SlideShare a Scribd company logo
1 of 90
ANALISA PANGAN
VITAMIN
Ilmu Teknologi Pangan 3-D
VITAMIN
Silvi Febri B.
152
Fachry
Perdana P.
158
Iin
Malisa
161
Ma’aisya
Istiqomah
132
Retia Risky A.
138
Rahmawati
Tokan
145
Vitamin adalah senyawa organic kompleks yang essensial untuk
pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain bagi makhluk hidup. Berbagai
fungsi biokimia dan yang umumnya tidak disintetis oleh tubuh sehingga
harus dipasok dari makanan. Vitamin juga berperan dalam berbagai
macam fungsi tubuh lainnya, termasuk regenerasi
kulit,penglihatan,sistem susunan syaraf dan sistem kekebalan tubuh.
VITAMIN
VITAMIN LARUT
DALAM LEMAK
VITAMIN LARUT
DALAM AIR
Vitamin Larut di dalam Lemak
Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak
ini memerlukan absorbsi lemak yang
normal agar vitamin tersebut dapat
diabsorbi secara efisien. Yang
merupakan vitamin larut di dalam
lemak adalah A,D,E, dan K.
Vitamin
Larut Lemak Larut Air
Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin C Vitamin B
Spektofotometri
Kolorimetri
Kromatografi
(KCKT)
Pemasan dengan
H₂O₂
KCKT
Antimoni
Triklorida
Pereaksi Gliserol
Diklorohidrin
Metode
Selimteri
Kolorimetri
Kromatografi
(KCKT)
Kromatografi
(KCKT) Iodimetri
DCIP
Kolorimetri
Spektofotometri
Spektofluometri
Thiamin (B1)
Riboflavin (B2)
Piridoksin (B6)
Biotin (B7)
Asam Folat
(B9)
Kobolamin
(B12)
Spektrofotometri
Vitamin A
• Vitamin A merupakan istilah generik untuk
semua senyawa dari sumber hewani selain
karotenoid yang memperlihatkan aktivitas
biologik vitamin A
• Senyawa-senyawa aktif vitamin A
direpresentasikan dengan retinoid (ditandai
dengan vitamin A) dan zat awal
karetenoidnya (Karetenoid Provitamin A)
• Sumber yang mengandung vitamin A : susu,
ikan, wortel, pisang, dan lain-lain
• Absorbansi maximum vitamin A adalah
pada 325-328 nm
• Vitamin A : larut dalam solven organik
dan dlm lemak, tidak larut dalam air
• Hasil reaksi vitamin A dengan
antimoni-khlorida (SbCl3) memiliki
absorbansi maximum pada 620 nm
• Preparat vitamin A berupa kristal
kuning pucat dengan titik lebur 63-
64oC
Struktur Vitamin A
Struktur vitamin A alkohol (retinol) & -karoten
(cincin 6-C merupakan komponen kritis untuk aktivitas vitamin A)
Spektofoto
metri
Kolorimetri
Kromatografi
Analisis Vitamin A
pengujian vitamin A dalam
bahan pangan terdiri dari 3
tahap yaitu: tahap sponifikasi,
tahap ekstraksi, tahap
pemekatan atau penguapan
pelarut organik dan tahap
pengukuran menggunakan
instrumen,
Metode penetapan kadar
vitamin A ada 3 yaitu
SPEKTOFOTMETRI
Spektrum absorbsi ultraviolet vitamin A dan vitamin A
asetat mempunyai absorbansi maksimal pada panjang
gelombang antara 325 sampai 328 nm dalam berbagai
pelarut.
Akseroftol (Vit A)
Dalam bentuk
ester
Dalam bentuk lain
Jika larutan vitamin A menyerap lurus pada daerah
panjang gelombang antara 325-328 nm, maka koreksi
geometri dapat digunakan. Koreksi ini digunakan
untuk mengoreksi senyawa pengganggu yang
mempunyai absorbansi tetap, akan tetapi kesalahan
yang besar akan terjadi apabila formula koreksi ini
digunakan terhadap pengganggu yang tidak lurus
KOLORIMETRI
Metode Carr-Price
Metode ini berdasarkan atas reaksi akseroftol dengan antimon
triklorida anhidrat dalam kloroform yang menghasilkan warna
biru. Reaksi ini terjadi anatara antimony triklorid dengan rantai
tak jenuh dari akseroftol. Pembacaan biasanya dilakukan dalam
waktu 10 sampai 15 detik setelah sampel ditambah pereaksi
• Metode ini didasarkan pada pembentukan kompleks warna biru
antara antimoni triklorid atau asam trifluoroasetat dengan retinol
dalam kloroform, yang dapat diukur absorbansinya di panjang
gelombang 620 nm
• Minyak hati ikan cod memberikan waran biru-ungu dengan agensia
dehidrator semisal asam sulfat
• AOAC metode 974.29 memperbolehkan dingunakannya asam
trifluoroasetat sebagai ganti antimoni triklorida. Asam trifluoroasetat
mudah digunakan,kurang korosif, serta mampu memberikan warna
yang lebih stabil di badingkan antimoni triklorida
prosedur analisa
Untuk sampel dengan kadar vitamin A rendah  dilakukan
saponifikasi sbb.:
- 10 + 0,1 g sampel ditambah 75ml alkohol 95% dan 25
ml KOH 50% dan dididihkan dengan memakai pendingin
balik
- Campuran dipindah ke labu pemisah dan dilakukan ekstraksi
dengan ditambah dietil eter
- Ekstrak eter dicuci dengan H2O, kemudian ditambah Na-sulfat
anhidrat (untuk membebaskan air)
- Eter diuapkan dengan penangas air, kemudian gas N2  diperoleh
ekstrak kering
- Ekstrak kering dilarutkan dalam khloroform
• Untuk sampel yang kaya vitamin A : dilarut-kan sampel
dalam khloroform (konsentrasi akhir = 20% w/v)
• 4ml reagen Carr-Price ditambah 1ml khloroform (sebagai blanko)
• 0,5ml larutan sampel dalam khloroform ditambah 2ml
reagen Carr-Price, dicampur merata
• Absorbansi campuran ditera pada 620 nm
• Dibuat kurva standar (kisaran konsentrasi vitamin A = 0
– 15 IU/ml)
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
• Untuk pengujian rutin aktivitas vitamin A dan untuk karakterisasi
retinoid dan karotenoid dalam sampel, maka kromatografi cair
merupakan pilihan utama untuk analisis
• Keuntungan nyata kromatografi cair dibandingkan dengan teknik
yang lain adalah kemampuannya untuk memisahkan isomer cis- dan
trans dari all-trans retional dan all-trans-karotenoid, mampu
memisahkan karotenoid provitamin A dari campuran karotenoid
kompleks
• Metode-metode selain kromatografi cair seperti metode spektroskopi
atau kolometri akan menghasilkan aktivitas vitamin A yang berlebih.
Prinsip:
Vitamin A akan terekstrak ke dalam larutan organik. Semua transretinol dan 13 cisretinol
diukur dengan HPLC dengan kolom silika. HPLC adalah metode yang akurat digunakan dalam
pengukuran vitamin A
Metode Kromatografi (HPLC)
 Preparasi Sampel
• Dimasukkan sebanyak 40 mL sampel kedalam tabung digesti 100 mL ,
• Ditambahkan 10 mL etanolik pirogallol, dan
• Disabunkan dengan etanolik KOH pada suhu ruang 18 jam
 Ekstraksi
• Pipet 3mL sampel yang telah terdigesti ke dalam tabung sentrifus 15 mL dan
ditambahkan 2 mL air
• Ekstrak dengan 7 mL heksan-dietileter(85:15)
• Ulangi ekstraksi sebanyak 2 kali
• Masukkan sampel terekstrak ke dalam tabung volumetrk 25 mL dengan heksan.
• Tambahkan sebanyak 1 mL heksadekan +hexan dan diencerkan ke dalam tabung dan
sentrifus dan uapkan dengan nitrogen. Larutkan residu dalam 0,5 mL heptan
Parameter kromatografi
• Kolom: 15 cm x 4.5 mm dipadati dengan 3 mm silika
(Apex µm silika)
• Fasa mobil: isokratik, heptane dan isopropanol (1-
5%)
• Deteksi: UV 340 nm
• Flow rate:1-2 ml/menit
Vitamin D
• Disebut juga dengan vitamin anti
rakhitis
• Vit. D adalah senyawa yang stabil
sehingga tidak rusak oleh pemasakan
makanan, penyimpanan atau
penanganan pasca panen
• Sumber yang mengandung vitamin D :
minyak ikan, keju, telur, dan lain-lain
• Vitamin D dapat larut dalam minyak &
lemak, alkohol, dan propilen-glikol
• Vitamin D dapat dipengaruhi oleh
cahaya serta bersifat thermolabil
• Vitamin D memiliki spektrum serapan
kharakteristik maximum pada 265
nm
• Metoda utama analisis kadar vitamin
D adalah secara bioassay
Struktur Vitamin D
Analisis Vitamin D
1. Uji Vitamin D dengan Pemanasan
menggunakan Hidrogen Peroksida
Prinsip: Umumnya vitamin D stabil
terhadap pemanasan, asam dan oksigen.
Vitamin D secara lambat didestruksi
bila lingkungannya alkalis, terutama bila
terdapat udara dan cahaya. Pemanasan
dengan hidrogen peroksida tidak
merusak vitamin D tetapi vitamin A
akan rusak.
Prosedur Uji Identifikasi Vitamin D
Analisa vitamin D dengan
antimoni triklorida
• Vit D2 + D3 dengan antimoni-
trikhlorida dlm khloroform akan
berwarna orange-kuning yang
segera mencapai intensitas serapan
maximum pada 500 nm
• Tachysterol memiliki sifat serupa,
namun sterol lain serta vit. A tidak
memiliki sifat seperti itu .
Prosedur Analisa
• Dimasukkan 2 ml larutan yang diuji
dalam tabung spektrometer dan
ditambah 4 ml larutan jenuh Antimoni-
trikhlorida dalam khloroform bebas air
• Ditunggu 10-15 menit dan serapannya
dibaca pada 500 nm
• Kadar vitamin D dapat dihitung dengan
persamaan kurva standar .
Analisa vitamin D dengan
pereaksi gliserol dikhlorohidrin
• Vitamin D2 + D3 bereaksi dengan
gliserol dikhlorohidrin, dengan adanya
asetil-khlorida atau halida-asam
lainnya
• Vitamin D2 dengan cepat membentuk
warna kuning, yang kemudian berubah
hijau dlm 1 menit dan mencapai
maximum dalam 15 menit, serta akan
stabil selama beberapa jam dengan
serapan maximum pada 625 nm
• Dengan ergosterol segera muncul warna pink
pucat yang berubah menjadi orange/ jingga
dalam 15-20 menit dan kemudian menjadi hijau-
fluoresen
• Dengan 7-dehidrokholesterol tidak nampak warna
pd beberapa menit pertama kmd muncul warna
pink pucat yang akan makin intensif dalam 24 jam
• Dengan kholesterol tidak muncul warna
• Reaksi tersebut dapat membedakan antara vitamin
D2 dari ergosterol dan 7-dehidro-kholesterol; dan
juga membedakan antara ergosterol dengan 7-
dehidrokholesterol
•
KCKT
Jenis sampel: Vitamin D3 dalam jus jeruk
Penyiapan sampel: sampel diekstraksi dengan etil
eter-petroleum eter. Sampel ditambah dengan
standart internal vitamin D2, ditambah vitamin C
sebagai antoksidan dan diekstraksi
Kolom: kolom fase normal Inertsil
Fase gerak: Asetonitril-metanol (40:60) selama 20
menit
Detektor: UV-DAD 262 nm
Spektrofotometri
• Vitamin D2 dan D3 menunjukkan spectra
serapan uv yang identik, dengan
panjang gelombang maksimal 265 nm.
• Nilai ε dalam metanol atau heksan
adalah 18000 M-1cm-1
• Kisaran batas deteksi yang dilaporkan
dalam kolom adalah antara 1-10 ng
Vitamin E
• Disebut juga vitamin antisterilitas
• Sumber yang mengandung vitamin E :
ikan, ayam, kecambah, ragi, dan
sebagainya
• Kelompok vitamin E terdiri dari -, -, -
, dan -tokoferol dan beberapa esternya,
semisal ester asetat dan allofanat
Struktur Vitamin E
Kromatografi
(KCKT) Selimetri
Analisis Viatmin E
Kolorimeteri
Kromatografi KCKT
Prinsip :
• Untuk produk makanan umum: sampel disaponifikasi
dengan reflux,diestrak dengan heksan dan diinjeksi
kedalam fase normal kolom HPLC yang
disambungkan pada detektor fluoresesnsi
• Untuk margarin dan minyak nabati : sampel dilarutkan
dalam heksan, MgSO4 ditambahkan untuk mengganti
air keudia difilter dan diuji dengan HPLC
• Untuk minyak : dilarutkan dalam heksan dan diinjeksi
secara langsung ke dalam kolom HPLC
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
(HPLC)
 Untuk produk makanan umum
1. Tambahkan 10 mL pirogallol 6% kesampel, campurkan dan aliri
dengan N2
2. Panaskan pada suhu 70°C .
3. Sonikasi selama 5 menit, didinginkan pada suhu ruang dan
tambahkan NaCl dan air
4. Ekstrak dengna heksana sebanyak 3 kali
5. Tambahkan 0,5 g MgSO4 dan homogenkan
6. Saringlh dan encerkan sampai volume dengan heksan dan injeksi
20µl
 Margarin dan minyak nabati
1. Tambahkan 40 mL heksan kedalam 10 g sampel dan homogenkan
2. Tambahkan 3 g MgSO4 dan campur, biarkan 2 jam .
3. Saring dan encerkan sampai volume dengan heksan dan injeksi
20µl
Metode Serimetri
Metode ini berdasarkan atas sifat mereduksi tokoferol
setelah tokoferol asetat dihidrolisis dengan asam.
Tokoferol tidak stabil dalam larutan basa
Metode Kolorimetri
Dalam AOAC (1995), penetapan kadar vitamin E dalam
makanan baik dalam bentuk kering mauun basah
dilakukan secara kolorimetri. Alfa0tokoferol diekstraksi
dari sampel dengan pelarut organik. Residu lemak
disabunkan, alfa-tokoferol diisolasi dengan
kromatografi lapis tipis, dan ditetapkan kadarnya secara
kolometri
Vitamin K
 Vitamin k digolongkan sebagai senyawa kimia : quinone
 Sumber yang mengandung vitamin K : susu, kuning telur,
sayuran segar
• Untuk analisis vitamin K dalam susu formula, prosedur
Rose-Gottlieb telah dimodifikasi dengan mengganti
perlakuan amonia/etanol dengan etanol yang diasamkan.
• Vitamin K dari sayuran,buah-buahan,serelia,daging dan
ikan telah diekstraksi dengan menggerus samel dalam
mortar hingga diperoleh granul halus sebelum di ekstraksi
dengan aseton. Setelah penambahan air dan heksan ke
ekstrak aseton ,maka vitamin K akan terpartisi semuanya
di lapisan atas (heksan), sementara senyawa-senyawa
polar berada di lapisan aseton / air
Struktur Vitamin K
Analisa Vitamin K
• Metoda analisis kuantitatif berdasar pada
interaksi 2,4-dinitro-fenilhidrazin dengan 2-
metil-1,4-naftoquinon dng adanya ammonia
alkoholis yang membentuk warna biru s/d biru-
hijau .
• Metoda lainnya didasarkan pada reduksi kata-
litik larutan quinon dalam butil alkohol dengan
indikator fenolsafranin. Hasil hidroquinon
kemudian ditambah larutan Na-2,6-dikhloro-
benzeneon-indofenol dalam butil alkohol
berlebihan, yang bebas udara. Menurunnya
intersitas warna proporsional dengan quinon
awal yang ada.
Vitamin C
Vitamin C atau yang biasa disebut Asam
karbonat adalah salah satu jenis vitamin
yang larut dalam air. Vitamin ini paling
tidak bisa stabil (mudah teroksidasi).
Serta vitamin C rusak karena reaksi enzim
askorbat-oksidase, labil pada suhu tinggi
dan stabil pada pH asam namun tidak
pada pH netal dan alkali.
• Ascorbic acid Dehydroascorbic acid
Vitamin C = ascorbic acid + dehydroascorbic acid
Analisa Vitamin C
Iodimetri
2,6-
dikllorofeno
lindofel
(DCIP)
Spektofoto
metri
Spektrofluo
rometri
Metode Instrumen Metode Non Instrumen
Metode Iodimetri
Dasar metode ini adalah sifat mereduksi
asam askorbat. Metode iodimetri (titrasi
langsung dengan larutan baku ioodium
0,1 N) dapat digunakan terhadapa asam
askorbat murni atau larutannya.
Prinsip
Yodium sebagai oksidator mengoksidasi
vitamin C, kelebihan yodium akan segera
terdeteksi dengan indicator amilum yang dalam
suasana basa berwarna biru muda.
Prosedur
• Timbang 100-300 gram sampel padat
• Hancurkan dalam blender sampai diperoleh slurry
• Timbang 10-30 g slurry masukkan ke dalam labu takar
100 ml
• Tambahkan aquades sampai tanda
• Saring dengan kertas saring atau disentrifuse untuk
memisahkan filtratnya
• Ambil 5-25 ml filtrate dengan pipet
• Masukkan ke dalam erlenmeter 125 ml
• Tambahkan 2 ml larutan amilum 1% (soluble starch)
dan tambahkan 20 ml aquades
• Kemudian titrasi dengan 0,01 N standar yodium
• T.A.T ditandai dengan terbentuknya warna biru muda
Perhitungan:
• 1 ml 0,01 N yodium= 0,88 mg asam askorbat
Metode 2,6-diklorofenolindofenol
(DCIP)
Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DICP) ini
berdasarkan atas sifat mereduksi asam
askorbat terhadap zat warna 2,6-
dilorofenolindofenol. Asam askorbat akan
mereduksi indicator warna 2,6-diklorofenol-
indofenol membentuk larutan yang tidak
berwarna. Pada titik akhir titrasi, kelebihan
zat warna yang tidak mereduksi akan
berwarna merah muda dalam larutan asam.
Metode Kolorimetri
Asam askorbat dengan 4-metoksi-2-
nitroanilin yang telah didiazotasi
membentuk senyawa yang berwarna biru.
Metode Spektofotometri
Asam askorbat dalam larutan air netral
menunjukkan absorbansi maksimum pada
264 nm dengan nilai E1%= 579. Panjang
gelombang maksimum ini akan bergeser
oleh adanya asam mineral.
Metode Spektrofluorometri
Suatu metode spektrofluorometri untuk
menentukan kadar vitamin C yang
mendasar pada reaksi yang dikatalisis
oleh hemoglobin telah dikembangkan.
Metode spektrofluorometri lain untuk
analisis kuantitatif vitamin adalah
berdasarkan pada reaksi antara asam
askorbat (AA) dengan metilen biru (MB).
Vitamin B
• 8 vitamin yang larut dalam air dan memilki
peran penting dalam metabolisme sel
• Daftar jenis vitamin B
1. B1 (tiamin)
2. B2 (riboflavin)
3. B3 (niasin , termasuk asam nikotinat)
4. B5 (asam pantotenat)
5. B6 (piridoksin)
6. B7 (dikenal juga vitamin H(biotin)
7. B9 (dikenal sebagai vitamin M dan vitamin
B-c (asam folat))
8. B12 (kobolamin)
Vitamin B1 (Thiamin)
• Berbentuk kristal putih bersifat higroskopis
• Berbau ragi, titik leleh 246-250 C
• BM 337.26
• Mudah larut dalam air
• Membantu sel tubuh mengubah
karbohidrat menjadi energi
• Berperan penting bagi organ jantung, otot
dan sistem saraf agar berfungsi dengan baik
Metode Analisa Vitamin B1 (Thiamin)
I. Metode spektrofluorometri
II. Metode kolorimetri
III. Metode alkalimetri
IV. Metode argentomeri
V. Metdode gravimetri
VI. Kromatografi
Prosedur penetapan kadar vitamin
B1 secara Spektrofluorometri:
1. Penyiapan kolom kromatografi
2. Penyiapan larutan baku Tiamin HCL
3. Penyiapan sampel (ekstraksi)
4. Hidrolisis dengan enzim
5. Pemurnian
6. Oksidasi Tiamin menjadi Tiokrom
Penentuan thiamin dengan
Kolorimetri
PRINSIP :
Thiamin + garam reinecke  endapan
Endapan + aseton  larut  diukur
kadarnya pada λ 525 nm
*diperlukan standar thiamin
Kromatografi
• Kromatografi dengan deteksi UV-Vis dan fluoresensi
merupakan metode yang paling umum digunakan
untuk analisis vitamin B1 dalam bahan makanan.
• tiamin tidak bersifat fluoresen,akan tetapi vitamin
ini dan ester fosfatnya dapat direaksikan dengan
kalium heksasianoferat atau disebut juga dengan
kalium ferisianida,untuk menghasilkan senyawa
tiokrom yang bersesuaian yang menunjukan
fluoresensi biru yang kuat
• penggunaan tiokrom sebagai produk oksidasi tiamin
yang spesifik dan sangat berfluorosensi telah
digunaka secara rutin
Prosedur ekstraksi untuk analisis
tiamin dengan kromatografi
• Untuk pengujian vitamin total, ekstraksi harus membebaskan
tiamin dari matrik sampel yang kompleks dan menghidrolisis
esternya. Ekstraksi semacam ini melibatkan hidrolisis asam dan
enzim mengikuti AOAC
• The European Union Measurement and Testing Program Telah
mempublikasikan prosedur ekstraksi yang optimal dengan cara
:
1. autoklav-kan sejumlah 0,2 – 5,0 g sampel dalam HCL 0,1 N
selama 30 menit pada suhu 121 °C
2. Atur pH alikuot 4,0 dengan bufer natrium asetat4,0 M (Ph 6,1)
3. Tambahkan 100 mg takadiastase tiap g sampel
4. Inkubasikan pada suhu 37 °C sampai 45 °C
5. Didinginkan, disaring dan sentrifus
Penentuan thiamin dengan
fluorometer
PRINSIP :
• oksidasi thiamin menjadi thiokrom
(turunan thiamin yang dapat berpendar
dengan sinar UV)
• Bila senyawa yg dapat berfluoresen lain
dapat dipisahkan, maka tingkat fluoresensi
thiamin akan proporsional dng kadarnya
• REAGENSIA : kalium ferrisianida 1% baru
Metode analisis vitamin B1, engan fluoremetri
melibatkan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Hidrolisis asam
2. Hidrolisis enzimatis
3. Pembersihan (clean up) ekstrak
4. Pembentukan tiokrom
Metode Argentometri
Adanya klorida dalam tiamin hidroksida dapat ditetapkan
secara argentometric dengan menggunakan metode
Volhard. Pada penetapan dengan metode Volhard
suasananya harus asam sebab jika suasananya basa akan
terjadi reaksi antara perak nitrat dengan basa membentuk
Ag(OH) yang pada tahap selanjutnya akan membentuk
endapan Ag2O, akibatnya perak nitrat tidak hanya bereaksi
dengan sampel tetapi juga bereaksi dengan basa.
Metode Gravimetri
Tiamin dalam tablet vitamin B1 dan dalam injeksi dapat ditetapkan
secara gravimetric dengan cara mengendapkan larutan tiamin
menggunakan asam silikowolframat.
PRINSIP :
Thiamin + garam reinecke  endapan  dikeringkan  ditimbang
*hanya dapat dilakukan jika sampel mengandung banyak thiamin
(>50 mg)
*jika kurang, lebih baik menggunakan fluorometer atau
kolorimeter
VITAMIN B2 (RIBOFLAVIN)
 Bentuk kristal jarum oranye-kuning
 Kurang larut dalam air (11 mg/100 ml)
 Dalam bentuk kristal bersifat stabil
 Dalam bentuk larutan, mudah rusak, terutama
dalam suasana alkalis dan oleh cahaya nampak
maupun sinar UV  analisa dilakukan di ruang
gelap
 Riboflavin relatif stabil terhadap panas
Penentuan Vitamin B2 (Riboflavin)
Metode Spektrofluorometri
Metode Spektofotometri
Metode Spektrofluorometri
1. Fluorometri langsung
• Prosedur manual. AOAC Official Method 970.65 merupakan metode utama yang
digunakan untuk analisis kandungan riboflavin dalam bahan makanan.
• Metode ini mengukur riboflavin total setelah hidrolisis asam FMN dan FAD menjadi
riboflavin bebas
• Hidrolisis disempurnakan dengan autoklav menggunakan HCL 0,1 N selam 30 menit
• Protein dipisahkan dengan mengatur pH 4,5 dan menyaring atau mensentrifusnya
untuk menjernihkan ekstrak
• pH selanjutnya ditingkan kan secara bertahap sampai pH 6,8 untuk mengecek
bahwa tidak ada pengendapan lanjut yang terjadi
• Prosedur AOAC mencatata bahwa penambahaan natrium hidrosulfit lebih dari 20
mg tiap tabung dapat mengurangi bahan-bahan berfluoresensi yang
mengganggu,yang dapat menimbulkan ketidakakuratan hasil uji
Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran yang
bebas dari senyawa bewarna yang menggunakan atau senyawa
penganggu lain dan mengandung riboflavin lebih besar dari 0,1%.
Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran yang
tidak mengandung senyawa berfluoresensi atau senyawa harus
dilakukan secepat mungkin karena riboflavin terurai oleh sinar
ultraviolet. Beberapa senyawa pengganggu dapat dioksidasi dengan
penambahan kalium permanganat, kemudian kelebihan pemanganat
dapat dihilangkan dengan penambahan hydrogen peroksida.
• Riboflavin dapat diperoleh dng penyerapan
menggunakan fuller’s earth dari extrak hati segar atau
extrak lain yg mengandung laktoflavin dlm larutan netral
atau asam kuat.
• Adsorpsi umumnya selesai dalam 10 menit.
• Selanjutnya dilakukan elusi dengan larutan dietilamina
10-15% atau lart NaOH 0.2% .
• Kadar vit. B2 dapat dianalisis secara fluorimetrik.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
• Teknik ekstraksi standar yang sesuai untuk kromatografi dan
dapat diaplikasikan untuk semu jenis bahan makanan apapun
adalah dengan mengubah flavin terikat menjadi riboflavin
dengan cara melakukan autoklav sampel dengan asam mineral
encer , diikuti dengan digesti enzimatis pada pH optimum
• Kromatografi mampu memisahkan FMN dan riboflavin, oleh
karena itu estimasi total vitamin B2 dengan teknik ini
tergantung pada perubahan FMN menjadi riboflavin.
Metode Spektofotometri
Larutan riboflavin dalam dapar pH 4,0 menunjukkan
absorban simaksimum (λ maks) pada 444 nm dengan
E1%320. Cara ini digunakan untuk menetapkan
kemurnian ribloflavin atau untuk penetapan riboflavin
dengan kadar lebih besar dari 90%. Penetapan
riboflavin dilakukan dengan cara terindung dari cahaya.
Metoda Cepat Analisis Riboflavin dalam Susu
 10ml susu dlm 125ml erlenmeyer ditambah 25ml 0.1N HCl. Gojog
dan panaskan dlm autoclave 120oC selama 30 menit
 Dinginkan dan atur pH dng 1N NaOH menjadi pH 6.0 (jangan lebih
karena akan tidak stabil)
 Asamkan kembali dng 1N HCl sampai pH 4.5 kmd pindahkan kedlm
labu ukur 100ml, encerkan sampai tanda dng aquades, dan saring
dng kertas Whatman no.42
 Ambil filtrat jernihnya, baca transmitannya pada 440-400nm
(riboflavin berfluoresensi pd λ tsb)
 Buat kurva standar transmitansi lart standar riboflavin murni dng
kadar 0.1 – 0.5 g/ml dg perlakuan sama dng di atas.
VITAMIN B6 (PIRIDOKSIN
• Piridoksin berupa bubuk tak berwarna dan berasa
pahit
• Piridoksin mudah larut dalam air, alkohol, dan
aseton; bersifat stabil dalam asam, basa, dan panas,
namun terpengaruh oleh cahaya
• Dengan asam-asam mineral (misal HCl) akan
membentuk garam
• Piridoksin-HCl berbentuk bubuk putih, bersifat larut
dalam air dan alkohol, serta berasa asin
• Pyridoxin dapat diestimasi dng metoda kimiawi,
mikrobiologi dan bioassay.
• Pyridoxin memiliki gugus fungsional fenolat, sehingga
dapat membentuk reaksi warna yang dapat
dimanfaatkan dalam tehnik analisis.
Vitamin B2 (Riboflavin)
• Berbentuk kristal putih bersifat higroskopis
• Berbau ragi, titik leleh 246-250 C
• BM 337.26
• Mudah larut dalam air
• Membantu sel tubuh mengubah karbohidrat menjadi energi
• Berperan penting bagi organ jantung, otot dan sistem saraf
agar berfungsi dengan baik
Analisa Vitamin B2
• Metode spektrofluoro-metri
Riboflavin dapat diperoleh dengan penyerapan
menggunakan fuller’s earth dari extrak hati segar atau
extrak lain yg mengandung laktoflavin dlm larutan netral
atau asam kuat. Adsorpsi umumnya selesai dalam 10 menit.
Selanjutnya dilakukan elusi dengan larutan dietilamina 10-
15% atau lart NaOH 0.2% .
Kadar vit. B2 dapat dianalisis secara fluorimetrik.
Penentuan Vitamin B6
Spektofotometri Kolorimetri
Titrasi Bebas Air Kromatografi
Analisis vitamin b6
Fluorometri
• Metode fluometri melibatkan hidrolisi asam terhadap sampel-sampel
bahan makana, pemurnian secara kromatografi,serta perubahan
vitamin-vitamin yang terelusi menjadi asam 4-piridoksat, dan
perlakuan asam pada zat antara untuk membentuk turunan lakton
• Metode fluorometri telah digunakan untuk analisis vitamin b6 pada
kedelai .
• Ekstraksi sampel melibatkan :
• - sampel diautoklav dengan adanya asam sulfat
• - dibufer sampai pH 4,5 lalu didigesti dengan Claradiastase,
• - diencerkan ,dan disaring
Prinsip analisa piridoksin (metoda Hochberg,
Melnick, and Oser)
• Piridoksin yang terikat dibebaskan melalui hidrolisis
dengan HCl dan pemanasan
• Setelah diasamkan (pH 3,0), piridoksin bebas
diserap oleh absorben Lloyd
• Setelah pencucian dengan HCl, dilakukan elusi
terhadap piridoksin yang terserap dalam absorben,
dengan larutan NaOH
• Eluat dijernihkan dengan isopropil alkohol
• Supernatan diambil 3 kali dan diperlakukan sebagai berikut :
a. Supernatan saja
b. Supernatan + larutan standar piridoksin (sebagai standar internal)
c. Supernatan + asam borat (asam borat mengubah piridoksin
menjadi INAKTIF)
• Setiap tabung ditambah reagen Gibb (mengan-dung 2,6-dikhloro quinon
khloroimida)
• Piridoksin + 2,6-dikhloro-quinon-khloro-imida  terbentuk
kompleks berwarna biru
Prosedur analisa
a. Reagen Gibb (larutan A)
100mg 2,6-dikhloroquinonkhloroimida dilarut-kan
dalam 250ml isopropanol, dimasukkan dalam botol
gelap & disimpan di almari pendingin. Bila selama
penyimpanan timbul warna pink  reagen harus
dibuang (tdk murni)
b. Larutan ammonia-HCl (larutan B)
160g NH4Cl + 700ml aquades + 160ml NH4OH
jenuh, kemudian diencerkan sampai 1000ml
Metode Spektofotometri
Pada daerah ultraviolet, piridoksin, piridokamin, dan
piridoksal menunjukan daerah penyerapan yang
karakteristik walaupun tidak ada maksimum untuk
ketiganya. Kadar vitamin B6 jumlah dalam larutan buffer pH
6,75 dapat ditetapkan pada panjang gelombang 325 nm.
Pada panjang gelombang ini, piridoksin dan piridoksal
menunjukkan absorbansi maksimum pada 316 nm. Kurva
absorbsi piridoksin sendiri berubah dengan berubahnya pH
larutan. Larutan piridoksin dalam asam klorida 0,1 N
menunjukkan absorbansi maksimum pada 291 nm.
Metode Kolorimetri
Metode ini pertama kali diketengahkan oleh Seudi yang
mendasarkan pada reaksi fenol dengan 2,6-dikloro-p-
benzokuin-4-klorimina dengan menghasilkan warna biru
yang dapat disari dengan pelarut organik. Reaksi ini
merupakan reaksi umum untuk senyawa fenol yang
berkedudukan para terhadap gugus hidroksi lfenol tidak
tersubtitusi. Metode ini menunjukkan kepekaan yang
rendah jika sampel mengandung kurang dari 0,1 mg dan
peruraian dapat terjadi sebelum warna berkembang
mencapai maksimum.
Metode Titrasi Bebas Air
Piridoksin hidroklorida dapat
ditetapkan secara titrasi
bebas air setelah ditambah
raksa (II) asetat.
Metode Kromatografi
Kromatografi cair kinerja
tinggi (KCKT) dengan
detektor fluorometri telah
digunakan secara luas untuk
analisis kuantitatif vitamin
B6 dalam ayam dan bahan
lainnya.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
• Kromatografi dengan elusi isoratik telah digunakan
untuk analisis bahan makanan . Metode ini
memberikan pemisahan vitamin-vitanin B6 (PN,PL,PM)
dalam 12 menit
ANALISIS VITAMIN B12
(KOBALAMIN) SECARA MIKROBIOLOGIS
Prinsip analisa (Apriyantono, 1989)
• Vitamin B12 dipisahkan dari makanan memakai larutan
buffer asetat pH 4,5
• Kobalamin (tidak stabil) ditambah Na-sianida 
terbentuk sianokobalamin yang stabil
• Kadar vitamin ditetapkan dengan menumbuh-kan
Lactobacillus leichmanii (bakteri tersebut membutuhkan
vitamin B12 untuk pertumbuhannya sehingga pada
kondisi terkontrol pertumbuhannya spesifik)
Vitamin B12
Penentuan Vitamin B12
Metode Kromatografi
Metode Spektofotometri
Metode Spektofotometri
• metode ini digunakan untuk produk-produk
farmasetik dengan konsentrasi tinggi
•Diukur pada panjang gelmbang 362 nm
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
• Pengembangan metode kromatograf ini untuk analisis
vitamin B12 dibatasi oleh sensitifitas dan selektifitasnya
yang rendah. Oleh karena itu, kebanyakan prosedur
melibatkan tahapan clean up dan pemekatan untuk
menguji vitamin ini dalam konsentrasi rendah
• Detektor spektrometer massa mampu menawarkan
sensitifitas dan selektifitas yang lebih baik dibandingkan
detektor UV
Contoh analisis vitamin B12 dengan KCKT
Sampel: produk-produk makanan
Penyiapan sampel:
vitamin B12 bebas menjadi digesti dengan α-amilase
vitamin B12 total menjadi digesti dengan α-amilase,pepsin
Clean up: kolom imunifitas
Kolom: C18
Fase gerak: gradien. Asam trifluoroasetat 0.025% dalam air ph(2.6)-
asetonitril. Kecepatan alir=0.25 ml/menit
Deteksi: UV 361 nm
Vitamin B9 (Asam Folat)
• Asam folat merupakan sekelompok senyawa yg
bersumber pada dedaunan hijau, memiliki karakter
seperti vitamin, yg memiliki aktivitas antianemia
ANALISIS FOLAT
SECARA MIKROBIOLOGIS
• Folat merupakan nama umum, termasuk asam folat.
Folat bersifat labil terhadap oksidasi, sinar, panas, dan
leaching saat makanan diolah
• Analisa dilakukan secara mikrobiologis
• Prinsip analisa
- Folat sampel diekstrak dalam buffer pada 100oC
- Ekstrak diperlakukan dengan -amilase, protease, dan
conjugase
- Respons pertumbuhan L. rhamnosus diukur dengan % transmitansi
Critical Point
• Perlu kehati-hatian tingkat tinggi untuk mencegah
folat teroksidasi dan mengalami degradasi fotokimia.
• Agen pereduksi (asam askorbat, -mercapto ethanol,
and dithiothreitol) efektif untuk mencegah oksidasi.
ANALISIS BIOTIN (vitamin H / B7)
• Biotin dianggap sebagai kelompok vitamin B
kompleks
• Merupakan kristal yang larut dalam air dan alkohol
• Bersifat stabil dalam suasana asam, alkalis, oleh
cahaya dan suhu normal
• Tidak stabil pada suhu tinggi maupun oleh senyawa
oksidator
• Analisa kadar biotin : metoda mikrobio-logis dan
bioassay
Terima Kasih
apakah ada pertanyaaan :D

More Related Content

Similar to Analisis_Vitamin.pptx

LIPID Kelas B Klmpok A (FMIPA UHO)
LIPID Kelas B Klmpok A (FMIPA UHO)LIPID Kelas B Klmpok A (FMIPA UHO)
LIPID Kelas B Klmpok A (FMIPA UHO)Retno Cahyaningrum
 
Biokimia i lipid
Biokimia i lipidBiokimia i lipid
Biokimia i lipidTakdir Anis
 
Presentasi Pencernaan Makanan (KARBOHIDRAT)
Presentasi Pencernaan Makanan (KARBOHIDRAT)Presentasi Pencernaan Makanan (KARBOHIDRAT)
Presentasi Pencernaan Makanan (KARBOHIDRAT)dewisetiyana52
 
Flash card vitamin (kelompok 3 ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakarta
Flash card vitamin (kelompok 3   ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakartaFlash card vitamin (kelompok 3   ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakarta
Flash card vitamin (kelompok 3 ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakartaastridkarolinaa
 
Amilase dan gama gt
Amilase dan gama gtAmilase dan gama gt
Amilase dan gama gtArini Utami
 
Penentian Protein pada Beberapa Produk Hewani
Penentian Protein pada Beberapa Produk HewaniPenentian Protein pada Beberapa Produk Hewani
Penentian Protein pada Beberapa Produk HewaniLeciazafira1
 
Asistensi Praktikum Kimia Dasar_SMS.pptx
Asistensi Praktikum Kimia Dasar_SMS.pptxAsistensi Praktikum Kimia Dasar_SMS.pptx
Asistensi Praktikum Kimia Dasar_SMS.pptxSharfinaMutiaSyarifa1
 
Karbohidrat (glikogen)
Karbohidrat (glikogen)Karbohidrat (glikogen)
Karbohidrat (glikogen)hendrykaiizhyz
 

Similar to Analisis_Vitamin.pptx (14)

Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemakVitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak
 
Kimpang meet 9_pigmen
Kimpang meet 9_pigmenKimpang meet 9_pigmen
Kimpang meet 9_pigmen
 
Pp seminar asam urat
Pp seminar asam uratPp seminar asam urat
Pp seminar asam urat
 
LIPID Kelas B Klmpok A (FMIPA UHO)
LIPID Kelas B Klmpok A (FMIPA UHO)LIPID Kelas B Klmpok A (FMIPA UHO)
LIPID Kelas B Klmpok A (FMIPA UHO)
 
Biokimia i lipid
Biokimia i lipidBiokimia i lipid
Biokimia i lipid
 
Metode analisis vitamin
Metode analisis vitaminMetode analisis vitamin
Metode analisis vitamin
 
analisis protein
analisis protein analisis protein
analisis protein
 
Presentasi Pencernaan Makanan (KARBOHIDRAT)
Presentasi Pencernaan Makanan (KARBOHIDRAT)Presentasi Pencernaan Makanan (KARBOHIDRAT)
Presentasi Pencernaan Makanan (KARBOHIDRAT)
 
Analisis Lipid
Analisis LipidAnalisis Lipid
Analisis Lipid
 
Flash card vitamin (kelompok 3 ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakarta
Flash card vitamin (kelompok 3   ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakartaFlash card vitamin (kelompok 3   ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakarta
Flash card vitamin (kelompok 3 ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakarta
 
Amilase dan gama gt
Amilase dan gama gtAmilase dan gama gt
Amilase dan gama gt
 
Penentian Protein pada Beberapa Produk Hewani
Penentian Protein pada Beberapa Produk HewaniPenentian Protein pada Beberapa Produk Hewani
Penentian Protein pada Beberapa Produk Hewani
 
Asistensi Praktikum Kimia Dasar_SMS.pptx
Asistensi Praktikum Kimia Dasar_SMS.pptxAsistensi Praktikum Kimia Dasar_SMS.pptx
Asistensi Praktikum Kimia Dasar_SMS.pptx
 
Karbohidrat (glikogen)
Karbohidrat (glikogen)Karbohidrat (glikogen)
Karbohidrat (glikogen)
 

Recently uploaded

14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).pptnurifat
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANfaisalkurniawan12
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksihaslinahaslina3
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioSafrina Ramadhani
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccanangkuniawan
 
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptxMekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptxALHIDAYAHRMALLORONG2
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptchoukocat
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfaguswidiyanto98
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYAPPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYAStarkoko
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybankcsooyoung073
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIgermanaaprianineno
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptStevenSamuelBangun
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.pptcels17082019
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)fifinoktaviani
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptHenryAdhySantoso
 

Recently uploaded (17)

14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
 
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptxMekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYAPPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
 

Analisis_Vitamin.pptx

  • 2. Ilmu Teknologi Pangan 3-D VITAMIN Silvi Febri B. 152 Fachry Perdana P. 158 Iin Malisa 161 Ma’aisya Istiqomah 132 Retia Risky A. 138 Rahmawati Tokan 145
  • 3. Vitamin adalah senyawa organic kompleks yang essensial untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain bagi makhluk hidup. Berbagai fungsi biokimia dan yang umumnya tidak disintetis oleh tubuh sehingga harus dipasok dari makanan. Vitamin juga berperan dalam berbagai macam fungsi tubuh lainnya, termasuk regenerasi kulit,penglihatan,sistem susunan syaraf dan sistem kekebalan tubuh. VITAMIN VITAMIN LARUT DALAM LEMAK VITAMIN LARUT DALAM AIR
  • 4. Vitamin Larut di dalam Lemak Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak ini memerlukan absorbsi lemak yang normal agar vitamin tersebut dapat diabsorbi secara efisien. Yang merupakan vitamin larut di dalam lemak adalah A,D,E, dan K.
  • 5. Vitamin Larut Lemak Larut Air Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin C Vitamin B Spektofotometri Kolorimetri Kromatografi (KCKT) Pemasan dengan H₂O₂ KCKT Antimoni Triklorida Pereaksi Gliserol Diklorohidrin Metode Selimteri Kolorimetri Kromatografi (KCKT) Kromatografi (KCKT) Iodimetri DCIP Kolorimetri Spektofotometri Spektofluometri Thiamin (B1) Riboflavin (B2) Piridoksin (B6) Biotin (B7) Asam Folat (B9) Kobolamin (B12) Spektrofotometri
  • 6. Vitamin A • Vitamin A merupakan istilah generik untuk semua senyawa dari sumber hewani selain karotenoid yang memperlihatkan aktivitas biologik vitamin A • Senyawa-senyawa aktif vitamin A direpresentasikan dengan retinoid (ditandai dengan vitamin A) dan zat awal karetenoidnya (Karetenoid Provitamin A) • Sumber yang mengandung vitamin A : susu, ikan, wortel, pisang, dan lain-lain
  • 7. • Absorbansi maximum vitamin A adalah pada 325-328 nm • Vitamin A : larut dalam solven organik dan dlm lemak, tidak larut dalam air • Hasil reaksi vitamin A dengan antimoni-khlorida (SbCl3) memiliki absorbansi maximum pada 620 nm • Preparat vitamin A berupa kristal kuning pucat dengan titik lebur 63- 64oC
  • 8. Struktur Vitamin A Struktur vitamin A alkohol (retinol) & -karoten (cincin 6-C merupakan komponen kritis untuk aktivitas vitamin A)
  • 9. Spektofoto metri Kolorimetri Kromatografi Analisis Vitamin A pengujian vitamin A dalam bahan pangan terdiri dari 3 tahap yaitu: tahap sponifikasi, tahap ekstraksi, tahap pemekatan atau penguapan pelarut organik dan tahap pengukuran menggunakan instrumen, Metode penetapan kadar vitamin A ada 3 yaitu
  • 10. SPEKTOFOTMETRI Spektrum absorbsi ultraviolet vitamin A dan vitamin A asetat mempunyai absorbansi maksimal pada panjang gelombang antara 325 sampai 328 nm dalam berbagai pelarut. Akseroftol (Vit A) Dalam bentuk ester Dalam bentuk lain
  • 11. Jika larutan vitamin A menyerap lurus pada daerah panjang gelombang antara 325-328 nm, maka koreksi geometri dapat digunakan. Koreksi ini digunakan untuk mengoreksi senyawa pengganggu yang mempunyai absorbansi tetap, akan tetapi kesalahan yang besar akan terjadi apabila formula koreksi ini digunakan terhadap pengganggu yang tidak lurus
  • 12. KOLORIMETRI Metode Carr-Price Metode ini berdasarkan atas reaksi akseroftol dengan antimon triklorida anhidrat dalam kloroform yang menghasilkan warna biru. Reaksi ini terjadi anatara antimony triklorid dengan rantai tak jenuh dari akseroftol. Pembacaan biasanya dilakukan dalam waktu 10 sampai 15 detik setelah sampel ditambah pereaksi
  • 13. • Metode ini didasarkan pada pembentukan kompleks warna biru antara antimoni triklorid atau asam trifluoroasetat dengan retinol dalam kloroform, yang dapat diukur absorbansinya di panjang gelombang 620 nm • Minyak hati ikan cod memberikan waran biru-ungu dengan agensia dehidrator semisal asam sulfat • AOAC metode 974.29 memperbolehkan dingunakannya asam trifluoroasetat sebagai ganti antimoni triklorida. Asam trifluoroasetat mudah digunakan,kurang korosif, serta mampu memberikan warna yang lebih stabil di badingkan antimoni triklorida
  • 14. prosedur analisa Untuk sampel dengan kadar vitamin A rendah  dilakukan saponifikasi sbb.: - 10 + 0,1 g sampel ditambah 75ml alkohol 95% dan 25 ml KOH 50% dan dididihkan dengan memakai pendingin balik - Campuran dipindah ke labu pemisah dan dilakukan ekstraksi dengan ditambah dietil eter - Ekstrak eter dicuci dengan H2O, kemudian ditambah Na-sulfat anhidrat (untuk membebaskan air) - Eter diuapkan dengan penangas air, kemudian gas N2  diperoleh ekstrak kering - Ekstrak kering dilarutkan dalam khloroform
  • 15. • Untuk sampel yang kaya vitamin A : dilarut-kan sampel dalam khloroform (konsentrasi akhir = 20% w/v) • 4ml reagen Carr-Price ditambah 1ml khloroform (sebagai blanko) • 0,5ml larutan sampel dalam khloroform ditambah 2ml reagen Carr-Price, dicampur merata • Absorbansi campuran ditera pada 620 nm • Dibuat kurva standar (kisaran konsentrasi vitamin A = 0 – 15 IU/ml)
  • 16. Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) • Untuk pengujian rutin aktivitas vitamin A dan untuk karakterisasi retinoid dan karotenoid dalam sampel, maka kromatografi cair merupakan pilihan utama untuk analisis • Keuntungan nyata kromatografi cair dibandingkan dengan teknik yang lain adalah kemampuannya untuk memisahkan isomer cis- dan trans dari all-trans retional dan all-trans-karotenoid, mampu memisahkan karotenoid provitamin A dari campuran karotenoid kompleks • Metode-metode selain kromatografi cair seperti metode spektroskopi atau kolometri akan menghasilkan aktivitas vitamin A yang berlebih.
  • 17. Prinsip: Vitamin A akan terekstrak ke dalam larutan organik. Semua transretinol dan 13 cisretinol diukur dengan HPLC dengan kolom silika. HPLC adalah metode yang akurat digunakan dalam pengukuran vitamin A Metode Kromatografi (HPLC)  Preparasi Sampel • Dimasukkan sebanyak 40 mL sampel kedalam tabung digesti 100 mL , • Ditambahkan 10 mL etanolik pirogallol, dan • Disabunkan dengan etanolik KOH pada suhu ruang 18 jam  Ekstraksi • Pipet 3mL sampel yang telah terdigesti ke dalam tabung sentrifus 15 mL dan ditambahkan 2 mL air • Ekstrak dengan 7 mL heksan-dietileter(85:15) • Ulangi ekstraksi sebanyak 2 kali • Masukkan sampel terekstrak ke dalam tabung volumetrk 25 mL dengan heksan. • Tambahkan sebanyak 1 mL heksadekan +hexan dan diencerkan ke dalam tabung dan sentrifus dan uapkan dengan nitrogen. Larutkan residu dalam 0,5 mL heptan
  • 18. Parameter kromatografi • Kolom: 15 cm x 4.5 mm dipadati dengan 3 mm silika (Apex µm silika) • Fasa mobil: isokratik, heptane dan isopropanol (1- 5%) • Deteksi: UV 340 nm • Flow rate:1-2 ml/menit
  • 19. Vitamin D • Disebut juga dengan vitamin anti rakhitis • Vit. D adalah senyawa yang stabil sehingga tidak rusak oleh pemasakan makanan, penyimpanan atau penanganan pasca panen • Sumber yang mengandung vitamin D : minyak ikan, keju, telur, dan lain-lain
  • 20. • Vitamin D dapat larut dalam minyak & lemak, alkohol, dan propilen-glikol • Vitamin D dapat dipengaruhi oleh cahaya serta bersifat thermolabil • Vitamin D memiliki spektrum serapan kharakteristik maximum pada 265 nm • Metoda utama analisis kadar vitamin D adalah secara bioassay
  • 22. Analisis Vitamin D 1. Uji Vitamin D dengan Pemanasan menggunakan Hidrogen Peroksida Prinsip: Umumnya vitamin D stabil terhadap pemanasan, asam dan oksigen. Vitamin D secara lambat didestruksi bila lingkungannya alkalis, terutama bila terdapat udara dan cahaya. Pemanasan dengan hidrogen peroksida tidak merusak vitamin D tetapi vitamin A akan rusak.
  • 24. Analisa vitamin D dengan antimoni triklorida • Vit D2 + D3 dengan antimoni- trikhlorida dlm khloroform akan berwarna orange-kuning yang segera mencapai intensitas serapan maximum pada 500 nm • Tachysterol memiliki sifat serupa, namun sterol lain serta vit. A tidak memiliki sifat seperti itu .
  • 25. Prosedur Analisa • Dimasukkan 2 ml larutan yang diuji dalam tabung spektrometer dan ditambah 4 ml larutan jenuh Antimoni- trikhlorida dalam khloroform bebas air • Ditunggu 10-15 menit dan serapannya dibaca pada 500 nm • Kadar vitamin D dapat dihitung dengan persamaan kurva standar .
  • 26. Analisa vitamin D dengan pereaksi gliserol dikhlorohidrin • Vitamin D2 + D3 bereaksi dengan gliserol dikhlorohidrin, dengan adanya asetil-khlorida atau halida-asam lainnya • Vitamin D2 dengan cepat membentuk warna kuning, yang kemudian berubah hijau dlm 1 menit dan mencapai maximum dalam 15 menit, serta akan stabil selama beberapa jam dengan serapan maximum pada 625 nm
  • 27. • Dengan ergosterol segera muncul warna pink pucat yang berubah menjadi orange/ jingga dalam 15-20 menit dan kemudian menjadi hijau- fluoresen • Dengan 7-dehidrokholesterol tidak nampak warna pd beberapa menit pertama kmd muncul warna pink pucat yang akan makin intensif dalam 24 jam • Dengan kholesterol tidak muncul warna • Reaksi tersebut dapat membedakan antara vitamin D2 dari ergosterol dan 7-dehidro-kholesterol; dan juga membedakan antara ergosterol dengan 7- dehidrokholesterol •
  • 28. KCKT Jenis sampel: Vitamin D3 dalam jus jeruk Penyiapan sampel: sampel diekstraksi dengan etil eter-petroleum eter. Sampel ditambah dengan standart internal vitamin D2, ditambah vitamin C sebagai antoksidan dan diekstraksi Kolom: kolom fase normal Inertsil Fase gerak: Asetonitril-metanol (40:60) selama 20 menit Detektor: UV-DAD 262 nm
  • 29. Spektrofotometri • Vitamin D2 dan D3 menunjukkan spectra serapan uv yang identik, dengan panjang gelombang maksimal 265 nm. • Nilai ε dalam metanol atau heksan adalah 18000 M-1cm-1 • Kisaran batas deteksi yang dilaporkan dalam kolom adalah antara 1-10 ng
  • 30. Vitamin E • Disebut juga vitamin antisterilitas • Sumber yang mengandung vitamin E : ikan, ayam, kecambah, ragi, dan sebagainya • Kelompok vitamin E terdiri dari -, -, - , dan -tokoferol dan beberapa esternya, semisal ester asetat dan allofanat
  • 33. Kromatografi KCKT Prinsip : • Untuk produk makanan umum: sampel disaponifikasi dengan reflux,diestrak dengan heksan dan diinjeksi kedalam fase normal kolom HPLC yang disambungkan pada detektor fluoresesnsi • Untuk margarin dan minyak nabati : sampel dilarutkan dalam heksan, MgSO4 ditambahkan untuk mengganti air keudia difilter dan diuji dengan HPLC • Untuk minyak : dilarutkan dalam heksan dan diinjeksi secara langsung ke dalam kolom HPLC
  • 34. Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) (HPLC)  Untuk produk makanan umum 1. Tambahkan 10 mL pirogallol 6% kesampel, campurkan dan aliri dengan N2 2. Panaskan pada suhu 70°C . 3. Sonikasi selama 5 menit, didinginkan pada suhu ruang dan tambahkan NaCl dan air 4. Ekstrak dengna heksana sebanyak 3 kali 5. Tambahkan 0,5 g MgSO4 dan homogenkan 6. Saringlh dan encerkan sampai volume dengan heksan dan injeksi 20µl  Margarin dan minyak nabati 1. Tambahkan 40 mL heksan kedalam 10 g sampel dan homogenkan 2. Tambahkan 3 g MgSO4 dan campur, biarkan 2 jam . 3. Saring dan encerkan sampai volume dengan heksan dan injeksi 20µl
  • 35. Metode Serimetri Metode ini berdasarkan atas sifat mereduksi tokoferol setelah tokoferol asetat dihidrolisis dengan asam. Tokoferol tidak stabil dalam larutan basa
  • 36. Metode Kolorimetri Dalam AOAC (1995), penetapan kadar vitamin E dalam makanan baik dalam bentuk kering mauun basah dilakukan secara kolorimetri. Alfa0tokoferol diekstraksi dari sampel dengan pelarut organik. Residu lemak disabunkan, alfa-tokoferol diisolasi dengan kromatografi lapis tipis, dan ditetapkan kadarnya secara kolometri
  • 37. Vitamin K  Vitamin k digolongkan sebagai senyawa kimia : quinone  Sumber yang mengandung vitamin K : susu, kuning telur, sayuran segar • Untuk analisis vitamin K dalam susu formula, prosedur Rose-Gottlieb telah dimodifikasi dengan mengganti perlakuan amonia/etanol dengan etanol yang diasamkan. • Vitamin K dari sayuran,buah-buahan,serelia,daging dan ikan telah diekstraksi dengan menggerus samel dalam mortar hingga diperoleh granul halus sebelum di ekstraksi dengan aseton. Setelah penambahan air dan heksan ke ekstrak aseton ,maka vitamin K akan terpartisi semuanya di lapisan atas (heksan), sementara senyawa-senyawa polar berada di lapisan aseton / air
  • 39. Analisa Vitamin K • Metoda analisis kuantitatif berdasar pada interaksi 2,4-dinitro-fenilhidrazin dengan 2- metil-1,4-naftoquinon dng adanya ammonia alkoholis yang membentuk warna biru s/d biru- hijau . • Metoda lainnya didasarkan pada reduksi kata- litik larutan quinon dalam butil alkohol dengan indikator fenolsafranin. Hasil hidroquinon kemudian ditambah larutan Na-2,6-dikhloro- benzeneon-indofenol dalam butil alkohol berlebihan, yang bebas udara. Menurunnya intersitas warna proporsional dengan quinon awal yang ada.
  • 40. Vitamin C Vitamin C atau yang biasa disebut Asam karbonat adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air. Vitamin ini paling tidak bisa stabil (mudah teroksidasi). Serta vitamin C rusak karena reaksi enzim askorbat-oksidase, labil pada suhu tinggi dan stabil pada pH asam namun tidak pada pH netal dan alkali.
  • 41. • Ascorbic acid Dehydroascorbic acid Vitamin C = ascorbic acid + dehydroascorbic acid
  • 43. Metode Iodimetri Dasar metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat. Metode iodimetri (titrasi langsung dengan larutan baku ioodium 0,1 N) dapat digunakan terhadapa asam askorbat murni atau larutannya. Prinsip Yodium sebagai oksidator mengoksidasi vitamin C, kelebihan yodium akan segera terdeteksi dengan indicator amilum yang dalam suasana basa berwarna biru muda.
  • 44. Prosedur • Timbang 100-300 gram sampel padat • Hancurkan dalam blender sampai diperoleh slurry • Timbang 10-30 g slurry masukkan ke dalam labu takar 100 ml • Tambahkan aquades sampai tanda • Saring dengan kertas saring atau disentrifuse untuk memisahkan filtratnya • Ambil 5-25 ml filtrate dengan pipet • Masukkan ke dalam erlenmeter 125 ml • Tambahkan 2 ml larutan amilum 1% (soluble starch) dan tambahkan 20 ml aquades • Kemudian titrasi dengan 0,01 N standar yodium • T.A.T ditandai dengan terbentuknya warna biru muda Perhitungan: • 1 ml 0,01 N yodium= 0,88 mg asam askorbat
  • 45. Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DICP) ini berdasarkan atas sifat mereduksi asam askorbat terhadap zat warna 2,6- dilorofenolindofenol. Asam askorbat akan mereduksi indicator warna 2,6-diklorofenol- indofenol membentuk larutan yang tidak berwarna. Pada titik akhir titrasi, kelebihan zat warna yang tidak mereduksi akan berwarna merah muda dalam larutan asam.
  • 46. Metode Kolorimetri Asam askorbat dengan 4-metoksi-2- nitroanilin yang telah didiazotasi membentuk senyawa yang berwarna biru. Metode Spektofotometri Asam askorbat dalam larutan air netral menunjukkan absorbansi maksimum pada 264 nm dengan nilai E1%= 579. Panjang gelombang maksimum ini akan bergeser oleh adanya asam mineral.
  • 47. Metode Spektrofluorometri Suatu metode spektrofluorometri untuk menentukan kadar vitamin C yang mendasar pada reaksi yang dikatalisis oleh hemoglobin telah dikembangkan. Metode spektrofluorometri lain untuk analisis kuantitatif vitamin adalah berdasarkan pada reaksi antara asam askorbat (AA) dengan metilen biru (MB).
  • 48. Vitamin B • 8 vitamin yang larut dalam air dan memilki peran penting dalam metabolisme sel • Daftar jenis vitamin B 1. B1 (tiamin) 2. B2 (riboflavin) 3. B3 (niasin , termasuk asam nikotinat) 4. B5 (asam pantotenat) 5. B6 (piridoksin) 6. B7 (dikenal juga vitamin H(biotin) 7. B9 (dikenal sebagai vitamin M dan vitamin B-c (asam folat)) 8. B12 (kobolamin)
  • 49. Vitamin B1 (Thiamin) • Berbentuk kristal putih bersifat higroskopis • Berbau ragi, titik leleh 246-250 C • BM 337.26 • Mudah larut dalam air • Membantu sel tubuh mengubah karbohidrat menjadi energi • Berperan penting bagi organ jantung, otot dan sistem saraf agar berfungsi dengan baik
  • 50. Metode Analisa Vitamin B1 (Thiamin) I. Metode spektrofluorometri II. Metode kolorimetri III. Metode alkalimetri IV. Metode argentomeri V. Metdode gravimetri VI. Kromatografi
  • 51. Prosedur penetapan kadar vitamin B1 secara Spektrofluorometri: 1. Penyiapan kolom kromatografi 2. Penyiapan larutan baku Tiamin HCL 3. Penyiapan sampel (ekstraksi) 4. Hidrolisis dengan enzim 5. Pemurnian 6. Oksidasi Tiamin menjadi Tiokrom
  • 52. Penentuan thiamin dengan Kolorimetri PRINSIP : Thiamin + garam reinecke  endapan Endapan + aseton  larut  diukur kadarnya pada λ 525 nm *diperlukan standar thiamin
  • 53. Kromatografi • Kromatografi dengan deteksi UV-Vis dan fluoresensi merupakan metode yang paling umum digunakan untuk analisis vitamin B1 dalam bahan makanan. • tiamin tidak bersifat fluoresen,akan tetapi vitamin ini dan ester fosfatnya dapat direaksikan dengan kalium heksasianoferat atau disebut juga dengan kalium ferisianida,untuk menghasilkan senyawa tiokrom yang bersesuaian yang menunjukan fluoresensi biru yang kuat • penggunaan tiokrom sebagai produk oksidasi tiamin yang spesifik dan sangat berfluorosensi telah digunaka secara rutin
  • 54. Prosedur ekstraksi untuk analisis tiamin dengan kromatografi • Untuk pengujian vitamin total, ekstraksi harus membebaskan tiamin dari matrik sampel yang kompleks dan menghidrolisis esternya. Ekstraksi semacam ini melibatkan hidrolisis asam dan enzim mengikuti AOAC • The European Union Measurement and Testing Program Telah mempublikasikan prosedur ekstraksi yang optimal dengan cara : 1. autoklav-kan sejumlah 0,2 – 5,0 g sampel dalam HCL 0,1 N selama 30 menit pada suhu 121 °C 2. Atur pH alikuot 4,0 dengan bufer natrium asetat4,0 M (Ph 6,1) 3. Tambahkan 100 mg takadiastase tiap g sampel 4. Inkubasikan pada suhu 37 °C sampai 45 °C 5. Didinginkan, disaring dan sentrifus
  • 55. Penentuan thiamin dengan fluorometer PRINSIP : • oksidasi thiamin menjadi thiokrom (turunan thiamin yang dapat berpendar dengan sinar UV) • Bila senyawa yg dapat berfluoresen lain dapat dipisahkan, maka tingkat fluoresensi thiamin akan proporsional dng kadarnya • REAGENSIA : kalium ferrisianida 1% baru
  • 56. Metode analisis vitamin B1, engan fluoremetri melibatkan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Hidrolisis asam 2. Hidrolisis enzimatis 3. Pembersihan (clean up) ekstrak 4. Pembentukan tiokrom
  • 57. Metode Argentometri Adanya klorida dalam tiamin hidroksida dapat ditetapkan secara argentometric dengan menggunakan metode Volhard. Pada penetapan dengan metode Volhard suasananya harus asam sebab jika suasananya basa akan terjadi reaksi antara perak nitrat dengan basa membentuk Ag(OH) yang pada tahap selanjutnya akan membentuk endapan Ag2O, akibatnya perak nitrat tidak hanya bereaksi dengan sampel tetapi juga bereaksi dengan basa.
  • 58. Metode Gravimetri Tiamin dalam tablet vitamin B1 dan dalam injeksi dapat ditetapkan secara gravimetric dengan cara mengendapkan larutan tiamin menggunakan asam silikowolframat. PRINSIP : Thiamin + garam reinecke  endapan  dikeringkan  ditimbang *hanya dapat dilakukan jika sampel mengandung banyak thiamin (>50 mg) *jika kurang, lebih baik menggunakan fluorometer atau kolorimeter
  • 59. VITAMIN B2 (RIBOFLAVIN)  Bentuk kristal jarum oranye-kuning  Kurang larut dalam air (11 mg/100 ml)  Dalam bentuk kristal bersifat stabil  Dalam bentuk larutan, mudah rusak, terutama dalam suasana alkalis dan oleh cahaya nampak maupun sinar UV  analisa dilakukan di ruang gelap  Riboflavin relatif stabil terhadap panas
  • 60. Penentuan Vitamin B2 (Riboflavin) Metode Spektrofluorometri Metode Spektofotometri
  • 61. Metode Spektrofluorometri 1. Fluorometri langsung • Prosedur manual. AOAC Official Method 970.65 merupakan metode utama yang digunakan untuk analisis kandungan riboflavin dalam bahan makanan. • Metode ini mengukur riboflavin total setelah hidrolisis asam FMN dan FAD menjadi riboflavin bebas • Hidrolisis disempurnakan dengan autoklav menggunakan HCL 0,1 N selam 30 menit • Protein dipisahkan dengan mengatur pH 4,5 dan menyaring atau mensentrifusnya untuk menjernihkan ekstrak • pH selanjutnya ditingkan kan secara bertahap sampai pH 6,8 untuk mengecek bahwa tidak ada pengendapan lanjut yang terjadi • Prosedur AOAC mencatata bahwa penambahaan natrium hidrosulfit lebih dari 20 mg tiap tabung dapat mengurangi bahan-bahan berfluoresensi yang mengganggu,yang dapat menimbulkan ketidakakuratan hasil uji
  • 62. Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran yang bebas dari senyawa bewarna yang menggunakan atau senyawa penganggu lain dan mengandung riboflavin lebih besar dari 0,1%. Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran yang tidak mengandung senyawa berfluoresensi atau senyawa harus dilakukan secepat mungkin karena riboflavin terurai oleh sinar ultraviolet. Beberapa senyawa pengganggu dapat dioksidasi dengan penambahan kalium permanganat, kemudian kelebihan pemanganat dapat dihilangkan dengan penambahan hydrogen peroksida.
  • 63. • Riboflavin dapat diperoleh dng penyerapan menggunakan fuller’s earth dari extrak hati segar atau extrak lain yg mengandung laktoflavin dlm larutan netral atau asam kuat. • Adsorpsi umumnya selesai dalam 10 menit. • Selanjutnya dilakukan elusi dengan larutan dietilamina 10-15% atau lart NaOH 0.2% . • Kadar vit. B2 dapat dianalisis secara fluorimetrik.
  • 64. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) • Teknik ekstraksi standar yang sesuai untuk kromatografi dan dapat diaplikasikan untuk semu jenis bahan makanan apapun adalah dengan mengubah flavin terikat menjadi riboflavin dengan cara melakukan autoklav sampel dengan asam mineral encer , diikuti dengan digesti enzimatis pada pH optimum • Kromatografi mampu memisahkan FMN dan riboflavin, oleh karena itu estimasi total vitamin B2 dengan teknik ini tergantung pada perubahan FMN menjadi riboflavin.
  • 65. Metode Spektofotometri Larutan riboflavin dalam dapar pH 4,0 menunjukkan absorban simaksimum (λ maks) pada 444 nm dengan E1%320. Cara ini digunakan untuk menetapkan kemurnian ribloflavin atau untuk penetapan riboflavin dengan kadar lebih besar dari 90%. Penetapan riboflavin dilakukan dengan cara terindung dari cahaya.
  • 66. Metoda Cepat Analisis Riboflavin dalam Susu  10ml susu dlm 125ml erlenmeyer ditambah 25ml 0.1N HCl. Gojog dan panaskan dlm autoclave 120oC selama 30 menit  Dinginkan dan atur pH dng 1N NaOH menjadi pH 6.0 (jangan lebih karena akan tidak stabil)  Asamkan kembali dng 1N HCl sampai pH 4.5 kmd pindahkan kedlm labu ukur 100ml, encerkan sampai tanda dng aquades, dan saring dng kertas Whatman no.42  Ambil filtrat jernihnya, baca transmitannya pada 440-400nm (riboflavin berfluoresensi pd λ tsb)  Buat kurva standar transmitansi lart standar riboflavin murni dng kadar 0.1 – 0.5 g/ml dg perlakuan sama dng di atas.
  • 67. VITAMIN B6 (PIRIDOKSIN • Piridoksin berupa bubuk tak berwarna dan berasa pahit • Piridoksin mudah larut dalam air, alkohol, dan aseton; bersifat stabil dalam asam, basa, dan panas, namun terpengaruh oleh cahaya • Dengan asam-asam mineral (misal HCl) akan membentuk garam • Piridoksin-HCl berbentuk bubuk putih, bersifat larut dalam air dan alkohol, serta berasa asin
  • 68. • Pyridoxin dapat diestimasi dng metoda kimiawi, mikrobiologi dan bioassay. • Pyridoxin memiliki gugus fungsional fenolat, sehingga dapat membentuk reaksi warna yang dapat dimanfaatkan dalam tehnik analisis.
  • 69. Vitamin B2 (Riboflavin) • Berbentuk kristal putih bersifat higroskopis • Berbau ragi, titik leleh 246-250 C • BM 337.26 • Mudah larut dalam air • Membantu sel tubuh mengubah karbohidrat menjadi energi • Berperan penting bagi organ jantung, otot dan sistem saraf agar berfungsi dengan baik
  • 70. Analisa Vitamin B2 • Metode spektrofluoro-metri Riboflavin dapat diperoleh dengan penyerapan menggunakan fuller’s earth dari extrak hati segar atau extrak lain yg mengandung laktoflavin dlm larutan netral atau asam kuat. Adsorpsi umumnya selesai dalam 10 menit. Selanjutnya dilakukan elusi dengan larutan dietilamina 10- 15% atau lart NaOH 0.2% . Kadar vit. B2 dapat dianalisis secara fluorimetrik.
  • 71. Penentuan Vitamin B6 Spektofotometri Kolorimetri Titrasi Bebas Air Kromatografi
  • 72. Analisis vitamin b6 Fluorometri • Metode fluometri melibatkan hidrolisi asam terhadap sampel-sampel bahan makana, pemurnian secara kromatografi,serta perubahan vitamin-vitamin yang terelusi menjadi asam 4-piridoksat, dan perlakuan asam pada zat antara untuk membentuk turunan lakton • Metode fluorometri telah digunakan untuk analisis vitamin b6 pada kedelai . • Ekstraksi sampel melibatkan : • - sampel diautoklav dengan adanya asam sulfat • - dibufer sampai pH 4,5 lalu didigesti dengan Claradiastase, • - diencerkan ,dan disaring
  • 73. Prinsip analisa piridoksin (metoda Hochberg, Melnick, and Oser) • Piridoksin yang terikat dibebaskan melalui hidrolisis dengan HCl dan pemanasan • Setelah diasamkan (pH 3,0), piridoksin bebas diserap oleh absorben Lloyd • Setelah pencucian dengan HCl, dilakukan elusi terhadap piridoksin yang terserap dalam absorben, dengan larutan NaOH • Eluat dijernihkan dengan isopropil alkohol
  • 74. • Supernatan diambil 3 kali dan diperlakukan sebagai berikut : a. Supernatan saja b. Supernatan + larutan standar piridoksin (sebagai standar internal) c. Supernatan + asam borat (asam borat mengubah piridoksin menjadi INAKTIF) • Setiap tabung ditambah reagen Gibb (mengan-dung 2,6-dikhloro quinon khloroimida) • Piridoksin + 2,6-dikhloro-quinon-khloro-imida  terbentuk kompleks berwarna biru
  • 75. Prosedur analisa a. Reagen Gibb (larutan A) 100mg 2,6-dikhloroquinonkhloroimida dilarut-kan dalam 250ml isopropanol, dimasukkan dalam botol gelap & disimpan di almari pendingin. Bila selama penyimpanan timbul warna pink  reagen harus dibuang (tdk murni) b. Larutan ammonia-HCl (larutan B) 160g NH4Cl + 700ml aquades + 160ml NH4OH jenuh, kemudian diencerkan sampai 1000ml
  • 76. Metode Spektofotometri Pada daerah ultraviolet, piridoksin, piridokamin, dan piridoksal menunjukan daerah penyerapan yang karakteristik walaupun tidak ada maksimum untuk ketiganya. Kadar vitamin B6 jumlah dalam larutan buffer pH 6,75 dapat ditetapkan pada panjang gelombang 325 nm. Pada panjang gelombang ini, piridoksin dan piridoksal menunjukkan absorbansi maksimum pada 316 nm. Kurva absorbsi piridoksin sendiri berubah dengan berubahnya pH larutan. Larutan piridoksin dalam asam klorida 0,1 N menunjukkan absorbansi maksimum pada 291 nm.
  • 77. Metode Kolorimetri Metode ini pertama kali diketengahkan oleh Seudi yang mendasarkan pada reaksi fenol dengan 2,6-dikloro-p- benzokuin-4-klorimina dengan menghasilkan warna biru yang dapat disari dengan pelarut organik. Reaksi ini merupakan reaksi umum untuk senyawa fenol yang berkedudukan para terhadap gugus hidroksi lfenol tidak tersubtitusi. Metode ini menunjukkan kepekaan yang rendah jika sampel mengandung kurang dari 0,1 mg dan peruraian dapat terjadi sebelum warna berkembang mencapai maksimum.
  • 78. Metode Titrasi Bebas Air Piridoksin hidroklorida dapat ditetapkan secara titrasi bebas air setelah ditambah raksa (II) asetat. Metode Kromatografi Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor fluorometri telah digunakan secara luas untuk analisis kuantitatif vitamin B6 dalam ayam dan bahan lainnya.
  • 79. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) • Kromatografi dengan elusi isoratik telah digunakan untuk analisis bahan makanan . Metode ini memberikan pemisahan vitamin-vitanin B6 (PN,PL,PM) dalam 12 menit
  • 80. ANALISIS VITAMIN B12 (KOBALAMIN) SECARA MIKROBIOLOGIS Prinsip analisa (Apriyantono, 1989) • Vitamin B12 dipisahkan dari makanan memakai larutan buffer asetat pH 4,5 • Kobalamin (tidak stabil) ditambah Na-sianida  terbentuk sianokobalamin yang stabil • Kadar vitamin ditetapkan dengan menumbuh-kan Lactobacillus leichmanii (bakteri tersebut membutuhkan vitamin B12 untuk pertumbuhannya sehingga pada kondisi terkontrol pertumbuhannya spesifik)
  • 82. Penentuan Vitamin B12 Metode Kromatografi Metode Spektofotometri
  • 83. Metode Spektofotometri • metode ini digunakan untuk produk-produk farmasetik dengan konsentrasi tinggi •Diukur pada panjang gelmbang 362 nm
  • 84. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) • Pengembangan metode kromatograf ini untuk analisis vitamin B12 dibatasi oleh sensitifitas dan selektifitasnya yang rendah. Oleh karena itu, kebanyakan prosedur melibatkan tahapan clean up dan pemekatan untuk menguji vitamin ini dalam konsentrasi rendah • Detektor spektrometer massa mampu menawarkan sensitifitas dan selektifitas yang lebih baik dibandingkan detektor UV
  • 85. Contoh analisis vitamin B12 dengan KCKT Sampel: produk-produk makanan Penyiapan sampel: vitamin B12 bebas menjadi digesti dengan α-amilase vitamin B12 total menjadi digesti dengan α-amilase,pepsin Clean up: kolom imunifitas Kolom: C18 Fase gerak: gradien. Asam trifluoroasetat 0.025% dalam air ph(2.6)- asetonitril. Kecepatan alir=0.25 ml/menit Deteksi: UV 361 nm
  • 86. Vitamin B9 (Asam Folat) • Asam folat merupakan sekelompok senyawa yg bersumber pada dedaunan hijau, memiliki karakter seperti vitamin, yg memiliki aktivitas antianemia
  • 87. ANALISIS FOLAT SECARA MIKROBIOLOGIS • Folat merupakan nama umum, termasuk asam folat. Folat bersifat labil terhadap oksidasi, sinar, panas, dan leaching saat makanan diolah • Analisa dilakukan secara mikrobiologis • Prinsip analisa - Folat sampel diekstrak dalam buffer pada 100oC - Ekstrak diperlakukan dengan -amilase, protease, dan conjugase - Respons pertumbuhan L. rhamnosus diukur dengan % transmitansi
  • 88. Critical Point • Perlu kehati-hatian tingkat tinggi untuk mencegah folat teroksidasi dan mengalami degradasi fotokimia. • Agen pereduksi (asam askorbat, -mercapto ethanol, and dithiothreitol) efektif untuk mencegah oksidasi.
  • 89. ANALISIS BIOTIN (vitamin H / B7) • Biotin dianggap sebagai kelompok vitamin B kompleks • Merupakan kristal yang larut dalam air dan alkohol • Bersifat stabil dalam suasana asam, alkalis, oleh cahaya dan suhu normal • Tidak stabil pada suhu tinggi maupun oleh senyawa oksidator • Analisa kadar biotin : metoda mikrobio-logis dan bioassay
  • 90. Terima Kasih apakah ada pertanyaaan :D