Dokumen tersebut membahas tentang gaya desain tipografi lokal Indonesia yang diambil dari berbagai sumber inspirasi seperti ukiran, kerajinan, budaya, dan alam Indonesia. Beberapa contoh karya tipografi yang dirangkum meliputi penggunaan ukiran Jepara, pola Dayak, hiasan atap Melayu, ukiran Minangkabau, dan wayang dalam membentuk huruf-huruf yang khas Indonesia.
2. Gaya Tipografi Lokal
Indonesia memiliki jutaan hal yang
bisa dijadikan sebagai sumber ide.
Entah itu budayanya, legenda,
mitos, kuliner, flora dan fauna
ataupun yang lain. Semua menarik
untuk dijadikan sebagai sumber ide.
Sumber: Bermain Huruf Dengan Elemen Lokal Indiria Maharsi
3. Kelokalan dalam bahasan ini adalah karya
budaya yang ada di Indonesia yang begitu
beragam. Bisa berupa benda budaya, ritual
budaya, ataupun yang lain. Bisa jadi pula
kelokalan merujuk kepada setiap elemen
yang ada di tanah Indonesia baik flora,
fauna maupun keragaman suku yang ada
didalamnya.
Ukiran Jepara yang penuh dengan
lengkunglengkung dan bidang tegak
vertikal tersebut dijadikan materi sebagai
bahan membuat huruf yang unik dan
inovatif
4. Keragaman fauna diambil beberapa
yang menarik dan dijadikan sebagai
bahan atau materi membuat huruf.
Tingkat kesulitan dalam membuat
karya ini adalah bagaimana bentuk
hewan yang hidup itu bisa ter-
display dengan menarik.
Beberapa diantaranya tetap
menambahkan elemen pendukung
lain seperti pohon, bunga atau
tanaman sebagai bagian yang tidak
terpisah dari kehidupan hewan itu
sendiri
5.
6. Selain fauna, bisa juga keragaman kuliner
dijadikan sebagai bahan atau materi
eksplorasi. Begitu banyak dunia kuliner di
Indonesia, mulai dari soto dengan
gerobaknya, dawet, kerak telur, dan lain
sebagainya. Sebagai contoh salah satu
karya dibawah ini yang memakai salah satu
budaya kuliner yang marak terdapat di
Yogyakarta yaitu angkringan.
7.
8. Dari Kriya Menjadi Karya
Batik Dayak Font oleh Sutrisno Budiharto,
menggunakan dasar Arial Black yang diisi
dengan pola khas suku Dayak. Rancangan
ini terbilang kasap karena bentuk kriya
tidak memengaruhi bentuk hurufnya,
melainkan sekadar isian saja. Sutrisno
Budiharto juga menggunakan cara
perancangan serupa untuk fontasi Batik
Font dan Asmat Font.
Sumber : Adien Gunarta
9. Selembayung Oleh Rafni Dewi Lestari,
Terinspirasi Dari Hiasan Atap Khas Melayu
Riau Yang Sarat Makna. Bentuk Huruf
Menjadi Agak Sukar Terbaca Pada
Beberapa Hurufnya Sebab Lengkung Ukiran
Salembayung Yang Cenderung
Dipertahankan
10. Lapiah Tigo karya Mulya Hari Vano
terinspirasi dari ukiran khas
Minangkabau. Lapiah Tigo berarti jalin
tiga, dimana sulur-sulur tumbuhan
berkelindan menjadi satu kesatuan.
Mulya berhasil mendapatkan kesan
Lapiah Tigonya dengan tetap
mempertimbangkan kejelasan huruf.
11. FTF Indonesiana Bramanangkoe didesain oleh
Abdul Hafiz Hilman [Fizzetica TypeFoundry
Indonesia]. Penerapan inspirasi wayang dilakukan
dengan cukup detail dan halus di sekujur bentuk
huruf [tanpa melihat desain lowercase dengan
tongkat]. Hal itu bisa dilihat pada kontras huruf,
lengkungan-lengkungannya, potongan-potongan
dan ujung-ujung hurufnya.
12. Lambang Visit Indonesia yang diprakarsai oleh
Kementerian Pariwisata bekerjasama dengan
tim desainer rekanan kementerian
menghasilkan tipografi yang sangat patut
dipuji, sebab bagaimana pun tampak ke-
Indonesia-an pada bentuk huruf yang
diciptakan, meskipun tidak diketahui secara
langsung kriya dan hasil kesenian apa yang
menginspirasi bentuk-bentuknya.