Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Faktor Resiko Lingkungan Kesling di Fasilitas Pendidikan.pptx
1. FAKTOR RESIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN
DI FASILITAS PENDIDIKAN
Seksi Kesehatan Lingkungan Kesehatan dan
Olahraga Bidang Kesehatan Masyarakat
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
2. 1. Kondisi Atap dan Talang
Atap dan talang yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan tikus.
Kondisi ini mendukung penyebaran dan penularan
penyakit demam berdarah dan leptospirosis.
3. 2. Kondisi Dinding
Dinding yang tidak bersih atau berdebu selain
mengurangi estetika juga berpotensi merangsang
timbulnya gangguan pernapasan seperti asma, atau
penyakit saluran pernapasan lainnya.
Dinding yang lembab dapat mengakibatkan tumbuhnya
jamur, dan media tumbuh kembangnya kuman pathogen.
4. 3. Kondisi Lantai
Lantai yang tidak rata, licin, dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan. Sedangkan lantai yang kotor dapat
mengurangi kenyamanan dan estetika. Lantai yang tidak
kedap air menyebabkan kelembaban, kondisi ini
mengakibatkan berkembang biaknya bakteri, virus dan
jamur yang dapat meningkatkan risiko penularan
penyakit antara lain, TBC, ISPA, Cacar air, campak.
5. 4. Kondisi Tangga
Tangga (kemiringan, lebar injakan, tinggi anak
tangga, lebar tangga, pegangan tangga) yang
tidak memenuhi persyaratan kesehatan
berpotensi menimbulkan kecelakaan bagi
peserta didik
6. 5. Pencahayaan
Pencahayaan alam diruangan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan mendukung berkembang biaknya
mikroorganisme sehingga berpotensi menimbulkan
gangguan kesehatan dan penyebaran penyakit menular.
Pencahayaan yang kurang menyebabkan ruang menjadi
gelap, sehingga disenangi nyamuk untuk beristirahat.
Kesilauan di kelas menyebabkan kelelahan mata sehingga
mengganggu proses pembelajaran dan berpotensi
menurunkan prestasi belajar peserta didik
7. 6. Ventilasi
Ventilasi ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menyebabkan proses pertukaran udara tidak
lancar sehingga menjadi pengap dan lembab yang
dapat mengakibatkan berkembang biaknya bakteri,
virus, dan jamur yang berpotensi menyebarkan
penyakit. Secara langsung menimbulkan kelelahan dan
ketidaknyamanan dalam belajar
8. 7. Kepadatan Kelas
Perbandingan jumlah peserta didik dengan luas ruang kelas
yang tidak memenuhi syarat menyebabkan menurunnya
prosentase ketersediaan oksigen yang dibutuhkan oleh
peserta didik. Hal ini menimbulkan rasa kantuk,
menurunkan konsentrasi belajar, selain itu juga
meningkatkan risiko terjadinya penularan penyakit ISPA,
campak, cacar air.
9. 8. Jarak Papan Tulis
Jarak papan tulis dengan murid yang kurang dari 2,5
meter akan mengakibatkan debu kapuratau spidol
beterbangan dan terhirup ketika menghapus papan
tulis, sehingga untuk jangka lama akan berpengaruh
terhadap fungsi paru. Bila jarak papan tulis dengan
murid yang duduk paling belakang lebih dari 9
(sembilan) meter akan menyebabkan gangguan
konsentrasi belajar
10. 9. Ketersediaan Tempat Cuci Tangan
Tangan yang kotor berpotensi menularkan penyakit. Kebiasaan cuci tangan dengan sabun
mampu menurunkan kejadian penyakit diare, dan cacingan. Tersedianya tempat cuci tangan
yang dilengkapi dengan dengan sabun bertujuan untuk menjaga kebersihan diri dan melatih
kebiasaan cuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum makan dan sesudah buang air
besar serta setelah melakukan kegiatan yang menyebabkan tangan menjadi kotor.
11. 10.Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak disukai, bisa berasal
dari luar lingkungan sekolah ataupun dari dalam
lingkungan sekolah itu sendiri. Suara bising dapat
mengganggu komunikasi sehinnga dapat mengurangi
konsentrasi belajar, dan dapat menimbulkan stres.
12. 11. Air Bersih
Ketersediaan air bersih baik secara kuantitas dan
kualitas mutlak diperlukan unt5uk menjaga
kebersihan perorangan dan lingkungan. Beberapa
penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara
lain: Diare, kholera, disentri, hepatitis, penyakit kulit,
penyakit mata, dll.
13. 12. Toilet (kamar mandi, WC, dan urinoir)
Kamar mandi:
Bak penampung air dapat menjadi tempat perkembang
biakan nyamuk, demikian juga kamar mandi yang
pencahayaannya kurang memenuhi syarat menjadi tempat
peristirahatan nyamuk sehingga berpotensi menularkan
penyakit melalui gigitan nyamuk seperti DBD, Malaria, Kaki
gajah.
WC dan urinoir:
WC dan urinoir yang tidak memenuhi syarat kesehatan
berpotensi menularkan penyakit yang bersumber dari tinja
manusia seperti diare, cacingan, hepatitis A.
14. 13. Sampah
Penanganan sampah yang tidak memenuhi syarat,
dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus dan kecoa
sehingga dapat menyebabkan pencemaran tanah
dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan
estetika
15. 14. Sarana Pembuangan Air Limbah
Sarana Pembuangan air limbah yang tidak memenuhi
syarat dan tidak terpelihara akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan menjadi tempat
perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus yang
berpotensi menyebarkan dan menularkan penyakit
leptospirosis dan filariasis.
16. 15. Vektor
Tikus, nyamuk dan lalat merupakan vektor penyakit. Tikus dapat menyebarkan dan menularkan penyakit
pes, leptospirosis, dll. Tikus juga dapat merusak bangunan gedung dan instalasi listrik sehingga dapat
menimbulkan terjadinya arus pendek pada aliran listrik yang dapat menimbulkan kebakaran
Anak-anak usia sekolah merupakan kelompok risiko tinggi terjankit penyakit demam berdarah. Beberapa
tempat perindukan nyamuk yang harus diwaspadai di tempat penampungan air maupun non
penampungan air seperti bak air, saluran air, vas bunga,barang-barang bekas, air buangan dispenser dan
kulkas, dsb
Keberadaan lalat menunjukkan bahwa lingkungan sekolah tidak bersih dan mengganggu estetika. Lalat
berkembang biak di timbunan sampah yang membusuk.
17. 16. Kantin/warung sekolah
Kantin/warung sekolah sangat dibutuhkan oleh
peserta didik untuk tempat memenuhi kebutuhan
makanan jajanan pada saat beristirahat. Makanan
jajanan yang disajikan harus memenuhi syarat
kesehatan, karena pengelolaan makanan jajanan
yang tidak baik akan menimbulkan penyakit
bawaan berpengaruh terhadap kesehatan sehingga
akan mempengaruhi proses belajar mengajar.
18. 17. Kondisi Halaman Sekolah
Halaman Sekolah berdebu pada musim kemarau akan menyebabkan
debu beterbangan sehingga berpotensi menimbulkan penyakit ISPA. Dan
pada musim hujan halaman sekolah menjadi becek dan berpotensi
menimbulkan kecelakaan seperti terpeleset/jatuh, dan menjadi tempat
berkembang biaknya nyamuk.
Halaman Sekolah kotor (sampah berserakan) dapat mengganggu estetika
dan menjadi tempat berkembang biaknya dan menularkan penyakit yang
disebabkan oleh vektor penyakit.
Tanaman/ tumbuhan yang tidak terawat dapat menjadi tempat
berkembang biaknya dan tempat peristirahatan nyamuk.
19. 18. Kondisi Meja dan Kursi belajar bagi peserta
didik
Disain meja dan kursi bagi peserta didik disesuaikan dengan
lama penggunaan dan perkembangan usia peserta didik. Meja
yang tidak memenuhi syarat ergonomis dapat menyebakan
ketegangan otot leher, bahu, dan punggung sehingga akan
mengganggu konsentrasi belajar.
Bila kejadian ini berlangsung bertahun-tahun dapat
menimbulkan keluhan sakit kepala, nyeri leher dan punggung.
20. 19. Perilaku
Kebiasaan yang dilakukan sehari-hari dapat mempengaruhi terjadinya
penularan dan penyebaran penyakit.
Sekolah merupakan tempat pembelajaran bagi peserta didik untuk
membiasakan diri berperilaku hidup beris dan sehat, untuk
menurunkan penyakit risiko tertentu antara lain: buang sampah pada
tempatnya, buang air besar di wc, tidak merokok, minum air yang telah
dimasak, menjaga kebersihan diri, cuci tangan pakai sabun setelah
buang air besar dan sebelum makan, menjaga kebersihan lingkungan,
dll.
21. Kesling di Sekolah
Upaya mewujudkan kesehatan lingkungan sekolah
yang sehat memerlukan komitmen semua pihak yang
terkait sesuai dengan fungsi dan peran masing-
masing yang saling menunjang.
Komunikasi antar pihak secara berkesinambungan
diperlukan untuk menumbuhkan partisipasi aktif.
Penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah
merupakan suatu siklus kegiatan yang harus dilakukan
terus menerus.