9. • Aji adalah rasa hormat kepada orang yang lebih tinggi
derajatnya
• Pakewuh (basa krama-nya: pakewet) adalah perasaan malu
ketika dia harus berhubungan kepada orang yang derajat
dan pangkatnya lebih tinggi.
• Ajrih adalah perasaan malu (bercampur takut) disebabkan
karena dirinya merasa telah bersalah, atau telah melakukan
sesuatu yang kurang baik, kepada seseorang.
• Rasa senang (krama: remen) adalah perasanaan senang,
enak, nyaman, khususnya dalam berkomunikasi dengan
orang lain yang sederajat.
• Tresna adalah rasa senang, cinta, simpati, saat bertemu,
bergaul, dengan orang lain, yang biasanya telah akrab.
• Gething adalah rasa benci. Biasanya benci disebabkan oleh
sifat-sifat buruk seseorang, sehingga dia menjauhi orang
tersebut.
karakteristik
kebudayaan jawa
12. sebagai suatu kebudayaan,
suku jawa tentu memiliki
peralatan dan
perlengkapan hidup yang
khas diantaranya yang
paling menonjol adalah
dalam segi bangunan
budaya perlengkapan
dan peralatan hidup
13. rumah limasan, adalah
rumah yang paling umum
ditemui di daerah jawa,
karena rumah ini
merupakan rumah yang
dihuni oleh golongan
rakyat jelata.
rumah limasan
14. rumah joglo, umumnya
dimiliki sebagai tempat
tinggal para kaum
bangsawan, misalnya saja
para kerabat keraton.
rumah joglo
15. umumnya rumah di daerah jawa
menggunakan bahan batang
bambu, glugu (batang pohon
nyiur), dan kayu jati sebagai
kerangka atau pondasi rumah.
sedangkan untuk dindingnya,
umum digunakan gedek atau
anyaman dari bilik bambu.
rumah serotong
17. Ningrat atau Bendara adalah
kelas tertinggi dalam
masyarakat Jawa. pada
tingkatan ini biasanya diisi oleh
para anggota keraton, atau
kerabat-kerabatnya, baik yang
memiliki hubungan darah
langsung, maupun yang
berkerabat akibat pernikahan.
ningrat atau bendara
18. • Priyayi ini sendiri konon
berasal dari dua kata bahas
Jawa, yaitu “para” dan “yayi”
atau yang berarti para adik.
• Biasanya kaum priyayi ini
terdiri dari para pegawai
negeri sipil dan para kaum
terpelajar yang memiliki
tingkatan pendidikan yang
lebih tinggi dibandingkan
dengan orang-orang
disekitarnya.
priyayi
20. Golongan ini tidak merujuk
kepada seluruh masyarakat
suku Jawa yang beragama
muslim, tetapi, lebih mengacu
kepada para muslim yang dekat
dengan agama, yaitu para santri
yang belajar di pondok-pondok
yang memang banyak tersebar
di seluruh daerah Jawa.
santri
21. Wong cilik atau golongan
masyarakat biasa yang memiliki
kasta terendah dalam pelapisan
sosial. Biasanya golongan
masyarakat ini hidup di desa-
desa dan bekerja sebagai
petani atau buruh. Golongan
wong cilik pun dibagi lagi
menjadi beberapa golongan
kecil lain yaitu:
wongcilik
22. Bahasa Jawa, sebagai bahasa
ibu dan bahasa pergaulan
sehari-hari masyarakat suku
Jawa, ternyata di dalamnya pun
dikenal berbagai macam
tingkatan dan undhak-undhuk
basa. Terdapat tiga bentuk
utama yakni:
budaya
bahasa jawa
27. Dalam sistem kalender Jawa,
terdapat dua versi nama-nama
bulan, yaitu nama bulan dalam
kalender Jawa matahari, dan
kalender Jawa bulan. Nama-
nama bulan dalam sistem
kalender Jawa komariah (bulan)
diantaranya adalah suro, sapar,
mulud, bakdamulud,
jumadilawal, jumadil akhir,
rejeb, ruwah, poso, sawal, sela,
dan dulkijah.
budaya
kalender jawa
28. Kepercayaan lain yang
cukup banyak pemeluknya,
adalah kepercayaan yang
bernama kejawen. Kejawen
ini, terkadang bercampur
dengan agama islam,
sebagai agama mayoritas,
sehingga menghasilkan
suatu kepercayaan baru
yang bernama islam
kejawen.
budaya
kejawen
29. Perbedaan paling mencolok antara
islam santri dengan islam kejawen
adalah, pada islam kejawen, mereka
tidak terlalu mewajibkan shalat,
puasa, dan naik haji, namun tetap
percaya pada Allah, dan Nabi
Muhammad SAW. Kejawen dianggap
memiliki makna sebagai segala
sesuatu yang berhubungan dengan
adat dan kepercayaan Jawa. pada
pandangan umum, kejawen hanya
berisi tentang seni, budaya, tradisi,
ritual, sikap, serta filosofi orang Jawa.
budaya
kejawen
31. Masyarakat Jawa pada
umumnya berperilaku
sesuai dengan tata krama
Jawa. Selain itu, tata krama
tersebut tidak terlepas dari
budaya Jawa dan sistem-
sistem yang dianut
sebagian masyarakat di
Jawa.
perilaku umum
suku jawa
32. Perilaku Penjelasan
Tutur Kata Saat menggunakan bahasa Jawa harus menyesuaikan
keadaan, siapa yang diajak bicara ataupun yang dibicarakan,
berdasarkan usia dan status sosialnya. Ada dua bahasa Jawa,
yaitu bahasa jawa Ngoko dan bahasa Jawa Krama
Rendah Diri Masyarakat Jawa cenderung suka merendahkan dirinya dan
tidak menonjolkan diri karena akan memiliki kesan sombong
Mengambil Keputusan Lamban Masyarakat Jawa cenderung tidak terburu-buru dalam
mengambil keputusan karena dipikir terlebih dahulu dan
dimusyawarahkan.
Menghormati Orang yang Lebih Tinggi
Derajatnya
Masyarakat Jawa cenderung menghormati bahkan
mengagumi orang yang memiliki status sosial yang lebih
tinggi.
Mudah Beradaptasi dan Bergaul Masyarakat Jawa tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Selain itu, masyarakat Jawa juga pandai mengubah suasana.
33. Perilaku Penjelasan
Rasa Kekeluargaannya Tinggi Masyarakat Jawa suka mengobrol cenderung suka berkumpul.
Mereka cenderung suka menjalin hubungan baik dengan orang
lain untuk menghindari konflik.
Suka Menolong Orang Lain Karena rasa kekeluargaannya yang tinggi, masyarakat Jawa
mudah iba melihat orang lain kesusahan.
Tidak Memiliki Inisiatif Masyarakat Jawa cenderung tidak memiliki inisiatif dalam
melakukan suatu hal. Orang tersebut menunggu perintah atau
instruksi dari atasan, baru mau melakukan pekerjaan itu.
Suka Menunda Pekerjaan Ketika diberi suatu pekerjaan, selalu saja ada alasan untuk
menunda pekerjaannya. Mereka tidak sadar akan tanggung jawab
mereka pada pekerjaan atau tugas-tugasnya.
Tidak Suka Ikut Campur Ketika mengetahui permasalahan yang dimiliki oleh seseorang,
masyarakat Jawa cenderung tidak suka ikut campur dan tidak
mau terlibat dalam masalah tersebut.
34. Dari penjelasan tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa dalam praktek
kehidupan sehari-hari, masyarakat Jawa menjalankan tata krama Jawa yang
terdiri dari empat keutamaan, yaitu :
1) Bersikap sesuai dengan derajat masing-masing pihak, dan saling
menghormati kedudukan masing-masing.
2) Menyatakan sesuatu secara tidak langsung melalui “sanepo” atau kiasan.
3) Bersikap menghormati hal-hal yang bersifat pribadi dengan seakan-akan
tidak tahu masalah pribadi orang lain.
4) Menghindari ucapan atau sikap yang menunjukkan ketidakmampuan
mengontrol diri dengan sikap kasar atau melawan secara langsung.
35. Perilaku suku Jawa saat ini telah berubah karena
adanya globalisasi. Kebudayaan lain juga memberikan
pengaruh terhadap perilaku masyarakat Jawa saat ini.
Namun, perubahan yang terjadi tidak berbeda jauh dari
budaya aslinya.
37. pantangan adat
jawa
berteriak-teriak mengucapkan kata-kata kotor dalam
hutan
kebiasaan menggigit kuku
berfoto bersama dalam jumlah ganjil
menyapu di malam hari
Mengadakan syukuran sebelum mengisi rumah baru
membuka payung dalam rumah
38. kebiasaan adat
jawa
syukuran saat seorang wanita mulai hamil
syukuran pada bulan ke dua, ke empat dan ke tujuh
kehamilan
syukuran tingkeban
syukuran saat bayi lahir
khitanan
pernikahan