4. Hujan turun ke lingkungan binaan manusia
yang di penuhi oleh gedung, jalan, tempat
parkir, taman, lahan lainnya dan mencari
jalan ketujuannya secara alami, sebagian
lagi mengalir di permukaan mencari daerah
yang lebih rendah, ke sungai, danau, ke
laut atau menggenangi daerah dataran
rendah.
5. Dengan demikian, masalah
utama dari air hujan adalah :
• Mengalirkan air hujan yang
tidak di inginkan yaitu air
hujan di atap, air permukaan
dan air dalam tanah agar
menjauh dari bangunan.
• Mengalirkan air permukaan
dan air dalam tanah keluar
dair tapak, ke pembuangan
umum agar tidak terjadi
genangan atau banjir.
• Mengendalikan aliran air
hujan agar tidak terjadi erosi
atau perubahan permukaan
tanah.
6. Nilai Akhir = NUSIP + NUTA + NITUG + NIPRAK
NUSIP = Nilai Ujian SIsiPan (25 %);
NUTA = Nilai Ujian uTAma (25 %) ;
NITUG = NIlai TUGas terstrukur (20%) ;
NIPRAK = NIlai PRAKtikum (30 %) ;
KEH = 5 % Kehadiran ( ?)
Kesetaraan Nilai Akhir
A >= 80,00
B 66 – 79,99
C 56 – 65,99
D 46 – 55,99
E <= 45,00
7. Kontrak belajar Pendahuluan
Siklus Air dan Infiltrasi
Aliran permukaan dan Sungai
Erosi dan Faktor-Faktor yg mempengaruhi
Cara Penentuan Besar Erosi
Metode Konservasi Tanah dan air
8.
9. Kondisi tanah dan air sebagai sumber daya alam
semakin lama semakin menurun potensinya atau
umumnya mengalami degradasi sedemikian rupa
shg memerlukan usaha-usaha konservasi
Pengawetan Tanah dan Air
10. Pengawetan tanah --> penempatan setiap
bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai
dengan kemampuan tanah tsb dan memper-
lakukannya sesuai dg syarat-syarat yg diperlukan
agar tidak terjadi kerusakan tanah
Usaha konservasi tanah ditujukan :
>mencegah kerusakan tanah oleh erosi
>memperbaiki tanah yg rusak
>memelihara serta meningkatkan produkti-
vitas tanah agar dapat dipergunakan lestari
11. Konservasi konservasi
tanah air
Konservasi air --> penggunaan air yg jatuh ke tanah
untuk pertanian se-efisien mungkin, dan pengaturan waktu
aliran sehingga tidak terjadi banjir yg merusak dan terdapat
cukup air pada waktu musim kemarau
Oleh karena itu --> PTA sering disebut juga
Konservasi Tanah dan Air yi upaya untuk
menjaga dan meningkatkan produktivi-
tas tanah, kuantitas dan kualitas air
12. • Water resource conservation is aimed to preserve the
continuous existence of support capacity, catchment
capacity, and function of water resource.
• Water resource conservation is carried out through
activities of water resource restoration and continuity,
water preservation, as well as water quality management
and water pollution control that follow the design of water
resource management determined for each river basin/
area.
• Criteria of water resource conservation becomes
reference in spatial planning.
14. Air merupakan kebutuhan pokok manusia
untuk melangsungkan kehidupan dan
meningkatkan kesejahteraannya.
Pembangunan di bidang sumber daya air
pada dasarnya merupakan upaya untuk
memberikan akses secara adil kepada
seluruh masyarakat
15. PULAU SUMATERA PULAU KALIMANTAN PULAU MALUKU
KETERSEDIAAN AIR TOTAL KETERSEDIAAN AIR TOTAL KETERSEDIAAN AIR TOTAL
480,968.0 (Juta m3) 25 % Tot. Nas 556,699.0 (Juta m3) 28 % Tot. Nas 61.776,0 (Juta m3) 4 % Tot. Nas
MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU
384,774.4 (Juta m3) 96,193.6 (Juta m3) 389,689.3 (Juta m3) 167,009.7 (Juta m3) 49.420,8 (Juta m3) 12.355,2 (Juta m3)
KEBUTUHAN AIR TOTAL KEBUTUHAN AIR TOTAL KEBUTUHAN AIR TOTAL
MUSIM HUJAN
• Secara umum, di Indonesia tersedia air yang
19,965.7 (Juta m3) 18 % Tot. Nas
MUSIM KEMARAU MUSIM HUJAN
4,898.0 (Juta m3) 4 % Tot. Nas
MUSIM KEMARAU MUSIM HUJAN
235,7 (Juta m3) 0.2 Tot. Nas
MUSIM KEMARAU
3 3 3 3 3 3
8,319.0 (Juta m ) 11,646.7 (Juta m ) 2,040.8 (Juta m ) 2,857.2 (Juta m ) 98,2 (Juta m ) 137,5 (Juta m )
SURPLUS sangat banyak namun ketersediaannya tidak
SURPLUS SURPLUS SURPLUS SURPLUS SURPLUS
sesuai waktu dan tempat. PULAU PAPUA
KETERSEDIAAN AIR TOTAL
• Sebaran ketersediaan air pada musim hujan 545,377.0 (Juta m3)
MUSIM HUJAN
28 % Tot. Nas
MUSIM KEMARAU
80% (sekitar 5 bulan) dan 20% tersedia pada 381,763.9 (Juta m3) 163,613.1 (Juta m3)
KEBUTUHAN AIR TOTAL
137.2 (Juta m3) 0.1 % Tot. Nas
musim kemarau (sekitar 7 bulan). MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU
3 3
• Di Pulau Jawa hanya tersedian 4,5% padahal 57.2 (Juta m )
SURPLUS
80.0 (Juta m )
SURPLUS
penduduknya 65%. PULAU SULAWESI
KETERSEDIAAN AIR TOTAL
143,778.0 (Juta m3) 7 % Tot. Nas
MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU
129,400.2 (Juta m3) 14,377.8 (Juta m3)
KEBUTUHAN AIR TOTAL
PULAU JAWA DAN BALI PULAU NUSA TENGGARA NERACA AIR PER PULAU TAHUN 2003 3
15,440.0 (Juta m ) 14 % Tot. Nas
KETERSEDIAAN AIR TOTAL KETERSEDIAAN AIR TOTAL Sumber : Dep. Kimpraswil (2004)
MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU
126,451.0 (Juta m3) 7 % Tot. Nas 42,156.0 (Juta m3) 2 % Tot. Nas 3 3
6,433.3 (Juta m ) 9,006.7 (Juta m )
MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU
SURPLUS SURPLUS
101,160.8 (Juta m3) 25,290.2 (Juta m3) 37,940.4 (Juta m3) 4,215.6 (Juta m3)
KEBUTUHAN AIR TOTAL KEBUTUHAN AIR TOTAL
65,839.1 (Juta m3) 59 % Tot. Nas 5,760.0 (Juta m3) 5 % Tot. Nas
MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU
3 3 3 3
27,432.9 (Juta m ) 38,406.1 (Juta m ) 1,440.0 (Juta m ) 4,320.0 (Juta m )
SURPLUS DEFISIT SURPLUS DEFISIT
16. Penyediaan Kebutuhan
2005
Konflik
Kerusakan Daerah disintegrasi Penduduk
Tangkapan Air Antar-wilayah, Antar-kepentingan bertambah
2015
S2
Debit Air
D1 PENYEDIAAN Celah
Kekura
ngan
S1 melebar
Air
KEBUTUHAN 2025
D2
- Kondisi DAS memburuk
- Kualitas O&P jelek
Rehabilitasi/Upgdaring
Peningkatan
Kerusakan Air tanah terkuras Kesejahteraan
Masa
Infrastruktur bencana Masyarakat
lingkungan
17. Antar Sektor Antar Wilayah Antar Generasi
• Antar pengguna • Dimensi ruang • Dimensi waktu
• Mencerminkan • Kelestarian/
• Antar hulu dan hilir
pertentangan kelas Keberlanjutan
dalam masyarakat
• Antar wilayah
• Perubahan pendapatan
administrasi
• Konflik inter- dan intra-
• Antar negara
sektor
18. ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan dalam
perspektif ruang dan waktu.
meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung
sumber daya air, baik air permukaan maupun air tanah.
menurunnya kemampuan penyediaan air.
meningkatnya potensi konflik air.
kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi.
makin meluasnya abrasi pantai.
lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan.
rendahnya kualitas pengelolaan data dan sistem informasi.
23. PENANGGULANGAN MASALAH TANAH
(beberapa hal yang dapat dilakukan)
Konservasi tanah secara fisik, kimiawi &
biologis, mis. dengan terasering, penanaman
contour, penanaman dalam jalur (strip
cropping).
Kegiatan manusia (misalnya pertanian) mempengaruhi Penggunaan pupuk organik & penanaman
kondisi tanah dan daur materi/mineral dalam dengan rotasi.
ekosistem. Penghutanan kembali.
Pengurangan penggaraman & penggenangan
Contoh: apabila tanaman dipanen, maka sebagian (waterlogging).
mineral akan dikeluarkan dari ekosistem dan akan Evaluasi tata guna lahan.
terdapat mata rantai yang hilang dalam daur mineral
pupuk perlu ditambahkan kepada tanah pertanian.
24. LAHAN (land) adalah daratan yang membentang di permukaan Bumi dan
menjadi tempat utama kegiatan manusia.
Tata guna lahan: untuk permukiman, pertanian, kehutanan,
pertambangan, daerah rekreasi dll.
Di dunia (perkiraan tahun 1998):
37.0% hutan & padang rumput
32.0% pertanian
30.2% tidak cocok dikembangkan
0.8% dikembangkan untuk kepentingan manusia
> Tata guna lahan dipengaruhi oleh a.l.: topografi, formasi geologis,
lokasi, jenis tanah, iklim, vegetasi.
26. Nilai lahan tergantung pada karakter fisis, lokasi, iklim, topografi, pendapat masyarakat, faktor
institusional, kemampuan teknologi untuk menggarap tanah dll. Namun faktor ekonomi sangat
menentukan tata guna lahan.
Pengelolaan lahan yang menguntungkan secara ekonomi tidak selalu baik bila dipandang dari segi
ekologi, sehingga tidak selalu ‘menguntungkan’ lingkungan dalam jangka panjang.
PERMASALAHAN LAHAN
Jumlah penduduk dan kegiatan ekonomi (industrialisasi) yang terus meningkat mengakibatkan:
Penggunaan lahan berubah sesuai kebutuhan dan kegiatan masyarakat.
Contoh: di pedesaan, hutan diubah menjadi daerah pertanian; di perkotaan, daerah pertanian diubah
menjadi non-pertanian (Perubahan fungsi lahan di Indonesia terutama terjadi di Pulau Jawa. Fungsi lahan
terutama berubah menjadi perkotaan, jalanan & industri).
Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan prinsip ekologi mis. menjadi lahan kritis
PENANGGULANGAN MASALAH LAHAN
Keputusan Pemerintah berdasarkan evaluasi lahan (potensi, kesesuaian, faktor sosioekonomi)
pengelolaan sesuai dengan Tata Ruang Nasional RI
Informasi tentang sumberdaya lahan yang diperlukan (mis. untuk pertanian: informasi iklim, tanah,
hidrologi dsb.)
Konservasi
27. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai
kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber
daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
28. Kawasan budidaya adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan.
29. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang
karena keadaan dan sifat fisik wilayahnya perlu dibina
dan dipertahankan sebagai hutan dengan penutupan
vegetasi secara tetap guna kepentingan pengaturan
tata air, pencegahan bahaya banjir dan erosi serta
pemeliharaan kesuburan tanah baik dalam kawasan
hutan yang bersangkutan maupun kawasan di
sekitarnya dan kawasan bawahannya.
30. Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena
keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan
ekosistemnya atau ekosistem tertentu, yang perlu dilindungi dan
perkembangannya berlangsung secara alami.
Kawasan taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang di
dalamnya terdapat jenis-jenis tumbuhan, satwa atau ekosistem yang
khas, yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya dan pariwisata.
Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang
terutama dimanfaatkan untuk pariwisata alam.
31. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi sungai.
Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi mata air.
Kawasan sekitar waduk/danau/situ adalah kawasan di sekeliling
waduk/danau/situ yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau/situ.
Situ adalah suatu wadah genangan air di atas permukaan tanah
yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang airnya
berasal dari tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologi
yang potensial dan merupakan salah satu bentuk kawasan
lindung.
32. Kawasan budidaya pertanian tanaman tahunan/perkebunan adalah kawasan
budidaya pertanian dengan tanaman tahunan/perkebunan sebagai tanaman
utama yang dikelola dengan masukan teknologi sederhana sampai
tinggi, dengan memperhatikan asas konservasi tanah dan air. Kawasan ini bisa
berupa perkebunan besar, perkebunan rakyat, maupun hutan produksi.
Kawasan budidaya pertanian lahan basah adalah kawasan budidaya pertanian
yang memiliki sistem pengairan tetap yang memberikan air secara terus
menerus sepanjang tahun, musiman atau bergilir dengan tanaman utama padi.
Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan kering adalah areal lahan
kering yang keadaan dan sifat fisiknya sesuai bagi tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Kawasan ini berupa areal
pertanian dengan sistem pengelolaan lahan kering dengan kegiatan utama
pertanian tanaman pangan dan dapat dikombinasikan dengan perkebunan
tanaman hortikultura dan atau usaha tani peternakan.
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
33. Banyaklokasi lahan subur di perdesaan
yang berubah fungsi, atau konversi
menjadi lahan non pertanian
• Padahal pertanian yang memiliki produksi
tinggi, dengan input yang minimal adalah yang
menggunakan lahan subur menghasilkan
keuntungan tertinggi
• Berlokasi dekat dengan perkotaan, atau di
areal datar
34. Terlampau tingginya konversi lahan pertanian
ke non pertanian di perdesaan,
mengakibatkan semakin terdesaknya
kehidupan perdesaan
Semakin tidak tersedianya lapangan kerja
bagi penduduk perdesaan yang sebagian
besar ketrampilannya berada di sektor
pertanian
Semakin terdesaknya cara hidup perdesaan
di desa sendiri
35. Luas Sawah (ha) di Indonesia
• 1997: 8,5 juta
• 2000: 7,8 juta
Lokasi Sawah:
• Jawa + Bali: 45%
• Sumatera: 22,4%
• Sulawesi: 11,1%
• NTT & Maluku: 6,4%
• Kalimantan: 1,4%
• Papua: 0,32 %
Alih Fungsi: 80 ribu ha per tahun (BPN)
• Di Pulau Jawa: 43 ribu ha per tahun
36. Indonesia, pemilik air segar kelima
terbesar di dunia setelah Brazil, Russia,
Cina, dan Kanada
Produksi air: 2530 km3 per tahun
Penggunaan untuk sawah tinggi tidak
efisien
37.
38.
39. Konversike lahan pertanian, terjadi dari
lahan hutan
Konversi non pertanian ke pertanian
tidak terjadi
Penggunaan lahan campur: pertanian
dan non pertanian
40.
41.
42.
43.
44. Erosi peristiwa tanah pindah atau terangkut
atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat ke tampat lain oleh media
alami ( Hudson, 1981)
Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan
angin dan
Erosi air --> air ( Iklim basah ini yg penting)
tenaga memecah (dispersi) hujan
dan angkut (transportasi) atau Sifat
sifat fisik hujan dan sifat-sifat tanah
Erosi normal/alami dan dipercepat, kmd erosi
dipercepat yg menjadi perhatian konservasi
tanah
45. Berdasarkan bentuk Erosi ada :
Erosi lembar
Erosi Alur
Erosi Parit
Erosi Tebing Sungai
Longsor
Erosi Internal
46. Proses Erosi --> 1) penghancuran
struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh
energi tumbuk butir-butir hujan yang
menimpa tanah (Dh) dan peren-daman oleh
air yg tergenang (proses dispersi), dan
pemindahan (pengang-kutan) butir-butir
tanah oleh percikan hujan (Th), dan 2)
penghancuran struktur tanah (D1) diikuti
pengangkutan butir-butir tanah tsb. (T1) oleh
air yg mengalir di permukaan tanah
47. Land unit satuan lahan yang mempunyai
karakteristik tertentu. Karakteristik lahan
tsb sama (homogen) dalam hal tanah, iklim,
geologi, topogrqfi, vegetasi dll
dasar perhitungan besar erosi
Erosi
Erosifitas
(sifat-sifat fisik hujan)
Erodibilitas
(sifat-sifat fisik tanah)
48. Wischmeier dan Smith (1965,1978)
Persamaan USLE
(Universal Soil Loss Equation)
A = R x K x LS x P x C
Dimana :
A = besarnya erosi yg akan terjadi
R = faktor hujan atau indeks erosivi-
tas hujan
K = faktor erodibilitas tanah
L = faktor panjang lereng
S = factor kemiringan
P = factor konservasi tanah
C = factor pengelolaan tanaman
49. Erosivitas hujan --- Hujan ---- Energi R
Erodibilitas :
- Sifat fisik tanah K
- Pengelolaan : - Pengelolaan lahan LS
- Pengelolaan Tanaman P
dan C
50. P Konservasi/pengawetan tanah
tidak hanya tindakan pengelolaan
secara Mekanis atau Fisis tetapi termasuk
berbagai usaha yg bertujuan mengurangi
EROSI
51. Tabel 1. Nilai P menurut persamaan USLE
No Perlakuan konservasi tanah Nilai P
1 Penanaman menurut kontur
Slope < 9 % 0,50
Slope 9 – 20 % 0,75
Slope > 20 % 0,90
2 Guludan dengan rumput 0,50
3 Teras tradisional 0,40
4 Teras bangku
Tinggi 0,04
Sedang 0,15
Rendah 0,35
5 Tanpa Konservasi 1,00
52. C indeks pengelolaan tanaman
sifat perlindungan tanaman dinilai
sejak penglahan lahan hingga panen
bahkan sampai penanaman berikutnya
53. No Perlakuan Tanaman Nikai C
1 Tanah kosong 1,00
2 Sawah ber-irigasi 0,01
3 Sawah tadah hujan 0,05
4 Tegalan tanpa tanaman khusus 0,07
5 Kebun campuran dg macam-
macam tanaman penutup tanah : 0,10
Kerapatan tinggi 0,30
Kerapatan sedang 0,50
Kerapatan rendah
6 Hutan tanpa tanaman penutup 0,03
7 Hutan perawan 0,01
8 Jagung 0,66
54. Proses Erosi --> 1) penghancuran struktur tanah
menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk
butir-butir hujan yang menimpa tanah (Dh) dan
perendaman oleh air yg tergenang (proses
dispersi), dan pemindahan (pengang-kutan)
butir-butir tanah oleh percikan hujan (Th), dan 2)
penghancuran struktur tanah (D1) diikuti
pengangkutan butir-butir tanah tsb. (T1) oleh air
yg mengalir di permukaan tanah.
Erosivitas hujan---Hujan----Energi R
55. Energi yg bekerja dlm proses erosi Energi
potensial (Ep) dan Kinetik (Ek).
Ep ada perbedaan ketinggian suatu benda
Ep = m . g . h dan Ek = 0,5 m. v2
Dimana : Ep = energi potensial ( Joule = N m )
Ek = energi kinetik (Joule)
m = masa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
h = perbedaan ketinggian (m)
v = kecepatan (m/det2)
56. Wischmeier dan Smith (1958) menya-
takan bahwa intensitas hujan berhubung-
an erat dg energi kinetik spt dalam
persamaan :
E = 210 + 89 log I
Dimana :
E = energi kinetik (ton m/ha/cm
hujan)
i = intensitas hujan (cm/jam)
57. Kmd Wischmeier menyatakan bahwa intensitas
maksmum hujan yang jatuh selama 5, 10, 30 menit
tdk menunjukkan hubungan erat dg erosi tanah,
hubungan yg sangat nyata di tunjukkan oleh hasil
perkalian antara hujan maksimum selama 30 menit
dan Ek nya, seperti pd persamaan :
EI30 = (E. I30)/100
Dimana :
EI30 = interaksi energi dg intensitas maksimum
selama 30 menit (ton meter/ha/cm/jam)
E = energi kinetik selama periode hujan (ton
meter/ha)
I30 = intensitas maksimum 30 menit (cm/jam)
58. Oleh karena itu I30 dinyatakan sbg indeks potensial erosi
hujan
Untuk menghitung EI30 diperlukan data dari penakar
hujan otomatik/recorder. Adapun penentuan EI30 dapat
dilakukan dg prosedur sbb :
dan bila tdk tersedia itu maka digunakan data sekunder
dari hujan harian spt yg dikembangkan oleh Bols (1978)
yi:
Erosivitas hujan harian (ErH)
59. Agar usaha pengendalian erosi dapat
efektif pada masing-masing LU harus
diklasifikasikan berdasarkan tingkat
Bahaya Erosi (TBE)
60. Tabel Klas Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
=========================================================================================================
Erosi Klas Erosi
-----------------------------------------------------------------------------------------
I II III IV V
---------------------------------------------------------------------------------------
Solum tanah Erosi ton/ha/tahun
----------------------------------------------------------------------------------------
<15 15 – 60 60 – 180 180 – 480 >480
---------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Dalam SR R S B SB
>90 0 I II III IV
B. Sedang R S B SB SB
60 - 90 I II III IV IV
C. Dangkal S B SB SB SB
30 – 60 II III IV IV IV
D. Sangat B SB SB SB SB
Dangkal III IV IV IV IV
--------------------------------------------------------------------------------------------------
61. Keterangan :
0 – SR = sangat ringan
I – R = ringan
II – S = sedang
III – B = berat
IV – SB = sangat berat