Evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan capaian yang beragam untuk ketiga agenda pembangunan. Pencapaian indikator keamanan dan demokrasi masih perlu ditingkatkan, sementara indikator pendidikan dan kesehatan mengalami kemajuan. Evaluasi relevansi RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010-2014 menunjukkan sejumlah keselarasan program, namun perlu penyesuaian prioritas lokal.
Lembar pengesahan Rencana Kerja Jangka Menengah SDN Pondokkaso Tonggoh untuk tahun pelajaran 2012/2013-2015/2016 telah ditandatangani oleh Ketua Komite Sekolah, Kepala Sekolah, dan Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Cidahu.
Dokumen tersebut berisi petunjuk penyelenggaraan kecakapan khusus di Gerakan Pramuka, mencakup definisi, tujuan, jenis, syarat, dan cara pengujian kecakapan khusus serta gambar-gambar tanda kecakapan khusus.
Dokumen tersebut merupakan tugas akhir sarjana dari Angela Oscario di Universitas Bina Nusantara pada tahun 2007. Tugas akhir ini membahas perancangan komunikasi visual untuk menunjang kampanye minum susu guna mencegah osteoporosis sejak dini. Penelitian dilakukan dengan studi lapangan berupa wawancara, kuesioner dan studi literatur. Hasilnya berupa desain komunikasi visual seperti logo, iklan, poster dan brosur untuk mening
Laporan ini merupakan hasil evaluasi kinerja pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai relevansi dan efektivitas pembangunan daerah serta manfaat yang dirasakan masyarakat. Metode yang digunakan meliputi pengamatan langsung, pengumpulan data primer melalui FGD, dan sekunder dari berbagai instansi. Laporan ini berisi analisis capaian indikator pembangunan di
Dokumen tersebut membahas tentang peluang dan kombinatorik, meliputi konsep ruang sampel, teknik perhitungan permutasi dan kombinasi, serta konsep-konsep dasar peluang seperti kepastian, kemustahilan, dan relasi antar peristiwa."
Evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan capaian yang beragam untuk ketiga agenda pembangunan. Pencapaian indikator keamanan dan demokrasi masih perlu ditingkatkan, sementara indikator pendidikan dan kesehatan mengalami kemajuan. Evaluasi relevansi RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010-2014 menunjukkan sejumlah keselarasan program, namun perlu penyesuaian prioritas lokal.
Lembar pengesahan Rencana Kerja Jangka Menengah SDN Pondokkaso Tonggoh untuk tahun pelajaran 2012/2013-2015/2016 telah ditandatangani oleh Ketua Komite Sekolah, Kepala Sekolah, dan Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Cidahu.
Dokumen tersebut berisi petunjuk penyelenggaraan kecakapan khusus di Gerakan Pramuka, mencakup definisi, tujuan, jenis, syarat, dan cara pengujian kecakapan khusus serta gambar-gambar tanda kecakapan khusus.
Dokumen tersebut merupakan tugas akhir sarjana dari Angela Oscario di Universitas Bina Nusantara pada tahun 2007. Tugas akhir ini membahas perancangan komunikasi visual untuk menunjang kampanye minum susu guna mencegah osteoporosis sejak dini. Penelitian dilakukan dengan studi lapangan berupa wawancara, kuesioner dan studi literatur. Hasilnya berupa desain komunikasi visual seperti logo, iklan, poster dan brosur untuk mening
Laporan ini merupakan hasil evaluasi kinerja pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai relevansi dan efektivitas pembangunan daerah serta manfaat yang dirasakan masyarakat. Metode yang digunakan meliputi pengamatan langsung, pengumpulan data primer melalui FGD, dan sekunder dari berbagai instansi. Laporan ini berisi analisis capaian indikator pembangunan di
Dokumen tersebut membahas tentang peluang dan kombinatorik, meliputi konsep ruang sampel, teknik perhitungan permutasi dan kombinasi, serta konsep-konsep dasar peluang seperti kepastian, kemustahilan, dan relasi antar peristiwa."
Cut Zurnali Analisis Kasus Manajemen Strategi Advancedcutzurnali
Teks tersebut menjelaskan kondisi industri ban di Indonesia pada tahun 1970-an hingga 1990-an, dimana industri ini mulai berkembang seiring pertumbuhan ekonomi dan otomotif di Indonesia. Pada tahun 1993, kapasitas produksi ban mencapai lebih dari 12 juta untuk kendaraan beroda empat dan 10 juta untuk beroda dua, memberikan kontribusi pajak Rp115 triliun dan mempekerjakan lebih dari 12.000 tenaga kerja.
Buku panduan ini berisi ringkasan abstrak dari berbagai makalah yang disajikan pada Seminar Nasional SDM Teknologi Nuklir 2014. Terdapat ringkasan singkat dari 50 abstrak yang membahas berbagai topik seperti reaktor nuklir, radiasi, keselamatan kerja, dan aplikasi teknologi nuklir.
Perancangan struktur beton perpustakaan 4 lantaiAfret Nobel
Perancangan struktur beton perpustakaan 4 lantai adalah laporan mengenai perencanaan struktur bangunan bertingkat dengan struktur beton bertulang sebagai struktur utama.
Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015Bagus ardian
Rancangan peraturan daerah ini membahas pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kota Surakarta. Hal ini didasari oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas di kota yang menyebabkan munculnya permukiman kumuh, serta komitmen pemerintah dalam menangani masalah tersebut dengan membuat payung hukum. Tujuannya meliputi memberikan kepastian hukum, mendukung penataan wilayah, dan menjamin rum
Dokumen ini memberikan panduan penggunaan sistem informasi Profil Desa dan Kelurahan yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakan dan Desa Kementerian Dalam Negeri. Sistem ini bertujuan untuk menjadi media komunikasi antara pusat dan daerah serta sumber data bagi perencanaan pembangunan berbasis data desa dan kelurahan. Panduan ini menjelaskan fitur-fitur sistem dan cara penggunaannya oleh pengguna tingkat desa h
Pelayanan lumpur tinja merupakan bagian penting dalam program Sanitasi Perdesaan untuk mendukung keberfungsian dan keberlanjutan sarana sanitasi yang telah dibangun. Rencana pelayanan lumpur tinja perlu mempertimbangkan tujuan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan perilaku sanitasi masyarakat serta menghindari pengurasan dan pembuangan lumpur secara manual dan ilegal.
Buku ini membahas biografi Ki Manteb Soedharsono, seorang dalang wayang kulit terkenal di Indonesia yang dikenal dengan kemampuannya menciptakan lakon-lakon baru dan berani melakukan inovasi dalam pementasan wayang. Buku ini menggambarkan latar belakang keluarga, pendidikan, karya, dan kontribusi Ki Manteb dalam melestarikan seni pedalangan di Indonesia.
Diaspora Adat dan Kekerabatan Alam Minangkabau: Sebuah kepelbagaian kajian pe...Harry Ramza
Buku ini membahas tentang diaspora adat dan kekerabatan masyarakat Minangkabau melalui berbagai kajian pemikiran. Buku ini merupakan hasil kerja sama antara Ikatan Cendekiawan Minangkabau Malaysia dengan penerbit Kemala Indonesia.
Buku ini membahas tentang Kimia Industri mulai dari pengertian, sistem manajemen, pengelolaan lingkungan kerja, bahan baku dan produk industri, instrumen dan pengukuran, teknologi proses, utilitas pabrik, keselamatan dan kesehatan kerja, serta limbah industri. Buku ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran Kimia Industri sesuai dengan perkembangan teknologi industri.
Buku ini membahas tentang Kimia Industri mulai dari pengertian, sistem manajemen, pengelolaan lingkungan kerja, bahan baku dan produk industri, instrumen dan pengukuran, teknologi proses, utilitas pabrik, keselamatan dan kesehatan kerja, serta limbah industri. Buku ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pengajaran Kimia Industri sesuai dengan perkembangan teknologi industri.
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan Oswar Mungkasa
Data menunjukkan persentase rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses terhadap sumber air minum layak antara tahun 1993-2010. Pada tahun 2010, provinsi dengan persentase tertinggi adalah DKI Jakarta (99,9%), DI Yogyakarta (99,7%), dan Bali (99,6%), sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua (48,4%), Nusa Tenggara Barat (55,7%), dan Aceh (29%).
Cut Zurnali Analisis Kasus Manajemen Strategi Advancedcutzurnali
Teks tersebut menjelaskan kondisi industri ban di Indonesia pada tahun 1970-an hingga 1990-an, dimana industri ini mulai berkembang seiring pertumbuhan ekonomi dan otomotif di Indonesia. Pada tahun 1993, kapasitas produksi ban mencapai lebih dari 12 juta untuk kendaraan beroda empat dan 10 juta untuk beroda dua, memberikan kontribusi pajak Rp115 triliun dan mempekerjakan lebih dari 12.000 tenaga kerja.
Buku panduan ini berisi ringkasan abstrak dari berbagai makalah yang disajikan pada Seminar Nasional SDM Teknologi Nuklir 2014. Terdapat ringkasan singkat dari 50 abstrak yang membahas berbagai topik seperti reaktor nuklir, radiasi, keselamatan kerja, dan aplikasi teknologi nuklir.
Perancangan struktur beton perpustakaan 4 lantaiAfret Nobel
Perancangan struktur beton perpustakaan 4 lantai adalah laporan mengenai perencanaan struktur bangunan bertingkat dengan struktur beton bertulang sebagai struktur utama.
Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015Bagus ardian
Rancangan peraturan daerah ini membahas pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kota Surakarta. Hal ini didasari oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas di kota yang menyebabkan munculnya permukiman kumuh, serta komitmen pemerintah dalam menangani masalah tersebut dengan membuat payung hukum. Tujuannya meliputi memberikan kepastian hukum, mendukung penataan wilayah, dan menjamin rum
Dokumen ini memberikan panduan penggunaan sistem informasi Profil Desa dan Kelurahan yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakan dan Desa Kementerian Dalam Negeri. Sistem ini bertujuan untuk menjadi media komunikasi antara pusat dan daerah serta sumber data bagi perencanaan pembangunan berbasis data desa dan kelurahan. Panduan ini menjelaskan fitur-fitur sistem dan cara penggunaannya oleh pengguna tingkat desa h
Pelayanan lumpur tinja merupakan bagian penting dalam program Sanitasi Perdesaan untuk mendukung keberfungsian dan keberlanjutan sarana sanitasi yang telah dibangun. Rencana pelayanan lumpur tinja perlu mempertimbangkan tujuan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan perilaku sanitasi masyarakat serta menghindari pengurasan dan pembuangan lumpur secara manual dan ilegal.
Buku ini membahas biografi Ki Manteb Soedharsono, seorang dalang wayang kulit terkenal di Indonesia yang dikenal dengan kemampuannya menciptakan lakon-lakon baru dan berani melakukan inovasi dalam pementasan wayang. Buku ini menggambarkan latar belakang keluarga, pendidikan, karya, dan kontribusi Ki Manteb dalam melestarikan seni pedalangan di Indonesia.
Diaspora Adat dan Kekerabatan Alam Minangkabau: Sebuah kepelbagaian kajian pe...Harry Ramza
Buku ini membahas tentang diaspora adat dan kekerabatan masyarakat Minangkabau melalui berbagai kajian pemikiran. Buku ini merupakan hasil kerja sama antara Ikatan Cendekiawan Minangkabau Malaysia dengan penerbit Kemala Indonesia.
Buku ini membahas tentang Kimia Industri mulai dari pengertian, sistem manajemen, pengelolaan lingkungan kerja, bahan baku dan produk industri, instrumen dan pengukuran, teknologi proses, utilitas pabrik, keselamatan dan kesehatan kerja, serta limbah industri. Buku ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran Kimia Industri sesuai dengan perkembangan teknologi industri.
Buku ini membahas tentang Kimia Industri mulai dari pengertian, sistem manajemen, pengelolaan lingkungan kerja, bahan baku dan produk industri, instrumen dan pengukuran, teknologi proses, utilitas pabrik, keselamatan dan kesehatan kerja, serta limbah industri. Buku ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pengajaran Kimia Industri sesuai dengan perkembangan teknologi industri.
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan Oswar Mungkasa
Data menunjukkan persentase rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses terhadap sumber air minum layak antara tahun 1993-2010. Pada tahun 2010, provinsi dengan persentase tertinggi adalah DKI Jakarta (99,9%), DI Yogyakarta (99,7%), dan Bali (99,6%), sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua (48,4%), Nusa Tenggara Barat (55,7%), dan Aceh (29%).
1. Mistar
Mistar adalah alat ukur panjang yang membagi satu meter menjadi 100 bagian sama yang disebut sentimeter dan satu sentimeter dibagi menjadi 10 bagian sama yang disebut milimeter. Fungsinya untuk mengukur panjang benda.
2. Rol meter
Rol meter adalah alat ukur panjang berbentuk kawat yang dapat digulung. Fungsinya untuk mengukur panjang benda yang lebih panjang dari mistar.
3. Jangka sorong
Jangka sorong adalah
1. Mistar
Mistar adalah alat ukur panjang yang membagi satu meter menjadi 100 bagian sama yang disebut sentimeter dan satu sentimeter dibagi menjadi 10 bagian sama yang disebut milimeter. Fungsinya untuk mengukur panjang benda.
2. Rol meter
Rol meter adalah alat ukur panjang berbentuk kawat yang dapat digulung. Fungsinya untuk mengukur panjang benda yang lebih panjang dari mistar.
3. Jangka sorong
Jangka sorong adalah
Buku ini memberikan panduan pelajaran Agama Islam dan Budi Pekerti untuk siswa kelas XII SMA/SMK/MA. Buku ini dilindungi hak cipta oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan hanya boleh digunakan sebagai buku siswa dalam penerapan Kurikulum 2013. Buku ini dapat terus diperbaiki berdasarkan masukan dari berbagai pihak.
Dokumen ini membincangkan pengenalan kepada sukan sepanjang hayat dan rekreasi. Ia menjelaskan definisi sukan sebagai aktiviti fizikal yang berbentuk pertandingan dengan peraturan yang tertentu, manakala rekreasi merupakan aktiviti kesenggangan yang dilakukan untuk keseronokan. Dokumen ini juga membincangkan matlamat utama sukan seperti meningkatkan kecergasan, mencegah penyakit, medium pendidikan, menjana ekon
Buku ini membahas tentang tradisi santetan-jagong di Desa Randualas. Tradisi ini berawal dari undangan hajatan yang berupa kertas, namun kini berubah menjadi pemberian makanan. Buku ini menggambarkan asal usul, bentuk, dan peran santetan-jagong dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Desa Randualas.
ATRIUM GAMING : Slot Gacor Mudah Menang Terbaru 2024sayangkamuu240203
Hallo Selamat Datang di Situs ATRIUM GAMING, website TERBAIK dan terpercaya. Meyediakan Berbagai Macam Jenis Permainan Dari SportBook, Slot, Live Casino, Fishing, Lottry, Poker dan Berbagai Game Lainnya,
1.Bonus New Member 50%
2.Garansi Kekalahan 100%
3.Event Scatter Pojok Pracmatic Play
4.Event Scatter Pracmatic Play
5.Event Scatter PG SOFT
6.Event Bonus Perkalian Pragmatic Play.
main di mahjong ways dapat SCATTER emas hitam, wah di jamin seru pasti nya , modal recehan bisa jackpot jutaan , dan masih banyak bonus lainnya yang menguntungkan bagi new member & old member
ayo buruan daftar di Atrium Gaming, Kakak menang kita pun senang!!!
════════ ═════════════════ 💸 DEPOSIT VIA BANK & E-MONEY 💸 📥 Minimal Deposit 5.000 📥 📤 Minimal Withdraw 50.000 📤
Untuk Minimal Deposit Via Pulsa Telkomsel & XL Tanpa Potongan;
💸 IDR 10.000 / Rp 10RB 💸
══ ════════════ ═══════════ YUK BURUAN LANGSUNG JOIN DI LINK YANG ADA DI BIO KAMI YA
☎ http://wa.me/+62812-6407-2244
🌐 https://heylink.me/SlotGacorMudahMenang2024/
🌐 https://mez.ink/situsvipgacor
🌐 https://bio.site/AtriumGamingGACOR
🌐 https://bio.link/situsmudahmenang2024
🌐 https://bit.ly/m/AtriumGamingOffcial
Desain Gambar & Pelaksanaan ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan kepada internal ASN dan eskternal yang datang berkunjung di kantor Bappeda-Litbang
3. KATA PENGANTAR
Buku ini membahas tentang berbagai informasi yang berhubungan
dengan kapal. Buku ini juga mengenalkan defenisi tentang kapal
dan istikah-istilah terakait dengan kapal serta mengenalkan
pembagian wilayah perairan Indonesia. Buku ini mengambil literatur
dari berbagai media referensi seperti internet, buku-buku terkini
tentang kapal perikanan, serta pengalaman yang diperoleh di
lapangan saat melakukan praktek Rancang Bangun Kapal Perikanan.
Buku ini ditujukan untuk umum, dan dapat digunakan sebagai
sumber informasi dalam menambah wawasan dalam bidang kapal
terutama kapal perikanan.
Buku ini masih memerlukan berbagai masukan untuk
penyempurnaan isinya. Di samping itu, kekurangan-kekurangan di
dalamnya menjadi hal yang tidak dapat dihindari mengingat
perbedaan sudut pandang terhadap pemahaman literatur. Semoga
buku ajar ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan bermanfaat
terhadap kemajuan pendidikan Indonesia.
Terimakasih.
Pekanbaru, Juni 2018
4. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI.......................................................................................................II
DAFTAR TABEL................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR............................................................................................V
BAB 1. DEFENISI KAPAL.....................................................................................1
1.1. DEFENISI KAPAL...............................................................................................1
1.2. JENIS-JENIS KAPAL NIAGA..................................................................................9
BAB 2. DAERAH PELAYARAN............................................................................13
2.1. DAERAH PELAYARAN......................................................................................13
2.2. DAERAH PELAYARAN RAKYAT...........................................................................17
2.3. ASPEK TEKNIS...............................................................................................20
2.4. ASPEK OPERASIONAL......................................................................................21
2.5. KOMPONEN DAN BESARAN NILAI EVALUASI MASING-MASING SUB VARIABEL...............21
2.6. WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.......................21
2.7. DAERAH PELAYARAN MENURUT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA................................25
BAB 3. UKURAN UTAMA KAPAL.......................................................................28
3.1. UKURAN UTAMA KAPAL .................................................................................28
3.2. UKURAN UTAMA KAPAL MENURUT BKI KAPAL KAYU...........................................32
3.3. ISTILAH-ISTILAH PENTING DALAM PERKAPALAN....................................................37
3.4. ISTILAH DALAM FREEBOARD KAPAL....................................................................40
3.5. BASIC DESIGN SPIRAL.....................................................................................60
BAB 4. ATURAN BIRO KLASIFIKASI ...................................................................66
4.1. PENDAHULUAN..............................................................................................66
4.2. PROSES PEMBANGUNAN KAPAL........................................................................66
4.3. INFORMASI KLASIFIKASI...................................................................................68
4.4. MEMPERTAHANKAN KELAS..............................................................................82
4.5. SURVEY PERIODIK ..........................................................................................83
ii
5. 4.6. SURVEY KHUSUS ...........................................................................................84
BAB 5. KONSTRUKSI KAPAL KAYU....................................................................86
5.1. RUANGAN KAPAL...........................................................................................87
5.2. TAHAPAN PEMBUATAN KAPAL..........................................................................88
5.3. LUNAS.........................................................................................................88
5.4. LINGGI HALUAN DAN BURITAN.........................................................................89
5.5. KONSTRUKSI GADING-GADING ........................................................................91
5.6. KONSTRUKSI WRANG......................................................................................93
5.7. KONSTRUKSI TRANSOM...................................................................................93
5.8. KONSTRUKSI PAPAN LAMBUNG (KULIT)..............................................................95
5.9. DOKUMENTASI PEMBANGUNAN KAPAL..............................................................96
BAB 6. ISTILAH KONSTRUKSI KAPAL.................................................................97
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................105
iii
6. DAFTAR TABEL
TABEL 1. JENIS PELAYARAN MENURUT BKI.......................................................25
TABEL 2. DAFTAR KOEFISIEN BENTUK DAN PERBANDINGAN UKURAN UTAMA
KAPAL.............................................................................................................36
TABEL 3. NILAI KOEFISIEN BENTUK PADA KAPAL..............................................36
TABEL 4. UKURAN UTAMA KAPAL DENGAN GT................................................56
TABEL 5. UKURAN UTAMA KAPAL PERIKANAN.................................................57
TABEL 6. PENGGUNAAN SOFTWARE DALAM PERENCANAAN KAPAL................64
TABEL 7. PROSEDUR PENERIMAAN KELAS BANGUNAN SUDAH JADI.................77
TABEL 8. JENIS KAYU, KEGUNAAN BAHAN, KELAS AWET DAN KELAS KUAT
BAHAN KAPAL KAYU.......................................................................................86
iv
7. DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. PETA PEMBAGIAN WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN REPUBLIK
INDONESIA......................................................................................................23
GAMBAR 2. PETA WPP-RI 571 (A) DAN WPP-RI 572 (B)....................................24
GAMBAR 3. UKURAN UTAMA KAPAL...............................................................29
GAMBAR 4. STERN POST..................................................................................30
GAMBAR 5. DIMENSI KAPAL PADA MIDSHIP....................................................31
GAMBAR 6. UKURAN PANJANG (A) DAN LEBAR (B) KAPAL KAYU.....................33
GAMBAR 7. BERBAGAI LOKASI, POSISI DAN ARAH PADA SEBUAH KAPAL ........38
GAMBAR 8. UKURAN PANJANG (A) DAN LEBAR (B) KAPAL KAYU.....................40
GAMBAR 9. LOAD LINE KAPAL NIAGA (A) DAN FREEBOARD KAPAL BAJA (B)....43
GAMBAR 10. FREEBOARD KAPAL MUATAN KAYU...........................................45
GAMBAR 11. PENGUKURAN GT DAN NT PADA KAPAL NIAGA (DOKKUM, 2003)56
GAMBAR 12. RENCANA GARIS KAPAL.............................................................59
GAMBAR 13. POTONGAN KAPAL DALAM RENCANA GARIS..............................60
GAMBAR 14. BASIC DESIGN SPIRAL (HUTAURUK & ZAIN, 2014)......................62
GAMBAR 15. FUNGSI OBJECTIVE PEMBANGUNAN KAPAL (HUTAURUK & ZAIN,
2014)..............................................................................................................63
GAMBAR 16. HASIL PERANCANGAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN KAPAL.64
GAMBAR 17. RENCANA UMUM KAPAL PESIAR.................................................65
GAMBAR 18. KAPAL POMPONG MENGANGKUT KELAPA SAWIT.......................65
GAMBAR 19. PEMASANGAN WRANG PADA LUNAS..........................................88
GAMBAR 20. PELETAKAN LUNAS.....................................................................89
GAMBAR 21. KONSTRUKSI LINGGI HALUAN.....................................................90
GAMBAR 22. KONSTRUKSI LINGGI DAN GADING-GADING................................90
v
8. GAMBAR 23. KONSTRUKSI TIANG AS...............................................................91
GAMBAR 24. TIANG AS DIPASANG PROPELLER................................................91
GAMBAR 25. SAMBUNGAN GADING-GADING DNEGAN WRANG......................92
GAMBAR 26. GADING-GADING YANG SUDAH DIPASANG PAPAN KULIT ...........92
GAMBAR 27. WRANG ATAU FLOOR................................................................93
GAMBAR 28. KONSTRUKSI TRANSOM..............................................................94
GAMBAR 29. KONSTRUKSI TRANSOM..............................................................94
GAMBAR 30. PEMASANGAN PAPAN KULIT......................................................95
GAMBAR 31. KONTRUKSI GADING-GADING DAN WRANG................................96
GAMBAR 32. PEMBANGUNAN TRANSOM........................................................96
GAMBAR 33. KOMPONEN UTAMA KAPAL........................................................99
GAMBAR 34. GAMBAR PENAMPANG MELINTANG.........................................101
GAMBAR 35. PENAMPANG MELINTANG KAPAL.............................................102
GAMBAR 36. KONSTRUKSI LINGGI.................................................................103
GAMBAR 37. PENAMPANG MELINTANG KAPAL BAJA.....................................104
vi
9. BAB 1. Defenisi Kapal
1.1. Defenisi Kapal
Kapal adalah kendaraan air yang digerakkan oleh tenaga
angin, tenaga mekanik (mesin), tenaga lainnya (manusia atau
tenaga surya) yang bisa ditarik atau digerakkan sendiri
dengan fungsi mengangkut baik orang maupun benda dalam
bentuk padat, cair ataupun gas.
Dalam beberapa artikel berbahasa Inggris istilah kapal (ship,
vessel), perahu (boat), rakit (raft), kapal kecil (craft) sering
ditemukan dan terkadang sulit untuk membedakan. Untuk itu,
diperlukan pemahaman terhadap istilah-istilah tersebut untuk
mengetahui perbedaan dan bagaimana fungsi penggunaan
istilah tersebut dalam dunia perkapalan (Rengi & Hutauruk,
2015).
Istilah vessel mencakup semua istilah yang menggambarkan
benda mengapung yang digunakan untuk mengangkut orang
atau benda (people or goods). Umumnya kapal (vessel) yang
lebih kecil dan kurang kompleks disebut perahu (boat),
sementara kapal (vessel) yang lebih besar dan lebih kompleks
disebut kapal (ship) atau dalam istilah bahasa inggris
dijelaskan smaller and less complex vessels are 'boats' and
more complex vessels are 'ships'. Sebagai aturan umum,
sebuah perahu (boat) dapat ditempatkan di atas sebuah kapal
(ship), tetapi sebuah kapal (ship) tidak dapat ditempatkan di
atas perahu (boat).
Secara khusus, perahu (boat) memiliki ukuran dari yang kecil
hingga menengah dan dilengkapi dengan lambung serta
digerakkan oleh layar, mesin, atau kekuatan manusia.
Sebagai contoh rakit (raft) dicirikan dengan tidak memiliki
lambung (has no hull); sehingga tidak benar jika menyebut
rakit sebagai perahu. Istilah yang sesuai untuk rakit lebih
tepat adalah life raft. Tetapi beberapa jenis kapal selalu
dikategorikan sebagai perahu (boat), tanpa memandang
ukuran atau kompleksitas. Sebagai contoh kapal selam
(submarine), kapal perikanan (fishing boat/fishing vessel dan
1
10. tongkang (barge). Kapal-kapal tersebut termasuk dalam
kategori boat.
Istilah kapal (ship) merupakan kapal (vessel) yang ukurannya
lebih besar, dibangun untuk mengangkut baik penumpang
atau kargo. Jenis kapal ini misalnya kapal pesiar (cruise ship),
kontainer, kapal perang dan lain-lain.
Dalam International Convention for the Safety of Life at Sea -
Chapter I General Provisions - Part A - Application, definitions,
etc. Regulation 2 Definitions (SOLAS, 2009) dijelaskan
beberapa defenisi tentang kapal dan regulasi yang berlaku,
misalnya:
a. Pelayaran internasional merupakan pelayaran dari suatu
negara ke negara yang menerapkan konvensi SOLAS ke
pelabuhan di luar negara tersebut atau sebaliknya
(International voyage means a voyage from a country to
which the present Convention applies to a port outside
such country, or conversely).
i. Penumpang adalah setiap orang selain (A
passenger is every person other than);
ii. Nahkoda dan anggota kru atau orang lain yang
dipekerjakan atau melakukan bisnis dalam segala
kapasitasnya di dalam kapal tersebut (the master
and the members of the crew or other persons
employed or engaged in any capacity on board a
ship on the business of that ship).
b. Anak di bawah umur satu tahun (a child under one year
of age).
c. Kapal penumpang adalah kapal yang membawa lebih
dari dua belas penumpang (a passenger ship is a ship
which carries more than twelve passengers).
d. Kapal kargo adalah segala kapal yang bukan kapal
penumpang. (A cargo ship is any ship which is not a
passenger ship).
e. Kapal tanker adalah kapal kargo yang dibangun dan
disesuaikan untuk mengangkut muatan curah dan cair
yang mudah terbakar. (A tanker is a cargo ship
2
11. constructed or adapted for the carriage in bulk of liquid
cargoes of an inflammable nature).
f. Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan untuk
menangkap ikan, ikan paus, anjing laut, beruang laut
atau sumber daya kehidupan di laut. (A fishing vessel is
a vessel used for catching fish, whales, seals, walrus or
other living resources of the sea).
g. Kapal nuklir adalah kapal yang dilengkapi dengan
instalasi nuklir. (A nuclear ship is a ship provided with a
nuclear power plant).
h. Kapal baru adalah kapal yang lunasnya dibangun atau
dalam tahap pemabngunan yang sama pada atau
setelah 25 Mei 1980. (New ship means a ship the keel of
which is laid or which is at a similar stage of construction
on or after 25 May 1980).
i. Kapal existing (kapal yang ada) adalah kapal bukan
kapal baru. (Existing ship means a ship which is not a
new ship).
Penjelasan yang diberikan SOLAS tentang kapal perikanan
masih secara umum. Kemudian, berdasarkan Keputusan
Menteri Perikanan dan Kelautan (KEP.MEN, 2008),
penjelasan tentang kapal perikanan dan yang berhubungan
dengan kapal perikanan didetailkan lagi menjadi:
a. Kapal Perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung
lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan,
mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan
ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan
perikanan, dan penelitian/ eksplorasi perikanan.
b. Kapal Penangkapan Ikan adalah kapal yang secara
khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk
penampung, menyimpan, mendinginkan, dan/atau
mengawetkan.
c. Kapal Pengangkut ikan adalah kapal yang secara khusus
dipergunakan untuk mengangkut ikan, termasuk memuat,
3
12. menampung, menyimpan, mendinginkan, dan/atau
mengawetkan.
d. Satuan armada penangkapan ikan adalah Kelompok
kapal perikanan yang dipergunakan untuk menangkap
ikan yang dioperasikan dalam satu kesatuan sistem
operasi penangkapan, yang terdiri dari kapal penangkap
ikan, kapal pengangkut ikan, dengan atau tanpa kapal
lampu, dan secara teknis dirancang beroperasi optimal
apabila dalam satu kesatuan sistem operasi
penangkapan.
e. Alat Penangkap Ikan adalah Sarana dan perlengkapan
atau benda-benda lainya yang dipergunakan untuk
menangkap ikan.
Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia tentang Surat Laik Operasi Kapal
Perikanan (PERMEN, 2010) juga diberikan defenisi yang
sama tentang kapal perikanan, namun ditambah dengan
penjelasan lain tentang laik laut kapal perikanan, misalnya:
a. Surat laik operasi kapal perikanan, yang selanjutnya
disebut SLO, adalah surat keterangan yang menyatakan
bahwa kapal perikanan telah memenuhi persyaratan
administrasi dan kelayakan teknis untuk melakukan
kegiatan perikanan.
b. Surat izin usaha perikanan, yang selanjutnya disebut
SIUP adalah izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan
perikanan untuk melakukan usaha perikanan dengan
menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam
izin tersebut.
c. Surat izin penangkapan ikan, yang selanjutnya disebut
SIPI, adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal
perikanan untuk melakukan penangkapan ikan yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP.
d. Surat izin kapal pengangkut ikan, yang selanjutnya
disebut SIKPI, adalah izin tertulis yang harus dimiliki
setiap kapal perikanan untuk melakukan pengangkutan
ikan.
4
13. e. Surat keterangan aktivasi transmitter, yang selanjutnya
disebut SKAT, adalah surat keterangan yang
menyatakan bahwa kapal perikanan telah terpantau oleh
sistem pemantauan kapal perikanan Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
f. Hasil pemeriksaan kapal, yang selanjutnya disebut HPK,
adalah formulir yang memuat hasil pemeriksaan kapal
perikanan yang dibuat oleh Pengawas Perikanan sebagai
dasar penerbitan SLO dan berlaku sebagai berita acara.
g. Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung
lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan
ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan
ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi
perikanan.
h. Nakhoda kapal perikanan adalah salah seorang dari
awak kapal perikanan yang menjadi pimpinan tertinggi di
kapal perikanan yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dari penjelasan yang diberikan melalui badan dunia dan
pemerintahan tersebut, defenisi tentang kapal mengacu
secara umum terhadap bangunan yang mengapung untuk
mengangkut benda dan orang. Sangat jelas tersirat bahwa
kapal yang didefenisikan menggunakan mesin
penggerak,atau dengan tenaga lainnya untuk beroperasi.
Dalam Undang-Undang RI No. 31 tahun 2004 tentang kapal
perikanan, didefenisikan bahwa kapal perikanan adalah kapal,
perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk
melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,
pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau
eksplorasi perikanan. Beberapa pendapat yang sama juga
diberikan para pakar untuk menjelaskan defenisi kapal
perikanan, misalnya:
a. Sname menyatakan bahwa kapal perikanan adalah
suatu bangunan (sarana) apung yang berfungsi untuk
mengangkut barang dari satu pelabuhan ke pelabuhan
5
14. lainnya dan sebagai tempat bekerja (working area)
orang-orang yang ada di dalam kapal tersebut. Kapal
ikan termasuk ke dalam definisi ini karena kapal ikan
mengangkut hasil tangkapan dari fishing ground ke
pelabuhan atau sekaligus sebagai tempat bekerja dari
nelayan.
b. Kapal merupakan sarana untuk menunjang operasi
penangkapan ikan agar dapat lebih efesien dan efektif
dengan tujuan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang
maksimal (P4TKP, 2010).
c. Nomura dan Yamazaki (1977) menyatakan bahwa kapal
perikanan adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan
perikanan yang mencakup penggunaan atau aktivitas
penangkapan atau mengumpulkan sumberdaya perairan,
pengelolaan usaha budidaya sumberdaya perairan, serta
penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti riset,
training dan inspeksi sumberdaya perairan.
d. Boxton (1987) mendefenisikan kapal perikanan sebagai
kapal yang digunakan untuk usaha-usaha menangkap
ikan dan mengumpul sumberdaya perairan atau
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penelitian,
kontrol, survey dan lain sebagainya.
Pasal 309 KUHD merumuskan defenisi kapal sebagai semua
perahu, dengan nama apapun dan jenis apapun juga. Kecuali
apabila ditentukan atau diperjanjikan lain, maka kapal itu
dianggap meliputi segala alat perlengkapannya.
Dalam Pasal 309 ayat (3) KUHD menyatakan bahwa alat
perlengkapan itu bukan bagian dari kapal itu sendiri, namun
diperuntukkan untuk selamanya dipakai tetap dengan kapal.
Sedangkan yang diamaksud dengan bagian kapal tersebut
adalah bangunan-bangunan yang menjadi satu dengan
kerangka kapal, sehingga kalau bangunan itu diambil atau
dilepaskan, maka kapal menjadi rusak. Bangunan-bangunan
ini misalnya:
a. Anjungan (bridge), yaitu bagian kapal yang teratas, di
mana para nahkoda dan mualim berada untuk mengatur
jalannya kapal;
6
15. b. Lunas kapal, yaitu bagian kerangka kapal yang terbawah
sendiri, terbuat dari besi, dan kalau lunas itu dilepaskan
dari kerangka kapal, maka kapal itu rusak;
c. Haluan kapal, yaitu bagian kapal yang dimuka sendiri,
dimana sering diberi hiasan menurut kesukaan pemilik
kapal, misalnya: kepala ular naga dan lain-lain.
Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa pada awalnya
pengertian kapal hanyalah badan kapal itu sendiri, tidak
termasuk di dalamnya mesin penggerak kapal atau mesin
kapal dan perlengkapan lainnya yang memungkinkan kapal
untuk berlayar. Jika ditinjau dari ketetapan dalam Pasal 309
ayat (3) KUHD tersebut, maka mesin kapal dapat dimasukkan
dalam kelompok alat perlengkapan kapal, sebab kalau mesin
itu dibongkar, kapal itu tidak rusak. Selanjutnya pasal 310
KUHD merumuskan tentang pengertian kapal laut sebagai
semua kapal yang dipakai untuk pelayaran di laut atau yang
diperuntukkan untuk itu”.
Purwosutjipto mengatakan bahwa untuk mengetahui apakah
kapal itu dikualifikasikan sebagai kapal laut atau bukan, tidak
cukup hanya berdasarkan pasal 310 KUHD yang telah
dijelaskan sebelumnya tetapi dalam prakteknya, kapal yang
telah diperuntukkan dan telah digunakan untuk pelayaran di
laut selama beberapa tahun, tetapi karena salah satu sebab,
kapal itu akhirnya hanya dipergunakan untuk pelayaran di
sungai, maka kapal yang demikian sulit untuk dikategorikan
sebagai kapal laut, sebab dipergunakan di sungai.
Dengan demikian dalam pengkualifikasikan kapal, kriteria
pendaftaran menjadi patokan yang digunakan, yaitu kapal
didaftarkan sesuai dengan keperluan dan kegunaannya.
Sehingga rumusan Pasal 310 KUHD tersebut dapat dirubah
menajdi: “kapal laut adalah semua kapal yang didaftarkan
sebagai kapal laut”.5
Sedangkan menurut pasal 1 angka 36 UUP merumuskan
pengertian kapal sebagai berikut: “Kapal adalah kendaraan air
dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan
tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau
ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis,
7
16. kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah”.
Dalam Penjelasan Pasal 4 huruf b dan huruf c UUP (UUP,
2008) memberikan defenisi jenis-jenis kapal, sebagai berikut:
a. Kapal yang digerakkan oleh angin adalah kapal layar.
b. Kapal yang digerakkan dengan tenaga mekanik adalah
kapal yang mempunyai alat penggerak mesin, misalnya
kapal motor, kapal uap, kapal dengan tenaga matahari,
dan kapal nuklir.
c. Kapal yang ditunda atau ditarik adalah kapal yang
bergerak dengan menggunakan alat penggerak kapal
lain.
d. Kendaraan berdaya dukung dinamis adalah jenis kapal
yang dapat dioperasikan di permukaan air atau di atas
permukaan air dengan menggunakan daya dukung
dinamis yang diakibatkan oleh kecepatan dan / atau
rancang bangun kapal itu sendiri, misalnya jet foil, hidro
foil, hovercraft, dan kapal-kapal cepat lainnya yang
memenuhi criteria tertentu.
e. Kendaraan di bawah permukaan air adalah jenis kapal
yang mampu bergerak di bawah permukaan air.
f. Alat apung dan bangunan terapung yang tidak
berpindah-pindah adalah alat apung dan bangunan
terapung yang tidak mempunyai alat penggerak sendiri,
serta ditempatkan di suatu lokasi perairan tertentu dan
tidak berpindah-pindah untuk waktu yang lama, misalnya
hotel terapung, tongkang akomodasi (accomodatioon
barge) untuk penunjang kegiatan lepas pantai dan
tongkang akomodasi (accomodation barge) untuk
penunjang kegiatan lepas pantai dan tongkang
penampung minyak (oil storage barge), serta unit
pengeboran lepas pantai berpindah (mobile offshore
drilling units/MODU).
8
17. 1.2. Jenis-jenis Kapal Niaga
Kapal niaga dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa
penggolongan.
1.2.1 Berdasarkan Penggerak
Jenis kapal ditinjau berdasarkan penggeraknya adalah:
a. Kapal motor, yaitu kapal yang digerakkan dengan motor
atau mesin diesel sebagai alat penggerak utama dan
bukan kapal yang digandeng/ sedang digandeng.
b. Kapal uap, yaitu kapal yang digerakkan dengan tenaga
uap sebagai penggerak utama dan bukan kapal yang
digandeng.
c. Kapal layar, yaitu kapal yang digerakkan dengan layar
sebagai alat penggerak utama dan bukan kapal yang
digandeng.
d. Kapal yang digandeng, yaitu kapal yang sedang
digandeng dan tidak menggunakan alat penggerak
sendiri.
e. Kapal nuklir, yaitu kapal yang dilengkapi dengan
instalasi tenaga nuklir sebagai sumber kekuatan
penggeraknya.
1.2.2 Berdasarkan Fungsinya
Jenis kapal ditinjau dari fungsinya antara lain:
a. Kapal muatan umum, biasanya dengan konstruksi
”shelter deck” dan mempunyai lebih dari satu dek
(memakai dek antara).
b. Kapal curah (Bulk Carrier), yang dibagi lagi menurut
jenis muatan curah yang diangkut, misalnya: ore carrier,
log carrier, tanker dan lain-lain. Biasanya konstruksi
kapal ini sangat kokoh atau ”full scantling” dan pada
umumnya satu dek.
9
18. c. Kapal tunda (Tug Boat), yaitu kapal yang digunakan
untuk menunda, menggandeng atau mendorong kapal
lain yang membutuhkannya. Kapal ini umumnya
digunakan di pelabuhan untuk membantu kapal- kapal
merapat ke dermaga atau di laut untuk membantu
kapal-kapal yang rusak atau dalam keadaan bahaya
guna membawanya kepelabuhan untuk bantuan atau
perbaikan.
d. Kapal gas (Gas Carrier), yang dibangun dengan palka-
palka tertutup berupa tanki, misalnya LPG. carrier
(Liquified pressed gas carrier) atau LNG (liquefied
natural gas carrier).
e. Kapal keruk (Dredger), yaitu kapal yang dirancang
dengan diperlengkapi alat untuk mengaduk atau
menghisap lumpur. Kapal tipe ini umumnya digunakan
dipelabuhan atau alur pelabuhan untuk memperdalam
atau mempertahankan kedalaman laut.
f. Kapal survey (survey vessel).
g. Kapal bor (drilling vessel), dilengkapi dengan bor untuk
pemboran minyak.
h. Kapal peti kemas, dilengkapi dengan stabilitas awal
yang bagus dan digunakan untuk mengangkut peti
kemas sampai-sampai 4 atau 5 meter di atas dek.
i. Kapal tongkang atau Lash Ship (lighter aboard ship),
hampir sama dengan kapal peti kemas, tetapi yang
diangkut berupa tongkang. Perkembangan terakhir
kapal ini disebut juga Flash Vesslel (floating lighter
aboard vessel).
j. Kapal muatan dingin (retrigerated vessel), yaitu suatu
kapal yang di bangun khusus, sehingga ruangannya
10
19. merupakan ruangan dingin yang dapat mengangkut
muatan dingin atau muatan beku.
k. Kapal pukat tambat (trawler), yaitu kapal penangkap
ikan yang khusus dibangun untuk dapat menarik pukat
tarik (jaring dogol).
l. Kapal kabel (cable lying vessel), dibangun khusus untuk
memasang dan mengangkat kabel laut.
m. Kapal selam (submarine), biasanya digunakan oleh
kapal laut.Kapal Ro-Ro (roll on – roll off ship), dibangun
sedemikian rupa sehingga kalau kapal tersebut
bersandar di dermaga, maka muatan dapat dibuat dan
dibongkar langsung ke dan dari palka dengan
kendaraan, misalnya forklift truck.
n. Kapal pendarat (landing ship), ada bermacam-macam
menurut besarnya yang di daratkan.
1.2.3 Berdasarkan Daerah Pelayaran
Kapal berdasarkan daerah pelayaran dibedakan menjadi:
a. Kapal yang digunakan untuk semua pelayaran semua
lautan (pelayaran samudra), yaitu pelayaran di perairan
luar di seluruh daerah pelayaran dunia.
b. Kapal yang digunakan untuk pelayaran kawasan
Indonesia, terdiri dari dua pelayaran yaitu pelayaran
terbatas antar pelabuhan- pelabuhan timur dan pelayaran
antar pelabuhan timur.
c. Kapal yang digunakan untuk pelayaran lokal, yaitu
pelayaran dalam perairan luar (diluar daerah pelabuhan)
dengan kapal yang isi kotornya kurang dari 500 m3
dengan jarak jelajah tidak lebih dari 200 mil dari
pelabuhan basis.
11
21. BAB 2. Daerah Pelayaran
2.1. Daerah Pelayaran
Rancangan Penetapan Kriteria Daerah Pelayaran Kapal
Pelayaran Rakyat disusun sebagai pedoman dalam
penentuan daerah operasional kapal pelayaran rakyat,
sehingga diperoleh tingkat keamanan dan keselamatan
pelayaran rakyat lebih terjaga. Dalam kaitan dengan batas
daerah operasional suatu kapal, setiap daerah operasional
yang tercantum dalam Tabel ... ditentukan sebagai berikut:
a. Daerah pelayaran tidak terbatas adalah semua daerah
yang melebihi 200 mil laut dari pantai ke arah laut.
b. Daerah pelayaran lepas pantai adalah pelayaran dalam
batas 200 mil laut dari pantai ke arah laut, atau dalam
batas yang lebih kecil sebagaimana ditentukan oleh
otoritas yang berwenang.
c. Daerah pelayaran lepas pantai terbatas adalah pelayaran
di dalam 30 mil laut dari batas ke arah laut suatu daerah
aman, termasuk perairan tenang atau perairan tenang
sebagian yang telah ditentukan (misal perairan
terlindung), atau di dalam batas yang lebih kecil
sebagaimana ditentukan oleh otoritas yang berwenang
atau perairan yang telah ditentukan oleh otoritas yang
berwenang sebagai lepas pantai terbatas.
d. Pelayaran pada perairan tenang sebagian adalah
pelayaran di dalam batas geografi tertentu pada perairan
yang ditentukan oleh otoritas yang berwenang sebagai
perairan tenang sebagian.
Daerah pelayaran di Indonesia memiliki karakteristik
gelombang yang bervariasi. Daerah pelayaran dapat
ditentukan berdasarkan tinggi gelombang normal maksimum
yang terjadi di lintasan tersebut. Hal ini diambil untuk
memperoleh kondisi yang maksimum terjadi di lintasan
tersebut. Dari pengelompokan ini pada akhirnya terdapat 7
(tujuh) region yaitu :
13
22. a. Region pada lintasan dengan tinggi gelombang 1,25
meter (Region A).
b. Region pada lintasan dengan tinggi gelombang 1,5 meter
(Region B).
c. Region pada lintasan dengan tinggi gelombang 2 meter
(Region C).
d. Region pada lintasan dengan tinggi gelombang 2,5 meter
(Region D).
e. Region pada lintasan dengan tinggi gelombang 3 meter
(Region E)
f. Region pada lintasan dengan tinggi gelombang 3,5 meter
(Region F).
g. Region pada lintasan dengan tinggi gelombang 4 meter
(Region G).
Daerah pelayaran untuk kapal-kapal pelayaran rakyat
sekurang-kurangnya memenuhi persayaratan sebagai berikut.
a. Daerah pelayaran tidak terbatas, yaitu pelayaran yang
melebihi 200 mil laut dari pantai ke arah laut.tertentu
pada perairan yang ditentukan oleh otoritas yang
berwenang sebagai perairan tenang.
b. Daerah pelayaran lepas pantai, yaitu pelayaran dalam
batas 200 mil laut dari pantai ke arah laut, dilakukan
penyesuaian batas yang lebih kecil yang ditentukan oleh
otoritas.
c. Daerah pelayaran lepas pantai terbatas, yaitu 30 mil laut
dari batas ke arah laut suatu daerah aman, perairan yang
telah ditentukan oleh otoritas yang berwenang sebagai
lepas pantai terbatas.
d. Daerah pelayaran perairan tenang sebagian, pelayaran
di dalam batas geografi tertentu pada perairan yang
ditentukan oleh otoritas yang berwenang sebagai
perairan tenang sebagian.
e. Daerah pelayaran yang menghubungkan antar pulau
yaitu daerah pelayaran untuk membuka keterisolasian
dan mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas
ekonomi.
f. Daerah pelayaran perairan tenang yaitu pelayaran di
dalam batas geografi tertentu pada perairan yang
ditentukan oleh otoritas yang berwenang sebagai
perairan tenang sebagai perairan tenang sebagian.
14
23. g. Daerah yang aksesibilitas dan karakteristik daerahnya
dikarenakan letak geografis sulit untuk dijangkau, daerah
pelayarannya dilakukan pada gugusan pulau-pulau kecil.
h. Kapal penumpang yang berlayar di laut untuk
penggunaan di semua daerah pelayaran sampai dan
termasuk daerah pelayaran tidak terbatas.
i. Kapal penumpang yang berlayar di laut untuk
penggunaan disemua daerah pelayaran sampai dan
termasuk pelayaran lepas pantai.
j. Kapal penumpang yang berlayar dilaut untuk
penggunaan disemua daerah pelayaran sampai dan
termasuk daerah pelayaran lepas pantai terbatas.
k. Kapal penumpang yang berlayar dilaut untuk
penggunaan disemua daerah pelayaran sampai dan
termasuk daerah pelayaran lepas pantai terbatas
menurut responden.
l. Pelayaran hanya di daerah pelayaran yang tenang bagi
kapal penumpang.
m. Daerah pelayaran sampai dan termasuk pelayaran tidak
terbatas bagi bukan kapal penumpang.
n. Daerah pelayaran sampai dan termasuk pelayaran lepas
pantai terbatas bagi bukan kapal penumpang.
o. Perairan terlindung bagi bukan kapal penumpang yang
hanya berlayar di perairan tenang sebagian dan perairan
tenang.
p. Perairan terlindung bagi bukan kapal penumpang yang
hanya berlayar di perairan tenang.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang
Perkapalan, juga dijelaskan bahwa berdasarkan kondisi
geografi dan meteorologi ditetapkan daerah pelayaran dengan
urutan sebagai berikut :
a. Derah Pelayaran Semua Lautan;
b. Daerah Pelayaran Kawasan Indonesia;
c. Daerah Pelayaran Lokal;
d. Daerah Pelayaran Terbatas;
e. Daerah Pelayaran Pelabuhan; dan
f. Daerah Pelayaran Perairan Daratan.
Setiap kapal yang berlayar di daerah pelayaran huruf a s.d f,
wajib memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal sesuai
dengan daerah pelayarannya. Kapal yang memenuhi
persyaratan melayari daerah pelayaran dengan peringkat
15
24. yang lebih tinggi, memenuhi persyaratan juga untuk daerah
pelayaran dengan peringkat yang lebih rendah. Kapal yang
hanya memenuhi persyaratan melayari daerah pelayaran
yang lebih rendah dapat diizinkan melayari daerah pelayaran
dengan peringkat yang lebih tinggi setelah memenuhi
persyaratan sesuai urutan daerah pelayaran.
Derah pelayaran yang diizinkan pada suatu kapal
dicantumkan dalam sertifikat keselamatan kapal.
2.1.1 Daerah Pelayaran Semua Lautan
Pelayaran untuk semua laut di dunia.
2.1.2 Daerah Pelayaran Kawasan Indonesia
Daerah pelayaran yang meliputi daerah yang dibatasi oleh
garis-garis yang ditarik dari titik Lintang 100 00’ 00’’ Utara di
Pantai Barat Malaysia,sepanjang pantai Malaysia, Singapura,
Thailand, Kamboja, dan Vietnam Selatan di Tanjung Tiwan
dan garis-garis yang ditarik antara Tanjung Tiwan dengan
Tanjung Baturampon di Philipina, sepanjang pantai selatan
Philipina sampai Tanjung San Augustin ke titik Lintang 000
00’00’’dan bujur140000’00’’ Timur ditarik ke selatan hingga
ketitik 090 10’00’’Selatan dan bujur 1410 00’ 00’’Timur, ke titik
Lintang 100 11’00’’Selatan dan Bujur 1210 00’00’’Timur,ke
titik Lintang 090 30’00’’Selatan dan Bujur 1050 00’00’’Timur
ke titik Lintang 02000’00’’Utara dan Bujur 0940 00’00’’sampai
dengan titik Lintang 100 00’00’’Utara di Pantai Barat Malaysia
atau Near Coastal voyage.
2.1.3 Daerah Pelayaran Lokal
Daerah pelayaran yang meliputi jarak dengan radius 500 (lima
ratus) mil laut dari suatu pelabuhan tertunjuk. Jarak ini diukur
antara titik-titik terdekat batas-batas perairan pelabuhan
sampai tempat labuh yang lazim. Jika pelabuhan tertunjuk
dimaksud terletak pada sungai atau perairan wajib pandu,
maka jarak itu diukur dari atau sampai awak pelampung
terluar atau sampai muara sungai atau batas luar dari
perairan wajib pandu.
16
25. 2.1.4 Daerah Pelayaran Terbatas
Daerah pelayaran yang meliputi jarak dengan radius 100
(seratus) mil laut dari suatu pelabuhan tertunjuk. Jarak ini
diukur antara titik-titik terdekat batas-batas perairan
pelabuhan sampai tempat labuh yang lazim. Jika pelabuhan
tertunjuk dimaksud terletak pada sungai atau perairan wajib
pandu, maka jarak itu diukur dari atau sampai awak
pelampung terluar atau sampai muara sungai atau batas luar
dari perairan wajib pandu.
2.1.5 Daerah Pelayaran Pelabuhan
Perairan di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan.
2.1.6 Daerah Pelayaran Perairan Daratan
Perairan sungai, danau, waduk, kanal dan terusan. Armada
angkutan laut pelayaran-rakyat dapat dioperasikan pada
jaringan trayek angkutan dalam negeri dan trayek lintas batas,
baik dengan trayek tetap dan teratur maupun trayek tidak
tetap dan tidak teratur.
2.2. Daerah Pelayaran Rakyat
Kapal Pelayaran rakyat biasanya berupa Kapal Layar Motor
(KLM) dengan ukuran s.d. GT.500 atau Kapal Motor (KM)
sekurang-kurangnya GT.7 s.d. GT.35, dengan draft tertentu.
Oleh sebab itu, draft kapal pelayaran rakyat, kecepatan dan
ukuran kapal pelayaran rakyat menjadi pertimbangan kriteria
dalam penentuan daerah pelayaran.
Secara teknis, daerah pelayaran untuk kapal pelayaran rakyat
ditentukan berdasarkan ukuran kapal pelayaran rakyat itu
sendiri sebagai berikut:
a. panjang kapal optimum adalah sama dengan panjang
gelombang, di mana panjang kapal dapat dirumuskan
dengan:
hw = Lpp / 20
Keterangan:
hw adalah tinggi gelombang
17
26. Lpp adalah panjang kapal antara garis tegak (Lpp)
Daerah pelayaran rakyat yang disesuaikan dengan
panjang kapal pelayaran rakyat adalah sebagai berikut:
• Daerah region A dengan tinggi gelombang 1.25
meter dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang
memiliki panjang 25 meter.
• Daerah region B dengan tinggi gelombang 1.5 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
panjang 30 meter.
• Daerah region C dengan tinggi gelombang 2 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
panjang 40 meter.
• Daerah region D dengan tinggi gelombang 2.5 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
panjang 50 meter.
• Daerah region E dengan tinggi gelombang 3 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
panjang 60 meter.
• Daerah region F dengan tinggi gelombang 3.5 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
panjang 70 meter.
• Daerah region G dengan tinggi gelombang 4 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
panjang 80 meter.
b. Ukuran Utama Kapal Berdasarkan Region Lintasan
sesuai dengan standard kapal non konvensi dapat dilihat
pada Tabel berikut.
c. Daerah pelayaran rakyat yang disesuaikan dengan lebar
kapal pelayaran rakyat adalah sebagai berikut:
• Daerah region A dengan tinggi gelombang 1.25
meter dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang
memiliki lebar 6.6 meter.
• Daerah region B dengan tinggi gelombang 1.5 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
lebar 7.7 meter.
• Daerah region C dengan tinggi gelombang 2 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
lebar 9.6 meter.
18
27. • Daerah region D dengan tinggi gelombang 2.5 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
lebar 11.4 meter.
• Daerah region E dengan tinggi gelombang 3 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
lebar 12.9 meter.
• Daerah region F dengan tinggi gelombang 3.5 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
lebar 14.3 meter.
• Daerah region G dengan tinggi gelombang 4 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
lebar 15.5 meter.
d. Daerah pelayaran rakyat yang disesuaikan dengan tinggi
kapal pelayaran rakyat adalah sebagai berikut:
• Daerah region A dengan tinggi gelombang 1.25
meter dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang
memiliki tinggi kapal 3.1 meter.
• Daerah region B dengan tinggi gelombang 1.5 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
tinggi kapal 3.5 meter.
• Daerah region C dengan tinggi gelombang 2 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
tinggi kapal 4.2 meter.
• Daerah region D dengan tinggi gelombang 2.5 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
tinggi kapal 4.8 meter.
• Daerah region E dengan tinggi gelombang 3 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
tinggi kapal 5.3 meter.
• Daerah region F dengan tinggi gelombang 3.5 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
tinggi kapal 5.8 meter.
• Daerah region G dengan tinggi gelombang 4 meter
dapat dilayari kapal pelayaran rakyat yang memiliki
tinggi kapal 6.3 meter.
e. Draft (tinggi sarat) kapal pelayaran rakyat minimal sama
dengan tinggi gelombang daerah pelayaran yang akan
dilayari.
19
28. f. Berdasarkan standar yang ada, maka kapal pelayaran
rakyat dapat berlayar di daerah tertentu dengan panjang,
lebar, tinggi kapal dan sarat kapal seperti dalam tabel
berikut:
g. Trayek Armada Pelayaran Rakyat
Armada angkutan laut pelayaran-rakyat dapat
dioperasikan pada jaringan trayek angkutan dalam negeri
dan trayek lintas batas, baik dengan trayek tetap dan
teratur maupun trayek tidak tetap dan tidak teratur.
h. Gross Tonnage Kapal Pelayaran Rakyat
Kapal Pelayaran rakyat biasanya berupa Kapal Layar
Motor (KLM) dengan ukuran s.d. GT.500 atau Kapal
Motor (KM) sekurang-kurangnya GT.7 s.d. GT.35,
dengan draft tertentu.
Hasil pengumpulan data dari responden didapatkan
bobot untuk kriteria dan variabel penilaian adalah
sebagai berikut:
• Aspek Teknis, dinilai oleh responden memiliki bobot
rata-rata sebesar 60%.
• Aspek Operasional, dinilai oleh responden memiliki
bobot rata-rata sebesar 40%.
2.3. Aspek Teknis
a. Kesesuaian Ukuran kapal dengan tinggi gelombang,
dinilai oleh responden memiliki bobot rata-rata sebesar
20%.
b. Kecepatan Kapal, dinilai oleh responden memiliki bobot
rata-rata sebesar 20%.
c. Ukuran L/B, dinilai oleh responden memiliki bobot rata-
rata sebesar 10%.
d. Ukuran L/H, dinilai oleh responden memiliki bobot rata-
rata sebesar 10%.
e. UkuranB/H, dinilai oleh responden memiliki bobot rata-
rata sebesar 10%.
f. Ukuran L/T, dinilai oleh responden memiliki bobot rata-
rata sebesar 10%.
g. Ukuran H/T, dinilai oleh responden memiliki bobot rata-
rata sebesar 10%.
20
29. h. Ukuran B/T, dinilai oleh responden memiliki bobot rata-
rata sebesar 10%.
2.4. Aspek Operasional
a. Dioperasikan pada Daerah yang aksesibilitas dan
karakteristik daerahnya dikarenakan letak geografis sulit
untuk dijangkau, dinilai oleh responden memiliki bobot
rata-rata sebesar 50%
b. Dioperasikan pada daerah pelayarannya dilakukan pada
gugusan pulau-pulau kecil, dinilai oleh responden
memiliki bobot rata-rata sebesar 50%.
2.5. Komponen dan besaran nilai evaluasi masing-
masing sub variabel
Kesesuaian Ukuran kapal dengan tinggi gelombang
Penentuan daerah pelayaran rakyat harus
mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:
a. Mempertimbangkan kesesuaian draft kapal pelayaran
rakyat dengan tinggi gelombang maksimum di daerah
pelayaran
b. Mempertimbangkan ukuran kapal pelayaran rakyat
terutama panjang kapal minimal 10 meter untuk daerah
pelayaran region A, B atau C.
c. Mempertimbangkan desain kapal yang dapat
menjangkau gugusan pulau-pulau kecil.
2.6. Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kelautan
Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 18/PERMEN-
KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia membagi perairan Indonesia menjadi
beberapa wilayah. Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia, WPPNRI, merupakan wilayah
pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan,
21
30. pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian, dan
pengembangan perikanan yang meliputi perairan pedalaman,
perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan zona
ekonomi eksklusif Indonesia.
2.6.1 Pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan
WPPNRI dibagi dalam 11 wilayah pengelolaan perikanan
yaitu:
1. WPPNRI 571 meliputi perairan Selat Malaka dan Laut
Andaman;
2. WPPNRI 572 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah
Barat Sumatera dan Selat Sunda;
3. WPPNRI 573 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah
Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara,
Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat;
4. WPPNRI 711 meliputi perairan Selat Karimata, Laut
Natuna, dan Laut China Selatan;
5. WPPNRI 712 meliputi perairan Laut Jawa;
6. WPPNRI 713 meliputi perairan Selat Makassar, Teluk
Bone, Laut Flores,dan Laut Bali;
7. WPPNRI 714 meliputi perairan Teluk Tolo dan Laut Banda;
8. WPPNRI 715 meliputi perairan Teluk Tomini, Laut Maluku,
Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau;
9. WPPNRI 716 meliputi perairan Laut Sulawesi dan sebelah
Utara Pulau Halmahera;
10.WPPNRI 717 meliputi perairan Teluk Cendrawasih dan
Samudera Pasifik;
11.WPPNRI 718 meliputi perairan Laut Aru, Laut Arafuru, dan
Laut Timor bagian Timur.
2.6.2 Peta Pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan
Untuk mempermudah pembagian wilayah pengelolaan
Perikanan Republik Indonesia, maka diberikan peta seperti
yang ditunjukkan pada gambar . Peta tersebut memberikan
deskripsi masing-masing WPPNRI yang memuat wilayah
perairannya, serta daftar koordinat batas masing-masing
WPPNRI
22
31. Gambar 1. Peta Pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia
(Sumber: Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 18/Permen-Kp/2014 Tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia)
23
33. 2.7. Daerah Pelayaran Menurut Biro Klasifikasi
Indonesia
Biro Klasifikasi Indonesia sebagai badan yang bertanggung
jawab terhadap kelaiklautan kapal beroperasi di laut membagi
perairan menjadi beberapa daerah pelayaran. Daerah
pelayaran tersebut diberikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis Pelayaran Menurut BKI
Notasi Jenis Pelayaran Keterangan
Pelayaran
Samudera
Daerah Pelayaran ini untuk
pelayaran samudera bebas
tanpa batas
P (II) Pelayaran
Samudera
Terbatas
(Restricted Ocean
Service)
Daerah pelayaran ini secara
umum adalah daerah
pelayaran menyusur pantai
dengan jarak ke pelabuhan
perlindung terdekat dan jarak
dari titik pantai tidak
memlebihi 200 mil laut atau
pelayaran dalam seluruh
perairan Indonesia.
(This range of service is
limited, in general, to the
trade along the coast,
provided that the distance to
the nearest port of refuge
and the offshore distance
are not exceeding 200
nautical miles, or the trade
within all Indonesian water)
L (III) Pelayaran lokal
(Coasting Service)
Daerah pelayaran ini adalah
terbatas, secara umum, yaitu
pelayaran sepanjang
menyusur pantai dengan
syarat jarak terdekat dengan
pelabuhan pelindung dan
jarak dari pantai tidak
melebihi 50 mil laut, serta
pelayaran dalam laut tertutup
25
34. seperti wilayah laut
Kepulauan Riau.
(This range of service is
limited, in general, to the
trade along the coast,
provided that the distance to
the nearest port of refuge
and the offshore distance
are not exceeding 50
nautical miles, as well as to
the trade within enclosed
seas, such as Riau Islands
Sea Territory)
T (IV) Pelayaran
Perairan
Tenang/Perairan
Dangkal
(Shallow Water
Service)
Daerah pelayaran ini
terbatas pada perairan
tenang, teluk, pelabuhan
atau perairan yang sama di
mana tidak terdapat ombak
besar
(This range of service is
limited to the trade in calm
seas, bays, harbors, or
similar waters where there is
no running of heavy seas)
D (V) Pelayaran
Perairan
Pedalaman
(Inland Waterway
Service)
Daerah pelayaran ini berlaku
untuk kapal yang
dimaksudkan beroperasi
hanya di daerah perairan
pedalaman. Perairan
pedalaman terdiri dari
seluruh perairan pedalaman
Indonesia dan perairan yang
menunjukkan kondisi yang
sebanding.
(This range of service
applies to vessels intended
for operation in inland waters
only. Inland waters shall
comprise :
26
35. - all Indonesian inland water
ways the waters showing
comparable conditions.)
27
36. BAB 3. Ukuran Utama
Kapal
3.1. Ukuran Utama Kapal
Sama seperti mobil, kapal memiliki berbagai jenis, bobot dan
ukuran. Untuk menentukan besar kecilnya kapal dapat dilihat
dari ukuran utama kapal dan bobot kapal. Ukuran utama kapal
meliputi panjang kapal, lebar, tinggi kapal, sarat kapal dan
kecepatan. Sedangkan bobot kapal dapat dilihat dari besar
GT untuk kapal perikanan, DWT, LWT untuk kapal tanker,
TEU atau FEU untuk kapal kontainer, Pax untuk kapal feri
atau RoRo. Biasanya dalam perancangan kapal baru dengan
menggunakan kapal pembanding, data-data DWT, GT, TEU,
atau Pax digunakan sebagai acuan untuk mencari ukuran
utama kapal baru yang sesuai. Informasi panjang, lebar dan
sarat (draft) kapal akan banyak berkaitan dengan pemilihan
mesin penggerak, estimasi biaya pembangunan kapal, serta
terkait dengan penggunaan pelabuhan dan fasilitas-fasilitas
yang tersedia di pelabuhan.
Seperti dijelaskan sebelumnya, ukuran utama kapal meliputi:
a. LPP (Length Perpendicular) atau LBP (Length between
perpendicular) merupakan panjang yang diukur antara
dua garis tegak yaitu, jarak horizontal antara garis tegak
buritan (After Perpendicular/ AP) dan garis tegak haluan
(Fore Perpendicular/ FP). Sternpost adalah struktur tegak
di buritan kapal di mana transom dipasang.
b. After Perpendicular/Garis Tegak Buritan (AP) adalah
garis tegak yang terletak pada sisi belakang sterpost atau
bila tidak ada sternpost, AP terletak pada sumbu poros
kemudi.
c. Forward Perpendicular/Garis Tegak Haluan (FP) adalah
garis tegak vertikal yang melalui perpotongan garis air
28
37. muat/garis air perencanaan (DWL= Design of Water
Line) dan sisi dalam linggi haluan.
d. Loa (Length Over All) adalah panjang keseluruhan kapal
yaitu jarak horizontal yang diukur dari haluan (titik
terdepan) kapal hingga buritan (titik terluar) belakang
kapal. Ukuran ini sangat diperlukan terutama di
pelabuhan dalam penentuan panjang dermaga kapal.
panjang LOA, maka semakin besar kapal. Bila LOA
semakin besar maka daya angkut kapal tersebut akan
semakin besar.
Gambar 3. Ukuran Utama Kapal
(Sumber:http://marinenotes.blogspot.co.id/2012/10/vessels-principal-
dimensions.html)
29
Amidship
Length of Waterline (LWL)
Length Between Perpendicular (LBP)
Length Over All (LOA)
Sheer Aft
FP (Fore Perpendicular)
Summer Load Line
Sheer Forward
Freeboard
AP (Aft Perpendicular)
38. Gambar 4. Stern Post
Sumber: http://www.themodelshipwright.com/news/wp-
content/uploads/2013/01/stern.gif (2A),
http://www.splashmaritime.com.au/Marops/data/less/Shipk/Const/
Coxconstrustion.html (2B)
30
Stern Post
A
B
39. e. Length of Water Lines/Panjang Garis Air (LWL) adalah
panjang kapal yang diukur dari haluan kapal pada garis
air sampai buritan kapal pada garis air. Dengan kata lain,
LWL adalah panjang bagian kapal yang terendam ari
pada sarat muatan penuh. Apabila muatan kapal tidak
penuh, tetap disebut juga dengan LWL tetapi bukan
desain LWL yang tercantum di dalam ukuran utama
kapal.
f. Bm (Moulded Breadth) adalah lebar terbesar diukur
pada bidang tengah kapal diantara dua sisi dalam kulit
kapal untuk kapal-kapal baja atau kapal yang terbuat dari
logam lainnya. Untuk kulit kapal yang terbuat dari kayu
atau bahan bukan logam lainnya, diukur jarak antara dua
sisi terluar kulit kapal. Selain itu istilah lain lebar kapal
juga adalah beam di mana didefenisikan sebagai lebar
maksimum sebuah kapal.
g. H (Height) adalah jarak tegak yang diukur pada bidang
tengah kapal, dari atas lunas sampai sisi atas balok
geladak disisi kapal.
Sumber: http://marinestudy.net/wp-content/uploads/2015/12/Ship-
Construction-Ship-Dimensions.jpg
31
Gambar 5. Dimensi Kapal pada Midship
40. h. T (Draught) atau d (draft) adalah jarak tegak yang diukur
dari sisi atas lunas hingga ke permukaan garis air
(waterline). Draft/molded draught adalah jarak vertikal
yang diukur dari sisi bawah Lunas/keel ke garis air/WL.
Sarat (draft) dijelaskan juga sebagai bagian kapal yang
terendam air pada keadaan muatan maksimum, atau
jarak antara garis air pada beban yang direncanakan
(designed load water line) dengan titik dasar/terendah
kapal (base line).
3.2. Ukuran Utama Kapal Menurut BKI Kapal Kayu
Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) adalah salah satu badan yang
menjamin sebuah kapal berada dalam kondisi laik laut ditinjau
dari konstruksi, permesinan, kelengkapan keselamatan dan lain
sebagainya. Apabila suatu kapal menggunakan kelas BKI, maka
untuk perhitungan-perhitungan yang berkaitan dengan aturan
yang diberikan oleh BKI, maka harus mengacu terhadap istilah
yang diberikan oleh kelas tersebut, antara lain:
a. Panjang kapal L adalah rata-rata dari panjang pada garis
muat L1 dan panjang di geladak L2, sehingga
2
21 LL
L
+
=
b. Panjang L1 adalah jarak antara sisi belakang linggl
buritan dan sisi depan Iinggi haluan; panjang L2 adalah
jarak antara sisi belakang Iinggi buritan atau sisi
belakang buritan datar dan sisi depan Iinggi haluan pada
geladak.
c. Lebar kapal B diukur pada sisi luar kulit luar pada lebar
yang terbesar dari kapal.
d. Tinggi H diukur pada pertengahan panjang L1 sebagai
jarak vertikal antara sisi bawah sponeng lunas dan sisi
atas papan geladak pada sisi kapal.
e. Sarat air T diukur pada pertengahan panjang Ll sebagai
jarak vertikal antara sisi bawah sponeng lunas dan tanda
lambung timbul untukgaris muat musim panas.
32
41. Gambar 6. Ukuran Panjang (A) dan Lebar (B) Kapal Kayu
(Sumber: BKI, 1996)
3.2.1 Perbandingan Ukuran Utama
Perbandingan ukuran utama kapal berpengaruh terhadap
kekuatan dan stabilitas kapal. Perbandingan ukuran utama
kapal tersebut adalah L/B, L/H, B/T dan H/T.
a. Panjang kapal (L). Panjang kapal mempunyai pengaruh
pada kecepatan kapal dan pada kekuatan memanjang
kapal. Penambahan panjang L pada umumnya akan
mengurangi tahanan kapal pada displacemen tetap, dan
akan mengurangi kekuatan memanjang kapal.
Penambahan panjang dapat pula mengurangi
kemampuan olah gerak kapal (maneuver), mengurangi
penggunaan fasilitas dok, galangan dan terusan.
33
B
A
42. Sedangkan pengurangan panjang L pada displasemen
tetap dapat mengakibatkan ruang badan yang besar.
b. Perbandingan L/B. Harga L/B yang besar sangat sesuai
pada kapal-kapal dengan kecepatan yang tinggi dan
mempunyai perbandingan ruangan yang baik. Tetapi
harga L/B yang besar akan mengurangi kemampuan olah
gerak kapal dan stabilitas kapal. Sementara itu, harga
L/B yang kecil berpengaruh pada kemampuan stabilitas
kapal, di mana akan diperoleh stabilitas kapal yang baik.
Namun di sisi lain, perbandingan L/B yang kecil akan
menyebabkan penambahan tahanan/hambatan kapal.
c. Perbandingan L/H. Perbandingan L/H mempunyai
pengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal.
Perbandingan L/H yang besar berpengaruh terhadap
kekuatan memanjang kapal. Sebaliknya perbandingan
L/H yang kecil akan menambah kekuatan memanjang
kapal.
Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) 2006, memberikan
persyaratan L/H sebagai berikut:
L/H = 14 disyaratkan untuk daerah pelayaran samudra
L/H = 15 disyaratkan untuk daerah pelayaran pantai
L/H = 17 diisyaratkan untuk daerah pelayaran lokal
L/H = 18 diisyaratkan untuk daerah pelayaran terbatas
Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah
yang mempunyai gelombang besar atau pengaruh-
pengaruh gaya luar lyang lebih besar (angin), maka kapal
yang beroperasi di daerah tersebut harus dirancangan
dengan perbandingan L/H yang lebih kecil. Namun bisa
saja terjadi penyimpangan dari ketentuan tersebut,
sehingga diperlukan perhitungan kekuatan konstruksi
yang dapat dipertanggungjawabkan serta menjamin
keamanan kapal tersebut dibangun.
d. Lebar kapal (B). Lebar kapal mempunyai pengaruh
terhadap tinggi metacenter. Penambahan lebar pada
displasmen, panjang dan sarat kapal yang tetap akan
menyebabkan kenaikan tinggi metacenter MG.
Penambahan lebar pada umumnya digunakan untuk
mendapatkan penambahan ruangan kapal. Akan tetapi
34
43. kerugiannya adalah mengurangi fasilitas penggunaan
dok, galangan dan terusan.
e. Perbandingan B/T. Perbandingan B/T berpengaruh
terhadap stabilitas kapal. Harga B/T yang rendah akan
mengurangi stabilitas dan perbandingan B/T yang besar
akan memiliki stabilitas yang baik.
f. Tinggi geladak utama (H). Tinggi geladak berpengaruh
terhadap titik berat kapal (centre of gravity) KG, serta
menambah kekuatan kapal dan mempebesar ruangan
dalam kapal. Penambahan tinggi dek H akan
menyebakan kenaikan KG, sehingga tinggi metacenter
MG berkurang. Pada umumnya kapal barang mempunyai
harga KG sebesar 0,6 H.
g. Sarat air (T). Sarat kapal mempunyai pengaruh terhadap
tinggi center of buoyancy (KB). Penambahan sarat T
pada displacement, panjang dan lebar kapal yang tetap
akan menyebabkan kenaikan KB. Sarat T yang besar
selalu dihindarkan karena dapat menyebabkan kapal
kandas , mengurangi jumlah pelabuhan yang dapat
disingggahi, sehingga daerah pelayaran menjadi terbatas
serta penggunaan fasilitas dok, galangan dan terusan
menjadi berkurang pula.
h. Perbandingan H/T. Perbandingan H/T mempunyai
berpengaruh terhadap reserve displacement atau daya
apung cadangan. Harga H/T yang besar dapat dijumpai
pada kapal penumpang. Bila H – T maka disebut
lambuing timbul (free board) dimana secara sederhana
bahwa lambung timbul adalah tinggi tepi dek dari
permukaan air.
Tabel 2 memberikan data permbandingan ukuran utama kapal
pada berbagai jenis kapal. Perbandingan yang diberikan
antara lain L/B, T/B, B/H dan T/H. Sementara itu, Tabel 3
menyajikan data nilai koefisien bentuk pada berbagai jenis
kapal.
35
44. Tabel 2. Daftar Koefisien Bentuk dan Perbandingan Ukuran Utama Kapal
No Tipe Kapal L/B T/B B/H T/H
1
Kapal Cepat Besar
(Vd = 22 knot)
8,50–0,90 0,37-0,43 1,45-1,55 0,58-0,66
2
Kapal Barang
Besar
(Vd = 15 -18 knot)
8,90-9,00 0,40-0,50 1,50-1,70 0,64-0,80
3
Kapal Barang
Sedang
(Vd = 10 -15 knot)
7,00-8,50 0,40-0,50 1,50-1,80 0,66-0,82
4 Kapal Sedang 6,00-8,00 0,40-0,50 1,52-2,20 0,70-0,99
5
Kapal Cepat
Jarak Pendek
(Vd = 16 -23 knot)
7,50-8,50 0,25-0,35 1,60-1,70 0,41-0,58
6 Kapal Perikanan 5,00-6,00 0,45-0,48 1,60-1,80 0,74-0,84
7
Kapal Tunda
Samudra
4,50-6,00 0,37-0,47 1,65-1,85 0,65-0,82
8
Kapal Tunda
Pelabuhan
3,50-5,50 0,37-0,46 1,73-2,20 0,73-0,90
9 Kapal Tunda Kecil 6,00-8,50 0,35-0,45 1,50-1,70 0,56-0,72
10
Kapal Motor
Kecil/Layar
3,20-6,30 0,30-0,50 - 0,30-0.60
Tabel 3. Nilai Koefisien Bentuk pada Kapal
No Tipe Kapal L/H CB CM CW
1
Kapal Cepat
Besar
(Vd = 22 knot)
12,8-14,9 0,59-0,63 0,93-0,96 0,72-0,76
2
Kapal Barang
Besar
(Vd = 15 -18 knot)
13.3-15.0 0,67-0,75 0,94-0,97 0,78-0,84
3
Kapal Barang
Sedang
(Vd = 10 -15 knot)
11.6-14.0 0,75-0,82 0,96-0,98 0,85-0,87
4 Kapal Sedang 11.0-15.4 0,73-0,80 0,95-0,99 0,83-0,87
5
Kapal Cepat
Jarak Pendek
(Vd = 16 -23 knot)
12.4-14.0 0,49-0,59 0,90-0,96 0,63-0,70
36
45. 6 Kapal Perikanan 8,5-10,0 0,45-0,55 0,72-0,82 0,72-0,78
7
Kapal Tunda
Samudra
7,90-10,5 0,55-0,63 0,80-0,92 0,75-0,85
8
Kapal Tunda
Pelabuhan
7,80-10,0 0,44-0,55 0,54-0,77 0,68-0,79
9 Kapal Tunda Kecil 9,60-13,6 0,45-0,60 0,76-0,90 0,74-0,80
10
Kapal Motor
Kecil/Layar
6,00-11,0 0,50-0,60 0,89-0,94 0,72-0,82
3.3. Istilah-Istilah Penting dalam Perkapalan
Setelah defenisi ukuran utama kapal diketahui, beberapa
istilah penting lainnya dalam bidang perkapalan perlu untuk
dipahami karena akan mempermudah mengenal dan
mendalami ilmu perkapalan serta akan sangat membantu
dalam menyelesaikan persoalan yang terkait dengan
perhitungan di dunia kapal tersebut.
3.3.1 Istilah dalam Ukuran Utama Kapal
Istilah lain yang umum digunakan dalam ukuran utama kapal
adalah:
a. Hull (lambung) adalah badan kapal yang termasuk pelat
kulit (shell plating) atau papan kulit, gading-gading
(framing), geladak dan sekat (bulkhead).
b. Starboard side adalah sisi kanan kapal ketika dipandang
dari buritan ke haluan. Starboard quarter adalah bagian
¼ sisi kanan kapal dari buritan
c. Port side adalah sisi kiri kapal ketika dipandang dari
buritan ke haluan. Port quarter adalah bagian ¼ sisi kiri
kapal dari buritan
d. Bow atau haluan kapal adalah yaitu bagian depan kapal.
Port bow adalah bagian ¼ sisi kiri kapal dari haluan
37
47. sementara. Starboard bow adalah bagian ¼ sisi kanan
kapal dari haluan
e. Stern atau buritan adalah bagian belakan kapal
f. Amidship adalah titik tengah (midway) antara garis tegak
haluan (FP) dengan garis tegak buritan (AP). Biasanya
disebut juga dengan sebutan tengah kapal.
g. Centreline plane/middle line plane/bidang tengah adalah
bidang vertikal pada garis tengah/centreline yang
membagi kapal secara memanjang dan simetri
h. Afterbody adalah bagian lambung kapal di belakang
midship
i. Forebody adalah bagian lambung kapal di depan midship
j. Parallel middle body (PMB) adalah panjang dimana
station/section memiliki luas dan bentuk yang sama.
k. Fore body adalah bagian lambung kapal yang tercelup air
didepan amidship.
l. After body adalah bagian lambung kapal yang tercelup
air dibelakang amidship.
m. Entrance body adalah bagian lambung kapal yang
tercelup didepan PMB.
n. Run body adalah bagian lambung kapal yang tercelup air
dibelakang PMB
o. Rise of floor/dead rise adalah kenaikan plat dasar di atas
garis dasar (base line). Kenaikan ini diukur pada garis
moulded beam. Istilah lain rise of floor adalah kemiringan
pelat dasar kapal diukur secara transversal pada
amidship dan Bmld.
p. Keel Point/Titik Lunas adalah titik yang terletak pada
bidang tengah kapal/amidship atau garis
tengah/centerline dimana sebagai acuan molded base
line.
39
48. q. Sheer adalah lengkung geladak secara memanjang kapal
diukur dari perbedaan tinggi berbagai posisi dan tinggi
pada tengah kapal. Secara umum sheer bagian depan
lebih tinggi dibanding bagian belakang, desain kapal
modern pada saat ini banyak kapal yang tidak memiliki
sheer.
Gambar 8. Ukuran Panjang (A) dan Lebar (B) Kapal Kayu
r. Tumble Home adalah lengkungan ke dalam pada sisi
tengah kapal.
s. Camber adalah lengkung geladak kapal secara melintang
transverse) diukur dari perbedaan antara tinggi bagian
tengah kapal dan tinggi pada sisi kapal.
3.4. Istilah dalam Freeboard Kapal
Lambung timbul (freeboard) adalah jarak vertikal yang diukur
pada tengah kapal dari ujung atas garis geladak lambung
timbul hingga ujung atas dari garis muat (load line). Dengan
kata lain lambung timbul adalah sebagai tinggi kapal (Hmld)
dikurangi sarat kapal (draft). Ukuran dan bentuk lambung
timbul (freeboard marks), diberikan melalui perhitungannya
didasarkan pada konvensi internasional tentang garis muat
40
Paralel
Middle Body
Fore bodyAfter body
EntranceRun
49. (International Load Line Convention). Freeboard Mark/Load
Line Mark atau Plimsol Mark merupakan merkah garis muat
dipasang pada lambung kapal komersial pada tengah kapal di
kedua sisi. Marka ini menunjukkan sarat maksimum yang
diijinkan untuk wilayah perairan dan musim tertentu. Marka S
untuk Summer, W untuk Winter, T untuk Tropical, WNA untuk
Winter North Atlantic, TF untuk Tropical Fresh Water.
International Load Line Convention berlaku untuk kapal niaga
yang berlayar di perairan internasional baik di laut maupun di
samudra, namun tidak berlaku pada kapal:
1. Kapal perang.
2. Kapal yang panjangnya L < 24 m.
3. Kapal yang kurang dari 150 GT.
4. Kapal pesiar.
5. Kapal penangkap ikan.
6. Kapal penyusur pantai untuk jarak dekat.
7. Kapal yang berlayar di danau dan di sungai.
Secara umum konvensi internasional tersebut menetapkan
bahwa:
1. Bentuk ukuran dan peletakkan tanda lambung timbul
(freeboard marks) harus pada lambung kapal.
2. Freeboard minimum untuk suatu kapal sesuai jenis kapal
yang bersangkutan menurut penggolongan kapal yang
ditetapkan di dalam konvensi tersebut.
3. Perhitungan koreksi untuk mendapatkan lambung timbul
pada garis muat musim panas (summer load line).
Geladak lambung timbul (freeboard deck) adalah geladak
teratas yang menyeluruh dan terbuka (tak terlindung)
terhadap cuaca dan air laut dan mempunyai cara penutupan
yang permanen dan kedap air, baik untuk bukaan di atas
geladak maupun pada sisi-sisi kapal. Pada kapal yang
mempunyai geladak lambung timbul yang terpenggal, maka
garis terendah dari geladak terbuka dan perpanjangan garis
ini sejajar dengan bagian geladak yang teratas, diambil
sebagai geladak lambung timbul (Taggart, 1980).
Peraturan lambung timbul dibuat sebagai bagian dari upaya
untuk meningkatkan kelaiklautan sebuah kapal secara
41
50. menyeluruh, sehingga dapat dipastikan bahwa sebuah kapal
yang dibangun:
a. secara struktur memilki konstruksi yang cukup kuat untuk
melakukan pelayaran
b. mempunyai stabilitas yang cukup untuk pelayanan
(service) yang dimaksud,
c. mempunyai lambung kapal/badan (hull) yang kedap air
dari lunas sampai geladak lambung timbul dan kedap
cuaca
d. mempunyai area kerja (working platform), yaitu geladak
kerja untuk ABK yang cukup tinggi di atas muka air yang
memungkinkan bekerja secara aman di geladak terbuka
dalam gelombang besar
e. mempunyai volume yang cukup dan gaya apung
cadangan di atas garis air sehingga kapal tidak dalam
bahaya karam (foundering or plunging) dalam gelombang
yang sangat besar
Lambung timbul yang terlalu kecil akan mengakibatkan
keadaan yang berbahaya baik terhadap kapal, ABK dan
muatannya. Badan kapal yang kedap air menjadi syarat
pemberian sertifikat lambung timbul.
3.4.1 Tanda Untuk Lambung Timbul
a. Garis geladak (deck line)
Garis geladak adalah garis horizontal dengan panjang
300 mm dan lebar 25 mm. Garis ini diletakkan ditengah
kapal pada setiap sisi kapal,dan sisi atasnya melalui titik
di mana perpanjangan permukaan atas geladak lambung
timbul memotong sisi luar kulit kapal.
b. Tanda garis muat (load line mark).
Tanda garis muat terdiri dari suatu lingkaran dengan
diameter luar 300 mm dan lebar 25 mm yang dipotong
oleh sebuah garis horizontal dengan panjang 450 mm
dan lebar 25 mm dimana sisi atas garis ini melalui titik
tengah dari lingkaran. Titik tengah lingkaran harus
diletakkan di tengah kapal pada jarak sama dengan
lambung timbul musim panas (summer freeboard) yang
diberikan, diukur vertikal kebawah dari sisi atas garis
geladak.
c. Garis muat (load line)
42
51. a. Garis muat musim panas (Summer Load Line),
ditunjukkan oleh sisi atas dari garis yang melalui titik
tengah dari lingkaran dan bertanda “S”. Summer
load line ini merupakan draft maksimum untuk
pelayaran di air laut pada musim panas.
Gambar 9. Load line Kapal niaga (A) dan Freeboard kapal
baja (B)
Sumber:
http://search.4shared.com/q/CCQD/1/books_office/lambung+timbul
+kapal (B)
b. Garis muat musim dingin (Winter Load Line),
ditunjukkan oleh sisi atas sebuah garis bertanda “
W”.
43
A
B
52. c. Garis muat musim dingin atlantik utara (Winter North
Atlantic Load Line), dituju gabungkan oleh sisi atas
sebuah garis bertanda “WNA”.
d. Garis muat tropik (Tropical Load Line), ditunjukkan
oleh sisi atas sebuah garis bertanda “T”.
e. Garis muat air tawar (Freshwater Load Line),
ditunjukan oleh sisi atas sebuah garis bertanda “F”
dan dipasang di belakang garis vertikal.
f. Garis muat air tawar tropic (Tropical Freshwater
Load Line), ditunjukan oleh sisi atas sebuah garis
bertanda “TF” dan dipasang di belakang garis
vertikal.
3.4.2 Freeboard Kapal Muatan Kayu
Persyaratan khusus pada kapal yang memuat kayu (timber)
adalah di samping kapal harus memiliki load line marks
seperti dijelaskan sebelumnya, kapal tersebut juga harus
mempunyai load line marks khusus yang diletakkan sebelah
belakang lingkaran. Load line marks yang berada di belakang
lingkaran tersebut hanya berlaku apabila di atas geladak
terbuka/cuaca terdapat muatan kayu (timber). Muatan–
muatan (termasuk kayu) yang berbeda didalam ruang muat
(cargo hold) dianggap sebagai muatan biasa dan
diperhitungkan menurut load lines yang berada disebelah
depan lingkaran. Jadi bila suatu kapal hanya memuat kayu di
dalam cargo hold saja maka load lines yang berlaku adalah
yang berada di depan lingkaran, seperti halnya cargo biasa.
Adapun istilah yang dipakai pada lambung timbul di kapal
kayu adalah sama dengan pada kapal baja, misalnya:
a. Garis muat kayu musin panas (Summer Timber Load
Line) ditunjukan oleh sisi atas sebuah garis bertanda
“LS.”
b. Garis muat kayu musim dingin (Winter Timber Load Line)
ditunjukan oleh sisi atas sebuah garis bertanda “LW.”
44
53. c. Garis muat kayu musim dingin Atlantik Utara (Winter
North Atlantic Timber Load Line) ditunjukan oleh sisi atas
sebuah garis bertanda “LWNA.” Garis muat kayu musim
dingin atlantik utara LWNA dianggap ataudibuat sama
(Satu Garis Horizontal ) dengan garis muat musim dingin
Atlantik Utara “WNA”.
d. Garis muat kayu tropic (Topical Timber Load Line)
ditunjukkan oleh sisi atas sebuah garis bertanda” LT”.
e. Garis muat kayu air tawar pada musim panas
(Freshwater Timber Load Line) ditunjukan oleh sisi atas
sebuah garis bertanda “ LF” dan dipasang sebelah depan
garis vertikal.
f. Garis muat kayu air tawar tropic (Tropical Freshwater
Timber Load Line) ditunjukkan oleh sisi atas sebuah garis
bertanda “ LTF “dan dipasang didepan garis vertical.
Gambar 10. Freeboard Kapal Muatan Kayu
Sumber:
http://search.4shared.com/q/CCQD/1/books_office/lambung+timbul
+kapal
45
54. 3.4.3 Penentuan Tipe Kapal
a. Kapal Tipe A
Adalah kapal–kapal tanki minyak yang memiliki muatan
dengan lubang masuk yang kecil dan kedap air dengan
penutup baja atau material yang ekuivalen.
Ciri-ciri kapal tipe A adalah :
g. Geladak cuaca yang sangat aman/safe artinya kuat
dan kedap Air.
h. Kapal mempunyai keselamatan yang tinggi terhadap
kebocoran, karena permeabilitas ruang muat pada
waktu penuh kecil.
i. Lambung timbul minimum untuk kapal tipe A.
Syarat – syarat untuk kapal tipe A:
Kapal tipe A yang panjangnya melebihi 150 m dan
dirancangkan memiliki kompartemen–kompartemen
kosong, bila dimuati sampai summerload line, harus
dapat mengatasi kebocoran dari salah satu kompartemen
yang kosong tersebut diatas dengan permability
dianggap sebesar 0,95 dan kapal tetap terapung dengan
keadaan keseimbangan (equilibrium) yang baik. Untuk
kapal yang panjangnya > 225 m, maka floadable
compartment dengan permeability 0,85.
Machinery casing
Machinery casing harus dilindungi dengan poop atau
bridge atau deck house dengan tinggi paling sedikit sama
dengan tinggi standard.
Gang Way
Gang way yang permanent harus dipasang dari depan
kebelakang pada ketinggian geladak bangunan atas
antara poop dan bridge atau deck house.
Lubang palkah
Biasanya yang terbuka pada geladak lambung timbul
atau geladak forecastle atau pada bagian atas trinck
harus dilengkapi dengan penutupan yang kedap air dari
baja atau bahan yang equivalent.
46
55. Freeing Arrangement.
Kapal pada harus dilengkapi dengan open rails sebagai
pagar, paling sedikit setengah panjang dari geladak
cuaca yang terbuka.
b. Kapal TIpe B
Adalah kapal–kapal yang bukan tpe A, umpamanya kapal
barang dan sebagainya. Khusus untuk kapal–kapal tipe
B, konvensi memberikan variasi–variasi yang tergantung
dari konstruksi penutup palkah (portable dari kayu atau
baja, kekedapan airnya dengan terpal dan batten atau
dengan gasket dan alat penjepit), perlindungan awak
kapal freeing ports. Sedang lubang palkah pintu dan
ventilator, konvensi masih membedakan bagi dalam dua
posisi dalam menentukan variasi–variasi dari kapal tipe
B, yaitu :
Posisi 1 :
Diatas geladak cuaca atau geladak penggal (Raised
Quarter Deck) dan di atas geladak terbuka dari bangunan
atas yang letaknya diantara garis tegak depan sampai ¼
L kebelakang.
Posisi 2 :
Di atas geladak terbuka dari bangunan atas yang
letaknya di belakang dari ¼ L.
Variasi –variasi kapal dari tipe B dalam bentuk harga
tabel dasar adalah sebagai berikut :
1. 100 % dari tabel B.
2. 100 % dari tabel B – 0,6 (tabel B–tabel A) = 0,6 tabel A
+ 0,4 tabel B.
3. 100 % dari Tabel A.
4. 100 % dari tabel B + penambahan AB.
Syarat–syarat khusus untuk kapal tipe B dalam
menentukan variasi:
Kapal tipe B 100 ini pada posisi 1 dilengkapi dengan
penutup palkah sesuai dengan salah satu syarat sebagai
berikut:
a. Penutup palkah ponton (pontoon covers) yang dibuat
dari baja dan dibuat kedap air dengan terpal dan
batten devices.
47
56. b. Kekuatan ponton dihitung dengan ketentuan:
Beban p > 1,75 ton/m². O material > 5 x maximum
stress yang dihitung.
Defleksi < 0,0022 x lebar penutup palkah.
Tebal pelat penutup > 1 % jarak stiffener penutup
palkah tetapi tidak boleh kurang dari 6 mm. Untuk
kapal–kapal dengan panjang L antara 24 sampai 100
meter, maka beban P pada posisi 1 boleh diinterpolasi
antara 1 ton/m² sampai 1,75 ton/m².
c. Penutup palkah dibuat dari baja atau material yang
equivalent dan dilengkapi untuk kekedapan airnya
dengan gasket dan alat penjepit (Clamping Devices).
Kekuatan penutup palkah dihitung dengan :
Beban p > 1,75 ton/m²
0 material > 4,25 x maximum Stress yang dihitung.
Defleksi < 0,0028 x lebar dari penutup palkah (span).
Tebal pelat penutup > 1 % dari jarak stiffenerpenutup
palkah tetapi tidak boleh kurang 6 mm. Untuk kapal
dengan panjang 1 antara 24 sampai 100 meter, maka
beban pada posisi 1 boleh di interpolasi antara 1 ton/
m² sampai 1,75 ton/ m².
3.4.4 Istilah dalam Bobot Kapal
Beberapa defenisi yang lazim dalam besar kapal adalah:
a. DWT (Dead Weight Ton) adalah berat total pada saat
garis air muatan penuh (design water line). Biasanya
DWT kapal dalam satuan ton (1000 kilogram). DWT
kapal terdiri dari muatan, perbekalan, bahan bakar, air
tawar, penumpang dan awak kapal yang diangkut oleh
kapal pada waktu dimuati sampai garis muat musim
panas maksimum.
b. Vs (Service Speed) adalah kecepatan dinas kapal, yaitu
kecepatan rata-rata yang dicapai dalam serangkaian
dinas pelayaran yang telah dilakukan suatu kapal.
Kecepatan ini juga dapat diukur pada saat badan kapal di
bawah permukaan air dalam keadaan bersih, dimuati
sampai dengan sarat penuh, motor penggerak bekerja
pada keadaan daya rata-rata dan cuaca normal.
48
57. c. Volume displasmen adalah volume air yang dipindahkan
oleh badan kapal pada saat muatan penuh di mana
volume ini memilki besar yang sama dengan perkalian
antara panjang garis air (length between perpendiculars,
Lpp), lebar kapal, draft, koefisien blok. Koefisien blok
adalah perbandingan antara volume bagian kapal yang
terendam air dan volume dari perkalian anatara panjang
garis air, lebar dan draft kapal dirumuskan dengan:
LPPxBxT=∇
d. Displacement Tonnage, adalah berat total kapal dengan
muatannya di mana berat ini sama dengan berat volume
air yang dipindahkan oleh kapal tersebut. Berat kapal
diperoleh dari perkalian antara volume air yang
dipindahkan kapal dan berat jenis air laut. Dengan
demikian, displasment tonage dirumuskan dengan:
γ.∇=∆
γLPPxBxTx=∆
e. Ukuran isi tolak kapal bermuatan penuh disebut dengan
Displacment Tonnage Loaded, yaitu berat kapal
maksimum. Apabila kapal sudah mencapai displacement
tonnage loaded masih dimuati lagi, kapal akan terganggu
stabilitasnya sehingga kapal bisa tenggelam. Ukuran isi
tolak dalam keadaan kosong disebut dengan
Displacement Tonnage Light atau berat kosong, yaitu
berat kapal tanpa muatan. Dalam hal ini berat kapal
adalah termasuk perlengkapan berlayar, bahan bakar ,
anak buah kapal,dan sebagainya. Displacement Tonnage
Light adalah sekitar 15-25 persen Displacement Tonnage
Loaded. Berat kosong kapal diperlukan apabila kapal
akan naik dok atau shipyard untuk direparasi.
f. Kapal dalam keadaan kosong perlu diberi pemberat agar
bisa melakukan manuver dalam keadaan stabil (ballast
condition). Pemberat tersebut berupa air yang diisikan
dalam ruang bagian bawah kapal untuk menaikan draft
sehingga diperoleh stabilitas kapal. Ballast displacement
adalah sekitar 30-50 persen dari displacement tonnage
loaded.
49
58. g. Deadweight Tonnage, DWT (Bobot Mati) yaitu kapasitas
angkut kapal, yaitu berat total muatan maksimum yang
diijinkan, bahan bakar, air bersih, dsb. Jadi DWT adalah
selisih antara Displacement Tonnage Loaded dan
Displacement Tonnage Light.
h. Gross register tonnage. GRT (ukuran isi kotor) adalah
volume keseluruhan ruangan kapal (1GRT = 2,83 m3
=
100 ft3
).
i. Netto register tonnage, NRT (Ukuran Isi Bersih) adalah
ruangan yang disediakan untuk muatan dan
penumpang, besarnya sama dngan GRT dikurangi
dengan ruangan-ruangan yang disediakan untuk
nahkoda dan anak buah kapal, ruang mesin, gang,
kamar mandi, dapur, ruang peta. Jadi NRT adalah
ruangan-ruangan yang dapat didayagunakan, dpat diisi
dengan muatan yang membayar uang tambang.
3.4.5 Tonnage Measurement of Ship (Pengukuran Tonase
Kapal)
Dimensi sebuah kapal dapat dinyatakan dengan
menggunakan istilah yang menjelaskan karakteristik kapal
tersebut. Masing-masing istilah memiliki singkatan yang
spesifik dan ditentukan melalui jenis kapal tersebut. Misalnya
untuk ukuran besar kapal kontainer dapat dinyatakan dalam
jumlah kontainer yang dapat diangkut. Sedangkan untuk kapal
RO-RO (roll –on roll –off) dapat dinyatakan melalui total
luasan geladak dalam satuan m2
. Besar kapal penumpang
dinyatakan dalam jumlah penumpang yang diangkut.
Kemudian pada tahun 1969, tepat pada konferensi IMO,
diperkenalkan satuan baru, yaitu GT (Gross Tonnage) dan NT
(Net Tonnage), untuk menetapkan standar dalam menghitung
ukuran besar sebuah kapal di seluruh dunia. Kapal
merupakan sarana angkutan yang digunakan untuk kegiatan
ekonomi. Kegiatan ekonomi selalu berkaitan dengan pajak,
begitu juga dengan kapal akan selalu berkaitan dengan pajak
kapal serta biaya yang dikeluarkan selama beroperasi.
Apabila ukuran kapal semakin besar maka pajak yang
dibebankan serta biaya yang digunakan untuk operasi juga
akan semakin besar. Tonase kapal dianggap sebagai pemberi
50
59. penghasilan pada kapal, sehingga pajak yang dibebankan
pada sebuah kapal tergantung dari besar tonase kapal
tersebut. Tonase digunakan juga sebagai penentu jumlah kru
di dalam kapal.
Biaya Pada Kapal
Pada umumnya biaya yang dikeluarkan pada sebuah kapal
adalah
1. Pajak pelabuhan yaitu biaya tambat atau sandar dan
biaya penundaan
2. Biaya pengedokan dan biaya reparasi kapal
Fungsi Tonase Kapal
Tonase kapal sangat diperlukan untuk pemilik galangan kapal,
pemilik kapal dan pemerintah.
Pemilik Galangan Kapal
Tonase kapal digunakan untuk pedoman dalam penetapan
tarif doking dan biaya reparasi kapal.
Pemilik Kapal
Tonase kapal digunakan untuk menunjukkan besarnya kapal
yaitu kapasitas muatnya sehingga owner dapat
memperkirakan besar pendapatan dan pengeluaran kapal
(pajak-pajak dan ongkos). Untuk meminimalkan pengeluaran
harian kapal, pemilik kapal akan membuat GT kapal serendah
mungkin dengan cara memperkecil tinggi kapal, tetapi muatan
(cargo) yang dapat diangkut di atas geladak lebih banyak.
Konsekuensi dari strategi ini adalah kapal berada dalam
keadaan yang berbahaya karena akan kehilangan daya
apung cadangan yang menyebabkan stabilitas kapal menjadi
buruk. Selain itu, pada geladak akan terdapat lebih banyak air
akibat freeboard kapal yang rendah. Strategi ini biasanya
digunakan oleh kapal kontainer kecil.
Pemerintah
Tonase kapal digunakan untuk acuan dalam pemungutan
pajak, yaitu pajak pelabuhan, sebagai imbalan atas pelayan
(service) yang diterima kapal. Tonase juga digunakan sebagai
batasan-batasan berlakunya syarat-syarat keselamatan kapal
dan syarat-syarat lainnya.
51
60. Jenis Tonase
Untuk mengukur tonnage digunakan register tonnage yaitu
a. Bruto Register Tonnage (BRT)
b. Netto register Tonnage (NRT)
Pengertian Tonage Kapal
Tonase adalah besaran volume yang memiliki satuan volume,
di mana 1 RT (satuan register, register tonnage) menunjukkan
ruangan sebesar 100 cubic feet atau 1 RT = 100 ft3 (1 ft =
0,3048 m). Dengan demikian 1 RT = 100x0,30483, 1 RT =
2,8328 m3
. Jadi, register ton digunakan untuk menentukan
volume suatu ruangan.
3.4.6 Perhitungan Gross Tonnage
Gross tonnage dihitung menggunakan suatu formula yang
memperhitungkan volume kapal di bawah geladak utama dan
ruangan tertutup di atas geladak utama. Volume tersebut
kemudian dikalikan dengan sebuah konstanta yang
menghasilkan bilangan yang tak berdimensi. Ini berarti satuan
ton atau m3
tidak ada setelah bilangan hasil perhitungan
(Dokkum, 2003). Perhitungan Gross Tonnage menurut
International Convention on Tonage Measurement of Ship
1969, Intergovermental Maritime Consultation Organization
(IMCO)adalah sebagai berikut:
Gross Tonnage L > 24 m
Untuk kapal yang memiliki panjang ≥ 24 meter dihitung
dengan menggunakan rumus:
GT = K1 x V
Di mana:
K1 = 0,2 + 0,02 log V
V = volume total dari kapal yang diasumsikan kedap atau
tertutup
Gross Tonnage L < 24 meter
Untuk kapal yang memiliki panjang < 24 m dihitung dengan
menggunakan rumus
52
61. )(353,0
83280,2
)(
ba
ba
GT +=
+
=
Di mana:
a = volume ruangan tertutup yang berada di bawah geladak
utama [m3]
b = volume ruangan tertutup yang berada di atas geladak
utama [m3]
nilai 0,353 didapat dari
83280,2
1
Rumus pendekatan volume ruangan di bagian bawah geladak
(VD) yaitu:
VD = (L.B(H – d).CBD)+(20 – 30%)V [m3
]
CBD = CB + (1 – CB){(0,8D – d)/3d}
V = L x B x d x CB
Rumus pendekatan volume ruangan di bagian atas geladak
(VH), rumus yang digunakan yaitu:
VH =
−0.115
d
D
1.25Δ [m3
]
D = depth moulded
d = moulded draft at midship
Sehingga :
V = VD + VH [m3
]
Perhitungan Gross Tonnage Di Bawah Geladak Utama
Perhitungan GT di bawah geladak utama dirumuskan
)(353,0)( Ba LxBxDxCGT =
Di mana:
GT(a) = Gross tonnage di bawah geladak utama
CB = koefisien blok pada garis geladak utama kapal
Perhitungan Gross Tonnage Di Atas Geladak Utama
Perhitungan Gross Tonnage Di Atas Geladak Utama
dirumuskan
)(353,0 1111)( Bb xCxDxBLGT =
53
62. )(353,0 111)( xDxBLGT b =
Di mana:
GT(b) = Gross tonnage di atas geladak utama
CB1 = adalah koefisien blok di atas geladak utama
kapal
L1 = Panjang ruangan di atas geladak utama
B1
= Lebar ruangan di atas geladak utama
D1 = Tinggi ruangan di atas geladak utama
Pada umumnya ruangan tertutup di atas geladak utama
berbentuk kotak sehingga koefisien blok bernilai 1. Dari
perumusan di atas maka untuk menghitung gross tonnage
kapal ikan di bawah 24 m adalah
)}(){(353,0 111)( xCxBLLxBxDxCGT Ba +=
3.4.7 Perhitungan Nett Tonnage (NT) atau Netto Register
Tonnage
Perhitungan netto register tonnage kapal dapat ditentukan dari
hasil pengurangan brutto register tonnage kapal dengan
besarnya register tonnage ruangan-ruangan yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku dalam perhitungan netto
register tonnage. Net Tonnage dapat dihitung dari GT kapal
dengan mengurangkan volume ruangan yang ditempati oleh
kru, peralatan navigasi, peralatan penggerak (propulsi),
workshop dan lain-lain. Besar NT tidak boleh kurang dari 30%
GT kapal (Dokkum, 2003).
Perhitungan netto register tonnage bagi kapal ikan yang
berukuran kecil (di bawah 50 RT) berdasarkan besar grosss
tonnage/bruto register tonnage dikurangi dengan register
tonnage ruang mesin. Penentuan netto register tonnage hanya
untuk perhitungan ekonomis kapal, terutama dalam pajak
pelabuhan, biaya docking dan penentuan keuntungan bagi
pemilik kapal (owner).
Rumus perhitungan Netto Register Tonnage untuk penumpang
12 orang atau kurang adalah:
NT = K2. Vc .
2
3
4
D
d
54
63. Vc = total volume ruang muat dalam m3
K2 = 0.2 + 0.02 log10 Vc
D = tinggi geladak tanpa kulit (moulded depth) di
midship (m)
d = lebar sarat tanpa kulit di midship (m)
Nilai
2
3
4
D
d
tidak akan melebihi satu dan nilai K2. Vc .
2
3
4
D
d
tidak akan kurang dari nilai 0,25 GT sementara itu nilai akhir NT
tidak boleh diambil kurang dari 0,30 GT.
Rumus perhitungan Netto Register Tonnage untuk penumpang
13 orang ke atas adalah
NT = K2. Vc .
2
3
4
D
d
+ K3.
+
101
21 NN
Di mana:
Vc = total volume ruang muat
K2 = 0.2 + 0.02 log10 Vc
K3 = 1.25
( )
4
4
10
10+GT
D = tinggi geladak tanpa kulit (moulded depth) di
midship (m)
d = lebar sarat tanpa kulit di midship (m)
N1 = jumlah penumpang dalam kabin di mana tidak
lebih 8 penumpang
N2 = jumlah penumpang yang lain
N1 + N2 = total jumlah penumpang kapal yang diizinkan untuk
dimuat yang disebutkan dalam sertifikat. Bila nilai
N1+N2 lebih kecil dari 13 maka N1 dan N2 diambil 0.
Nilai
2
3
4
D
d
tidak akan melebihi satu dan nilai K2. Vc .
2
3
4
D
d
tidak akan kurang dari nilai 0,25 GT sementara itu nilai akhir NT
tidak boleh diambil kurang dari 0,30 GT. Dengan demikian
persyaratan untuk mengecek nilai kebenaran GT dapat dihitung
dengan menggunakan ketentuan seperti berikut:
GTNT 30,0≥
55
64. Menurut Dokkum (2003), perbedaan GT dan NT pada kapal
niaga adalah GTmerupakan hasil penjumlah NT dengan
ruangan di atas kapal (volume kapal), dan NT adalah ruangan
yang memberikan keuntungan kepada pemilik kapal (ruang
muat, ruang penumpang, atau fishing hold).
Gambar 11. Pengukuran GT dan NT pada kapal niaga (Dokkum, 2003)
Hubungan GT dengan ukuran utama pada beberapa kapal
perikanan diberikan pada Tabel 4. Sementara itu, data ukuran
utama kapal perikanan pada beberapa jenis kapal perikanan di
daerah Dumai, Provinsi Riau diberikan pada . Jenis-jenis kapal
perikanan di daerah tersebut adalah didominasi jaring, belat
dan sondong.
Tabel 4. Ukuran Utama Kapal dengan GT
56
Bobot Kapal
(GT)
Panjang Total
Loa (m)
Lebar B
(m)
Draft
(m)
10 13,5 3,8 1,05
20 16,2 4,2 1,3
30 18,5 4,5 1,5
50 21,5 5 1,78
75 23,85 5,55 2
100 25,9 5,9 2,2
125 29,1 6,15 2,33
150 30 6,45 2,5
66. 20 Sahari 12 1,5 1,5 3 2,5 Dompeng 12 2 Jaring
21 Akuang 12 1,5 1,5 3 2,5 Dompeng 24 2 Jaring
22 Acuan 12 1,5 1,5 3 2,5 Dompeng 24 3 Jaring
23 Jamal 13 1,5 1 3 2,5 Dompeng 12 2 Jaring
24 Hasim 11 1,5 1,5 3 2,5 Dompeng 24 2 Sondong
25 Jafar 10 3,5 1 7 6,5 Isuzu 23 1 Jaring
26 Abdurrahman 10 1,5 1,2 3 2,5 Dompeng 45 3 Jaring
27 Yanto 12 1 1 2 1,5 Dompeng 16 1 Jaring
28 Jamil 12 1,5 1 2 1,5 Dompeng 24 1 Jaring
29 Zulfikar 12 2 1 4 3,5 Dompeng 12 1 Jaring
30 Salam 12 1,5 1 3 2,5 Dompeng 24 2 Jaring
31 Isa 10 1,5 1,5 3 2,5 Dompeng 12 1 Jaring
32 Usaman 7 1,5 1,5 3 2,5 Dompeng 16 2 Jaring
33 Iskandar 12 2 1,5 3 2,5 Dompeng 16 2 Jaring
34 Rozi 12 1,5 1 2 1,5 Dompeng 12 2 Jaring
35 Sahrizal 12 2 1,5 1,5 1 Dompeng 6 2 Jaring
3.4.8 Istilah dalam Rencana Garis Kapal
Rencana garis adalah bentuk badan kapal yang digambarkan
dalam garis untuk mengetahui bentuk kapal yang
direncanakan. Dari rencana garis dapat diprediksi kecepatan,
kestabilan dan besar mesin yang digunakan oleh kapal
tersebut. Seperti sebuah pepaya yang dipotong-potong baik
secara melintang, memanjang vertikal dan memanjang
horizontal maka demikianlah diumpamakan rencana garis
sebuah kapal. Dengan demikian detail rencana garis diberikan
dalam berbagai potongan. Potongan-potongan pada pada
kapal dalam rencana garis terdiri dari tiga bagian, yaitu lines
Body Plan, Half Breadth Plan, dan Sheer Plan. Apabila
dipotong dalam bidang vertikal searah memanjang kapal di
bagian center line, maka bidang tersebut didefenisikan
sebagai Middle Line Plan.
58
67. Gambar 12. Rencana Garis Kapal
Proyeksi potongan-potongan kapal secara memanjang
vertikal ke bidang ini disebut sebagai Sheer Plan. Apabila
kapal dipotong secara transverse (melintang) di midship maka
bidang ini disebut tranverse plane. Potongan-potongan kapal
secara melintang yang diproyeksikan ke transverse plane,
baik dari depan midship maupun dari belakang midship,
disebut sebagai bodyplan.
Sementara itu, bila bidang proyeksi adalah secara mendatar
terhadap kapal biasanya di geladak utama, maka bidang
proyeksi ini disebut water plane. Apabila potongan-potongan
kapal dilakukan secara mendatar ke arah memanjang dan
diproyeksikan ke waterplane, maka hasil proyeksinya disebut
sebagai half breadth plane.
59
68. Gambar 13. Potongan Kapal dalam Rencana Garis
3.5. Basic Design Spiral
Rencana garis (lines plan) merupakan salah satu bagian awal
dalam perancangan kapal. Perancangan kapal merupakan
proses iterasi yang saling terkait di mana di dalam
perencanaan kapal kita proses ini dikeanal basic design
spiral. Basic design merupakan karakteristik utama kapal
yang berhubungan dengan biaya dan besar mesin (tenaga).
Dengan demikian yang termasuk dalam basic design adalah
pemilihan ukuran utama, bentuk badan kapal, besar daya
mesin (power) dan jenisnya, rencana awal lambung kapal dan
permesinan, serta struktur utama. Pemilihan desain dan
konstruksi yang baik akan menjamin kinerja seakeeping, olah
gerak, kecepatan, endurance, kapasitas muatan, dan bobot
60
69. mati kapal yang baik termasuk pengecekan dan perubahan-
perubahan untuk memperoleh kemampuan kapasitas daya
angkut, ruangan-ruangan yang diperlukan, pembagian
ruangan-ruang kedap dan standar stabilitas, lambung timbul
dan pengukuran tonnase kapal.
Basic design meliputi konsep design dan praperencanaan
kapal. Dalam proses desain secara menyeluruh, basic design
akan diikuti oleh kontrak desain dan detail desain. Kontrak
desain fokus dalam menyiapkan rencana-rencana dan
spesifikasi-spesifikasi yang cocok untuk penawaran tender
dan kontrak, sedangkan detail desain fokus terhadap
tanggung jawab galangan kapal untuk memproses rencana
kontrak seperti dalam shop drawing untuk keperluan
pembangunan kapalnya.
Untuk mendapatkan basic design ada 4 langkah yang
merupakan proses iterasi dalam bentuk spiral desain.
Ke empat langkah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Konsep desain
Konsep desain merupakan usaha awal untuk merubah
mission requirement atau data yang dipersyaratkan ke
dalam karakteristik teknik dan karakteristik bidang
perkapalan, hal ini meliputi ukuran-ukuran utama kapal
seperti panjang, lebar, dalam, sarat, koefisien block,
power dan alternatifnya yang memenuhi kecepatan yang
diminta, jarak jelajah, volume muatan dan deadweight,
termasuk estimasi light weight kapal awal yang diperoleh
dari kurva, formula, dan pengalaman. Konsep desain ini
dipergunakan untuk memperoleh perkiraan biaya kapal
yang menentukan untuk melanjutkan atau tidak
kelangkah berikut yaitu praperencanaan.
b. Pra-perencanaan
Praperencanaan menindaklanjuti karakteristik utama
kapal yang berhubungan dengan biaya dan kinerja.
Faktor-faktor kontrol seperti panjang, lebar, daya kuda,
dan deadweight mungkin belum mengalami perubahan
pada langkah ini. Praperencanaan akan memberikan
data suatu kapal yang memenuhi persyaratan yang
diminta yang merupakan dasar untuk menindaklanjuti ke
langkah berikutnya yaitu kontrak desain.
61
70. c. Kontrak desain
Tahap kontrak desain akan menghasilkan satu set
rancangan dan spesifikasi-spesifikasi yang merupakan
dokumen kontrak pembangunan kapal. Tahap ini akan
memberikan hal-hal yang lebih teliti seperti hull form yang
didasarkan percobaan model, karakteristik seakeeping
dan olah gerak, pengaruh banyaknya baling-baling pada
hull form, detail konstruksi, penggunaan macam-macam
jenis baja kapal, jarak station spacing dan jenis gading-
gading. Yang sangat penting dalam kontrak desain
adalah estimasi berat dan titik berat dengan
mempertimbangkan lokasi dan berat dari bagian-bagian
penting kapal. Rencana umum juga sudah siap dalam
tahapa ini. Rencana umum sudah dapat menentukan
volume dan lokasi dari muatan, permesinan,
pergudangan, bahan bakar, air tawar, ruang tinggal serta
kaitan-kaitannya seperti bongkar muat dan peralatan
mesin.
Gambar 14. Basic Design Spiral (Hutauruk & Zain, 2014)
62
71. d. Rancangan Rinci (Detail Design)
Langkah terakhir desain kapal adalah rencana kerja yang
dibuat secara detail. Rencana kerja ini adalah instruksi
instalasi konstruksi yang ditujukan pada ship fitters,
tukang las, outfitters, tukang pelat, tukang pipa, agen
mesin dan lain-lain.
Semua ini tidak termasuk dalam proses basic desain.
Secara ringkas, proses pembangunan kapal dilakukan
dengan mendesain kapal yang memenuhi fungsi ekonomi
atau tujuan lainnya seperti tujuan militer, di mana harus
terpenuhi standar keamanan (safety) yang ditetapkan oleh
aturan yang ditetapkan oleh kelas dan badan yang
berwenang. Fungsi ekonomi terlihat dari volume, bentuk
kapal, dan berat kapal. Sementara itu, keamanan kapal
diperoleh dari perencanaan ruangan kapal (arsitektur kapal)
yang terkait dengan struktur kapal dan proses produksinya.
Bentuk kapal akan berpengaruh terhadap hambatan dan
propulsi kapal yang akan terkait secara langsung terhadap
dimensi. Hambatan kapal berpengaruh terhadap pemilihan
permesinan yang sesuai untuk kapal, perhitungan stabilitas
dan daya apung, manuvering. Demikianlah proses
perencanaan sebuah kapal yang melibatkan banyak
pertimbangan.
Gambar 15. Fungsi Objective Pembangunan Kapal (Hutauruk &
Zain, 2014)
Untuk merancang kapal secara modern diperlukan alat
komputasi dan pemodelan (Computational and Modelling
63
72. Tools) seperti AutoCAD, dan Rhino untuk penggambaran
rencana umum, ASSET untuk design konsep dasar, Rhino
untuk pengembangan bentuk kapal, HECSALV dan Orca 3D
untuk hydrostatic, MathCad untuk daya dan tahanan kapal,
SMP untuk gerakan kapal (ship motion), Midel center dan
Fortran untuk model sintetis kapal dan softaware MAESTRO,
HECSALV untuk model struktur kapal. Beberapa software
yang diperlukan dalam merancang kapal diberikan pada Tabel
2.
Tabel 6. Penggunaan Software dalam Perencanaan Kapal
Gambar 16. Hasil Perancangan Kapal dengan Menggunakan Kapal
64
73. Gambar 17. Rencana Umum Kapal Pesiar
Gambar 18. Kapal Pompong Mengangkut Kelapa Sawit
65
74. BAB 4. Aturan Biro
Klasifikasi
4.1. Pendahuluan
Kapal yang teregister dalam biro klasifikasi biasanya kapal
yang memiliki ukuran lebih besar dari 3 GT ke atas. Namun
saat ini BKI telah mengeluarkan pedoman klasifikasi dan
konstruksi untuk kapal khusus termasuk kapal perikanan
dengan ukuran hingga 24 m dari bahan FRP dan kayu.
Untuk membangun kapal di sebuah galangan kapal, gambar
desain kapal dan detailnya biasanya bisa dilakukan oleh pihak
konsultan kapal. Apabila konsultan kapal sudah
mengeluarkan gambar perencanaan, maka pihak galangan
kapal akan membangun kapal tersebut setelah gambar
mendapat persetujuan dari biro klasifikasi di mana konstruksi
kapal tersebut diacu. Bila kapal dibangun berdasarkan
peraturan Biro Klasifikasi Indonesia, maka pihak galangan
kapal dan konsultan wajib memenuhi persyaratan konstruksi
yang diberikan oleh BKI.
Pihak galangan kapal dapat merubah gambar konstruksi
apabila saat di lapangan terjadi ketidaksesuaian dengan
gambar dari konsultan yang telah disetujui kelas. Namun,
perubahan ini harus dilaporkan ke kelas dan ke pihak
konsultan.
4.2. Proses Pembangunan Kapal
Dalam membangun kapal yang teregister dalam biro
klasifikasi, maka pihak perencana kapal melalui galangan
kapal harus menyerahkan beberapa gambar detail kapal
untuk di-approved (disetujui) oleh biro klasifikasi. Gambar-
gambar detail tersebut kemudian akan diproses dan dicek
untuk mengetahui apakah desain tersebut layak diterapkan
atau tidak. Apabila galangan kapal memastikan bahwa
gambar desain kapal yang dibuat sudah memenuhi peraturan
66
75. yang diberikan oleh kelas di mana kapal tersebut teregister,
maka kelas akan memberikan tanda FOR APPROVAL pada
gambar yang telah disubmit (diserahkan) ke kelas (biro
klasifikasi). Kemudian dalam beberapa waktu, kelas kemudian
melakukan pengecekan terhadap seluruh gambar yang
diharuskan untuk dipenuhi. Pengecekan dilakukan melalui
analisa perhitungan serta dibantu perangkat lunak khusus
untuk pembangunan kapal (ship building). Apabila kelas
menyetujui gambar desain yang telah disubmit, maka pihak
biro klasifikasi akan memberikan tanda ACCEPTED untuk
gambar tersebut. Tetapi apabila Class melihat dan
menganalisa bahwa gambar tersebut tidak memenuhi
peraturan yang diberikan oleh kelas, maka gambar yang telah
disubmit tersebut diberi tanda REJECTED sebagai arti bahwa
kelas menemukan ada regulasi konstruksi atau peralatan
yang tidak dipenuhi pihak galangan terhadap desain yang
direncanakan danpihak galangan diharuskan untuk
mensubmit kembali ke biro klasifikasi gambar yang telah
direject tersebut untuk direanalisa hingga akhirnya harus
mendapat ACCEPTED dari kelas untuk bisa melakukan
pembangunan kapal.
Kelas menggolongkan gambar yang harus disubmit pihak
galangan ke biro klasifikasi sesuai dengan jenis material
pembuatan kapal misalnya dari material baja, FRP atau kayu.
Untuk kapal yang terbuat dari bahan FRP, maka gambar-
gambar yang harus diserahkan perencana dan pembangun
kapal adalah:
• General Arrangement
• Lines Plan
• Transverse section
• Longitudional section
• Watertight bulkhead
• Fore peak and After peak
• Deck house
• Engine Foundation
• Rudder and Rudder Stock
• Preliminary and final Intact Stability Calculation
• Engine Room Arrangement
• Shafting System and Stern Tube
67
76. • Propellers
• Bilge System
• General Service and Fire Fighting System
• Fuel Oil System
• Cooling System
• Proposal the kind of FRP Materials used and their
lamination process
Sementara untuk kapal yang dibangun dari material kayu
(Wood Fishing Vessel), maka gambar yang harus disearhkan
ke kelas untuk dianalisa adalah
• General Arrangement
• Lines Plan
• Transverse section
• Longitudional section
• Watertight bulkhead
• Fore peak and After peak
• Deck house
• Engine Foundation
• Rudder and Rudder Stock
• Preliminary and final Intact Stability Calculation
• Engine Room Arrangement
• Shafting System and Stern Tube
• Propellers
• Bilge System
• General Service and Fire Fighting System Section
• Fuel Oil System
• Cooling System
(BKI, 2015)
4.3. Informasi Klasifikasi
Bila kapal inging mendapatkan klasifikasi Biro Klasifikasi
Indonesia, maka informasi yang diperlukan adalah:
4.3.1 Tanda Kelas Kapal
Setiap kapal yang diklasifikasikan ke BKI memiliki notasi kelas
yang tercantum dalam sertifikat kelas. Penetapan tanda kelas
68
77. tergantung pada pembuktian terpenuhinya peraturan
konstruksi BKI yang berlaku pada tanggal permohonan.
BKI berhak menambahkan tanda khusus dalam sertifikat
kelas. Dalam jangkauan klasifikasi, ciri- ciri lambung, mesin
dan perlengkapan jangkar ditunjukkan dalam tanda kelas dan
notasi yang dibubuhkan pada tanda kelas.
4.3.2 Penetapan Tanda Kelas
Contoh penetapan tanda kelas yang lengkap untuk lambung,
mesin, perlengkapan jangkar dan instalasi pendingin adalah
sebagai berikut:
Informasi Tanda
Lambung +A100 Ol Tanker
Mesin +SM OT
Instalasi SMP
Tanda Kelas
Tanda kelas lambung dilambangkan dengan kode sebagai
berikut: [Kode Penerimaan] [Persyaratan Lambung]
[Perlengkapan Tambat]
Kode Penerimaan terbagi dalam:
Berarti kapal lambung dibangun di bawah
pengawasan dan sesuai dengan peraturan
klasifikasi selain BKI yang diakui
Berarti Lambung dibangun dibawah
pengawasan dan sesuai dengan peraturan
kontruksi BK, dan bahan yang telah diuji oleh
BKI sesuai dengan peraturan
Berarti selain dua hal tersebut
Berarti kapal yang dilengkapi dengan
perhitungan daya apung cadangan dari setiap
kompartemen atau kelompok kompartemen
Persyaratan Lambung terbagi dalam:
A100
Berarti lambung kapal seluruhnya sesuai
dengan persyaratan peraturan kontruksi BKI
atau peraturan lain yang dianggap setara
69
78. A90
Berarti Lambung kapal tidak sepenuhnya sesuai
atau sudah tidak lagi sepenuhnya memenuhi
persyaratan peraturan kontruksi BKI namun
kelas tetap dpat dipertahankan untuk priode
yang diperpendek dan atau dengan internal
survey yang lebih pendek
Perlengkapan Tambat terbagi dalam:
Berarti kapal yang perlengkapan
jangkarnya yaitu jangkar, rantai jangkar dan
mesin jangkar sepenuhnya memenuhi
persyaratan peraturan kontruksi BKI,
Berarti kapal yang perlengkapan
jangkarnya tidak sepenuhnya atau tidak lagi
sepenuhnya memnuhi persyaratan
peraturan kontruksi BKI, akan tetapi fungsi
keselamatan dan kondisi laut-laut dalam
pemakaian terpenuhi
Untuk kapal ikan
Untuk kapal pelayaran khusus (contoh :
Kapal Kecepatan Tinggi)
Berarti kapal tidak mempunyai
perlengkapan jangkar contoh : pontoon
Tanda Kelas Mesin
Tanda kelas mesin dilambangkan dengan kode sebagai
berikut: {Kode Penerimaan] [Persyaratan Mesin]
Kode penerimaan mesin sama dengan kode penerimaan
lambung
Persyaratan Mesin terbagi dalam:
Berarti instalasi mesin dan semua instalasi
yang tercakup oleh klasifikasi memenuhi
persyaratan peraturan kontruksi BKI atau
peraturan lainnya yang dianggap setara
Berarti instalasi mesin untuk kapal tanpa
penggerak sendiri dan alat apung
memenuhi persyaratan perturan kontruksi
70