Sistem Air Panas - Plambing dan Pencegahan KebakaranSenia Firlania
Teruntuk mahasiswa/i khususnya di bidang refrigerasi dan tata udara. Jangan lupa untuk follow aku yaa.
semoga bermanfaat dan jadikan untuk contoh yaaa.
salam panas.
Sistem Air Panas - Plambing dan Pencegahan KebakaranSenia Firlania
Teruntuk mahasiswa/i khususnya di bidang refrigerasi dan tata udara. Jangan lupa untuk follow aku yaa.
semoga bermanfaat dan jadikan untuk contoh yaaa.
salam panas.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Perolehan Kalor pada Saluran Udara - Praktikum STU 2
1. Perolehan Kalor pada
Saluran Udara
Sistem Tata Udara 2
Kelompok 3
Gita Agatha
Irfan Husni Mubarok
M. Rakha Pradana
M. Zihad Zidan
Rifqi Muhammad Fadhila
Senia Firlania Novianti
Tennia Sutedi
2. Tujuan Praktikum
Memahami proses perolehan kalor
udara pada saluran udara.
Dapat menghitung perolehan kalor
udara pada saluran udara.
9. Prosedur Percobaan
UKUR TEMPERATUR TABUNG KERING DAN TABUNG BASAH UDARA
KELUARAN KOIL.
UKUR TEMPERATUR TABUNG KERING DAN TABUNG BASAH UDARA
SUPLAI, YAKNI TEPAT DI KELUARAN DIFUSER. IKUTI WAKTU
PENGAMBILAN DATA PADA KELOMPOK PERCOBAAN YANG LAIN
UKUR KECEPATAN UDARA PADA SALURAN UDARA
ULANGI LANGKAH 1 DAN 2 SESUAI DENGAN WAKTU
PENGAMBILAN DATA KELOMPOK LAIN
PERHATIAN
WAKTU PENGAMBILAN DATA PADA PRAKTIKUM INI
DILAKUKAN BERSAMAAN DENGAN PENGAMBILAN DATA
PADA PERCOBAAN – PERCOBAAN LAINNYA
11. PADA HASIL PERCOBAAN
(PENGUKURAN) DAPAT DILIHAT
LA→SA MENGALAMI PEROLEHAN
KALOR SENSIBEL HEATING HAL INI
SAMA DENGAN TEORI YANG ADA.
HAL INI DAPAT TERJADI KARENA
BERBAGAI MACAM FAKTOR. SALAH
SATUNYA KARENA UAP AIR
TERBAWA OLEH ANGIN FAN YANG
KENCANG, KECEPATAN UDARA SA
> KECEPATAN UDARA LA. SELAIN
ITU FAKTOR DALAM DUCTING ITU
SENDIRI JUGA SANGAT
BERPENGARUH SEPERTI
KONSTRUKSI DUCTINGYA,
KETEBALAN KONSTRUKSI, LUAS,
DLL. FAKTOR LINGKUNGAN PUN
DAPAT TERJADI, DSB.
12.
13. Diskusi
1. TENTUKAN U (KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR
MENYELURUH) PADA SALURAN UDARA YANG DIGUNAKAN.
PERHATIKAN BAHAN SALURAN UDARA, KETEBALAN PELAT,
JENIS INSULATOR, KETEBALAN INSULATOR, DAN LUAS
PENAMPANG SALURAN
2. HITUNG PEROLEHAN KALOR PADA SALURAN UDARA
14. a = 8.97 M² a = 1.9 M²
a = 1.4 M²
a = 27.5 M²
a = 1.44 M² a = 5.4 M² a = 6.32 M²
a = 1.9 M²
a = 2.7 M²
a = 3.275 M²
LUAS Selimut ducting berinsulasi
15. Luas
Penampang
Luas Selimut
Ducting
Berinsulasi
Luas Selimut
Ducting Tak
Berinsulasi
Berinsulasi
A1 1.4 m²
A2 1.44 m²
A3 5.4 m²
A4 6.32 m²
A5 2.7 m²
A6 8.97 m²
A7 1.9 m²
A8 27.5 m²
A9 1.9 m²
A10+A11 1.1125 m²
A12 2.16 m²
A Total 60.8 m²
Tak Berinsulasi
A1 0.68 m²
A2 0.56 m²
A3 0.6 m²
A4 1 m²
A5 4.7 m²
A6 0.26 m²
A7 0.1 m²
A8 0.4 m²
A9 11.3 m²
A Total 19.6 m²
16. Almunium Steel
K1 : 235 W/mK
X1 : 0.0001 m
Glass Wool
K2 : 0.04 W/mK
X2 : 0.025 m
Galvanis Steel
K3 : 36.7 W/mK
X3 : 0.0005 m
ho : 22.7 W/m²K
hi : 9.37 W/m²K
Data
18. Q dengan Insulasi
𝑄 𝑑𝑢𝑐𝑡 = 1.28 × 60.8 × 11.45
𝑄 𝑑𝑢𝑐𝑡 = 891.0848
𝑄 𝑑𝑢𝑐𝑡 = 0.9 𝑘𝑊
Q dengan Insulasi
𝑄 𝑑𝑢𝑐𝑡 = 6.67 × 19.6 × 11.45
𝑄 𝑑𝑢𝑐𝑡 = 1496.8814
𝑄 𝑑𝑢𝑐𝑡 = 1.5 𝑘𝑊
𝑸 𝒅𝒖𝒄𝒕 = 𝑼𝑨∆𝑻
𝑄 𝑑𝑢𝑐𝑡 : Perolehan kalor pada saluran udara (𝑘𝑊)
𝑈 : Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (
𝑊
𝑚2 . 𝐾)
∆𝑇 : Beda temperatur antara udara di dalam dan luar saluran udara (𝐾)
𝐴 : Luas bidang/pelat saluran udara (𝑚2
)
∆𝑻
∆𝑇 = 𝑇𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝑇𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑛𝑔
∆𝑇 = 26 − 14.55 = 11.45
19. Kesimpulan
Perolehan kalor pada saluran udara terjadi karena terdapat perbedaan
temperature anatara udara dalam saluran dengan udara diluar saluran udara.
Perolehan kalor pada saluran udara disebabkan oleh beberapa factor,
diantaranya:
1. Konstruksi ducting,
2. Ketebalan konstruksi ducting,
3. Luas, dan
4. Beda temperature.
Perolehan kalor pada saluran udara yang memakai insulasi lebih kecil
daripada perolahan kalor pada saluran udara yang tidak memakai insulasi, hal
ini berpengaruh pada nilai koefisien perpindahan kalor (U), 𝑈 𝑖𝑛𝑠𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖<𝑈_(𝑡𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑖
𝑛𝑠𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖).