perlu ada keyakinan kelas:
1. Peraturan hanya mengatur tindakan fisik, sedangkan keyakinan kelas mengatur sikap dan pola pikir. Dengan adanya keyakinan kelas, murid akan memahami alasan dan manfaat di balik peraturan, sehingga mereka taat bukan hanya karena takut hukuman.
2. Keyakinan kelas membangun komitmen bersama untuk mencapai tuju
Dokumen ini membahas tentang konsep diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada beberapa jenis konsep diri seperti konsep diri dasar, sementara, sosial, dan ideal. Konsep diri memiliki fungsi untuk memelihara konsistensi internal, menginterpretasikan pengalaman, dan menjadi kumpulan harapan. Lingkungan keluarga dan sekolah berperan besar dalam membentuk konsep diri siswa.
Kegiatan penguatan bagi guru-guru SMA Nurul Fikri Boarding School Lembang bertujuan untuk membantu guru memahami keragaman siswa, menyadari persepsi dan implikasi hukuman, serta mengembangkan teknik disiplin positif. Peserta diharapkan memahami keragaman siswa, menyadari tujuan perilaku salah, dan mampu menerapkan disiplin positif.
1.1.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.1.docxzalpidinzalfa
Modul ini membahas pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan yang memberikan kontribusi besar dalam memajukan sistem pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara menekankan pendidikan untuk semua, pendidikan karakter, dan pendidikan yang relevan dengan kehidupan nyata sebagai pembentuk kepribadian dan pemberdayaan masyarakat.
Bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan potensi diri secara optimal dan mengatasi masalah yang dihadapi melalui proses yang berkelanjutan. Guru memegang peran penting dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling untuk mendukung tujuan pendidikan dan pembelajaran. Layanan tersebut diarahkan pada orientasi individual siswa, perkembangan siswa, serta permasalahan yang dihadapi.
Modul ini membahas tentang koneksi antar materi dalam modul 1.4 Budaya Positif, yang mencakup filosofi pemikiran KHD, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, dan tujuan akhir penciptaan budaya positif. Modul ini juga menjelaskan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, posisi kontrol guru, dan segitiga restitusi dalam menciptakan budaya positif di kelas dan sekolah.
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxRIMA685626
Modul tetang bangunlah jiwa raganya , pada tahap Face C awal di kelas 5 dengan dimensi ketakwaan , akhlak mulia, mandii dan bernalar kritis membangun karakter siswa untuk dapat lebih mudah menjalankan keistiqomahan ibadah yang sebelumnya sudah dilakukan.
Pada kegiatan ini siswa diajak untuk mengenal alasan mengapa harus istiqomah dalam ibadah? Melalui gambar dan media slide presentasi. Kemudian siswa diberikan motivasi untuk melakukan sholat tepat waktu. Setelah mengetahui alasan dan tumbuh kesadaran untuk sholat tepat waktu, kemudian kegiatan selanjutnya siswa melakukan eksplorasi menggunakan media HP, laptop, dan koneksi internet tentang perintah sholat kemudian berkreasi membuat pajangan perintah sholat dan dipajang di tempat-tempat tertentu, selanjutnya diberikan pengetahuan dan siraman rohani tentang pentingnya sholat melalui pemutaran video dari ustad, Abul Somad, dan Adi Hidayat.
Kegiatan projek pembiasaan keseharian yang dilakukan setiap hari dari hari ke hari tumbuh kebiasaan baik dan disiplin dalam waktu sholat juga bertambah ilmu tentang sholatnya dan beramal jariyah. Melalui praktik sholat, praktik membersihkan mushola dan pengamatan lingkunan mushola sekolah dimana fasilitator mengecek kontrol sholat, shodaqoh dan mengamati proses diskusi siswa. Kemudian pembiasaan ini bukan hanya dilakukan di sekolah tetapi juga di rumah melalui catatan kontrol harian sholat dan shodaqoh dengan bantuan kontroling dari orang tua. Setelah siswa melakukan pembiasaan ini, selanjutnya siswa mengajak orang lain (teman-teman) melalui kegiatan bersih-bersih mushola, dilengkapi atribut kampanye yang berisi Menjaga kebersihan tempat ibadah dan berlomba dalam berbuat baik. Setelah melalui serangkaian kegiatan dari hari ke hari siswa membagikan pengalamannya dalam sebuah cetita yang dirancang secara berkelompok dan di pusblish di sosial media sekolah.
Elemen Belum berkembang Mulai berkembang Berkembang sesuai harapan Sangat berkembang
Regulasi Diri
Sama sekali tidak Mengidentifikasi faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam pelaksanaan disiplin sholat tepat waktu Menunjukkan adanya sedikit Mengidentifikasi faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam pelaksanaan disiplin sholat tepat waktu Menunjukkan sudah ada usaha Mengidentifikasi faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam pelaksanaan disiplin sholat tepat waktu Sudah terbiasa Mengidentifikasi faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam pelaksanaan disiplin sholat tepat waktu.
Elemen Belum berkembang Mulai berkembang Berkembang sesuai harapan Sangat berkembang
Akhlak Beragama Sama sekali tidak memiliki Penghayatan atas sifat-sifat Tuhan dan tidak melaksanakan (wudhu, gerakan) ritual ibadah atau sembahyang 5 waktu Menunjukkan ada sedikit memiliki Penghayatan atas sifat-sifat Tuhan dan melaksanakan (wudhu, gerakan) ritual ibadah atau sembahyang kurang dari 3 waktu Menunjukkan sudah memiliki Penghayatan atas sifat-sifat Tuhan dan melaksanakan (wudhu, gerakan) ritual ibadah atau sho
Beberapa alasan mengapa tidak cukup hanya dengan peraturan, tetapi perlu ada keyakinan kelas:
1. Peraturan hanya mengatur tindakan fisik, sedangkan keyakinan kelas mengatur sikap dan pola pikir. Dengan adanya keyakinan kelas, murid akan memahami alasan dan manfaat di balik peraturan, sehingga mereka taat bukan hanya karena takut hukuman.
2. Keyakinan kelas membangun komitmen bersama untuk mencapai tuju
Similar to ILUSTRASI KASUS DALAM KONSELING.pdf (20)
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...Muhammad Nur Hadi
Jurnal "Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ayat 26 dan 32 dan Surah Al-Hujurat Ayat 13), Ditulis oleh Muhammmad Nur Hadi, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadist di UIN SUSKA RIAU.
1. ILUSTRASI KASUS DALAM KONSELING & PENERAPAN TEORI KONSELING | 2021
ILUSTRASI KASUS DALAM KONSELING &
PENERAPAN TEORI KONSELING
Dosen : Nurul Faizah K, S.Sos.,M.A
2. ILUSTRASI KASUS DALAM KONSELING & PENERAPAN TEORI KONSELING | 2021
Penggunaan teori konseling menjadi pijakan mendasar bagi konselor untuk menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi
oleh klien. Teori konselin yang diyakini dan dikuasai oleh konselor akan menjadi arah bagi konselor untuk menentukan
masalah yang dialami dialami oleh klien. Dengan demikian perlu disadari bahwa ada kemungkinan untuk satu masalah yang
sama, akan didekati dengan teori yang berbeda oleh masing-masing konselor. Sepanjang konselor bisa mempertanggung
jawabkan argumentasi tentang teori yang dipergunakan maka sah-sah saja konseling tersebut dilaksanakan.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka penyelesaian masalah siswa melalui studi kasus dapat dilakukan dengan
mempergunakan berbagai pendekatan dalam konseling. Bahkan saat ini mulai dilakukan proses penggabungan teori atau
pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi konselor dan kondisi budaya dimana konselor tinggal. Pendekatan ini disebut
dengan pendekatan elektik, dimana konselor menggabungkan beberapa pendekatan untuk menyelesaikan satu permasalahan
yang dihadapi oleh siswa. Pertimbangan penggunaan pendekatan elektik ini menurut Slameto (2002) adalah:
1. Ekonomis dari segi waktu baik bagi konselor maupun konseling
2. Efektifitas teknis yang dipakai cocok utnuk beragama konseling
3. ILUSTRASI KASUS DALAM KONSELING & PENERAPAN TEORI KONSELING | 2021
3. Kesegaran hasil yang dicapai
4. Kedalaman, tahan lama serta dapat dipakai konseling untuk melakukan konseling dirinya sendiri.
CONTOH STUDI KASUS
Slameto (2002) memberikan contoh studi kasus yang secara lengkap akan dikutip oleh penulis sebagai berikut di bawah
ini.
Narasi Kasus Klien
Lia (samaran) adalah siswa kelas 1 SMU favorit Salatiga yang berusaha untuk naik kelas II. Ia berasal dari keluarga
petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa pedalaman kurang lebih 17 km diluar kota Slatiga. Sebagai anak
pertama semula orang tuanya berkeberatan selama SLTP anaknya melanjutkan ke SMU di Salatiga. Orang tuanya sebetulnya
berharap agar anaknya tidak susah-susah melanjutkan sekolah kekota, tetapi atas bujukan wakil kelas anaknya saat
pengambilan STTB dengan berat hati merelakan anaknya melanjutkan sekolah. Pertimbangan wali kelasnya karena lia
terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga wajar jika bisa diterima di SMU favorit disatu pihak Lia bangga
sebagai anak desa toh bisa diterima, tetapi dilain pihak mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar berasal
4. ILUSTRASI KASUS DALAM KONSELING & PENERAPAN TEORI KONSELING | 2021
dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Lia. Ia menganggap teman-teman dari
keluarga tersebut sebagai orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja dan
sombong. Makin lama perasaan ditolak, terisolir dan kesepian makin mencekam dan mulai timbul sikap dan anggapan sekolah
itu bukan untuk didirnya, tindak kekerasan, tetapi mau keluar malu dengan orang tua dan teman sekampung, terus bertahan,
susah tak ada/punya teman yang peduli. “Dasar saya anak desa, anak miskin” (dibanding dengan teman-teman dikota)
hujatnya pada diri sendiri. Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana
mestinya. Makin lama nilainya semakin jauh sehingga beban pikiran dan perasaan makin berat, sampai-sampai ragu apakah
bisa naik kelas atau tidak.
Memahami Lia dalam perspektif RET
Menurut pandangan RET (rasional emotif Terapi), manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat rasional
ataupun tidak rasional. Manusia seringkali menyalahkan diri sendiri, orang lain dan dunia apabila tidak segara memperoleh
apa yang diinginkan. Akibat berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manusiawi) seluruh kehidupan, akhirnya hanya
sesulit yang luar biasa besar yang didapat. Selain itu, manusia juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan
pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan emosinya menjadi tidak wajar dan menyalahkan diri sendiri.
5. ILUSTRASI KASUS DALAM KONSELING & PENERAPAN TEORI KONSELING | 2021
Berpikir dan merasa itu mempunyai dibedakan dengan selaput yang sangat tipis: pikiran dapat menjadi perasaan dan
sebaliknya. Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu sejadiaan diwujudkan dalam suatu tindakan/perilaku
rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-dorongan
yan kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.
Lia sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh
pikiran/perasaan irasional. Ia telah menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya, semua teman
akan memperhatikan/mendukung, peduli dan lain-lain. Itu semua tidak ada/didapatkan sejak SMU, sampai pada akhirnya
menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaan serta mengisolir dirinya sendiri. Ia telah berhasil membangun
konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan lari) teman-teman lingkungannya. Ia
menjadi minder, pemalu, penakut dan akhirya ragu-ragu terhadap prestasi/keberhasilannya kelak yang sebetulnya tidak perlu
terjadi.
6. ILUSTRASI KASUS DALAM KONSELING & PENERAPAN TEORI KONSELING | 2021
Tujuan dan Teknik Konseling
Tujuan konseling dalam kasus Lia ini adalah memerangi pemikiran rasional yang dimiliki Lia yang melatarbelakangi
ketakutan/kecemasan yaitu konsep diri yang salah. Dalam proses konseling ini, konselor lebih bersikap otoritatif. Konselor
memanggil Lia, mengajak berdiskusi dan melakukan konfrontasi langsung untuk menolongnya agar segera beranjak
meninggalkan pola pikir yang irasional/tidak logis kepola pikir yang rasional/logis melalui persuasif, sugestif, pemberian
nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibiliografi terapi.
Konseling kognitif: untuk menunjukkan bahwa Lia harus membongkar pila pikir irasionalnya tentang konsep harga
diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih bahagia dan sukses. Konselor lebih bergaya mengajar:
memberikan nasehat, konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-rasional, sugesti, asertif training dengan simulasi diri
menerapkan konsep diri yang benar dan sikap atau ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional dilanjutkan sebagai
PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh: “sesorang berharga bukan karna kekayaan atau jumlah dan status
teman yang mendukung, tetapi pada kasih tuhan dan perwujud-Nya. Tuhan mengasihi saya, karena saya berharga di
hadiratNya. Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang, puas dan bangga, tetapi kadang-kadang acuh tak acuh,
bahkan ada kalanya saya benci, memaki-maki diri sendiri, sehingga wajar dan realistis jika sejumlah 40 orang teman satu
7. ILUSTRASI KASUS DALAM KONSELING & PENERAPAN TEORI KONSELING | 2021
kelas misalnya ada +40% yang baik, 50% netral, hanya 10% saja yang membenci saya. Adalah tidak mungkin menuntut
semua atau setiap orang setiap saat untuk baik pada saya”. Ide-ide ini terus dilatihkan dan diajarkan melalui cara-cara
ilmiah.
Konseling emotif-evolatif: untuk mengubah sistem nilai Lia dengan menggunakan teknik penyadaran antara yang
benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain peran dan pelepasan beban agar Lia melepaskan pikiran dan perasaannya
yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif di atas. Konseling behavior
digunakan untuk mengubah perilaku yang negatif dengan merubah akar-akar keyakinan Lia yang irasional/tidak logis melalui
kontrak, reinforcement, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.
8. ILUSTRASI KASUS DALAM KONSELING & PENERAPAN TEORI KONSELING | 2021
PROSES PELAKSANAAN KONSELING
Identifikasi masalah/Asesmen Masalah
Adalah proses mengumpulkan data klien yang berasal dari berbagai sumber. Data tersebut sebaiknya dipilah dan dipilih sesuai
dengan karakteristik masalah klien. Informasi terkait dengan masalah klien dapat berasal dari kepala sekolah,wakasek, wali
kelas, guru bidang studi dan sumber lain yang releven. Perlu diingat, konselor sebaiknya berhati-hati dalam tahap ini,
Bagaimana Proses Konseling?
2. Asesmen
Masalah
3. Penetapan
Tujuan
4. Seleksi & impl
Strategi Intervensi
5. Evaluasi
Terminesi/follow-up
9. ILUSTRASI KASUS DALAM KONSELING & PENERAPAN TEORI KONSELING | 2021
terutama terkait dengan asas kerahasiaan. Akan lebih bijaksana jika konselor tidak menceritakan secara detail tentang
permasalahan klien sebelum mendapatkan persetujuan klien.
Diagnosis (pilih satu maslah pokok)
Merupakan suatu maslah untuk menentukan suatu masalah yang benar-benar dimiliki oleh klien. Untuk menentukan masalah
ini, bisa dipergunakan teori ABC.
Prognosis (tentukan strategi konseling yang akan dipergunakan berikut alasan)
Merupakan kegiatan untuk menentukan strategi konseling yang benar-benar cocok dengan karakteristik maslah klien.
Penentuan strategi konseling ini harus disertai dengan rasional/alasan mengapa konselor memandang perlu mempergunakan
strategi konseling tersebut. Perlu diperhatikan bahwa untuk menentukan strategi konseling yang akan dipergunakan makan
harus dikatahui terlebih dulu tentang tujuan konseling.
Contoh:
Pola pikir negatif ---strategi thought stoping tidak berani mengatakan tidak---strategi asertiv training Tidak bisa membagi
waktu belajar ---strategi self manajemen Kecemasan ---strategi disentisisasi sistematis
10. ILUSTRASI KASUS DALAM KONSELING & PENERAPAN TEORI KONSELING | 2021
Treatment (rencana pelaksaan)
Merupakan serangkaian kegiatan yang berisi rencana (atau laporan) tentang pelaksanaan strategi konseling yang akan
diterapkan kepada klien. Pada bagian ini sebaiknya dirinci tentang pelaksanaan strategi konseling mulai dari pertemuan
pertama sampai terakhir.
Follow up (tindak lanjut dari kegiatan klien)Merupakan kegiatan lanjutan setelah pelaksanaan treatmen dilaksanakan.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya monitoring kemajuan klien.