SlideShare a Scribd company logo
1 of 61
HARI
Rabu (Jam 07.30 – 09.10)
TPTA -->
 Hujan  turun ke lingkungan binaan manusia
 yang di penuhi oleh gedung, jalan, tempat
 parkir, taman, lahan lainnya dan mencari
 jalan ketujuannya secara alami, sebagian
 lagi mengalir di permukaan mencari daerah
 yang lebih rendah, ke sungai, danau, ke
 laut atau menggenangi daerah dataran
 rendah.
Dengan demikian, masalah
  utama dari air hujan adalah :
• Mengalirkan air hujan yang
  tidak di inginkan yaitu air
  hujan di atap, air permukaan
  dan air dalam tanah agar
  menjauh dari bangunan.
• Mengalirkan air permukaan
  dan air dalam tanah keluar
  dair tapak, ke pembuangan
  umum agar tidak terjadi
  genangan atau banjir.
• Mengendalikan aliran air
  hujan agar tidak terjadi erosi
  atau perubahan permukaan
  tanah.
 Nilai   Akhir = NUSIP + NUTA + NITUG + NIPRAK
    NUSIP = Nilai Ujian SIsiPan (25 %);
    NUTA = Nilai Ujian uTAma (25 %) ;
    NITUG = NIlai TUGas terstrukur (20%) ;
    NIPRAK = NIlai PRAKtikum (30 %) ;
    KEH    = 5 % Kehadiran ( ?)
   Kesetaraan Nilai Akhir
       A >= 80,00
       B 66 – 79,99
       C 56 – 65,99
       D 46 – 55,99
       E <= 45,00
 Kontrak  belajar Pendahuluan
 Siklus Air dan Infiltrasi
 Aliran permukaan dan Sungai
 Erosi dan Faktor-Faktor yg mempengaruhi
 Cara Penentuan Besar Erosi
 Metode Konservasi Tanah dan air
Kondisi tanah dan air sebagai sumber daya alam
semakin lama semakin menurun potensinya atau
umumnya mengalami degradasi sedemikian rupa
   shg memerlukan usaha-usaha konservasi




          Pengawetan Tanah dan Air
Pengawetan tanah --> penempatan setiap
bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai
dengan kemampuan tanah tsb dan memper-
lakukannya sesuai dg syarat-syarat yg diperlukan
agar tidak terjadi kerusakan tanah


Usaha konservasi tanah ditujukan :
>mencegah kerusakan tanah oleh erosi
>memperbaiki tanah yg rusak
>memelihara serta meningkatkan produkti-
vitas tanah agar dapat dipergunakan lestari
Konservasi                              konservasi
      tanah                                    air


Konservasi air --> penggunaan air yg jatuh ke tanah
untuk pertanian se-efisien mungkin, dan pengaturan waktu
aliran sehingga tidak terjadi banjir yg merusak dan terdapat
cukup air pada waktu musim kemarau




       Oleh karena itu --> PTA sering disebut juga
       Konservasi Tanah dan Air yi upaya untuk
       menjaga dan meningkatkan produktivi-
       tas tanah, kuantitas dan kualitas air
• Water resource conservation is aimed to preserve the
  continuous existence of support capacity, catchment
  capacity, and function of water resource.
• Water resource conservation is carried out through
  activities of water resource restoration and continuity,
  water preservation, as well as water quality management
  and water pollution control that follow the design of water
  resource management determined for each river basin/
  area.
• Criteria of water resource conservation becomes
  reference in spatial planning.

Air merupakan kebutuhan pokok manusia
  untuk melangsungkan kehidupan dan
    meningkatkan kesejahteraannya.
Pembangunan di bidang sumber daya air
 pada dasarnya merupakan upaya untuk
memberikan akses secara adil kepada
          seluruh masyarakat
PULAU SUMATERA                                    PULAU KALIMANTAN                                    PULAU MALUKU
         KETERSEDIAAN AIR TOTAL                             KETERSEDIAAN AIR TOTAL                            KETERSEDIAAN AIR TOTAL
        480,968.0 (Juta m3)  25 % Tot. Nas                 556,699.0 (Juta m3)  28 % Tot. Nas                   61.776,0 (Juta m3)     4 % Tot. Nas
 MUSIM HUJAN           MUSIM KEMARAU                MUSIM HUJAN           MUSIM KEMARAU                MUSIM HUJAN             MUSIM KEMARAU
384,774.4 (Juta m3) 96,193.6 (Juta m3)             389,689.3 (Juta m3) 167,009.7 (Juta m3)             49.420,8 (Juta m3)    12.355,2 (Juta m3)
           KEBUTUHAN AIR TOTAL                                KEBUTUHAN AIR TOTAL                                KEBUTUHAN AIR TOTAL

 MUSIM HUJAN
                      • Secara umum, di Indonesia tersedia air yang
           19,965.7 (Juta m3) 18 % Tot. Nas
                         MUSIM KEMARAU              MUSIM HUJAN
                                                               4,898.0 (Juta m3)     4 % Tot. Nas
                                                                             MUSIM KEMARAU             MUSIM HUJAN
                                                                                                                    235,7 (Juta m3)      0.2 Tot. Nas
                                                                                                                                MUSIM KEMARAU
                3                     3                            3                      3                           3                        3
 8,319.0 (Juta m )    11,646.7 (Juta m )            2,040.8 (Juta m )      2,857.2 (Juta m )             98,2 (Juta m )          137,5 (Juta m )
   SURPLUS              sangat banyak namun ketersediaannya tidak
                            SURPLUS                   SURPLUS                    SURPLUS                SURPLUS                     SURPLUS

                        sesuai waktu dan tempat.                                                                                                 PULAU PAPUA
                                                                                                                                            KETERSEDIAAN AIR TOTAL
                      • Sebaran ketersediaan air pada musim hujan                                                                         545,377.0 (Juta m3)
                                                                                                                                   MUSIM HUJAN
                                                                                                                                                               28 % Tot. Nas
                                                                                                                                                         MUSIM KEMARAU

                        80% (sekitar 5 bulan) dan 20% tersedia pada                                                              381,763.9 (Juta m3) 163,613.1 (Juta m3)
                                                                                                                                            KEBUTUHAN AIR TOTAL
                                                                                                                                               137.2 (Juta m3) 0.1 % Tot. Nas
                        musim kemarau (sekitar 7 bulan).                                                                           MUSIM HUJAN            MUSIM KEMARAU
                                                                                                                                                 3                      3

                      • Di Pulau Jawa hanya tersedian 4,5% padahal                                                                   57.2 (Juta m )
                                                                                                                                    SURPLUS
                                                                                                                                                            80.0 (Juta m )
                                                                                                                                                              SURPLUS


                        penduduknya 65%.                                                                                                       PULAU SULAWESI
                                                                                                                                            KETERSEDIAAN AIR TOTAL
                                                                                                                                          143,778.0 (Juta m3)   7 % Tot. Nas
                                                                                                                                   MUSIM HUJAN           MUSIM KEMARAU
                                                                                                                                 129,400.2 (Juta m3) 14,377.8 (Juta m3)
                                                                                                                                            KEBUTUHAN AIR TOTAL
          PULAU JAWA DAN BALI                                PULAU NUSA TENGGARA                                  NERACA AIR PER PULAU TAHUN 2003 3
                                                                                                                                             15,440.0 (Juta m )     14 % Tot. Nas
         KETERSEDIAAN AIR TOTAL                             KETERSEDIAAN AIR TOTAL                                       Sumber : Dep. Kimpraswil (2004)
                                                                                                                                   MUSIM HUJAN              MUSIM KEMARAU
        126,451.0 (Juta m3)   7 % Tot. Nas                    42,156.0 (Juta m3)     2 % Tot. Nas                                                 3                       3
                                                                                                                                   6,433.3 (Juta m )      9,006.7 (Juta m )
 MUSIM HUJAN           MUSIM KEMARAU                 MUSIM HUJAN             MUSIM KEMARAU
                                                                                                                                     SURPLUS                    SURPLUS
101,160.8 (Juta m3) 25,290.2 (Juta m3)              37,940.4 (Juta m3)     4,215.6 (Juta m3)
           KEBUTUHAN AIR TOTAL                                KEBUTUHAN AIR TOTAL
            65,839.1 (Juta m3)     59 % Tot. Nas                 5,760.0 (Juta m3)      5 % Tot. Nas
  MUSIM HUJAN              MUSIM KEMARAU             MUSIM HUJAN               MUSIM KEMARAU
                 3                       3                           3                        3
 27,432.9 (Juta m )     38,406.1 (Juta m )           1,440.0 (Juta m )         4,320.0 (Juta m )
    SURPLUS                    DEFISIT                 SURPLUS                     DEFISIT
Penyediaan                                                                 Kebutuhan

                                                                                                                                 2005
                                                                                      Konflik 
                                      Kerusakan Daerah                               disintegrasi                        Penduduk
                                       Tangkapan Air                             Antar-wilayah, Antar-kepentingan        bertambah

                                                                                                                                 2015
                                                               S2
Debit Air




                                                              D1        PENYEDIAAN          Celah
                                                                        Kekura
                                                                        ngan
                                                        S1                                 melebar
                                                                        Air
                                                                                                             KEBUTUHAN           2025
                                                                   D2
                                     - Kondisi DAS memburuk
                                     - Kualitas O&P jelek

            Rehabilitasi/Upgdaring
                                                                                                                      Peningkatan
                                             Kerusakan                           Air tanah terkuras                  Kesejahteraan
                                                Masa
                                            Infrastruktur                             bencana                        Masyarakat
                                                                                     lingkungan
Antar Sektor              Antar Wilayah            Antar Generasi

• Antar pengguna              • Dimensi ruang          • Dimensi waktu

• Mencerminkan                                         • Kelestarian/
                              • Antar hulu dan hilir
  pertentangan kelas                                     Keberlanjutan
  dalam masyarakat

                              • Antar wilayah
• Perubahan pendapatan
                                administrasi

• Konflik inter- dan intra-
                              • Antar negara
  sektor
   ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan dalam
    perspektif ruang dan waktu.
   meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung
    sumber daya air, baik air permukaan maupun air tanah.
   menurunnya kemampuan penyediaan air.
   meningkatnya potensi konflik air.
   kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi.
   makin meluasnya abrasi pantai.
   lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan.
   rendahnya kualitas pengelolaan data dan sistem informasi.
TANAH terbentuk melalui proses penghawaan/pelapukan batuan yang
           berjalan sangat lambat, sedimentasi yang terbawa erosi, dan
           dekomposisi organisme mati.


           Tanah mentah (immature soil) belum memiliki lapisan, terdiri dari
           batuan induk di bagian bawah & pecahan batu di bagian atas.
           Tanah muda (young soil) terdiri dari batu dengan lapisan tipis tanah.
           Tanah matang (mature soil) memiliki lapisan/horizon yang jelas
           dengan tekstur dan komposisi yang bervariasi sesuai tipe* tanahnya.




Pengetahuan Lingkungan © 2004 Departemen Biologi ITB (dnc/rre)
Tanah
                                                                         mentah




                                                                 Tanah
                                                                 muda


                                                                         *Tipe tanah dipengaruhi oleh :
               Tanah                                                      Iklim
               matang                                                     Topografi
                                                                          Jenis batuan induk
                                                                          Vegetasi & organisme lain
                                                                          Waktu pembentukan


Pengetahuan Lingkungan © 2004 Departemen Biologi ITB (dnc/rre)                             Ilustrasi: Miller 2000
PERMASALAHAN TANAH


        Tanah tampak sebagai sumber daya alam yang stabil, permanen dan dapat diperbarui,
        tetapi sebenarnya untuk mengubah batuan kerak Bumi menjadi tanah (dengan ketebalan
        hanya + 15 cm) dibutuhkan waktu yang sangat lama. Kini tanah semakin cepat rusak
        karena                                                                         a.l:

       Erosi yang disebabkan oleh penggundulan hutan, pertanian, pertambangan &
        pembangunan fisik.
       Penurunan           kesuburan:          hilangnya        bahan   organik   &   rusaknya   struktur   tanah.
        Pencemaran tanah oleh adanya pembuangan limbah dan penimbunan bahan berbahaya &
        radioaktif.P
       Penggurunan akibat penebangan hutan, pertambangan tanpa reklamasi, penggembalaan
        yang berlebihan, irigasi & penggaraman.
       Pengerasan tanah karena penggunaan mesin dan pertanian di lahan yang tidak tepat.




Pengetahuan Lingkungan © 2004 Departemen Biologi ITB (dnc/rre)
PENANGGULANGAN           MASALAH        TANAH
                                                          (beberapa hal yang dapat dilakukan)

                                                         Konservasi tanah secara fisik, kimiawi &
                                                          biologis, mis. dengan terasering, penanaman
                                                          contour, penanaman dalam jalur (strip
                                                          cropping).
Kegiatan manusia (misalnya pertanian) mempengaruhi       Penggunaan pupuk organik & penanaman
kondisi tanah dan daur materi/mineral dalam               dengan rotasi.
ekosistem.                                               Penghutanan kembali.
                                                         Pengurangan penggaraman & penggenangan
Contoh: apabila tanaman dipanen, maka sebagian            (waterlogging).
mineral akan dikeluarkan dari ekosistem dan akan         Evaluasi tata guna lahan.
terdapat mata rantai yang hilang dalam daur mineral 
pupuk perlu ditambahkan kepada tanah pertanian.
LAHAN (land) adalah daratan yang membentang di permukaan Bumi dan
  menjadi tempat utama kegiatan manusia.
  Tata guna lahan: untuk permukiman, pertanian, kehutanan,
  pertambangan, daerah rekreasi dll.
  Di dunia (perkiraan tahun 1998):
  37.0% hutan & padang rumput
  32.0% pertanian
  30.2% tidak cocok dikembangkan
  0.8% dikembangkan untuk kepentingan manusia
> Tata guna lahan dipengaruhi oleh a.l.: topografi, formasi geologis,
  lokasi, jenis tanah, iklim, vegetasi.
VII                                 VI
                                                                 IV
                                                                                                   III

                               VIII


                                                                  I
                                                                                                         VI


                                                                        II




           Contoh: 8 kelas lahan untuk pertanian*
           I & II paling baik untuk pertanian karena datar & bertanah subur
           III, IV, V kurang sesuai karena kemiringan lahan
          VI, VII kurang sesuai karena lahan miring dan berbatu
          VIII tidak sesuai karena jenis tanah yang berlumpur dan tidak subur

          *klasifikasi juga dilakukan untuk fungsi lahan lainnya (rekreasi, jalan dsb)
Pengetahuan Lingkungan © 2004 Departemen Biologi ITB (dnc/rre)        Ilustrasi: Raven et al. 1998, Kupchella & Hyland 1993
Nilai lahan tergantung pada karakter fisis, lokasi, iklim, topografi, pendapat masyarakat, faktor
institusional, kemampuan teknologi untuk menggarap tanah dll. Namun faktor ekonomi sangat
menentukan tata guna lahan.
 Pengelolaan lahan yang menguntungkan secara ekonomi tidak selalu baik bila dipandang dari segi
ekologi, sehingga tidak selalu ‘menguntungkan’ lingkungan dalam jangka panjang.




                                     PERMASALAHAN LAHAN
Jumlah penduduk dan kegiatan ekonomi (industrialisasi) yang terus meningkat mengakibatkan:
 Penggunaan lahan berubah sesuai kebutuhan dan kegiatan masyarakat.
 Contoh: di pedesaan, hutan diubah menjadi daerah pertanian; di perkotaan, daerah pertanian diubah
menjadi non-pertanian (Perubahan fungsi lahan di Indonesia terutama terjadi di Pulau Jawa. Fungsi lahan
terutama berubah menjadi perkotaan, jalanan & industri).
 Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan prinsip ekologi  mis. menjadi lahan kritis


                             PENANGGULANGAN MASALAH LAHAN
 Keputusan Pemerintah berdasarkan evaluasi lahan (potensi, kesesuaian, faktor sosioekonomi) 
pengelolaan sesuai dengan Tata Ruang Nasional RI
 Informasi tentang sumberdaya lahan yang diperlukan (mis. untuk pertanian: informasi iklim, tanah,
hidrologi dsb.)
 Konservasi
   Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai
    kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber
    daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
    tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
    pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
 Kawasan  budidaya adalah kawasan yang
 ditetapkan dengan fungsi utama untuk
 dibudidayakan atas dasar kondisi dan
 potensi sumber daya alam, sumber daya
 manusia dan sumber daya buatan.
   Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan
    dengan fungsi utama melindungi kelestarian
    lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
    dan sumber daya buatan.
   Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang
    karena keadaan dan sifat fisik wilayahnya perlu dibina
    dan dipertahankan sebagai hutan dengan penutupan
    vegetasi secara tetap guna kepentingan pengaturan
    tata air, pencegahan bahaya banjir dan erosi serta
    pemeliharaan kesuburan tanah baik dalam kawasan
    hutan yang bersangkutan maupun kawasan di
    sekitarnya dan kawasan bawahannya.
   Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena
    keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan
    ekosistemnya atau ekosistem tertentu, yang perlu dilindungi dan
    perkembangannya berlangsung secara alami.
   Kawasan taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang di
    dalamnya terdapat jenis-jenis tumbuhan, satwa atau ekosistem yang
    khas, yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
    tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
    budidaya dan pariwisata.
   Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang
    terutama dimanfaatkan untuk pariwisata alam.
   Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,
    termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang
    mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
    fungsi sungai.
   Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air
    yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
    kelestarian fungsi mata air.
   Kawasan sekitar waduk/danau/situ adalah kawasan di sekeliling
    waduk/danau/situ yang mempunyai manfaat penting untuk
    mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau/situ.
   Situ adalah suatu wadah genangan air di atas permukaan tanah
    yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang airnya
    berasal dari tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologi
    yang potensial dan merupakan salah satu bentuk kawasan
    lindung.
   Kawasan budidaya pertanian tanaman tahunan/perkebunan adalah kawasan
    budidaya pertanian dengan tanaman tahunan/perkebunan sebagai tanaman
    utama yang dikelola dengan masukan teknologi sederhana sampai
    tinggi, dengan memperhatikan asas konservasi tanah dan air. Kawasan ini bisa
    berupa perkebunan besar, perkebunan rakyat, maupun hutan produksi.
   Kawasan budidaya pertanian lahan basah adalah kawasan budidaya pertanian
    yang memiliki sistem pengairan tetap yang memberikan air secara terus
    menerus sepanjang tahun, musiman atau bergilir dengan tanaman utama padi.
   Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan kering adalah areal lahan
    kering yang keadaan dan sifat fisiknya sesuai bagi tanaman
    pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Kawasan ini berupa areal
    pertanian dengan sistem pengelolaan lahan kering dengan kegiatan utama
    pertanian tanaman pangan dan dapat dikombinasikan dengan perkebunan
    tanaman hortikultura dan atau usaha tani peternakan.
   Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
    lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
    sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
    mendukung perikehidupan dan penghidupan.
 Banyaklokasi lahan subur di perdesaan
 yang berubah fungsi, atau konversi
 menjadi lahan non pertanian
 • Padahal pertanian yang memiliki produksi
   tinggi, dengan input yang minimal adalah yang
   menggunakan lahan subur  menghasilkan
   keuntungan tertinggi
 • Berlokasi dekat dengan perkotaan, atau di
   areal datar
 Terlampau  tingginya konversi lahan pertanian
  ke non pertanian di perdesaan,
  mengakibatkan semakin terdesaknya
  kehidupan perdesaan
 Semakin tidak tersedianya lapangan kerja
  bagi penduduk perdesaan yang sebagian
  besar ketrampilannya berada di sektor
  pertanian
 Semakin terdesaknya cara hidup perdesaan
  di desa sendiri
   Luas Sawah (ha) di Indonesia
    • 1997: 8,5 juta
    • 2000: 7,8 juta
   Lokasi Sawah:
    •   Jawa + Bali: 45%
    •   Sumatera: 22,4%
    •   Sulawesi: 11,1%
    •   NTT & Maluku: 6,4%
    •   Kalimantan: 1,4%
    •   Papua: 0,32 %
   Alih Fungsi: 80 ribu ha per tahun (BPN)
    • Di Pulau Jawa: 43 ribu ha per tahun
 Indonesia,  pemilik air segar kelima
  terbesar di dunia setelah Brazil, Russia,
  Cina, dan Kanada
 Produksi air: 2530 km3 per tahun


 Penggunaan   untuk sawah tinggi  tidak
 efisien
 Konversike lahan pertanian, terjadi dari
 lahan hutan

 Konversi   non pertanian ke pertanian
  tidak terjadi
 Penggunaan lahan campur: pertanian
  dan non pertanian
Erosi  peristiwa tanah pindah atau terangkut
       atau bagian-bagian tanah dari suatu
       tempat ke tampat lain oleh media
       alami ( Hudson, 1981)
Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan
angin dan
Erosi air --> air ( Iklim basah ini yg penting)
             tenaga memecah (dispersi) hujan
               dan angkut (transportasi) atau Sifat
               sifat fisik hujan dan sifat-sifat tanah
Erosi normal/alami dan dipercepat, kmd erosi
dipercepat yg menjadi perhatian konservasi
tanah
Berdasarkan bentuk Erosi ada :

Erosi lembar
Erosi Alur
Erosi Parit
Erosi Tebing Sungai
Longsor
Erosi Internal
Proses      Erosi --> 1) penghancuran
 struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh
 energi tumbuk butir-butir hujan yang
 menimpa tanah (Dh) dan peren-daman oleh
 air yg tergenang (proses dispersi), dan
 pemindahan      (pengang-kutan)      butir-butir
 tanah oleh percikan hujan (Th), dan 2)
 penghancuran struktur tanah (D1) diikuti
 pengangkutan butir-butir tanah tsb. (T1) oleh
 air yg mengalir di permukaan tanah
Land unit  satuan lahan yang mempunyai
karakteristik tertentu. Karakteristik lahan
tsb sama (homogen) dalam hal tanah, iklim,
geologi, topogrqfi, vegetasi dll
            dasar perhitungan besar erosi



             Erosi
             Erosifitas
             (sifat-sifat fisik hujan)
             Erodibilitas
             (sifat-sifat fisik tanah)
 Wischmeier dan Smith (1965,1978)
                Persamaan USLE
 (Universal Soil Loss Equation)

A    = R x K x LS x P x C

 Dimana :
    A = besarnya erosi yg akan terjadi
    R = faktor hujan atau indeks erosivi-
         tas hujan
    K = faktor erodibilitas tanah
    L = faktor panjang lereng
    S = factor kemiringan
    P = factor konservasi tanah
    C = factor pengelolaan tanaman
 Erosivitas   hujan --- Hujan ---- Energi  R

 Erodibilitas   :
 - Sifat fisik tanah                      K

    - Pengelolaan : - Pengelolaan lahan    LS

-   Pengelolaan Tanaman                   P

                                      dan C
P      Konservasi/pengawetan tanah
  tidak hanya tindakan pengelolaan
  secara Mekanis atau Fisis tetapi termasuk
  berbagai usaha yg bertujuan mengurangi
  EROSI
Tabel 1. Nilai P menurut persamaan USLE
No   Perlakuan konservasi tanah   Nilai P

 1   Penanaman menurut kontur
     Slope < 9 %                   0,50
     Slope 9 – 20 %                0,75
     Slope > 20 %                  0,90
 2   Guludan dengan rumput         0,50

 3   Teras tradisional             0,40

 4   Teras bangku
     Tinggi                        0,04
     Sedang                        0,15
     Rendah                        0,35
 5   Tanpa Konservasi              1,00
C      indeks pengelolaan tanaman
      sifat perlindungan tanaman dinilai
  sejak penglahan lahan hingga panen
  bahkan sampai penanaman berikutnya
No        Perlakuan Tanaman          Nikai C
1    Tanah kosong                     1,00
2    Sawah ber-irigasi                0,01
3    Sawah tadah hujan                0,05
4    Tegalan tanpa tanaman khusus     0,07
5    Kebun campuran dg macam-
     macam tanaman penutup tanah :    0,10
     Kerapatan tinggi                 0,30
     Kerapatan sedang                 0,50
     Kerapatan rendah
6    Hutan tanpa tanaman penutup      0,03
7    Hutan perawan                    0,01
8    Jagung                           0,66
 Proses    Erosi --> 1) penghancuran struktur tanah
    menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk
    butir-butir hujan yang menimpa tanah (Dh) dan
    perendaman oleh air yg tergenang (proses
    dispersi), dan pemindahan (pengang-kutan)
    butir-butir tanah oleh percikan hujan (Th), dan 2)
    penghancuran struktur tanah (D1) diikuti
    pengangkutan butir-butir tanah tsb. (T1) oleh air
    yg mengalir di permukaan tanah.

Erosivitas hujan---Hujan----Energi  R
 Energi   yg bekerja dlm proses erosi  Energi
    potensial (Ep) dan Kinetik (Ek).

 Ep    ada perbedaan ketinggian suatu benda


Ep     = m . g . h dan Ek = 0,5 m. v2

 Dimana    : Ep = energi potensial ( Joule = N m )
             Ek = energi kinetik (Joule)
              m = masa benda (kg)
             g = percepatan gravitasi (m/det2)
             h = perbedaan ketinggian (m)
             v = kecepatan (m/det2)
 Wischmeier    dan Smith (1958) menya-
    takan bahwa intensitas hujan berhubung-
    an erat dg energi kinetik spt dalam
    persamaan :


     E = 210 + 89 log I
 Dimana    :
     E = energi kinetik (ton m/ha/cm
          hujan)
     i = intensitas hujan (cm/jam)
   Kmd Wischmeier menyatakan bahwa intensitas
    maksmum hujan yang jatuh selama 5, 10, 30 menit
    tdk menunjukkan hubungan erat dg erosi tanah,
    hubungan yg sangat nyata di tunjukkan oleh hasil
    perkalian antara hujan maksimum selama 30 menit
    dan Ek nya, seperti pd persamaan :

      EI30 = (E. I30)/100

 Dimana :
 EI30 = interaksi energi dg intensitas maksimum
         selama 30 menit (ton meter/ha/cm/jam)
E     = energi kinetik selama periode hujan (ton
         meter/ha)
 I30 = intensitas maksimum 30 menit (cm/jam)
   Oleh karena itu I30 dinyatakan sbg indeks potensial erosi
    hujan

   Untuk menghitung EI30 diperlukan data dari penakar
    hujan otomatik/recorder. Adapun penentuan EI30 dapat
    dilakukan dg prosedur sbb :








   dan bila tdk tersedia itu maka digunakan data sekunder
    dari hujan harian spt yg dikembangkan oleh Bols (1978)
    yi:

   Erosivitas hujan harian (ErH)
 Agar usaha pengendalian erosi dapat
 efektif pada masing-masing LU harus
 diklasifikasikan berdasarkan  tingkat
 Bahaya Erosi (TBE)
Tabel              Klas Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
=========================================================================================================

Erosi                                     Klas Erosi
           -----------------------------------------------------------------------------------------
                          I           II              III                IV                 V
            ---------------------------------------------------------------------------------------
Solum tanah                                            Erosi ton/ha/tahun
           ----------------------------------------------------------------------------------------
                     <15          15 – 60          60 – 180 180 – 480 >480
---------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Dalam              SR               R                S                 B             SB
        >90            0                I               II                III             IV
B. Sedang              R              S                 B                SB             SB
      60 - 90          I               II              III               IV              IV
C. Dangkal S                          B                SB                SB              SB
      30 – 60          II            III                IV               IV              IV
D. Sangat              B            SB                SB                SB               SB
     Dangkal III                     IV                IV                IV               IV
--------------------------------------------------------------------------------------------------
 Keterangan  :
   0 – SR = sangat ringan
   I – R = ringan
   II – S = sedang
   III – B = berat
   IV – SB = sangat berat

More Related Content

More from Nurul Aulia

1. teknik evaluasi mutu komoditas pertanian 1
1. teknik evaluasi mutu komoditas pertanian   11. teknik evaluasi mutu komoditas pertanian   1
1. teknik evaluasi mutu komoditas pertanian 1Nurul Aulia
 
Adsorpsi desorpsi
Adsorpsi desorpsiAdsorpsi desorpsi
Adsorpsi desorpsiNurul Aulia
 
Presentasi ruliana
Presentasi rulianaPresentasi ruliana
Presentasi rulianaNurul Aulia
 
Presentasi intan
Presentasi intanPresentasi intan
Presentasi intanNurul Aulia
 
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosferHandout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosferNurul Aulia
 
Tanah sebagai media_tanam
Tanah sebagai media_tanamTanah sebagai media_tanam
Tanah sebagai media_tanamNurul Aulia
 
Pengawetan & pengolahan
Pengawetan & pengolahanPengawetan & pengolahan
Pengawetan & pengolahanNurul Aulia
 
4 presentation biobriquette-sri_i_endahagustina
4 presentation biobriquette-sri_i_endahagustina4 presentation biobriquette-sri_i_endahagustina
4 presentation biobriquette-sri_i_endahagustinaNurul Aulia
 
Dan kemudian...hening
Dan kemudian...heningDan kemudian...hening
Dan kemudian...heningNurul Aulia
 

More from Nurul Aulia (18)

Presentasi iis
Presentasi iisPresentasi iis
Presentasi iis
 
1. teknik evaluasi mutu komoditas pertanian 1
1. teknik evaluasi mutu komoditas pertanian   11. teknik evaluasi mutu komoditas pertanian   1
1. teknik evaluasi mutu komoditas pertanian 1
 
Aktivitas air
Aktivitas airAktivitas air
Aktivitas air
 
Adsorpsi desorpsi
Adsorpsi desorpsiAdsorpsi desorpsi
Adsorpsi desorpsi
 
Kekuatan tanah
Kekuatan tanahKekuatan tanah
Kekuatan tanah
 
Makalah eca
Makalah ecaMakalah eca
Makalah eca
 
Presentasi eca
Presentasi ecaPresentasi eca
Presentasi eca
 
Makalah ruliana
Makalah rulianaMakalah ruliana
Makalah ruliana
 
Presentasi ruliana
Presentasi rulianaPresentasi ruliana
Presentasi ruliana
 
Makalah intan
Makalah intanMakalah intan
Makalah intan
 
Presentasi intan
Presentasi intanPresentasi intan
Presentasi intan
 
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosferHandout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
 
Air tanah
Air tanahAir tanah
Air tanah
 
Tanah sebagai media_tanam
Tanah sebagai media_tanamTanah sebagai media_tanam
Tanah sebagai media_tanam
 
Pengawetan & pengolahan
Pengawetan & pengolahanPengawetan & pengolahan
Pengawetan & pengolahan
 
4 presentation biobriquette-sri_i_endahagustina
4 presentation biobriquette-sri_i_endahagustina4 presentation biobriquette-sri_i_endahagustina
4 presentation biobriquette-sri_i_endahagustina
 
Dan kemudian...hening
Dan kemudian...heningDan kemudian...hening
Dan kemudian...hening
 
Bioarang
BioarangBioarang
Bioarang
 

1.kontrak dan pengantar tpta

  • 1.
  • 2. HARI Rabu (Jam 07.30 – 09.10)
  • 4.  Hujan turun ke lingkungan binaan manusia yang di penuhi oleh gedung, jalan, tempat parkir, taman, lahan lainnya dan mencari jalan ketujuannya secara alami, sebagian lagi mengalir di permukaan mencari daerah yang lebih rendah, ke sungai, danau, ke laut atau menggenangi daerah dataran rendah.
  • 5. Dengan demikian, masalah utama dari air hujan adalah : • Mengalirkan air hujan yang tidak di inginkan yaitu air hujan di atap, air permukaan dan air dalam tanah agar menjauh dari bangunan. • Mengalirkan air permukaan dan air dalam tanah keluar dair tapak, ke pembuangan umum agar tidak terjadi genangan atau banjir. • Mengendalikan aliran air hujan agar tidak terjadi erosi atau perubahan permukaan tanah.
  • 6.  Nilai Akhir = NUSIP + NUTA + NITUG + NIPRAK NUSIP = Nilai Ujian SIsiPan (25 %); NUTA = Nilai Ujian uTAma (25 %) ; NITUG = NIlai TUGas terstrukur (20%) ; NIPRAK = NIlai PRAKtikum (30 %) ; KEH = 5 % Kehadiran ( ?)  Kesetaraan Nilai Akhir A >= 80,00 B 66 – 79,99 C 56 – 65,99 D 46 – 55,99 E <= 45,00
  • 7.  Kontrak belajar Pendahuluan  Siklus Air dan Infiltrasi  Aliran permukaan dan Sungai  Erosi dan Faktor-Faktor yg mempengaruhi  Cara Penentuan Besar Erosi  Metode Konservasi Tanah dan air
  • 8.
  • 9. Kondisi tanah dan air sebagai sumber daya alam semakin lama semakin menurun potensinya atau umumnya mengalami degradasi sedemikian rupa shg memerlukan usaha-usaha konservasi Pengawetan Tanah dan Air
  • 10. Pengawetan tanah --> penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tsb dan memper- lakukannya sesuai dg syarat-syarat yg diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah Usaha konservasi tanah ditujukan : >mencegah kerusakan tanah oleh erosi >memperbaiki tanah yg rusak >memelihara serta meningkatkan produkti- vitas tanah agar dapat dipergunakan lestari
  • 11. Konservasi konservasi tanah air Konservasi air --> penggunaan air yg jatuh ke tanah untuk pertanian se-efisien mungkin, dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yg merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau Oleh karena itu --> PTA sering disebut juga Konservasi Tanah dan Air yi upaya untuk menjaga dan meningkatkan produktivi- tas tanah, kuantitas dan kualitas air
  • 12. • Water resource conservation is aimed to preserve the continuous existence of support capacity, catchment capacity, and function of water resource. • Water resource conservation is carried out through activities of water resource restoration and continuity, water preservation, as well as water quality management and water pollution control that follow the design of water resource management determined for each river basin/ area. • Criteria of water resource conservation becomes reference in spatial planning.
  • 13.
  • 14. Air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melangsungkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya. Pembangunan di bidang sumber daya air pada dasarnya merupakan upaya untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat
  • 15. PULAU SUMATERA PULAU KALIMANTAN PULAU MALUKU KETERSEDIAAN AIR TOTAL KETERSEDIAAN AIR TOTAL KETERSEDIAAN AIR TOTAL 480,968.0 (Juta m3) 25 % Tot. Nas 556,699.0 (Juta m3) 28 % Tot. Nas 61.776,0 (Juta m3) 4 % Tot. Nas MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU 384,774.4 (Juta m3) 96,193.6 (Juta m3) 389,689.3 (Juta m3) 167,009.7 (Juta m3) 49.420,8 (Juta m3) 12.355,2 (Juta m3) KEBUTUHAN AIR TOTAL KEBUTUHAN AIR TOTAL KEBUTUHAN AIR TOTAL MUSIM HUJAN • Secara umum, di Indonesia tersedia air yang 19,965.7 (Juta m3) 18 % Tot. Nas MUSIM KEMARAU MUSIM HUJAN 4,898.0 (Juta m3) 4 % Tot. Nas MUSIM KEMARAU MUSIM HUJAN 235,7 (Juta m3) 0.2 Tot. Nas MUSIM KEMARAU 3 3 3 3 3 3 8,319.0 (Juta m ) 11,646.7 (Juta m ) 2,040.8 (Juta m ) 2,857.2 (Juta m ) 98,2 (Juta m ) 137,5 (Juta m ) SURPLUS sangat banyak namun ketersediaannya tidak SURPLUS SURPLUS SURPLUS SURPLUS SURPLUS sesuai waktu dan tempat. PULAU PAPUA KETERSEDIAAN AIR TOTAL • Sebaran ketersediaan air pada musim hujan 545,377.0 (Juta m3) MUSIM HUJAN 28 % Tot. Nas MUSIM KEMARAU 80% (sekitar 5 bulan) dan 20% tersedia pada 381,763.9 (Juta m3) 163,613.1 (Juta m3) KEBUTUHAN AIR TOTAL 137.2 (Juta m3) 0.1 % Tot. Nas musim kemarau (sekitar 7 bulan). MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU 3 3 • Di Pulau Jawa hanya tersedian 4,5% padahal 57.2 (Juta m ) SURPLUS 80.0 (Juta m ) SURPLUS penduduknya 65%. PULAU SULAWESI KETERSEDIAAN AIR TOTAL 143,778.0 (Juta m3) 7 % Tot. Nas MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU 129,400.2 (Juta m3) 14,377.8 (Juta m3) KEBUTUHAN AIR TOTAL PULAU JAWA DAN BALI PULAU NUSA TENGGARA NERACA AIR PER PULAU TAHUN 2003 3 15,440.0 (Juta m ) 14 % Tot. Nas KETERSEDIAAN AIR TOTAL KETERSEDIAAN AIR TOTAL Sumber : Dep. Kimpraswil (2004) MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU 126,451.0 (Juta m3) 7 % Tot. Nas 42,156.0 (Juta m3) 2 % Tot. Nas 3 3 6,433.3 (Juta m ) 9,006.7 (Juta m ) MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU SURPLUS SURPLUS 101,160.8 (Juta m3) 25,290.2 (Juta m3) 37,940.4 (Juta m3) 4,215.6 (Juta m3) KEBUTUHAN AIR TOTAL KEBUTUHAN AIR TOTAL 65,839.1 (Juta m3) 59 % Tot. Nas 5,760.0 (Juta m3) 5 % Tot. Nas MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU 3 3 3 3 27,432.9 (Juta m ) 38,406.1 (Juta m ) 1,440.0 (Juta m ) 4,320.0 (Juta m ) SURPLUS DEFISIT SURPLUS DEFISIT
  • 16. Penyediaan Kebutuhan 2005 Konflik  Kerusakan Daerah disintegrasi Penduduk Tangkapan Air Antar-wilayah, Antar-kepentingan bertambah 2015 S2 Debit Air D1 PENYEDIAAN Celah Kekura ngan S1 melebar Air KEBUTUHAN 2025 D2 - Kondisi DAS memburuk - Kualitas O&P jelek Rehabilitasi/Upgdaring Peningkatan Kerusakan Air tanah terkuras Kesejahteraan Masa Infrastruktur bencana Masyarakat lingkungan
  • 17. Antar Sektor Antar Wilayah Antar Generasi • Antar pengguna • Dimensi ruang • Dimensi waktu • Mencerminkan • Kelestarian/ • Antar hulu dan hilir pertentangan kelas Keberlanjutan dalam masyarakat • Antar wilayah • Perubahan pendapatan administrasi • Konflik inter- dan intra- • Antar negara sektor
  • 18. ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan dalam perspektif ruang dan waktu.  meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumber daya air, baik air permukaan maupun air tanah.  menurunnya kemampuan penyediaan air.  meningkatnya potensi konflik air.  kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi.  makin meluasnya abrasi pantai.  lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan.  rendahnya kualitas pengelolaan data dan sistem informasi.
  • 19.
  • 20. TANAH terbentuk melalui proses penghawaan/pelapukan batuan yang berjalan sangat lambat, sedimentasi yang terbawa erosi, dan dekomposisi organisme mati. Tanah mentah (immature soil) belum memiliki lapisan, terdiri dari batuan induk di bagian bawah & pecahan batu di bagian atas. Tanah muda (young soil) terdiri dari batu dengan lapisan tipis tanah. Tanah matang (mature soil) memiliki lapisan/horizon yang jelas dengan tekstur dan komposisi yang bervariasi sesuai tipe* tanahnya. Pengetahuan Lingkungan © 2004 Departemen Biologi ITB (dnc/rre)
  • 21. Tanah mentah Tanah muda *Tipe tanah dipengaruhi oleh : Tanah  Iklim matang  Topografi  Jenis batuan induk  Vegetasi & organisme lain  Waktu pembentukan Pengetahuan Lingkungan © 2004 Departemen Biologi ITB (dnc/rre) Ilustrasi: Miller 2000
  • 22. PERMASALAHAN TANAH Tanah tampak sebagai sumber daya alam yang stabil, permanen dan dapat diperbarui, tetapi sebenarnya untuk mengubah batuan kerak Bumi menjadi tanah (dengan ketebalan hanya + 15 cm) dibutuhkan waktu yang sangat lama. Kini tanah semakin cepat rusak karena a.l:  Erosi yang disebabkan oleh penggundulan hutan, pertanian, pertambangan & pembangunan fisik.  Penurunan kesuburan: hilangnya bahan organik & rusaknya struktur tanah. Pencemaran tanah oleh adanya pembuangan limbah dan penimbunan bahan berbahaya & radioaktif.P  Penggurunan akibat penebangan hutan, pertambangan tanpa reklamasi, penggembalaan yang berlebihan, irigasi & penggaraman.  Pengerasan tanah karena penggunaan mesin dan pertanian di lahan yang tidak tepat. Pengetahuan Lingkungan © 2004 Departemen Biologi ITB (dnc/rre)
  • 23. PENANGGULANGAN MASALAH TANAH (beberapa hal yang dapat dilakukan)  Konservasi tanah secara fisik, kimiawi & biologis, mis. dengan terasering, penanaman contour, penanaman dalam jalur (strip cropping). Kegiatan manusia (misalnya pertanian) mempengaruhi  Penggunaan pupuk organik & penanaman kondisi tanah dan daur materi/mineral dalam dengan rotasi. ekosistem.  Penghutanan kembali.  Pengurangan penggaraman & penggenangan Contoh: apabila tanaman dipanen, maka sebagian (waterlogging). mineral akan dikeluarkan dari ekosistem dan akan  Evaluasi tata guna lahan. terdapat mata rantai yang hilang dalam daur mineral  pupuk perlu ditambahkan kepada tanah pertanian.
  • 24. LAHAN (land) adalah daratan yang membentang di permukaan Bumi dan menjadi tempat utama kegiatan manusia. Tata guna lahan: untuk permukiman, pertanian, kehutanan, pertambangan, daerah rekreasi dll. Di dunia (perkiraan tahun 1998): 37.0% hutan & padang rumput 32.0% pertanian 30.2% tidak cocok dikembangkan 0.8% dikembangkan untuk kepentingan manusia > Tata guna lahan dipengaruhi oleh a.l.: topografi, formasi geologis, lokasi, jenis tanah, iklim, vegetasi.
  • 25. VII VI IV III VIII I VI II Contoh: 8 kelas lahan untuk pertanian* I & II paling baik untuk pertanian karena datar & bertanah subur III, IV, V kurang sesuai karena kemiringan lahan VI, VII kurang sesuai karena lahan miring dan berbatu VIII tidak sesuai karena jenis tanah yang berlumpur dan tidak subur *klasifikasi juga dilakukan untuk fungsi lahan lainnya (rekreasi, jalan dsb) Pengetahuan Lingkungan © 2004 Departemen Biologi ITB (dnc/rre) Ilustrasi: Raven et al. 1998, Kupchella & Hyland 1993
  • 26. Nilai lahan tergantung pada karakter fisis, lokasi, iklim, topografi, pendapat masyarakat, faktor institusional, kemampuan teknologi untuk menggarap tanah dll. Namun faktor ekonomi sangat menentukan tata guna lahan. Pengelolaan lahan yang menguntungkan secara ekonomi tidak selalu baik bila dipandang dari segi ekologi, sehingga tidak selalu ‘menguntungkan’ lingkungan dalam jangka panjang. PERMASALAHAN LAHAN Jumlah penduduk dan kegiatan ekonomi (industrialisasi) yang terus meningkat mengakibatkan: Penggunaan lahan berubah sesuai kebutuhan dan kegiatan masyarakat. Contoh: di pedesaan, hutan diubah menjadi daerah pertanian; di perkotaan, daerah pertanian diubah menjadi non-pertanian (Perubahan fungsi lahan di Indonesia terutama terjadi di Pulau Jawa. Fungsi lahan terutama berubah menjadi perkotaan, jalanan & industri). Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan prinsip ekologi  mis. menjadi lahan kritis PENANGGULANGAN MASALAH LAHAN Keputusan Pemerintah berdasarkan evaluasi lahan (potensi, kesesuaian, faktor sosioekonomi)  pengelolaan sesuai dengan Tata Ruang Nasional RI Informasi tentang sumberdaya lahan yang diperlukan (mis. untuk pertanian: informasi iklim, tanah, hidrologi dsb.) Konservasi
  • 27. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
  • 28.  Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
  • 29. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.  Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena keadaan dan sifat fisik wilayahnya perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap guna kepentingan pengaturan tata air, pencegahan bahaya banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah baik dalam kawasan hutan yang bersangkutan maupun kawasan di sekitarnya dan kawasan bawahannya.
  • 30. Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu, yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.  Kawasan taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang di dalamnya terdapat jenis-jenis tumbuhan, satwa atau ekosistem yang khas, yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya dan pariwisata.  Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata alam.
  • 31. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.  Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.  Kawasan sekitar waduk/danau/situ adalah kawasan di sekeliling waduk/danau/situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau/situ.  Situ adalah suatu wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang airnya berasal dari tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologi yang potensial dan merupakan salah satu bentuk kawasan lindung.
  • 32. Kawasan budidaya pertanian tanaman tahunan/perkebunan adalah kawasan budidaya pertanian dengan tanaman tahunan/perkebunan sebagai tanaman utama yang dikelola dengan masukan teknologi sederhana sampai tinggi, dengan memperhatikan asas konservasi tanah dan air. Kawasan ini bisa berupa perkebunan besar, perkebunan rakyat, maupun hutan produksi.  Kawasan budidaya pertanian lahan basah adalah kawasan budidaya pertanian yang memiliki sistem pengairan tetap yang memberikan air secara terus menerus sepanjang tahun, musiman atau bergilir dengan tanaman utama padi.  Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan kering adalah areal lahan kering yang keadaan dan sifat fisiknya sesuai bagi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Kawasan ini berupa areal pertanian dengan sistem pengelolaan lahan kering dengan kegiatan utama pertanian tanaman pangan dan dapat dikombinasikan dengan perkebunan tanaman hortikultura dan atau usaha tani peternakan.  Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
  • 33.  Banyaklokasi lahan subur di perdesaan yang berubah fungsi, atau konversi menjadi lahan non pertanian • Padahal pertanian yang memiliki produksi tinggi, dengan input yang minimal adalah yang menggunakan lahan subur  menghasilkan keuntungan tertinggi • Berlokasi dekat dengan perkotaan, atau di areal datar
  • 34.  Terlampau tingginya konversi lahan pertanian ke non pertanian di perdesaan, mengakibatkan semakin terdesaknya kehidupan perdesaan  Semakin tidak tersedianya lapangan kerja bagi penduduk perdesaan yang sebagian besar ketrampilannya berada di sektor pertanian  Semakin terdesaknya cara hidup perdesaan di desa sendiri
  • 35. Luas Sawah (ha) di Indonesia • 1997: 8,5 juta • 2000: 7,8 juta  Lokasi Sawah: • Jawa + Bali: 45% • Sumatera: 22,4% • Sulawesi: 11,1% • NTT & Maluku: 6,4% • Kalimantan: 1,4% • Papua: 0,32 %  Alih Fungsi: 80 ribu ha per tahun (BPN) • Di Pulau Jawa: 43 ribu ha per tahun
  • 36.  Indonesia, pemilik air segar kelima terbesar di dunia setelah Brazil, Russia, Cina, dan Kanada  Produksi air: 2530 km3 per tahun  Penggunaan untuk sawah tinggi  tidak efisien
  • 37.
  • 38.
  • 39.  Konversike lahan pertanian, terjadi dari lahan hutan  Konversi non pertanian ke pertanian tidak terjadi  Penggunaan lahan campur: pertanian dan non pertanian
  • 40.
  • 41.
  • 42.
  • 43.
  • 44. Erosi  peristiwa tanah pindah atau terangkut  atau bagian-bagian tanah dari suatu  tempat ke tampat lain oleh media  alami ( Hudson, 1981) Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin dan Erosi air --> air ( Iklim basah ini yg penting)  tenaga memecah (dispersi) hujan dan angkut (transportasi) atau Sifat sifat fisik hujan dan sifat-sifat tanah Erosi normal/alami dan dipercepat, kmd erosi dipercepat yg menjadi perhatian konservasi tanah
  • 45. Berdasarkan bentuk Erosi ada : Erosi lembar Erosi Alur Erosi Parit Erosi Tebing Sungai Longsor Erosi Internal
  • 46. Proses Erosi --> 1) penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah (Dh) dan peren-daman oleh air yg tergenang (proses dispersi), dan pemindahan (pengang-kutan) butir-butir tanah oleh percikan hujan (Th), dan 2) penghancuran struktur tanah (D1) diikuti pengangkutan butir-butir tanah tsb. (T1) oleh air yg mengalir di permukaan tanah
  • 47. Land unit  satuan lahan yang mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik lahan tsb sama (homogen) dalam hal tanah, iklim, geologi, topogrqfi, vegetasi dll  dasar perhitungan besar erosi Erosi Erosifitas (sifat-sifat fisik hujan) Erodibilitas (sifat-sifat fisik tanah)
  • 48.  Wischmeier dan Smith (1965,1978)   Persamaan USLE  (Universal Soil Loss Equation)  A = R x K x LS x P x C   Dimana :  A = besarnya erosi yg akan terjadi  R = faktor hujan atau indeks erosivi-  tas hujan  K = faktor erodibilitas tanah  L = faktor panjang lereng  S = factor kemiringan  P = factor konservasi tanah  C = factor pengelolaan tanaman
  • 49.  Erosivitas hujan --- Hujan ---- Energi  R   Erodibilitas :  - Sifat fisik tanah  K  - Pengelolaan : - Pengelolaan lahan  LS  - Pengelolaan Tanaman  P   dan C
  • 50. P  Konservasi/pengawetan tanah   tidak hanya tindakan pengelolaan secara Mekanis atau Fisis tetapi termasuk berbagai usaha yg bertujuan mengurangi EROSI
  • 51. Tabel 1. Nilai P menurut persamaan USLE No Perlakuan konservasi tanah Nilai P 1 Penanaman menurut kontur Slope < 9 % 0,50 Slope 9 – 20 % 0,75 Slope > 20 % 0,90 2 Guludan dengan rumput 0,50 3 Teras tradisional 0,40 4 Teras bangku Tinggi 0,04 Sedang 0,15 Rendah 0,35 5 Tanpa Konservasi 1,00
  • 52. C  indeks pengelolaan tanaman   sifat perlindungan tanaman dinilai sejak penglahan lahan hingga panen bahkan sampai penanaman berikutnya
  • 53. No Perlakuan Tanaman Nikai C 1 Tanah kosong 1,00 2 Sawah ber-irigasi 0,01 3 Sawah tadah hujan 0,05 4 Tegalan tanpa tanaman khusus 0,07 5 Kebun campuran dg macam- macam tanaman penutup tanah : 0,10 Kerapatan tinggi 0,30 Kerapatan sedang 0,50 Kerapatan rendah 6 Hutan tanpa tanaman penutup 0,03 7 Hutan perawan 0,01 8 Jagung 0,66
  • 54.  Proses Erosi --> 1) penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah (Dh) dan perendaman oleh air yg tergenang (proses dispersi), dan pemindahan (pengang-kutan) butir-butir tanah oleh percikan hujan (Th), dan 2) penghancuran struktur tanah (D1) diikuti pengangkutan butir-butir tanah tsb. (T1) oleh air yg mengalir di permukaan tanah.  Erosivitas hujan---Hujan----Energi  R
  • 55.  Energi yg bekerja dlm proses erosi  Energi potensial (Ep) dan Kinetik (Ek).  Ep  ada perbedaan ketinggian suatu benda  Ep = m . g . h dan Ek = 0,5 m. v2   Dimana : Ep = energi potensial ( Joule = N m )  Ek = energi kinetik (Joule)  m = masa benda (kg)  g = percepatan gravitasi (m/det2)  h = perbedaan ketinggian (m)  v = kecepatan (m/det2)
  • 56.  Wischmeier dan Smith (1958) menya- takan bahwa intensitas hujan berhubung- an erat dg energi kinetik spt dalam persamaan :   E = 210 + 89 log I  Dimana :  E = energi kinetik (ton m/ha/cm  hujan)  i = intensitas hujan (cm/jam)
  • 57. Kmd Wischmeier menyatakan bahwa intensitas maksmum hujan yang jatuh selama 5, 10, 30 menit tdk menunjukkan hubungan erat dg erosi tanah, hubungan yg sangat nyata di tunjukkan oleh hasil perkalian antara hujan maksimum selama 30 menit dan Ek nya, seperti pd persamaan :   EI30 = (E. I30)/100   Dimana :  EI30 = interaksi energi dg intensitas maksimum  selama 30 menit (ton meter/ha/cm/jam) E = energi kinetik selama periode hujan (ton  meter/ha)  I30 = intensitas maksimum 30 menit (cm/jam)
  • 58. Oleh karena itu I30 dinyatakan sbg indeks potensial erosi hujan   Untuk menghitung EI30 diperlukan data dari penakar hujan otomatik/recorder. Adapun penentuan EI30 dapat dilakukan dg prosedur sbb :          dan bila tdk tersedia itu maka digunakan data sekunder dari hujan harian spt yg dikembangkan oleh Bols (1978) yi:   Erosivitas hujan harian (ErH)
  • 59.  Agar usaha pengendalian erosi dapat efektif pada masing-masing LU harus diklasifikasikan berdasarkan  tingkat Bahaya Erosi (TBE)
  • 60. Tabel Klas Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ========================================================================================================= Erosi Klas Erosi ----------------------------------------------------------------------------------------- I II III IV V --------------------------------------------------------------------------------------- Solum tanah Erosi ton/ha/tahun ---------------------------------------------------------------------------------------- <15 15 – 60 60 – 180 180 – 480 >480 --------------------------------------------------------------------------------------------------- A. Dalam SR R S B SB >90 0 I II III IV B. Sedang R S B SB SB 60 - 90 I II III IV IV C. Dangkal S B SB SB SB 30 – 60 II III IV IV IV D. Sangat B SB SB SB SB Dangkal III IV IV IV IV --------------------------------------------------------------------------------------------------
  • 61.  Keterangan :  0 – SR = sangat ringan  I – R = ringan  II – S = sedang  III – B = berat  IV – SB = sangat berat