SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
Edwansyah Gumayenda
Page 1
----,(Halaman 2) :
Kontroversi dari oknum-oknum Rasiwan diilustrasikan dengan mengolok-
olok Gumayenda meskipun mengetahui kasus yang terjadi yakni oknum-oknum
Rasiwan-Sjamsuri-Sohar terlibat penculikan dan pembunuhan yang diupayakan
mengklaim bias dari perekrutan dan pemfitnahan terhadap kaum kerabat
korban, harapan menumbalkan perekrutan dari orang-orang palsu yang tidak
mampu lagi mengklaim hukum dan perlindungan menjadi pilihan bagi kejahatan
oknum-oknum Rasiwan. Kelompok kejahatan Sukron dan Pajeroni Zawawi kini
mengonsolidasi kelompok kejahatan Susiawan yakni menempatkan pelaku-
pelaku kejahatan dari kasus hilangnya Indra Rasiwan dan Nirwana Indra Rasiwan
di Ade Irma Suryani 82-85 (:Peltu Menalis) kecamatan Jarai dan bertahan
dengan kebohongan dari identitas-identitas palsu keluarga Indra Rasiwan dan
oknum-oknum Rasiwan yang melakukan substitusi identitas terhadap keluarga
Susiawan dan Eli Kusmala. Penjatahan di desa Rambai Kaca, Bangunrejo, dan
Karang Dalo Pagaralam membuktikan keterlibatan kejahatan oknum-oknum
Rasiwan yang kini melebar hingga Serpong-Sukmajaya Depok-Bogor karena
Taufan Putra, Jimmy Arfan Masuning (pelaku penusukan), dan Budi Sukardi
(pelaku pemerkosaan dan penculikan) merasa sukses dengan kondisi kematian
rekayasa atas identitas diri mereka yang sebenarnya merupakan kesempatan
pelaku melebarkan modus kontroversi, hal yang diestimasi adalah kemampuan
keluarga Taufan Putra memberikan okupasi kepada sampah-sampah masyarakat
yang direkrutnya dengan hasil sebelumnya yakni mantan Bupati Lahat Harunata
Supeno harus lari dan meninggalkan kaum kerabat karena ditodong, diperas,
dan terjerat modus substitusi dari sampah-sampah masyarakat yang pernah
direkrutnya—Plot terbaru yang dipublikasikan oleh Kepolisian Daerah Sumatera
Selatan membuat perbandingan terhadap keluarga Supeno yakni mantan Bupati
Lahat Harunata Supeno dinyatakan stress dan mengelevasi balas dendam
dengan mendomestikasi media kejahatan modus pemerasan yang pernah
dialaminya—kasus reservasi dari alibi pemerasan yang dialami oleh Bursah
Edwansyah Gumayenda
Page 2
Zarnubi beridentitas asli masih menuduh keluarga Supeno sebagai pelakunya.
Taher Sukardi dan Erlan Arfan Masuning pun menegaskan identitas keluarga
mereka sebagai pelaku-pelaku pembunuhan yang kini direkrut oleh Susiawan
dan kelompok kejahatan Deo Harunata, reputasi kejahatan mereka
menggunakan bendera Fraksi Bintang Reformasi, kini mendiskredit komunal
Jawa dari Talang Pisang seperti Parno, Sukron Keuw, Johar, dan keluarga Harun
Zawawi yang tersohor mengekspos aib pejabat Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan ekstorsi Bursah Zarnubi, Djazuli Kuris, dan Harunata Supeno.
Mereka terlibat langsung meneror di kediaman Gumayenda dengan penjatahan
yang dilakukan oleh kelompok kejahatan Susiawan dan Eli Kusmala,
dimaksudkan untuk memperoleh pihak ketiga yang akan membunuh
Gumayenda dan memberanikan pelaku-pelaku kejahatan dari kota Pagaralam
yang sebelumnya teridentifikasi sebagai penganiaya dan penculikan terhadap
orang tua Gumayenda ketika berdomisili di desa Talang Jeruk Pagaralam, salah
satu bukti korban-korban yang tewas di tangan mereka adalah mayat wanita
yang ditemukan di Ndikat dan Tria Zani yang diperkosa dan dibunuh lalu
mayatnya ditinggalkan begitu saja membusuk. Penyelidikan telah dilakukan
namun Kepolisian Resort Pagaralam terkenal sebagai petugas-petugas kepolisian
yang tidak profesional karena terlibat langsung menadah identitas palsu dan
harta benda dari korban-korban tersebut. Ironinya pelaku kejahatan adalah
waria atau homoseks yang sering mengamati korban dengan aksi parasitisme
dan mengintai korban, modus pengintaian pun dikenal sebagai pelatihan sipir-
sipir lembaga pemasyarakatan Kemarau Palembang bahkan Reza-reza palsu
mempelajari modus mengintai korban hingga mencapai titik terlengah, yang
membuktikan status pelaku adalah seseorang yang terlatih untuk membunuh
dan memiliki penyimpangan seksual sebagai ciri-ciri kejahatannya, (d) Provokasi
kelompok kejahatan waria di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah
Dempo Pagaralam akhirnya mengindikasikan kasus-kasus perampasan seperti
kasus Darul Hikam hingga rasa malu kota Pagaralam karena salah kaprah dalam
Edwansyah Gumayenda
Page 3
perbuatan fanatisme yakni menstatuskan ‘mammon’ dan membenci pribumi
maupun umat Islam. Kasus-kasus penggusuran pribumi dengan alasan
perluasan kawasan wisata memenuhi kasus salah kaprah orang-orang dusun
Pagaralam yang memutasi identitas palsu mereka sekejap sebagai Nasrani instan
dan kelompok Cina mapan instan dari hasil menadah harta benda pribumi yang
diusir dari kota Pagaralam yakni Sukron Keuw, Hermanto Keuw, Nugroho
Siswanto, Parno, dan Suharindi muncul sebagai ikon perampasan dan
menstatuskan horisontal kepada komunal Padang yang direkrut untuk modus
pengusiran. Modus pronosiasi hati di tahun 2001 masih jauh dari perhatian
Bupati Lahat Harunata Supeno karena Deo Harunata baru mengendus modus
kejahatan tersebut di tahun 2004 dan modus menginfiltrasi plot kejahatan
masih melakukan ‘off-set’ yakni penculikan dengan upaya mensubstitusi
identitas palsu dan mencari ekstorsi demi memperoleh eksesibilitas kejahatan
dan hukum. Namun di tahun 2002 dengan penculikan orang tua Gumayenda,
pejabat-pejabat Walikota Pagaralam Djazuli Kuris dan Budiarto Marsul mulai
mencari upaya dari modus lullaby dengan kulminatif substitusi yang dilakukan
oleh Taufan Putra dan memenjarakan Roy Lanzen karena kedapatan melakukan
kejahatan di kota Bandung Jawa Barat. Status tersebut yang mengakibatkan
kunjungan Taufan Putra di Ade Irma Suryani 82-85 (:Peltu Menalis) kecamatan
Jarai di tahun 2006 tanpa sepengetahuan Gumayenda dilobi oleh kelompok
kejahatan Susiawan dan oknum-oknum Rasiwan seperti Andi Nova Zemla,
Misnan Hartono, dan Sukron Keuw, dan menemui Nirwana palsu dan Indra
Rasiwan palsu melebarkan opsi penjatahan yang akhirnya kumulatif yakni
proyek Square Empat Lawang yang hingga kini masih terbengkalai dari status
mapan pembangunan daerah pemerintah kabupaten Empat Lawang. Taufan
Putra sempat merasakan pemukulan yang dilakukan oleh oknum-oknum
Rasiwan karena mempertanyakan mengapa Gumayenda dianiaya dan dipasung
tanpa diberitahukan mengenai keadaan orang tuanya, identifikasi kasus
kejahatan akhirnya mengiritasi oknum-oknum Rasiwan sebagai pelaku-pelaku
Edwansyah Gumayenda
Page 4
penculikan orang tua Gumayenda yang mengupayakan resume perampokan
terhadap kaum kerabat yang mengenal baik reputasi Rasiwan-Sjamsuri.
Keluarga Taufan Putra akhirnya melakukan plot yakni mendeviasi alibi
penusukan yang dialami oleh Taufan Putra, seharusnya mereka mengidentifikasi
kelompok kejahatan Inra Floris Palembang imperatif Deo Harunata yang
melakukan set terhadap Hermanto Keuw, Misnan Hartono, dan alibi substitusi
keluarga Harun Zawawi dan Pajeroni Zawawi yang mudah ditemui karena
melakukan aksi 385 di kediaman Gumayenda. Indra Rasiwan palsu pun
seharusnya dielevasi oleh Taufan Putra mengenai imperatifnya dari Hartal
Burlian Sohar yakni melakukan parasitisme hingga dituntut masuk bui oleh
korban-korbannya. Upaya menginterogasi orang tua palsu dan Reza-reza palsu
telah diusahakan oleh Gumayenda namun jawaban yang diperoleh dari Indra
Rasiwan palsu dan Nirwana palsu adalah mengupayakan diskredit yakni
memiringkan hak komunikasi dan hak milik Gumayenda untuk tanpa klaim dan
mengupayakan kontroversi dari imperatif Hartal Burlian Sohar yang
berkeberatan dilakukan pengaduan di Kepolisian Resort Pagaralam yakni
STBL/B-130/IX/2006/SPK dan Lembar Pengaduan LP/B-254/B-255/B-256/IX/SPK,
sedangkan Reza-reza palsu melakukan pemukulan terhadap Gumayenda
sebanyak (13) kali dengan saksi-saksi dari orang-orang palsu dan oknum-oknum
Polsek Jarai yang memperoleh uang jatah dari Susiawan dan Eli Kusmala yang
mengindikasikan amputasi pengaduan dan kontroversi yakni pelapor akan
dipersalahkan oleh pihak pelaku. Aksi kejahatan merekrut oknum-oknum
Rasiwan transparan dari status Meri Arfan Masuning dan Pandi Arfan Masuning
yang rajin meminta-minta uang jatah dari orang tua palsu, Susiawan, dan Eli
Kusmala bahkan mengintimidasi dengan melakukan aksi infiltrasi dan
memprovokasi Gumayenda dengan menyebutkan “Siapa yang mau kedapatan
melakukan kejahatan!”. Kumulatif kolaborasi oknum-oknum Rasiwan merekrut
Taufan Putra didefinisikan dengan pemfitnahan mereka yakni mengatakan
keluarga Indra Rasiwan memutuskan silaturahmi maka harta benda dan
Edwansyah Gumayenda
Page 5
identitas yang melekat pada korban direncanakan untuk penggelapan dan
perampasan, hal yang memberanikan pihak ketiga yang menunggu horizontal
terhadap reputasi buruk Rasiwan dan modus perampasan akhirnya melebar
ketika Jimmy Arfan Masuning direkrut oleh kelompok kejahatan Deo Harunata
dan melakukan aksi kejahatan di kota Pagaralam. Kondisi waria dan
transformasi membuat aib di keluarga Arfan Masuning, hingga mereka
mempertanyakan nasib Jimmy Arfan Masuning kepada Budi Sukardi yang lebih
dulu berprofesi kejahatan homoseks di kota Palembang dan merasa sukses
mengebiri maupun menghisap harta benda Herlansyah Burlian Sohar alias Aan
dan Jendral Polri (purn) Astin Alimudin. Akhirnya Arfan Masuning memutuskan
kematian rekayasa bagi Jimmy Arfan Masuning demi menutupi aib dan
mengintimidasi pemfitnahan terhadap keluarga Indra Rasiwan dengan merekrut
Rheza Ivan Darian sebagai tumbal rasa malu, sukses elevasi kejahatan pertama
oknum Rasiwan yang disusul oleh kejahatan inisial Jimmy Arfan Masuning
terhadap modus waria dan pembantu rumah tangga di keluarga Maphilinda
Boer istri pejabat Gubernur Sumatera Selatan Syahrial Oesman. Modus
pronosiasi hati dan transfigurasi solid dari kasus Jimmy Arfan Masuning hingga
pemurtadan mengintimidasi keluarga dan kroni-kroni Kuris Palo-Marsul yang
akhirnya melakukan substitusi terhadap kedua pejabat Walikota Pagaralam
tersebut karena tawaran identitas palsu lebih menjanjikan perolehan harta
benda dan eksesibilitas dari media kejahatan yang dirasa telah didomestikasi.
Perekrutan Jimmy Arfan Masuning akhirnya menciderai keluarga Yahun yang
distatuskan dari Nova Zemla di tahun 2004 mengupayakan penculikan dengan
upaya substitusi terhadap Gumayenda, status yang melebar kepada kasus
Muzakir Sai Sohar karena tawaran terhadap Nova Zemla adalah identitas
Mochamad Jazuli dari pemerintah kabupaten Muaraenim. Perampasan di
Kampung Melati, Tebat Baru, Indra Giri, Swakarya, dan Tangsi Gunung Dempo
Pagaralam melebarkan kejahatan kota Pagaralam kepada Tanjung Agung dan
kecamatan Tanjung Sakti dengan fanatisme Nasrani Xaverius, bahkan
Edwansyah Gumayenda
Page 6
mendirikan sekte anti pribumi dan Islam yang akhirnya malu dan diklaim sesat
oleh Rohani Djazuli Kuris dan Suharindi. Elevasi resume Jimmy Arfan Masuning
yang mengondisikan penggandaan Indra Rasiwan, Nirwana Indra Rasiwan, dan
Rheza Ivan Darian, hal yang mendiskredit bagi kondisi anak-anak Indra Rasiwan
karena dipaksakan berstatus Tapol yakni dilecehkan dengan kekerasan oleh
oknum-oknum Polisi yang khawatir kedapatan berbuat jahat dan terlibat
langsung menadah identitas palsu dan harta benda dari perampasan harta
benda dan identitas pribumi Pagaralam. Opini pertama adalah membias
kejahatan oknum-oknum Rasiwan terhadap kasus kekerasan yang dialami oleh
keluarga Indra Rasiwan dan meluas kepada kondisi kejahatan kelompok
Susiawan yang mengakibatkan perbuatan tidak menyenangkan yang meneror
Gumayenda. Aksi perbuatan tidak menyenangkan terlebih dulu diset di tahun
2002 dari status Roy Lanzen dan Taufan Putra dan mengumulasi upaya deviasi
identitas-identitas palsu oknum-oknum Rasiwan yakni melarikan diri dengan
harta benda rampokan dan memutus silaturahmi terhadap kaum kerabat
maupun korban kejahatan mereka, sedangkan opini kumulatifnya adalah
melikuidasi kolaborasi oknum-oknum Rasiwan terhadap keluarga Burlian Sohar
karena dipekerjakan sebagai operator-operator kejahatan di kabupaten Lubuk
Linggau, Muaraenim, dan ibukota Jakarta. Target-target mereka adalah kolega
dan kaum kerabat dengan tujuan memutus silaturahmi dan menguras harta
benda korban-korban yang dievaluasi sepihak karena tidak senang terhadap
Harun Sohar atau Harunata Supeno—kondisi keluarga Supeno saat itu dikenal
sebagai titik terlemah keluarga Burlian Sohar karena intimidasi reputasi buruk
Harun Sohar, Demang Kenasim, dan aib keluarga Sohar/Supeno yang dikonsumsi
oleh publik politik dan menunggu pengungkap kasus kejahatan. Supeno
dipastikan melarikan diri dengan memanipulasi aset-aset pemerintah kabupaten
Lahat dan pemerintah kabupaten Muaraenim kepada ‘money laundry’,
meratifikasi aib mereka dengan melecehkan kaum kerabat yang ditinggalkan,
dan melikuidasi kolaborasi-kolaborasi dengan memfitnah mereka sebagai
Edwansyah Gumayenda
Page 7
gepeng, orang gila atau terjerat modus kejahatan waria, identitas palsu, dan
pronosiasi hati. Plot yang mendukung Reza-reza palsu karena dengannya koalisi
Burlian Sohar dan kumulatif menjauhkannya keluarga mereka dari komunalitas
akan semakin mengecilkan ruang publik bagi keluarga mantan pejabat Bupati
Lahat Harunata Supeno, namun elevasi kejahatan tersebut kembali didukung
oleh Taufan Putra dengan indikasi kejahatan waria Susiawan dan Sukron Keuw
menginfiltrasi Sukmajaya Depok dan berebut jatah strata beridentitas palsu di
instansi-instansi pemerintah kota Depok dan pemerintah kabupaten Bogor
dengan harapan melikuidasi perebutan kekuasaan dan modus perampokan aset
daerah kota (:lihat tulisan village-pillage). Mengecilnya ruang publik mudah
teridentifikasi dari kota Pagaralam yakni seusai penggusuran dan deklarasi
kawasan baik wisata maupun industri akhirnya ditinggalkan setelah berjalan
setahun dan terhisap habis mengenai kapitalnya dengan alasan kondisi tidak
aman beroperasi didaerah pemerintah kota Pagaralam yang tengah diagitasi
oleh kejahatan identitas palsu dan modus perampokan dari kejahatan TNI/Polri
yang disusupi oleh kelompok kejahatan Susiawan dan sejenisnya. Kavling Air
Perikan menjadi sampel bagi kondisi huni di kota Pagaralam yang tidak aman
dari gangguan kejahatan Reza-reza palsu yang mengintimidasi dengan Nasrani
Pagaralam bahwa penduduk diharuskan membayar uang jatah dan beragama
Nasrani untuk bisa berdomisili di daerah Pagaralam. Kulminatif pemerintahan
kota Pagaralam terilustrasi dari Djazuli Kuris kroni Marsup dan rekrutan oang
orang Pagaralam yang dilakukan oleh kelompok-kelompok kejahatan Susiawan,
Atik Jemakir, Susanti Angraini, Susiawan, dan Orang Serambi yang merupakan
kelompok dari Hermanto Keuw dan Sukron Keuw yang diplot untuk
menunjukkan rasa malu dari harga diri orang-orang Pagaralam—sebutan
“orang-orang kalah perang” ditujukan kepada korban seusai bersusah-payah
melakukan pelaporan dan pengaduan karena masih menderita perampasan
identitas dan kehilangan harta benda maupun anggota keluarga—takluk
terhadap kejahatan waria Susiawan, hal yang distatuskan oleh keluarga Henri
Edwansyah Gumayenda
Page 8
Marsup (:terbukti menikmati senggama terhadap waria-waria dari kelompok
Susiawan), Pajeroni Zawawi (:menyertakan isteri dan kembarannya untuk
memanipulasi strata di hirarki pemerintah kota Pagaralam dan ekstorsi di
pemerintah kabupaten Lahat guna memudahkan modus penadahan dari harta
benda korban yang digelapkan oleh kelompok kejahatan Susiawan, Atik Jemakir,
Susanti Angraini, dan Eli Kusmala), Jemakir (:seorang jongos dan mantan
narapidana Kemarau Palembang yang diperintahkan bersubstitusi terhadap
Jemakir yang asli karena takut kedapatan terlibat penculikan Nirwana Indra
Rasiwan dan modus pengeksposan aib menggunakan korban terpasung), Yanto
(:seorang oknum Koramil Jarai yang mengekstorsi kejahatan waria (homoseks)
karena menyukai penyimpangan seksual dan mengimperatif kejahatan
perampasan selama membayar upeti kepada kesatuan setempat), Sukron Keuw
(:salah satu pelaku yang mengelevasi isu dari inisial Nurhayati—set keluarga
Nela Sukardi karena membutuhkan bias dari identitas palsu mereka yang
didukung ekstorsi keluarga Supeno yakni likuiditas dari merampok harta benda
kaum kerabat dan mendesak rute pelarian dari pengejaran korban—
mengupayakan penculikan dengan usaha percobaan pembunuhan terhadap
Indra Rasiwan guna memudahkan perampasan identitas dan akuisisi harta waris
korban yang kemudian diketahui merupakan ekstorsi dari oknum-oknum
Rasiwan yang terjerat kejahatan waria dari kelompok kejahatan Susiawan,
Susanti Angraini, Elta Eli Kusmala, dan Atik Jemakir, dan terlibat modus
kejahatan kota Pagaralam yakni membantai pribumi dan mempropagandakan
anti Islam), dan orang-orang palsu beserta resume kejahatan Reza-reza palsu
yang sebelumnya melakukan kekerasan kepada orang tua Gumayenda kini
mengulanginya kembali yakni membunyikan pronosiasi hati dengan mendiktasi
kemunduran mental terhadap Gumayenda guna memperoleh pembunuhan
signifikan dan pelaku-pelaku kejahatan dari kelompok Deo Harunata maupun
oknum-oknum Rasiwan dapat melarikan diri dari tempat kejadian perkara,
namun tanpa memperhatikan hak dan kondisi mental Gumayenda yang
Edwansyah Gumayenda
Page 9
dipaksakan untuk mengalami kegagalan. Provokasi kejahatan waria kulminatif
pada 25 Juni 2014 dengan bersubstitusinya Susiawan dan Atik Jemakir karena
pengebirian rute komutasi mereka memperoleh Taufan Putra sebagai ekses di
pemerintah kabupaten Bogor dari koalisi POMAD Bogor dan komunal Arab Pasar
Empang Bogor melalui Lutfie Syadun, oleh karena itu pelaku-pelaku kejahatan
identitas palsu berebut identitas dari korban-korban yang dirampas beserta
harta bendanya. Lutfie Syadun pada 30 April 2014 melarang Gumayenda untuk
menyinggahinya di desa Benteng Ciampea Bogor, tiada alasan ia mau
menerangkan kondisi modus kejahatan identitas palsu yang mengagitasi Jamaah
Muslimin Bogor dan mengindikasikan dualisme serta hipokritnya muslimin
sehingga menjadi media kejahatan bagi pelaku-pelaku yang menyukai wilayah
baru dengan distribusi identitas palsu yang bersih dan tidak menarik perhatian
sebagai penjahat maupun orang kaya baru yang khawatir kedapatan seusai
melakukan kejahatan dan mendesak tempat persembunyian dari orang-orang
dusun di daerah baru. Modus substitusi menggunakan institusi pendidikan
seperti yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo
Pagaralam dan Universitas Sriwijaya Palembang kini dielevasi menggunakan
Perguruan Tinggi Ibnu Khaldun Bogor, Perguruan al-Irsyad Bogor, Universitas
Borobudur Bekasi, Universitas Krisnadwipayana Bekasi, Universitas Sutan
Gunung Mulia Cawang Jakarta Timur, Universitas Kristen Indonesia Cawang
Jakarta Timur, dan Universitas Gunadarma Depok guna melikuidasi kejahatan
yakni distribusi resume identitas palsu yang membawa serta korban kejahatan
dan harta benda rampokan. Modus yang mengupayakan pemerasan dengan
mencoba mengakrabi mahasiswa/i hingga terjerat kejahatan mulai dari
kejahatan susila, narkoba hingga terculik sebagai anak hilangnya kelompok
kejahatan Susiawan, Inra Floris, dan TRIUMPH. Modus anak hilang seperti
‘trafficking’ memang dikondisikan oleh pelaku-pelaku kejahatan kelompok
Susiawan maka aksi parasitisme dan melangsungkan kejahatan ditunjang oleh
korban dengan pelobian seperti uang jatah, pernikahan, menjadi teman intim,
Edwansyah Gumayenda
Page 10
dan negosiasi “damai” terhadap oknum-oknum Polisi beridentitas palsu maupun
TNI ketika terjerat kasus kejahatan yang dielevasi oleh operator-operator
Susiawan (:pelaku dapat menginfiltrasi rumah dan properti pribadi korban).
Salah satu penetrasi kejahatan dilakukan dengan bertransfigurasi seperti anak-
anak dibawah umur yang mengupayakan pencurian ketika orang tua tidak
menyadari kembaran anaknya yang palsu dan atau si pelaku mahir
memanipualsi penampilannya dengan berpura–pura penurut dan mengiba
hingga kasus-kasus pedofil, perselingkuhan, perceraian, penculikan, dan
kejahatan pengadopsian anak terjadi, status kejahatan yang dilakukan oleh
Susiawan, Reza-reza palsu, Atik Jemakir, Susanti Angraini, Eli Kusmala, Nirwana
palsu, Indra Rasiwan palsu, Jemakir, Johar, Fauzi, Sarmidi, Klicuk, Asbon, Yanto,
dan keluarga kosong Harun Zawawi tersebut mencerminkan kondisi riwayat
hidup mantan pejabat Bupati Lahat Harunata Supeno yang kini dipaksakan oleh
mereka terhadap Gumayenda untuk mengalami hal yang sama, bahkan kondisi
usia dewasa pelaku-pelaku tersebut diatas diperoleh dari aksi parasitisme untuk
bertahan hidup dari sifat pemalas mereka dan memasung/menukar korban
hingga mereka tidak dapat “ditolong” (2002-2014= 12 tahun). Bahkan diantara
mereka ada yang mampu menipu dengan melangsungkan pernikahan terhadap
lingkungan sekitar yang terlebih dulu diintai dengan kondisi solidaritas pola
kehidupan gepeng dan Nasrani yang menyebutkan pemakluman terhadap
penyimpangan seksual yang mereka alami. Untuk elevasi terhadap komunal
Islam, pelaku melakukan empati dengan mengajak modus penipuan kepada
mitra dagang dan menawarkan jabatan politik yang menggoda karena uang
ratusan juta rupiah serta imbal jasa dari mensubstitusi identitas palsu dengan
dalih ‘money laundry’ dan mendeviasi kejahatan “uang panas” yang diperoleh
dari pencurian dan penggelapan yang dilakukan terhadap korban sebelumnya—
kondisi kasus yang merusak Islam dengan mengupayakan kontroversi yakni
mencacatkan kondisi rumah tangga korban dengan melakukan kerusakan
perbuatan dan akhlak hingga menerima pelaku sebagai anggota keluarga yang
Edwansyah Gumayenda
Page 11
kemudian memperkosa hak beragama keluarga muslim—status yang
membuktikan pola kejahatan gembel dan pengemis (gepeng) tersebut
terkoordinasi oleh kelompok elite, kebalikannya dari Harunata Supeno yang
hanya bertahan 7 tahun (1995-2002) mempertahankan kebohongannya sebagai
seorang homoseks dan pemurtad Islam hingga mantan pejabat Bupati Lahat
tersebut mengimperatif kejahatan gepeng dari kelompok Susiawan dan Nela
Sukardi kepada kaum kerabatnya, dan kini mengonsentrasi Gumayenda untuk
mengalami percobaan pembunuhan. Kebohongan kota Pagaralam terkulminasi
ketika Djazuli Kuris mengumumkan dirinya melegit aksi homoseks sebagai
agama dan proses Xaverius Pagaralam mensteril populasi kota Pagaralam.
Akibatnya kejahatan waria tertampung oleh pemerintah kota Pagaralam hingga
menstatuskan kota Pagaralam layak sebagai tempat kumuh penjaja seks sejenis
dan kekotoran dari Djazuli Kuris-Budiarto Marsul sebagai elevasi kejahatan yang
menyebutkan nepotisme kejahatan dengan populasi ‘Ghetto’ membuktikan
kerusakan perbuatan dan akhlak sebagai konsentrasi daerah kota Pagaralam,
keheranan menyaksikan rekan atau orang yang dapat mengakses pertemanan
dengan satu identitas dan selanjutnya diestimasi dengan pola ambil-terima
melalui transaksi seksual sejenis, memfitnah target yang akan dirampas identitas
maupun harta benda, dan konsentrasinya adalah pencurian, parasitisme,
pengutilan, penodongan, dan penyimpangan seksual yang mengakomodasi
kejahatan-kejahatan Deo Harunata, Elta Eli Kusmala, Susanti Angraini, Nirwana
palsu, Indra Rasiwan palsu, Taher Sukardi, Klicuk, Parno, Bujang San, Yanto,
Jemakir, Idrus Zawawi, Djazuli Kuris, Mayangsari, Burhan, Sukron Keuw, Marsup,
Johar, Suharindi, Sastra Mico, Nugroho Siswanto, Azhari Muarapayang, Reza-
reza palsu, Pajeroni Zawawi, Asykari, Erlan Arfan Masuning, oknum-oknum
Rasiwan-Sjamsuri, dan Inra Floris Palembang yang tersohor sebagai si rakus dan
tak tahu diri. Perlu diketahui terhadap korban yang ditinggalkan oleh kaum
kerabat dan keluarganya akan terus dianiaya oleh pelaku hingga mengalami
kemunduran mental guna membias alibi pembunuhan yang terjadi terhadap
Edwansyah Gumayenda
Page 12
korban, kondisi resume kejahatan yang mengekspos modus dari kelompok
Orang Serambi yakni Hermanto Keuw, Sukron Keuw, Sukardi, Betty, Chottawa,
Nusa Bella, Andi Nova Zemla, Asykari, Fauzi, Amrulah, Marsup, Taher, Jemakir,
Klicuk, Bujang San, Syaiful, Kios Juli-Ana, dan Parno yang mengelevasi reputasi
buruk Bupati Lahat Harunata Supeno yakni melakukan perampokan terhadap
warga kecamatan Jarai beragama Islam, melakukan penculikan terhadap Indra
Rasiwan dan anak istri, dan merekrut keluarga Arfan Masuning karena
“promosi” Budi Sukardi demi merencanakan perampokan dan perampasan
identitas serta harta benda terhadap kaum kerabat yang diculik seperti keluarga
Indra Rasiwan (:Tentatif kasus Darul Hikam dan Jamaah Muslimin Bogor yang
mengevakuasi keluarganya dari kota Pagaralam ke ibukota Jakarta dan
sekitarnya), (e) Rekayasa kebohongan akhirnya teridentifikasi dari aksi
Susiawan, Reza-reza palsu, Nirwana palsu, dan Indra Rasiwan palsu yang
menyebutkan (2) opini mengiritasi yakni : (a) Hartal Burlian Sohar disebutkan
sebagai imperatif untuk melakukan percobaan pembunuhan guna biasnya
keterlibatan keluarga Burlian Sohar menculik keluarga Indra Rasiwan—kasus
Meki Burlian Sohar, dan (b) Imperatif oknum-oknum Rasiwan mendiskredit
kontroversi karena malu dan khawatir menyerahkan harta benda yang telah
susah payah diperoleh dari merampok kaum kerabat di daerah kota Pagaralam
dan ibukota Jakarta. Modus kontroversi teridentifikasi ketika Reza palsu
melakukan pemukulan yang pertama kali terhadap Gumayenda dan mengetahui
tujuan memanipulasi Gumayenda adalah menjadikannya sebagai media
mengemis dan menodong kaum kerabat hingga identitas dan harta benda Indra
Rasiwan juga merupakan hak Gumayenda karena belum menikah tergadai oleh
kelompok kejahatan Eli Kusmala dan Susiawan yang mengonsolidasi kolusi
terhadap Reza-reza palsu dari kelompok kejahatan kota Pagaralam. Susiawan,
Susanti Angraini, Indra Rasiwan palsu, Nirwana palsu, Atik Jemakir, Jemakir,
Reza-reza palsu, kios Juli-Ana, dan Eli Kusmala menyebutkan bahwa hal tersebut
merupakan pola hidup mereka dan mengancam kesalahan korban bila memberi
Edwansyah Gumayenda
Page 13
kesempatan kepada mereka hingga dapat masuk kedalam rumah, status sok
akrabnya identitas palsu yang harus dihindari dari kelompok kejahatan
Susiawan. Elevasi kejahatan Susiawan tersebut mengakibatkan Gumayenda
mengalami perlakuan kelaparan, susah memperoleh makanan/minuman sehat
dan pengobatan karena tidak memiliki simpanan, mengalami korupsi atau
pencatutan dari pertolongan lingkungan sekitar, mengalami infiltrasi narkoba
melalui makanan/minuman/udara, mengalami peracunan melalui makanan dan
minuman, mengalami pendiktasian frekuensi sinyal rendah yang membunyikan
pronosiasi hati guna memperolok-olok Gumayenda hingga terjerat kemunduran
perilaku dan kemunduran mental, mengalami pemaksaan kehendak mengenai
kebebasan beragama dengan mendiktasi kerusakan akidah dan akhlak, dijatah
Rp 10 ribu (sepuluh ribu rupiah) yang harus diminta dan memperoleh caci-maki
dari Indra Rasiwan palsu, Nirwana palsu, dan Reza palsu, mengalami
pemfitnahan dengan mengupayakan permusuhan terhadap lingkungan dan
komunalitas kemasyarakatan guna meniadakan pertolongan terhadap
Gumayenda, mengalami penggeledahan kamar dan perusakan/pencurian
barang-barang pribadi meskipun telah melakukan penguncian, tidak dapat
mempergunakan harta benda yang teratas-nama Indra Rasiwan, bahkan
dikondisikan untuk tidak dapat memperoleh penghidupan maupun pekerjaan
yang dapat memenuhi kebutuhan hidup. Harapan Susiawan, Atik Jemakir, Reza-
reza palsu, Elta Eli Kusmala, Susanti Angraini, Sukron Keuw, Andi Nova Zemla,
Budi Sukardi, Jimmy Arfan Masuning, dan Eli Kusmala adalah mengusir
Gumayenda dari Ade Irma Suryani 82-85 (:Peltu Menalis) kecamatan Jarai hingga
memperoleh konfrontasi modus pemfitnahan yang terlebih dulu diset oleh
kelompok kejahatan Hermanto Keuw dan Reza-reza palsu guna memperoleh
pihak ketiga sebagai tumbal operasi yang melakukan pembunuhan, memastikan
Gumayenda terekrut oleh kejahatan homoseks Deo Harunata, dan memperoleh
imbal jasa dari imperatif-imperatif seperti Hartal Burlian Sohar dan oknum-
oknum Rasiwan-Sjamsuri yang menyerahkan Gumayenda untuk dianiaya sebagai
Edwansyah Gumayenda
Page 14
jaminan beridentitas palsu. Gumayenda mengetahui ‘off-set’ pemasungan
terhadap dirinya dikarenakan oknum-oknum Rasiwan-Sjamsuri terjerat oleh
kelompok kejahatan imperatif keluarga Supeno (:dapat disaksikan di akun-akun
Facebook, Youtube, Twitter, dan email-email milik Gumayenda mengenai
rekaman video dan foto yang menyebutkan ‘off-set’ pemasungan terhadap
Gumayenda), dan akhirnya mereka melegit niat Gumayenda untuk melakukan
perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam yang
diestimasi dapat mempublikasikan kondisi teraniaya—elevasi oknum-oknum
Rasiwan dan Sohar adalah mengupayakan kondisi ketidaktahuan Gumayenda
mengenai orang tua dan kaum kerabat yang telah ditukar dan diupayakan
menjauhinya karena telah diset untuk mengalami pemasungan dari kelompok
kejahatan Susiawan, Reza-reza palsu Inra Floris Palembang, dan kelompok
kejahatan Nela Sukardi yang teridentifikasi merekrut Roy Lanzen dan Taufan
Putra guna memiliki resume kejahatan di Djogjakarta, Semarang, dan kota
Bandung—dan benar iritasi maupun frustrasi akhirnya disebutkan oleh imperatif
kejahatan dengan berkeberatannya mereka terhadap kondisi Gumayenda yang
dapat keluar rumah dan memperoleh publikasi mengenai kondisi kejahatan yang
akan direncanakan menukar hingga membunuhnya. Namun oknum-oknum
Rasiwan dan kelompok Kejahatan Susiawan mengendurkan niat mereka untuk
melarang perkuliahan Gumayenda dengan harapan dapat memperoleh akses
dari pergaulan Gumayenda diluar rumah dan lingkungan kampus, kondisi
tersebut telah disampaikan melalui akun-akun Facebook, Twitter, dan Youtube
yakni : (a) Edwansyah Gumayenda@facebook.com, (b) GueGantengh
Ggumayenda@facebook.com, (c) Manhaj Gumayenda@facebook.com, (d) Fort
Manhaj@facebook.com, (e) Sudut Merah Untuk Fitnah Hirarki@youtube.com,
(f) Edwansyah Gumayenda@youtube.com, (g) Manhaj
Gumayenda@youtube.com, (h) Fort Manhaj@youtube com, dan (i)
GueGantengh@twitter.com,
Edwansyah Gumayenda
Page 15
mengenai kondisi terpasung dan terintimidasi oleh pelaku-pelaku
kejahatan penculikan, penipuan, pemerasan, parasitisme, perampokan, dan
himbauan untuk menghindari pelaku. Susahnya memperoleh haminte dari
lingkungan kampus tidak menyebabkan Gumayenda memiliki hutang dari rekan
kampus maupun lingkungan sekitar rumah di jalan Ade Irma Suryani 82-85
(:Peltu Menalis) kecamatan Jarai, bahkan proses pembayaran uang SPP, SKS, dan
diktat perkuliahan menunjukkan kualitas hak yang diberikan kepada Gumayenda
bahwa elevasi menelantarkan Gumayenda telah solid dari identitas-identitas
palsu yang diperankan oleh Indra Rasiwan palsu, Nirwana palsu, Reza-reza palsu,
Eli Kusmala, Susanti Angraini, Elta Eli Kusmala, Pandi Arfan Masuning, Erwin
Winter Arfan Masuning, Meri Arfan Masuning, Herno Della, Andi Nova Zemla,
Atik Jemakir, Jemakir, Parno, Amrulah, Fauzi, Sumarno, Husin Ahmadi, Bum,
Sapawi, Johar, Taher Sukardi, Rudi Hartono, Dodo, Yanto, Hermanto Keuw,
Klicuk, Indra Jaya, Sapuan, Rusid Adenan, Sarmidi, Karcif Salon, Henri Marsup,
Yuli Henri Marsup, Loni Sjamsuri, Ita Loni Sjamsuri, Dofiyan Sjamsuri, Faisal
Sjamsuri, Darmansyah Sjamsuri, Darwin Sugandi Sjamsuri, Sinta Mardalena, Astri
Novalena, Elsa Lembah Dempo, Emi Juniarti, Dwi Tika Angraini, Marko Ilpiyanto,
Laili Dimyati, Camat Jarai Heri Kurniawan, Ajun Komisaris Polisi Novran Parno,
dan Kapolsek Jarai Heri Sutrisno. Kumulatif opini yang distatuskan oleh pelaku-
pelaku kejahatan Susiawan dan Eli Kusmala yang memanipulasi Gumayenda
yakni mengapa Gumayenda dapat kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Lembah Dempo Pagaralam adalah mengupayakan manipulasi untuk tidak
menarik perhatian hukum mengenai penculikan yang dilakukan terhadap orang
tua Gumayenda dan penundaan waktu mengganti identitas palsu yang dilakukan
oleh pelaku yakni membutuhkan (8) tahun untuk menemukan rute komutasi
dan menadahkan harta rampokan dari daerah kota Pagaralam dan Palembang
ke ibukota Jakarta, Depok, Bogor, dan Bandung, sedangkan opini dari kelompok
kejahatan kota Pagaralam adalah kondisi pengaduan yang dilakukan oleh Indra
Rasiwan palsu dan Nirwana palsu pada tanggal 18 September 2006 yakni
Edwansyah Gumayenda
Page 16
STBL/B-130/IX/2006/SPK dan LP/B-254/B-255/B-256/IX/SPK mengondisikan
konflik karena pihak Kepolisian Resort Pagaralam mengekspos kepalsuan
identitas dan kasus Indra Rasiwan bahkan sempat menyebutkan bahwa kasus
mereka telah usai melalui Novriansyah dan ekstorsi kelompok kejahatan kroni
Kuris yakni Marsup dan Elvera—motif yang melelang pengaduan korban dan
memberlakukan status tapol secara sepihak terhadap Gumayenda—dan
menikmati Gumayenda karena sepihak distatuskan sebagai tapol yakni tahanan
Polisi (:lihat resume mengenai perolehan Surat Keterangan Catatan Kepolisian
dan hak pemilu yang dapat dilaksanakan oleh Gumayenda, status tersebut
membuktikan modus kejahatan dilakukan oleh Reza-reza palsu yang merupakan
oknum-oknum Polisi dari Kepolisian Resort Pagaralam dan Lahat, Reza-reza
palsu dari kelompok-kelompok kejahatan Susiawan dan Eli Kusmala beridentitas
palsu yang mengorupsi akses di KODIM 0405 Pagaralam dan Koramil Jarai, dan
dobel-dobel (lullaby) Harunata Supeno dan Hartal Burlian Sohar yang mengklaim
ekses politik berbendera Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan melakukan
perampasan dan korupsi hirarki pemerintah daerah) yang dikondisikan untuk
mengalami kemunduran mental hingga pembunuhan kemudian identitas
Gumayenda dapat dikenakan oleh Reza-reza palsu sebagai bentuk melecehkan
dan mengilustrasikan kulminasi modus kejahatan kota Pagaralam melakukan
perampokan dan perampasan.
Perlakuan kelaparan yakni membiarkan Gumayenda dengan makanan
daluwarsa dan minuman yang dibubuhi kotoran demi memperoleh kemunduran
kesehatan masih ngotot dilakukan oleh orang tua palsu dan kelompok-kelompok
kejahatan Susiawan, Eli Kusmala, dan Reza-reza palsu, membuktikan kondisi
pemasungan yang diberlakukan oleh pelaku adalah memastikan Gumayenda
untuk terputus dari pertolongan apapun guna memudahkan pertukaran
(substitusi dengan upaya penculikan dan percobaan pembunuhan) dengan
Gumayenda yang palsu, lalu opsi bui dan pemasungan menggunakan rantai akan
Edwansyah Gumayenda
Page 17
diberlakukan hingga keadaan modus pemerasan telah diketahui oleh orang tua
yang asli dan seluruh kaum kerabat sehingga tidak menyerahkan uang jatah
apapun kepada orang tua palsu, Reza-reza palsu, dan kelompok kejahatan
Susiawan maupun Eli Kusmala dan atau penadah identitas Gumayenda beserta
kasus Indra Rasiwan telah dibungkam signifikan. Maka kondisi Gumayenda per
27 Juni 2014 adalah menunggu Nirwana palsu dan kelompok kejahatan
Susiawan mengganti identitas dan melakukan transfigurasi dengan rute
Serpong, Sukmajaya Depok, dan Bogor kemudian kumulasi percobaan
pembunuhan karena mereka merasa telah bias dari pengejaran hukum akan
berlaku terhadap Gumayenda, sedangkan upaya Gumayenda kini menunggu
kumulasi dari imperatif kejahatan Hartal Burlian Sohar, Taufan Putra, Roy
Lanzen, dan oknum-oknum Rasiwan-Sjamsuri yang terperas oleh kelompok
kejahatan Susiawan karena merekrut kejahatan identitas palsu, lalu estimasi dari
kondisi identitas palsu di Kepolisian Resort Pagaralam maupun Lahat yang
dikonsolidasi oleh Atik Jemakir, kelompok kejahatan Sukron Keuw, dan Reza-
reza palsu mengindikasikan upaya pengaduan akan dilakukan setelah orang tua
palsu membuka identitas palsu mereka (:pernah ditanyakan mengenai identitas
palsu mereka namun terjadi kekerasan terhadap Gumayenda) dan menyiapkan
evakuasi—kendala biaya dan rute evakuasi yang telah diset dan diawasi oleh
pelaku-pelaku dari kelompok kejahatan Susiawan dan Reza-reza palsu—untuk
menghindari pemalsuan pengaduan dikarenakan modus memanipulasi
pengaduan korban sering dilakukan oleh kelompok kejahatan Reza-reza palsu
dan Susiawan yakni menunda pengaduan korban dan menyaring pelaku yang
berani “melelang” pengaduan korban untuk dimanipulasi kembali karena
kondisi pengaduan dari warga sipil dinyatakan cacat hukum dikarenakan ekstorsi
dan paternalisme yang distatuskan oleh pemerintah kota Pagaralam dari
nepotisme kroni Kuris-Marsul, sedangkan pemerintah kabupaten Lahat yakni
keluarga Supeno menyatakan pengaduan korban-korban seperti Gumayenda
langsung diamputasi dengan menyebutkan bukti-bukti pengaduan tidaklah
Edwansyah Gumayenda
Page 18
cukup karena identitas palsu dan modus kejahatan substitusi disertir-disertir
batalion 206 Lahat dan oknum-oknum Kepolisian Resort Pagaralam maupun
Lahat mengonsentrasi kasus mantan Bupati Lahat Harunata Supeno yakni
memfitnah alibi-alibi perampokan di rumah dinas pejabat Bupati Lahat, di
rumah pribadinya di komplek Bintara (3) Cibening Bekasi Barat, dan percobaan
pembunuhan yang akan memeras pengaduan korban dengan elevasi yang
menghubungkan kasus kejahatan kepada pelaku-pelaku kejahatan yang
tersubstitusi identitas kejahatannya, mengindikasikan pelaku kejahatan
terkonsolidasi untuk melakukan kejahatan terhadap korban-korban yang
mengadu dengan konsentrasi kasus identitas palsu, penculikan dengan
percobaan pembunuhan, dan perampokan. Kondisi pelaku terbukti dari
pengakuan Susiawan yang pernah tertangkap dan menyebutkan terpaksa
melakukan kejahatan karena diperintah oleh pejabat Bupati Lahat Harunata
Supeno dan Jendral Polri (purn) Astin Alimudin, dan menegaskan modus
kejahatannya adalah modus-modus penipuan, penculikan, perampokan,
pemerasan, dan pembunuhan. Susiawan dan kelompok kejahatannya dilepas di
kecamatan Jarai karena diset oleh pemerintah kota Pagaralam dikarenakan
mantan pejabat Walikota Pagaralam Djazuli Kuris dan Budiarto Marsul merasa
tidak terima ditukar dengan yang palsu dan mengalami penyitaan barang-barang
pribadi mereka yang terbilang mewah. Motif tersebut kini menjadi komoditas
dan bumerang bagi kelompok kejahatan kota Pagaralam karena kasus tersebut
kini diakumulasi oleh Ida Fitriati Basjuni yang merupakan kelas pelaku dengan
modus waria, Nasrani, dan perampokan pemerintah daerah dan berani
mengekstorsi kejahatan menggunakan skala kudeta yakni mengimperatif
batalion dan kepolisian resort untuk membuikan oposisinya.
Berikut biaya-biaya yang pernah dikeluarkan Nirwana palsu untuk
perkuliahan Gumayenda sejak 28 Juni 2010 sampai dengan 9 Juni 2014 : (1)
Uang pendaftaran mahasiswa baru Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo
Edwansyah Gumayenda
Page 19
Pagaralam tahun ajaran 2010/2011 sebesar Rp 150 ribu (seratus lima puluh ribu
rupiah), tanggal efektif 28 Juni 2010 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam
nomor rekening : 152-0943878; (2) Untuk pembayaraan Orientasi Pendidikan
Dan Pengenalan Lingkungan Kampus (OPDIK) sebesar Rp 200 ribu (dua ratus ribu
rupiah), tanggal efektif 7 September 2010 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam
nomor rekening : 152-0943878; (3) Uang Bangunan tahap I (satu ) sebesar Rp
500 ribu (lima ratus ribu rupiah), tanggal efektif 23 Agustus 2010 melalui Bank
Sumsel Babel Pagaralam nomor rekening : 152-0943878; (4) Uang Bangunan
tahap II (dua) sebesar Rp 500 ribu (lima ratus ribu rupiah), tanggal efektif 3 Juni
2011 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam nomor rekening : 152-6300001; (5)
Untuk pembayaraan SPP adalah : (a) SPP semester I (satu)+Uang Jaket+Uang
Kemahasiswaan sebesar Rp 700 ribu (tujuh ratus ribu rupiah), tanggal efektif 26
Oktober 2010 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam nomor rekening : 152-
0943878, (b) SPP semester II (dua) sebesar Rp 575 ribu (lima ratus tujuh puluh
lima ribu rupiah), tanggal efektif 17 Februari 2011 melalui Bank Sumsel Babel
Kas Jarai nomor rekening : 152-6300001, (c) SPP semester III (tiga) sebesar Rp
575 ribu (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 15 September
2011 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam nomor rekening : 152-6300001, (d)
SPP semester IV (empat) sebesar Rp 575 ribu (lima ratus tujuh puluh lima ribu
rupiah), tanggal efektif 15 Februari 2012 melalui Bank Sumsel Pagaralam nomor
rekening : 152-6300001, (e) SPP semester V (lima) sebesar Rp 575 ribu (lima
ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 20 September 2012 melalui
Bank Sumsel Babel Kas Jarai nomor rekening : 152-6300001, (f) SPP semester VI
(enam) sebesar Rp 575 ribu (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), tanggal
efektif 18 Februari 2013 melalui Bank Sumsel Babel Kas Jarai nomor rekening :
152-6300001, (g) SPP semester VII (tujuh) sebesar Rp 575 ribu (lima ratus tujuh
puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 17 September 2013 melalui Bank Sumsel
Babel Pagaralam nomor rekening : 152-6300001, (h) SPP semester VIII
(delapan) sebesar Rp 575 ribu (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), tanggal
Edwansyah Gumayenda
Page 20
efektif 11 Februari 2014 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam nomor rekening :
152-6300001, (i) Uang Bimbingan Kuliah Kerja Nyata angkatan XII 2014 sebesar
Rp 900 ribu (sembilan ratus ribu rupiah), tanggal efektif 17 Februari 2014
melalui Bank Sumsel Babel Kas Jarai nomor rekekning : 152-0943878, (j) Uang
Semester Pendek sebesar Rp 450 ribu (empat ratus lima puluh ribu rupiah),
tanggal efektif 17 Juni 2014 melalui Bank Mandiri Pagaralam nomor rekening :
112-0000001334 (: diberikan sebesar Rp 600 ribu (enam ratus ribu rupiah)
kepada Gumayenda pada tanggal 16 Juni 2014); (6) Untuk pembayaran SKS
adalah : (a) SKS semester I (satu) sebesar Rp 550 ribu (lima ratus lima puluh ribu
rupiah) sejumlah 22 sks, tanggal efektif 6 Januari 2011 melalui Bank BRI cabang
Jarai nomor rekening : 0138-01013974502, (b) SKS semester II (dua) Rp 600
ribu (enam ratus ribu rupiah) sejumlah 24 sks, tanggal efektif 3 Juni 2011 melalui
Bank BRI cabang Jarai nomor rekening : 0138-01013974502, (c) SKS semester III
(tiga) sebesar Rp 600 ribu (enam ratus ribu rupiah) sejumlah 24 sks, tanggal
efektif 3 Januari 2012 melalui Bank BRI cabang Jarai nomor rekening : 0138-
01013974502, (d) SKS semester IV (empat) sebesar Rp 500 ribu (lima ratus ribu
rupiah) sejumlah 20 sks, tanggal efektif 30 Mei 2012 melalui Bank BRI cabang
Jarai nomor rekening : 0138-01013974502, (e) SKS semester V (lima) sebesar
Rp 525 ribu (lima ratus dua puluh lima ribu rupiah) sejumlah 21 sks, tanggal
efektif 8 Januari 2013 melalui Bank BRI cabang Jarai nomor rekening : 0138-
01013974502, (f) SKS semester VI (enam) sebesar Rp 375 ribu (tiga ratus tujuh
puluh lima ribu rupiah) sejumlah 15 sks, tanggal efektif 4 Juni 2013 melalui Bank
Mandiri cabang Pagaralam nomor rekening : 112-0000001334, (g) SKS
semester VII (tujuh) sebesar Rp 180 ribu (seratus delapan puluh ribu rupiah)
sejumlah 6 sks, tanggal efektif 24 Desember 2013 melalui Bank Mandiri cabang
Pagaralam nomor rekening : 112-0000001334, (h) SKS semester VIII (delapan)
sebesar Rp 120 ribu (seratus dua puluh ribu rupiah) sejumlah 4 sks, tanggal
efektif 9 Juni 2014 melalui Bank Mandiri cabang Pagaralam nomor rekening :
112-0000001334; (7) Untuk pembayaran diktat perkuliahan : (a) Pengantar
Edwansyah Gumayenda
Page 21
Akuntansi I (satu) , dosen pengasuh : Kardinal, sebesar Rp 25 ribu (dua puluh
lima ribu rupiah), tanggal efektif 15 Oktober 2010, (b) Sosiologi dan Pollitik,
dosen pengasuh : Agustianah, S.sos., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu
rupiah), tanggal efektif November 2010, (c) English I (satu), dosen pengasuh :
Busri, sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 3
November 2010, (d) Pengantar Bisnis, dosen pengasuh : Zulaiha, SE., MA.,
sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 3 November
2010, (e) Pengantar Ekonomi Mikro, dosen pengasuh : Laili Dimyati, sebesar Rp
25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 3 November 2010, (f)
Matematika Ekonomi , dosen pengasuh : Nisma Aprini, S.P., sebesar Rp 25 ribu
(dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 19 November 2010, (g) Pendidikan
Pancasila, dosen pengasuh : Dra.Nurnila, sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu
rupiah), tanggal efektif 22 November 2010, (h) Ekonomi Makro, dosen
pengasuh : Ruaman Yudianto, sebesar Rp 10 ribu (sepuluh ribu rupiah), tanggal
efektif 6 April 2011 (diberikan kepada Gumayenda sebesar Rp 25 ribu (dua puluh
lima ribu rupiah), (i) Pendidikan Kewiraan, dosen pengasuh : Herma Diana, SH.,
sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 21 Maret 2011,
(j) Statistik I (satu), dosen pengasuh : Liza Islamia, SE., MM., sebesar Rp 25 ribu
(dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 22 Maret 2011, (k) Ilmu Budaya
Dasar, dosen pengasuh : Dra. Nurnila, M.si., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima
ribu rupiah), tanggal efektif 25 Maret 2011, (l) English II, dosen pengasuh :
Busri, sebesar Rp 10 ribu (sepuluh ribu rupiah), tanggal efektif 14 April 2011,
(m) Akuntansi Keuangan Menengah, dosen pengasuh : Baheramsyah, SE.,
sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 24 Oktober 2011,
(n) Ilmu Alamiah Dasar, dosen pengasuh : Herma Diana, SH., sebesar Rp 25 ribu
(dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 25 Oktober 2011, (o) Akuntansi
Biaya, dosen pengasuh : Septi Agustina, S.pd., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh
lima ribu rupiah), tanggal efektif 2 November 2011, (p) Akuntansi Manajemen,
dosen pengasuh : Baheramsyah, SE., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu
Edwansyah Gumayenda
Page 22
rupiah), tanggal efektif 13 Maret 2012, (q) Ekonomi Internasional, dosen
pengasuh : Zulaiha, SE., MA., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah),
tanggal efektif 19 Maret 2012, (r) Pengantar Aplikasi Komputer, dosen
pengasuh : Yulia Misrania, SE., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah),
tanggal efektif 4 Mei 2012, (s) Sistim Informasi Manajemen, dosen pengasuh :
Kusnita Yusmiarti, S.kom., M.kom., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu
rupiah), tanggal efektif 17 Oktober 2012, (t) Manajemen Keuangan, dosen
pengasuh : Baheramsyah, SE., MM., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu
rupiah), tanggal efektif 23 Oktober 2012, (u) Studi Kelayakan Bisnis, dosen
pengasuh : Ruaman Yudianto, SE., MM., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu
rupiah), tanggal efektif 6 Maret 2013, (v) Seminar Manajemen, dosen pengasuh
: Laili Dimyati, sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 22
Oktober 2013; (8) Ongkos ke kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah
Dempo Pagaralam (:kelas 1 e dan dipindah pada semester II (dua) ke kelas 2 f):
(a) Orientasi Pendidikan Pengenalan Lingkungan Kampus (OPDIK) dilakukan
selama 1 minggu = Rp 10 ribu x 6 hari = Rp 60 ribu (enam puluh ribu rupiah), (b)
Semester I (satu) dilakukan mulai 4 Oktober 2010 sampai dengan 13 Januari
2011, kegiatan perkuliahan dilakukan dan oleh dosen-dosen pengasuh, sebagai
berikut: (i) Senin : Agama, dosen pengasuh : Dra. Yushar, 08.00-09.20 WIB;
Pendidikan Pancasila, dosen pengasuh : Hermanus, S.pd., M.pd., 09.30-10.50
WIB; Sosiologi dan Politik, dosen pengasuh : Ramadhan, S.ip., 11.00-12.40 WIB;
(ii) Rabu : Pengantar Bisnis, dosen pengasuh : Zulaiha, SE., MA., 08.00-09.40
WIB; Pengantar Ekonomi Mikro, dosen pengasuh : Laili Dimyati, SE., M.si.,
09.40-11.20 WIB; (iii) Kamis : English I (satu), dosen pengasuh : Firdaus, S.pd.,
09.40-11.20 WIB; (iv) Jumat : Matematika Ekonomi, dosen pengasuh : Nisma
Aprini, S.P., 08.00-09.40 WIB; Pengantar Akuntansi I (satu), dosen pengasuh :
Kardinal, SE., MM., 09.40-11.40 WIB, Volume ongkos semester I (satu) : 56 hari x
Rp 10 ribu = Rp 560 ribu (lima ratus enam puluh ribu rupiah), (c) Semester II
(dua) dilakukan mulai 7 Februari 2011 sampai dengan 17 Juni 2011, kegiatan
Edwansyah Gumayenda
Page 23
perkuliahan dilakukan dan oleh dosen-dosen pengasuh, sebagai berikut : (i)
Senin : Pendidikan Kewiraan, dosen pengasuh : Herma Diana, SH., 08.00-09.20
WIB; Ilmu Budaya Dasar, dosen pengasuh : Dra, Nurnila, M.si., 09.30-10.50 WIB;
Bahasa Indonesia, dosen pengasuh : Muliana, S.pd., 11.00-12.20 WIB; (ii) Selasa
: Bahasa Inggris II, dosen pengasuh : Busri, S.pd., 08.00-09.40 WIB; Statistik I,
dosen pengasuh Liza Islamia, SE., MM., 10.00-11.40 WIB; (iii) Rabu : Pengantar
Ekonomi makro, dosen pengasuh : Ruaman Yudianto, 08.00-09.40 WIB;
Pengantar Ekonomi Pembangunan, dosen pengasuh : Andri, SE., 10.00-11.40
WIB; (iv) Kamis : Pengantar Manajemen, dosen pengasuh : Elvera, SE., M.sc.,
08.00-09.40 WIB; Pengantar Akuntansi II (dua), dosen pengasuh : Novriansyah,
SE., 09.40-11.20 WIB, Volume ongkos semester II (dua) : 64 hari x Rp 10 ribu =
Rp 640 ribu (enam ratus empat puluh ribu rupiah), (d) Semester III (tiga)
dilakukan mulai 3 Oktober 2011 sampai dengan 12 Januari 2012, kegiatan
perkuliahan dilakukan dan oleh dosen-dosen pengasuh, sebagai berikut : (i)
Senin : Perilaku Organisasi Perusahaan , dosen pengasuh : Ir, Armansyah Arman,
MM., 08.00-09.30 WIB; Akuntansi Keuangan Menengah, dosen pengasuh :
Baheramsyah, SE., MM., 09.40-11.20 WIB; (ii) Selasa : Teori Ekonomi, dosen
pengasuh : Zulaiha, SE.,MA., 08.00-10.00 WIB; Ilmu Alamiah Dasar, dosen
pengasuh : Herma Diana, SH, 10.10-11.30 WIB; (iii) Rabu : Akuntansi Biaya,
dosen pengasuh : Septi Agustina, S.pd, 08.00-09.40 WIB; Perekonomian
Indonesia, dosen pengasuh : Ruaman Yudianto, SE., MM., 11.30-13.00 WIB; (iv)
Kamis : Aspek Hukum Dalam Ekonomi, dosen pengasuh : Mastriati Hini,
HD.,SH.,KN., 08.00-09.40 WIB; (v) Sabtu : Statistik II (dua), dosen pengasuh :
Nisma Aprini, S.P., 08.00-10.40 WIB, Volume ongkos semester III (tiga) = 74 hari
x Rp 10 ribu = Rp 740 ribu (tujuh ratusempat puluh ribu rupiah), (e) Semester IV
(empat) dilakukan mulai 27 Februari 2012 sampai dengan 7 Juni 2013, kegiatan
perkuliahan dilakukan dan oleh dosen-dosen pengasuh, sebagai berikut : (i)
Senin : Ekonomi Internasional, dosen pengasuh : Zulaiha, SE., MA., 08.00-09.40
WIB; Manajemen Agribisnis, dosen pengasuh : Ir, Armansyah Arman, MM.,
Edwansyah Gumayenda
Page 24
10.00-11.40 WIB; (ii) Selasa : Manajemen Pemasaran, dosen pengasuh : Zulaiha,
SE., MA., 08.00-09.40 WIB; Akuntansi Manajemen, dosen pengasuh :
Baheramsyah, SE., MM., 10.00-11.40 WIB; (iii) Rabu : Manajemen Operasional,
dosen pengasuh : Drs, Robinson, MM., 08.00-09.40 WIB; (iv) Kamis :
Kewirausahaan, dosen pengasuh : Sastra Mico, SE., M,si., 08.00-09.40 WIB;
Pengantar Aplikasi Komputer, dosen pengasuh : Yulia Misrania, SE., 10.00-11.40
WIB, Volume ongkos semester IV (empat) = 59 hari x Rp 10 ribu = Rp 590 ribu
(lima ratus sembilan puluh ribu rupiah), (f) Semester V (Lima) dilakukan mulai
24 September 2012 sampai dengan 17 Januari 2013, kegiatan perkuliahan
dilakukan dan oleh dosen-dosen pengasuh, sebagai berikut : (i) Senin :
Manajemen Koperasi, dosen pengasuh : Marko Ilpiyanto, SE., MM., 08.00-09.40
WIB; Manajemen Pariwisata, dosen pengasuh : Yulia Misrania, SE., 09.40-11.20
WIB; Ekonomi Moneter, dosen pengasuh : Andri, SE., 11.30-13.10 WIB; (ii)
Selasa : Manajemen Keuangan, dosen pengasuh : Baheramsyah, SE., MM.,
08.00-09.40 WIB; Metodologi Penelitian, dosen pengasuh : Zulaiha, SE., MA.,
09.40-11.20 WIB; (iii) Rabu : Sistim Informasi Manajemen, dosen pengasuh :
Kusnita Yusmiarti, S.kom., M.kom., 08.00-09.40 WIB; Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya, dosen pengasuh : Zulaiha, SE., MA., 09.40-11.20 WIB,
Volume ongkos semester V (lima) = 38 hari x Rp 10 ribu = Rp 380 ribu (tiga ratus
delapan puluh ribu rupiah), (g) Semester VI (enam) dilakukan mulai 18 Februari
2013 sampai dengan 12 Juni 2013, kegiatan perkuliahan dilakukan dan oleh
dosen-dosen pengasuh, sebagai berikut : (i) Senin : Komunikasi Bisnis, dosen
pengasuh : Ahmad Feriansyah, 08.00-09.40 WIB ; Anggaran Perusahaan, dosen
pengasuh : Novriansyah, SE., 10.00-11.40 WIB; (ii) Selasa : Studi Kelayakan
Bisnis, dosen pengasuh : Ruaman Yudianto, 08.00-09.40 WIB; Operation
Research, dosen pengasuh : Drs, Robinson, MM., 10.00-11.40 WIB; (iii) Kamis :
Mix Farming, dosen pengasuh : Nisma Aprini, 08.00-09.40 WIB, Volume ongkos
semester VI (enam) = 54 hari x Rp 10 ribu = Rp 540 ribu (lima ratus empat puluh
ribu rupiah), (h) Semester VII (tujuh) dilakukan mulai 26 September 2013
Edwansyah Gumayenda
Page 25
sampai dengan 13 Januari 2014, kegiatan perkuliahan dilakukan dan oleh dosen-
dosen pengasuh, sebagai berikut : (i) Senin : Manajemen Pemasaran
Internasional, dosen pengasuh : Sastra Mico, SE., M.si., 09.40-11.20 WIB;
Seminar Manajemen, dosen pengasuh : Laili Dimyati, SE., M.si., 09.50-11.30
WIB, Volume ongkos semester VII (tujuh) = 15 hari x Rp 10 ribu = Rp 150 ribu
(seratus lima puluh ribu rupiah), (i) Semester VIII (delapan) dilakukan mulai 22
Maret 2014 sampai dengan 10 Mei 2014, kegiatan perkuliahan dilakukan dan
oleh dosen-dosen pengasuh, sebagai berikut : (i) Hari pertama Kuliah Kerja
Nyata angkatan XII-2014, tanggal efektif 22 Maret 2014, mengikuti pembukaan
Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014 diruangan aula dan ikut membersihkan
lingkungan kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam, (ii)
Hari kedua Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014, tanggal efektif 29 Maret 2014,
melakukan penanaman pohon di kawasan wisata Curup Mangkok Pagaralam,
(iii) Hari ketiga Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014, tanggal efektif 12 April
2014, jadwal kunjungan kuliah kerja nyata ke PTPN VII Gunung Dempo
Pagaralam tidak diperkenankan untuk diikuti oleh Gumayenda—NPM : 1011035,
(iv) Hari keempat Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014, tanggal efektif 19 April
2014, mengikuti pembekalan Kuliah Kerja Nyata XII-2014 di ruangan aula
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam, (v) Hari kelima Kuliah
Kerja Nyata angkatan XII-2014, tanggal efektif 26 April 2014, jadwal mengikuti
program unggulan dan jadwal keberangkatan ke PT. Indofood di kota Palembang
tidak memperkenankan Gumayenda—NPM : 1011035—sebagai peserta Kuliah
Kerja Nyata angkatan XII-2014, (vi) Hari keenam Kuliah Kerja Nyata angkatan
XII-2014, tanggal efektif 10 Mei 2014, Penutupan Kuliah Kerja Nyata angkatan
XII-2014 diruangan aula Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo
Pagaralam, berikut dosen-dosen pengasuh Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014
(22 Maret 2014 sampai dengan 10 Mei 2014) : Bapak Drs, H.A.M. Effendi
Sangkim, M.si., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo
Pagaralam, Ibu Elvera, M.si., selaku pembuka kegiatan Kuliah Kerja Nyata XII-
Edwansyah Gumayenda
Page 26
2014, Ibu Laili Dimyati, M.si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak
Novriansyah, M,si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Ahmad
Feriansyah, M.si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Agung
Anggoro Seto, M.si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Marko
Ilpiyanto, M.si., selaku Dosen Pembina Lapangan kelompok VIII, Bapak Yadi
Maryadi, M.si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Eef selaku
panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Rudiaman Yudianto, M.si., selaku
panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Baheramsyah, M.si., selaku panitia
Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Firdaus, M,si., selaku panitia Kuliah Kerja
Nyata XII-2014, Ibu Dwi Anggitika selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014,
Ibu Diah Sari selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Ibu Elsa selaku panitia
Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Ibu Zulaiha, SE., MA., selaku panitia Kuliah Kerja
Nyata XII-2014, Ibu Fadhilah, M.Si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014,
(vii) Semester Pendek baru dilakukan pada tanggal 30 Juni 2014 dimana
perhitungan ongkosnya akan dilengkapi pada tulisan berikutnya, Volume ongkos
Kuliah Kerja Nyata angkatan XII 2014 = (6 hari x Rp 10 ribu) + (3 hari x Rp 25 ribu
( uang iuran kelompok VIII (delapan)) = Rp 60 ribu + Rp 75 ribu = Rp 135 ribu
(seratus tiga puluh lima ribu rupiah).
Perlu diketahui mengenai keterlambatan Gumayenda mengikuti Kuliah
Kerja Nyata yang seharusnya dilaksanakan pada angkatan XI (sebelas) tanggal 18
Februari 2013 sampai dengan 12 Juni 2013, meskipun telah diminta (2) bulan
sebelumnya yakni pada semester (6) ketika Gumayenda mencapai 111 sks,
bahwa orang tua palsu mengonsolidasi kepentingan pelecehan dan kejahatan
pemerintah kota Pagaralam (periode pejabat Walikota Pagaralam Djazuli Kuris-
Ida Fitriati Basjuni (2004-2009) dan periode pejabat Walikota Pagaralam Ida
Fitriati Basjuni-Novirza Djazuli Kuris (2009-2014)) mengorupsi dana daerah
terhadap Gumayenda yakni kelompok kejahatan Susiawan, Atik Jemakir, Susanti
Angraini, Reza-reza palsu, dan kelompok kejahatan kota Pagaralam yang terlibat
Edwansyah Gumayenda
Page 27
penculikan orang tua Gumayenda untuk melampiaskan dendam kepada
Gumayenda disamping upaya mengorupsi dana program Kuliah Kerja Nyata dan
dana pendidikan yang digulirkan oleh pemerintah kota Pagaralam kepada
mahasiswa/i kota Pagaralam dengan memperlakukan kebodohan dan
diskriminasi terhadap mereka yang tidak memperoleh haknya dari resume
Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014. Opini dendam yang distatuskan pelaku
akhirnya teridentifikasi yakni modus ‘trafficking’ dari mengondisikan
kemunduran mental korban menggunakan pendiktasian pronosiasi hati yang
dilengkapi dengan pelecehan dan kekerasan terkonsolidasi ekstorsi pemerintah
kota Pagaralam, modus perampasan, modus kejahatan identitas palsu, dan
modus kejahatan yang memperlakukan korban-korban perampasan identitas
dengan dalih sanitasi daerah kota Pagaralam ke tempat pengucilan yakni
institusi Ernaldi Bahar Palembang akhirnya terungkap sebagai motif kejahatan.
Kejahatan terkulminasi dari kasus orang hilang yang mendiskredit kemampuan
Kepolisian Resort Pagaralam akhir kasus penculikan orang tua Gumayenda
disebutkan oleh pelaku-pelaku dari kelompok kejahatan Susiawan yakni
Gumayenda memperoleh diskriminasi karena ia tidak tergolong waria (pelaku
penyimpangan seksual) dan tidak beragama Nasrani atau Yahudi, yang
mendiskredit kemampuan pemerintah kota Pagaralam mesanitasi dan
menyeleksi penduduk kota Pagaralam dengan klise ‘redundancy’ dan stelsel-
aktif yang distatuskan dari intelektual pemimpin daerah terhadap konotasi
penguasa yang memanipulasi strata dan intelektual untuk menyelenggarakan
daerah dan deklarasi mengenai demokratik yang diorientasi sebagai pedoman
memerintah suatu populasi dan kultur, suatu kejahatan yang memusnahkan
kemampuan intelektual dan stereotip dari ’properties of fallability’ ketika
dianjurkan untuk tidak memiliki agama dan menyebutkan kejahatan sebagai
kesalahan populasi mendikdasi strata mereka terhadap hak properti pemerintah
daerah dan hak ruang publik bagi paternalisme, nepotisme, korupsi, kolusi, dan
determinasi konflik dari penguasa menampung hak dan hak dipanggil dari suatu
Edwansyah Gumayenda
Page 28
properti kepada pemimpin daerah, dan hak populasi dari properti yang
diundangkan oleh pemerintah pusat. Status kejahatan yang pernah dituliskan
sebagai kemungkinan mengeksekusi prestasi dan pengembangan yang
menyinambungkan patronasi dari status penguasaan dan hak-hak yang dipanggil
dari properti-properti yang dikuasainya, yakni ‘The Constraining Properties’ dan
pencekalan yang umum disebutkan oleh penguasa yang menaruh skandal
mereka diatas lisensi properti pemerintahan daerah yakni “mengapa hidup saya
diset bahkan untuk melakukan perencanaan hingga saya harus memutuskan
memanipulasi/menggelapkan hak orang lain dan memalsukan prestasi hidup
saya! (:umumnya frustrasi yang terilustrasi adalah memukuli oposisi atau target
hingga kematian dirasakan sebagai keputusan yang memusnahkan teori
terhadap upaya investigasi dan pembuktian)”. Diagnosa menyebutkan properti
dan harta benda yang distatuskan sebagai hak Ida Fitriati Basjuni dan akan selalu
disebut oleh pihak ketiga kepada identitas dirinya seperti nama jalan yang dipilih
sebagai ukuran prestis hidup sejarah kultur, kemungkinan dipilih sebagai
antidote, namun hak populasi yang mengetahui intelektual diskriminatifnya
sebagai prestasi pemerintahan daerah atau kota akan memperoleh pembekuan
dari hak-hak yang dipanggil menguasai distribusi identitas palsu yang menguasai
properti dan harta benda yang dibawa lari atau dikorupsi—Presume of The
Healthy Governance’, merupakan kemungkinan pengawasan fungsional dan
melekatnya anemositas kekuasaan ke tingkat kondisi yang lebih faktor patronasi
menegaskan pejabat perlu meletakkan skandal sebagai keadilan lisensi
kekuasaan dan kesadaran dokumentasi kekuasaan dalam akselerasi kekuatan
internasional.
Diagnosa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Nirwana palsu sebagai bukti
tidak ada pengaruh apapun melainkan mengupayakan diskredit berupa
permusuhan dan penculikan dengan percobaan pembunuhan dan motif malu
maupun frustrasi dari oknum-oknum Rasiwan bila tidak memiliki seseorang yang
akan difitnah untuk dipersalahkan dan dalih malu memiliki dengan merampas
Edwansyah Gumayenda
Page 29
harta benda kaum kerabat yang ditipu dan difitnah oleh kelompok kejahatan
Susiawan, Reza-reza palsu, Atik Jemakir, Sukron Keuw, Eli Kusmala, dan oknum-
oknum Rasiwan yang mengonsolidasi keterlibatan kaum kerabat Rasiwan-
Sjamsuri mengelevasi tumbal-tumbal kejahatan untuk dikondisikan sebagai
media pemerasan dan pembunuhan signifikan, sebagai berikut : (a) Pendaftaran
mahasiswa baru, OPDIK, Bangunan tahap I (satu), dan Bangunan tahap II (dua) =
Rp 1.350.000 (satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah), (b) SPP semester I
(satu) sampai dengan semester VIII (delapan) = Rp 6.075.000 (enam juta tujuh
puluh lima ribu rupiah), (c) SKS semester I (satu) sampai dengan semester VIII
(delapan) = Rp 3.450.000 (tiga juta empat ratus lima puluh ribu rupiah), (d)
Diktat perkuliahan mulai dari semester I (satu) sampai dengan semester VIII
(delapan) sejumlah 20 (dua puluh) buah = Rp 635.000 (enam ratus tiga puluh
lima ribu rupiah), (e) Ongkos perkuliahan kelas reguler pagi mulai dari semester
I (satu) sampai dengan semester VIII (delapan) = Rp 3.795.000 (tiga juta tujuh
ratus sembilan puluh lima ribu rupiah), (f) Jumlah keseluruhan biaya = Rp
1.350.000 + Rp 6.075.000 + Rp 3.450.000 + Rp 635.000 + Rp 3.795.000 = Rp
15.305.000 (lima belas juta tiga ratus lima ribu rupiah) per 9 Juni 2014,
Hipotesis menyebutkan keluhan dari edukasi dan operasional yang
memperoleh komparasi dari nilai sebesar Rp 15.305.000 (lima belas juta tiga
ratus lima ribu rupiah) per 9 Juni 2014 untuk satu buah gelar sarjana muda
sektoral pendidikan ekonomi yakni sistim okupasi yang berlaku di kota
Pagaralam adalah tidak layaknya iklim investasi hingga modus identitas palsu
merampas hak orang lain melalui aksi ‘mark-up’ dan hak pengampuan harta
benda karena mendaftar harta benda yang bukan merupakan hak milik,
melanjutkan tesis memiliki pengaruh sebagai permasalahan mahasiswa/i
mendiagnosa dirinya dalam keadaan terampu atau terculik—umumnya oknum-
oknum Rasiwan yang kini menikmati identitas palsu menyebutkan keluarga
mereka tergolong malu dan frustrasi karena tidak mampu mengalami intelektual
tinggi berstrata hingga harus merampasnya dengan beridentitas palsu dan
Edwansyah Gumayenda
Page 30
memfitnah kaum kerabat seperti yang mereka lakukan terhadap keluarga Indra
Rasiwan dan Gumayenda, tesis menyebutkan tidak profesionalnya pelayanan
publik pemerintah kota Pagaralam terbukti dari kondisi petugas yang direkrut
oleh modus distribusi identitas palsu dan paternalisme yang dilegalkan dari
kondisi DjazuIi Kuris dan Budiarto Marsul mendeterminasi populasi kota
Pagaralam yang resah mendeviasi harta benda hasil rampokan untuk melakukan
kontribusi pemerintah daerah yang telah mesanitasi kota Pagaralam, dalih
mereka disebutkan dengan rasa keberatan untuk kehilangan harta benda, maka
dari itu memfitnah dengan beridentitas palsu dirasakan mengamputasi tesis
pembuktian mengenai kejahatan akan subjek yang diinterogasi. Retro-aktif
menyebutkan destruksi otonomi yang memperebutkan ‘power’ dan ‘rent
seeker’ dari kondisi pendukung yang melobi elite, elevasinya menyebutkan
pemekaran wilayah dari kondisi resume kejahatan sebagai mikro sentralisasi
kondisi horisontal yang terjadi pasca reformasi dan secara vertikal mendesak
kelayakan desentralisasi yang berupa wilayah kecamatan, asumsi pelaku
dikondisikan sebagai rute komutasi dengan menukar strata dan meluaskan
modus penipuan beridentias palsu menjadi terkendali dari sekedar menggeser
sentralisasi kepada agenda instrumentalis saja.
Kesinambungan dari pertanyaan yakni mengapa Edwansyah Gumayenda
dengan NPM : 1011035 mengalami keterlambatan mencapai gelar sarjana
ekonomi yakni (SE.,) dan mengapa biaya menjadi ukuran bagi kesuksesan calon
sarjana memberikan ruang keputusan mengenai hal yang terjadi terhadap
kompetensi gelar kesarjanaannya terhadap komunalitas dan permintaan akan
kebutuhan intelektual dan pengembangannya. Sebanyak (60) halaman diatas
dapat dijadikan sebagai latar-belakang dan pragmatis indoktrinasi mengenai
terampu, pengampu, dan mengampukan seseorang dari hak miliknya terhadap
hak kompetensinya. Perolehan kesarjanaan yang mengedukasi kehidupan sosial
karena normatif untuk memulai koneksi dan ruang publik bagi status
Edwansyah Gumayenda
Page 31
pengunduran diri akses identitas palsu mengamputasi pemerintahan bereputasi
buruk, dan akses yang dikembangkan adalah akreditasi bagi pengembangan,
sanitasi penduduk, dan nasionalisasi yang dipertahankan dengan
mempertahankan replika identitas dari kondisi yang menggoda kondisi-kondisi
ekstrim yakni antrian identitas palsu dan ide “model antrian” menyebutkan
depolitisasi merupakan ruang keputusan bagi aktor mendiskredit identitas
palsunya karena kapabilitas usang dan memimpin manajemen dengan distribusi
identitas palsu yang mengonsolidasi perintah-perintah kejahatan dibalik layar
karena terlibat langsung dan mempertahankan dualisme sebagai suasana
kapasitas pemerintahan daerah—mengindoktrinasi lanjutan dari opini yang
mendefinisikan hipotesis dari keterlambatan (:retardation) telah diset oleh pihak
dan atau pelaku yang memolakan pengucilan dari target yang akan dirampas
identitas maupun harta benda, dalih yang dipenuhi oleh pernyataan mengenai
kompetisinya identitas palsu dan upaya mempertahankan kesinambungan dari
penyesuaian yang dilakukan karena tidak mempunyai kredibilitas dan
mengestimasi efisiensi bila melakukan reformasi total menjadi lanjutan dari tesis
yang dikembangkan berikut ini : ‘As if the next intellection perceives you on
how to vex people and determining an artistic to skin prelibians of why you are
the frames to the Bad development of the cliché synically lifts you on the having
shuddered by a corruption and is elevated as the dumb persons even if to have
a single fake one of their identities, a negation to dispute … but those negers
are not a deviation to line you on the bad ribaldry because they still have the
antidotes and where else do we should pay the salaries of what the extreem rich
condition we are’—kritisme dari hipotesis yang disebutkan kapabilitasnya adalah
kredibilitas mengenai jaminan yang diberikan ketika memiliki cakupan yang luas
mengenai konektivitas, adanya standar harga dan kolusi diferensiasi mengenai
kompetensi yang usang, jaminan yang diberikan untuk tidak menurunkan
reputasi pada masa yang akan datang, dan jaminan yang dapat diberi dan
dipindah kepada aktor lainnya. Sedangkan pengaruh pernyataan berikut
Edwansyah Gumayenda
Page 32
“Mempertahankan identitas asli dengan pemerkosaan hak milik yang
mengakibatkan aktor-aktor beridentitas palsu menyebut sembarang mengenai
kondisi terampunya korban,” mengelevasi butir penjelasan berikut sebagai tesis
penjelasan mengenai rute komutasi bagi komuter yakni aktor beridentitas palsu
mengupayakan hidup mereka dari kondisi ekstrim kemiskinan dan kondisi
kejahatan dari status ‘cultural-lag’nya pemerintahan daerah dan kepura-puraan
kota mendomestikasi kerumitan suasana kota dengan sampah masyarakat,
mensubstitusi ide yang mempertahankan konsumsi dari publik dan levelnya
kepada seluruh bentuk subsidi yang dikondisikan memimpin antrian manajemen
terhadap aksi mengorupsi perintah tindakan, perilaku donor, dan domestikasi
penduduk yang memberikan level terhadap apa saja yang mereka konsumsi
mulai dari kapabilitas usang maupun identitas palsu. Dan bagaimana anda
menjelaskan tesis penjelasan mengenai kontribusi kepentingan mayoritas untuk
mesanitasi kelompok perampas. Kasus koheren mengontroversi instansi-
instansi strategis yang korelasi memberikan pilihan kepada ekstorsi dan nepotis
untuk mengalami autogenik nepotis dengan pengamputasian fungsional
signifikan karena mayoritas mengendalikan status sosial yang diestimasi oleh
kelas baru dan atau sampah masyarakat yang disanitasi mengenai cacat perilaku
hirarkinya di kasus pertukaran properti.” Pertanyaannya adalah bagaimana
Edwansyah Gumayenda—NPM : 1011035—memperoleh seluruh kontroversi
tersebut yang menginvestasikan dirinya kepada modus ‘trafficking’ secara
sepihak karena membuktikan identitasnya tidak pernah menerima apapun
maupun kesepakatan yang harus disetujui maupun tidak disetujui oleh
Gumayenda, lanjutan dari tesisnya yakni memanfaatkan skisme guna
memperoleh keuntungan di masa depan yang mengeksploitasi hak suara pihak
manapun ketika mengendalikan aset dari kapabilitas yang telah usang.

More Related Content

Featured

How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
ThinkNow
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Kurio // The Social Media Age(ncy)
 

Featured (20)

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPT
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 

Halaman (2) parameter on may 31st june 30th 2014 lagak busuk indra rasiwan palsu

  • 1. Edwansyah Gumayenda Page 1 ----,(Halaman 2) : Kontroversi dari oknum-oknum Rasiwan diilustrasikan dengan mengolok- olok Gumayenda meskipun mengetahui kasus yang terjadi yakni oknum-oknum Rasiwan-Sjamsuri-Sohar terlibat penculikan dan pembunuhan yang diupayakan mengklaim bias dari perekrutan dan pemfitnahan terhadap kaum kerabat korban, harapan menumbalkan perekrutan dari orang-orang palsu yang tidak mampu lagi mengklaim hukum dan perlindungan menjadi pilihan bagi kejahatan oknum-oknum Rasiwan. Kelompok kejahatan Sukron dan Pajeroni Zawawi kini mengonsolidasi kelompok kejahatan Susiawan yakni menempatkan pelaku- pelaku kejahatan dari kasus hilangnya Indra Rasiwan dan Nirwana Indra Rasiwan di Ade Irma Suryani 82-85 (:Peltu Menalis) kecamatan Jarai dan bertahan dengan kebohongan dari identitas-identitas palsu keluarga Indra Rasiwan dan oknum-oknum Rasiwan yang melakukan substitusi identitas terhadap keluarga Susiawan dan Eli Kusmala. Penjatahan di desa Rambai Kaca, Bangunrejo, dan Karang Dalo Pagaralam membuktikan keterlibatan kejahatan oknum-oknum Rasiwan yang kini melebar hingga Serpong-Sukmajaya Depok-Bogor karena Taufan Putra, Jimmy Arfan Masuning (pelaku penusukan), dan Budi Sukardi (pelaku pemerkosaan dan penculikan) merasa sukses dengan kondisi kematian rekayasa atas identitas diri mereka yang sebenarnya merupakan kesempatan pelaku melebarkan modus kontroversi, hal yang diestimasi adalah kemampuan keluarga Taufan Putra memberikan okupasi kepada sampah-sampah masyarakat yang direkrutnya dengan hasil sebelumnya yakni mantan Bupati Lahat Harunata Supeno harus lari dan meninggalkan kaum kerabat karena ditodong, diperas, dan terjerat modus substitusi dari sampah-sampah masyarakat yang pernah direkrutnya—Plot terbaru yang dipublikasikan oleh Kepolisian Daerah Sumatera Selatan membuat perbandingan terhadap keluarga Supeno yakni mantan Bupati Lahat Harunata Supeno dinyatakan stress dan mengelevasi balas dendam dengan mendomestikasi media kejahatan modus pemerasan yang pernah dialaminya—kasus reservasi dari alibi pemerasan yang dialami oleh Bursah
  • 2. Edwansyah Gumayenda Page 2 Zarnubi beridentitas asli masih menuduh keluarga Supeno sebagai pelakunya. Taher Sukardi dan Erlan Arfan Masuning pun menegaskan identitas keluarga mereka sebagai pelaku-pelaku pembunuhan yang kini direkrut oleh Susiawan dan kelompok kejahatan Deo Harunata, reputasi kejahatan mereka menggunakan bendera Fraksi Bintang Reformasi, kini mendiskredit komunal Jawa dari Talang Pisang seperti Parno, Sukron Keuw, Johar, dan keluarga Harun Zawawi yang tersohor mengekspos aib pejabat Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan ekstorsi Bursah Zarnubi, Djazuli Kuris, dan Harunata Supeno. Mereka terlibat langsung meneror di kediaman Gumayenda dengan penjatahan yang dilakukan oleh kelompok kejahatan Susiawan dan Eli Kusmala, dimaksudkan untuk memperoleh pihak ketiga yang akan membunuh Gumayenda dan memberanikan pelaku-pelaku kejahatan dari kota Pagaralam yang sebelumnya teridentifikasi sebagai penganiaya dan penculikan terhadap orang tua Gumayenda ketika berdomisili di desa Talang Jeruk Pagaralam, salah satu bukti korban-korban yang tewas di tangan mereka adalah mayat wanita yang ditemukan di Ndikat dan Tria Zani yang diperkosa dan dibunuh lalu mayatnya ditinggalkan begitu saja membusuk. Penyelidikan telah dilakukan namun Kepolisian Resort Pagaralam terkenal sebagai petugas-petugas kepolisian yang tidak profesional karena terlibat langsung menadah identitas palsu dan harta benda dari korban-korban tersebut. Ironinya pelaku kejahatan adalah waria atau homoseks yang sering mengamati korban dengan aksi parasitisme dan mengintai korban, modus pengintaian pun dikenal sebagai pelatihan sipir- sipir lembaga pemasyarakatan Kemarau Palembang bahkan Reza-reza palsu mempelajari modus mengintai korban hingga mencapai titik terlengah, yang membuktikan status pelaku adalah seseorang yang terlatih untuk membunuh dan memiliki penyimpangan seksual sebagai ciri-ciri kejahatannya, (d) Provokasi kelompok kejahatan waria di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam akhirnya mengindikasikan kasus-kasus perampasan seperti kasus Darul Hikam hingga rasa malu kota Pagaralam karena salah kaprah dalam
  • 3. Edwansyah Gumayenda Page 3 perbuatan fanatisme yakni menstatuskan ‘mammon’ dan membenci pribumi maupun umat Islam. Kasus-kasus penggusuran pribumi dengan alasan perluasan kawasan wisata memenuhi kasus salah kaprah orang-orang dusun Pagaralam yang memutasi identitas palsu mereka sekejap sebagai Nasrani instan dan kelompok Cina mapan instan dari hasil menadah harta benda pribumi yang diusir dari kota Pagaralam yakni Sukron Keuw, Hermanto Keuw, Nugroho Siswanto, Parno, dan Suharindi muncul sebagai ikon perampasan dan menstatuskan horisontal kepada komunal Padang yang direkrut untuk modus pengusiran. Modus pronosiasi hati di tahun 2001 masih jauh dari perhatian Bupati Lahat Harunata Supeno karena Deo Harunata baru mengendus modus kejahatan tersebut di tahun 2004 dan modus menginfiltrasi plot kejahatan masih melakukan ‘off-set’ yakni penculikan dengan upaya mensubstitusi identitas palsu dan mencari ekstorsi demi memperoleh eksesibilitas kejahatan dan hukum. Namun di tahun 2002 dengan penculikan orang tua Gumayenda, pejabat-pejabat Walikota Pagaralam Djazuli Kuris dan Budiarto Marsul mulai mencari upaya dari modus lullaby dengan kulminatif substitusi yang dilakukan oleh Taufan Putra dan memenjarakan Roy Lanzen karena kedapatan melakukan kejahatan di kota Bandung Jawa Barat. Status tersebut yang mengakibatkan kunjungan Taufan Putra di Ade Irma Suryani 82-85 (:Peltu Menalis) kecamatan Jarai di tahun 2006 tanpa sepengetahuan Gumayenda dilobi oleh kelompok kejahatan Susiawan dan oknum-oknum Rasiwan seperti Andi Nova Zemla, Misnan Hartono, dan Sukron Keuw, dan menemui Nirwana palsu dan Indra Rasiwan palsu melebarkan opsi penjatahan yang akhirnya kumulatif yakni proyek Square Empat Lawang yang hingga kini masih terbengkalai dari status mapan pembangunan daerah pemerintah kabupaten Empat Lawang. Taufan Putra sempat merasakan pemukulan yang dilakukan oleh oknum-oknum Rasiwan karena mempertanyakan mengapa Gumayenda dianiaya dan dipasung tanpa diberitahukan mengenai keadaan orang tuanya, identifikasi kasus kejahatan akhirnya mengiritasi oknum-oknum Rasiwan sebagai pelaku-pelaku
  • 4. Edwansyah Gumayenda Page 4 penculikan orang tua Gumayenda yang mengupayakan resume perampokan terhadap kaum kerabat yang mengenal baik reputasi Rasiwan-Sjamsuri. Keluarga Taufan Putra akhirnya melakukan plot yakni mendeviasi alibi penusukan yang dialami oleh Taufan Putra, seharusnya mereka mengidentifikasi kelompok kejahatan Inra Floris Palembang imperatif Deo Harunata yang melakukan set terhadap Hermanto Keuw, Misnan Hartono, dan alibi substitusi keluarga Harun Zawawi dan Pajeroni Zawawi yang mudah ditemui karena melakukan aksi 385 di kediaman Gumayenda. Indra Rasiwan palsu pun seharusnya dielevasi oleh Taufan Putra mengenai imperatifnya dari Hartal Burlian Sohar yakni melakukan parasitisme hingga dituntut masuk bui oleh korban-korbannya. Upaya menginterogasi orang tua palsu dan Reza-reza palsu telah diusahakan oleh Gumayenda namun jawaban yang diperoleh dari Indra Rasiwan palsu dan Nirwana palsu adalah mengupayakan diskredit yakni memiringkan hak komunikasi dan hak milik Gumayenda untuk tanpa klaim dan mengupayakan kontroversi dari imperatif Hartal Burlian Sohar yang berkeberatan dilakukan pengaduan di Kepolisian Resort Pagaralam yakni STBL/B-130/IX/2006/SPK dan Lembar Pengaduan LP/B-254/B-255/B-256/IX/SPK, sedangkan Reza-reza palsu melakukan pemukulan terhadap Gumayenda sebanyak (13) kali dengan saksi-saksi dari orang-orang palsu dan oknum-oknum Polsek Jarai yang memperoleh uang jatah dari Susiawan dan Eli Kusmala yang mengindikasikan amputasi pengaduan dan kontroversi yakni pelapor akan dipersalahkan oleh pihak pelaku. Aksi kejahatan merekrut oknum-oknum Rasiwan transparan dari status Meri Arfan Masuning dan Pandi Arfan Masuning yang rajin meminta-minta uang jatah dari orang tua palsu, Susiawan, dan Eli Kusmala bahkan mengintimidasi dengan melakukan aksi infiltrasi dan memprovokasi Gumayenda dengan menyebutkan “Siapa yang mau kedapatan melakukan kejahatan!”. Kumulatif kolaborasi oknum-oknum Rasiwan merekrut Taufan Putra didefinisikan dengan pemfitnahan mereka yakni mengatakan keluarga Indra Rasiwan memutuskan silaturahmi maka harta benda dan
  • 5. Edwansyah Gumayenda Page 5 identitas yang melekat pada korban direncanakan untuk penggelapan dan perampasan, hal yang memberanikan pihak ketiga yang menunggu horizontal terhadap reputasi buruk Rasiwan dan modus perampasan akhirnya melebar ketika Jimmy Arfan Masuning direkrut oleh kelompok kejahatan Deo Harunata dan melakukan aksi kejahatan di kota Pagaralam. Kondisi waria dan transformasi membuat aib di keluarga Arfan Masuning, hingga mereka mempertanyakan nasib Jimmy Arfan Masuning kepada Budi Sukardi yang lebih dulu berprofesi kejahatan homoseks di kota Palembang dan merasa sukses mengebiri maupun menghisap harta benda Herlansyah Burlian Sohar alias Aan dan Jendral Polri (purn) Astin Alimudin. Akhirnya Arfan Masuning memutuskan kematian rekayasa bagi Jimmy Arfan Masuning demi menutupi aib dan mengintimidasi pemfitnahan terhadap keluarga Indra Rasiwan dengan merekrut Rheza Ivan Darian sebagai tumbal rasa malu, sukses elevasi kejahatan pertama oknum Rasiwan yang disusul oleh kejahatan inisial Jimmy Arfan Masuning terhadap modus waria dan pembantu rumah tangga di keluarga Maphilinda Boer istri pejabat Gubernur Sumatera Selatan Syahrial Oesman. Modus pronosiasi hati dan transfigurasi solid dari kasus Jimmy Arfan Masuning hingga pemurtadan mengintimidasi keluarga dan kroni-kroni Kuris Palo-Marsul yang akhirnya melakukan substitusi terhadap kedua pejabat Walikota Pagaralam tersebut karena tawaran identitas palsu lebih menjanjikan perolehan harta benda dan eksesibilitas dari media kejahatan yang dirasa telah didomestikasi. Perekrutan Jimmy Arfan Masuning akhirnya menciderai keluarga Yahun yang distatuskan dari Nova Zemla di tahun 2004 mengupayakan penculikan dengan upaya substitusi terhadap Gumayenda, status yang melebar kepada kasus Muzakir Sai Sohar karena tawaran terhadap Nova Zemla adalah identitas Mochamad Jazuli dari pemerintah kabupaten Muaraenim. Perampasan di Kampung Melati, Tebat Baru, Indra Giri, Swakarya, dan Tangsi Gunung Dempo Pagaralam melebarkan kejahatan kota Pagaralam kepada Tanjung Agung dan kecamatan Tanjung Sakti dengan fanatisme Nasrani Xaverius, bahkan
  • 6. Edwansyah Gumayenda Page 6 mendirikan sekte anti pribumi dan Islam yang akhirnya malu dan diklaim sesat oleh Rohani Djazuli Kuris dan Suharindi. Elevasi resume Jimmy Arfan Masuning yang mengondisikan penggandaan Indra Rasiwan, Nirwana Indra Rasiwan, dan Rheza Ivan Darian, hal yang mendiskredit bagi kondisi anak-anak Indra Rasiwan karena dipaksakan berstatus Tapol yakni dilecehkan dengan kekerasan oleh oknum-oknum Polisi yang khawatir kedapatan berbuat jahat dan terlibat langsung menadah identitas palsu dan harta benda dari perampasan harta benda dan identitas pribumi Pagaralam. Opini pertama adalah membias kejahatan oknum-oknum Rasiwan terhadap kasus kekerasan yang dialami oleh keluarga Indra Rasiwan dan meluas kepada kondisi kejahatan kelompok Susiawan yang mengakibatkan perbuatan tidak menyenangkan yang meneror Gumayenda. Aksi perbuatan tidak menyenangkan terlebih dulu diset di tahun 2002 dari status Roy Lanzen dan Taufan Putra dan mengumulasi upaya deviasi identitas-identitas palsu oknum-oknum Rasiwan yakni melarikan diri dengan harta benda rampokan dan memutus silaturahmi terhadap kaum kerabat maupun korban kejahatan mereka, sedangkan opini kumulatifnya adalah melikuidasi kolaborasi oknum-oknum Rasiwan terhadap keluarga Burlian Sohar karena dipekerjakan sebagai operator-operator kejahatan di kabupaten Lubuk Linggau, Muaraenim, dan ibukota Jakarta. Target-target mereka adalah kolega dan kaum kerabat dengan tujuan memutus silaturahmi dan menguras harta benda korban-korban yang dievaluasi sepihak karena tidak senang terhadap Harun Sohar atau Harunata Supeno—kondisi keluarga Supeno saat itu dikenal sebagai titik terlemah keluarga Burlian Sohar karena intimidasi reputasi buruk Harun Sohar, Demang Kenasim, dan aib keluarga Sohar/Supeno yang dikonsumsi oleh publik politik dan menunggu pengungkap kasus kejahatan. Supeno dipastikan melarikan diri dengan memanipulasi aset-aset pemerintah kabupaten Lahat dan pemerintah kabupaten Muaraenim kepada ‘money laundry’, meratifikasi aib mereka dengan melecehkan kaum kerabat yang ditinggalkan, dan melikuidasi kolaborasi-kolaborasi dengan memfitnah mereka sebagai
  • 7. Edwansyah Gumayenda Page 7 gepeng, orang gila atau terjerat modus kejahatan waria, identitas palsu, dan pronosiasi hati. Plot yang mendukung Reza-reza palsu karena dengannya koalisi Burlian Sohar dan kumulatif menjauhkannya keluarga mereka dari komunalitas akan semakin mengecilkan ruang publik bagi keluarga mantan pejabat Bupati Lahat Harunata Supeno, namun elevasi kejahatan tersebut kembali didukung oleh Taufan Putra dengan indikasi kejahatan waria Susiawan dan Sukron Keuw menginfiltrasi Sukmajaya Depok dan berebut jatah strata beridentitas palsu di instansi-instansi pemerintah kota Depok dan pemerintah kabupaten Bogor dengan harapan melikuidasi perebutan kekuasaan dan modus perampokan aset daerah kota (:lihat tulisan village-pillage). Mengecilnya ruang publik mudah teridentifikasi dari kota Pagaralam yakni seusai penggusuran dan deklarasi kawasan baik wisata maupun industri akhirnya ditinggalkan setelah berjalan setahun dan terhisap habis mengenai kapitalnya dengan alasan kondisi tidak aman beroperasi didaerah pemerintah kota Pagaralam yang tengah diagitasi oleh kejahatan identitas palsu dan modus perampokan dari kejahatan TNI/Polri yang disusupi oleh kelompok kejahatan Susiawan dan sejenisnya. Kavling Air Perikan menjadi sampel bagi kondisi huni di kota Pagaralam yang tidak aman dari gangguan kejahatan Reza-reza palsu yang mengintimidasi dengan Nasrani Pagaralam bahwa penduduk diharuskan membayar uang jatah dan beragama Nasrani untuk bisa berdomisili di daerah Pagaralam. Kulminatif pemerintahan kota Pagaralam terilustrasi dari Djazuli Kuris kroni Marsup dan rekrutan oang orang Pagaralam yang dilakukan oleh kelompok-kelompok kejahatan Susiawan, Atik Jemakir, Susanti Angraini, Susiawan, dan Orang Serambi yang merupakan kelompok dari Hermanto Keuw dan Sukron Keuw yang diplot untuk menunjukkan rasa malu dari harga diri orang-orang Pagaralam—sebutan “orang-orang kalah perang” ditujukan kepada korban seusai bersusah-payah melakukan pelaporan dan pengaduan karena masih menderita perampasan identitas dan kehilangan harta benda maupun anggota keluarga—takluk terhadap kejahatan waria Susiawan, hal yang distatuskan oleh keluarga Henri
  • 8. Edwansyah Gumayenda Page 8 Marsup (:terbukti menikmati senggama terhadap waria-waria dari kelompok Susiawan), Pajeroni Zawawi (:menyertakan isteri dan kembarannya untuk memanipulasi strata di hirarki pemerintah kota Pagaralam dan ekstorsi di pemerintah kabupaten Lahat guna memudahkan modus penadahan dari harta benda korban yang digelapkan oleh kelompok kejahatan Susiawan, Atik Jemakir, Susanti Angraini, dan Eli Kusmala), Jemakir (:seorang jongos dan mantan narapidana Kemarau Palembang yang diperintahkan bersubstitusi terhadap Jemakir yang asli karena takut kedapatan terlibat penculikan Nirwana Indra Rasiwan dan modus pengeksposan aib menggunakan korban terpasung), Yanto (:seorang oknum Koramil Jarai yang mengekstorsi kejahatan waria (homoseks) karena menyukai penyimpangan seksual dan mengimperatif kejahatan perampasan selama membayar upeti kepada kesatuan setempat), Sukron Keuw (:salah satu pelaku yang mengelevasi isu dari inisial Nurhayati—set keluarga Nela Sukardi karena membutuhkan bias dari identitas palsu mereka yang didukung ekstorsi keluarga Supeno yakni likuiditas dari merampok harta benda kaum kerabat dan mendesak rute pelarian dari pengejaran korban— mengupayakan penculikan dengan usaha percobaan pembunuhan terhadap Indra Rasiwan guna memudahkan perampasan identitas dan akuisisi harta waris korban yang kemudian diketahui merupakan ekstorsi dari oknum-oknum Rasiwan yang terjerat kejahatan waria dari kelompok kejahatan Susiawan, Susanti Angraini, Elta Eli Kusmala, dan Atik Jemakir, dan terlibat modus kejahatan kota Pagaralam yakni membantai pribumi dan mempropagandakan anti Islam), dan orang-orang palsu beserta resume kejahatan Reza-reza palsu yang sebelumnya melakukan kekerasan kepada orang tua Gumayenda kini mengulanginya kembali yakni membunyikan pronosiasi hati dengan mendiktasi kemunduran mental terhadap Gumayenda guna memperoleh pembunuhan signifikan dan pelaku-pelaku kejahatan dari kelompok Deo Harunata maupun oknum-oknum Rasiwan dapat melarikan diri dari tempat kejadian perkara, namun tanpa memperhatikan hak dan kondisi mental Gumayenda yang
  • 9. Edwansyah Gumayenda Page 9 dipaksakan untuk mengalami kegagalan. Provokasi kejahatan waria kulminatif pada 25 Juni 2014 dengan bersubstitusinya Susiawan dan Atik Jemakir karena pengebirian rute komutasi mereka memperoleh Taufan Putra sebagai ekses di pemerintah kabupaten Bogor dari koalisi POMAD Bogor dan komunal Arab Pasar Empang Bogor melalui Lutfie Syadun, oleh karena itu pelaku-pelaku kejahatan identitas palsu berebut identitas dari korban-korban yang dirampas beserta harta bendanya. Lutfie Syadun pada 30 April 2014 melarang Gumayenda untuk menyinggahinya di desa Benteng Ciampea Bogor, tiada alasan ia mau menerangkan kondisi modus kejahatan identitas palsu yang mengagitasi Jamaah Muslimin Bogor dan mengindikasikan dualisme serta hipokritnya muslimin sehingga menjadi media kejahatan bagi pelaku-pelaku yang menyukai wilayah baru dengan distribusi identitas palsu yang bersih dan tidak menarik perhatian sebagai penjahat maupun orang kaya baru yang khawatir kedapatan seusai melakukan kejahatan dan mendesak tempat persembunyian dari orang-orang dusun di daerah baru. Modus substitusi menggunakan institusi pendidikan seperti yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam dan Universitas Sriwijaya Palembang kini dielevasi menggunakan Perguruan Tinggi Ibnu Khaldun Bogor, Perguruan al-Irsyad Bogor, Universitas Borobudur Bekasi, Universitas Krisnadwipayana Bekasi, Universitas Sutan Gunung Mulia Cawang Jakarta Timur, Universitas Kristen Indonesia Cawang Jakarta Timur, dan Universitas Gunadarma Depok guna melikuidasi kejahatan yakni distribusi resume identitas palsu yang membawa serta korban kejahatan dan harta benda rampokan. Modus yang mengupayakan pemerasan dengan mencoba mengakrabi mahasiswa/i hingga terjerat kejahatan mulai dari kejahatan susila, narkoba hingga terculik sebagai anak hilangnya kelompok kejahatan Susiawan, Inra Floris, dan TRIUMPH. Modus anak hilang seperti ‘trafficking’ memang dikondisikan oleh pelaku-pelaku kejahatan kelompok Susiawan maka aksi parasitisme dan melangsungkan kejahatan ditunjang oleh korban dengan pelobian seperti uang jatah, pernikahan, menjadi teman intim,
  • 10. Edwansyah Gumayenda Page 10 dan negosiasi “damai” terhadap oknum-oknum Polisi beridentitas palsu maupun TNI ketika terjerat kasus kejahatan yang dielevasi oleh operator-operator Susiawan (:pelaku dapat menginfiltrasi rumah dan properti pribadi korban). Salah satu penetrasi kejahatan dilakukan dengan bertransfigurasi seperti anak- anak dibawah umur yang mengupayakan pencurian ketika orang tua tidak menyadari kembaran anaknya yang palsu dan atau si pelaku mahir memanipualsi penampilannya dengan berpura–pura penurut dan mengiba hingga kasus-kasus pedofil, perselingkuhan, perceraian, penculikan, dan kejahatan pengadopsian anak terjadi, status kejahatan yang dilakukan oleh Susiawan, Reza-reza palsu, Atik Jemakir, Susanti Angraini, Eli Kusmala, Nirwana palsu, Indra Rasiwan palsu, Jemakir, Johar, Fauzi, Sarmidi, Klicuk, Asbon, Yanto, dan keluarga kosong Harun Zawawi tersebut mencerminkan kondisi riwayat hidup mantan pejabat Bupati Lahat Harunata Supeno yang kini dipaksakan oleh mereka terhadap Gumayenda untuk mengalami hal yang sama, bahkan kondisi usia dewasa pelaku-pelaku tersebut diatas diperoleh dari aksi parasitisme untuk bertahan hidup dari sifat pemalas mereka dan memasung/menukar korban hingga mereka tidak dapat “ditolong” (2002-2014= 12 tahun). Bahkan diantara mereka ada yang mampu menipu dengan melangsungkan pernikahan terhadap lingkungan sekitar yang terlebih dulu diintai dengan kondisi solidaritas pola kehidupan gepeng dan Nasrani yang menyebutkan pemakluman terhadap penyimpangan seksual yang mereka alami. Untuk elevasi terhadap komunal Islam, pelaku melakukan empati dengan mengajak modus penipuan kepada mitra dagang dan menawarkan jabatan politik yang menggoda karena uang ratusan juta rupiah serta imbal jasa dari mensubstitusi identitas palsu dengan dalih ‘money laundry’ dan mendeviasi kejahatan “uang panas” yang diperoleh dari pencurian dan penggelapan yang dilakukan terhadap korban sebelumnya— kondisi kasus yang merusak Islam dengan mengupayakan kontroversi yakni mencacatkan kondisi rumah tangga korban dengan melakukan kerusakan perbuatan dan akhlak hingga menerima pelaku sebagai anggota keluarga yang
  • 11. Edwansyah Gumayenda Page 11 kemudian memperkosa hak beragama keluarga muslim—status yang membuktikan pola kejahatan gembel dan pengemis (gepeng) tersebut terkoordinasi oleh kelompok elite, kebalikannya dari Harunata Supeno yang hanya bertahan 7 tahun (1995-2002) mempertahankan kebohongannya sebagai seorang homoseks dan pemurtad Islam hingga mantan pejabat Bupati Lahat tersebut mengimperatif kejahatan gepeng dari kelompok Susiawan dan Nela Sukardi kepada kaum kerabatnya, dan kini mengonsentrasi Gumayenda untuk mengalami percobaan pembunuhan. Kebohongan kota Pagaralam terkulminasi ketika Djazuli Kuris mengumumkan dirinya melegit aksi homoseks sebagai agama dan proses Xaverius Pagaralam mensteril populasi kota Pagaralam. Akibatnya kejahatan waria tertampung oleh pemerintah kota Pagaralam hingga menstatuskan kota Pagaralam layak sebagai tempat kumuh penjaja seks sejenis dan kekotoran dari Djazuli Kuris-Budiarto Marsul sebagai elevasi kejahatan yang menyebutkan nepotisme kejahatan dengan populasi ‘Ghetto’ membuktikan kerusakan perbuatan dan akhlak sebagai konsentrasi daerah kota Pagaralam, keheranan menyaksikan rekan atau orang yang dapat mengakses pertemanan dengan satu identitas dan selanjutnya diestimasi dengan pola ambil-terima melalui transaksi seksual sejenis, memfitnah target yang akan dirampas identitas maupun harta benda, dan konsentrasinya adalah pencurian, parasitisme, pengutilan, penodongan, dan penyimpangan seksual yang mengakomodasi kejahatan-kejahatan Deo Harunata, Elta Eli Kusmala, Susanti Angraini, Nirwana palsu, Indra Rasiwan palsu, Taher Sukardi, Klicuk, Parno, Bujang San, Yanto, Jemakir, Idrus Zawawi, Djazuli Kuris, Mayangsari, Burhan, Sukron Keuw, Marsup, Johar, Suharindi, Sastra Mico, Nugroho Siswanto, Azhari Muarapayang, Reza- reza palsu, Pajeroni Zawawi, Asykari, Erlan Arfan Masuning, oknum-oknum Rasiwan-Sjamsuri, dan Inra Floris Palembang yang tersohor sebagai si rakus dan tak tahu diri. Perlu diketahui terhadap korban yang ditinggalkan oleh kaum kerabat dan keluarganya akan terus dianiaya oleh pelaku hingga mengalami kemunduran mental guna membias alibi pembunuhan yang terjadi terhadap
  • 12. Edwansyah Gumayenda Page 12 korban, kondisi resume kejahatan yang mengekspos modus dari kelompok Orang Serambi yakni Hermanto Keuw, Sukron Keuw, Sukardi, Betty, Chottawa, Nusa Bella, Andi Nova Zemla, Asykari, Fauzi, Amrulah, Marsup, Taher, Jemakir, Klicuk, Bujang San, Syaiful, Kios Juli-Ana, dan Parno yang mengelevasi reputasi buruk Bupati Lahat Harunata Supeno yakni melakukan perampokan terhadap warga kecamatan Jarai beragama Islam, melakukan penculikan terhadap Indra Rasiwan dan anak istri, dan merekrut keluarga Arfan Masuning karena “promosi” Budi Sukardi demi merencanakan perampokan dan perampasan identitas serta harta benda terhadap kaum kerabat yang diculik seperti keluarga Indra Rasiwan (:Tentatif kasus Darul Hikam dan Jamaah Muslimin Bogor yang mengevakuasi keluarganya dari kota Pagaralam ke ibukota Jakarta dan sekitarnya), (e) Rekayasa kebohongan akhirnya teridentifikasi dari aksi Susiawan, Reza-reza palsu, Nirwana palsu, dan Indra Rasiwan palsu yang menyebutkan (2) opini mengiritasi yakni : (a) Hartal Burlian Sohar disebutkan sebagai imperatif untuk melakukan percobaan pembunuhan guna biasnya keterlibatan keluarga Burlian Sohar menculik keluarga Indra Rasiwan—kasus Meki Burlian Sohar, dan (b) Imperatif oknum-oknum Rasiwan mendiskredit kontroversi karena malu dan khawatir menyerahkan harta benda yang telah susah payah diperoleh dari merampok kaum kerabat di daerah kota Pagaralam dan ibukota Jakarta. Modus kontroversi teridentifikasi ketika Reza palsu melakukan pemukulan yang pertama kali terhadap Gumayenda dan mengetahui tujuan memanipulasi Gumayenda adalah menjadikannya sebagai media mengemis dan menodong kaum kerabat hingga identitas dan harta benda Indra Rasiwan juga merupakan hak Gumayenda karena belum menikah tergadai oleh kelompok kejahatan Eli Kusmala dan Susiawan yang mengonsolidasi kolusi terhadap Reza-reza palsu dari kelompok kejahatan kota Pagaralam. Susiawan, Susanti Angraini, Indra Rasiwan palsu, Nirwana palsu, Atik Jemakir, Jemakir, Reza-reza palsu, kios Juli-Ana, dan Eli Kusmala menyebutkan bahwa hal tersebut merupakan pola hidup mereka dan mengancam kesalahan korban bila memberi
  • 13. Edwansyah Gumayenda Page 13 kesempatan kepada mereka hingga dapat masuk kedalam rumah, status sok akrabnya identitas palsu yang harus dihindari dari kelompok kejahatan Susiawan. Elevasi kejahatan Susiawan tersebut mengakibatkan Gumayenda mengalami perlakuan kelaparan, susah memperoleh makanan/minuman sehat dan pengobatan karena tidak memiliki simpanan, mengalami korupsi atau pencatutan dari pertolongan lingkungan sekitar, mengalami infiltrasi narkoba melalui makanan/minuman/udara, mengalami peracunan melalui makanan dan minuman, mengalami pendiktasian frekuensi sinyal rendah yang membunyikan pronosiasi hati guna memperolok-olok Gumayenda hingga terjerat kemunduran perilaku dan kemunduran mental, mengalami pemaksaan kehendak mengenai kebebasan beragama dengan mendiktasi kerusakan akidah dan akhlak, dijatah Rp 10 ribu (sepuluh ribu rupiah) yang harus diminta dan memperoleh caci-maki dari Indra Rasiwan palsu, Nirwana palsu, dan Reza palsu, mengalami pemfitnahan dengan mengupayakan permusuhan terhadap lingkungan dan komunalitas kemasyarakatan guna meniadakan pertolongan terhadap Gumayenda, mengalami penggeledahan kamar dan perusakan/pencurian barang-barang pribadi meskipun telah melakukan penguncian, tidak dapat mempergunakan harta benda yang teratas-nama Indra Rasiwan, bahkan dikondisikan untuk tidak dapat memperoleh penghidupan maupun pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup. Harapan Susiawan, Atik Jemakir, Reza- reza palsu, Elta Eli Kusmala, Susanti Angraini, Sukron Keuw, Andi Nova Zemla, Budi Sukardi, Jimmy Arfan Masuning, dan Eli Kusmala adalah mengusir Gumayenda dari Ade Irma Suryani 82-85 (:Peltu Menalis) kecamatan Jarai hingga memperoleh konfrontasi modus pemfitnahan yang terlebih dulu diset oleh kelompok kejahatan Hermanto Keuw dan Reza-reza palsu guna memperoleh pihak ketiga sebagai tumbal operasi yang melakukan pembunuhan, memastikan Gumayenda terekrut oleh kejahatan homoseks Deo Harunata, dan memperoleh imbal jasa dari imperatif-imperatif seperti Hartal Burlian Sohar dan oknum- oknum Rasiwan-Sjamsuri yang menyerahkan Gumayenda untuk dianiaya sebagai
  • 14. Edwansyah Gumayenda Page 14 jaminan beridentitas palsu. Gumayenda mengetahui ‘off-set’ pemasungan terhadap dirinya dikarenakan oknum-oknum Rasiwan-Sjamsuri terjerat oleh kelompok kejahatan imperatif keluarga Supeno (:dapat disaksikan di akun-akun Facebook, Youtube, Twitter, dan email-email milik Gumayenda mengenai rekaman video dan foto yang menyebutkan ‘off-set’ pemasungan terhadap Gumayenda), dan akhirnya mereka melegit niat Gumayenda untuk melakukan perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam yang diestimasi dapat mempublikasikan kondisi teraniaya—elevasi oknum-oknum Rasiwan dan Sohar adalah mengupayakan kondisi ketidaktahuan Gumayenda mengenai orang tua dan kaum kerabat yang telah ditukar dan diupayakan menjauhinya karena telah diset untuk mengalami pemasungan dari kelompok kejahatan Susiawan, Reza-reza palsu Inra Floris Palembang, dan kelompok kejahatan Nela Sukardi yang teridentifikasi merekrut Roy Lanzen dan Taufan Putra guna memiliki resume kejahatan di Djogjakarta, Semarang, dan kota Bandung—dan benar iritasi maupun frustrasi akhirnya disebutkan oleh imperatif kejahatan dengan berkeberatannya mereka terhadap kondisi Gumayenda yang dapat keluar rumah dan memperoleh publikasi mengenai kondisi kejahatan yang akan direncanakan menukar hingga membunuhnya. Namun oknum-oknum Rasiwan dan kelompok Kejahatan Susiawan mengendurkan niat mereka untuk melarang perkuliahan Gumayenda dengan harapan dapat memperoleh akses dari pergaulan Gumayenda diluar rumah dan lingkungan kampus, kondisi tersebut telah disampaikan melalui akun-akun Facebook, Twitter, dan Youtube yakni : (a) Edwansyah Gumayenda@facebook.com, (b) GueGantengh Ggumayenda@facebook.com, (c) Manhaj Gumayenda@facebook.com, (d) Fort Manhaj@facebook.com, (e) Sudut Merah Untuk Fitnah Hirarki@youtube.com, (f) Edwansyah Gumayenda@youtube.com, (g) Manhaj Gumayenda@youtube.com, (h) Fort Manhaj@youtube com, dan (i) GueGantengh@twitter.com,
  • 15. Edwansyah Gumayenda Page 15 mengenai kondisi terpasung dan terintimidasi oleh pelaku-pelaku kejahatan penculikan, penipuan, pemerasan, parasitisme, perampokan, dan himbauan untuk menghindari pelaku. Susahnya memperoleh haminte dari lingkungan kampus tidak menyebabkan Gumayenda memiliki hutang dari rekan kampus maupun lingkungan sekitar rumah di jalan Ade Irma Suryani 82-85 (:Peltu Menalis) kecamatan Jarai, bahkan proses pembayaran uang SPP, SKS, dan diktat perkuliahan menunjukkan kualitas hak yang diberikan kepada Gumayenda bahwa elevasi menelantarkan Gumayenda telah solid dari identitas-identitas palsu yang diperankan oleh Indra Rasiwan palsu, Nirwana palsu, Reza-reza palsu, Eli Kusmala, Susanti Angraini, Elta Eli Kusmala, Pandi Arfan Masuning, Erwin Winter Arfan Masuning, Meri Arfan Masuning, Herno Della, Andi Nova Zemla, Atik Jemakir, Jemakir, Parno, Amrulah, Fauzi, Sumarno, Husin Ahmadi, Bum, Sapawi, Johar, Taher Sukardi, Rudi Hartono, Dodo, Yanto, Hermanto Keuw, Klicuk, Indra Jaya, Sapuan, Rusid Adenan, Sarmidi, Karcif Salon, Henri Marsup, Yuli Henri Marsup, Loni Sjamsuri, Ita Loni Sjamsuri, Dofiyan Sjamsuri, Faisal Sjamsuri, Darmansyah Sjamsuri, Darwin Sugandi Sjamsuri, Sinta Mardalena, Astri Novalena, Elsa Lembah Dempo, Emi Juniarti, Dwi Tika Angraini, Marko Ilpiyanto, Laili Dimyati, Camat Jarai Heri Kurniawan, Ajun Komisaris Polisi Novran Parno, dan Kapolsek Jarai Heri Sutrisno. Kumulatif opini yang distatuskan oleh pelaku- pelaku kejahatan Susiawan dan Eli Kusmala yang memanipulasi Gumayenda yakni mengapa Gumayenda dapat kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam adalah mengupayakan manipulasi untuk tidak menarik perhatian hukum mengenai penculikan yang dilakukan terhadap orang tua Gumayenda dan penundaan waktu mengganti identitas palsu yang dilakukan oleh pelaku yakni membutuhkan (8) tahun untuk menemukan rute komutasi dan menadahkan harta rampokan dari daerah kota Pagaralam dan Palembang ke ibukota Jakarta, Depok, Bogor, dan Bandung, sedangkan opini dari kelompok kejahatan kota Pagaralam adalah kondisi pengaduan yang dilakukan oleh Indra Rasiwan palsu dan Nirwana palsu pada tanggal 18 September 2006 yakni
  • 16. Edwansyah Gumayenda Page 16 STBL/B-130/IX/2006/SPK dan LP/B-254/B-255/B-256/IX/SPK mengondisikan konflik karena pihak Kepolisian Resort Pagaralam mengekspos kepalsuan identitas dan kasus Indra Rasiwan bahkan sempat menyebutkan bahwa kasus mereka telah usai melalui Novriansyah dan ekstorsi kelompok kejahatan kroni Kuris yakni Marsup dan Elvera—motif yang melelang pengaduan korban dan memberlakukan status tapol secara sepihak terhadap Gumayenda—dan menikmati Gumayenda karena sepihak distatuskan sebagai tapol yakni tahanan Polisi (:lihat resume mengenai perolehan Surat Keterangan Catatan Kepolisian dan hak pemilu yang dapat dilaksanakan oleh Gumayenda, status tersebut membuktikan modus kejahatan dilakukan oleh Reza-reza palsu yang merupakan oknum-oknum Polisi dari Kepolisian Resort Pagaralam dan Lahat, Reza-reza palsu dari kelompok-kelompok kejahatan Susiawan dan Eli Kusmala beridentitas palsu yang mengorupsi akses di KODIM 0405 Pagaralam dan Koramil Jarai, dan dobel-dobel (lullaby) Harunata Supeno dan Hartal Burlian Sohar yang mengklaim ekses politik berbendera Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan melakukan perampasan dan korupsi hirarki pemerintah daerah) yang dikondisikan untuk mengalami kemunduran mental hingga pembunuhan kemudian identitas Gumayenda dapat dikenakan oleh Reza-reza palsu sebagai bentuk melecehkan dan mengilustrasikan kulminasi modus kejahatan kota Pagaralam melakukan perampokan dan perampasan. Perlakuan kelaparan yakni membiarkan Gumayenda dengan makanan daluwarsa dan minuman yang dibubuhi kotoran demi memperoleh kemunduran kesehatan masih ngotot dilakukan oleh orang tua palsu dan kelompok-kelompok kejahatan Susiawan, Eli Kusmala, dan Reza-reza palsu, membuktikan kondisi pemasungan yang diberlakukan oleh pelaku adalah memastikan Gumayenda untuk terputus dari pertolongan apapun guna memudahkan pertukaran (substitusi dengan upaya penculikan dan percobaan pembunuhan) dengan Gumayenda yang palsu, lalu opsi bui dan pemasungan menggunakan rantai akan
  • 17. Edwansyah Gumayenda Page 17 diberlakukan hingga keadaan modus pemerasan telah diketahui oleh orang tua yang asli dan seluruh kaum kerabat sehingga tidak menyerahkan uang jatah apapun kepada orang tua palsu, Reza-reza palsu, dan kelompok kejahatan Susiawan maupun Eli Kusmala dan atau penadah identitas Gumayenda beserta kasus Indra Rasiwan telah dibungkam signifikan. Maka kondisi Gumayenda per 27 Juni 2014 adalah menunggu Nirwana palsu dan kelompok kejahatan Susiawan mengganti identitas dan melakukan transfigurasi dengan rute Serpong, Sukmajaya Depok, dan Bogor kemudian kumulasi percobaan pembunuhan karena mereka merasa telah bias dari pengejaran hukum akan berlaku terhadap Gumayenda, sedangkan upaya Gumayenda kini menunggu kumulasi dari imperatif kejahatan Hartal Burlian Sohar, Taufan Putra, Roy Lanzen, dan oknum-oknum Rasiwan-Sjamsuri yang terperas oleh kelompok kejahatan Susiawan karena merekrut kejahatan identitas palsu, lalu estimasi dari kondisi identitas palsu di Kepolisian Resort Pagaralam maupun Lahat yang dikonsolidasi oleh Atik Jemakir, kelompok kejahatan Sukron Keuw, dan Reza- reza palsu mengindikasikan upaya pengaduan akan dilakukan setelah orang tua palsu membuka identitas palsu mereka (:pernah ditanyakan mengenai identitas palsu mereka namun terjadi kekerasan terhadap Gumayenda) dan menyiapkan evakuasi—kendala biaya dan rute evakuasi yang telah diset dan diawasi oleh pelaku-pelaku dari kelompok kejahatan Susiawan dan Reza-reza palsu—untuk menghindari pemalsuan pengaduan dikarenakan modus memanipulasi pengaduan korban sering dilakukan oleh kelompok kejahatan Reza-reza palsu dan Susiawan yakni menunda pengaduan korban dan menyaring pelaku yang berani “melelang” pengaduan korban untuk dimanipulasi kembali karena kondisi pengaduan dari warga sipil dinyatakan cacat hukum dikarenakan ekstorsi dan paternalisme yang distatuskan oleh pemerintah kota Pagaralam dari nepotisme kroni Kuris-Marsul, sedangkan pemerintah kabupaten Lahat yakni keluarga Supeno menyatakan pengaduan korban-korban seperti Gumayenda langsung diamputasi dengan menyebutkan bukti-bukti pengaduan tidaklah
  • 18. Edwansyah Gumayenda Page 18 cukup karena identitas palsu dan modus kejahatan substitusi disertir-disertir batalion 206 Lahat dan oknum-oknum Kepolisian Resort Pagaralam maupun Lahat mengonsentrasi kasus mantan Bupati Lahat Harunata Supeno yakni memfitnah alibi-alibi perampokan di rumah dinas pejabat Bupati Lahat, di rumah pribadinya di komplek Bintara (3) Cibening Bekasi Barat, dan percobaan pembunuhan yang akan memeras pengaduan korban dengan elevasi yang menghubungkan kasus kejahatan kepada pelaku-pelaku kejahatan yang tersubstitusi identitas kejahatannya, mengindikasikan pelaku kejahatan terkonsolidasi untuk melakukan kejahatan terhadap korban-korban yang mengadu dengan konsentrasi kasus identitas palsu, penculikan dengan percobaan pembunuhan, dan perampokan. Kondisi pelaku terbukti dari pengakuan Susiawan yang pernah tertangkap dan menyebutkan terpaksa melakukan kejahatan karena diperintah oleh pejabat Bupati Lahat Harunata Supeno dan Jendral Polri (purn) Astin Alimudin, dan menegaskan modus kejahatannya adalah modus-modus penipuan, penculikan, perampokan, pemerasan, dan pembunuhan. Susiawan dan kelompok kejahatannya dilepas di kecamatan Jarai karena diset oleh pemerintah kota Pagaralam dikarenakan mantan pejabat Walikota Pagaralam Djazuli Kuris dan Budiarto Marsul merasa tidak terima ditukar dengan yang palsu dan mengalami penyitaan barang-barang pribadi mereka yang terbilang mewah. Motif tersebut kini menjadi komoditas dan bumerang bagi kelompok kejahatan kota Pagaralam karena kasus tersebut kini diakumulasi oleh Ida Fitriati Basjuni yang merupakan kelas pelaku dengan modus waria, Nasrani, dan perampokan pemerintah daerah dan berani mengekstorsi kejahatan menggunakan skala kudeta yakni mengimperatif batalion dan kepolisian resort untuk membuikan oposisinya. Berikut biaya-biaya yang pernah dikeluarkan Nirwana palsu untuk perkuliahan Gumayenda sejak 28 Juni 2010 sampai dengan 9 Juni 2014 : (1) Uang pendaftaran mahasiswa baru Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo
  • 19. Edwansyah Gumayenda Page 19 Pagaralam tahun ajaran 2010/2011 sebesar Rp 150 ribu (seratus lima puluh ribu rupiah), tanggal efektif 28 Juni 2010 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam nomor rekening : 152-0943878; (2) Untuk pembayaraan Orientasi Pendidikan Dan Pengenalan Lingkungan Kampus (OPDIK) sebesar Rp 200 ribu (dua ratus ribu rupiah), tanggal efektif 7 September 2010 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam nomor rekening : 152-0943878; (3) Uang Bangunan tahap I (satu ) sebesar Rp 500 ribu (lima ratus ribu rupiah), tanggal efektif 23 Agustus 2010 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam nomor rekening : 152-0943878; (4) Uang Bangunan tahap II (dua) sebesar Rp 500 ribu (lima ratus ribu rupiah), tanggal efektif 3 Juni 2011 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam nomor rekening : 152-6300001; (5) Untuk pembayaraan SPP adalah : (a) SPP semester I (satu)+Uang Jaket+Uang Kemahasiswaan sebesar Rp 700 ribu (tujuh ratus ribu rupiah), tanggal efektif 26 Oktober 2010 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam nomor rekening : 152- 0943878, (b) SPP semester II (dua) sebesar Rp 575 ribu (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 17 Februari 2011 melalui Bank Sumsel Babel Kas Jarai nomor rekening : 152-6300001, (c) SPP semester III (tiga) sebesar Rp 575 ribu (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 15 September 2011 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam nomor rekening : 152-6300001, (d) SPP semester IV (empat) sebesar Rp 575 ribu (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 15 Februari 2012 melalui Bank Sumsel Pagaralam nomor rekening : 152-6300001, (e) SPP semester V (lima) sebesar Rp 575 ribu (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 20 September 2012 melalui Bank Sumsel Babel Kas Jarai nomor rekening : 152-6300001, (f) SPP semester VI (enam) sebesar Rp 575 ribu (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 18 Februari 2013 melalui Bank Sumsel Babel Kas Jarai nomor rekening : 152-6300001, (g) SPP semester VII (tujuh) sebesar Rp 575 ribu (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 17 September 2013 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam nomor rekening : 152-6300001, (h) SPP semester VIII (delapan) sebesar Rp 575 ribu (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), tanggal
  • 20. Edwansyah Gumayenda Page 20 efektif 11 Februari 2014 melalui Bank Sumsel Babel Pagaralam nomor rekening : 152-6300001, (i) Uang Bimbingan Kuliah Kerja Nyata angkatan XII 2014 sebesar Rp 900 ribu (sembilan ratus ribu rupiah), tanggal efektif 17 Februari 2014 melalui Bank Sumsel Babel Kas Jarai nomor rekekning : 152-0943878, (j) Uang Semester Pendek sebesar Rp 450 ribu (empat ratus lima puluh ribu rupiah), tanggal efektif 17 Juni 2014 melalui Bank Mandiri Pagaralam nomor rekening : 112-0000001334 (: diberikan sebesar Rp 600 ribu (enam ratus ribu rupiah) kepada Gumayenda pada tanggal 16 Juni 2014); (6) Untuk pembayaran SKS adalah : (a) SKS semester I (satu) sebesar Rp 550 ribu (lima ratus lima puluh ribu rupiah) sejumlah 22 sks, tanggal efektif 6 Januari 2011 melalui Bank BRI cabang Jarai nomor rekening : 0138-01013974502, (b) SKS semester II (dua) Rp 600 ribu (enam ratus ribu rupiah) sejumlah 24 sks, tanggal efektif 3 Juni 2011 melalui Bank BRI cabang Jarai nomor rekening : 0138-01013974502, (c) SKS semester III (tiga) sebesar Rp 600 ribu (enam ratus ribu rupiah) sejumlah 24 sks, tanggal efektif 3 Januari 2012 melalui Bank BRI cabang Jarai nomor rekening : 0138- 01013974502, (d) SKS semester IV (empat) sebesar Rp 500 ribu (lima ratus ribu rupiah) sejumlah 20 sks, tanggal efektif 30 Mei 2012 melalui Bank BRI cabang Jarai nomor rekening : 0138-01013974502, (e) SKS semester V (lima) sebesar Rp 525 ribu (lima ratus dua puluh lima ribu rupiah) sejumlah 21 sks, tanggal efektif 8 Januari 2013 melalui Bank BRI cabang Jarai nomor rekening : 0138- 01013974502, (f) SKS semester VI (enam) sebesar Rp 375 ribu (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) sejumlah 15 sks, tanggal efektif 4 Juni 2013 melalui Bank Mandiri cabang Pagaralam nomor rekening : 112-0000001334, (g) SKS semester VII (tujuh) sebesar Rp 180 ribu (seratus delapan puluh ribu rupiah) sejumlah 6 sks, tanggal efektif 24 Desember 2013 melalui Bank Mandiri cabang Pagaralam nomor rekening : 112-0000001334, (h) SKS semester VIII (delapan) sebesar Rp 120 ribu (seratus dua puluh ribu rupiah) sejumlah 4 sks, tanggal efektif 9 Juni 2014 melalui Bank Mandiri cabang Pagaralam nomor rekening : 112-0000001334; (7) Untuk pembayaran diktat perkuliahan : (a) Pengantar
  • 21. Edwansyah Gumayenda Page 21 Akuntansi I (satu) , dosen pengasuh : Kardinal, sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 15 Oktober 2010, (b) Sosiologi dan Pollitik, dosen pengasuh : Agustianah, S.sos., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif November 2010, (c) English I (satu), dosen pengasuh : Busri, sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 3 November 2010, (d) Pengantar Bisnis, dosen pengasuh : Zulaiha, SE., MA., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 3 November 2010, (e) Pengantar Ekonomi Mikro, dosen pengasuh : Laili Dimyati, sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 3 November 2010, (f) Matematika Ekonomi , dosen pengasuh : Nisma Aprini, S.P., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 19 November 2010, (g) Pendidikan Pancasila, dosen pengasuh : Dra.Nurnila, sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 22 November 2010, (h) Ekonomi Makro, dosen pengasuh : Ruaman Yudianto, sebesar Rp 10 ribu (sepuluh ribu rupiah), tanggal efektif 6 April 2011 (diberikan kepada Gumayenda sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), (i) Pendidikan Kewiraan, dosen pengasuh : Herma Diana, SH., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 21 Maret 2011, (j) Statistik I (satu), dosen pengasuh : Liza Islamia, SE., MM., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 22 Maret 2011, (k) Ilmu Budaya Dasar, dosen pengasuh : Dra. Nurnila, M.si., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 25 Maret 2011, (l) English II, dosen pengasuh : Busri, sebesar Rp 10 ribu (sepuluh ribu rupiah), tanggal efektif 14 April 2011, (m) Akuntansi Keuangan Menengah, dosen pengasuh : Baheramsyah, SE., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 24 Oktober 2011, (n) Ilmu Alamiah Dasar, dosen pengasuh : Herma Diana, SH., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 25 Oktober 2011, (o) Akuntansi Biaya, dosen pengasuh : Septi Agustina, S.pd., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 2 November 2011, (p) Akuntansi Manajemen, dosen pengasuh : Baheramsyah, SE., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu
  • 22. Edwansyah Gumayenda Page 22 rupiah), tanggal efektif 13 Maret 2012, (q) Ekonomi Internasional, dosen pengasuh : Zulaiha, SE., MA., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 19 Maret 2012, (r) Pengantar Aplikasi Komputer, dosen pengasuh : Yulia Misrania, SE., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 4 Mei 2012, (s) Sistim Informasi Manajemen, dosen pengasuh : Kusnita Yusmiarti, S.kom., M.kom., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 17 Oktober 2012, (t) Manajemen Keuangan, dosen pengasuh : Baheramsyah, SE., MM., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 23 Oktober 2012, (u) Studi Kelayakan Bisnis, dosen pengasuh : Ruaman Yudianto, SE., MM., sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 6 Maret 2013, (v) Seminar Manajemen, dosen pengasuh : Laili Dimyati, sebesar Rp 25 ribu (dua puluh lima ribu rupiah), tanggal efektif 22 Oktober 2013; (8) Ongkos ke kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam (:kelas 1 e dan dipindah pada semester II (dua) ke kelas 2 f): (a) Orientasi Pendidikan Pengenalan Lingkungan Kampus (OPDIK) dilakukan selama 1 minggu = Rp 10 ribu x 6 hari = Rp 60 ribu (enam puluh ribu rupiah), (b) Semester I (satu) dilakukan mulai 4 Oktober 2010 sampai dengan 13 Januari 2011, kegiatan perkuliahan dilakukan dan oleh dosen-dosen pengasuh, sebagai berikut: (i) Senin : Agama, dosen pengasuh : Dra. Yushar, 08.00-09.20 WIB; Pendidikan Pancasila, dosen pengasuh : Hermanus, S.pd., M.pd., 09.30-10.50 WIB; Sosiologi dan Politik, dosen pengasuh : Ramadhan, S.ip., 11.00-12.40 WIB; (ii) Rabu : Pengantar Bisnis, dosen pengasuh : Zulaiha, SE., MA., 08.00-09.40 WIB; Pengantar Ekonomi Mikro, dosen pengasuh : Laili Dimyati, SE., M.si., 09.40-11.20 WIB; (iii) Kamis : English I (satu), dosen pengasuh : Firdaus, S.pd., 09.40-11.20 WIB; (iv) Jumat : Matematika Ekonomi, dosen pengasuh : Nisma Aprini, S.P., 08.00-09.40 WIB; Pengantar Akuntansi I (satu), dosen pengasuh : Kardinal, SE., MM., 09.40-11.40 WIB, Volume ongkos semester I (satu) : 56 hari x Rp 10 ribu = Rp 560 ribu (lima ratus enam puluh ribu rupiah), (c) Semester II (dua) dilakukan mulai 7 Februari 2011 sampai dengan 17 Juni 2011, kegiatan
  • 23. Edwansyah Gumayenda Page 23 perkuliahan dilakukan dan oleh dosen-dosen pengasuh, sebagai berikut : (i) Senin : Pendidikan Kewiraan, dosen pengasuh : Herma Diana, SH., 08.00-09.20 WIB; Ilmu Budaya Dasar, dosen pengasuh : Dra, Nurnila, M.si., 09.30-10.50 WIB; Bahasa Indonesia, dosen pengasuh : Muliana, S.pd., 11.00-12.20 WIB; (ii) Selasa : Bahasa Inggris II, dosen pengasuh : Busri, S.pd., 08.00-09.40 WIB; Statistik I, dosen pengasuh Liza Islamia, SE., MM., 10.00-11.40 WIB; (iii) Rabu : Pengantar Ekonomi makro, dosen pengasuh : Ruaman Yudianto, 08.00-09.40 WIB; Pengantar Ekonomi Pembangunan, dosen pengasuh : Andri, SE., 10.00-11.40 WIB; (iv) Kamis : Pengantar Manajemen, dosen pengasuh : Elvera, SE., M.sc., 08.00-09.40 WIB; Pengantar Akuntansi II (dua), dosen pengasuh : Novriansyah, SE., 09.40-11.20 WIB, Volume ongkos semester II (dua) : 64 hari x Rp 10 ribu = Rp 640 ribu (enam ratus empat puluh ribu rupiah), (d) Semester III (tiga) dilakukan mulai 3 Oktober 2011 sampai dengan 12 Januari 2012, kegiatan perkuliahan dilakukan dan oleh dosen-dosen pengasuh, sebagai berikut : (i) Senin : Perilaku Organisasi Perusahaan , dosen pengasuh : Ir, Armansyah Arman, MM., 08.00-09.30 WIB; Akuntansi Keuangan Menengah, dosen pengasuh : Baheramsyah, SE., MM., 09.40-11.20 WIB; (ii) Selasa : Teori Ekonomi, dosen pengasuh : Zulaiha, SE.,MA., 08.00-10.00 WIB; Ilmu Alamiah Dasar, dosen pengasuh : Herma Diana, SH, 10.10-11.30 WIB; (iii) Rabu : Akuntansi Biaya, dosen pengasuh : Septi Agustina, S.pd, 08.00-09.40 WIB; Perekonomian Indonesia, dosen pengasuh : Ruaman Yudianto, SE., MM., 11.30-13.00 WIB; (iv) Kamis : Aspek Hukum Dalam Ekonomi, dosen pengasuh : Mastriati Hini, HD.,SH.,KN., 08.00-09.40 WIB; (v) Sabtu : Statistik II (dua), dosen pengasuh : Nisma Aprini, S.P., 08.00-10.40 WIB, Volume ongkos semester III (tiga) = 74 hari x Rp 10 ribu = Rp 740 ribu (tujuh ratusempat puluh ribu rupiah), (e) Semester IV (empat) dilakukan mulai 27 Februari 2012 sampai dengan 7 Juni 2013, kegiatan perkuliahan dilakukan dan oleh dosen-dosen pengasuh, sebagai berikut : (i) Senin : Ekonomi Internasional, dosen pengasuh : Zulaiha, SE., MA., 08.00-09.40 WIB; Manajemen Agribisnis, dosen pengasuh : Ir, Armansyah Arman, MM.,
  • 24. Edwansyah Gumayenda Page 24 10.00-11.40 WIB; (ii) Selasa : Manajemen Pemasaran, dosen pengasuh : Zulaiha, SE., MA., 08.00-09.40 WIB; Akuntansi Manajemen, dosen pengasuh : Baheramsyah, SE., MM., 10.00-11.40 WIB; (iii) Rabu : Manajemen Operasional, dosen pengasuh : Drs, Robinson, MM., 08.00-09.40 WIB; (iv) Kamis : Kewirausahaan, dosen pengasuh : Sastra Mico, SE., M,si., 08.00-09.40 WIB; Pengantar Aplikasi Komputer, dosen pengasuh : Yulia Misrania, SE., 10.00-11.40 WIB, Volume ongkos semester IV (empat) = 59 hari x Rp 10 ribu = Rp 590 ribu (lima ratus sembilan puluh ribu rupiah), (f) Semester V (Lima) dilakukan mulai 24 September 2012 sampai dengan 17 Januari 2013, kegiatan perkuliahan dilakukan dan oleh dosen-dosen pengasuh, sebagai berikut : (i) Senin : Manajemen Koperasi, dosen pengasuh : Marko Ilpiyanto, SE., MM., 08.00-09.40 WIB; Manajemen Pariwisata, dosen pengasuh : Yulia Misrania, SE., 09.40-11.20 WIB; Ekonomi Moneter, dosen pengasuh : Andri, SE., 11.30-13.10 WIB; (ii) Selasa : Manajemen Keuangan, dosen pengasuh : Baheramsyah, SE., MM., 08.00-09.40 WIB; Metodologi Penelitian, dosen pengasuh : Zulaiha, SE., MA., 09.40-11.20 WIB; (iii) Rabu : Sistim Informasi Manajemen, dosen pengasuh : Kusnita Yusmiarti, S.kom., M.kom., 08.00-09.40 WIB; Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, dosen pengasuh : Zulaiha, SE., MA., 09.40-11.20 WIB, Volume ongkos semester V (lima) = 38 hari x Rp 10 ribu = Rp 380 ribu (tiga ratus delapan puluh ribu rupiah), (g) Semester VI (enam) dilakukan mulai 18 Februari 2013 sampai dengan 12 Juni 2013, kegiatan perkuliahan dilakukan dan oleh dosen-dosen pengasuh, sebagai berikut : (i) Senin : Komunikasi Bisnis, dosen pengasuh : Ahmad Feriansyah, 08.00-09.40 WIB ; Anggaran Perusahaan, dosen pengasuh : Novriansyah, SE., 10.00-11.40 WIB; (ii) Selasa : Studi Kelayakan Bisnis, dosen pengasuh : Ruaman Yudianto, 08.00-09.40 WIB; Operation Research, dosen pengasuh : Drs, Robinson, MM., 10.00-11.40 WIB; (iii) Kamis : Mix Farming, dosen pengasuh : Nisma Aprini, 08.00-09.40 WIB, Volume ongkos semester VI (enam) = 54 hari x Rp 10 ribu = Rp 540 ribu (lima ratus empat puluh ribu rupiah), (h) Semester VII (tujuh) dilakukan mulai 26 September 2013
  • 25. Edwansyah Gumayenda Page 25 sampai dengan 13 Januari 2014, kegiatan perkuliahan dilakukan dan oleh dosen- dosen pengasuh, sebagai berikut : (i) Senin : Manajemen Pemasaran Internasional, dosen pengasuh : Sastra Mico, SE., M.si., 09.40-11.20 WIB; Seminar Manajemen, dosen pengasuh : Laili Dimyati, SE., M.si., 09.50-11.30 WIB, Volume ongkos semester VII (tujuh) = 15 hari x Rp 10 ribu = Rp 150 ribu (seratus lima puluh ribu rupiah), (i) Semester VIII (delapan) dilakukan mulai 22 Maret 2014 sampai dengan 10 Mei 2014, kegiatan perkuliahan dilakukan dan oleh dosen-dosen pengasuh, sebagai berikut : (i) Hari pertama Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014, tanggal efektif 22 Maret 2014, mengikuti pembukaan Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014 diruangan aula dan ikut membersihkan lingkungan kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam, (ii) Hari kedua Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014, tanggal efektif 29 Maret 2014, melakukan penanaman pohon di kawasan wisata Curup Mangkok Pagaralam, (iii) Hari ketiga Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014, tanggal efektif 12 April 2014, jadwal kunjungan kuliah kerja nyata ke PTPN VII Gunung Dempo Pagaralam tidak diperkenankan untuk diikuti oleh Gumayenda—NPM : 1011035, (iv) Hari keempat Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014, tanggal efektif 19 April 2014, mengikuti pembekalan Kuliah Kerja Nyata XII-2014 di ruangan aula Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam, (v) Hari kelima Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014, tanggal efektif 26 April 2014, jadwal mengikuti program unggulan dan jadwal keberangkatan ke PT. Indofood di kota Palembang tidak memperkenankan Gumayenda—NPM : 1011035—sebagai peserta Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014, (vi) Hari keenam Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014, tanggal efektif 10 Mei 2014, Penutupan Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014 diruangan aula Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam, berikut dosen-dosen pengasuh Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014 (22 Maret 2014 sampai dengan 10 Mei 2014) : Bapak Drs, H.A.M. Effendi Sangkim, M.si., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam, Ibu Elvera, M.si., selaku pembuka kegiatan Kuliah Kerja Nyata XII-
  • 26. Edwansyah Gumayenda Page 26 2014, Ibu Laili Dimyati, M.si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Novriansyah, M,si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Ahmad Feriansyah, M.si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Agung Anggoro Seto, M.si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Marko Ilpiyanto, M.si., selaku Dosen Pembina Lapangan kelompok VIII, Bapak Yadi Maryadi, M.si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Eef selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Rudiaman Yudianto, M.si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Baheramsyah, M.si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Bapak Firdaus, M,si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Ibu Dwi Anggitika selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Ibu Diah Sari selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Ibu Elsa selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Ibu Zulaiha, SE., MA., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, Ibu Fadhilah, M.Si., selaku panitia Kuliah Kerja Nyata XII-2014, (vii) Semester Pendek baru dilakukan pada tanggal 30 Juni 2014 dimana perhitungan ongkosnya akan dilengkapi pada tulisan berikutnya, Volume ongkos Kuliah Kerja Nyata angkatan XII 2014 = (6 hari x Rp 10 ribu) + (3 hari x Rp 25 ribu ( uang iuran kelompok VIII (delapan)) = Rp 60 ribu + Rp 75 ribu = Rp 135 ribu (seratus tiga puluh lima ribu rupiah). Perlu diketahui mengenai keterlambatan Gumayenda mengikuti Kuliah Kerja Nyata yang seharusnya dilaksanakan pada angkatan XI (sebelas) tanggal 18 Februari 2013 sampai dengan 12 Juni 2013, meskipun telah diminta (2) bulan sebelumnya yakni pada semester (6) ketika Gumayenda mencapai 111 sks, bahwa orang tua palsu mengonsolidasi kepentingan pelecehan dan kejahatan pemerintah kota Pagaralam (periode pejabat Walikota Pagaralam Djazuli Kuris- Ida Fitriati Basjuni (2004-2009) dan periode pejabat Walikota Pagaralam Ida Fitriati Basjuni-Novirza Djazuli Kuris (2009-2014)) mengorupsi dana daerah terhadap Gumayenda yakni kelompok kejahatan Susiawan, Atik Jemakir, Susanti Angraini, Reza-reza palsu, dan kelompok kejahatan kota Pagaralam yang terlibat
  • 27. Edwansyah Gumayenda Page 27 penculikan orang tua Gumayenda untuk melampiaskan dendam kepada Gumayenda disamping upaya mengorupsi dana program Kuliah Kerja Nyata dan dana pendidikan yang digulirkan oleh pemerintah kota Pagaralam kepada mahasiswa/i kota Pagaralam dengan memperlakukan kebodohan dan diskriminasi terhadap mereka yang tidak memperoleh haknya dari resume Kuliah Kerja Nyata angkatan XII-2014. Opini dendam yang distatuskan pelaku akhirnya teridentifikasi yakni modus ‘trafficking’ dari mengondisikan kemunduran mental korban menggunakan pendiktasian pronosiasi hati yang dilengkapi dengan pelecehan dan kekerasan terkonsolidasi ekstorsi pemerintah kota Pagaralam, modus perampasan, modus kejahatan identitas palsu, dan modus kejahatan yang memperlakukan korban-korban perampasan identitas dengan dalih sanitasi daerah kota Pagaralam ke tempat pengucilan yakni institusi Ernaldi Bahar Palembang akhirnya terungkap sebagai motif kejahatan. Kejahatan terkulminasi dari kasus orang hilang yang mendiskredit kemampuan Kepolisian Resort Pagaralam akhir kasus penculikan orang tua Gumayenda disebutkan oleh pelaku-pelaku dari kelompok kejahatan Susiawan yakni Gumayenda memperoleh diskriminasi karena ia tidak tergolong waria (pelaku penyimpangan seksual) dan tidak beragama Nasrani atau Yahudi, yang mendiskredit kemampuan pemerintah kota Pagaralam mesanitasi dan menyeleksi penduduk kota Pagaralam dengan klise ‘redundancy’ dan stelsel- aktif yang distatuskan dari intelektual pemimpin daerah terhadap konotasi penguasa yang memanipulasi strata dan intelektual untuk menyelenggarakan daerah dan deklarasi mengenai demokratik yang diorientasi sebagai pedoman memerintah suatu populasi dan kultur, suatu kejahatan yang memusnahkan kemampuan intelektual dan stereotip dari ’properties of fallability’ ketika dianjurkan untuk tidak memiliki agama dan menyebutkan kejahatan sebagai kesalahan populasi mendikdasi strata mereka terhadap hak properti pemerintah daerah dan hak ruang publik bagi paternalisme, nepotisme, korupsi, kolusi, dan determinasi konflik dari penguasa menampung hak dan hak dipanggil dari suatu
  • 28. Edwansyah Gumayenda Page 28 properti kepada pemimpin daerah, dan hak populasi dari properti yang diundangkan oleh pemerintah pusat. Status kejahatan yang pernah dituliskan sebagai kemungkinan mengeksekusi prestasi dan pengembangan yang menyinambungkan patronasi dari status penguasaan dan hak-hak yang dipanggil dari properti-properti yang dikuasainya, yakni ‘The Constraining Properties’ dan pencekalan yang umum disebutkan oleh penguasa yang menaruh skandal mereka diatas lisensi properti pemerintahan daerah yakni “mengapa hidup saya diset bahkan untuk melakukan perencanaan hingga saya harus memutuskan memanipulasi/menggelapkan hak orang lain dan memalsukan prestasi hidup saya! (:umumnya frustrasi yang terilustrasi adalah memukuli oposisi atau target hingga kematian dirasakan sebagai keputusan yang memusnahkan teori terhadap upaya investigasi dan pembuktian)”. Diagnosa menyebutkan properti dan harta benda yang distatuskan sebagai hak Ida Fitriati Basjuni dan akan selalu disebut oleh pihak ketiga kepada identitas dirinya seperti nama jalan yang dipilih sebagai ukuran prestis hidup sejarah kultur, kemungkinan dipilih sebagai antidote, namun hak populasi yang mengetahui intelektual diskriminatifnya sebagai prestasi pemerintahan daerah atau kota akan memperoleh pembekuan dari hak-hak yang dipanggil menguasai distribusi identitas palsu yang menguasai properti dan harta benda yang dibawa lari atau dikorupsi—Presume of The Healthy Governance’, merupakan kemungkinan pengawasan fungsional dan melekatnya anemositas kekuasaan ke tingkat kondisi yang lebih faktor patronasi menegaskan pejabat perlu meletakkan skandal sebagai keadilan lisensi kekuasaan dan kesadaran dokumentasi kekuasaan dalam akselerasi kekuatan internasional. Diagnosa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Nirwana palsu sebagai bukti tidak ada pengaruh apapun melainkan mengupayakan diskredit berupa permusuhan dan penculikan dengan percobaan pembunuhan dan motif malu maupun frustrasi dari oknum-oknum Rasiwan bila tidak memiliki seseorang yang akan difitnah untuk dipersalahkan dan dalih malu memiliki dengan merampas
  • 29. Edwansyah Gumayenda Page 29 harta benda kaum kerabat yang ditipu dan difitnah oleh kelompok kejahatan Susiawan, Reza-reza palsu, Atik Jemakir, Sukron Keuw, Eli Kusmala, dan oknum- oknum Rasiwan yang mengonsolidasi keterlibatan kaum kerabat Rasiwan- Sjamsuri mengelevasi tumbal-tumbal kejahatan untuk dikondisikan sebagai media pemerasan dan pembunuhan signifikan, sebagai berikut : (a) Pendaftaran mahasiswa baru, OPDIK, Bangunan tahap I (satu), dan Bangunan tahap II (dua) = Rp 1.350.000 (satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah), (b) SPP semester I (satu) sampai dengan semester VIII (delapan) = Rp 6.075.000 (enam juta tujuh puluh lima ribu rupiah), (c) SKS semester I (satu) sampai dengan semester VIII (delapan) = Rp 3.450.000 (tiga juta empat ratus lima puluh ribu rupiah), (d) Diktat perkuliahan mulai dari semester I (satu) sampai dengan semester VIII (delapan) sejumlah 20 (dua puluh) buah = Rp 635.000 (enam ratus tiga puluh lima ribu rupiah), (e) Ongkos perkuliahan kelas reguler pagi mulai dari semester I (satu) sampai dengan semester VIII (delapan) = Rp 3.795.000 (tiga juta tujuh ratus sembilan puluh lima ribu rupiah), (f) Jumlah keseluruhan biaya = Rp 1.350.000 + Rp 6.075.000 + Rp 3.450.000 + Rp 635.000 + Rp 3.795.000 = Rp 15.305.000 (lima belas juta tiga ratus lima ribu rupiah) per 9 Juni 2014, Hipotesis menyebutkan keluhan dari edukasi dan operasional yang memperoleh komparasi dari nilai sebesar Rp 15.305.000 (lima belas juta tiga ratus lima ribu rupiah) per 9 Juni 2014 untuk satu buah gelar sarjana muda sektoral pendidikan ekonomi yakni sistim okupasi yang berlaku di kota Pagaralam adalah tidak layaknya iklim investasi hingga modus identitas palsu merampas hak orang lain melalui aksi ‘mark-up’ dan hak pengampuan harta benda karena mendaftar harta benda yang bukan merupakan hak milik, melanjutkan tesis memiliki pengaruh sebagai permasalahan mahasiswa/i mendiagnosa dirinya dalam keadaan terampu atau terculik—umumnya oknum- oknum Rasiwan yang kini menikmati identitas palsu menyebutkan keluarga mereka tergolong malu dan frustrasi karena tidak mampu mengalami intelektual tinggi berstrata hingga harus merampasnya dengan beridentitas palsu dan
  • 30. Edwansyah Gumayenda Page 30 memfitnah kaum kerabat seperti yang mereka lakukan terhadap keluarga Indra Rasiwan dan Gumayenda, tesis menyebutkan tidak profesionalnya pelayanan publik pemerintah kota Pagaralam terbukti dari kondisi petugas yang direkrut oleh modus distribusi identitas palsu dan paternalisme yang dilegalkan dari kondisi DjazuIi Kuris dan Budiarto Marsul mendeterminasi populasi kota Pagaralam yang resah mendeviasi harta benda hasil rampokan untuk melakukan kontribusi pemerintah daerah yang telah mesanitasi kota Pagaralam, dalih mereka disebutkan dengan rasa keberatan untuk kehilangan harta benda, maka dari itu memfitnah dengan beridentitas palsu dirasakan mengamputasi tesis pembuktian mengenai kejahatan akan subjek yang diinterogasi. Retro-aktif menyebutkan destruksi otonomi yang memperebutkan ‘power’ dan ‘rent seeker’ dari kondisi pendukung yang melobi elite, elevasinya menyebutkan pemekaran wilayah dari kondisi resume kejahatan sebagai mikro sentralisasi kondisi horisontal yang terjadi pasca reformasi dan secara vertikal mendesak kelayakan desentralisasi yang berupa wilayah kecamatan, asumsi pelaku dikondisikan sebagai rute komutasi dengan menukar strata dan meluaskan modus penipuan beridentias palsu menjadi terkendali dari sekedar menggeser sentralisasi kepada agenda instrumentalis saja. Kesinambungan dari pertanyaan yakni mengapa Edwansyah Gumayenda dengan NPM : 1011035 mengalami keterlambatan mencapai gelar sarjana ekonomi yakni (SE.,) dan mengapa biaya menjadi ukuran bagi kesuksesan calon sarjana memberikan ruang keputusan mengenai hal yang terjadi terhadap kompetensi gelar kesarjanaannya terhadap komunalitas dan permintaan akan kebutuhan intelektual dan pengembangannya. Sebanyak (60) halaman diatas dapat dijadikan sebagai latar-belakang dan pragmatis indoktrinasi mengenai terampu, pengampu, dan mengampukan seseorang dari hak miliknya terhadap hak kompetensinya. Perolehan kesarjanaan yang mengedukasi kehidupan sosial karena normatif untuk memulai koneksi dan ruang publik bagi status
  • 31. Edwansyah Gumayenda Page 31 pengunduran diri akses identitas palsu mengamputasi pemerintahan bereputasi buruk, dan akses yang dikembangkan adalah akreditasi bagi pengembangan, sanitasi penduduk, dan nasionalisasi yang dipertahankan dengan mempertahankan replika identitas dari kondisi yang menggoda kondisi-kondisi ekstrim yakni antrian identitas palsu dan ide “model antrian” menyebutkan depolitisasi merupakan ruang keputusan bagi aktor mendiskredit identitas palsunya karena kapabilitas usang dan memimpin manajemen dengan distribusi identitas palsu yang mengonsolidasi perintah-perintah kejahatan dibalik layar karena terlibat langsung dan mempertahankan dualisme sebagai suasana kapasitas pemerintahan daerah—mengindoktrinasi lanjutan dari opini yang mendefinisikan hipotesis dari keterlambatan (:retardation) telah diset oleh pihak dan atau pelaku yang memolakan pengucilan dari target yang akan dirampas identitas maupun harta benda, dalih yang dipenuhi oleh pernyataan mengenai kompetisinya identitas palsu dan upaya mempertahankan kesinambungan dari penyesuaian yang dilakukan karena tidak mempunyai kredibilitas dan mengestimasi efisiensi bila melakukan reformasi total menjadi lanjutan dari tesis yang dikembangkan berikut ini : ‘As if the next intellection perceives you on how to vex people and determining an artistic to skin prelibians of why you are the frames to the Bad development of the cliché synically lifts you on the having shuddered by a corruption and is elevated as the dumb persons even if to have a single fake one of their identities, a negation to dispute … but those negers are not a deviation to line you on the bad ribaldry because they still have the antidotes and where else do we should pay the salaries of what the extreem rich condition we are’—kritisme dari hipotesis yang disebutkan kapabilitasnya adalah kredibilitas mengenai jaminan yang diberikan ketika memiliki cakupan yang luas mengenai konektivitas, adanya standar harga dan kolusi diferensiasi mengenai kompetensi yang usang, jaminan yang diberikan untuk tidak menurunkan reputasi pada masa yang akan datang, dan jaminan yang dapat diberi dan dipindah kepada aktor lainnya. Sedangkan pengaruh pernyataan berikut
  • 32. Edwansyah Gumayenda Page 32 “Mempertahankan identitas asli dengan pemerkosaan hak milik yang mengakibatkan aktor-aktor beridentitas palsu menyebut sembarang mengenai kondisi terampunya korban,” mengelevasi butir penjelasan berikut sebagai tesis penjelasan mengenai rute komutasi bagi komuter yakni aktor beridentitas palsu mengupayakan hidup mereka dari kondisi ekstrim kemiskinan dan kondisi kejahatan dari status ‘cultural-lag’nya pemerintahan daerah dan kepura-puraan kota mendomestikasi kerumitan suasana kota dengan sampah masyarakat, mensubstitusi ide yang mempertahankan konsumsi dari publik dan levelnya kepada seluruh bentuk subsidi yang dikondisikan memimpin antrian manajemen terhadap aksi mengorupsi perintah tindakan, perilaku donor, dan domestikasi penduduk yang memberikan level terhadap apa saja yang mereka konsumsi mulai dari kapabilitas usang maupun identitas palsu. Dan bagaimana anda menjelaskan tesis penjelasan mengenai kontribusi kepentingan mayoritas untuk mesanitasi kelompok perampas. Kasus koheren mengontroversi instansi- instansi strategis yang korelasi memberikan pilihan kepada ekstorsi dan nepotis untuk mengalami autogenik nepotis dengan pengamputasian fungsional signifikan karena mayoritas mengendalikan status sosial yang diestimasi oleh kelas baru dan atau sampah masyarakat yang disanitasi mengenai cacat perilaku hirarkinya di kasus pertukaran properti.” Pertanyaannya adalah bagaimana Edwansyah Gumayenda—NPM : 1011035—memperoleh seluruh kontroversi tersebut yang menginvestasikan dirinya kepada modus ‘trafficking’ secara sepihak karena membuktikan identitasnya tidak pernah menerima apapun maupun kesepakatan yang harus disetujui maupun tidak disetujui oleh Gumayenda, lanjutan dari tesisnya yakni memanfaatkan skisme guna memperoleh keuntungan di masa depan yang mengeksploitasi hak suara pihak manapun ketika mengendalikan aset dari kapabilitas yang telah usang.