SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
S I A R A N P E R S
Untuk disiarkan segera
Industri Kehutanan Memakai Lebih dari 30 Persen Terindikasi Kayu
Ilegal
Kurangnya persediaan kayu legal telah menimbulkan kerugian ekonomi triliunan dan
ancaman besar bagi kelestarian hutan alam Indonesia
Jakarta, 17 Februari 2015 – Koalisi Anti Mafia Hutan bersama Forest Trends meluncurkan
laporan terbaru yang menunjukkan industri kehutanan Indonesia dalam lima tahun terakhir
menggunakan pasokan kayu terindikasi lebih dari 25% dari sumber yang illegal. Pada 2014
saja setidaknya lebih dari 30% kayu yang dikonsumsi oleh industri tidak tercatat oleh
kementerian kehutanan. Jumlah kesenjangan volume kayu tersebut 219 juta m3
jika
dikalkulasi sejak tahun 1991 hingga 2014. Analisis yang sepenuhnya menggunakan data
dari Kementerian Kehutanan dan industri juga mengindikasikan bahwa kayu tersebut
bersumber dari praktek tebang habis hutan alam dan sumber-sumber ilegal lainnya, atau
bukan dari hutan tanaman industri (HTI) dan hak pengusahaan hutan (HPH) yang dikelola
baik.
Jika pabrik pulp dan kertas di Indonesia beroperasi dengan kapasitas penuh, dan jika
perusahaan-perusahaan mewujudkan rencana investasi multi-miliaran dolar untuk pabrik
baru, maka industri harus menggandakan pasokan kayu untuk memenuhi permintaan.
Diperkirakan kesenjangan pasokan kayu akan mencapai hingga 59%.
Penelitian menggunakan perbandingan antara data persediaan kayu Kementerian
Kehutanan (sekarang bernama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dan data
volume produksi yang dilaporan pihak industri kehutanan. Laporan terbaru tersebut berjudul
“Indonesia’s Legal Timber Supply Gap and Implications for Expansion of Milling Capacity”
dan diluncurkan dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (17/2).
Hadir sebagai pembicara Grahat Nagara, Juru Bicara Koalisi Anti Mafia Hutan; Riko
Kurniawan, Direktur WALHI Riau; Nursamsu, WWF Riau;; dan Koordinator Jikalahari
Muslim Rasyid sebagai moderator.
Grahat sebagai juru bicara Koalisi Anti Mafia Hutan mengatakan, “Inti dari penelitian koalisi
Anti Mafia Hutan bersama Forest Trends adalah melakukan evaluasi kecukupan persediaan
kayu legal bagi industri kehutanan Indonesia yang sedang tumbuh. Hasil temuan
memberikan indikasi kerugian negara yang besar.”
Jika menggunakan asumsi semua yang didapat dari rimba campuran, maka indikasi
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang tidak terpungut dari dana reboisasi (DR)
mencapai setidaknya US$ 250 juta dan dari provinsi sumber daya hutan (PSDH) mencapai
Rp 1,9 triliun per tahun.
“Jika dihitung total dari tahun 1991, potensi kerugian keuangan negara mencapai Rp 55
triliun. Nilai total kerugian bahkan sebenarnya bisa mencapai lebih tinggi lagi jika
S I A R A N P E R S
memasukkan perhitungan penggantian nilai tegakan (PNT) yang dilakukan kalau berasal
dari pembukaan lahan oleh izin pemanfaatan kayu (IPK),” kata Grahat.
Kurangnya ketersediaan kayu legal tidak hanya menyebabkan kerugian ekonomi, tapi juga
menyebabkan industri akan terus bergantung kepada persediaan kayu hutan alam.
Parahnya, jelas ditunjukkan di dalam laporan bahwa sebagian besar kayu yang dilaporkan
dipanen dari hutan alam berasal praktek tebang habis (atau konversi hutan alam), bukan
dari tebang pilih. Data Kementerian Kehutanan sendiri mengatakan bahwa industri
memasok kayu dari konversi hutan sampai dua kali lipat lebih besar daripada penebangan
di HTI dan di HPH.
Berdasarkan hal tersebut Koalisi Anti Mafia Hutan merekomendasikan agar Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan merevisi strategi pembangunan kehutanan dan Peta
Jalan Revitalisasi Industri Kehutanan dengan memasukkan tiga unsur yang sangat penting:
tidak memperkenankan adanya peningkatan kapasitas pengolahan, tidak menambah izin
baru industri kehutanan dan meningkatkan produktivitas HTI. Di sisi lain, juga dengan terus
melaksanakan pembenahan dalam tata kelolanya untuk mencegah terjadinya korupsi di
sektor kehutanan.
--- S e l e s a i ---`
Laporan dan materi tambahan bisa didapatkan di http://forest-trends.org/indonesia_timber_supply.php.
Username: embargoed; password: timber
Kontak Media
Grahat Nagara
Koalisi Anti Mafia Hutan
Handphone 087 8787 21651
E-mail grahat.nagara@gmail.com

More Related Content

Viewers also liked

Ujian Skripsi Bagi Mahasiswa
Ujian Skripsi Bagi MahasiswaUjian Skripsi Bagi Mahasiswa
Ujian Skripsi Bagi Mahasiswa
ujmtipub
 
F 009 jadwal pengumpulan sampel
F 009 jadwal pengumpulan sampelF 009 jadwal pengumpulan sampel
F 009 jadwal pengumpulan sampel
Ainul Yaqin
 
Eθιμα και παραδοσεις για το πασχα
Eθιμα και παραδοσεις για το πασχαEθιμα και παραδοσεις για το πασχα
Eθιμα και παραδοσεις για το πασχα
1odimsxoleio
 

Viewers also liked (11)

Doc1
Doc1Doc1
Doc1
 
Prediksi b indonesia
Prediksi b indonesiaPrediksi b indonesia
Prediksi b indonesia
 
Ujian Skripsi Bagi Mahasiswa
Ujian Skripsi Bagi MahasiswaUjian Skripsi Bagi Mahasiswa
Ujian Skripsi Bagi Mahasiswa
 
Oldehove-DUO 8-12 (gedeeltelijk)
Oldehove-DUO 8-12 (gedeeltelijk)Oldehove-DUO 8-12 (gedeeltelijk)
Oldehove-DUO 8-12 (gedeeltelijk)
 
F 009 jadwal pengumpulan sampel
F 009 jadwal pengumpulan sampelF 009 jadwal pengumpulan sampel
F 009 jadwal pengumpulan sampel
 
Eθιμα και παραδοσεις για το πασχα
Eθιμα και παραδοσεις για το πασχαEθιμα και παραδοσεις για το πασχα
Eθιμα και παραδοσεις για το πασχα
 
Lembar Fakta Payment for Environmental Services (PES) atau Imbal Jasa Lingkungan
Lembar Fakta Payment for Environmental Services (PES) atau Imbal Jasa LingkunganLembar Fakta Payment for Environmental Services (PES) atau Imbal Jasa Lingkungan
Lembar Fakta Payment for Environmental Services (PES) atau Imbal Jasa Lingkungan
 
Seminar Membedah Program Strategis Pemerintahan Baru di Bidang Pelestarian L...
Seminar  Membedah Program Strategis Pemerintahan Baru di Bidang Pelestarian L...Seminar  Membedah Program Strategis Pemerintahan Baru di Bidang Pelestarian L...
Seminar Membedah Program Strategis Pemerintahan Baru di Bidang Pelestarian L...
 
Surat terbuka kemitraan ttg svlk utk presiden jokowi
Surat terbuka kemitraan ttg svlk utk presiden jokowiSurat terbuka kemitraan ttg svlk utk presiden jokowi
Surat terbuka kemitraan ttg svlk utk presiden jokowi
 
perubahan pola pikir sd smp-sma-smk
perubahan pola pikir sd smp-sma-smkperubahan pola pikir sd smp-sma-smk
perubahan pola pikir sd smp-sma-smk
 
RINGKASAN EKSEKUTIF AUDIT KEPATUHAN DALAM RANGKA PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN...
RINGKASAN EKSEKUTIF AUDIT KEPATUHAN  DALAM RANGKA PENCEGAHAN  KEBAKARAN HUTAN...RINGKASAN EKSEKUTIF AUDIT KEPATUHAN  DALAM RANGKA PENCEGAHAN  KEBAKARAN HUTAN...
RINGKASAN EKSEKUTIF AUDIT KEPATUHAN DALAM RANGKA PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN...
 

Similar to Tsr siaran pers (9)

Moratorium Hutan
Moratorium HutanMoratorium Hutan
Moratorium Hutan
 
Paper Concept Jeda Tebang Hutan
Paper Concept   Jeda Tebang HutanPaper Concept   Jeda Tebang Hutan
Paper Concept Jeda Tebang Hutan
 
kiki-taufik-greenpeace-kinerja-penegakan-hukum-mengatasi-deforestasi-sudut-pa...
kiki-taufik-greenpeace-kinerja-penegakan-hukum-mengatasi-deforestasi-sudut-pa...kiki-taufik-greenpeace-kinerja-penegakan-hukum-mengatasi-deforestasi-sudut-pa...
kiki-taufik-greenpeace-kinerja-penegakan-hukum-mengatasi-deforestasi-sudut-pa...
 
Illegal loging
Illegal logingIllegal loging
Illegal loging
 
Hutan
HutanHutan
Hutan
 
Hutan 2
Hutan 2Hutan 2
Hutan 2
 
Siaran pers rencana aksi kpk media briefing 22 feb final
Siaran pers   rencana aksi kpk media briefing 22 feb finalSiaran pers   rencana aksi kpk media briefing 22 feb final
Siaran pers rencana aksi kpk media briefing 22 feb final
 
Analisis industri kehutanan
Analisis industri kehutananAnalisis industri kehutanan
Analisis industri kehutanan
 
Analisis industri kehutanan
Analisis industri kehutananAnalisis industri kehutanan
Analisis industri kehutanan
 

Tsr siaran pers

  • 1. S I A R A N P E R S Untuk disiarkan segera Industri Kehutanan Memakai Lebih dari 30 Persen Terindikasi Kayu Ilegal Kurangnya persediaan kayu legal telah menimbulkan kerugian ekonomi triliunan dan ancaman besar bagi kelestarian hutan alam Indonesia Jakarta, 17 Februari 2015 – Koalisi Anti Mafia Hutan bersama Forest Trends meluncurkan laporan terbaru yang menunjukkan industri kehutanan Indonesia dalam lima tahun terakhir menggunakan pasokan kayu terindikasi lebih dari 25% dari sumber yang illegal. Pada 2014 saja setidaknya lebih dari 30% kayu yang dikonsumsi oleh industri tidak tercatat oleh kementerian kehutanan. Jumlah kesenjangan volume kayu tersebut 219 juta m3 jika dikalkulasi sejak tahun 1991 hingga 2014. Analisis yang sepenuhnya menggunakan data dari Kementerian Kehutanan dan industri juga mengindikasikan bahwa kayu tersebut bersumber dari praktek tebang habis hutan alam dan sumber-sumber ilegal lainnya, atau bukan dari hutan tanaman industri (HTI) dan hak pengusahaan hutan (HPH) yang dikelola baik. Jika pabrik pulp dan kertas di Indonesia beroperasi dengan kapasitas penuh, dan jika perusahaan-perusahaan mewujudkan rencana investasi multi-miliaran dolar untuk pabrik baru, maka industri harus menggandakan pasokan kayu untuk memenuhi permintaan. Diperkirakan kesenjangan pasokan kayu akan mencapai hingga 59%. Penelitian menggunakan perbandingan antara data persediaan kayu Kementerian Kehutanan (sekarang bernama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dan data volume produksi yang dilaporan pihak industri kehutanan. Laporan terbaru tersebut berjudul “Indonesia’s Legal Timber Supply Gap and Implications for Expansion of Milling Capacity” dan diluncurkan dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (17/2). Hadir sebagai pembicara Grahat Nagara, Juru Bicara Koalisi Anti Mafia Hutan; Riko Kurniawan, Direktur WALHI Riau; Nursamsu, WWF Riau;; dan Koordinator Jikalahari Muslim Rasyid sebagai moderator. Grahat sebagai juru bicara Koalisi Anti Mafia Hutan mengatakan, “Inti dari penelitian koalisi Anti Mafia Hutan bersama Forest Trends adalah melakukan evaluasi kecukupan persediaan kayu legal bagi industri kehutanan Indonesia yang sedang tumbuh. Hasil temuan memberikan indikasi kerugian negara yang besar.” Jika menggunakan asumsi semua yang didapat dari rimba campuran, maka indikasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang tidak terpungut dari dana reboisasi (DR) mencapai setidaknya US$ 250 juta dan dari provinsi sumber daya hutan (PSDH) mencapai Rp 1,9 triliun per tahun. “Jika dihitung total dari tahun 1991, potensi kerugian keuangan negara mencapai Rp 55 triliun. Nilai total kerugian bahkan sebenarnya bisa mencapai lebih tinggi lagi jika
  • 2. S I A R A N P E R S memasukkan perhitungan penggantian nilai tegakan (PNT) yang dilakukan kalau berasal dari pembukaan lahan oleh izin pemanfaatan kayu (IPK),” kata Grahat. Kurangnya ketersediaan kayu legal tidak hanya menyebabkan kerugian ekonomi, tapi juga menyebabkan industri akan terus bergantung kepada persediaan kayu hutan alam. Parahnya, jelas ditunjukkan di dalam laporan bahwa sebagian besar kayu yang dilaporkan dipanen dari hutan alam berasal praktek tebang habis (atau konversi hutan alam), bukan dari tebang pilih. Data Kementerian Kehutanan sendiri mengatakan bahwa industri memasok kayu dari konversi hutan sampai dua kali lipat lebih besar daripada penebangan di HTI dan di HPH. Berdasarkan hal tersebut Koalisi Anti Mafia Hutan merekomendasikan agar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merevisi strategi pembangunan kehutanan dan Peta Jalan Revitalisasi Industri Kehutanan dengan memasukkan tiga unsur yang sangat penting: tidak memperkenankan adanya peningkatan kapasitas pengolahan, tidak menambah izin baru industri kehutanan dan meningkatkan produktivitas HTI. Di sisi lain, juga dengan terus melaksanakan pembenahan dalam tata kelolanya untuk mencegah terjadinya korupsi di sektor kehutanan. --- S e l e s a i ---` Laporan dan materi tambahan bisa didapatkan di http://forest-trends.org/indonesia_timber_supply.php. Username: embargoed; password: timber Kontak Media Grahat Nagara Koalisi Anti Mafia Hutan Handphone 087 8787 21651 E-mail grahat.nagara@gmail.com