Dokumen tersebut membahas tentang penentuan destinasi heritage tourism di Indonesia untuk pasar wisatawan berpenghasilan tinggi. Dibahas pula strategi pengembangan heritage tourism terkait COVID-19. Heritage tourism didefinisikan sebagai perjalanan untuk mengalami warisan alam, budaya, atau saujana. Ada beberapa klasifikasi heritage seperti warisan alam, budaya, dan lansekap budaya. Destinasi yang cocok untuk wisatawan berpenghasilan tinggi adalah yang menawarkan pengal

1. Berbagi Pengalaman:
Penentuan Destinasi ‘Heritage Tourism’ untuk
Road Map Produk Wisata Alam, Budaya dan Buatan
2021-2030
Teguh Amor Patria
Alumni Prodi Perencanaan Kepariwisataan ITB angkatan 2010
Dosen Prodi Destinasi Pariwisata Universitas Bina Nusantara
Seminar Daring #1 Dekade Program Studi Magister Perencanaan Kepariwisataan
26 – 27 September 2020

2. Latar Belakang
• Perubahan kondisi lingkungan pariwisata yang disebabkan oleh COVID-19
• Perlunya diversifikasi produk wisata, terutama produk wisata minat khusus
• Pentingnya mengembangkan pariwisata yang berkualitas
• Menciptakan pangsa pasar baru berdasarkan potensi daya tarik wisata yang
dimiliki oleh Indonesia
(sumber: KAK Penyusunan Road Map
Produk Wisata Alam, Budaya dan Buatan 2020-2030, Kemenparekraf)
Sumber Foto Slide Pembuka: Prambanan Temple Compound, R-Nan, Flickr 2018
Sumber Foto Slide ini: Jatiluwih Rice Terrace, adiubudtour.com, tanpa tahun

3. Permasalahan
Bagaimana memilih destinasi Heritage Tourism (HT)
di Indonesia untuk pangsa pasar High-end Tourists (HET)?
Plus: Strategi apa yang dapat dipertimbangkan dalam Pengembangan
Road Map HT terkait COVID-19?
Catatan:
Paparan ini akan berfokus pada aspek-aspek sediaan dan penawaran (tidak akan meluas ke aspek-aspek lain,
seperti SWOT dan manajemen stratejik)

4. Apa itu Heritage Tourism?
• “…whether in the form of visiting preferred
landscapes, historic sites, buildings or
monuments, is also experiential tourism in the
sense of seeking an encounter with nature or
feeling part of the history of a place”
(Hall & Zeppel dalam Timothy & Boyd, 2003)
• “Traveling to experience the places, artifacts, and
activities that authentically represent the stories
and people of the past and present. It includes
visitation to cultural, historic, and natural
resources”
(Hargrove dalam National Trust for Historic Preservation, 2020)
Sumber Foto: Unit 19 Heritage and Cultural Tourism Management Merit Copy, locusassignments.com,
2012-2020

5. Apa itu Heritage Tourism?
Kritik:
• Untuk aspek budaya, kedua definisi tidak
membuat batasan antara “warisan budaya
masa lalu” (cultural heritage) dan “budaya
saat ini” (contemporary heritage)
• “Warisan budaya” merupakan bagian dari
“budaya” secara keseluruhan sehingga HT
merupakan bagian dari Cultural Tourism
Sumber Foto: Cultural Heritage Tourism, A Handbook for Community Champion,
SlideShare.net, 2012

6. Klasifikasi Heritage
• Warisan Alam (Natural Heritage)
Natural heritage is defined in Article 2 of the Convention as shown below:
Article 2
For the purpose of this Convention, the following shall be considered as “natural heritage”;
Natural features consisting of physical and biological formations or groups of such formations, which are of outstanding universal
value from the aesthetic or scientific point of view;
Geological and physiographical formations and precisely delineated areas which constitute the habitat of threatened species of
animals and plants of outstanding universal value from the point of view of science or conversation;
Natural sites or precisely delineated natural areas of outstanding value from the point of view of science, conservation or natural
beauty
(UNESCO 1972)
Sumber Foto: Komodo National Park, Indonesia.travel, 2019

7. Klasifikasi Heritage
• Warisan Budaya (Cultural Heritage)
Cultural Heritage is defined in Article 1 of the Convention as shown below:
Article 1
For the purpose of this Convention, the following shall be considered as “cultural heritage”:
Monuments: architectural works, works of monumental sculpture and painting, elements of structures of an archeological nature,
inscriptions, cave dwellings and combinations of features, which are of outstanding universal value from the point of view of history,
art or science;
Groups of buildings: groups of separate or connected buildings which, because of their value from the point of view of history, art or
science;
Sites: works of man or the combined works of nature and man, and areas including archeological sites which are of outstanding
universal value from the historical, aesthetic, ethnological or anthropological point of view
(UNESCO 1972)
Sumber Foto: Borobudur Temple, Indonesia,
indonesia.travel, 2019

8. Klasifikasi Heritage
• Warisan Lansekap Alam / Saujana (Cultural Landscape)
36. Cultural landscapes represent the “combined works of nature and of man” designated in Article 1 of the Convention. They are
illustrative of the evolution of human society and settlement over time, under the influence of the physical constraints and/or
opportunities presented by their natural environment and of successive social, economic and cultural forces, both external and
internal. They should be selected on the basis both of their outstanding universal value and of their representativity in terms of a
clearly defined geo-cultural region and also for their capacity to illustrate the essential and distinct cultural elements of such regions.
37. The term “cultural landscape” embraces a diversity of manifestations of the interaction between humankind and its natural
environment.
Cultural landscapes often reflect specific techniques of sustainable land-use, considering the characteristics and limits of the natural
environment they are established in, and a specific spiritual relation to nature. Protection of cultural landscapes can contribute to
modern techniques of sustainable land-use and can maintain or enhance natural values in the landscape. The continued existence of
traditional forms of land-use supports biological diversity in many regions of the world. The protection of traditional cultural
landscapes is therefore helpful in maintaining biological diversity
(UNESCO February 1996: 10-11).
Sumber Foto: Objek Wisata Jatiluwih Bali,
tempatwisatadibali.info, 2017

9. Apa saja klasifikasi & kriteria Cagar Budaya di
Indonesia?
• “… warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air
yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan”
• “Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar
Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:
a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan agama,
dan/atau kebudayaan; dan
d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa”
(UU 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya)
Sumber Foto: Ini Tarif Baru Wisata Sunrise dan Sunset di Borobudur, borobudurnews.com, 2020

10. Intisari Heritage Tourism
“Suatu sistem yang mendukung
perjalanan seseorang untuk
mendapatkan pengalaman dengan objek
warisan alam, dan/atau budaya,
dan/atau Saujana, baik yang berwujud
ataupun tidak berwujud dan dalam skala
yang bervariasi (pribadi hingga
universal), di satu atau lebih destinasi,
beserta seluruh komponen yang
mendukung perjalanan tersebut, seperti
transportasi, akomodasi, dan prasarana
dan sarana pendukung lainnya”
(rangkuman dari berbagai sumber)
Sumber Foto: Keraton Yogyakarta, The Core of Javanese Culture, walkinjava.com, 2020

11. Jenis Daya Tarik Heritage Tourism
• Natural history attractions: nature preserves, nature trails, aquatic
displays, wildlife parks, zoos, caves, gorges, cliffs, waterfalls
• Scientific attractions: science museums, technology centers, “hands
on” science centers
• Primary production attractions: farms, dairies, agricultural
museums, vineyards, fishing, mining
• Craft centers and workshops: water and windmills, sculptors,
potters, wood carves, metal shops, glass makers, silk working, lace
making, craft villages
• Manufacturing centers: pottery and porcelain factories, breweries,
cider factories, distilleries, industrial history museums
• Transportation attractions: transport museums, railways, canals,
shipping and docks, civil aviation, motor vehicles
• Sociocultural attractions: prehistoric and historic sites and displays,
domestic houses, history museums, costume museums, furniture
museums, museums of childhood, toy museums, ancient ruins
• Attractions associated with historic people: sites, areas and
buildings associated with famous writers, painters and politicians
Sumber Foto: Toraja by Yusep Cuandani, haikudeck.com, 2015

12. Jenis Daya Tarik Heritage Tourism
• Performing arts attractions: theaters, performing arts, circuses
• Pleasure gardens: ornamental gardens, period gardens, arboreta,
model villages
• Theme parks: nostalgia parks, historic adventure parks, fairytale
parks
• Galleries: art and sculpture
• Festivals and pageants: historic fairs, festivals, recreating past ages,
countryside festivals
• Stately and ancestral homes: palaces, castles, country houses,
manor houses
• Religious attractions: cathedrals, churches, abbeys, mosques,
shrines, temples, springs, wells
• Military attractions: battlefields, military airfields, naval dockyards,
prisoner of war camps, military museums
• Genocide monuments: sites associated with the extermination of
other races or other mass killings of populations
Sumber Foto: Wisata Unik di Kota Lama Semarang,
dosenwisata.com, 2019

13. Jenis Daya Tarik Heritage Tourism
• Towns and townscapes: historic urban centers, groups of buildings,
shops, urban settings
• Villages and hamlets: rural settlements, architecture, pastures
• Countryside and treasured landscapes: national parks, rural
landscapes
• Seaside resorts and seascapes: seaside towns, marine landscapes,
coastal areas
• Regions: countries and other historic regions identified as distinctive
by residents and visitors
(Prentice dalam Timothy & Boyd, 2003)
Sumber Foto: Merayakan Kemeriahan Cap Go Meh di Singkawang,
indomedia.co.au, 2018

14. Karakteristik Calon Pasar Wisatawan: High-end
Tourists (HET)
High-end/Luxury Tourists:
“A wealthy client segment, with great
financial means, that are willing to pay
colossal amount of money for a trip due
to a desire to outshine others in their
social circle and to spend their hard-
earned money on a relaxation and
pampering”
(Popescu & Oltenau, 2014)
Sumber Foto: Top 10 Resorts in Seminyak in 2020 that Bring Out the Absolute Best
of Bali, traveltriangle.com, 2020

15. • Berusia antara 25 dan 55 tahun
• Berlatarbelakang pendidikan tingkat “medium‟ atau “superior‟
• Memiliki usaha sendiri atau memiliki jabatan manajemen tingkat menengah atau atas dalam perusahaan besar
• Memiliki penghasilan bulanan antara 1500 – 2000 Euro
• Mendatangi tempat-tempat eksklusif secara berkala dan hanya tertarik untuk mendapatkan pelayanan berkualitas tinggi, sesuai
dengan gaya hidup mereka yang sangat tinggi
• Berkeyakinan bahwa mereka berhak mendapat liburan mahal untuk kerja keras mereka, tempat mereka dapat menghabiskan
penghasilan yang telah diupayakan, berhak mendapat perlakuan a la selebritis, menerima pelayanan berkualitas tinggi, dan,
mungkin yang paling penting, memamerkan standar kehidupan mereka di masyarakat, bahwa mereka sukses, dan dapat
menikmati semua manfaat dari kesuksesan mereka.
• Dari sisi pendapatan, mereka sanggup membuat fantasi menjadi kenyataan, termasuk dalam konteks liburan. Mereka
menginginkan pelayanan kepariwisataan yang prima, mulai dari meninggalkan rumah hingga kembali ke rumah, seperti pelayanan
yang dapat dipercaya, disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan (customized), dan individual. Mereka tidak memaafkan
kesalahan.
• Dari sisi psikografis, mereka sangat sadar akan citra dan status mereka, dan fokus pada eksklusiftas dan pengalaman yang unik dan
tidak banyak dilakukan oleh orang lain.
• Membutuhkan akomodasi “feels like home away from home” dan “customized service”
(Popescu & Olteanu, 2014)
Karakteristik Calon Pasar Wisatawan: High-end
Tourists (HET) – Konteks Eropa
Sumber Foto: Where is London?, visitlondon.com, 2009

16. Contoh destinasi wisata atau fasilitas yang biasa diperlukan oleh
HET:
• Kota-kota kosmopolitan, pulau-pulau eksotis, negara-negara
terpencil di benua lain, atau tempat-tempat yang tidak
tersentuh manusia (seperti pulau-pulau dan pantai-pantai
terpencil, kota-kota yang kurang terkenal, tanpa polusi atau
memiliki sejarah, desa dan pusat kesehatan dan kebugaran
(health and wellness centers)
• Menginginkan akomodasi yang canggih (sophisticated) dan
“extravagant‟, yang hanya dapat dipenuhi oleh hotel bintang
lima dan terkadang bintang empat (Teodorecu, 2009), atau
resor bintang lima yang menawarkan pengalaman unik dan
eksklusif (Bakker, 2005), serta menerapkan konsep ramah
lingkungan (eco-friendly).
• Menginginkan signifikansi dari sebuah tur dan tema dari
sebuah liburan, misal cruise holiday, cultural atau historical
tour, culinary holidays, sports holidays, dan sebagainya
(Liu, 2015)
Karakteristik Calon Pasar Wisatawan: High-end
Tourists (HET) – Konteks Eropa
Sumber Foto: Kemenparekraf Ajak Tour Operator Bidik High-End Tourist lewat
Perjalanan Ekowisata, bisnisjakrta.co.id, 2019

17. Contoh Destinasi HET di Dunia (tidak terkait daya
tarik HT) versi Money Inc. (2017) adalah:
• Seychelles (pantai dan pulau) – Lepas pantai
timur Afrika
• Dataran Tinggi Tanzania (dataran tinggi) –
Afrika
• Aguas Calientes (hutan) – Peru
• Tokyo (kota kosmopolitan) – Jepang
• Amsterdam (kota kosmopolitan) – Belanda
• New York (kota kosmopolitan) – Amerika
Serikat
• London (kota kosmopolitan) – Inggris
• Pulau Mirihi, Maldives (pulau) – Asia Selatan
• Pulau Langkawi (pulau) – Malaysia
• Andaz Peninsula (tanjung) – Costa Rica
• Grenada (pantai) – Amerika Tengah
• St Lucia (pantai dan pulau) – Amerika Tengah
• Danau Como – Italia
• Song Saa (pantai) – Cambodia
• Bahia (kota bersejarah dan pantai) – Bazilia
• Mauritius (pantai dan pulau) – Samudera
Hindia
• Rejkjavik (kota) – Eslandia
• Laikipia (taman safari) – Kenya
• Udaipur (kota budaya) – India
• Paris (kota kosmopolitan) – Perancis

18. Apabila dilihat karakteristiknya, destinasi-destinasi tersebut memiliki
ciri khas sebagai berikut:
• Merupakan kawasan natural, seperti pantai, pulau, pegunungan, dan
taman safari, yang jauh dari populasi dan berbagai macam polusi,
• Merupakan kota kosmopolitan / berkelas internasional di negara-
negara maju,
• Merupakan kota yang memiliki kekayaan budaya dan sejarah di
negara-negara berkembang.
• Secara umum, semua destinasi tersebut memiliki karakter atau ciri
khasnya yang kuat
Intisari Karakteristik Destinasi HET di Dunia
Sumber Foto: Udaipur in the Steps of James Bond, insidejourneys.com.au, tanpa tahun

19. Negara-negara Potensial untuk Mendatangkan
HET ke Indonesia
ASEAN (> US$5,000)
Brunei, Malaysia, Singapura, Thailand
AUSTRALIA & PASIFIK (> US$40,000)
Australia, Selandia Baru
ASIA TIMUR (> US$10,000)
China, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan,
Macao
TIMUR TENGAH (> US$ 30,000)
Kuwait, Qatar, United Arab Emirates
EROPA BARAT (> US$ 40,000)
Andorra, Austria, Belgia, Perancis,
Jerman, Irlandia, Liechstentein,
Luxembourg, Monaco, Belanda, Swiss,
Inggris Raya
EROPA UTARA (> US$ 40,000)
Denmark, Finlandia, Eslandia, Norwegia,
Swedia
AMERIKA UTARA (> US$ 40,000)
Canada, Amerika Serikat, Bermuda
Sumber Foto: Pale Vintage Format, photowall.com, tanpa tahun

20. Kriteria Pemilihan Destinasi Heritage Tourism
di Indonesia untuk Road Map HT 2021-2030
“Warisan budaya berwujud, spesifiknya kota tua dan monumen dan
situs budaya (bukan warisan tidak berwujud, warisan alam, dan
warisan saujana)”
Sumber Foto: Wisata Murah Akhir Pekan Bersama Keluarga di Kota Tua Jakarta, Adrian – .blog,airpaz.com, 2019

21. Sebagai tambahan, kota tua dan monumen dan
situs budaya harus:
• Masuk dalam daftar UNESCO World Heritage
Sites atau dinominasikan untuk masuk ke dalam
UNESCO World Heritage Site karena (biasanya)
objek dalam kategori ini memiliki nilai-nilai
universal yang dapat memiliki relevansi baik
bagi wisatawan domestik dan internasional
(diwarnai dengan warna biru dalam Tabel 1.1)
• Masuk dalam daftar Cultural Heritage
Regeneration yang disusun oleh Wonderful
Indonesia, Kementerian Pariwisata (ditandai
dengan warna hijau dalam Tabel 1.1). Catatan:
Beberapa overlap dengan kriteria di atas.
• Tidak masuk atau dinominasikan sebagai
UNESCO World Heritage Sites tetapi dianggap
memiliki nilai-nilai internasional (sebagai
contoh, kota tua yang memiliki campuran
warisan lokal, colonial, dan ‘bukan etnis asli’
(sebagai contoh warisan Tionghoa, Arab,
India) (diwarnai dengan warna merah dalam
Tabel 1.1).
• Kriteria tambahan di atas yang berlokasi dekat
dengan infrastruktur aksesibilitas dan sarana
(sebagai contoh, bandara/Pelabuhan/jalan)
untuk memudahkan mobilitas wisatawan.
• Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, penulis
mengusulkan kota-kota tua dan monumen dan
situs budaya berikut sebagai permulaan
(catatan: tanda asterisk * setelah nama
destinasi menunjukkan adanya kelompok
masyarakat heritage lokal)
Kriteria Pemilihan Destinasi Heritage Tourism
di Indonesia
Sumber Foto: Menjadi relawan, sekalian Mencicipi Pesona Pulau Banda Neira,
hiipwee.com, 2018

22. Destinasi berpotensi untuk disertakan dalam daftar Road Map Heritage Destination di Indonesia
Kota Banda Aceh* Kota Pekanbaru* Taman Botani Bogor Kota Solo* Kota Buleleng Buton
Kota Sabang* Kota Siak* Kota Bandung* Kota Tegal Kota Ampenan* Kota Ternate*
Kota Balige Situs Komplek Muara Takus Kota Cimahi* Situs Manusia Purba
Sangiran*
Sumbawa Besar Kota Tidore
Kota Medan* Tanjung Pinang &
Penyengat*
Kota Cirebon* Komplek Candi Prambanan Kota Kupang* Kota Ambon*
Kota Pematangsiantar Komplek Candi Muarajambi Komplek Candi Borobudur* Kota Yogyakarta* Kota Larantuka Lansekap Perairan
Bersejarah Kepulauan
Banda
Situs Bawomataluo Kota Palembang* Kota Demak Kota Kediri* Kota Pontianak
Kota Bukitiinggi* Kota Muntok* Kota Lama Semarang* Kota Malang Kota Singkawang
Kota Padang* Kota Bengkulu* Kota Lasem* Kota Pasuruan Kota Banjarmasin*
Pemukiman Tradisional
Sijunjung
Kota Banten Kota Pekalongan Kota Surabaya* Kota Makassar*
Tambang Batubara
Sawahlunto
Kota Tua Jakarta* Kota Salatiga Situs Trowulan Pemukiman Tradisional
Tana Toraja
- Masuk dalam UNESCO World Heritage Site (warna biru)
- Masuk dalam Cultural Heritage Regeneration dari Wonderful Indonesia (warna hijau)
- Dianggap memiliki nilai atau skala internasional (warna merah)
- Kriteria tambahan: Destinasi dekat dengan / terhubung oleh infrastruktur dan sarana aksesibilitas untuk memudahkan akses dan mobilitas wisatawan
- Tanda asterisk * : Terdapat komunitas heritage conservation/trail di destinasi

32. Waiting List
Balige
Pematangsiantar
Pekanbaru
Kediri
Sumbawa Besar
Kupang
Larantuka
Banjarmasin
Buton

33. Strategi terkait Pengembangan Cultural
Tourism “Selama” dan “Setelah” COVID-19
Immediate Response Recovery
Improve information and data exchange between sectors Shift quantity to quality
Launch innovative alliances Diversify cultural tourism products
Inspire a more sustainable future for cultural tourism Boost community’s participation & domestic tourism
Form a more resilient tourism and culture workforce Customize cultural offer for international visitors
Strengthen governance structure for better coordination and
information sharing
Enable cultural tourism entrepreneurship and innovation
Attract new audiences Make cultural tourism accessible to all
Sumber: UNWTO (2018)
Link: https://www.unwto.org/cultural-tourism-covid-19

34. Bagaimana Kecenderungan Orang Bepergian di Era
New Normal?
Akan ada perubahan dari:
• Kelompok besar ke kelompok kecil
• Produk massal ke produk yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik individu
atau kelompok
• Tempat-tempat ramai ke tempat-tempat terpencil
• Mencari aspek keindahan suatu tempat ke ketenangan
• Mencari fasilitas pendukung ke aspek yang mengutamakan kebersihan
(hygiene),
Juga:
• Wisata domestik akan bangkit yang pertama tetapi perlahan; internasional
masih membutuhkan waktu
• Reservasi online/cashless/e-ticketing dan kebangkitan virtual tour/melalui
media sosial
• Kesehatan dan keamanan menjadi alasan utama
• Lebih memilih DTW alam / terbuka
• Pembatasan jumlah wisatawan dan jam operasional ODTW
(dari berbagai sumber)
Sumber Foto: Garuda Indonesia, tanpa tahun

35. Video Contoh Destinasi HT:
Kota Lama Semarang

36. TERIMA KASIH