Watermarking (Ni Made Galih A.P & Diyah Chandra K.S)
1. Nama Kelompok
1. Ni Made Galih A.P (12050974205)
2. Diyah Chandra K.S (12050974209)
2. Watermarking sudah ada sejak 700 tahun yang lalu. Pada
akhir abad 13, pabrik kertas di Fabriano, Italia, membuat kertas yang
diberi watermark atau tanda air dengan cara menekan bentuk cetakan
gambar atau tulisan pada kertas yang baru setengah jadi. Ketika
kertas dikeringkan terbentuklah suatu kertas yang berwatermark.
Kertas ini biasa digunakan oleh seniman atau sastrawan untuk menulis
karya mereka. Kertas yang sudah dibubuhi tanda air tersebut sekaligus
dijadikan identifikasi bahwa karya seni diatasnya adalah milik mereka.
Ide Watermarking pada data digital (sehingga disebut digital
Watermarking) dikembangkan di Jepang pada tahun 1900 dan di
Swiss tahun 1993. Watermarking semakin berkembang seiring dengan
semakin meluasnya penggunaan internet.
3. Watermarking merupakan suatu bentuk dari Steganography, yaitu
ilmu yang mempelajari bagaimana menyembunyikan suatu data
pada data yang lain. Watermarking (tanda air) ini agak berbeda
dengan tanda air pada uang kertas. Tanda air pada uang kertas
masih terlihat oleh indera manusia (dalam posisi kertas tertentu),
tetapi Watermarking pada media digital tak akan dirasakan
kehadirannya oleh manusia tanpa alat bantu mesin pengolah
digital seperti komputer .
Watermarking ini memanfaatkan kekurangan-kekurangan sistem
indera manusia seperti mata dan telinga. Dengan adanya
kekurangan inilah, metode Watermarking ini dapat diterapkan
pada berbagai data digital. Jadi Watermarking merupakan suatu
cara untuk menyembunyikan atau menanam suatu data/informasi
tertentu ke dalam suatu data digital lainnya, tetapi tidak diketahui
kehadirannya oleh indera manusia.
Pengertian Watermarking
4. Mengapa perlu watermarking
?
Berikut adalah masalah yang melatarbelakangi munculnya
watermarking.
Masalah kepemilikan. Pemalsuan atas kepemilikan produk digital
seringterjadi. Foto digital, misalnya, tidak memiliki suatu label atau
informasi pengidentifikasi yang melekat pada foto tersebut. Apabila
ada klaim dari pihak lain yang juga mengaku sebagai pemilik sah atas
foto digital tersebut, pemilik foto yang asli tidak dapat memberikan
bantahan karena memang ia tidak memiliki bukti otentik yang
menandakan kepemilikan.
Masalah pelanggaran hak cipta. Penggandaan yang tidak berizin atas
produk digital dapat merugikan pemiliknya sebab pemilik produk
digital tidak memperoleh royalti apapun terhadap penggandaan ilegal
tersebut.
Masalah keaslian. Produk digital mudah diubah. Perubahan tersebut
dapat berupa rekayasa terhadap produk yang asli, baik perubahan
yang dapat dipersepsi maupun tidak. Perubahan yang timbul dapat
menyebabkan informasi penting yang terdapat di dalam produk digital
hilang. Kriptografi biasa saja tidak dapat menyelesaikan masalah-
masalah di atas.
5. Aplikasi Watermaking
Watermarking sebagai suatu teknik
penyembunyian data pada data digital lain dapat
dimanfaatkan untuk berbagai tujuan seperti:
Tamper-proofing
Feature
Annotation/caption
Copyright-Labeling
6. Digital Watermarking
Istilah watermarking ini muncul dari salah satu cabang ilmu yang disebut dengan
steganography. Stegranography merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari
tentang bagaimana menyembunyikan suatu informasi “rahasia” di dalam suatu informasi
lainnya. Perbedaan stegranograpy dengan cryptography terletak pada bagaimana
proses penyembunyian data dan hasil akhir dari proses tersebut.
Cryptography melakukan proses pengacakan data aslinya sehingga menghasilkan
data terenkripsi yang benar- benar acak / seolah-olah berantakan (tetapi dapat
dikembalikan ke bentuk semula) dan berbeda dengan aslinya, sedangkan
stegranography menyembunyikan dalam data lain yang akan ditumpanginya tanpa
mengubah data yang ditumpanginya tersebut sehingga data yang ditumpanginya
sebelum dan setelah proses penyembunyian hampir sama.
7. Struktur dari
Watermarking
Penerapan watermarking pada data digital seperti text, citra, video dan audio,
dilakukan langsung pada jenis data digital tersebut (misalnya untuk citra dan video
pada domain spasial, dan audio pada domain waktu) atau terlebih dahulu dilakukan
tranformasi ke dalam domain yang lain.
Berbagai transformasi yang dikenal dalam pemrosesan sinyal digital seperti:
FFT (Fast Fourier Transform), DCT (Discreate Cosine Transform), DWT (Discreate
Wavelet Transform), dan sebagainya. Penerapan watermaking pada berbagai
domain dengan berbagai transform turut mempengaruhi berbagai parameter
penting dalam watermarking.
9. Watermarking Pada Citra
Digital
Terdapat banyak metoda watermarking untuk citra digital
yang sudah diteliti.Teknik watermarking pada image digital dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu teknik domain spatial
(spatial watermark) dan teknik domain frekuensi (spectral
watermark). Pada watermarking untuk citra yang dilakukan pada
domain spatial, penyisipan dilakukan dengan sedikit mengubah
nilai pixel- pixel tertentu Sedangkan jika menggunakan domain
frekuensi, maka citra tersebut diubah dahulu ke dalam domain
transform (biasanya dengan DFT atau DCT) kemudian
penyisipan data dilakukan dengan sedikit mengubah nilai
koefisien tertentu yang dipilih.
11. Teknik Watermarking
Kegunaan Watemarking
Tamper-proofing
Feature location
Annotation/caption
Copyright-Labeling
12. Jenis-jenis Watermarking
Secara garis besar, ada dua jenis watemarking :
Robust watermarking
Fragile watermarking
Ada tiga tahap utama dalam proses watemarking :
mengintegrasikan watermark pada citra (embedding)
serangan terhadap citra yang telah dibubuhi watermark,
baik yang disengaja (misalnya dikompresi, dipotong
sebagian, di-filter, dan sebagainya) ataupun yang tidak
disengaja (misalnya disebabkan oleh noise atau
gangguan dalam saluran transmisi data).
proses ekstraksi watermark dari dokumen yang akan
diuji.
13. Syarat-syarat Sebuah Digital
Watermarking yang Ideal
Untuk mendapatkan suatu teknik digital watemarking yang baik, maka
teknik tersebut harus dapat memenuhi kondisi adalah : Elemen dari suatu
data digital dapat secara langsung dimanipulasi dan informasi dapat
ditumpangkan ke dalam data digital tersebut Penurunan kualitas dari data
digital setelah dibubuhkan watermark, dapat seminimal
mungkin.Watermark dapat dideteksi dan diperoleh kembali meskipun
setelah data digital diubah sebagian, dikompresi, ataupun di-filter.Struktur
dari watermark membuat penyerang sulit untuk mengubah informasi yang
terkandung di dalamnya.Proses untuk membubuhkan watermark dan
mendeteksinya cukup sederhana. Jika watermark dihapus, maka kualitas
dari data digital yang ditumpanginya akan berkurang jauh atau bahkan
rusak sama sekali. Informasi watermark yang diselipkan dalam isi data
digital dapat dideteksi ketika dibutuhkan.
14. Domain Waktu
Metode ini bekerja dengan cara mengubah data
audio dalam domain waktu yang akan disisipkan
watermark. Contohnya dengan mengubah LSB
(Least Significant Bit) dari data tersebut. Secara
umum metode ini rentan terhadap proses kompresi,
transmisi dan encoding. Beberapa teknik algoritma
yang termasuk dalam metode ini adalah:
Compressed-domain watermarking
Bit dithering
Amplitude modulation
Echo hiding
15. Domain Frekuensi
Metode ini bekerja dengan cara mengubah
spectral content dalam domain frekuensi dari
sinyal. Misalnya dengan cara membuang
komponen frekuensi tertentu atau
menambahkan data sebagai derau dengan
amplitudo rendah sehingga tidak terdengar.
Beberapa teknik yang bekerja dengan metode
ini:
Phase coding
Frequency band modification
Spread spectrum
16. Watemarking pada WWW
Keamanan di WWW dengan Enkripsi : Dalam upaya
untuk menyediakan tingkat keamanan yang lebih tinggi, dapat
didesain sedemikian rupa, sehingga setiap user memiliki kunci
dekripsi masingmasing, kemudian dikirim ke server HTTP
(Hyper Text Transfer Protocol) melalui CGI (Common Gateway
Interface) pada server . Permintaan untuk informasi yang tidak
rahasia ke server akan diproses secara normal melalui
mekanisme HTTP biasa, sedangkan permintaan untuk halaman
web yang mengandung dokumen terenkripsi akan melalui
prosedur khusus yang akan dijelaskan berikut ini.