ss

1. Latar belakang
pentingnya stabilitas peptida terhadap degradasi enzimatik dalam desain vaksin
sintetis. Penelitian ini menggunakan epitop dari unit pengulangan tandem dari
glikoprotein MUC2 berat molekul tinggi sebagai immunogen. Epitop ini dapat
mengalami pengurangan glikosilasi dalam kasus kanker kolon. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mempelajari stabilitas peptida MUC2 yang mengandung
epitop PTGTQ dari mAb 996 dan derivatifnya terhadap degradasi enzimatik.
Tujuan penelitian
untuk mempelajari stabilitas peptida MUC2 yang mengandung epitop PTGTQ dari unit
pengulangan tandem glikoprotein MUC2 berat molekul tinggi terhadap degradasi
enzimatik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi stabilitas peptida tersebut
sebagai immunogen dalam desain vaksin sintetis.
Metode
1. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay): Metode ini digunakan untuk
mengukur ikatan antara antibodi (Ab) dan antigen target. Intensitas warna hijau
yang dihasilkan setelah reaksi diukur pada panjang gelombang 405 nm
menggunakan pembaca ELISA. Persentase penghambatan (Ic%) dihitung
berdasarkan pengikatan Ab pada konsentrasi peptida tertentu.
2. RP-HPLC (Reverse Phase High Performance Liquid Chromatography): Metode
ini digunakan untuk menguji kemurnian peptida dan menentukan massa
molekul relatifnya. Sampel peptida diaplikasikan pada kolom RP-HPLC dan
dipisahkan menggunakan eluen dengan gradien. Deteksi UV dilakukan pada
panjang gelombang 214 nm.
3. Spektrometri Massa: Metode ini digunakan untuk menentukan massa molekul
peptida. Peptida dihidrolisis dengan asam klorida (HCl) dan komposisi asam
amino kemudian ditentukan menggunakan analisis asam amino.
4. Digesti Enzimatik: Metode ini digunakan untuk menguji stabilitas peptida
terhadap degradasi enzimatik. Peptida diinkubasi dengan fraksi lisosom pada
suhu kamar selama waktu tertentu. Reaksi enzimatik dihentikan dengan asam
perklorat (HClO4) dan konsentrasi peptida yang utuh ditentukan menggunakan
RP-HPLC.
5. Pembuatan Peptida: Peptida sintetik dirancang dan disiapkan dalam penelitian
ini. Substitusi sistematis dilakukan pada daerah flanking N- dan C-terminal
peptida.
Epitop PTGTQ ?
Epitop PTGTQ adalah urutan peptida yang berasal dari unit pengulangan tandem dari
glikoprotein MUC2. Epitop ini diakui oleh antibodi monoklonal 996.
Epitop PTGTQ terletak dalam urutan peptida TPTPTGTQTPT. Penelitian
menunjukkan bahwa substitusi asam amino D pada flanking C-terminus dan N-
terminus dari epitop PTGTQ dapat meningkatkan stabilitas peptida terhadap
degradasi enzimatik. Peptida dengan substitusi asam amino D pada C-terminus,

2. seperti tptPTGTQtpt, tetap stabil dalam serum manusia. Peptida dengan substitusi
asam amino D pada N-terminus, seperti tpTPTGTQtpt, juga menunjukkan
peningkatan stabilitas terhadap degradasi enzimatik.
Peptida MUC2 ?
Peptida MUC2 adalah fragmen dari glikoprotein MUC2 yang merupakan salah satu
jenis mucin yang ditemukan dalam lendir yang melapisi permukaan epitel di berbagai
organ seperti saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran reproduksi.
MUC2 adalah salah satu komponen utama lendir yang berperan dalam melindungi
dan melumasi permukaan epitel, serta berfungsi sebagai penghalang terhadap
patogen dan bahan iritan.
Peptida MUC2 terdiri dari unit pengulangan tandem yang mengandung urutan peptida
yang khas, termasuk epitop PTGTQ. Epitop PTGTQ adalah urutan peptida yang diakui
oleh antibodi monoklonal 996 dan merupakan bagian penting dari MUC2 dalam
pengenalan imunologis.
Proses degradasi enzim ?
dengan menggunakan fraksi lisosom dari hati tikus dan serum manusia yang
diencerkan. Peptida-peptida yang diteliti direaksikan dengan fraksi lisosom atau
serum dalam kondisi pH 3,5 dan 5. Setelah inkubasi selama waktu tertentu, reaksi
enzimatik dihentikan dengan asam perklorat (HClO4). Kemudian, konsentrasi peptida
yang utuh ditentukan menggunakan RP-HPLC. Hasil dari analisis ini menunjukkan
tingkat degradasi peptida dalam fraksi lisosom dan serum.
Proses degradasi enzimatik peptida ?
Proses degradasi enzimatik peptida melibatkan aksi protease, enzim yang
bertanggung jawab untuk memecah ikatan peptida dalam molekul peptida. Protease
dapat mengenali dan memotong ikatan peptida yang spesifik dalam rantai peptida,
menghasilkan fragmen-fragmen yang lebih kecil.
Proses degradasi enzimatik peptida dapat terjadi di berbagai lingkungan, termasuk
dalam serum manusia dan dalam preparasi lisosom hati tikus. Enzim-enzim protease
dalam lingkungan ini dapat mengenali dan memotong ikatan peptida dalam peptida
yang rentan terhadap degradasi.
Stabilitas peptide ?
Stabilitas peptida dalam artikel ini diteliti dengan mengamati degradasi enzimatik
peptida dalam serum manusia dan preparasi lisosom hati tikus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peptida-peptida dengan substitusi asam amino D pada C-
terminus memiliki stabilitas yang tinggi terhadap degradasi enzimatik dalam serum
manusia. Peptida-peptida ini tetap utuh dan tidak mengalami degradasi selama waktu
pengujian. Contohnya, peptida tptPTGTQTpt dan tpTPTGTQTpt yang mengandung
substitusi asam amino D pada C-terminus tetap stabil dalam serum manusia.
Selain itu, peptida-peptida dengan substitusi asam amino D pada N-terminus juga
menunjukkan peningkatan stabilitas terhadap degradasi enzimatik, meskipun efeknya
tidak sekuat substitusi asam amino D pada C-terminus. Peptida-peptida seperti

3. tPTPTGTQtpt dan tptPTGTQtpt tetap stabil dalam serum manusia, meskipun terjadi
sedikit degradasi dalam waktu yang lebih lama.
Bagaimana Peptida-peptida dapat mempertahankan kemampuan pengikatan
terhadap antibodi spesifik ?
Peptida-peptida dalam penelitian ini dapat mempertahankan kemampuan pengikatan
terhadap antibodi spesifik karena epitop yang terkandung dalam peptida-peptida
tersebut tetap terjaga. Meskipun terdapat substitusi asam amino D pada flanking
region peptida, epitop PTGTQ yang merupakan target pengikatan antibodi tetap
terbentuk dan dapat berinteraksi dengan antibodi spesifik. Hasil dari pengujian ELISA
menunjukkan bahwa peptida-peptida dengan substitusi asam amino D pada flanking
region masih mampu menghambat pengikatan antibodi dengan tingkat inhibisi yang
relatif tinggi.
Mengukur ikatan antara antibodi (Ab) dan antigen target ?
Ikatan antara antibodi (Ab) dan antigen target dapat diukur menggunakan metode
ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay). Dalam metode ini, antigen target
diikat pada permukaan mikrotiter plate, kemudian dilakukan inkubasi dengan antibodi
yang spesifik terhadap antigen tersebut. Setelah pencucian, dilakukan deteksi
menggunakan enzim yang terkonjugasi dengan antibodi sekunder. Enzim ini akan
menghasilkan sinyal yang dapat diukur, seperti perubahan warna atau fluoresensi,
yang berkorelasi dengan jumlah antibodi yang terikat pada antigen target.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peptida yang mengandung substitusi asam amino D pada C-
terminus memiliki stabilitas yang tinggi terhadap degradasi enzimatik. Peptida-peptida
ini juga mempertahankan kemampuan pengikatan terhadap antibodi spesifik.
Substitusi asam amino D pada N-terminus memiliki efek yang lebih rendah terhadap
stabilitas dan pengikatan peptida. Peptida dengan substitusi asam amino D pada
kedua ujung (C-terminus dan N-terminus) memiliki stabilitas yang tinggi dalam serum
manusia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa substitusi asam amino D dapat
meningkatkan stabilitas peptida tanpa mengganggu kemampuan pengikatannya.
Kesimpulan
bahwa substitusi asam amino D pada flanking region peptida tidak mempengaruhi
kemampuan peptida untuk mempertahankan pengikatan dengan antibodi spesifik.
Peptida-peptida dengan substitusi asam amino D pada C-terminus memiliki stabilitas
yang tinggi terhadap degradasi enzimatik, sementara substitusi asam amino D pada
N-terminus memiliki efek yang lebih rendah terhadap stabilitas. Peptida dengan
substitusi asam amino D pada kedua ujung (C-terminus dan N-terminus) juga memiliki
stabilitas yang tinggi dalam serum manusia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
substitusi asam amino D dapat meningkatkan stabilitas peptida tanpa mengganggu
kemampuan pengikatannya dengan antibodi spesifik.