Tingginya kekhusu'an seseorang dalam shalat bergantung pada keimanan yang mendalam kepada Allah dan kesadaran akan keagungan-Nya serta kehinaan diri sendiri. Khusu' memerlukan penyingkiran segala pikiran selain Allah dan memfokuskan hati pada makna ibadah.
2. JALAN MENUJU
SHALAT KHUSU’
***
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman, (QS. 23:1)
***
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
shalatnya, (QS. 23:2)
3. MENGAPA HARUS
PERHATIKAN SHALAT?
Apakah yang memasukkan kamu ke dalam
(neraka) Saqar (QS. 74:42)
***
Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang menegakkan
shalat, (QS. 74:43)
4. Shalat tetapi celaka
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(QS. 107:4)
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. (QS.
107:5)
orang-orang yang berbuat riya. (QS. 107:6)
dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
(QS. 107:7)
5. ANTARA SADAR DAN LALAI
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan
(yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah shalat untuk mengingat (sadar) Aku. (QS.
20:14)
***
Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak
mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS.
7:205)
6. SEBAB TIDAK KHUSU’
***
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-
hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barang siapa yang membuat
demikian maka mereka itulah orang-orang yang
rugi. (QS. 63:9)
7. MABUK & TIDAK MENGERTI
***
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu shalat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang
kamu ucapkan,… (QS. 4:43)
8. SHALAT YANG DITERIMA
Barang siapa shalat 2 rakaat, di dalamnya
dia tidak berbicara sedikit pun dengan
hatinya tentang persoalan dunia, niscaya
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu
(HR. Buchori-Muslim)
Barang siapa yang shalatnya tidak dapat
mencegah dirinya dari perbuatan buruk
dan mungkar, maka orang itu tidak
bertambah dekat ke Allah, bahkan
semakin jauh (HR. Thabrani)
9. MEMELIHARA SHALAT
Barangsiapa melaksanakan shalat pada waktunya,
dengan wudlu yang sempurna, kemudian
menyempurnakan pula ruku’ dan sujud serta khusu’nya,
maka shalatnya itu akan terbang menuju Allah dalam
keadaan putih cemerlang, seraya berkata, “Semoga
Allah menjagamu seperti kau menjagaku. Dan
barangsiapa melaksanakan shalat TIDAK pada
waktunya, TIDAK berwudlu dengan sempurna, dan
TIDAK menyempurnakan pula ruku’, sujud, dan
khusu’nya, maka shalatnya itu akan terbang menuju
Allah dalam keadaan hitam pekat seraya berkata,
“Semoga Allah menelantarkanmu sebagaimana engkau
menelantarkanku”. Kemudian bila mencapai suatu
tempat tertentu yang dikehendaki Allah, shalat itu akan
dilipat-lipat seperti baju kumal, lalu dihempaskan
kembali ke wajah orang itu (HR. Thabrani)
10. Mendalami shalat
Bahwasanya shalat itu tidak lain adalah
menunjukkan kemiskinan, kerendahhatian
(tawadhu’), rawan hati (tadharu’), keluhan
jiwa dan penyesalan mendalam, seraya
meletakkan tangan (bersujud) dan
membisikkan, “Ya Allah, Ya Allah”. Maka
barangsiapa tidak melakukannya, shalatnya
tidak sempurna (HR. Tirmidzi)
11. Ma’na bathiniah menuju
khusu’
Kehadiran hati ( )
Pemahaman mendalam ( )
Pengagungan ( )
Takut dari rasa hormat ( )
Pengharapan ( )
Malu ( )
12. KEHADIRAN HATI
Kosong hati dari selain perbuatan dan
ucapan dalam shalat
Perhatian dan himmah (tekad tinggi
untuk capai tujuan)
Kesungguhan dalam berbuat
Lebih melihat pada remehnya dunia
Berjangkauan pandangan ke negeri
akhirat
Sadar kepada siapa menghadap
13. PEMAHAMAN YANG
DALAM
• Pusatkan pikiran untuk menyerap makna
ucapan dan perbuatan shalat
• Tolak setiap lintasan, bayang, angan- angan
yang muncul
• Menjauhi penyebab bagi timbulnya lintasan
bayangan dalam pikiran (ketertarikan pada
selain Allah)
“Siapa menyukai sesuatu pastilah ia sering
menyebutnya”
14. Penyebab Ta’zhim
Keterpaduan
Ma’rifat tentang keagungan dan kesucian
Allah
Ma’rifat tentang kehinaan dan keremehan
diri
Sehingga merasa butuh
15. Sumber Haibah
• Ma’’rifat tentang qudrat dan iradat Allah
• Menelusuri jejak langkah dan
“penderitaan” para Nabi dan Wali Allah
• Mawasdiri akan kepantasan diri juga tak
luput dari musibah
16. Penyebab Raja’
Ma’rifat tentang
kemahalembutan,kasih sayang,
kepemurahan, dan kesantunan Allah
Keyakinan akan kebenaran janji-janji-
Nya
17. Penyebab Haya’
Memunculkan perasaan tidak
sempurna dalam ibadah
Kesadaran diri lemah
Menyadari cacat cela diri, termasuk
hati yang tidak ikhlas
18. simpulan
Tingginya kekhusuán seseorang dalam shalat
mengikuti tingginya keimanan kepada Allah
(Diriwayatkan, Allah mewahyukan kepada N.Musa
as:”Hai Musa, bila kau menyebut (mengingat)-
Ku sebutlah seraya tubuhmu gemetaran;
sebutlah aku dengan khusu’dan tenang, dan
jadikan lidahmu di belakang hatimu. Dan bila
kau berdiri di hadapan-Ku, berdirilah
sebagaimana seorang hamba yang hina; dan
bermunajadlah kepada-Ku dengan hati yang
cemas dan lidah yang tulus)