SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN BAHASA INDONESIA
MELALUI BELAJAR MASTERY LEARNING KELAS IV SD NEGERI 15 BUTON
( STUDI PADA MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON )
PROPOSAL PENELITIAN
MELIYANI AZWAR
NPM. 031701066
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kepada Allah SWT yang maha kuasa atas segala Karunia-Nya Sehingga Penulis
bisa menyelesaikan dengan judul " Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa
Indonesia Melalui Belajar Mastery Learning Kelas IV SD Negeri 15 Buton ( Studi Pada
Mahasiswa Pgsd Universitas Muhammadiyah Buton ).
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan,
petunjuk, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Agus Salim, S.Pd., M.Pd Selaku Dosen Pembimbing I Proposal Penelitian.
2. Kedua Orang Tua saya yang senantiasa mendoakan, mendukung, dan mengerti meadaan
anaknya.
3. Teman - teman Pgsd Angkatan 2017 terima kasih atas kekeluargaan, canda tawa dan
kebersamaan selama ini.
4. Semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal penelitian ini.
Alhamdulillah, Proposal Penelitian ini dapat terselesaikan yang pada akhirnya penulis hanya bisa
menyerahkan kepada Allah SWT, semoga amal dan kebaikan dari semua pihak senantias
mendapat limpahan rahmat dan hidayah-Nya terutama pada penulis dan pihak - pihak yang telah
membantu.
Pasarwajo, 30 Desember 2020
Meliyani Azwar
Npm. 031701066
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa Indonesia Melalui Belajar Mastery
Learning Kelas IV SD Negeri 15 Buton
Nama : Meliyani Azwar
NIM : 031701066
Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Baubau, 08 Februari 2021
Pembimbing I Pembimbing II
Agus Salim, S.Pd., M.Pd Safiudin S.Pd., M.Pd
NIDN. 0915087402 NIDN. 0928078002
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Acoci, S.Pd., M.Pd
NIDN. 0926038406
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian......................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian....................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................7
A. Landasan Teori.........................................................................................................7
1. Hakikat Belajar.....................................................................................................7
2. Pengetian Hasil Belajar.........................................................................................9
B. Hakikat Pembelajaran..............................................................................................11
1. Pengertian Pembelajaran........................................................................................11
2. Keterampilan Guru Dalam Mengajar.....................................................................12
C. Hakekat Keterampilan Menulis .............................................................................21
1. Keterampilan Menulis............................................................................................21
D. Karangan...................................................................................................................23
1. Pengertian Karangan..............................................................................................23
2. Jenis – Jenis Karangan...........................................................................................23
E. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia..............................................................27
1. Pengertian Bahasa..................................................................................................27
2. Peranan Bahasa Indonesia......................................................................................27
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia.............................................................................29
F. Metode Pembelajaran Mastery Learning (Belajar Tuntas).................................30
1. Prinsip Pembelajaran Tuntas..................................................................................30
2. Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas .........................................................................34
3. Kebaikan dan Kelemahan Belajar Tuntas..............................................................36
G. Kerangka Berpikir....................................................................................................38
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................................40
A. Pendekatan dan Metode Penelitian...............................................................................40
B. Latar dan Subjek Penelitian...........................................................................................40
C. Langkah – Langkah Penelitian......................................................................................41
D. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................................48
E. Teknik Analisis Data....................................................................................................49
F. Teknik Penjamin Keabsahan Data ...............................................................................51
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................54
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar
didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran,pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara
mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.
Dari pengertian dan analisis yang ada maka bisa disimpulkan bahwa pendidikan
adalah upaya menuntun anak sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani,
dalam interaksi alam beserta lingkungannya. Dalam pendidikan terdapat dua hal penting
yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita
mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi
juga ada unsure – unsure yang berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain
– lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia
dan menurut Drikarya adalah memanusiakan manusia. Ini menunjukan bahwa para pakar
pun menilai bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja
tapi cakupannya harus lebih luas.
Selanjutnya, menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia adalah proses belajar memahami dan
memproduksi gagasan, perasaan, pesan, informasi, data, dan pengetahuan untuk berbagai
keperluan komunikasi keilmuan, kesastraan, dunia pekerjaan, dan komunikasi sehari –
hari baik secara tertulis maupun lisan.
Tujuan pengajaran bahasa dirumuskan dalam rangka mencapai fungsi suatu bahasa.
Dengan mempertimbangkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, baik dalam
kedudukan sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara (lihat UU RI Nomor
24 tahun 2009), serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual dalam produk
budaya, fungsi mata pelajaran bahasa (dan sastra Indonesia), diarahkan sebagai (1) sarana
pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya (3) sarana peningkatan
pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik
untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah, (5) sarana pengembangan
penalaran, dan (6) sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah
kesusasatraan Indonesia (Depdikbud, 1993/1994; Depdiknas, 2003; Depdiknas, 2006;
lihat pula Kemendibud, 2013a; Kemendikbud, 2013b; Kemendikbud, 2013)
Tujuan pengajaran bahasa Indonesia (dalam beberapa sumber sering digunakan
pembelajaran bahasa) dapat ditemukan dalam berbagai dokumen. Permendiknas 22 tahun
2006 tentang Standar Isi (bandingkan dengan rumusan fungsi dan tujuan dalam Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Depdiknas, 2003 dan
bandingkan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam Kemendikbud, 2013a;
Kemendikbud, 2013b; dan Kemendikbud, 2013c) menyatakan pembelajaran bahasa
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan insane Indonesia. Hal ini sejalan
dengan hakikat belajar bahasa yang utama adalah belajar berkomunikasi, meski ada
beberapa tujuan seseorang belajar bahasa terkait dengan fungsi pendidikan, antara lain
tujuan integrative, instrumental, penalaran, dan kebudayaan. Pengajaran bahasa diarahkan
pada pemberian bantuan atau peluang agar peserta didik mampu mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi
dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta
menggunakan kemaampuan analitis dan imaginative yang ada dalam dirinya.
Belajar tuntas (mastery learning) adalah pencapaian setiap unit bahan pelajaran baik
secara perseorangan maupun kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh (
Suryosubroto, 2002: 96). Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang
dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan ajar, melaksanakan
evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Model pembelajaran yang dapat mendukung terlaksana model sebelumnya yaitu
mastery learning. Mastery learning atau pembelajaran tuntas merupakan model
pembelajaran yang menjadi recovery atau pendamping dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dapat dikatakan sebagai pendamping pembelajaran bahkan model pembelajaran lainnya,
dikarenakan mastery learning mengharuskan semua siswa yang mengikuti pembelajaran
dikelas dapat mengerti apa – apa yang dipelajari. Tidak hanya sebatas itu saja mastery
learning mengharuskan pendidik sebagai fasilitator siswa memberikan waktu tambahan
bagi siswa yang masih belum menguasai pembelajaran yang telah terlaksana di kelas baik
itu pengulangan materi, remedial saat adanya ujian, bahkan waktu tambahan khusus bagi
siswa yang benar – benar membutuhkannya. Dengan waktu yang lebih tentunya semua
siswa akan menguasai pembelajaran yang telah berlalu. Baik bagi siswa yang sudah
terlebih dahulu mudah memahaminya hingga siswa yang sulit memahami pembelajaran
dikelas saat itu.
Berdasarkan uraian latar belakang, penulis mengadakan penelitian berjudul :
Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa Indonesia Melalui Belajar
Mastery Learning Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri 15 Buton.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimana Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa
Indonesia Melalui Belajar Mastery Learning Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas IV SD Negeri 15 Buton.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana cara Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa Indonesia
Melalui Belajar Mastery Learning Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD
Negeri 15 Buto.
D. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yang mencakup aspek teoritis maupun praktis. Kedua manfaat
penelitian yang hendak dicapai dijelasakan sebagai berikut adalah :
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan kontribusi peningkatan kemampuan menulis karangan
Bahasa Indonesia Melalui Metode Masteri Learning Sehingga dapat mendukung
teori untuk mendukung kegiatan penelitian selanjunya yang berkaitan dengan
pembelajaran bahasa indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Penelitian Bagi Guru
Penggunaan metode Masteri Learning dapat memudahkan guru
dalam mengajar keterampilan menulis karangan, semakin terampil dalam
mengelola pembelajaran dan semakin kreatif dalam memilih model
pembelajaran yang inovatif.
b. Bagi Siswa
Dengan Penerapan metode Maateri Learning siswa dapat
menerima pengalaman belajar menulis karangan yang bervariasi sehingga
dapat meningkatkan minat, keaktifan, kreatifitas, dan keterampilan
menulis karangan sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.
c. Bagi Sekolah
Mampu memberikan sumbangan baik serta mendorong sekolah
untuk selalu melakukan inovasi dalam rangka perbaikan pembelajaran
guna peningkatan kualitas pembelajaran bahasa indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Hakikat Belajar
1. Pengertian Belajar
Menurut R. Gagne (1989) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar
merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi
terpadu satu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan
siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Bagi Gagne, belajar di maknai dengan suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pegetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu, Gagne juga menekankan
bahwa belajar sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui
instruksi. Instruksi yang dimaksud adalah perintah atau arahan dan bimbingan dari seorang
pendidik atau guru. Selanjutnya, Gagne dalam teorinya yang disebut The domains of
learning menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi
menjadi lima kategori, yaitu:
1. Keterampilan motoris (motor skill) adalah keterampilan yang diperlihatkan
dari berbagai gerakan badan, misalnya menulis, menendang bola, bertepuk
tangan, berlari, dan loncat.
2. Informasi verbal, informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan otak atau
inteligensi seseorang, misalnya seseorang dapat memahami sesuatu dengan
berbicara, menulis, menggambar, dan sebagainya yang berupa simbol yang
tampak (verbal).
3. Kemampuan intelektual, selain menggunakan simbol verbal, manusia juga
mampu melakukan interaksi dengan dunia luar melalui kemampuan
intelektualnya, misalnya mampu membedakan warna, bentuk, dan ukuran.
4. Strategi kognitif, Gagne menyebutnya sebagai organisasi keterampilan yang
internal (internal organized skill), yang sangat diperlukan untuk belajar
mengingat dan berpikir.
5. Sikap (attitude), sikap merupakan factor yang penting dalam belajar, karena
tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Sikap akan sangat
tergantung pada pendirian, kepribadian, dan keyakinannya, tidak dapat
dipelajari atau dipaksakan, tetapi perlu kesadaran diri yang penuh.
Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993:4), belajar dapat
diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga
mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara menurut E.R.
Hilgard (1962), belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan.
Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tongkah laku,
dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa belajar
merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan,
pembiasaan, pengalaman dan sebagaiya.
Sementara Hamalik (2003) menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau
memperteguh perilaku melalui pengalaman ( learning is defined as the modificator or
strengthening of behavior through experiencing ). Menurut pengertian ini, belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan.
Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, namun lebih
luas dari itu merupakan mengalami. Hamalik juga menegaskan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan
(habit), sikap (afektif),dan keterampilan (psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalam
kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan.
Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar
adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar
untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga
memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam
berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.
3. Pengertian Hasil Belajar
Hasil Belajar, yaitu perubahan – perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil hasil belajar siswa adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk
perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan
instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar
adalah yang berhasil mencapai tujuan – tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi.
Pertimbangan Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (1993: 94 ), bahwa evaluasi
merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif
suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya
evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindaklanjut, atau bahkan cara
untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja
diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan.
Dengan demikian,penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di
sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan
dengan mata pelajaranyang diberikan kepada siswa.
B. Hakikat Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Menurut Romiszowki (1981:4) dalam Winataputra (2008:2)
pembelajaran/instruction adalah sebagai proses pembelajaran yakni proses belajar sesuai
denga rancangan. Unsure kesengajaan dari pihak di luar individu yang melakukan proses
belajar merupakan cirri utama dari konsep instruction. Proses pengajaran ini berpusat
pada tujuan atau goal directed teaching process yang dalam banyak hal dapat
direncanakan sebelumnya (pre-planned). Karena sifat dari proses tersebut, maka proses
belajar yang terjadi adalah proses perubahan perilaku dalam konteks pengalaman yang
memang sebagian besar telah dirancang.
Menurut Budimansyah (2002:1) pembelajaran adalah sebagai perubahan dalam
kemampuan, sikap, atau perilaku siswa yang relative permanen sebagai akibat
pengalaman atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya berlangsung sekejab dan
kemudian kembali ke perilaku semula menunjukkan belum tejadi peristiwa pembelajaran,
walaupun mungkin terjadi pengajaran. Tugas seorang guru adalah membuat agar proses
pembelajaran pada siswa berlangsung secara efektif. Selain focus pada siswa pola fikir
pembelajaran perlu diubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan, siswa
juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan
prinsip keilmuan yang telah dikuasai.
Menurut UUSPN nomor 20 tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ada
lima konsep dalampengertian tersebut yaitu: (1) interaksi, (2) peserta didik, (3) pendidik,
(4) sumber belajar, (5) lingkungan belajar. Ciri utama pembelajaran adalah inisiasi,
fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa.
Dimyati (2002:286) mengemukakan bahwa hakekat pembelajaran adalah:
1. Kegiatan yang dimaksudkan untuk membelajarkan pembelajar,
2. Program pembelajaran yang dirancang dan diimplementasikan (diterapkan) dalam
suatu system,
3. Kegiatan yang dimaksud untuk memberikan pengalaman belajar kepada
pembelajar,
4. Kegiatan yang mengarahkan pembelajar kea rah pencapaian tujuan pembelajaran,
5. Kegiatan yang melibatkan komponen – komponen tujuan, isi pembelajaran,
system penyajian dan system evaluasi dalam realisasinya.
2.Keterampilan Guru Dalam Mengajar
Salah satu kemampuan dasar yang dimiliki oleh guru adalah kemampuan dalam
mengajar. Kemampuan ini membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pengajar. Keterampilan mengajar adalah untuk mencapai tujuan
pengajaran.
Adapun pengertian keterampilan mengajar guru adalah sebagaimana pendapat
Amstrong dkk (1992:33) yaitu kemampuan menspesifikasi tuuan performasi, kemampuan
mendiagnosa murid, keterampilan memilih strategi pelajaran, kemampuan berinteraksi
dengan murid, dan keterampilan menilai efektifitas pengajaran.
Mengajar merupakan proses yang kompleks, tidak sekedar menyampaikan
informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan yang harus
dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada siswa. Menurut Ali
(1987:12) mengartikan mengajar adalah : “Segala upaya yang disengaja dalam rangka
memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan
yang dirumuskan”.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan
mengajar adalah keterampilan yang berkaitan dengan semua aspek kemampuan guru
yang berkaitan erat dengan berbagai tugas guru yang berbentuk keterampilan dalam
rangka memberi rangsangan dan motivasi kepada siswa untuk melaksanakan aktivitas
oleh guru adalah keterampilan untuk membimbing, mengarahkan, membangun siswa
dalam belajar guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan secara terpadu.
Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh seorang tenaga
pengajar, yaitu :
1) Menguasai materi atau bahan ajar yang akan diajarkan (what to teach)
2) Menguasai metodologi atau cara membelajarkannya (how to teach)
Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek no. 2 yaitu cara
membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai
oleh tenaga pengajar, karena dengan keterampilan dasar mengajar memberikan
pengertian lebih dalam mengajar. Mengajar bukan hanya sekedar proses menyampaikan
materi saja, tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti pembinaan sikap,
emosioanal, karakter, kebiasaan dan nilai – nilai.
Diantara keterampilan yang sangat banyak tersebut, terdapat 8 Keterampilan
Dasar Mengajar ( KDM ) yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan
belajar mengajar. Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen dan prinsip – prinsip
dasar tersendiri. Berikut diuraikan delapan keterampilan tersebut dan cara
menggunakannya agar tercipta pembejaran yang kreatif, professional, dan
menyenangkan.
A. Macam – Macam Keterampilan Dasar Mengajar
1. Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang
yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai
dengan hal – hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya
merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Untuk
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu
menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun
ketika menerima jawaban siswa. Dan harus menghindari kebiasaan seperti :
menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang
pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak,
menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan
pertanyaan ganda.
2. Keterampilan Memberikan Penguatan
Penguatan adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun
non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau
umpan balik bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau
koreksi. Keterampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen
yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru
agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis. Komponen
– komponen itu adalah: penguatan verbal, dingkapkan dengan menggunakan
kata – kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan
non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimic dan gerakan badan,
penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan ( contact),
penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol
atau benda dan penguatan tak penuh. Penggunaan penguatan secara evektif
harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas,
kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negative.
3. Keterampilan mengadakan variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses
interaksi belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan siswa
sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, serta penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar
dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di
kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu : a. variasi dalam
cara mengajar guru, meliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice),
pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru
(teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and
movement), gerakan badan mimic: variasi dalam ekspresi eajah guru, dan
pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement).
4. Keterampilan menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan adalah penyajian
informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk
menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Secara garis
besar komponen – komponen keterampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu :
merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan,
penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur – unsure yang dikaitkan
dengan penggunaan hokum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan
hubungan yang telah ditentukan. Dan penyajian suatu penjelasan, dengan
memperhatikan hal – hal sebagai berikut: kejelasan, penggunaan contoh dan
ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau
kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat
pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan
efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran
(closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran
atau kegiatan belajarmengajar. Komponen keterampilan membuka pelajaran
meliputi : menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan
melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi –
materi yang akan dipelajari. Komponen keterampilan menutup pelajaran
meliputi : meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti
pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi.
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai
pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan
masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa
menguasai suatu konsep atau memcahkan suatu masalah melalui satu proses
yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi social, serta berlatih
bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan
kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di
dalamnya keterampilan berbahasa.
7. Keterampilan mengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar.
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar
antara 3 – 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru
memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang
lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa. Komponen keterampilan
yang digunakan adalah : keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi,
keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan
belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
Dalam membuka pelajaran guru haruslah :
(1) Menarik perhatian siswa : beberapa cara yang digunakan guru
untuk menarik perhatian siswa antara lain dengan variasi gaya
mengajar, penggunaan alat bantu mengajar dan pola interaksi yang
bervariasi.
(2) Menimbulkan motivasi : dengan cara menunjukan kehangatan dan
keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide –
ide yang bertentangan dan memperhatikan minat siswa.
(3) Memberikan acuan : usaha memberikan gambaran yang jelas
kepada siswa mengenai yang akan dipelajari dengan cara
mengemukakan secara spesifik dan singkat. Antara lain dengan
mengemukakan kompetensi dasar, indicator hasil belajar.
(4) Membuat kaitan : bahan pengait sangat penting digunakan bila
guru ingin memulai pelajaran baru.
Sedangkan dalam menutup pelajaran guru haruslah :
(1) Meninjau kembali dengan cara merangkum inti pelajaran dan
membuat ringkasan.
(2) Mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya
mendemonstrasikan keterampilan, meminta siswa mengaplikasikan
ide baru dalam situasi lain, mengekspersikan pendapat siswa
sendiri, dan memberikan soal – soal tertulis serta mengekspresikan
ide baru dalam situasi lain, soal tertulis.
(3) Memberi dorongan psikologi atau social.
(4) Interaksi guru dengn siswa saling menghargai dan memberikan
dorongan psikologi dan social dengan memuji hasil yang dicapai,
mengingatkan pentingnya materi, member harapan positif,
meningkatkan percaya diri siswa akan potensi diri.
Tujuan keterampilan membuka dan menutup pelajaran
(1) Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugas – tugas
yang akan dihadapi.
(2) Memungkinkan siswa mengetahui batas – batas tugasnya yang
akan dikerjakan.
(3) Siswa dapat mengetahui pendekatan – pendekatan yang akan
digunakan dalam mempelajari bagian – bagian pelajaran.
(4) Memungkinkan siswa mengetahui hubungan antara pengalaman –
pengalaman yang dikuasai dengan hal – hal baru yang akan
dipelajari.
(5) Memberikan kemungkinan kepada siswa untuk menggabungkan
fakta – fakta, keterampilan – keterampilan, konsep – konsep yang
tercakup dalam suatu peristiwa.
(6) Memungkinkan siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilan
dalam belajar.
C. Hakekat Keterampilan Menulis
1. Keterampilan menulis
Keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke
dalam bahasa tulis melalui kalimat – kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap,
dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca
dengan berhasil (Byme, 1979:3). Penulis biasanya lebih memikirkan apa yang
dikomunikasikan. Namun demikian, penulis tetap harus melibatkan perhatian
pembaca.
Suriamiharja (1997:2) berpendapat bahwa menulis merupakan suatu
kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan. Menulis merupakan kegiatan
berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain.
Akhadiah (1997:9) juga berpendapat bahwa menulis merupakan suatu proses
pemikiran, dimulai dengan pemikiran tentang apa yang disampaikan. Menulis
merupakan ajang komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat – alat penjelas
serta aturan – aturan ejaan dan tanda baca. Sejalan dengan pendapat Suriamiharja
dan Akhadiah, John Harris dalam bukunya introducing writing mengungkapkan
bahwa “ writing is a process that occurs over aperiod of time…” (menulis
merupakan suatu proses yang terjadi melalui sebuah periode waktu…). Hal ini
membuktikan menulis bukanlah suatu hal mudah.
Selain pendapat tersebut, Tarigan (1986:3) berpendapat bahwa menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung dan tidak bertatap muka dengan orang lain. Lebih lanjut
Tarigan menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu proses menirukan,
melukiskan lambing – lambing grafis yang menggambarkan bahwa suatu bahasa
yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang –
lambang grafis tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
menulis merupakan aktivitas manusia yang terarah dan sadar untuk menuangkan
ide, gagasan, pikiran, perasaan, atau pengalaman dalam bentuk tulisan yang
diorganisasikan secara sistematis dengan menggunakan kalimat yang logis,
sehingga orang lain dapat memahami maksud yang disampaikan sesuai dengan
tujuan penulis.
Pada prinsipnya fungsi utama dari menulis adalah sebagai alat komunikasi
yang tidak langsung. Maksud dan tujuan menulis yang dimaksudkan adalah
respon atau jawaban yang diharapkan akan terjadi pada diri pembaca.
Sehubungan dengan hal ini, Hartig dalam Tarigan (1983:24-25) mengemukakan
tujuan penulisan, yaitu: (1) assignment purpose (tujuan penugasan), tujuan
penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuam sama sekali, penulis menulis
sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa
diberi tugas merangkum buku: sekretaris yang ditugaskan membuat laporan,
notulen rapat); (2) altruistic purpose (tujuan altruistik).
D. Karangan
1. Pengertian Karangan
Menurut Keraf (1994:2) karangan adalah bahasa tulis yang
merupakan rangkaian kata demi kata sehingga menjadi sebuah kalimat,
paragraph, dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami.
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan karangan adalah hasil rangkaian kegiatan seseorang
dalam mengungkapkan gagasan atau buah pikirannya melalui bahasa tulis
yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain yang membacanya.
2. Jenis – Jenis Karangan
Keraf (dalam Hartono 2000:37) membagi jenis karangan menjadi
lima macam, yaitu argumentasi, narasi, persuasi, eksposisi, dan deskripsi.
Paragraph argumentasi adalah paragraph yang mengandung argument atau
pendapat, data, dan fakta-fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya. Gagasan
kritis siswa merupakan faktor penentu tingkat kualitas paragraph argumentasi.
Menulis paragraph argumentasi merupakan kegiatan membuat paragraph
yang pola pengembangannya berdasarkan argument atau alasan-alasan yang
disampaikan penulis. Paragraph argumentasi menyertakan fakta, data, dan
argument-argumen. Mastika (2001) mengemukakan bahwa paragraph
argumentasi (karangan argumentasi) merupakan perbincangan, kritikan dan
pembahasan.
Menurut Dalman (2015:106) karangan narasi suatu bentuk tulisan yang
berupa cerita yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak
tindak manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke
waktu, juga didalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik yang
disusun secara sistematis. Dalman (2015:106-107) karangan narasi memiliki
beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut : (1) Agar pembaca seolah-olah sudah
menyaksikan atau mengalami peristiwa yang diceritakan; (2) Berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai kejadian
yang telah terjadi, dan menyampaikan yang terkandung di dalamnya agar sampai
kepada pembaca atau pendengar; (3) Untuk menggerakkan aspek emosi; (4)
Membentuk citra / imajinasi para pembaca; (5) memberikan informasi dan
memperluas pengetahuan pembaca.
Menurut Handayani, dkk (2011:160) menjelaskan bahwa, “Karangan
persuasi adalah karangan yang bersifat membujuk secara halus (supaya menjadi
yakin)”. Karangan persuasi yaitu kalimat yang bertujuan membujuk, merayu,
menyuruh, menghimbau, memerintah, mengajak, dan menyarankan. Berdasarkan
pendapat ahli diatas bahwa karangan persuasi adalah karangan yang berisi ajakan
atau bujukan agar pembaca mengikuti atau mengadopsi petunjuk petunjuk yang
ditulis dalam teks. Persuasi bertujuan untuk meyakinkan seseorang baik pembaca
atau juga pendengar agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis.
Eksposisi berasal dari kata latin yang berarti memberitahukan,
memaparkan, menguraikan. Didalam eksposisi, bahan yang akan
dikomunikasikan adalah semata –mata informasi. Informasi ini mungkin berupa
data factual; misalnya tentang kejadian sejarah, tentang bagaimana sesuatu
bekerja; tentang bagaimana suatu operasi atau proses suatu pekerjaan.
Karangan eksposisi atau paparan adalah jenis karangan yang berusaha
menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas
pengetahuan pembaca. Karangan eksposisi termasuk jenis karangan bahasan.
Karangan bahasan adalah karangan yang menjelaskan sesuatu, misalnya tentang
arti sesuatu, tentang peristiwa, tentang proses dan lain – lain. Cara
menerangkannya antara lain dengan mendefenisikan, menguraikan,
membandingkan dan menafsirkan (Rusyana,1984:135).
Tujuan yang diharapkan adalah bisa memberikan informasi yang sejelas-
jelasnya, dan dapat membuktikan kebenarannya, sering pula dilampirkan daftar
angka-angka, statistic, gambar, denah, peta, diagram, organisasi dan sebagainya.
Menurut Suparno (2003:4-5), deskripsi berasal dari kata bahasa Latin
describere yang berarti menggambarkan atau memberikan suatu hal. Dalam arti
kata deskripsi adalah suatu bentuk paragraph yang melukiskan sesuatu sesuai
dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat,
mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra
penulisannya. Karangan deskripsi yang bersifat deskriptif bertujuan melukiskan
dengan jelas atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas –
jelasnya, sehingga pembaca seolah – olah dapat melihat dan mendengar,
membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan.
Hal ini dapat dilihat pada contoh menulis deskripsi dibawah ini.
Malam ini indah sekali. Di langit bintang – bintang berkelip – kelip
memancarkan cahaya. Hawa dingin, burung malam dan kelelawar mengusik
sepinya malam. Angin berhembus pelan dan tenang disinari rembulan.
E. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang berupa system simbol bunyi
yang dihasilkan dari ucapan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial
membutuhkan sarana untuk berinteraksi dengan manusia lainnya dimasyarakat.
Bahasa adalah alat untuk berinteraksi dengan orang lain dan sebagai alat
bantu berpikir. Bahasa erat hubungannya dengan budaya mengingat bahasa erat
kaitannya dengan pola piker suatu masyarakat. Artinya, bahasa memegang
peranan yang sangat penting di dalam proses berpikir dan kreativitas setiap
individu. Bahasa bersifat simbolis, artinya suatu kata mampu melambangkan arti
apapun. Melalui bahasa terjadi pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi
selanjutnya. Misalnya, seorang pelukis di pantai panjang Bengkulu membimbing
muridnya cara melukis bunga Raflesia dengan menggunakan bahasa Bengkulu.
Seorang guru bahasa daerah seperti bahasa kagannga di daerah Curup akan
mengajarkan siswa nya menggunakan bahasa kagangga. Begitu juga, para ustads
di MDA akan mengajarkan muridnya seni membaca al – Qur’an dengan bahasa
Arab dan bahasa daerah setempat.
2. Peranan Bahasa Indonesia
a. Sebagai Bahasa Nasional
Bahasa Persatuan kita, memiliki nilai – nilai sosial budaya
luhur bangsa yang harus dipertahankan dan direalisasikan dalam
kehidupan sehari – hari tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak
acuh. Indonesia memiliki banyak budaya dan bahasa yang berbeda – beda
hamper di setiap daerah. Pastinya, tidak akan mungkin kita bisa saling
memahami ketika berkomunikasi antar sesama. Oleh karena itulah betapa
pentingnya kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa
dan sebagai alat penghubungan antar budaya dan daerah.
b. Sebagai bahasa Negara
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa
Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28
Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai
bahasa Negara, bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai : bahasa dalam
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta menjadi bahasa resmi kenegaraan,
pengantar di lembaga – lembaga pendidikan / pemanfaatan ilmu
pengetahuan, pengembangan kebudayaan, pemerintah dll.
c. Sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
Menurut Sunaryo tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa
Indonesia) IPTEK tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu, bahasa
Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi,
dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus
berfungsi sebagai sarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa
serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang.
Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa
sebagai prasarana berpikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam
menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir karena bahasa
merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah
membelajarkan peserta didik tentang keterampilan berbahasa Indonesia
yang baik dan benar sesuai tujuan dan fungsinya. Menurut Atmazaki, mata
pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika
yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
Negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan
sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa, dan menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai
khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
F. Metode Pembelajaran Mastery Learning ( Belajar Tuntas )
1. Prinsip Pembelajaran Tuntas
Belajar Tuntas ( Mastery Learning ) adalah pencapaian taraf pengusaan minimal
yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun
kelompok, dengan kata lain apa yang dipelajari peserta didik dapat dikuasai
sepenuhnya ( Moh. User, 1993:96).
Apabila pembelajaran tuntas dilakukan dalam kondisi yang tepat maka semua
peserta didik mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal
terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil
yang maksimal, pembelajaran tuntas harus dilakukan dengan sistematis. Strategi
pembelajaran tuntas dapat diterapkan secara tuntas untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Benyamin. S. Bloom menyebutkan 3 strategi dalam belajar tuntas yaitu
mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar.
Selanjutnya mengimplementasikan dalam pembelajaran kalsikal dengan memberikan
“ bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi :
(1) Corrective Technique. Pengajaran remedial, yang dilakukan dengan
memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta
didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya.
(2) Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan
( belum menguasai bahan secara tuntas ) ( Yamin, 2006:121-122).
Prinsip – prinsip dasar belajar tuntas adalah :
(1) Bakat
Setiap guru hendaknya menyadari bahwa bakat setiap individu
berbeda satu dengan lainnya. Demikian pula dalam kemampuan untuk
menangkap pelajaran dan tingkat usahanya bervariasi (Hamadi,
2005:157).
(2) Mutu pengajaran
Mutu pengajaran ini berkaitan dengan cara seorang guru
menyampaikan materinya sehingga pelajaran itu berhasil dan berkualitas.
(3) Kemampuan memahami pengajaran
Kemampuan untuk memahami pengajaran menggambarkan
kemampuan peserta didik untuk memperoleh manfaat dari pengajaran itu
dan erat kaitannya dengan kecerdasannya secara umum. Model ini
memandang bahwa kualitas pengajaran dan kemampuan peserta didik
untuk memahami pengajaran itu berinteraksi untuk mempengaruhi jumlah
waktu yang dibutuhkannya untuk menguasai tugas secara tuntas sesuai
dengan aptitude-nya. Jika kualitas pengajarannya dan kemampuannya
untuk memahami itu tinggi, maka dia hanya membutuhkan sedikit waktu
tambahan atau tidak sama sekali. Sebaliknya, jika kedua faktor tersebut
rendah, maka dia akan membutuhkan banyak waktu tambahan.
(4) Ketekunan
Siswa yang tekun mengulang kembali pelajaran akan
menjadikan siswa cepat memahami sehingga pembelajaran yang
dilakukan akan berhasil.
(5) Waktu
Faktor waktu dipergunakan sebagai satu variable dalam
mengindividualisasikan pembelajaran dan dengan demikian dapat
menghasilkan ketuntasan belajar peserta didik. Dalam Winnetka Plan,
kecepatan kegiatan belajar peserta didik ditentukan oleh peserta didik
sendiri. Masing – masing peserta didik diberi waktu sesuai dengan
kebutuhannya untuk menuntaskan satu unit. Dalam metode Morrison,
masing – masing peserta didik diberi waktu belajar sesuai dengan tuntutan
guru hingga semua atau hamper semua peserta didik menuntaskan unit itu
(Block, 1971:4).
Ciri – ciri pembelajaran dengan prinsip pembelajaran tuntas adalah sebagai
berikut :
(1) Pengajaran didasarkan atas tujuan – tujuan pendidikan yang
telah ditentukan terlebih dahulu.
(2) Memperhatikan perbedaan individu.
(3) Evaluasi yang dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas
criteria.
(4) Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan.
(5) Menggunakan prinsip peserta didik belajar aktif.
(6) Menggunakan satuan pelajaran yang kecil.
Seorang peserta didik tidak mencapai tingkat keberhasilan yang
dituju, hal ini tidakdisediakan jumlah waktu yang cukup, sesuai dengan
kebutuhan peserta didik atau karena waktu yang disediakan dan
sebenarnya cukup itu tidak digunakan dengan sungguh – sungguh. Dengan
demikian, tingkat penguasaan dalam belajar tergantung dengan jumlah
waktu yang disediakan, misalnya bila seseorang hanya belajar dengan
sungguh – sungguh selama 2 jam, padahal disediakan jumlah waktu 3 jam,
maka tingkat penguasaan atau tingkat keberhasilan hanya mencapai 67%
dari target yang direncanakan. Waktu yang disediakan untuk belajar,
selain bergantung pada kecepatan belajar peserta didik, juga ikut
ditentukan oleh kualitas pengajaran dan kemahiran peserta didik untuk
menangkap suatu uraian dalam bentuk lisan dan tertulis (Winkel, 1996:
414). Pada dasarnya belajar tuntas ( mastery learning ) akan menciptakan
peserta didik memiliki kemampuan dan mengembangkan potensi yang
dimilikinya, mengecilkan perbedaan antara anak cerdas dengan anak yang
tidak cerdas. Belajar tuntas (mastery learning) menciptakan peserta didik
dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga di dalam kelas tidak terjadi
anak cerdas akan mencapai semua tujuan pembelajaran atau tidak
mencapai sama sekali tujuan pembelajaran.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas
Setelah guru melakukan proses perencanaan maka tahap selanjutnya yaitu proses
pelaksanaan belajar tuntas. Pelaksanaan belajar tuntas terdiri atas langkah – langkah
sebagai berikut:
a) Kegiatan orientasi. Kegiatan ini mengorientasi peserta didik terhadap
strategi belajar tuntas yang berkenaan dengan orientasi tentang apa yang
akan dipelajari oleh peserta didik dalam jangka satu semester dan cara
belajar yang harus dilakukan oleh peserta didik. Dalam hal ini guru
menjelaskan keseluruhan bahan yang telah direncanakan dalam table
spesifikasi, lalu dilanjutkan dengan prates yang isinya sama dengan isi tes
sumatif.
b) Kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar ini yang
harus dilakukan oleh seorang guru yaitu :
1. Guru memperkenalkan TIK pada satuan pelajaran yang akan
dipelajari dengan cara memperkenalkan table spesifikasi tentang
arti dan cara mempergunakannya untuk kepentingan bimbingan
belajar atau menunjukan topic umum atau konsep umum yang akan
dipelajari.
2. Penyajian rencana kegiatan belajar mengajar berdasarkan standar
kelompok. Dengan cara ini para peserta didik akan terhindar dari
kebingungan dan menumbuhkan gagasan tentang strategi belajar
yang perlu dilakukan sendiri.
3. Penyajian pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan satuan
pelajaran.
4. Melaksanakan diagnostic progress test.
5. Mengidentifikasi kemampuan belajar peserta didik yang telah
memuaskan dan yang belum memuaskan.
6. Memberikan kegiatan korektif kepada peserta didik yang hasil
belajarnya “belum memuaskan”. Ada tiga teknik yang dapat
dikembangkan yaitu : bantuan tutor teman sekelas, guru
mengajarkan kembali bahan yang berhubungan dengan pokok ujian
apabila sebagian besar peserta didik belum memuaskan. Peserta
didik yang bersangkutan memilih sendiri daftar korektif yang telah
disediakan dan melakukannya secara individual.
7. Memonitor keefekrifan kegiatan korektif.
8. Menentapkan kembali peserta didik yang hasil belajarnya
memuaskan.
c) Menentukan tingkat penguasaan bahan. Setelah pelajaran selesai
dilakukan maka guru melakukan tes untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan peserta didik.
d) Memberikan atau melaporkan kembali tingkat penguasaan setiap peserta
didik. Kegiatan ini bertujuan agar mengetahui tingkat penguasaan setiap
peserta didik. Mereka diberi table spesifikasi, bahan yang sudah dikuasai
diberi tanda M (mastery) sedangkan yang belum diberi tanda NM (non
mastery).
e) Pengecekan keefektifan keseluruhan program. Keefektifan strategi belajar
tuntas ditandai berdasarkan hasil yang dicapai oleh peserta didik. Untuk
itu ada dua cara yang dapat ditempuh oleh guru : 1) membandingkan hasil
yang dicapai oleh kelas yang menggunakan strategi belajar tuntas dengan
kelas yang menggunakan strategi lain. 2) terlebih dahulu membuat
hipotesis tentang hasil belajar jika menggunakan strategi belajar tuntas
lalu dibuktikan berdasarkan hasil belajar kelas senyatanya. Dengan cara
demikian maka dapat diketahui keefektifan keseluruhan program yang
telah dilaksanakan.
3.Kebaikan Dan Kelemahan Belajar Tuntas
1. Kebaikan Belajar Tuntas
a) Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang
berpegang pada prinsip perbedaan individual dan belajar kelompok.
b) Strategi ini memungkinkan peserta didik belajar lebih aktif sebagaimana
disarankan dalam konsep CBSA yang member kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri
dengan menemukan dan bekerja sendiri.
c) Dalam strategi ini guru dan peserta didik diminta bekerja sama secara
partisipatif dan persuasive, baik dalam proses belajar maupun dalam proses
bimbingan terhadap peserta didik lainnya.
d) Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil belajar.
e) Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar peserta didik
mengandung unsure objektivitas yang tinggi.
2. Kelemahan Belajar Tuntas
a) Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat
perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu semester,
disamping penyusunan satuan – satuan pelajaran yang lengkap dan
menyeluruh.
b) Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai
kegiatan, yang berarti menuntut macam – macam kemampuan yang
memadai.
c) Guru – guru yang sudah terbiasa dengan cara – cara lama akan
mengalami hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang relative
lebih sulit dan masih baru.
d) strategi ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana, dan
waktu yang cukup besar.
e) untuk melaksanakan strategi ini mengacu kepada penguasaan materi
belajar secara tuntas sehingga menuntut para guru agar menguasai materi
tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Sehingga para
guru harus lebih banyak menggunkan sumber – sumber yang lebih luas
(Hamalik, 2001:86).
G. Kerangka Berpikir
Adapun pengertian menulis banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Rofi’udin
dan Zuhdi (1999:263) pada hakikatnya menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa
untuk menyatakan ide, pikiran, atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa tulis. Menulis merupakan aktivitas pengekspresian, gagasan, pikiran atau perasaan
ke dalam lambang – lambang kebahasaan. Care (1995:4) menyatakan menulis merupakan
komunikasi. Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam komunikasi terdapat empat unsure,
yaitu: (1) menulis merupakan bentuk ekspresi diri; (2) menulis merupakan sesuatu yang
umum disampaikan ke pembaca; (3) menulis merupakan aturan dan tingkah laku; dan (4)
menulis merupakan sebuah cara belajar. Sebagai bentuk dari ekspresi diri, menulis
bertujuan untuk mengkomunikasikan, menyampaikan sebuah ide melewati batas waktu
dan ruang. Artinya,menulis dapat dilakukan kapan saja, dan di mana saja sesuai dengan
keadaan yang terdapat dalam diri penulis.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat dideskripsikn bahwa menulis ialah
sarana pengungkapan diri melalui tulisan. Menulis merupakan salah satu media untuk
berkomunikasi. Melalui tulisan seseorang dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan
perasaannya melalui rangkaian kata – kata tertulis. Menulis merupakan kemampuan yang
dapat dipelajari dan perlu dilatih, karena menulis adalah sebuah keterampilan yang akan
semakin terampil bila sering berlatih. Oleh karena itu, tidaklah salah jika dikatakan bahwa
cara paling efektif untuk belajar menulis adalah dengan menulis itu sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian memutuskan
menggunakan metode ini dikarenakan PTK dilaksanakan di dalam kelas ketika proses
pembelajaran sedang berlangsung. Penelitian tindakan kelas adalah upaya yang dilakukan
secara terencana dan sistematis dengan refleksi terhadap praktik selanjutnya tindakan
perbaikan atau peningkatan pembelajaran/pendidikan. Penelitian tindakan kelas
merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah –
masalah actual yang dialami oleh guru di lapangan.
Penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelas. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata
yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata dalam kegiatan pengembangan
profesinya. Penelitian ini berupaya memaparkan model pembelajaran konteksual sebagai
upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa pada materi menulis laporan
pengamatan.
B. Latar Dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 15 Buton Kecamatan Pasarwajo
Kabupaten Buton yang berlokasi di Jl. La Ode Ana. Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap tahun pelajaran 2020/2021, pelaksanaan dimulai dari bulan Februari
sampai dengan bulan Maret 2020/2021.
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV SD Negeri 15 Buton Kecamatan
Pasarwajo Kabupaten Buton Tahun Pelajaran 2020/2021 yang siswanya berjumlah 29
orang.
C. Langkah – Langkah Penelitian
Penelitian ini langsung dilakukan di dalam kelas meliputi kegiatan pelaksanaan kelas
berupa refleksi awal dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di
kelas. Pelaksanaan PTK dilakukan selama 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap
yaitu:
a. Perencanaan, sebelum melakukan penelitian tindakan kelas peneliti
terlebih dahulu menyusun rencana yang harus dilakukan, adapun
indicator yang harus diperhatikan dalam rencana tersebut yaitu apa
yang harus diteliti, mengapa diteliti, kapan diteliti,dimana diteliti,
siapa diteliti, dan bagaimana hasil yang diperoleh setelah dilakukan
peneliti.
b. Tindakan, pada tahap penelitian ini peneliti merancang strategi dan
scenario penerapan pembelajaran yang akan diterapkan. Scenario
atau rancangan yang dilakukan hendaknya dijabarkan serinci
mungkin secara tertulis dan tidak dibuat – buat.
c. Observasi, pada tahap observasi ini tidak terlepas pada tahap
tindakan yang sedang dilakukan, jadi keduanya berlangsung dalam
waktu yang sama. Observasi dilakukan guru sebagai peneliti
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan
dan terjadi selama tindakan berlangsung.
d. Refleksi, tahap ini dimaksud untuk mengkaji atau mengemukakan
kembali secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan,
berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan
evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi
dalam PTK mencakup analisi, dan penilaian terhadap hasil
pengamatan. Skema pelaksanaan PTK tersebut penulis merujuk
kepada pendapat Suharsimi Arikunto sebagai berikut:
Refleksi
SIKLUS I
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
?
Gambar 2.1 Siklus Kegiatan PTK
Siklus I
1. Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti mengadakan beberapa kali pertemuan
dengan guru kelas membahas teknis pelaksanaan penelitian tindakan
kelas. Dalam pertemuan ini, peneliti membahas dan menganalisis materi
pelajaran kemudian peneliti: a) melakukan pengamatan secara langsung
keadaan kelas maupun siswa; b) membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sesuai dengan mata pelajaran dan materi
pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual agar pembelajaran
menarik; c) mendiskusikan bahan dan alat – alat yang digunakan dalam
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran; d) menysusn
format atau lembar observasi yang akan digunakan; e) menyusun alat
evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa; f) menyiapkan media
dan alat peraga.
2. Tahap pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yang
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tujuan utama
dalam melaksanakan tindakan ini untuk mengupayakan adanya perubahan
kearah perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran siswa dengan
melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah
direncanakan diawal. Dalam melaksanakan tindakan maka perlu
menyusun langkah – langkah operasional atau scenario pembelajaran dari
tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Member semangat belajar kepada siswa
2. Memberikan pertanyaan lisan kepada siswa, yaitu: Apakah kalian
pernah mengamati sesuatu? Apakah informasi yang kalian
dapatkan dari hasilpengamatan akan diinformasikan? Tertulis atau
lisan? Apa yang kalian ketahui tentang laporan pengamatan?
3. Guru menjelaskan materi tentang sistematika penulisan laporan
4. Guru menyediakan media gambar kemudian melakukan
pengamatan bersama siswa.
5. Guru member contoh cara membuat laporan pengamatan terhadap
gambar.
6. Siswa menanyakan hal – hal yang kurang jelas kepada guru.
7. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk melaksanakan
kegiatan pengamatan.
8. Siswa dengan bimbingan guru melaksanakan kegiatan pengamatan
langsung. Setiap kelompok berusaha mencari data sendiri.
9. Setiap kelompok menulis laporan berdasarkan sistematika
penulisan laporan.
10. Masing – masing kelompok mempresentasikan laporan
pengamatan di depan kelas.
11. Guru mengadakan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.
12. Guru melaksanakan refleksi pembelajaran dengan kegiatan Tanya
jawab tentang hal – hal yang belum diketahui siswa.
13. Guru bersama siswa bertanya jawab memperbaiki pemahaman
siswa, memberikan penguatan dalam pembelajaran.
14. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran.
3. Tahap observasi
Tahap ini dilakukan selama penelitian berlangsung, melakukan
pengamatan terhadap proses pelaksanaan terhadap proses pelaksanaan
tindakan pada setiap pertemuan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dibuat untuk penelitian ini.
4. Tahap Refleksi
Tahap terakhir yang dilakukan pada siklus I adalah refleksi, yaitu
mengkaji secara menyeluruh tahap – tahap yang telah dilakukan. Analisis
dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan unsure – unsure
yang diamati pada siklus I. setelah dilakukan refleksi pada siklus I dan
masih ditemukan kekurangan, maka peneliti menyempurnakannya dengan
melaksanakan siklus II.
Siklus II
Setelah siklus I dilaksanakan dan belum menemukan hasil belajar yang
seperti diharapkan maka dalam hal ini dilanjutkan dengan melaksanakan
siklus II dengan tahapan – tahapan sebagai berikut :
1. Tahap perencanaan
Perencanaan pada tahap ini sama pada siklus I. Rencana pada
siklus II ini disusun berdasarkan hasil refleksi yang telah dianalisis
pada siklus I.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah direncanakan berupa proses
pembelajaran sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran
dan disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I.
3. Tahap observasi
Tahap ini dilakukan selama penelitian berlangsung, melakukan
pengamatan terhadap proses pelaksanaan terhadap proses
pelaksanaan tindakan pada setiap pertemuan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat untuk penelitian ini.
4. tahap Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data observasi di dalam
kelas tentang aktivitas siswa dan tes hasil kerja siswa. Refleksi ini
dilakukan dengan mempertimbangkan pedoman mengajar yang dilakukan
serta melihat sejauh mana kesesuaian yang telah dicapai dengan yang
diinginkan dalam pembelajran yang pada akhirnya ditemukan adanya
peningkatan pada siswa. Hasil refleksi ini dilanjutkan ke siklus III untuk
mendapatkan hasil yang lebih optimal.
Siklus III
Setelah siklus II dilakukan maka dilanjutkan ke siklus III untuk
meyakinkan hasil kerja siswa yang lebih optimal dengan tahapan –
tahapan sebagai berikut :
1. Tahap perencanaan
Prosedurnya sama pada siklus II rencana pada siklus III
disusun berdasarkan hasil refleksi yang dianalisis pada
siklus II.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah
melaksanakan rancangan tindakan kegiatan.
3. tahap observasi
Tahap ini dilakukan selama penelitian berlangsung,
melakukakan pengamatan terhadap proses pelaksanaan
terhadap proses pelaksanaan tindakan pada setiap pertemuan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat untuk
penelitian ini.
5. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data observasi di dalam kelas
tentang aktivitas siswa dan tes hasil kerja siswa. Refleksi ini dilakukan
dengan mempertimbangkan pedoman mengajar yang dilakukan serta
melihat sejauh mana kesesuaian yang telah dicapai dengan yang
diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya ditemukan adanya
peningkatan siswa dalam kemampuan menulis.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Tes
Tes merupakan alat ukur yang berharga dalam melaksanakan
penelitian. Tes adalah seperangkat stimuli (rangsangan) yang
diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan
jawaban – jawaban yang dijadikan penentuan skor angka. Tes
menulis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
perubahan hasil menulis siswa sebelum dan sesudah menggunakan
model pembelajaran belajar tuntas ( masteri learning )
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
kejadian sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat
observasi tentang hal – hal yang akan diamati atau diteliti.
Observasi yang dilakukan merupakan pengamatan yang dilakukan
terhadap seluruh kegiatan pengajaran yang dilakukan dan awal
tindakan sampai akhir pelaksanaan tindakan. Observasi dimaksud
untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat
menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki.
3. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang tujuan untuk mengetahui
aktifitas siswa dan peneliti selama pembelajaran. Wawancara
dilakukan dengan pertanyaan terbuka, yaitu siswa memiliki
kesempatan dan kebebasan untuk menjawab pertanyaan sesuai
dengan pendapatnya sendiri.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Teknik penilaian proyek
Untuk menilai hasil kerja siswa, peneliti menggunakan
penilaian proyek, yang mana penilaian proyek itu terdapat
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu : Pertama,
kemampuan pengelolaan untuk memilih topic yang tepat
dan mencari informasi serta dalam mengelola waktu
pengumpulan data dan penulisan laporan. Kedua, relevansi
dengan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman pada
pembelajaran. Ketiga, keaslian yang dilakukan peserta
didik dan merupakan hasil karyanya. Pelaksanaan penilaian
ini dapat menggunakan alat / instrument penilaian berupa
daftar cek (checklist) ataupun skala rentang (rating scale).
Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa,
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut
sehingga diperoleh nilai rata – rata ini didapat dengan
rumus:
x =
∑𝑥
∑𝑛
Keterangan : x = Nilai rata – rata
∑x = jumlah semua nilai siswa
∑n = jumlah siswa
Untuk menentukan tingkat penguasaan siswa dalam menyelesaikan
tes dengan criteria penentuan tingkat penguasaan siswa terhadap
materi yang diajarkan.
Criteria hasil belajar Kategori
90 – 100 Sangat memuaskan
80 – 89 Memuaskan
70 – 79 Tercapai
60 – 69 Kurang tercapai
0 - 59 Rendah
Untuk menghitung ketuntasan belaja secara klasikal dengan rumus
sebagai berikut:
P =
𝑥
𝑛
x 100%
Keterangan :
P = Presentasi hasil tes
X = Jumlah siswa yang telah mencapai daya serap
N = Jumlah keseluruhan siswa
Berdasarkan rumus tersebut, penelitimemberi patokan presentasi
keberhasilan siswa secara keseluruhan adalah sebesar 75% dengan
demikian, apabila ketuntasan belajar di dalam kelas sudah
mencapai 75% maka keberhasilan belajar sudah tercapai, akan
tetapi apabila ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan belum
mencapai 75% maka keberhasilan siswa belum tercapai. Hal ini
yang menjadi dasar bagi peneliti untuk melanjutkan pelaksanaan
penelitian tindakan kelas pada siklus selanjutnya.
Hasil analisis data disajikan dalam table sebagai berikut:
- Siswa yang memperoleh skor 0 – 69 = tidak tuntas
- Siswa yang memperoleh skor 70 – 100 = Tuntas
F. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Keabsahan data juga sangat diperhatikan karena suatu hasil penelitian tidak ada
artinya jika tidak mendapat pengakuan atau terpercaya. Memperoleh pengakuan terhadap
hasil penelitian ini terletak pada keabsahan data penelitian yang telah dikumpulkan.
Untuk mencapai trustworthiness (kebenaran), dipergunakan teknis kredibilitas,
transferabilitas, dependibilitas dan konfirmabilitas yang terkait dengan proses
pengumpulan dan analisis data, keabsahan data terdiri antara lain : 1) Kredibilitas
(keterpercayaan), Usaha untuk membuat lebih terpercaya (credible), interpretasi dan
temukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara: a) keterrikatan yang lama, b) ketekunan
pengamatan, c) melakukan teriangulasi, d) mendiskusikan dengan teman sejawat yang
tidak berperan serta dalam penelitian, e) kecukupan referensi, f) analisis kasus negative;
2) Transferabiliats, Transferabilitas memperhatikan kecocokan arti fungsi unsur – unsure
yang terkandung dalam fenomena studi dan fenomena lain di luar lingkup studi. Cara
ditempuh untuk menjamin keteralihan (Transferability) adalah dengan melakukan uraian
rinci dari data ke teori, atau dari kasus ke kasus lain, sehingga pembaca dapat
menerapkannya dalam konteks yang hampir sama; 3) Dependabilitas, Dependabilitas
identik dengan raliabiliats (keterandalan). Dependabilitas dibangun sejak dari
pengumpulan data lapangan serta saat penyajian data laporan penelitian. Pengembangan
desin keabsahan dat dibangun mulai dari pemilihan kasus dan focus, melakukan orientasi
lapangan dan pengembangan kerangka konseptual; 4) Konfirmabilitas, Konfirmabilitas
identik dengan objektivitas penelitian atau keabsahan deskriptif dan interpretative.
Keabsahan data dan laporan penelitian ini dibandingkan dengan menggunakan teknik,
yaitu: mengkonsultasikan setiap langkah kegiatan kepada promoter atau konsultan sejak
dari pengembangan desain, menyusun ulang focus, penentuan konteks dan narasumber,
penetapan teknik pengumpulan data, dan analisis data serta penyajian data penelitian.

More Related Content

Similar to MELIYANI_AZWAR_(031701066)_Proposal_Penelitaian_(Autosaved)-1[1].docx

BUKU SISWA PPKn KELAS XII EDISI REVISI 2018
BUKU SISWA PPKn KELAS XII EDISI REVISI 2018BUKU SISWA PPKn KELAS XII EDISI REVISI 2018
BUKU SISWA PPKn KELAS XII EDISI REVISI 2018Muhamad Yogi
 
SMA-MA kelas10 bahasa dan sastra indonesia sri sugiarti suroto alexander
SMA-MA kelas10 bahasa dan sastra indonesia sri sugiarti suroto alexanderSMA-MA kelas10 bahasa dan sastra indonesia sri sugiarti suroto alexander
SMA-MA kelas10 bahasa dan sastra indonesia sri sugiarti suroto alexandersekolah maya
 
Produksi Hasil Nabati
Produksi Hasil NabatiProduksi Hasil Nabati
Produksi Hasil NabatilombkTBK
 
Buku Bahasa dan Sastra Indonesia-Sriutami
Buku Bahasa dan Sastra Indonesia-SriutamiBuku Bahasa dan Sastra Indonesia-Sriutami
Buku Bahasa dan Sastra Indonesia-SriutamiRian Maulana
 
Kbk sma 03. bahasa & sastra indonesia
Kbk sma 03. bahasa & sastra indonesiaKbk sma 03. bahasa & sastra indonesia
Kbk sma 03. bahasa & sastra indonesiaJasmin Jasin
 
Bahasa sastraindonesia
Bahasa sastraindonesiaBahasa sastraindonesia
Bahasa sastraindonesiathantowirais
 
Kelas 2 s2
Kelas 2 s2Kelas 2 s2
Kelas 2 s2fhnx
 
Kelas Vii Smp Bahasa Indonesia Sarwiji
Kelas Vii Smp Bahasa Indonesia SarwijiKelas Vii Smp Bahasa Indonesia Sarwiji
Kelas Vii Smp Bahasa Indonesia Sarwijisekolah maya
 
Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK Kelas 11 Kurikulum 2013
Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK Kelas 11 Kurikulum 2013Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK Kelas 11 Kurikulum 2013
Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK Kelas 11 Kurikulum 2013IWAN SUKMA NURICHT
 
Bahasa Indonesia Kelas 8
Bahasa Indonesia Kelas 8Bahasa Indonesia Kelas 8
Bahasa Indonesia Kelas 8Riyan Ibanezty
 
7 ppkn buku_guru
7 ppkn buku_guru7 ppkn buku_guru
7 ppkn buku_guruNuni Nur
 
Kelas 07 smp_ppkn_guru
Kelas 07 smp_ppkn_guruKelas 07 smp_ppkn_guru
Kelas 07 smp_ppkn_gurutomii23
 

Similar to MELIYANI_AZWAR_(031701066)_Proposal_Penelitaian_(Autosaved)-1[1].docx (20)

BUKU SISWA PPKn KELAS XII EDISI REVISI 2018
BUKU SISWA PPKn KELAS XII EDISI REVISI 2018BUKU SISWA PPKn KELAS XII EDISI REVISI 2018
BUKU SISWA PPKn KELAS XII EDISI REVISI 2018
 
Ptk propos
Ptk proposPtk propos
Ptk propos
 
Modul bahasa indonesia kelas 10
Modul bahasa indonesia kelas 10Modul bahasa indonesia kelas 10
Modul bahasa indonesia kelas 10
 
X utami
X utamiX utami
X utami
 
SMA-MA kelas10 bahasa dan sastra indonesia sri sugiarti suroto alexander
SMA-MA kelas10 bahasa dan sastra indonesia sri sugiarti suroto alexanderSMA-MA kelas10 bahasa dan sastra indonesia sri sugiarti suroto alexander
SMA-MA kelas10 bahasa dan sastra indonesia sri sugiarti suroto alexander
 
Produksi Hasil Nabati
Produksi Hasil NabatiProduksi Hasil Nabati
Produksi Hasil Nabati
 
Buku Bahasa dan Sastra Indonesia-Sriutami
Buku Bahasa dan Sastra Indonesia-SriutamiBuku Bahasa dan Sastra Indonesia-Sriutami
Buku Bahasa dan Sastra Indonesia-Sriutami
 
Kbk sma 03. bahasa & sastra indonesia
Kbk sma 03. bahasa & sastra indonesiaKbk sma 03. bahasa & sastra indonesia
Kbk sma 03. bahasa & sastra indonesia
 
Bahasa sastraindonesia
Bahasa sastraindonesiaBahasa sastraindonesia
Bahasa sastraindonesia
 
Kelas 2 s2
Kelas 2 s2Kelas 2 s2
Kelas 2 s2
 
Kelas Vii Smp Bahasa Indonesia Sarwiji
Kelas Vii Smp Bahasa Indonesia SarwijiKelas Vii Smp Bahasa Indonesia Sarwiji
Kelas Vii Smp Bahasa Indonesia Sarwiji
 
Teknik pembenihan-ikan-3
Teknik pembenihan-ikan-3Teknik pembenihan-ikan-3
Teknik pembenihan-ikan-3
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK Kelas 11 Kurikulum 2013
Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK Kelas 11 Kurikulum 2013Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK Kelas 11 Kurikulum 2013
Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK Kelas 11 Kurikulum 2013
 
Bahasa Indonesia Kelas 8
Bahasa Indonesia Kelas 8Bahasa Indonesia Kelas 8
Bahasa Indonesia Kelas 8
 
7 ppkn buku_guru
7 ppkn buku_guru7 ppkn buku_guru
7 ppkn buku_guru
 
Kelas 7 smp ppkn
Kelas 7 smp ppknKelas 7 smp ppkn
Kelas 7 smp ppkn
 
BUKU SISIWA.pdf
BUKU SISIWA.pdfBUKU SISIWA.pdf
BUKU SISIWA.pdf
 
Kelas 07 smp_ppkn_guru
Kelas 07 smp_ppkn_guruKelas 07 smp_ppkn_guru
Kelas 07 smp_ppkn_guru
 
Kelas 07 smp_ppkn_guru
Kelas 07 smp_ppkn_guruKelas 07 smp_ppkn_guru
Kelas 07 smp_ppkn_guru
 

Recently uploaded

Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfjeffrisovana999
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANDevonneDillaElFachri
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptxASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptxAdrimanMulya
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesiasdn4mangkujayan
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptxAbidinMaulana
 

Recently uploaded (11)

Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptxASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 

MELIYANI_AZWAR_(031701066)_Proposal_Penelitaian_(Autosaved)-1[1].docx

  • 1. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN BAHASA INDONESIA MELALUI BELAJAR MASTERY LEARNING KELAS IV SD NEGERI 15 BUTON ( STUDI PADA MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON ) PROPOSAL PENELITIAN MELIYANI AZWAR NPM. 031701066 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON BAUBAU 2021
  • 2. KATA PENGANTAR Puji Syukur Kepada Allah SWT yang maha kuasa atas segala Karunia-Nya Sehingga Penulis bisa menyelesaikan dengan judul " Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa Indonesia Melalui Belajar Mastery Learning Kelas IV SD Negeri 15 Buton ( Studi Pada Mahasiswa Pgsd Universitas Muhammadiyah Buton ). Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, petunjuk, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Agus Salim, S.Pd., M.Pd Selaku Dosen Pembimbing I Proposal Penelitian. 2. Kedua Orang Tua saya yang senantiasa mendoakan, mendukung, dan mengerti meadaan anaknya. 3. Teman - teman Pgsd Angkatan 2017 terima kasih atas kekeluargaan, canda tawa dan kebersamaan selama ini. 4. Semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal penelitian ini. Alhamdulillah, Proposal Penelitian ini dapat terselesaikan yang pada akhirnya penulis hanya bisa menyerahkan kepada Allah SWT, semoga amal dan kebaikan dari semua pihak senantias mendapat limpahan rahmat dan hidayah-Nya terutama pada penulis dan pihak - pihak yang telah membantu. Pasarwajo, 30 Desember 2020 Meliyani Azwar Npm. 031701066
  • 3. PERSETUJUAN PEMBIMBING Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa Indonesia Melalui Belajar Mastery Learning Kelas IV SD Negeri 15 Buton Nama : Meliyani Azwar NIM : 031701066 Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji Baubau, 08 Februari 2021 Pembimbing I Pembimbing II Agus Salim, S.Pd., M.Pd Safiudin S.Pd., M.Pd NIDN. 0915087402 NIDN. 0928078002 Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Acoci, S.Pd., M.Pd NIDN. 0926038406
  • 4. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.........................................................................................................................i KATA PENGANTAR ......................................................................................................................ii DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1 A. Latar Belakang.........................................................................................................1 B. Rumusan Masalah....................................................................................................5 C. Tujuan Penelitian......................................................................................................5 D. Manfaat Penelitian....................................................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................7 A. Landasan Teori.........................................................................................................7 1. Hakikat Belajar.....................................................................................................7 2. Pengetian Hasil Belajar.........................................................................................9 B. Hakikat Pembelajaran..............................................................................................11 1. Pengertian Pembelajaran........................................................................................11 2. Keterampilan Guru Dalam Mengajar.....................................................................12 C. Hakekat Keterampilan Menulis .............................................................................21 1. Keterampilan Menulis............................................................................................21 D. Karangan...................................................................................................................23 1. Pengertian Karangan..............................................................................................23 2. Jenis – Jenis Karangan...........................................................................................23 E. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia..............................................................27
  • 5. 1. Pengertian Bahasa..................................................................................................27 2. Peranan Bahasa Indonesia......................................................................................27 3. Pembelajaran Bahasa Indonesia.............................................................................29 F. Metode Pembelajaran Mastery Learning (Belajar Tuntas).................................30 1. Prinsip Pembelajaran Tuntas..................................................................................30 2. Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas .........................................................................34 3. Kebaikan dan Kelemahan Belajar Tuntas..............................................................36 G. Kerangka Berpikir....................................................................................................38 BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................................40 A. Pendekatan dan Metode Penelitian...............................................................................40 B. Latar dan Subjek Penelitian...........................................................................................40 C. Langkah – Langkah Penelitian......................................................................................41 D. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................................48 E. Teknik Analisis Data....................................................................................................49 F. Teknik Penjamin Keabsahan Data ...............................................................................51 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................54
  • 6. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran,pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Dari pengertian dan analisis yang ada maka bisa disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam beserta lingkungannya. Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi juga ada unsure – unsure yang berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain – lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia dan menurut Drikarya adalah memanusiakan manusia. Ini menunjukan bahwa para pakar pun menilai bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja tapi cakupannya harus lebih luas. Selanjutnya, menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia adalah proses belajar memahami dan memproduksi gagasan, perasaan, pesan, informasi, data, dan pengetahuan untuk berbagai keperluan komunikasi keilmuan, kesastraan, dunia pekerjaan, dan komunikasi sehari – hari baik secara tertulis maupun lisan. Tujuan pengajaran bahasa dirumuskan dalam rangka mencapai fungsi suatu bahasa. Dengan mempertimbangkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, baik dalam kedudukan sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara (lihat UU RI Nomor
  • 7. 24 tahun 2009), serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual dalam produk budaya, fungsi mata pelajaran bahasa (dan sastra Indonesia), diarahkan sebagai (1) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah, (5) sarana pengembangan penalaran, dan (6) sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusasatraan Indonesia (Depdikbud, 1993/1994; Depdiknas, 2003; Depdiknas, 2006; lihat pula Kemendibud, 2013a; Kemendikbud, 2013b; Kemendikbud, 2013) Tujuan pengajaran bahasa Indonesia (dalam beberapa sumber sering digunakan pembelajaran bahasa) dapat ditemukan dalam berbagai dokumen. Permendiknas 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (bandingkan dengan rumusan fungsi dan tujuan dalam Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Depdiknas, 2003 dan bandingkan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam Kemendikbud, 2013a; Kemendikbud, 2013b; dan Kemendikbud, 2013c) menyatakan pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan insane Indonesia. Hal ini sejalan dengan hakikat belajar bahasa yang utama adalah belajar berkomunikasi, meski ada beberapa tujuan seseorang belajar bahasa terkait dengan fungsi pendidikan, antara lain tujuan integrative, instrumental, penalaran, dan kebudayaan. Pengajaran bahasa diarahkan pada pemberian bantuan atau peluang agar peserta didik mampu mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemaampuan analitis dan imaginative yang ada dalam dirinya. Belajar tuntas (mastery learning) adalah pencapaian setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh ( Suryosubroto, 2002: 96). Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan ajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Model pembelajaran yang dapat mendukung terlaksana model sebelumnya yaitu mastery learning. Mastery learning atau pembelajaran tuntas merupakan model pembelajaran yang menjadi recovery atau pendamping dalam pelaksanaan pembelajaran. Dapat dikatakan sebagai pendamping pembelajaran bahkan model pembelajaran lainnya, dikarenakan mastery learning mengharuskan semua siswa yang mengikuti pembelajaran dikelas dapat mengerti apa – apa yang dipelajari. Tidak hanya sebatas itu saja mastery
  • 8. learning mengharuskan pendidik sebagai fasilitator siswa memberikan waktu tambahan bagi siswa yang masih belum menguasai pembelajaran yang telah terlaksana di kelas baik itu pengulangan materi, remedial saat adanya ujian, bahkan waktu tambahan khusus bagi siswa yang benar – benar membutuhkannya. Dengan waktu yang lebih tentunya semua siswa akan menguasai pembelajaran yang telah berlalu. Baik bagi siswa yang sudah terlebih dahulu mudah memahaminya hingga siswa yang sulit memahami pembelajaran dikelas saat itu. Berdasarkan uraian latar belakang, penulis mengadakan penelitian berjudul : Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa Indonesia Melalui Belajar Mastery Learning Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri 15 Buton. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa Indonesia Melalui Belajar Mastery Learning Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri 15 Buton. C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa Indonesia Melalui Belajar Mastery Learning Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri 15 Buto. D. Manfaat Penelitian Adapun Manfaat yang mencakup aspek teoritis maupun praktis. Kedua manfaat penelitian yang hendak dicapai dijelasakan sebagai berikut adalah : 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan kontribusi peningkatan kemampuan menulis karangan Bahasa Indonesia Melalui Metode Masteri Learning Sehingga dapat mendukung teori untuk mendukung kegiatan penelitian selanjunya yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat Penelitian Bagi Guru
  • 9. Penggunaan metode Masteri Learning dapat memudahkan guru dalam mengajar keterampilan menulis karangan, semakin terampil dalam mengelola pembelajaran dan semakin kreatif dalam memilih model pembelajaran yang inovatif. b. Bagi Siswa Dengan Penerapan metode Maateri Learning siswa dapat menerima pengalaman belajar menulis karangan yang bervariasi sehingga dapat meningkatkan minat, keaktifan, kreatifitas, dan keterampilan menulis karangan sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa. c. Bagi Sekolah Mampu memberikan sumbangan baik serta mendorong sekolah untuk selalu melakukan inovasi dalam rangka perbaikan pembelajaran guna peningkatan kualitas pembelajaran bahasa indonesia.
  • 10. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori a. Hakikat Belajar 1. Pengertian Belajar Menurut R. Gagne (1989) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu satu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Bagi Gagne, belajar di maknai dengan suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pegetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu, Gagne juga menekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui instruksi. Instruksi yang dimaksud adalah perintah atau arahan dan bimbingan dari seorang pendidik atau guru. Selanjutnya, Gagne dalam teorinya yang disebut The domains of learning menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu: 1. Keterampilan motoris (motor skill) adalah keterampilan yang diperlihatkan dari berbagai gerakan badan, misalnya menulis, menendang bola, bertepuk tangan, berlari, dan loncat. 2. Informasi verbal, informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan otak atau inteligensi seseorang, misalnya seseorang dapat memahami sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar, dan sebagainya yang berupa simbol yang tampak (verbal). 3. Kemampuan intelektual, selain menggunakan simbol verbal, manusia juga mampu melakukan interaksi dengan dunia luar melalui kemampuan intelektualnya, misalnya mampu membedakan warna, bentuk, dan ukuran. 4. Strategi kognitif, Gagne menyebutnya sebagai organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill), yang sangat diperlukan untuk belajar mengingat dan berpikir. 5. Sikap (attitude), sikap merupakan factor yang penting dalam belajar, karena
  • 11. tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Sikap akan sangat tergantung pada pendirian, kepribadian, dan keyakinannya, tidak dapat dipelajari atau dipaksakan, tetapi perlu kesadaran diri yang penuh. Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993:4), belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara menurut E.R. Hilgard (1962), belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tongkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman dan sebagaiya. Sementara Hamalik (2003) menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman ( learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through experiencing ). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu merupakan mengalami. Hamalik juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif),dan keterampilan (psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan. Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. 3. Pengertian Hasil Belajar Hasil Belajar, yaitu perubahan – perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan – tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
  • 12. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Pertimbangan Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (1993: 94 ), bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindaklanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian,penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaranyang diberikan kepada siswa. B. Hakikat Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Menurut Romiszowki (1981:4) dalam Winataputra (2008:2) pembelajaran/instruction adalah sebagai proses pembelajaran yakni proses belajar sesuai denga rancangan. Unsure kesengajaan dari pihak di luar individu yang melakukan proses belajar merupakan cirri utama dari konsep instruction. Proses pengajaran ini berpusat pada tujuan atau goal directed teaching process yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya (pre-planned). Karena sifat dari proses tersebut, maka proses belajar yang terjadi adalah proses perubahan perilaku dalam konteks pengalaman yang memang sebagian besar telah dirancang. Menurut Budimansyah (2002:1) pembelajaran adalah sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap, atau perilaku siswa yang relative permanen sebagai akibat pengalaman atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya berlangsung sekejab dan kemudian kembali ke perilaku semula menunjukkan belum tejadi peristiwa pembelajaran, walaupun mungkin terjadi pengajaran. Tugas seorang guru adalah membuat agar proses pembelajaran pada siswa berlangsung secara efektif. Selain focus pada siswa pola fikir pembelajaran perlu diubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan, siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai. Menurut UUSPN nomor 20 tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ada lima konsep dalampengertian tersebut yaitu: (1) interaksi, (2) peserta didik, (3) pendidik, (4) sumber belajar, (5) lingkungan belajar. Ciri utama pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa.
  • 13. Dimyati (2002:286) mengemukakan bahwa hakekat pembelajaran adalah: 1. Kegiatan yang dimaksudkan untuk membelajarkan pembelajar, 2. Program pembelajaran yang dirancang dan diimplementasikan (diterapkan) dalam suatu system, 3. Kegiatan yang dimaksud untuk memberikan pengalaman belajar kepada pembelajar, 4. Kegiatan yang mengarahkan pembelajar kea rah pencapaian tujuan pembelajaran, 5. Kegiatan yang melibatkan komponen – komponen tujuan, isi pembelajaran, system penyajian dan system evaluasi dalam realisasinya. 2.Keterampilan Guru Dalam Mengajar Salah satu kemampuan dasar yang dimiliki oleh guru adalah kemampuan dalam mengajar. Kemampuan ini membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Keterampilan mengajar adalah untuk mencapai tujuan pengajaran. Adapun pengertian keterampilan mengajar guru adalah sebagaimana pendapat Amstrong dkk (1992:33) yaitu kemampuan menspesifikasi tuuan performasi, kemampuan mendiagnosa murid, keterampilan memilih strategi pelajaran, kemampuan berinteraksi dengan murid, dan keterampilan menilai efektifitas pengajaran. Mengajar merupakan proses yang kompleks, tidak sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada siswa. Menurut Ali (1987:12) mengartikan mengajar adalah : “Segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan”. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan mengajar adalah keterampilan yang berkaitan dengan semua aspek kemampuan guru yang berkaitan erat dengan berbagai tugas guru yang berbentuk keterampilan dalam rangka memberi rangsangan dan motivasi kepada siswa untuk melaksanakan aktivitas oleh guru adalah keterampilan untuk membimbing, mengarahkan, membangun siswa dalam belajar guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan secara terpadu. Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh seorang tenaga pengajar, yaitu :
  • 14. 1) Menguasai materi atau bahan ajar yang akan diajarkan (what to teach) 2) Menguasai metodologi atau cara membelajarkannya (how to teach) Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek no. 2 yaitu cara membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh tenaga pengajar, karena dengan keterampilan dasar mengajar memberikan pengertian lebih dalam mengajar. Mengajar bukan hanya sekedar proses menyampaikan materi saja, tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti pembinaan sikap, emosioanal, karakter, kebiasaan dan nilai – nilai. Diantara keterampilan yang sangat banyak tersebut, terdapat 8 Keterampilan Dasar Mengajar ( KDM ) yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen dan prinsip – prinsip dasar tersendiri. Berikut diuraikan delapan keterampilan tersebut dan cara menggunakannya agar tercipta pembejaran yang kreatif, professional, dan menyenangkan. A. Macam – Macam Keterampilan Dasar Mengajar 1. Keterampilan Bertanya Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal – hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Dan harus menghindari kebiasaan seperti : menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan ganda. 2. Keterampilan Memberikan Penguatan Penguatan adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Keterampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen
  • 15. yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis. Komponen – komponen itu adalah: penguatan verbal, dingkapkan dengan menggunakan kata – kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimic dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan ( contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh. Penggunaan penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negative. 3. Keterampilan mengadakan variasi Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu : a. variasi dalam cara mengajar guru, meliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice), pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan badan mimic: variasi dalam ekspresi eajah guru, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement). 4. Keterampilan menjelaskan Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Secara garis besar komponen – komponen keterampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu : merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur – unsure yang dikaitkan dengan penggunaan hokum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Dan penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal – hal sebagai berikut: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan. 5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau
  • 16. kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajarmengajar. Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi : menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi – materi yang akan dipelajari. Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi : meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi. 6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memcahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi social, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa. 7. Keterampilan mengelola kelas Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. 8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3 – 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa. Komponen keterampilan yang digunakan adalah : keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
  • 17. Dalam membuka pelajaran guru haruslah : (1) Menarik perhatian siswa : beberapa cara yang digunakan guru untuk menarik perhatian siswa antara lain dengan variasi gaya mengajar, penggunaan alat bantu mengajar dan pola interaksi yang bervariasi. (2) Menimbulkan motivasi : dengan cara menunjukan kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide – ide yang bertentangan dan memperhatikan minat siswa. (3) Memberikan acuan : usaha memberikan gambaran yang jelas kepada siswa mengenai yang akan dipelajari dengan cara mengemukakan secara spesifik dan singkat. Antara lain dengan mengemukakan kompetensi dasar, indicator hasil belajar. (4) Membuat kaitan : bahan pengait sangat penting digunakan bila guru ingin memulai pelajaran baru. Sedangkan dalam menutup pelajaran guru haruslah : (1) Meninjau kembali dengan cara merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan. (2) Mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya mendemonstrasikan keterampilan, meminta siswa mengaplikasikan ide baru dalam situasi lain, mengekspersikan pendapat siswa sendiri, dan memberikan soal – soal tertulis serta mengekspresikan ide baru dalam situasi lain, soal tertulis. (3) Memberi dorongan psikologi atau social. (4) Interaksi guru dengn siswa saling menghargai dan memberikan dorongan psikologi dan social dengan memuji hasil yang dicapai, mengingatkan pentingnya materi, member harapan positif, meningkatkan percaya diri siswa akan potensi diri. Tujuan keterampilan membuka dan menutup pelajaran (1) Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugas – tugas yang akan dihadapi.
  • 18. (2) Memungkinkan siswa mengetahui batas – batas tugasnya yang akan dikerjakan. (3) Siswa dapat mengetahui pendekatan – pendekatan yang akan digunakan dalam mempelajari bagian – bagian pelajaran. (4) Memungkinkan siswa mengetahui hubungan antara pengalaman – pengalaman yang dikuasai dengan hal – hal baru yang akan dipelajari. (5) Memberikan kemungkinan kepada siswa untuk menggabungkan fakta – fakta, keterampilan – keterampilan, konsep – konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa. (6) Memungkinkan siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam belajar. C. Hakekat Keterampilan Menulis 1. Keterampilan menulis Keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat – kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil (Byme, 1979:3). Penulis biasanya lebih memikirkan apa yang dikomunikasikan. Namun demikian, penulis tetap harus melibatkan perhatian pembaca. Suriamiharja (1997:2) berpendapat bahwa menulis merupakan suatu kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan. Menulis merupakan kegiatan berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain. Akhadiah (1997:9) juga berpendapat bahwa menulis merupakan suatu proses pemikiran, dimulai dengan pemikiran tentang apa yang disampaikan. Menulis merupakan ajang komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat – alat penjelas serta aturan – aturan ejaan dan tanda baca. Sejalan dengan pendapat Suriamiharja dan Akhadiah, John Harris dalam bukunya introducing writing mengungkapkan bahwa “ writing is a process that occurs over aperiod of time…” (menulis merupakan suatu proses yang terjadi melalui sebuah periode waktu…). Hal ini membuktikan menulis bukanlah suatu hal mudah. Selain pendapat tersebut, Tarigan (1986:3) berpendapat bahwa menulis
  • 19. merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak bertatap muka dengan orang lain. Lebih lanjut Tarigan menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu proses menirukan, melukiskan lambing – lambing grafis yang menggambarkan bahwa suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang – lambang grafis tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan aktivitas manusia yang terarah dan sadar untuk menuangkan ide, gagasan, pikiran, perasaan, atau pengalaman dalam bentuk tulisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan menggunakan kalimat yang logis, sehingga orang lain dapat memahami maksud yang disampaikan sesuai dengan tujuan penulis. Pada prinsipnya fungsi utama dari menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Maksud dan tujuan menulis yang dimaksudkan adalah respon atau jawaban yang diharapkan akan terjadi pada diri pembaca. Sehubungan dengan hal ini, Hartig dalam Tarigan (1983:24-25) mengemukakan tujuan penulisan, yaitu: (1) assignment purpose (tujuan penugasan), tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuam sama sekali, penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa diberi tugas merangkum buku: sekretaris yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat); (2) altruistic purpose (tujuan altruistik). D. Karangan 1. Pengertian Karangan Menurut Keraf (1994:2) karangan adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata demi kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraph, dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami. Berdasarkan teori yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karangan adalah hasil rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan atau buah pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain yang membacanya. 2. Jenis – Jenis Karangan Keraf (dalam Hartono 2000:37) membagi jenis karangan menjadi lima macam, yaitu argumentasi, narasi, persuasi, eksposisi, dan deskripsi.
  • 20. Paragraph argumentasi adalah paragraph yang mengandung argument atau pendapat, data, dan fakta-fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya. Gagasan kritis siswa merupakan faktor penentu tingkat kualitas paragraph argumentasi. Menulis paragraph argumentasi merupakan kegiatan membuat paragraph yang pola pengembangannya berdasarkan argument atau alasan-alasan yang disampaikan penulis. Paragraph argumentasi menyertakan fakta, data, dan argument-argumen. Mastika (2001) mengemukakan bahwa paragraph argumentasi (karangan argumentasi) merupakan perbincangan, kritikan dan pembahasan. Menurut Dalman (2015:106) karangan narasi suatu bentuk tulisan yang berupa cerita yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tindak manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu, juga didalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik yang disusun secara sistematis. Dalman (2015:106-107) karangan narasi memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut : (1) Agar pembaca seolah-olah sudah menyaksikan atau mengalami peristiwa yang diceritakan; (2) Berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai kejadian yang telah terjadi, dan menyampaikan yang terkandung di dalamnya agar sampai kepada pembaca atau pendengar; (3) Untuk menggerakkan aspek emosi; (4) Membentuk citra / imajinasi para pembaca; (5) memberikan informasi dan memperluas pengetahuan pembaca. Menurut Handayani, dkk (2011:160) menjelaskan bahwa, “Karangan persuasi adalah karangan yang bersifat membujuk secara halus (supaya menjadi yakin)”. Karangan persuasi yaitu kalimat yang bertujuan membujuk, merayu, menyuruh, menghimbau, memerintah, mengajak, dan menyarankan. Berdasarkan pendapat ahli diatas bahwa karangan persuasi adalah karangan yang berisi ajakan atau bujukan agar pembaca mengikuti atau mengadopsi petunjuk petunjuk yang ditulis dalam teks. Persuasi bertujuan untuk meyakinkan seseorang baik pembaca atau juga pendengar agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis. Eksposisi berasal dari kata latin yang berarti memberitahukan, memaparkan, menguraikan. Didalam eksposisi, bahan yang akan dikomunikasikan adalah semata –mata informasi. Informasi ini mungkin berupa data factual; misalnya tentang kejadian sejarah, tentang bagaimana sesuatu bekerja; tentang bagaimana suatu operasi atau proses suatu pekerjaan. Karangan eksposisi atau paparan adalah jenis karangan yang berusaha menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas
  • 21. pengetahuan pembaca. Karangan eksposisi termasuk jenis karangan bahasan. Karangan bahasan adalah karangan yang menjelaskan sesuatu, misalnya tentang arti sesuatu, tentang peristiwa, tentang proses dan lain – lain. Cara menerangkannya antara lain dengan mendefenisikan, menguraikan, membandingkan dan menafsirkan (Rusyana,1984:135). Tujuan yang diharapkan adalah bisa memberikan informasi yang sejelas- jelasnya, dan dapat membuktikan kebenarannya, sering pula dilampirkan daftar angka-angka, statistic, gambar, denah, peta, diagram, organisasi dan sebagainya. Menurut Suparno (2003:4-5), deskripsi berasal dari kata bahasa Latin describere yang berarti menggambarkan atau memberikan suatu hal. Dalam arti kata deskripsi adalah suatu bentuk paragraph yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisannya. Karangan deskripsi yang bersifat deskriptif bertujuan melukiskan dengan jelas atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas – jelasnya, sehingga pembaca seolah – olah dapat melihat dan mendengar, membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan. Hal ini dapat dilihat pada contoh menulis deskripsi dibawah ini. Malam ini indah sekali. Di langit bintang – bintang berkelip – kelip memancarkan cahaya. Hawa dingin, burung malam dan kelelawar mengusik sepinya malam. Angin berhembus pelan dan tenang disinari rembulan. E. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Bahasa Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang berupa system simbol bunyi yang dihasilkan dari ucapan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana untuk berinteraksi dengan manusia lainnya dimasyarakat. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi dengan orang lain dan sebagai alat bantu berpikir. Bahasa erat hubungannya dengan budaya mengingat bahasa erat kaitannya dengan pola piker suatu masyarakat. Artinya, bahasa memegang peranan yang sangat penting di dalam proses berpikir dan kreativitas setiap individu. Bahasa bersifat simbolis, artinya suatu kata mampu melambangkan arti apapun. Melalui bahasa terjadi pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Misalnya, seorang pelukis di pantai panjang Bengkulu membimbing
  • 22. muridnya cara melukis bunga Raflesia dengan menggunakan bahasa Bengkulu. Seorang guru bahasa daerah seperti bahasa kagannga di daerah Curup akan mengajarkan siswa nya menggunakan bahasa kagangga. Begitu juga, para ustads di MDA akan mengajarkan muridnya seni membaca al – Qur’an dengan bahasa Arab dan bahasa daerah setempat. 2. Peranan Bahasa Indonesia a. Sebagai Bahasa Nasional Bahasa Persatuan kita, memiliki nilai – nilai sosial budaya luhur bangsa yang harus dipertahankan dan direalisasikan dalam kehidupan sehari – hari tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Indonesia memiliki banyak budaya dan bahasa yang berbeda – beda hamper di setiap daerah. Pastinya, tidak akan mungkin kita bisa saling memahami ketika berkomunikasi antar sesama. Oleh karena itulah betapa pentingnya kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa dan sebagai alat penghubungan antar budaya dan daerah. b. Sebagai bahasa Negara Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai : bahasa dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta menjadi bahasa resmi kenegaraan, pengantar di lembaga – lembaga pendidikan / pemanfaatan ilmu pengetahuan, pengembangan kebudayaan, pemerintah dll. c. Sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan Menurut Sunaryo tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) IPTEK tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu, bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam
  • 23. menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran). 3. Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai tujuan dan fungsinya. Menurut Atmazaki, mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. F. Metode Pembelajaran Mastery Learning ( Belajar Tuntas ) 1. Prinsip Pembelajaran Tuntas Belajar Tuntas ( Mastery Learning ) adalah pencapaian taraf pengusaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok, dengan kata lain apa yang dipelajari peserta didik dapat dikuasai sepenuhnya ( Moh. User, 1993:96). Apabila pembelajaran tuntas dilakukan dalam kondisi yang tepat maka semua peserta didik mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran tuntas harus dilakukan dengan sistematis. Strategi pembelajaran tuntas dapat diterapkan secara tuntas untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Benyamin. S. Bloom menyebutkan 3 strategi dalam belajar tuntas yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar. Selanjutnya mengimplementasikan dalam pembelajaran kalsikal dengan memberikan “ bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi : (1) Corrective Technique. Pengajaran remedial, yang dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta
  • 24. didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya. (2) Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan ( belum menguasai bahan secara tuntas ) ( Yamin, 2006:121-122). Prinsip – prinsip dasar belajar tuntas adalah : (1) Bakat Setiap guru hendaknya menyadari bahwa bakat setiap individu berbeda satu dengan lainnya. Demikian pula dalam kemampuan untuk menangkap pelajaran dan tingkat usahanya bervariasi (Hamadi, 2005:157). (2) Mutu pengajaran Mutu pengajaran ini berkaitan dengan cara seorang guru menyampaikan materinya sehingga pelajaran itu berhasil dan berkualitas. (3) Kemampuan memahami pengajaran Kemampuan untuk memahami pengajaran menggambarkan kemampuan peserta didik untuk memperoleh manfaat dari pengajaran itu dan erat kaitannya dengan kecerdasannya secara umum. Model ini memandang bahwa kualitas pengajaran dan kemampuan peserta didik untuk memahami pengajaran itu berinteraksi untuk mempengaruhi jumlah waktu yang dibutuhkannya untuk menguasai tugas secara tuntas sesuai dengan aptitude-nya. Jika kualitas pengajarannya dan kemampuannya untuk memahami itu tinggi, maka dia hanya membutuhkan sedikit waktu tambahan atau tidak sama sekali. Sebaliknya, jika kedua faktor tersebut rendah, maka dia akan membutuhkan banyak waktu tambahan. (4) Ketekunan Siswa yang tekun mengulang kembali pelajaran akan menjadikan siswa cepat memahami sehingga pembelajaran yang dilakukan akan berhasil. (5) Waktu Faktor waktu dipergunakan sebagai satu variable dalam mengindividualisasikan pembelajaran dan dengan demikian dapat
  • 25. menghasilkan ketuntasan belajar peserta didik. Dalam Winnetka Plan, kecepatan kegiatan belajar peserta didik ditentukan oleh peserta didik sendiri. Masing – masing peserta didik diberi waktu sesuai dengan kebutuhannya untuk menuntaskan satu unit. Dalam metode Morrison, masing – masing peserta didik diberi waktu belajar sesuai dengan tuntutan guru hingga semua atau hamper semua peserta didik menuntaskan unit itu (Block, 1971:4). Ciri – ciri pembelajaran dengan prinsip pembelajaran tuntas adalah sebagai berikut : (1) Pengajaran didasarkan atas tujuan – tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu. (2) Memperhatikan perbedaan individu. (3) Evaluasi yang dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas criteria. (4) Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan. (5) Menggunakan prinsip peserta didik belajar aktif. (6) Menggunakan satuan pelajaran yang kecil. Seorang peserta didik tidak mencapai tingkat keberhasilan yang dituju, hal ini tidakdisediakan jumlah waktu yang cukup, sesuai dengan kebutuhan peserta didik atau karena waktu yang disediakan dan sebenarnya cukup itu tidak digunakan dengan sungguh – sungguh. Dengan demikian, tingkat penguasaan dalam belajar tergantung dengan jumlah waktu yang disediakan, misalnya bila seseorang hanya belajar dengan sungguh – sungguh selama 2 jam, padahal disediakan jumlah waktu 3 jam, maka tingkat penguasaan atau tingkat keberhasilan hanya mencapai 67% dari target yang direncanakan. Waktu yang disediakan untuk belajar, selain bergantung pada kecepatan belajar peserta didik, juga ikut ditentukan oleh kualitas pengajaran dan kemahiran peserta didik untuk menangkap suatu uraian dalam bentuk lisan dan tertulis (Winkel, 1996: 414). Pada dasarnya belajar tuntas ( mastery learning ) akan menciptakan peserta didik memiliki kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengecilkan perbedaan antara anak cerdas dengan anak yang tidak cerdas. Belajar tuntas (mastery learning) menciptakan peserta didik
  • 26. dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga di dalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali tujuan pembelajaran. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas Setelah guru melakukan proses perencanaan maka tahap selanjutnya yaitu proses pelaksanaan belajar tuntas. Pelaksanaan belajar tuntas terdiri atas langkah – langkah sebagai berikut: a) Kegiatan orientasi. Kegiatan ini mengorientasi peserta didik terhadap strategi belajar tuntas yang berkenaan dengan orientasi tentang apa yang akan dipelajari oleh peserta didik dalam jangka satu semester dan cara belajar yang harus dilakukan oleh peserta didik. Dalam hal ini guru menjelaskan keseluruhan bahan yang telah direncanakan dalam table spesifikasi, lalu dilanjutkan dengan prates yang isinya sama dengan isi tes sumatif. b) Kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar ini yang harus dilakukan oleh seorang guru yaitu : 1. Guru memperkenalkan TIK pada satuan pelajaran yang akan dipelajari dengan cara memperkenalkan table spesifikasi tentang arti dan cara mempergunakannya untuk kepentingan bimbingan belajar atau menunjukan topic umum atau konsep umum yang akan dipelajari. 2. Penyajian rencana kegiatan belajar mengajar berdasarkan standar kelompok. Dengan cara ini para peserta didik akan terhindar dari kebingungan dan menumbuhkan gagasan tentang strategi belajar yang perlu dilakukan sendiri. 3. Penyajian pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan satuan pelajaran. 4. Melaksanakan diagnostic progress test. 5. Mengidentifikasi kemampuan belajar peserta didik yang telah memuaskan dan yang belum memuaskan. 6. Memberikan kegiatan korektif kepada peserta didik yang hasil belajarnya “belum memuaskan”. Ada tiga teknik yang dapat
  • 27. dikembangkan yaitu : bantuan tutor teman sekelas, guru mengajarkan kembali bahan yang berhubungan dengan pokok ujian apabila sebagian besar peserta didik belum memuaskan. Peserta didik yang bersangkutan memilih sendiri daftar korektif yang telah disediakan dan melakukannya secara individual. 7. Memonitor keefekrifan kegiatan korektif. 8. Menentapkan kembali peserta didik yang hasil belajarnya memuaskan. c) Menentukan tingkat penguasaan bahan. Setelah pelajaran selesai dilakukan maka guru melakukan tes untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik. d) Memberikan atau melaporkan kembali tingkat penguasaan setiap peserta didik. Kegiatan ini bertujuan agar mengetahui tingkat penguasaan setiap peserta didik. Mereka diberi table spesifikasi, bahan yang sudah dikuasai diberi tanda M (mastery) sedangkan yang belum diberi tanda NM (non mastery). e) Pengecekan keefektifan keseluruhan program. Keefektifan strategi belajar tuntas ditandai berdasarkan hasil yang dicapai oleh peserta didik. Untuk itu ada dua cara yang dapat ditempuh oleh guru : 1) membandingkan hasil yang dicapai oleh kelas yang menggunakan strategi belajar tuntas dengan kelas yang menggunakan strategi lain. 2) terlebih dahulu membuat hipotesis tentang hasil belajar jika menggunakan strategi belajar tuntas lalu dibuktikan berdasarkan hasil belajar kelas senyatanya. Dengan cara demikian maka dapat diketahui keefektifan keseluruhan program yang telah dilaksanakan. 3.Kebaikan Dan Kelemahan Belajar Tuntas 1. Kebaikan Belajar Tuntas a) Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang pada prinsip perbedaan individual dan belajar kelompok. b) Strategi ini memungkinkan peserta didik belajar lebih aktif sebagaimana disarankan dalam konsep CBSA yang member kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri
  • 28. dengan menemukan dan bekerja sendiri. c) Dalam strategi ini guru dan peserta didik diminta bekerja sama secara partisipatif dan persuasive, baik dalam proses belajar maupun dalam proses bimbingan terhadap peserta didik lainnya. d) Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil belajar. e) Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar peserta didik mengandung unsure objektivitas yang tinggi. 2. Kelemahan Belajar Tuntas a) Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu semester, disamping penyusunan satuan – satuan pelajaran yang lengkap dan menyeluruh. b) Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam – macam kemampuan yang memadai. c) Guru – guru yang sudah terbiasa dengan cara – cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang relative lebih sulit dan masih baru. d) strategi ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana, dan waktu yang cukup besar. e) untuk melaksanakan strategi ini mengacu kepada penguasaan materi belajar secara tuntas sehingga menuntut para guru agar menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Sehingga para guru harus lebih banyak menggunkan sumber – sumber yang lebih luas (Hamalik, 2001:86). G. Kerangka Berpikir Adapun pengertian menulis banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Rofi’udin dan Zuhdi (1999:263) pada hakikatnya menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan ide, pikiran, atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa tulis. Menulis merupakan aktivitas pengekspresian, gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambang – lambang kebahasaan. Care (1995:4) menyatakan menulis merupakan
  • 29. komunikasi. Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam komunikasi terdapat empat unsure, yaitu: (1) menulis merupakan bentuk ekspresi diri; (2) menulis merupakan sesuatu yang umum disampaikan ke pembaca; (3) menulis merupakan aturan dan tingkah laku; dan (4) menulis merupakan sebuah cara belajar. Sebagai bentuk dari ekspresi diri, menulis bertujuan untuk mengkomunikasikan, menyampaikan sebuah ide melewati batas waktu dan ruang. Artinya,menulis dapat dilakukan kapan saja, dan di mana saja sesuai dengan keadaan yang terdapat dalam diri penulis. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat dideskripsikn bahwa menulis ialah sarana pengungkapan diri melalui tulisan. Menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi. Melalui tulisan seseorang dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui rangkaian kata – kata tertulis. Menulis merupakan kemampuan yang dapat dipelajari dan perlu dilatih, karena menulis adalah sebuah keterampilan yang akan semakin terampil bila sering berlatih. Oleh karena itu, tidaklah salah jika dikatakan bahwa cara paling efektif untuk belajar menulis adalah dengan menulis itu sendiri.
  • 30. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian memutuskan menggunakan metode ini dikarenakan PTK dilaksanakan di dalam kelas ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Penelitian tindakan kelas adalah upaya yang dilakukan secara terencana dan sistematis dengan refleksi terhadap praktik selanjutnya tindakan perbaikan atau peningkatan pembelajaran/pendidikan. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah – masalah actual yang dialami oleh guru di lapangan. Penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata dalam kegiatan pengembangan profesinya. Penelitian ini berupaya memaparkan model pembelajaran konteksual sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa pada materi menulis laporan pengamatan. B. Latar Dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 15 Buton Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton yang berlokasi di Jl. La Ode Ana. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021, pelaksanaan dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2020/2021. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV SD Negeri 15 Buton Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Tahun Pelajaran 2020/2021 yang siswanya berjumlah 29 orang. C. Langkah – Langkah Penelitian Penelitian ini langsung dilakukan di dalam kelas meliputi kegiatan pelaksanaan kelas berupa refleksi awal dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas. Pelaksanaan PTK dilakukan selama 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: a. Perencanaan, sebelum melakukan penelitian tindakan kelas peneliti terlebih dahulu menyusun rencana yang harus dilakukan, adapun indicator yang harus diperhatikan dalam rencana tersebut yaitu apa
  • 31. yang harus diteliti, mengapa diteliti, kapan diteliti,dimana diteliti, siapa diteliti, dan bagaimana hasil yang diperoleh setelah dilakukan peneliti. b. Tindakan, pada tahap penelitian ini peneliti merancang strategi dan scenario penerapan pembelajaran yang akan diterapkan. Scenario atau rancangan yang dilakukan hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis dan tidak dibuat – buat. c. Observasi, pada tahap observasi ini tidak terlepas pada tahap tindakan yang sedang dilakukan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Observasi dilakukan guru sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama tindakan berlangsung. d. Refleksi, tahap ini dimaksud untuk mengkaji atau mengemukakan kembali secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisi, dan penilaian terhadap hasil pengamatan. Skema pelaksanaan PTK tersebut penulis merujuk kepada pendapat Suharsimi Arikunto sebagai berikut: Refleksi SIKLUS I Perencanaan Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Pelaksanaan Refleksi ?
  • 32. Gambar 2.1 Siklus Kegiatan PTK Siklus I 1. Tahap perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti mengadakan beberapa kali pertemuan dengan guru kelas membahas teknis pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Dalam pertemuan ini, peneliti membahas dan menganalisis materi pelajaran kemudian peneliti: a) melakukan pengamatan secara langsung keadaan kelas maupun siswa; b) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan mata pelajaran dan materi pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual agar pembelajaran menarik; c) mendiskusikan bahan dan alat – alat yang digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran; d) menysusn format atau lembar observasi yang akan digunakan; e) menyusun alat evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa; f) menyiapkan media dan alat peraga. 2. Tahap pelaksanaan tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tujuan utama dalam melaksanakan tindakan ini untuk mengupayakan adanya perubahan kearah perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran siswa dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan diawal. Dalam melaksanakan tindakan maka perlu menyusun langkah – langkah operasional atau scenario pembelajaran dari tindakan yang dilakukan yaitu : 1. Member semangat belajar kepada siswa 2. Memberikan pertanyaan lisan kepada siswa, yaitu: Apakah kalian pernah mengamati sesuatu? Apakah informasi yang kalian dapatkan dari hasilpengamatan akan diinformasikan? Tertulis atau lisan? Apa yang kalian ketahui tentang laporan pengamatan? 3. Guru menjelaskan materi tentang sistematika penulisan laporan
  • 33. 4. Guru menyediakan media gambar kemudian melakukan pengamatan bersama siswa. 5. Guru member contoh cara membuat laporan pengamatan terhadap gambar. 6. Siswa menanyakan hal – hal yang kurang jelas kepada guru. 7. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk melaksanakan kegiatan pengamatan. 8. Siswa dengan bimbingan guru melaksanakan kegiatan pengamatan langsung. Setiap kelompok berusaha mencari data sendiri. 9. Setiap kelompok menulis laporan berdasarkan sistematika penulisan laporan. 10. Masing – masing kelompok mempresentasikan laporan pengamatan di depan kelas. 11. Guru mengadakan penilaian terhadap hasil kerja kelompok. 12. Guru melaksanakan refleksi pembelajaran dengan kegiatan Tanya jawab tentang hal – hal yang belum diketahui siswa. 13. Guru bersama siswa bertanya jawab memperbaiki pemahaman siswa, memberikan penguatan dalam pembelajaran. 14. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran. 3. Tahap observasi Tahap ini dilakukan selama penelitian berlangsung, melakukan pengamatan terhadap proses pelaksanaan terhadap proses pelaksanaan tindakan pada setiap pertemuan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat untuk penelitian ini. 4. Tahap Refleksi Tahap terakhir yang dilakukan pada siklus I adalah refleksi, yaitu mengkaji secara menyeluruh tahap – tahap yang telah dilakukan. Analisis dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan unsure – unsure
  • 34. yang diamati pada siklus I. setelah dilakukan refleksi pada siklus I dan masih ditemukan kekurangan, maka peneliti menyempurnakannya dengan melaksanakan siklus II. Siklus II Setelah siklus I dilaksanakan dan belum menemukan hasil belajar yang seperti diharapkan maka dalam hal ini dilanjutkan dengan melaksanakan siklus II dengan tahapan – tahapan sebagai berikut : 1. Tahap perencanaan Perencanaan pada tahap ini sama pada siklus I. Rencana pada siklus II ini disusun berdasarkan hasil refleksi yang telah dianalisis pada siklus I. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah direncanakan berupa proses pembelajaran sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran dan disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I. 3. Tahap observasi Tahap ini dilakukan selama penelitian berlangsung, melakukan pengamatan terhadap proses pelaksanaan terhadap proses pelaksanaan tindakan pada setiap pertemuan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat untuk penelitian ini. 4. tahap Refleksi Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data observasi di dalam kelas tentang aktivitas siswa dan tes hasil kerja siswa. Refleksi ini dilakukan dengan mempertimbangkan pedoman mengajar yang dilakukan serta melihat sejauh mana kesesuaian yang telah dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajran yang pada akhirnya ditemukan adanya peningkatan pada siswa. Hasil refleksi ini dilanjutkan ke siklus III untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.
  • 35. Siklus III Setelah siklus II dilakukan maka dilanjutkan ke siklus III untuk meyakinkan hasil kerja siswa yang lebih optimal dengan tahapan – tahapan sebagai berikut : 1. Tahap perencanaan Prosedurnya sama pada siklus II rencana pada siklus III disusun berdasarkan hasil refleksi yang dianalisis pada siklus II. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan rancangan tindakan kegiatan. 3. tahap observasi Tahap ini dilakukan selama penelitian berlangsung, melakukakan pengamatan terhadap proses pelaksanaan terhadap proses pelaksanaan tindakan pada setiap pertemuan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat untuk penelitian ini. 5. Tahap Refleksi Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data observasi di dalam kelas tentang aktivitas siswa dan tes hasil kerja siswa. Refleksi ini dilakukan dengan mempertimbangkan pedoman mengajar yang dilakukan serta melihat sejauh mana kesesuaian yang telah dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya ditemukan adanya peningkatan siswa dalam kemampuan menulis. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tes Tes merupakan alat ukur yang berharga dalam melaksanakan
  • 36. penelitian. Tes adalah seperangkat stimuli (rangsangan) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban – jawaban yang dijadikan penentuan skor angka. Tes menulis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil menulis siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran belajar tuntas ( masteri learning ) 2. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati kejadian sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal – hal yang akan diamati atau diteliti. Observasi yang dilakukan merupakan pengamatan yang dilakukan terhadap seluruh kegiatan pengajaran yang dilakukan dan awal tindakan sampai akhir pelaksanaan tindakan. Observasi dimaksud untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki. 3. Wawancara Wawancara merupakan percakapan yang tujuan untuk mengetahui aktifitas siswa dan peneliti selama pembelajaran. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan terbuka, yaitu siswa memiliki kesempatan dan kebebasan untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan pendapatnya sendiri. E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Teknik penilaian proyek Untuk menilai hasil kerja siswa, peneliti menggunakan penilaian proyek, yang mana penilaian proyek itu terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu : Pertama, kemampuan pengelolaan untuk memilih topic yang tepat dan mencari informasi serta dalam mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan. Kedua, relevansi dengan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman pada pembelajaran. Ketiga, keaslian yang dilakukan peserta didik dan merupakan hasil karyanya. Pelaksanaan penilaian
  • 37. ini dapat menggunakan alat / instrument penilaian berupa daftar cek (checklist) ataupun skala rentang (rating scale). Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata – rata ini didapat dengan rumus: x = ∑𝑥 ∑𝑛 Keterangan : x = Nilai rata – rata ∑x = jumlah semua nilai siswa ∑n = jumlah siswa Untuk menentukan tingkat penguasaan siswa dalam menyelesaikan tes dengan criteria penentuan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Criteria hasil belajar Kategori 90 – 100 Sangat memuaskan 80 – 89 Memuaskan 70 – 79 Tercapai 60 – 69 Kurang tercapai 0 - 59 Rendah Untuk menghitung ketuntasan belaja secara klasikal dengan rumus sebagai berikut: P = 𝑥 𝑛 x 100% Keterangan : P = Presentasi hasil tes X = Jumlah siswa yang telah mencapai daya serap
  • 38. N = Jumlah keseluruhan siswa Berdasarkan rumus tersebut, penelitimemberi patokan presentasi keberhasilan siswa secara keseluruhan adalah sebesar 75% dengan demikian, apabila ketuntasan belajar di dalam kelas sudah mencapai 75% maka keberhasilan belajar sudah tercapai, akan tetapi apabila ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan belum mencapai 75% maka keberhasilan siswa belum tercapai. Hal ini yang menjadi dasar bagi peneliti untuk melanjutkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus selanjutnya. Hasil analisis data disajikan dalam table sebagai berikut: - Siswa yang memperoleh skor 0 – 69 = tidak tuntas - Siswa yang memperoleh skor 70 – 100 = Tuntas F. Teknik Penjamin Keabsahan Data Keabsahan data juga sangat diperhatikan karena suatu hasil penelitian tidak ada artinya jika tidak mendapat pengakuan atau terpercaya. Memperoleh pengakuan terhadap hasil penelitian ini terletak pada keabsahan data penelitian yang telah dikumpulkan. Untuk mencapai trustworthiness (kebenaran), dipergunakan teknis kredibilitas, transferabilitas, dependibilitas dan konfirmabilitas yang terkait dengan proses pengumpulan dan analisis data, keabsahan data terdiri antara lain : 1) Kredibilitas (keterpercayaan), Usaha untuk membuat lebih terpercaya (credible), interpretasi dan temukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara: a) keterrikatan yang lama, b) ketekunan pengamatan, c) melakukan teriangulasi, d) mendiskusikan dengan teman sejawat yang tidak berperan serta dalam penelitian, e) kecukupan referensi, f) analisis kasus negative; 2) Transferabiliats, Transferabilitas memperhatikan kecocokan arti fungsi unsur – unsure yang terkandung dalam fenomena studi dan fenomena lain di luar lingkup studi. Cara ditempuh untuk menjamin keteralihan (Transferability) adalah dengan melakukan uraian rinci dari data ke teori, atau dari kasus ke kasus lain, sehingga pembaca dapat menerapkannya dalam konteks yang hampir sama; 3) Dependabilitas, Dependabilitas identik dengan raliabiliats (keterandalan). Dependabilitas dibangun sejak dari pengumpulan data lapangan serta saat penyajian data laporan penelitian. Pengembangan desin keabsahan dat dibangun mulai dari pemilihan kasus dan focus, melakukan orientasi lapangan dan pengembangan kerangka konseptual; 4) Konfirmabilitas, Konfirmabilitas identik dengan objektivitas penelitian atau keabsahan deskriptif dan interpretative. Keabsahan data dan laporan penelitian ini dibandingkan dengan menggunakan teknik, yaitu: mengkonsultasikan setiap langkah kegiatan kepada promoter atau konsultan sejak
  • 39. dari pengembangan desain, menyusun ulang focus, penentuan konteks dan narasumber, penetapan teknik pengumpulan data, dan analisis data serta penyajian data penelitian.