The Six Highest Performing B2B Blog Post FormatsBarry Feldman
If your B2B blogging goals include earning social media shares and backlinks to boost your search rankings, this infographic lists the size best approaches.
Each technological age has been marked by a shift in how the industrial platform enables companies to rethink their business processes and create wealth. In the talk I argue that we are limiting our view of what this next industrial/digital age can offer because of how we read, measure and through that perceive the world (how we cherry pick data). Companies are locked in metrics and quantitative measures, data that can fit into a spreadsheet. And by that they see the digital transformation merely as an efficiency tool to the fossil fuel age. But we need to stretch further…
The Six Highest Performing B2B Blog Post FormatsBarry Feldman
If your B2B blogging goals include earning social media shares and backlinks to boost your search rankings, this infographic lists the size best approaches.
Each technological age has been marked by a shift in how the industrial platform enables companies to rethink their business processes and create wealth. In the talk I argue that we are limiting our view of what this next industrial/digital age can offer because of how we read, measure and through that perceive the world (how we cherry pick data). Companies are locked in metrics and quantitative measures, data that can fit into a spreadsheet. And by that they see the digital transformation merely as an efficiency tool to the fossil fuel age. But we need to stretch further…
Indonesia menduduki angka prevalensi 3 berpenyakit lepra di dunia. dan jawa timur adalah provinsi penyumbang terbanyak nomer pertama di Indonesia. Maka pengetahuan tentang lepra kini dibutuhkan sebagai usaha preventif pendistribusian penyakit.
Indonesia menduduki angka prevalensi 3 berpenyakit lepra di dunia. dan jawa timur adalah provinsi penyumbang terbanyak nomer pertama di Indonesia. Maka pengetahuan tentang lepra kini dibutuhkan sebagai usaha preventif pendistribusian penyakit.
1. HARA SULFUR
Kandungan sulfur dalam tanaman sama dengan Ca, Mg, dan P.
Tanaman memperoleh S dari serapan akar terhadap ion sulfat
(SO42-). Tetapi dimungkinkan tanaman dapat menyerap S dalam
bentuk SO2 langsung dari atmosfer pada konsentrasi yang rendah.
Pada konsentrasi yang tinggi SO2 bersifat meracun tanaman.
Tanaman juga dapat menyerap S melalui akar dalam bentuk sistin
dan metionin, tetapi ion SO42- diserap dalam perbandingan yang
lebih besar.
S yang dibutuhkan oleh tanaman diubah dalam bentuk tereduksi
dan diasimilasikan dengan rangka karbon dalam kloroplas,
menjadi sistein dan metionin.
Asam amino,sistin, sistein dan metionin mengandung ikatan
disulfida (S—S), gugus sulfidril (--S—H), dan gugus thioeter (--S—
CH3).
2. HARA SULFUR
90% S tanaman ada dalam bentuk asam amino yang mengandung
S, yang semua berperan dalam struktur protein dan fungsi protein.
Sulfur juga unsur penyusun senyawa yang lebih kecil yang memiliki
peran penting dalam metabolisme, seperti feredoksin dan koensim A.
Sulfur bergerak ke atas didalam tanaman dalam bentuk SO 42anorganik.
Di bawah kondisi konsentrasi S yang rendah mobilitas S rendah
hanya tinggal S dalam bentuk stuktural tidak dapat
ditranslokasikan.
Ketika status naik, mobilitas juga menigkat. Pola mobilitas adalah
bahwa dalam kondisi cukup S, SO42- lebih banyak ditranslokasikan
ke daun muda yang aktif tumbuh. Sebaliknya, pada kondisi
pasokan S rendah jaringan meristem menampakkan gejala
defisiensi.
3. HARA SULFUR
Defisiensi S ditunjukkan dalam jaringan muda,
daun muda menjadi klorosis. Pada tanaman bijibijian defisiensi S menurunkan pertumbuhan
sehingga menurunkan hasil secara potensial.
Kadar S dalam biji mungkin dapat berkurang
sementara total keseluruhan tanaman masih
tetap dalam kondisi kekurangan S. Tingkat
metionin dalam biji sering mengalami
penurunan oleh defisiensi S dan ini
menurunkan nilai nutrisional dari biji tersebut.
Pada jaringan vegetatif, kandungan S yang
normal antara 0,12 dan 0,35% dan nisbah total
N/total S adalah 15. Pada kondisi defisiensi S,
nisbah tersebut lebih tinggi.
4. HARA SULFUR
Tanaman jarang menampakkan keracunan S dan keracunan
S hanya terdapat pada kultur larutan nutrien buatan.
Hampir semua tanaman peka terhadap konsentrasi SO 2
yang tinggi. Konsontrasi SO2 yang normal adalah 0,1-0,2
mg/m3, gejala keracunan akan timbul kalau konsentrasi S
mencapai lebih besar dari 0,6 mg/m3.
Gejala keracunan tampak daun nekrosis sebagian-sebagian
dan selanjutnya keseluruhan daun mengalaminya.
Defisiensi S berada pada saat masukan S rendah, seperti di
daerah yang jauh dari laut dan industri, dan kebutuhan S
tinggi, seperti dalam sistem pertanaman yang pupuk NPK
digunakan dalam kondisi irigasi intensif tetapi tanpa
pemupukan S.
Pada tanah pasiran yang mengalami pencucian yang hebat
kemungkinan dapat terjadi defisiensi pula.