Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
Fakta ] politicawave diragukan kredibilitasnya sebagai alat monitor media sosial
1. [ Fakta ] Politicawave Diragukan
Kredibilitasnya Sebagai Alat Monitor
Media Sosial
Oleh: Abah
2. PENDAHULUAN
Dunia politik Indonesia memasuki babak baru dengan munculnya fenomena
kampanye di social media. Majalah Tempo bahkan bekerjasama secara khusus
dengan social media monitoring Politicawave untuk memantau perbincangan di
sosial media para kandidat.
Yang jadi pertanyaan adalah apakah Politicawave punya cukup kredibilitas sebagai
social media monitor proses kampanye politik di Pilkada DKI Jakarta?
Politicawave menjadi penting karena ia bisa dilihat oleh siapapun tanpa harus
login sebagai user (media monitoring lain biasanya harus login untuk melihat data-
data percakapan di social media), ini menjadi sumber opini politik yang kuantitatif
yang sangat mempengaruhi keputusan pemilih dan pencitraan sang kandidat di
masyarakat. Yang kedua adalah Politicawave menggandeng nama besar Tempo
yang sudah terbukti secara sejarah kredibilitasnya di Indonesia. Jika Politicawave
ini cukup kredibel memonitor maka menjadi kredit poin untuk Tempo, tapi jika ia
tidak kredibel maka ini menjadi citra buruk untuk Tempo yang sudah punya
reputasi di Indonesia.
Memantau dari hari-kehari apa yang dipaparkan Politicawave, saya melihat ada
fenomena cukup aneh di Politicawave ini akhir-akhir ini. Di antara keanehan-
kenahen tersebut ada yang sangat merugikan kandidat tertentu.
3. #Keanehan 1 Politicawave menghapus dukungan
terhadap kandidat tertentu di masa lalu.
Sangat aneh menghapus data
kandidat tertentu di masa
lalu, dengan penghapusan tersebut
otomatis jumlah dukungan kandidat
tersebut jadi berkurang dan berada di
bawah kandidat lain yang sebelumnya
berada di bawah.
Lihat screen shot di bawah ini sebagai
bukti:
Screen shot di bawah ini diambil
tanggal 5 Juni 2012 jam
18.46, terlihat bahwa tanggal 30
Mei, 31 Mei, 1 Juni, 2 Juni, dan 4 Juni
2012 buzz Faisal-Biem selalu yang
tertinggi, secara rata-rata ia
menempati posisi teratas dari jumlah
buzz.
4. Lalu bandingkan dengan data screen shot Politicawave di
bawah ini, yang tanggal 7 Juni 2012 jam 00.16.
5. Pada screenshot kedua terjadi perubahan yang sangat
drastis, jumlah buzz untuk Faisal-Biem tanggal 1 Juni, 2 Juni,
3 Juni, 4 Juni 2012 dihapus oleh Politicawave yang
menyebabkan posisi Faisal-Biem jauh melorot ke bawah.
Jikapun misalnya Politicawave mengubah basis
penghitungan buzz menurut saya justru malah
membuktikan kelemahan Politicawave sebagai social media
monitoring yang menggandeng nama media besar.
Seharusnya ia memiliki basis penghitungan yang sudah
teruji, bukan coba-coba. Apalagi ini menyangkut
opini politik yang sangat menentukan masa depan Jakarta.
6. #2 Politicawave memblok (tidak menghitung)
perbincangan untuk kandidat tertentu
Sebuah social media monitor mestinya mengkalkulasi perbincangan
semua kandidat, karena jika ada satu saja kandidat yang
perbincangannya tak terkalkulasi, ia cacat secara metode. Jika dari 6
kandidat tersebut ada 1 saja yang perbincangannya tidak
tercatat, maka social media monitor tak layak lagi
memvisualisasikan pemilihan gubernur yang sesungguhnya.
Untuk mengujinya saya coba twit menggunakan akun @kItacobadeh
untuk menguji apakah Politicawave menangkap perbincangan sy
terkait kandidat tertentu. Saya mengambil sampel Faisal-Biem
dengan kata kunci “Faisal Basri” .
Politicawave menampilkan percakapan secara realtime terkait
kandidat. Tampilan realtime percakapan Politicawave sebelum saya
berikan twit perbincangan “faisal basri” bisa dilihat di screen-shot di
bawah ini:
7. Lalu saya buat twit yg digunakan untuk menguji apakah Politicawave
memunculkan perbincangan Faisal Basri. Perbincangan memakai kata kunci “Faisal
Basri” yang seharusnya muncul di paling atas tampilan Politicawave.
8. Hasil dari screen-shot beberapa menit setelah twit uji dilakukan terlihat di bawah
ini:
Lihat garis kuning di atas yang menjadi pembatas antara real time conversation
sebelumnya dengan realtime conversation setelah dibuat twit perbincangan “Faisal
Basri.” Twit tersebut tidak muncul di tampilan Politicawave, yang berarti bahwa twit
perbincangan tentang “Faisal Basri” tersebut tidak dikalkulasi.
9. Ini fatal mengingat apa yang menjadi tampilan di “trend
awareness”, “candidate electability”, “share of awareness” dan “share of
citizen” adalah hasil akumulasi dari “realtime conversation” yang ada. Tidak
dihitungnya “Faisal Basri” dalam realtime conversation akan berdampak
pada kecilnya parameter-parameter di atas. (trend of awareness, candidate
electability, share of awareness dan share of citizen).
Lalu kita lihat hasil screenshot twit di realtime conversation di bawah ini:
Twit di realtime conversation di atas mengandung kata kunci “foke” , tapi apakah
perbincangan tersebut terkait dengan pemilihan gubernur DKI?
10. #Akun bot di Politicawave
Ada yang mengkritik Faisal-Biem menggunakan akun-akun bot yang menyebabkan
Politicawave menghapus data Faisal-Biem. Sekarang kita uji apakah kandidat lain
menggunakan bot atau tidak. Untuk mengujinya mudah saja, kita lihat source
yang dipake.
11. Menurut hasil penelitian saya terhadap most active user’s 3 kandidat di
Politicawave, banyak sekali akun-akun twit otomatis (bot) yang perbincangannya
dicatat oleh Politicawave. Bot-bot tersebut menggunakan dua source bot populer:
Twitterfeed dan Dlvr.it.
Yang lebih parah lagi ada akun yang sudah disuspend Twitter masih dicatat sebagai
perbincangan oleh Politicawave. Lihat pada gambar di atas di user di perbincangan
Jokowi, akun @jokowithebest adalah akun yang sudah disuspend Twitter. Screen
shot saya ambil tanggal 7 Juni 2012 jam 00.39.
Dari data di atas, alasan bot menjadi sumber penghapusan data-data buzz
dukungan Faisal-Biem oleh Politicawave tidak sepenuhnya tepat, mengingat akun-
akun bot juga terjadi pada kandidat lain. Lantas apa sebenarnya yang menjadi
alasan Politicawave men-downgrade Faisal-Biem? Ini yang harus dijawab.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa praktek politik di tanah air ini sedemikian
kotor dan tidak transparan. Hadiarnya media sosial dan social media monitoring
seharusnya bisa memperbaiki kualitas politik kita menjadi lebih transfaran dan fair.
Tapi ketika alat social media monitor diragukan kredibilitasnya, nampaknya upaya
perbaikan itu masih jauh.