3. ~ ii ~
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Pasal 1:
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Pasal 9:
2. Pencipta atau Pengarang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 memiliki
hak ekonomi untuk melakukan a. Penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan
dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan Ciptaan; d. Pengadaptasian,
pengaransemen, atau pentransformasian Ciptaan; e. Pendistribusian Ciptaan atau
salinan; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan; h. Komunikasi Ciptaan;
dan i. Penyewaan Ciptaan.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100. 000. 000, 00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak C ipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp500. 000. 000, 00 (lima ratus juta rupiah).
4. ~ iii ~
Toho Cholik Mutohir - Rusli Lutan - Agus Kristiyanto -
Iis Marwan - Erwin Setyo Kriswanto - Sugiharto - Suroto -
Nina Sutresna - Syahrial Bakhtiar - Sukendro
MEMAJUKAN
KEOLAHRAGAAN
INDONESIA
Melalui Riset Caring,
Sharing, dan Networking
Penerbit Lakeisha
2024
5. ~ iv ~
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Penulis:
Toho Cholik Mutohir
Rusli Lutan
Agus Kristiyanto
Iis Marwan
Erwin Setyo Kriswanto
Sugiharto
Suroto
Nina Sutresna
Syahrial Bakhtiar
Sukendro
Editor :
Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes.
Dr. Novadri Ayubi, M.Kes.
Moh. Fathur Rohman, M.Pd.
Muchamad Arif Al Ardha, S.Pd., M.Ed., Ph.D.
Layout : Yusuf Deni Kristanto, S.Pd.
Desain Sampul : Tim Lakeisha
Cetak I Februari 2024
14,8 cm × 21 cm, 128 Halaman
ISBN: 978-623-119-105-2
Diterbitkan oleh Penerbit Lakeisha
(Anggota IKAPI No.181/JTE/2019)
Redaksi
Srikaton, RT 003, RW 001, Pucangmiliran, Tulung,
Klaten, Jawa Tengah
Hp. 08989880852, Email: penerbit_lakeisha@yahoo.com
Website: www.penerbitlakeisha.com
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.
6. ~ v ~
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah
Tuhan yang Mahakuasa atas keizinan-Nya sehingga buku ini dapat
diterbitkan.
Urgensi tentang rumusan orientasi baru membangun olahraga
masyarakat kini dan masa depan merupakan proses adaptasi yang
tidak terhindarkan. Terjadi perubahan dinamika dari berbagai aspek
yang menyangkut perkembangan hidup dan cara hidup masyarakat
dunia pada umumnya, serta masyarakat Indonesia secara khusus.
Proses adaptasi keperilakuan secara personal maupun kolektif terkait
dengan bentuk adaptasi dengan perkembangan generasi teknologi
terbaru, terutama teknologi 4.0. Berbagai perilaku terdisrupsikan
(punah) oleh hasil interaksi dan adaptasi dengan teknologi baru.
Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari para akademisi bidang
keolahragaan yang mengupas berbagai hal untuk memajukan
pendidikan jasmani Indonesia.
Kiranya buku berbagai tulisan yang termuat di dalam buku ini
belum sempurna, kami selaku penulis memohon saran dan masukan
agar sisi keilmiahannya bisa lebih valid lagi. Terima kasih kami
sampaikan kepada tim penerbit atas jerih payahnya dalam
menerbitkan buku kami.
Penulis
7. ~ vi ~
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................vi
ANALISIS PEFORMA OLAHRAGA:
SUATU PENGANTAR
Prof. Toho Cholik Mutohir, MA., Ph.D.
Prof. Dr. Rusli Lutan.............................................................. 1
KETELADANAN PERGURUAN TINGGI
KEOLAHRAGAAN UNTUK MEMBANGUN MASA
DEPAN OLAHRAGA MASYARAKAT
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. ....................................... 41
NILAI-NILAI OLAHRAGA PENDIDIKAN DALAM
PROSES PEMBELAJARAN
Prof. Dr. Iis Marwan, Drs., S.H., M.Pd. .............................. 59
MENGGAIRAHKAN LITERASI AKTIVITAS
JASMANI DI LINGKUNGAN SEKOLAH
Erwin Setyo Kriswanto........................................................ 65
MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI
OLAHRAGA
Sugiharto.............................................................................. 73
8. ~ vii ~
MEMAJUKAN PENDIDIKAN JASMANI INDONESIA
MELALUI RESET BERBASIS CARING SHARING
DAN NETWORKING
Suroto................................................................................... 81
WANITA DAN OLAHRAGA DALAM DIMENSI
SOSIAL
Nina Sutresna....................................................................... 89
OPTIMALISASI FAKTOR KEMATANGAN DAN
IDENTIFIKASI BAKAT DALAM PROSES
PEMBINAAN ATLET JANGKA PANJANG
Prof. Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., CISTI......................... 106
STANDAR KEBUGARAN JASMANI HAJI DAN
UMRAH
Prof. Dr. H. Sukendro. M.Kes., AIFO............................... 115
10. 1
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
ANALISIS PEFORMA OLAHRAGA:
SUATU PENGANTAR
Prof. Toho Cholik Mutohir, MA., Ph.D.
Prof. Dr. Rusli Lutan
1
Guru Besar FIKK UNESA Surabaya, 2
Guru Besar (Mantan) FPOK
UPI Bandung
Email: tohocholik@unesa.ac.id
Pendahuluan
eknik modern Analisis Performa Olahraga (APO)
memungkinkan ilmuwan olahraga, coach dan atlet untuk
menilai secara objektif performa yang dicapai olahragawan
atau atlet. Data hasil analisis tersebut diinterpretasi dan digunakan
sebagai informasi umpan balik (feedback) yang bermanfaat untuk
peningkatan performa olahraga selanjutnya. Teknik analsis itu
merupakan alat yang penting tidak saja bagi para peneliti tetapi juga
bagi setiap praktisi yang serius dalam pembinaan olahraga. Teknik
analisis performa ini sangat bermanfaat bagi para mahasiswa fakultas
ilmu keolahragaan terkait disiplin ilmu yang ditekuninya seperti
program studi kepelatihan olahraga, prodi pendidikan olahraga dan
T
11. 2 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
lainnya yang relevan. Selain sangat bermanfaat untuk meningkatkan
mutu tesis, terutama disertasi, karya-karya riset itu dapat
memberikan sumbangan konkret dan signifikan bagi pengembangan
batang tubuh subdisiplin imu keolahragaan dan praktik pembinaan
olahraga, seperti bulutangkis, angkat besi, dan lainnya yang akan
menjadi andalan Indonesia untuk mengejar parameter Olimpiade.
Analisis Performa Olahraga (APO) sebagai metode dapat
diaplikasikan untuk penelitian atau pengkajian fenomena
keolahragaan. Hal ini terinspirasi oleh kenyataan bahwa sports
science(s) merupakan komponen penting dari sistem keolahragaan
nasional khususnya olahraga prestasi. Kita tertinggal jauh dalam hal
pengembangan perangkat keras berupa laboratorium ilmu
keolahragaan. Metode APO dewasa ini telah berkembang pesat
dengan pendekatan tidak saja kuantitatif, atau kualitatif, tetapi
kombinasi kuantitatif dan kalitatif (O’Donoghue, 2010).
Sejak diperkenalkannya taksonomi ilmu keolahragaan atau
sports science(s) dalam loka karya internasional ilmu keolahragaan
di Sekolah Tinggi Olahraga Bandung (STO) dengan empat nara
sumber dari Jerman pada tahun 1975, hingga kemudian berlangsung
Seminar dan Loka-karya Nasional di UNESA, Surabaya tahun 1998,
walau ada perkembangan, tidak banyak kemajuan yang dicapai
dalam pengembangan batang tubuh subdisiplin ilmu keolahragaan.
Deklarasi Surabaya 1998 menyepakati bahwa Olahraga atau
Keolahragaan (hal-hal yang terkait olahraga) secara ontologis,
epistemologis, dan asksiologis diakui sebagai ilmu (disiplin) yang
mandiri berbasis dominan eksakta, disamping sosial dan humaniora
(Panitia Semiloka Nasional, 1998). Pada tahun 1999, dengan
diterbitkan Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 309/dikti/kep/1999
tentang pembentukan komisi-komisi disiplin ilmu (KDI) pada dewan
pendidikan tinggi, maka Ilmu Keolahragaan secara resmi ditetapkan
dan dikukuhkan sebagai ilmu yang secara formal diakui oleh
pemerintah. Sejak itu, Ilmu Keolahragaan telah lahir secra resmi dan
12. 3
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
diakui oleh Pemerintah dengan adanya Komisi Disiplin Ilmu dengan
Nomor 13, yaitu Ilmu Keolahragaan (Mutohir et al., 2012; KDI
Keolahragaan, 2000). Perubahan kelembagaan telah terjadi yaitu
dibentuknya Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) pada semua
Universitas yang dikonversi dari IKIP yang terdapat di seluruh
Indonesia, kecuali di Universitas Pendidikan Indonesia, konversi
IKIP Bandung yang tetap menggunakan nama Fakultas Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan. Meskipun demikian dalam FPOK di UPI
itu ada program studi Ilmu Keolahragaan, disingkat IKOR. Dewasa
ini, kebanyakan FIK telah berubah dengan nama yang bervariasi;
contoh di UNESA berubah menjadi Fakultas Ilmu Olahraga (FIO)
dan terakhir menjadi Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan
(FIKK).
Lambannya perkembangan ilmu keolahragaan itu seperti
dalam artikel John Saunder (Australia) bersama Rusli Lutan
(Indonesia) sebagai co-author--Sport, science and politics in
Indonesia: challenges in epistemology within an evolving global
context – dimuat dalam Journal of the International Society for
Comparative Physical Education and Sport (ISCPES) Volume 42,
Special Supplement Physical Education and Sport in Indonesia –
Perspectives from 2020 -- adalah terletak pada aspek epistemologi.
Buku-buku metode penelitian yang beredar banyak tidak cukup
mampu memberi panduan yang memadai bagi para peneliti, apalagi
para mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi, tesis atau
disertasi pada sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta. Cakupan
substansi buku yang sudah beredar tidak serasi dengan karakteristik
olahraga dan ilmu keolahragaan yang bersifat interdisiplin. Lebih-
lebih untuk tujuan analisis performa berbagai cabang olahraga.
Karena itu sangat dirasakan kesenjangan dalam literatur yang
dapat digunakan oleh para mahasiswa, dosen, dan peneliti terutama
yang masih muda-muda pengalamannya. Maka tulisan ini kami
siapkan berdasarkan sumber mutakhir dan pengalaman pribadi
13. 4 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
masing-masing. Kelemahan para mahasiswa adalah kebanyakan
sibuk merumuskan judul peneltiannya, dan bukan memilih topik
yang layak diteliti. Topik terkait analisis performa olahraga sangat
spesifik sehingga kemudian prosedur penelitiannya harus tertib
sesuai asas penelitian, hingga pelaporan yang berbobot karena teknik
penulisannya tertib sesuai dengan ketatabahasaan Indonesia, selain
jelas konsepnya dan lancar alur penyajiannya. Simpulan penelitian
juga didukung bukti empirik yang cukup karena pengalaman kami
mengikuti studi di luar negeri adalah kritik dosen yang mengatakan
“jangan tiba-tiba membuat simpulan, tetapi tidak didukung data yang
cukup.’’ Kelemahan ini dapat disebut sangat lumrah dijumpai di
kalangan komunitas olahraga sekalipun di Indonesia.
Tulisan ini didorong pula oleh kenyataan bahwa dewasa ini
banyak kemajuan dalam analisis performa yang diterapkan untuk
mendukung kemajuan atlet di beberapa negara maju seperti Amerika
Serikat, Australia, Inggris, Spanyol, Jepang, dan Korea. Indonesia
sendiri yang terlalu jauh tertinggal, meskipun secara perorangan ada
diantara para coach atau pembina yang telah mempraktikkannya
dengan menggunakan perangkat lunak (soft ware) tertentu untuk
kebutuhannya sendiri untuk menganalisis performa individu atau tim
dalam cabang olahraga bola basket, sepakbola dan lainnya. Tulisan
ini memaparkan konsep analisis performa dan aplikasinya dalam
olahraga. Secara khusus tulisan ini memperenalkan analisis performa
olahraga sebagai sebuah metode pengajian atau penelitian sangat
dibutuhkan oleh para dosen penelitian dan mahasiswa di fakultas
ilmu keolahragaan. Sebagai kancah pembinaan bagi para calon
ilmuwan bidang keolahragaan, diharapkan tulisan ini sangat
bermanfaat bagi mahasiswa guna memperluas wawasan dan
keterampilan melaksanakan penelitian khususnya dalam topik
tentang analisis performa olahraga. Para coach pada dasarnya juga
peneliti praktis. Mereka juga perlu menguasai teknik-teknik analisis
performa olahraga sehingga mereka tidak perlu menunggu hasil
14. 5
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
penelitian formal. Mereka dapat dengan segera memperbaiki metode
coaching, meskipun idealnya para ilmuwan yang bekerja. Dengan
segala kesibukannya para coach sering tidak sempat untuk
melakukan analisis performa para atletnya.
Analisis Peforma Olahraga
Analisis performa olahraga adalah disiplin ilmu
keolahragaan yang relatif baru dan sejarahnya terdiri atas sejarah
biomekanik dan sejarah analisis notasi; kedua disiplin ini bergabung
dalam analisis performa pada tahun 2001. Namun, perkembangan
yang mengarah pada performa analisis olahraga yang ada saat ini
meliputi perkembangan olahraga itu sendiri dan analisis sejarah
gerak manusia yang dipengaruhi oleh penemuan-penemuan dalam
bidang termasuk anatomi, fisiologi, mekanika dan teknologi
keolahragaan. Olahraga dewasa ini, telah menjadi fenomena global
yang mengalami perubahan pesat akibat adanya industrialisasi dan
komersialisasi dalam olahraga. Kondisi ini dipicu, dengan semakin
pentingnya olahraga dan pengakuan terhadap olahraga telah
membuatnya menjadi sarana yang berharga bagi media untuk
menjadi sponsor komersial. Komersialiasi olahraga ini
mendatangkan banyak uang ke lembaga dan kegiatan olahraga.
Lantas digunakan dukungan ilmu keolahragaan karena pemain dan
tim elit memerlukan cara yang lebih berhasil untuk meningkatkan
performa.
Perubahan yang terjadi dalam analisis performa olahraga
terkait dengan aspek ontologis dan epistemologis yang mendasari
metode penelitian yang digunakan dalam analisis performa.
Pandangan tradisional analisis performa adalah bahwa
pelaksanaannya melibatkan metode objektif yang didasarkan pada
asumsi paradigma normatif.
15. 6 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Sungguh berbeda dengan penelitian dalam ilmu eksakta
seperti misalnya dalam kimia. Penelitian leluasa membebaskan diri
untuk bekerja secara objektif ketika memanipulasi elemen kimia
untuk melihat suatu perubahan komposisi kimia. Ilmu keolahragaan
sangat berbeda. Objek analsisinya adalah perilaku manusia. Maka
kedudukan peneliti adalah manusia juga yang mengkaji suatu objek
sehingga mereka merupakan bagian dari sistem analisis ketika terjadi
observasi. Karena itu akan selalu ada elemen klasifikasi subjektif
dari perilaku yang diamati.
Para mahasiswa sering terjebak pada pemahaman tentang
sebuah konsep yang sukar untuk dirumsukan definisi operasionalnya
sehingga tidak tepat. Kecenderungan semacam ini juga dialami
peneliti senior sekalipun karena tidak dibatasi dengan jelas konsep,
variabel dan definisi operasional. Kecermatan rumusan juga
dihadapkan dengan kenyataan bahwa perilaku manusia sangat
kompleks dan berpoetnsi untuk berubah dari waktu ke waktu.
Itulah sebabnya kita mengakui bahwa sesuatu yang mustahil
dalam penelitian untuk memperoleh analisis yang amat objektif
sehingga proses yang bersifat subyektif itu tidak dapat dihindari dan
menjadi bagian dari metodologi. Analisis performa telah dirintis
melalui biomekanika olahraga. Di samping itu, muncul analisis
notasi yang banyak diterapkan untuk analisis dalam permainan
beregu seperti bola basket, bola voli dan sepakbola, atau permainan
lagi yang sejenis.
Analisis kualitatif juga termasuk untuk penelitian performa
olahraga, meskipun, misalnya, digunakan alat seperti perekam
denyut jantung untuk merekam data fisiologis. Maka metode
kuantitatif dan kualitatif dapat diterapkan dalam analisis performa
secara campuran (mixed method). Hal ini didasarkan pada asumsi
paradigma normatif (positivistik) dan interpretatif masing-masing
secara bergantian atau berurutan (sequential) atau membaur
(blended).
16. 7
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Di lngkungan klub raksasa sepakbola Barcelona, kelompok
peneliti menggunakan drone untuk menganalisis pergerakan pemain
Barcelona termasuk tim lawan. Alat perekam ini sangat membantu
untuk memahami pola serangan dan pertahanan secara beregu dalam
petak-petak lapangan. Data yang diperoleh sangat membantu coach
untuk memahami kelemahan yang perlu diperbaiki.
Peran yang dimainkan oleh ahli analis performa tidak berdiri
sendiri. Mitra utamanya adalah coach dan atlet untuk bekerja sama
terutama dalam memanfaatkan hasil analisis. Dampak dari kerja
sama itu adalah, terutama pada atlet sebagai pelaku. Fakta yang
diperoleh akan lebih jelas dipahami oleh mereka untuk kemudian
ditafsirkan secara bersama-sama. Hasil refleksi itu menunjukkan di
mana letak kelemahan performanya. Hasil analisis juga memiliki
nilai prediktif yaitu sebuah tim atau pemain dapat diperkirakan akan
kalah dalam pertandingan yang akan datang, sepanjang kelemahan
yang dimaksud tidak diperbaiki.
Sekaitan dengan analisis performa ini asumsi yang melandasi
penelitian tindakan (action research) juga berlaku. Hasil analisis
sangat sering mengalami hambatan untuk disosialisasikan kepada
coach yang bersangkutan. Kecenderungan penolakan ini lazim
dijumpai di Indonesia bahkan di luar negeri sekalipun karena coach
merasa pekerjaannya diintervensi oleh pihak luar. Kenyataan seperti
inilah yang menyebabkan perlunya ditetapkannya sebuah kebijakan
yakni pembinaan sebuah tim tidak dilakukan oleh coach sendiri
tetapi dibantu oleh ahli lainnya yang bekerja sebagai sebuah tim.
Para ahli itu terdiri atas peneliti terkait analisis performa termasuk
ahli biomekanika olahraga, psikolog, sport medicine, physical
conditioning, nutrisi, dan statistika olahraga.
17. 8 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Analisis Performa Sebagai Spesialisasi dalam Statistik Olahraga
Selama ini tradisi yang berkembang dalam analisis olahraga
pada umumnya telah dilakukan melalui pendekatan berbagai disiplin
secara multi, inter dan lintas disiplin dari ilmu-ilmu keolahragaan
seperti fisiologi olahraga, psikologi, sosiologi, kedokteran, nutrisi,
atau manajemen serta sistem analisis performa berbasis digital
selama kompetisi dalam mempelajari berbagai faktor yang
mempengaruhi prestasi atau performa atlet. Seiring dengan kemajuan
teknologi, ke depan tantangan yang dihadapi bukan menentukan
jenis data yang dikumpulkan dan digunakan, tetapi pada pemilihan
data yang tepat, akurat dan cepat serta relevan untuk kepentingan
peningkatan performa. Adaptasi dan inovasi pendekatan multi, inter
dan lintas disiplin perlu dilakukan dengan pembentukan Tim ahli
yang mengintegrasikan kepakaran dari ilmu-ilmu lain seperti
matematika, fisika, statistika, dan komputer yang dikaitkan dengan
ilmu keolahragaan agar secara real memahami konteks dunia
olahraga, yang mampu memberikan informasi relevan guna
mengatasi berbagai masalah dalam jangka pendek, menangah dan
panjang.
Masyarakat olahraga mulai menyadari bahwa analisis
performa berbasis statistik yang menghasilkan banyak data membuka
peluang adanya manajemen pengetahuan dan bisnis data atau
informasi. Kita telah mengenal analisis notasi berupa statistik dari
pertandingan olahraga sepak bola, baseball, softball, bola basket
yang telah memberikan pengayaan data dengan bantuan teknologi
seperti Global Positioning System (GPS), Polar monitor system, dsb.
Namun demikian, yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana
teknologi tersebut disamping mengakumulasi kelengkapan dan
keakuratan, serta kecepatan data, dapat membantu untuk
pengambilan keputusan dengan memanfaatkan analisis dengan
model statstika yang tepat.
18. 9
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Analisis performa melalui analisis statistik (atau analitik)
sering kita dengar akhir-akhir yang dikenal dengan sports analytics.
Pendekatan ini sangat populer di Amerika Serikat (US) dan Inggris
Raya (GB) dan istilah analis olahraga (sports analyst) menjadi
profesi yang menarik. Apa itu sebenarnya sports analytics? Analisis
olahraga performa berbasis statistik berguna untuk menghasilkan
data rinci tentang perfoma atlet dalam even olahraga dimana data itu
sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan bagi pemangku
kepentingan seperti coach, pelatih fisik, dokter, fisioterapist, analis
olahraga, dan pengambil keputusan lain. Suatu contoh, film bertema
Moneyball merupakan gambaran bagaimana analisis berbasis
statistik dari permainan Baseball dapat digunakan untuk
mengevaluasi secara kritis dalam rangka mengambil keputusan
tentang kontrak pemain profesional dan penetuan strategi dan taktik
pertandingan. Dewasa ini, aplikasi dan inovasi teknologi dalam
bidang ini mengalami kemajuan pesat dan tersedia untuk
dimanfaatkan. Maraknya berbagai konferensi terkait industri analisis
olahraga seperti Sloan atau konferensi ilmiah dan munculnya hasil
riset terkini oleh para ahli data statistik olahraga memberikan bukti
kemajuan dalam bidang ini (cf. Casal, 2018,
https://barcainnovationhub.cpm/es/biosestadistica-sciecias-del-
deporte/).
Analisis Performa Olahraga (APO) merupakan masalah yang
kompleks yang tidak bisa diselesaikan oleh satu orang dan satu
disiplin. Oleh karena itu, dalam memecahkan masalah performa
olahraga harus dianalisis dengan pendekatan integratif yang
meibatkan banyak displin ilmu secara inter dan lintas disiplin. Data
hasil analisis secara integratif tersebut diikuti dengan data visualisasi,
dan data analisis statitik dibahas bersama antara pakar, pelatih dan
atlet dalam upaya memperoleh keputusan berupa informasi masukan
(umpan balik) yang diorientasikan kepada peningakatan atau
optimalisasi performa.
19. 10 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Kebutuhan akan tenaga analisis performa berbasis statistik
diperkirakan akan semakin melonjak ke depan, seiring dengan
kemajuan teknologi informasi dan cepatnya pertumbuhan data
informasi yang tersedia. Dalam kaitan itu, diantisipasi perlu adanya
kesadaran akan perlu sistem manajemen data. Dewasa ini, di
beberapa klub profesional seperti Barcelona dan NBA membentuk
departemen analisis performa berbasis statistik yang memungkin
profesional lain dalam pelatihan seperti coach, pelatih fisik,
fisioterapis saling berinteraksi dan mengakses data ilmiah yang
relevan (cf. Casal, 2018,
https://barcainnovationhub.cpm/es/biosestadistica-sciecias-del-
deporte/).
Mengingat data ilmiah itu sangat banyak dan bervariasi,
maka data yang mana yang relevan diperlukan oleh Tim. Salah satu
diantara data tersebut adalah data statistik terkait dengan profil atlet
yang merupakan hasil analisis integratif dari berbagai disiplin
menjadi sangat penting untuk menjadi fokus pembicaraan. Dalam
kaitan ini, profesi analis olahraga yang kompeten diikuti kompetensi
dalam statistik olahraga dalam IT merupakan profesi yang menarik
pada era saat ini dan mendatang.
Siapa yang memerlukan data analisis statistik dalam
olahraga? Kita sudah memahami banyak profesional yang terlibat
dalam manajemen pelatihan dan industri olahraga memerlukan data
statistik olahraga. Para profesional tersebut antara lain: manajer dan
pengambil keputusan, coach, pelatih fisik, pemain, jurnalis,
penyusun buku, analis dan pemandu bakat, fans, akademisi, ahli
olahraga, dokter, fisioterapi, psikoloog, ahli epidemologi, peneliti,
ahli statistik, jurnalis, dsb.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, ketertarikan dalam bidang
statistik telah berkembang pesat sehingga menumbuhkan beberapa
spesialisasi akhir-akhir ini, seperti biostatistics, bioinformatics,
gestatistics, econometrics, dan psychometrics. Seperti digambarkan
20. 11
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
dalam film Moneyball yang disutradarai oleh Michael De Luca,
menyadarkan akan pentingnya spesialisasi statistik dalam olahraga
yang dikenal dengan sabermetrics, sports analysts, dan sports
biostatistics dimana keahlian dalam statistik selalu diperlukan. Istilah
Moneyball merupakan gabungan statistik dan ilmu keolahraaan, dan
ekonomi dan ilmu komputer.
Sabermetrics
Salah satu profesi analisis performa olahraga adalah ahli
sabermetrics (sabermatricians) yang memiliki keahlian dalam
statistik lanjut dalam olahraga baseball. Sabemetrics ini terbagi ke
dalam tiga super-spesialisasi, yaitu Pemanduan Baseball (Baseball
Scouting: Fisik, Medis & Mental), Statistik Baseball atau Baseball
Statistics (Liga, Pemain & Strategi), Bisnis Baseball atau Baseball
Business (Kontrak, Media, Stadium & Ekonomi). Sabermetrics
adalah suatu studi statistik baseball, pemanduan baseball, bisnis
baseball dan hal lain yang belum diketahui (digambar sebagai E -
epsilon). Disimbolkan f (Sabermetrics) = statistics + scouting +
business + E
Sumber: Adaptasi dari Google about Sabermetrics, 2013)
21. 12 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Sabermetrics adalah analisis empiriK baseball, khususnya
didasarkan atas statistik yang dikumpulkan selama pertandingan.
Sabermetrics mengumpulkan dan mengelompokkan data yang
relevan yang dihasilkan dari pertandingan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan khusus. Istilah ini berasal dari akronim SABR
(Society for American Baseball Research), yang didirikan tahun
1971. Kata Sabemetrics diusulkan oleh Bill James, dimana ia sebagai
perintis dalam bidang ini dan diyakini sebagai wajah gerakan yang
nyata (Liuis Carrilo, 2017, https:www/beisbolmlb.com/sabermetics-
que-es). Bill James (1980) mendefinisikan sabermetrics sebagai “the
search for objective knowledge about baseball” (…) often using
statistical analysis to question traditional measures of baseball
evaluation such as batting average and pitcher win (Birnbaum,
undated, https://sabr.org/sabermetrics).
Moneyball aslinya adalah sebuah buku yang ditulis oleh
Lewis pada tahun 2003, dan film yang menandai titik awal pemikiran
analitis yang dilakukan oleh klub baseball yang tidak banyak uang.
Dalam film tersebut digambarkan bagaimana analisis statitisk dapat
membantu para General Manager membuat keputusan untuk
membuat tim sukses. Dalam film itu diceriterakan tentang suatu klub
the Oakland Atletic’s yang relatif kurang bagus (sebenarnya awalnya
cukup bagus tetapi tahun 2003 kehilangan 3 pemainnya). General
Manager Billy Beanne memutuskan pengelolaan klub tersebut tidak
akan sama dengan tim lain, dan mengandalkan metode statistik, ia
mencoba memilih pemain dan membangun tim dengan
memperhatikan kondisi keuangan klub yang minim. Langkah
pertama yang dilakukan adalah memprioritas pelaksanaan analisis
kuantitatif mendasarkan atas statistik dan data untuk mengambil
keputusan. Kemudian hari, dengan film ini, banyak klub yang tidak
kaya uang (Brewes, Indians, dan Rays) mengikuti jejak pendekatan
yang dilakukan oleh klub the Oakland Athletic’s. Tokoh Brad Pitt,
sebagai pemeran Billy Beane, telah berhasil membuat klub the
22. 13
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Oakland Athletic’s menang dalam berbagai pertandingan menyamai
klub the New York Yankees, meskipun akhirnya mereka tereliminasi
dalam playoffs. Dua tahun setelah itu, satu klub lain (the Red Sox)
memenangkan liga baseball dengan menerapkan model yang sama
dengan the Oakland Athletic’s. Film Moneyball, berbeda dengan
sabermetrics, memusatkan lebih pada nilai dan harga pemain.
Sejatinya, kritik dan komentar telah dikemukakan oleh ahli
sabermetrics perihal bagaimana mereka agar memfokus dan
menunjukkan profil mereka di film. Informasi lebih lanjut tentang ini
dapat diperoleh di https://sabr.org/latest/commentary=crtitques-
ne.moneyball-movie.
Jadi, Moneyball adalah suatu strategi untuk memanfaatkan
analisis data dan memfokus pada bagaimana untuk mempeoleh
manfaat yang terbaik dari suatu investasi yang dibuat dalam rangka
mengonstruksi bisnis olahraga secara waralaba (franchise). Konsep
itu terdiri atas seleksi dan analisis data untuk mengidentifikasi
pemain yang kurang dihargai, dengan demikian tim yang kurang
mampu (tidak kaya) dapat berkompetisi pada tingkat yang lebih baik.
Moneyball dapat menjadi efektif, tetapi ini tidak selalu menjadi
strategi terbaik untuk waralaba dan tim. Perlu diketahui bahwa
pengembangan sistem informasi dan analisis olahraga memerlukan
investasi dalam peralatan dan staf atau SDM yang kompeten untuk
mengoperasionalkan dan menjaga agar sistem dapat berjalan secara
berkelanjutan.
Analisis Performa Olahraga sebagai Salah Satu Bidang Ilmu
Keolahragaan
Dalam konteks ilmu keolahragaan, pertanyaan yang sering
muncul, apa sejatinya yang dimaksud dengan analisis performa
olahraga? Analisis Performa Olahraga (APO) adalah salah satu
bidang dari ilmu keolahragaan yang secara khusus untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari berbagai aspek terkait
23. 14 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
performa olahraga (fisik, teknik, taktik, perilaku) dalam dalam situasi
yang sesungguhnya untuk memahami dan menjelaskan masalah
performa dalam olahraga. APO merupakan proses penelitian atau
pengamatan yang sistematik untuk memecahkan masalah terkait
dengan performa olahraga. Data yang diperoleh dari analisis
performa akan lebih obyektif dan konkret daripada laporan diri oleh
atlet atau pengamatan coach secara subyektif (tradisional). Data
tersebut sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan, khususnya
pemberian umpan balik (feedback) kepada atlet dan pelatih dalam
rangka meningkatkan performa olahraga.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa menjelang
pelaksanaan PON XX 2021 baru-baru ini di Papua, sangat terasa
kebutuhan tentang pentingnya analisis performa berdasarkan fakta
lapangan. Kendala yang dihadapi pada masa persiapan begitu
banyak. Selain tidak dapat dijalankan program pembinaan sesuai
dengan teori klasik sistem periodisasi perencanaan jangka panjang
akibat pandemic Covid-19—pembatasan sosial dan ruang gerak—
juga alat analisis sangat terbatas. Semua daerah masih belum
memiliki perangkat lab ilmu keolahragaan untuk, misalnya,
memantau beban latihan. Sebab prinsip berlatih sekeras mungkin
sudah tidak berlaku lagi karena perlu dikendalikan untuk mencegah
cidera pada atlet. Demikian pula para coach seolah-olah ‘buta’ sama
sekali tentang kemajuan atletnya ihwal kemajuan performa atet
binaannya. Program uji coba hampir tidak dapat dilaksanakan
meskipun menjelang masa-masa akhir sebelum berangkat ke Papua
(Juli-Agustus 2021) ada juga daerah yang dapat melaksanakannya
seperti DKI dan Jawa Barat yang berdekatan daerahnya. Tim dari
Papua karena dipacu oleh motivasi memenangkan pertandingan
sebagai tuan rumah juga mampu bertanding sebagai uji coba,
misalnya, melawan DKI dalam hoki lapangan. Kekurangan umum
adalah analisis performa hampir-hampir tidak terlaksana. Kalaupun
ada, prosesnya tidak sistematik sebagaimana langkah-langkah
24. 15
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
penelitian analisis performa yang seharusnya dilakukan untuk
memperoleh data yang diperlukan.
Analisis performa olahraga adalah proses penyelidikansecara
sistaematis terhadap performa olahraga yang sebenarnya seperti
ketika bertanding, atau performa atlet dalam situasi pelatihan.
Perolehan data dalam situasi riil inilah yang membedakan analisis
performa dengan penelitian di laboratorium. Demikian pula
perbedaannya dengan teknik pengumpulan data seperti laporan diri
melalui kuesioner, skala, diskusi terbatas dalam kelompok khusus,
aplikasi melalui akun dan wawancara.
Analisis biomekanika untuk menyingkap kelemahan teknik
dalam panahan, misalnya, dilakukan berbasis laboratorium. Analisis
ini dapat dimasukkan sebagai analisis performa. Jika yang diteliti,
misalnya, aspek teknis tertentu guna menyingkap sikap tubuh yang
perfek—apakah pinggulnya bergoyang ketika menarik tali busur--
maka analisis biomekanik terperinci dari teknik tersebut adalah
analisis yang terfokus pada keterampilan tersebut. Sekecil apapun
kesalahan dalam panahan efeknya sangat nyata terhadap akurasi.
Tentu saja analisis dalam lab berbeda dengan analisi dalam situasi
kompetisi yang sesungguhnya. Studi yang dilakukan oleh Kim et al.,
(2015) menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
performa panahan. Namun, terbukti Mental (Psikologis) merupakan
faktor paling penting (most important factor) yang menentukan
performa dibanding faktor Keterampilan (Skill), dan Kebugaran
(Fitness). Faktor mental tersebut adalah confidence, concentration,
emotion control, & positive thinking.
Jika fokus kajian pada aspek teknik semata, maka argumen
tentang analisis teknik di laboratorium dapat diakui sebagai
penelitian analisis performa. Penggemar golf tentu menyadari bahwa
begitu sering ketika mulai belajar, yang dia lakukan adalah memukul
bola dengan stik golf, dan bukan mengandalkan ayunan yang baik
dan benar. Yang tidak pernah mencoba tentu bertanya, mengapa
25. 16 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
begitu susah ‘memukul’ bola sesuai apa yang dimaksud dengan
analisis performa olahraga padahal bolanya diam di atas rumput?
Orang mungkin tidak menyadari bahwa ayunan stik tidak pernah
konsisten; pemain tidak pernah mampu melakukan ayunan yang
serupa berulang-ulang. Fenomena ini dibahas dalam teori dinamik
keterampilan gerak. Jadi tujuan latihan adalah agar pegolf dapat
melakukan ayunan yang konsisten dan mahir membuat keputusan
disesuaikan dengan kondisi lapangan, jarang yang ingin dijangkau.
Bahkan keadaan rumput, seperti ketika melakukan putting di atas
green merupakan bagian dari kondisi yang mempengaruhi performa.
Analisis performa olahraga adalah penyelidikan performa
olahraga yang sebenarnya atau performa dalam pelatihan (coaching).
Apa yang membedakan analisis performa dari disiplin lain adalah
bahwa hal itu berkaitan dengan performa olahraga yang aktual;
aktivitasnya sangat spesifik tetapi kompleks yang sungguh berbeda
dengan performa yang diatur dalam kajian laboratorium, karena
pelaksanaannya terisolasi. Demikian pula datanya sangat berbeda
dengan data yang dikumpulkan berdasarkan laporan diri responden
seperti respons terhadap kuesioner, pendapat grup ahli, pengajuan
respons melalui aplikasi, dan wawancara.
Ada kasus tertentu yaitu analisis latihan menggunakan
Biomekanika berbasis laboratorium. Pendekatan ini dapat diakui
sebagai analisis performa. Jika teknik tertentu yang diteliti dan
merupakan keterampilan penting dalam olahraga yang diminati,
maka analisis biomekanik terperinci dari teknik tersebut sangat
bermanfaat untuk menganalisis analisis keterampilan yang dimaksud.
Kenyataan ini merupakan argumen yang sangat kuat dan penting
untuk memperoleh kesuksesan dalam suatu cabang olahraga. Data
terinci yang diperlukan yang tidak dapat dikumpulkan selama
kompetisi yang sebenarnya. Analisis ayunan stik golf dalam kondisi
terisolasi dalam lab, misalnya, sangat membantu untuk menemukan
di mana kesalahan gerak yang berakibat ayunan tidak sukses.
26. 17
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Dalam sebuah bab yang berjudul ‘Apa itu analisis
performa?’ Hughes dan Bartlett (2008) membahas analisis notasi dan
biomekanik. Kami berpendapat bahwa semua penelitian yang
melibatkan analisis performa olahraga yang aktual baik dalam
pelatihan atau kompetisi dapat disebut sebagai 'analisis performa'.
Sungguh berharga variabel fisiologis seperti respons detak jantung
dan akumulasi laktat darah yang dapat dikumpulkan dalam situasi
kompetisi olahraga melalui teknik pengukuran yang memungkinkan
untuk dilakukan. Fakta bahwa pengukuran yang berhubungan dengan
performa olahraga, ketimbang tes kebugaran yang dilaksanakan
dalam situasi berbasis laboratorium, merupakan penelitian yang
termasuk dalam lingkup analisis performa olahraga. Penggunaan
instrumen kuesioner dan laporan diri lainnya dalam analisis performa
terkadang dimungkinkan jika instrumen tersebut telah divalidasi
dengan menggunakan kriteria eksternal yang terandalkan. Profil
tentang ‘mood’ atau keadaan suasana hati (McNair et al., 1971) atau
tingkat skala pengerahan tenaga yang dirasakan (Spielholz, 2006)
adalah contoh pemanfaatan instrumen Borg scale ratings of hand
exertion berdasarkan laporan diri yang dapat digunakan secara
berkala untuk merekam informasi yang berguna tentang performa
atlet.
Mengapa analisis performa olahraga dilakukan?
Seperti halnya tentang pentingnya evaluasi suatu kegiatan,
analisis performa penting dilakukan untuk memperoleh data atau
informasi yang diperlukan guna membuat keputusan tentang apa
yang perlu diperbaiki atau disempurnakan. Kita sering terjebak pada
kesibukan hanya menghitung perkiraan medali dalam persiapan
menghadapi sebuah multi even. Begitu sering terungkap ‘ini target
pemerintah’ dan ‘ini target KONI’. Dengan bangga perencana
mengatakan, ‘ternyata perhitungan kami yang lebih tepat’. Namun
yang terlupakan adalah bagaimana proses memperoleh medali, selain
tidak cukup data untuk mendukung simpulan bahwa atlet siap
27. 18 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
bertanding dan memenangkan kompetisi berdasarkan pencapaian
parameter, misalnya, keterampilan teknis yang spesifik yang lebih
unggul karena tidak dikuasai oleh atlet atau tim pesaing.
Pendekatan yang menghitung target medali sebagai output
pembinaan memahami pencapaiannya bersifat mekanistik dan
cenderung mengabaikan kenyataan bahwa kompetisi olahraga
melibatkan banyak faktor dalam pola kaitan yang sangat kompleks,
seperti kesiapan atlet itu sendiri, tingkat kesulitan pertandingan,
kondisi lapangan, faktor suhu dan kelembaban. Atlet top di
Olimpaide Tokyo 2021 sebagian mengalami kesulitan ketika
mengalami tekanan suhu panas terutama atlet dari daerah beriklim
dingin. Rusli Lutan (Ketua Bidang Perencanaan dan Strategi KONI
Jabar) dalam persiapan Jabar menghadapi PON XX 2021 menyusun
sebuah analisis detail tentang sejumlah faktor yang berpotensi
mempengaruhi performa atlet. Dikemukakanya sejumlah faktor yang
mempengaruhi performa, lengkap dengan rasionalnya, seperti efek
suhu panas dan kelembaban tinggi di Papua terhadap performa
terkait proses fisiologis akibat dehidrasi. Demikian pula analisis
keuntungan tuan rumah Papua yang dikaji dari beberapa aspek,
seperti keterbiasaan dengan teritorial, tidak perlu bepergian jauh
yang melelahkan, potensi bias wasit membuat keputusan kerena
tekanan tuan rumah, termasuk nilai budaya dan bahasa, hingga
energi bertarung yang dibangkitkan oleh motif politik
penyelenggaraan yang berbaur dengan aspek psikologis juga
dipaparkan, dan masih ada faktor lainnya.
Analisis yang memahami atlet tidak serta merta berhasil
memenangkan pertandingan, meskipun didukung oleh faktor internal
yang kuat seperti atribut psikologis (motivasi berprestasi) dan
karakteristik fisikal (tinggi badan ideal) adalah berdasarkan
pemahaman bahwa betapa kompleks dan dinamis karakteristik dari
sebuah multi even olahraga, dan karakteristik olahraga itu sendiri.
Misalnya, sepakbola. olahraga beregu ini membangkitkan tuntutan
28. 19
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
tentang pentingnya pengamatan dan pengukuran guna memperoleh
pemahaman yang komprehensif tentang performa. Tentu saja, coach
suatu cabang olahraga mengatakan bahwa mereka telah melakukan
pengamatan kendati secara subjektif selama pelatihan olahraga
berlangsung. Bahkan lazim dilakukan dibentuk sebuah tim pemantau
latihan yang termasuk di dalam Satuan Tugas dengan dukungan dana
yang besar, misalnya, ketika Indonesia mempersiapkan diri
menghadapi Asian Games ke-18 Jakarta-Palembang 2018 yang lalu.
Kebanyakan coach senior sekalipun di Indonesia (kasus
dalam sepakbola) tidak mempunyai kebiasaan untuk mencatat
kejadian dalam pelatihan dan kompetisi. Mereka kebanyakan
mengandalkan ingatan belaka. Agak berbeda dengan coach asing,
seperti Marek Janota asal Polandia dan lulusan akademi olahraga
yang pernah menangani tim Persija dan Persib Bandung pada akhir
tahun 1970-an. Dia adalah mantan coach nasional tim yunior
Polandia. Dia rajin mencatat kejadian khusus dalam sebuah log
book—buku catatan harian—dengan alasan beberapa aspek terkait
dengan perilaku pemain dan performa di lapangan sering muncul
berulang kali. Informasi dalam buku harian itu dapat membantu
untuk memecahkan masalah. Contoh yang sangat baik ini pun tetap
memerlukan dukungan penelitian formal tentang analisis performa.
Biasanya coach dalam memberikan intervensi pelatihan berasarkan
observasi subyektif yang tidak reliabel dan akurat. Penyimpanan
informasi berdasarkan ingatan coach tidak cukup mampu untuk
merekam data atau fakta penting sebagai kunci performa ketika
pertandingan berlangsung dan bahkan ketika latihan berjalan.
Franks dan Miller (1986; 1991) menemukan bahwa coach
sepak bola tingkat internasional hanya mampu mengingat dengan
benar 30 persen dari faktor kunci terkait performa pemainnya selama
satu pertandingan. Sebuah studi dilakukan tentang kemampuan
mengingat dari delapan orang coach sepak bola untuk kelompok
dewasa yang memenuhi syarat dengan kualifikasi minimum level
29. 20 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
satu dalam satu atau lebih dari empat kategori pembinaan
terakreditasi oleh Asosiasi Sepak Bola Skotlandia. Syaratnya,
setidaknya coach itu menjalani enam bulan pengalaman setelah
memperoleh kualifikasi mereka (Laird and Waters , 2008). Para
coach ini secara akurat mengingat 59 persen peristiwa penting dalam
periode 45 menit permainan sepak bola. Contoh ini menegaskan
bahwa pengamatan yang tidak terekam secara sistematis dan
mengandalkan ingatan sangat lemah karena coach lupa akan
sebagian faktor kunci terkait performa timnya.
Menarik pula hasil studi Franks (1993) yang meneliti
perbandingan persepsi antara coach senam berpengalaman dan tidak
berpengalaman terkait pengamatannya terhadap dua perlombaan
hand spring yang berurutan. Coach berpengalaman lebih banyak
menunjukkan kesalahan dengan melaporkan bahwa ada perbedaan
ketika ‘seolah-olah’ tidak ada perbedaan antara penampilan pesenam.
Coach yang berpengalaman ini juga tidak mengidentifikasi adanya
perbedaan nyata dalam penampilan pesenam yang dapat melakukan
secara lebih berhasil dibandingkan dengan coach yang tidak
berpengalaman.
Karena itu alasan utama pentingnya menggunakan analisis
performa adalah untuk mengatasi keterbatasan yang dialami oleh
coach jika hanya menggunakan pengamatan subjektif. Sangat
dibutuhkan informasi yang objektif untuk mencapai pemahaman
yang lebih lengkap dari performa. Informasi ini sangat penting untuk
membantu pengambilan keputusan oleh coach guna melakukan
perbaikan selanjutnya agar performa atletnya lebih baik dan
meningkat. Di sinilah rupanya kelemahan umum pelatihan olahraga
di Indonesia karena prosesnya tidak didukung oleh informasi umpan
balik yang cukup dan akurat.
Analisis performa terutama dilakukan untuk memberikan
dukungan baik bagi atlet secara individual maupun regu. Dalam
konteks pembinaan ini, informasi objektif sering dihasilkan oleh
30. 21
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
analis performa profesional yang berhubungan dengan coach sebagai
bagian dari proses pembinaan yang melibatkan pemberian umpan
balik kepada para pemain. Indikator performa yang digunakan untuk
menilai dan memantau performa atlet juga dapat digunakan oleh
pengambil kebijakan yang terkait dengan bidang pembinaan prestasi
dalam perencanaan, pengelolaan dan pengendalian program
performa atlet elit.
Tumpang tindih antara analisis performa dan disiplin lain
Dalam beberapa topik telah terjadi tumpang tindih antara
analisis performa dan disiplin lain karena sebagian besar analisis
performa olahraga menyelidiki aspek performa yang juga menjadi
perhatian disiplin ilmu keolahragaan lainnya. Teknik analisis
biomekanik termasuk dalam lingkup analisis performa dan, oleh
karena itu, ada tumpang tindih antara analisis performa dan disiplin
biomekanik yang lebih luas. Hasil analisis gerakan untuk cabang
olahraga permainan (misalnya, sepakbola) biasanya dibahas dalam
kaitannya dengan fisiologi aktivitas intensitas tinggi yang terputus-
putus. Analisis performa tim sepakbola dalam pertandingan
profesional English Premier League 2010-2012 mengidentifikasi
bahwa prestasi suatu tim dalam beberapa indikator seperti operan,
intersepsi, penguasaan bola terpengaruh bila bertanding melawan tim
yang berbeda standar (tinggi, sedang, dan rendah). Studi ini
menunjukkan bahwa perubahan performa pemain atau tim sepakbola
berubah karena fungsi tingkat standar lawan yang akan dihadapi
(Redwood-Brown et al., 2012),dan ini dapat dijelaskan dengan
mengacu pada teori yang dikembangkan dalam psikologi olahraga.
Psikologi olahraga dan analisis performa tumpang tindih dalam
beberapa hal. Ada aspek psikologis dari komunikasi dan umpan balik
dalam konteks pembinaan yang relevan dengan studi yang
menyelidiki efektivitas dukungan analisis performa.
31. 22 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Peran umpan balik dalam penguasaan keterampilan juga
merupakan bidang yang melibatkan unsur-unsur psikologi relevan.
Beberapa aspek psikologis dari performa dapat diobservasi secara
sistematis untuk memperoleh kondisi psikologis atlet yang
merupakan bagian penting dalam peningkatan performa atlet. Aspek
psikologi tersebut seperti agresi (Shafizadeh, 2008), fokus perhatian,
arousal, bahasa tubuh dan komunikasi. Catapult Help Centre (2023)
mengungkap enam kategori (six Cs) aspek psikologi yang perlu
diperhatikan dalam analisis performa: confidence, creativity,
concentration, communication, control, commitment
(Catapultsports.com). Analisis observasi aktivitas pemain untuk
menilai risiko cedera olahraga akan tumpang tindih dengan
kedokteran olahraga. Pengembangan bakat adalah bidang ilmu
keolahragaan yang relatif baru yang memperoleh bagiannya sendiri
di Journal of Sports Sciences. Pengembangan bakat dapat diselidiki
dengan menggunakan banyak metode pelengkap termasuk analisis
performa pemain. Dengan informasi video yang tersedia untuk even
olahraga selama periode lebih dari 50 tahun, ada peran untuk analisis
observasional empiris serta observasi kualitatif dalam penelitian
sejarah olahraga. Manajemen olahraga dan pembinaan olahraga juga
menggunakan indikator performa; misalnya indikator performa
dalam performa olahraga prestasi memiliki potensi untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan terkait pendanaan oleh badan
pembinaan prestasi.
Di mana analisis performa olahraga dilakukan?
Lazimya analisis performa dilakukan pada saat pelatihan,
pertandingan uji coba dan/atau pertandingan olahraga riil secara
langsung. Diselenggarakannya siaran langsung olahraga elit di
televisi, analisis performa tidak lagi perlu dilakukan di tempat
pertandingan, meskipun banyak pekerjaan analisis performa masih
dilakukan di tempat pertandingan tersebut untuk tujuan jurnalisme,
32. 23
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
pembinaan dan penilaian. Kegiatan analisis performa dapat
dilakukan jauh dari tempat kompetisi. Analisis performa juga dapat
dilakukan di dalam laboratorium yang dibangun khusus atau lebih
fleksibel, seperti di hotel tempat tim menginap, di tempat coach pada
saat ia bepergian pulang dari pertandingan tandang. Sekarang banyak
kemudahan, yaitu analisis performa dilakukan dengan menggunakan
komputer lap top standar. Produsen sistem perangkat lunak untuk
analisis olahraga komersial telah menciptakan versi produk mereka
yang dapat beroperasi pada komputer lap top sehingga mudah
dibawa kemana-mana. Misalnya, Analisis Olahraga Elit telah
mengembangkan sistem yang memungkinkan even pertandingan
dimasukkan ke komputer ‘jinjingan’ di tempat pertandingan, karena
mungkin perekaman dengan teknik syuting tidak diizinkan. Alat
tersebut terintegrasi dengan video pertandingan yang disiarkan
secara publik jauh dari tempat kompetisi setelah pertandingan.
Kapan analisis performa olahraga dilakukan?
Dalam praktiknya, analisis performa dapat dilakukan pada
saat latihan, sebelum pertandingan, uji coba pertandingan, saat
pertandingan dan/atau setelah pertandingan. Hal itu tergantung dari
urgensi informasi yang dibutuhkan dalam rangka pengambilan
keputusan terkait performa atlet, disamping kesiapan sistem analisis
performa yang dikembangkan oleh organisasi olahraga. Ada tahapan
rutin kegiatan analisis performa yang terjadi setelah sistem yang
mapan dikembangkan dan diterima oleh mereka yang
menggunakannya. Tahap pertama adalah pengumpulan data, yang
dapat dilakukan selama atau setelah pertunjukan. Tahap kedua
adalah transformasi atau analisis data, yang dapat dilakukan selama
kompetisi berlangsung dengan menggunakan sistem yang efisien dan
dapat menelorkan hasil yang dibutuhkan ketika atau segera setelah
kompetisi. Tahap ketiga dari analisis performa adalah interpretasi
33. 24 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
dan komunikasi informasi kepada audiens yang relevan tergantung
pada tujuan dan konteksnya.
Komunikasi hasil dapat dilakukan dalam berbagai bentuk;
misalnya, tampilan urutan video yang relevan untuk seorang atlet
atau regu pemain atau sebagai bagian hasil studi akademis. Franks
(2014) menjelaskan model feed-forward yaitu performa seorang
pemain dapat dianalisis dalam situasi pelatihan dan hasilnya dapat
menginformasikan persiapan sebelum kompetisi berikutnya.
Performa yang sedang diselidiki dilakukan dalam pelatihan dan
masih dianalisis selama atau setelah pertandingan berlangsung.
Dalam konteks media, hasil dapat disajikan selama interval atau
masa jeda pertandingan atau setelah pertandingan atau bahkan
selama periode pertandingan jika diperlukan. Ketika pertandingan
dianalisis untuk tujuan penjurian, komunikasi skor yang tepat waktu
sering diperlukan. Persyaratan untuk informasi tergantung pada
kapan dan bagaimana informasi itu akan digunakan. Hal ini pada
gilirannya menentukan berapa banyak waktu yang tersedia untuk
data yang akan dianalisis. Dalam beberapa konteks akademis, hasil
bisa saja tidak dikomunikasikan selang beberapa tahun setelah even
berlangsung, sementara dalam konteks penjurian dan publikasi
media, informasi tentang pertandingan seringkali diperlukan sebelum
kontes berakhir.
Bagaimana analisis performa olahraga dilakukan?
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data untuk analisis performa, namun yang sering
digunakan adalah analisis notasi dan analisis biomekanik. Analisis
biomekanik yang sangat kuantitatif hingga analisis kualitatif.
Analisis notasi adalah metode mencatat dan menganalisis situasi
dinamis dan kompleks seperti permainan lapangan. Ini
memungkinkan data dikumpulkan dengan cara yang efisien,
memberikan pandangan abstrak tentang olahraga yang berfokus pada
34. 25
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
informasi paling penting. Dalam sistem notasi manual awal, simbol
steno dan penghitungan memungkinkan data dicatat secara efisien.
Baru-baru ini, sistem analisis notasi terkomputerisasi telah mengikuti
kemajuan dalam teknologi entri data dan memungkinkan pemrosesan
data pertandingan secara fleksibel dan sangat efisien. Sistem
pengumpulan data otomatis memungkinkan bola dilacak dalam
olahraga seperti tenis dan kriket.
Analisis performa membantu peningkatan proses pelatihan
dengan menyediakan umpan balik visual (video analysis) dan
analisis statistik (data analysis). Umpan balik secara visual baik
langsung maupun ditunda akan membantu atlet dan coach
memahami dan meningkatkan teknik, taktik, dan gerakan; sedangkan
analisis statistik dalam bentuk angka, diagram atau grafik dapat
memberikan telaah kesenjangan performa atlet dibandingkan dengan
performa lawan. Penggunaan teknologi seperti Global Positioning
System: GPS (Langley, 1999)) dewasa ini lazim digunakan, misalnya
dalam sepakbola yang digunakan untuk melacak beberapa pemain
selama pertandingan sepak bola. Beberapa sistem sepenuhnya
otomatis sementara yang lain memerlukan beberapa aktivitas dari
pihak operator selama pengumpulan data.
Beberapa penulis telah mengidentifikasi beberapa tujuan
yang berbeda dari analisis notasi dan biomekanik. Hughes (1986)
mengidentifikasi empat tujuan analisis notasi yaitu sebagai evaluasi
teknis, evaluasi taktis, analisis gerakan dan kompilasi statistik.
Kompilasi statistik adalah sesuatu yang tumpang tindih dengan tiga
tujuan lainnya sehingga tujuan analisis notasi direvisi menjadi lima
tujuan (Hughes, 1998): evaluasi teknis, evaluasi taktis, analisis
gerakan, pelaksanaan pendidikan coach dan pelatihan pemain, dan
pemodelan performa dengan menggunakan database analisis
pertandingan.
Hughes dan Bartlett (2008) menggambarkan kesamaan
antara analisis notasi dan biomekanik termasuk tujuan umum kedua
35. 26 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
pendekatan tersebut. Kedua pendekatan ini sama-sama
memanfaatkan pelajaran dari even untuk meningkatkan performa
masa depan. Biomekanika memungkinkan untuk menganalisis detail
teknik yang baik dan yang buruk. Ketimbang hanya mengidentifikasi
teknik apa yang perlu ditingkatkan, analisis biomekanik juga
membantu untuk menentukan cara meningkatkan teknik yang
diperlukan. Biomekanika juga berperan dalam mengidentifikasi
teknik yang berpotensi menimbulkan cedera (Bartlett, 1999).
Selanjutnya, Lees (2008) menjelaskan bagaimana teknik analisis
melibatkan identifikasi kesalahan teknis dan tahap diagnosis serta
tahap remediasi. Meskipun ada perbedaan antara biomekanik dan
analisis notasi, salah satu kesamaannya adalah tujuannya yaitu
membantu meningkatkan performa. Dua tahap analisis teknik yang
dijelaskan oleh Lees (2008) sangat mirip dengan cara analisis
performa yaitu analisis notasi dan penyampaian umpan balik berbasis
analisis notasi diintegrasikan dalam proses pembinaan atlet.
Pendekatan yang digunakan dalam analisis performa bisa
dilakukan secara kuantitatif, kalitatif, dan bahkan kombinasi atau
campuran kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif telah
digunakan dalam studi observasional di bidang sosial budaya
olahraga dan memiliki potensi untuk analisis observasional performa
olahraga. Kekuatan analisis kualitatif adalah bahwa data yang dicatat
tidak terbatas pada serangkaian peristiwa yang telah ditentukan
sebelumnya, dan data tersebut dapat disuplementasikan sebagai
pengayaan data dari hasil analisis kuantitatif secara statistik data
lapangan atau lab.
Dalam risalah ini seperangkat tujuan analisis performa
(sesuai aspek yang dianalisis) diajukan pada Tabel 1.1 berikut
dengan maksud untuk digunakan sebagai acuan bagi kepentingan
pemain, coach dan wasit.
36. 27
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Tabel 1.1 Tujuan Analisis yang Sesuai dengan Kepentingan
Berbeda
Aspek yang dianalisis Pemain Coach Wasit
Teknik YA
Efektivitas teknis YA
Evaluasi taktis, pembuatan keputusan YA YA YA
Gerakan YA YA
Aspek perilaku/pikologis YA YA YA
Analisis teknik mencakup pengujian performa latihan pada
saat keterampilan utama olahraga sedang diselidiki. Tujuan ini dapat
diterapkan pada penelitian analisis performa untuk kelompok usia
yang berbeda, peserta atlet elit, dan peserta atlet non-elit atau peserta
dalam kegiatan rekreasi. Masalah risiko cedera termasuk topik kajian
dalam analisis gerakan dan analisis teknik. Topik proses coaching
tidak akan memenuhi syarat sebagai tujuan analisis performa sebab
topik ini terlalu luas dan harus diselidiki melalui berbagai analisis
dengan melibatkan coach dan pemain sebagai sumber data. Tujuan
dari analisis notasi termasuk kompilasi statistik, pendidikan coach
dan pemain, pengembangan database performa dan pemodelan
performa (Hughes, 2008) merupakan tujuan yang luas dari analisis
performa, namun dapat dipilah menjadi tujuan spesifik yang berbeda.
Misalnya, ketika database performa dikembangkan, database tersebut
akan mencakup data teknik, efektivitas teknis, taktis, perilaku,
pergerakan dan pengambilan keputusan. Kontrol motorik dan kontrol
neuromotorik bukanlah tujuan analisis performa tetapi termasuk
penjelasan teknik.
Analisis performa terutama dilakukan untuk memberikan
dukungan baik bagi atlet secara individual maupun regu. Dalam
konteks pembinaan ini, informasi objektif yang dihasilkan oleh
analis performa profesional, diakumulasi dengan analisis dari
observasi coach, kemudian dibandingkan performa atlet sebelumnya
37. 28 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
dapat digunakan sebagai bahan diskusi intensif dengan atlet bersama
coach untuk menyusun program pelatihan sebagai bagian dari proses
pembinaan (Maslovat & Franks, 2008). Indikator performa kunci
yang digunakan untuk menilai dan memantau performa atlet juga
dapat digunakan misalnya oleh Ketua Bidang Pembinaan Prestasi
(BINPRES) dalam perencanaan, pengelolaan dan pengendalian
program performa elit.
Analisis performa juga dilakukan dalam cabang olahraga
yang prestasinya ditentukan berdasarkan penilaian. Untuk
memberikan nilai kepada penampilan atlet pada olahraga senam,
renang indah, atau loncat indah, juri perlu mengamati penampilan
atlet dan pemberian nilai itu dilakukan sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, seperti tingkat kesulitan. Sistem penilaian
terkomputerisasi yang digunakan dalam tinju amatir membutuhkan
lima orang hakim untuk mengamati kontes, memberikan skor kepada
seorang petinju yang melakukan pukulan yang “bertenaga” sesuai
dengan pedoman. Pukulan dilakukan dengan bagian buku jari dari
sarung tangan, memukul bagian depan kepala atau batang tubuh
dengan beban penuh yaitu bahu di belakang pukulan. Apa pun
manfaat dari sistem penilaian terkomputerisasi untuk tinju amatir,
atau sistem yang lebih subjektif yang pernah diterapkan sebelumnya,
merupakan fakta bahwa para juri tetap harus mengamati dan
menganalisis performa. Dengan demikian penjurian seperti itu
termasuk ke dalam definisi analisis performa olahraga.
Analisis Performa dalam Praktik
Analisis performa pada hakikatnya dapat dibagi dalam dua
kategori yaitu Notational Analysis dan Motion Analysis (Hughes &
Franks, 2004; Hughes & Barlett, 2004). Notational Analysis
memfokus apada analisis performa individu atau tim berdasarkan
indikator kunci, misal jumlah melakukan takel, keberhasilan
mengoper bola, kemampuan memukul bola (untuk individu, atau
38. 29
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
penguasaan waktu, jumlah tembakan selama bermain (untuk tim).
Motion Analysis, antara lain memfokus pada karakteristik gerakan
dan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atlet. Misal, analisis
keterampilan gerak dalam lempar lembing dilakukan dengan
menganalisis poin kunci (key point) seperti posisi kepala, lengan,
tungkai dan saat melepas lembing. Analisis dilakukan dengan
bantuan video untuk mengetahui sudut persendian, kekuatan yang
dihasilkan, rotasi tubuh, dan sudut lemparan. Analisis biomekanik ini
dapat untuk mengidentifikasi tingkat kelelahan dan beban latihan
disamping kesalahan dalam gerakan untuk menghindari cedera
olahraga.
Sumber: Adaptasi dari Chan (2019:1)
Analisis performa bukan dimaksudkan untuk menilai suatu
pertandingan, tetapi lebih utama pada program latihan dalam upaya
meningkatkan performa atlet. Gambar di atas merupakan siklus
analisis performa olahraga dalam pelatihan yang terdiri atas tahap-
tahap: Penampilan (Performa), Observasi (pengumpulan data),
Analisis (secara visual dan data) dan Interpretasi (menafsirkan dan
39. 30 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
mengkomunikasikan kekuatan dan kelemahan untuk umpan balik),
Perencanaan (remediasi program latihan), dan Persiapan (menuju
performa).
Analisis performa merupakan fenomena yang kompleks
yang dewasa ini telah berkembang pesat dan diaplikasikan serta
dipromosikan dengan berbagai program secara online di media
massa. Seorang tokoh Rob Carroll sebagai analis performa terkenal
dari Irlandia, telah mengembangkan dan menerapkan serta bekerja
sebagai konsultan dan penasihat dalam berbagai organisasi olahraga.
Dia mengembangkan Webpage The Video Analyst berisi informasi
lengkap tentang analisis performa berupa tutorial, kursus, interviu,
lapangan pekerjaan, dan banyak lagi yang bermanfaat bagi siapa saja
yang berminat terhadap bidang analisis performa olahraga. Seperti
telah dikemukakan bahwa istilah seorang ahli dalam Statistik
Olahraga lebih dikenal ketimbang Analisis Olahraga, khususnya di
Amerika Serikat dan Australia. Beberapa tahun lalu, penggunaan
istilah analisis statistik merujuk pada kegiatan analisis olahraga
dengan memanfaatkan data statistik, yang biasanya menjadi minat
para wartawan olahraga. Contoh, dalam seksi statistik olahraga ASA
didapati bahwa pada tahun 1992 adanya Joint statistical meeting
dengan tujuan mempromosikan pendidikan statistik pada umumnya,
dan membuat statistik dapat diakses oleh orang-orang yang tertarik
olahraga.
Istilah Sports Statistician adalah ahli statistik bidang
olahraga menganalisis data sehubungan dengan even olahraga,
seperti baseball, sepakbola, atau bolabasket. Pengumpulan data dan
perekaman data, serta analisis data secara okasional secara live pada
saat pertandingan. Analisis statistik dilaksanakan dalam dua bentuk:
(1) konsultansi akademik, dan perekaman data secara “live” dan
“real time”. Kedua profil tersebut sering dilakukan oleh
perkumpulan olahraga dengan melibatkan secara bersama antara
konsultan statistik dan institusi dan/atau pemain. Pengertian
40. 31
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
statistikawan olahraga tidak saja ahli dalam statistik, tetapi juga
dalam bisnis khususnya dalam menyediakan informasi yang cepat
dan tepat dalam pengambilan keputusan. Makanya, sering ada istilan
sabermetrics for business.
Dari sisi bisnis analisis olahraga (sports analytics),
dijelaskan oleh seorang analis terkenal Ben Almar (2013), profesor
dari Columbia University, New York. Sebelum itu, dia menjadi
Direktur Analisis Olahraga di ESPN dan bekerja di tim NBA,
termasuk Oklahoma City Thunder selama 5 tahun. Ia juga sebagai
pendidik dan editor Jurnal Quantitative Analysis in Sports, jurnal
pertama pofesional tentang penelitian sports analystics. Ben Alamar
(2013) menerbitkan buku Sports analytics: a guide for coaches,
managers, and other decision makers. Buku tersebut
mendeskripsikan analisis olahraga di beberapa bidang, berapa
banyak analisis olahraga yang diperlukan dalam suatu tim,
bagaimana memperoleh informasi, dan bagaimana mereka melihat
pemanfaatan jurusan/bidang analisis. Buku tersebut mendeskripsikan
tujuan dan pemanfaatan data dalam olahraga. Di bagian akhir buku
disajikan contoh dan refleksi terkait implementasi analisis dalam
suatu organisasi dan bagaimana menghubungkan pekerjaan untuk
pengambilan keputusan dan analis performa olahraga, termasuk
bagaimana mengembangkan suatu jurusan/bidang analisis olahraga
yang sukses. Buku tersebut menarik untuk dijadikan pegangan dan
pengingat bagi pemimpin organisasi olahraga yang merencanakan
dan mengembangkan jurusan/Prodi analisis olahraga.
41. 32 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Sumber: (Untitled image of Ben Alamar’s book, s.f, Taken from
https://cup.columbia.edu./book/sports-analytics/9780231162920.
Menurut Ben Almar & Vijay Mehrotra (2011) dalam
editorial Analytics Magazine, sports analytics didefinisikan sebagai:
“the management of structured historial data, the application of
prredictive analytical models that use that data, and the use of
information systems to inform decision makers and help their
organizations gain a competitive advantage on the field of play.
Definisi ini bersifat luas (dalam arti tidak hanya memasukkan model
statistik, tetapi nilai informasi yang lebih luas terkait model) dan
khusus (dalam arti tidak memasukkan aplikasi analisis tradisional
seperti tuntutan peramalan, pengelolaan pendapatan dan model
finansial—dimana semua ini relevan untuk bisnis olahraga
profesional).
42. 33
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Sumber: Adaptasi dari Alamar & Mehrotra (2011)
Berikut ini digambarkan kerangkakerja analisis olahraga
yang melingkupi komponen manajemen data, model analisis untuk
membangun sistem informasi dan pengambilan keputusan (lihat
gambar).
Dalam upaya mendukung Pemusatan Latihan Daerah
(Puslatda) KONI Jawa Timur menuju PON XX Papua 2020 dan
PON XXI Aceh dan Sumut 2024, Toho Cholik Mutohir selaku
Direktur Badan Sports Sciences (BSS) KONI Jawa Timur telah
mengembangkan sistem analisis performa dalam Sistem Informasi
Performa Olahraga (SIPO) sebagai bidang yang penting dalam
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data dari bidang
Kesehatan, Fisik, Psikologis dan Biomekanika secara terintegrasi
berbasis jaringan web. BSS bertugas khusus memfasilitasi atlet dan
pelatih serta pengambil kebijakan (Badan Pelaksana Puslatda) untuk
peningkatan kualitas pelatihan dalam rangka pencapaian performa
43. 34 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
atlet tingkat tinggi. Berikut ini, dipaparkan beberapa contoh analisis
performa yang telah dilakukan oleh Bidang Biomekanika BSS KONI
Jawa Timur dalam mendukung Puslatda Jawa Timur.
Pada saat melakukan monitor dan evaluasi perkembangan
prestasi atlet dalam olahraga, misalnya renang, suatu analisis
biomekanika khususnya kinematika dapat dilakukan. Pemanfaatan
alat Heart Rate Monitor dan dibarengi dengan kamera underwater
serta Global Positioning System (GPS) “TritonWear” (Swimswam,
2015) sangat membantu untuk memperoleh data terkait dengan
berbagai parameter yang diperlukan sesuai kebutuhan atlet dan
coach. Data yang diperoleh dapat dapat dianalisis secara sederhana
dengan mentransfer data kasar (raw data) ke dalam Excel dan
selanjutnya dapat dihitung dengan bantuan Excel tersebut sehingga
dapat ditunjukkan secara statistik kondisi performa atlet sesuai
parameter yang dikehendaki seperti Underwater, Stroke Frequency
(SF), Swimming Velocity (SV), Stroke Length (SL), Stroke Rate (SR).
Underwater adalah posisi atlet pada saat masuk air (menyelam)
setelah jump start sampai muncul ke permukaan air. Posisi
Underwater ini merupakan poin penting bagi atlet karena memiliki
keuntungan secara mekanika (mechanical advantage) sepanjang
kurang 15m. Jarak tempuh saat posisi Underwater sangat
menguntungkan bagi atlet dalam mempercepat waktu daripada atlet
pada posisi di permukaan. Stroke Frequency (SF) diperoleh dengan
berapa kali seorang atlet renang melakukan stroke dalam jarak
tempuh tertentu. Stroke (1 cycle) dimaknai satu gerakan kayuhan
lengan kiri dan kanan. Swimming Velocity adalah jarak tempuh
dibagi waktu yang dicapai. Stroke Length (SL) atau Distance Per
Stroke (DPS) adalah jarak yang dicapai atlet ketika melakukan
stroke. Stroke Length (SL) didapat dari hasil Swimming Velocity
dibagi dengan Stroke Rate (m per cycle). Travel Time adalah waktu
tempuh yang dicapai atlet sepanjang lintasan yang ditempuh (50m,
100m, 200m dst). Stroke Rate (SR) diperoleh dari hasil bagi Stroke
44. 35
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Frequency (SF) saat renang dengan kecepatan pada jarak tertentu
(dari 25m ke 50m dan dari 75m ke 100m) dalam menit (cycle per
menit) (Lätt, E., et.al., 2010).
Analisis performa secara kinematika telah dilakukan oleh
Rizkanto & Rusdiawan (2021) terhadap atlet renang Indonesia
(termasuk atlet Jawa Timur) yang mengikuti the 2019 Indonesia
Open Aquatic Championship (IOAC) Metode deskriptip kuantitatif
diterapkan kepada subyek sebagai finalis renang gaya bebas saat
renang 50 m dan 100 m. Penelitian dilakukan di kolam renang GBK
Jakarta (2019). Pengumpulan data dilakukan dengan Kamera merek
Sony Rx-10 Mark IV dengan full HD resolution dengan setting 100
fram per detik (fps). Kamera diletakkan pada stands tertinggi dengan
jarak 25m dari kolam renang yang panjangnya 50m. Hasil rekaman
video dianalisis secara kinematika, termasuk SF, SV, SL dan SR.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan bantuan
program SPPs versi 2.0 untuk menghitung rerata, standard deviasi,
dan nilai t-test (free sample) guna membandingkan nilai kinematik
nomor renang 50m dan 100m gaya bebas putera. Diidentifikasi untuk
renang gaya bebas 50 m dan 100m memiliki karakteristik parameter
yang sama, yaitu dalam Stroke Frequency (SF), Stroke Length (SL),
dan karakteristik parameter berbeda yaitu dalam Swimming Velocity
(SV) dan Stroke Rate (SR). Untuk mendapatkan kecepatan
maksimum perenang dianjurkan untuk meningkatkan parameter
Stroke Length (SL) dan Swimming Velocity (SV). Disamping itu,
parameter lain seperti Start, Underwater, Height, Arm Length juga
perlu diperhitungkan. Penelitian analisis performa seperti ini dapat
dilakukan dengan bantuan Biomekanika Olahraga dengan
memanfaatkan alat “Triton Wear” (Swimswam, 2015). Informasi
hasil analisis performa dapat digunakan sebagai umpan balik yang
bersifat diagnostik sehingga dapat digunakan untuk peningkatan
prestasi renang, terutama untuk memperbaiki aspek-aspek yang
masih lemah dan perlu ditingkatkan (Rizkanto & Rusdiawan, 2021).
45. 36 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Gambar Triton Wear
Sumber: https://swimswam.com/tritonwear-makes-superior-
swimmers-with-revolutionary-technology/
Pengambilan data dalam penelitian analisis kinematika oleh
Rizkanto & Rusdiawan (2021) dilakukan dengan menggunakan
rekaman dengan kamera berkecepatan tinggi dari darat yang berjarak
25m dari kolam. Kondisi ini menghilangkan pengaruh dari parameter
awalan (jump start), pembalikan (reversal), dan bawah air
(underwater), sehingga hal ini menjadikan keterbatasan penelitian.
Untuk mengatasi keterbatasan itu, dan agar dapat menegaskan
pengaruh ketiga parameter tersebut diperlukan peralatan lain, yaitu
kamera bawah air. Data yang dapat dikumpulkan dari hasil
perekaman pada saat kompetisi sesungguhnya atau saat test-time trial
dengan peralatan yang memadai akan lebih memudahkan untuk
analisis performa lebih mendalam. Rekaman tersebut dapat langsung
dianalisis atau ditransfer misalnya ke tautan You Tube agar diakses
oleh penganalisis perfoma. Dari analisis data tentang Frekuensi
Stroke, Stroke Length (Distance Per Stroke), Stroke Rate (Stroke
Cycle-lengan kiri & kanan per second), Time (Waktu Capaian),
Speed (Kecepatan meter/second), Underwater (Saat Start-masuk air
dan muncul keluar/mulai stroke), Stroke Index. Data tersebut dapat
dibuat grafik yang menggambarkan performa atlet saat berenang
ditinjau dari berbagai aspek. Sebagaimana diilustrasikan dalam
46. 37
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
penelitian di atas, analisis performa pada atlet renang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik performa ditinjau
dari berbagai indikator atau parameter seperti Stroke Frequency (SF),
Stroke Rate (SR), Stroke Length (SL), Travel Time (TT) & Swimming
Velocity (SV). Analisis performa dengan metode yang sama dapat
digunakan untuk memonitor dan evaluasi kemajuan performa atlet
rowing dan sekaligus dapat memberikan informasi strategis bagi atlet
rowing, misalnya pada jarak berapa atlet menaikkan kecepatan dan
kayuhan atau Stroke Rate (SR), dan pada jarak berapa atlet
menaikkan distance per stroke (Stroke Length) dan mempertahankan
kecepatan, serta pada jarak berapa meter mulai menaikkan kecepatan
(Rowing Velocity) dan Stroke Rate (SR) saat menjelang finish.
Penerapan analisis gerak dalam olahraga renang dan selam.
Pengalaman Tim Biomekanika dari Badan Sports Sciences KONI
Jatim (Awang, 2021) dalam melakukan analisis gerak terhadap atlet
renang dan selam menarik untuk dipaparkan. Setiap atlet (renang
atau selam) berdasarkan kesepakatan bersama coach dan petugas
Tim Biomekanika bersedia untuk dilakukan perekaman dengan
kamera high speed pada waktu dan dan tempat di kolam renang yang
ditetapkan. Tim Biomekanika datang lebih awal untuk persiapan dan
pemasangan peralatan yang digunakan untuk perekaman. Setiap
individu atlet diminta untuk melakukan jump start, posisi bawah air
(underwater), dan pembalikan (reversal), kemudian perekaman
dilakukan saat atlet di atas air dan di dalam air dengan bantuan
kamera. Posisi kamera berada di samping atlet, ketika ia melakukan
jump start. Demikian pula, posisi kamera berada di samping
mengikuti gerakan atlet selama di dalam air dan saat pembalikan.
Pada saat ini, perlu diperhatikan posisi badan, dari kepala, posisi
lengan, panggul dan tolakan tungkai. Analisis data hasil rekaman
dilakukan dengan bantuan Software 2D Movement Analysis Kinovea
atau dengan Golf Coach. Hasil analisis, dapat diberikan kepada atlet
dan coach sebagai umpan balik, kemudian didiskusikan bersama
47. 38 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
antara Tim Biomekanika dan atlet serta pelatih. Hasil diskusi
membuahkan kesepakatan perihal gerakan apa sesuai coaching point
yang perlu ditingkatkan dan bagaimana langkah-langkah sesuai
tahapan yang harus dilakukan oleh atlet dengan bimbingan coach.
Setelah melakukan latihan perbaikan teknik gerakan dan pada waktu
yang ditentukan (misalnya setelah 4-6 minggu latihan) sesuai
kesepakatan dilakukan perekaman ulang dengan tujuan untuk
memonitor dan evaluasi kemajuan gerakan teknis yang dilakukan
oleh atlet telah efisien dan sesuai harapan atlet dan coach.
Gambar Statistik Perenang/Peselam dalam analisis 50 m
Sumber: Dokumen Pribadi
Menjadi Seorang Analis Performa Olahraga
Apakah yang menjadi motif Anda menjadi seorang analis
performa olahraga? Pertanyaan ini erat kaitannya dengan folosofi
atau pandangan hidup Anda. Barangkali Anda tertarik profesi itu
karena dorongan teman, dorongan orang tua, pengaruh lingkungan
masyarakat, atau minat Anda untuk terjun mendedikasikan hidup
dalam profesi seorang analis performa olahraga. Apapun motifnya,
pasti Anda tertarik dan senang menjadi profesi seorang analis
performa olahraga. Apakah Anda harus memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap atau nilai terhadap profesi analisis performa
olahraga dalam cabang olahraga tertentu?
Sejatinya tidak ada resep khusus berupa pengetahuan,
keterampilan dan nilai serta pelatihan tertentu agar Anda menjadi
seorang analis performa olahraga yang hebat, kecuali sejumlah
pengalaman dan kemauan Anda untuk belajar meningkat diri secara
48. 39
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
berkelanjutan. Semakin maju dan kompleknya upaya pencapaian
performa olahraga kebutuhan akan analis performa olahraga semakin
diperlukan.
(1) Memahami cabang olahraga tertentu yang menjadi minatnya
secara mendalam (tidak hanya sekedar strategi, taktik dan
teknik, tetapi juga masalah fisik, psikologi dan sosial);
(2) Memiliki pengetahuan tentang tim dan pelatih serta
kompetisi yang diikuti oleh tim;
(3) Memiliki semangat dalam entrepneurship dan aplikasi
teknologi khususnya dalam mengadaptasi perangkat lunak,
platform dan tool yang ada sekarang ini;
(4) Memiliki keterampilan analisis secara kuantitatif dan
kualitatif, termasuk memahami dan menginterpretasi data
statistika dan menkomunikasikan dengan tepat;
(5) Mampu bekerjasama dengan pelatih, atlet dan klub atau
organisasi olahraga tempat bekerja.
Apa lingkup bidang yang dianalisis oleh seorang analis
performa olahraga tergantung penugasan yang diberikan oleh coach
atau klub/organisasi yang memberi tugas. Contoh, dalam sepakbola,
lingkup bidang yang dianalisis meliputi performa fisik, teknik
(contoh, operan, tembakan, atau gerakan teknik), taktik (penguasaan
bola, pertahanan daerah, penyerangan), psikologis (seperti semangat,
kontrol emosi), dan pencegahan cedera.
Pada tingkat awal Anda dapat melakukan analisis terhadap
foto atau rekaman video dengan memanfaatkan software yang ada
(seperti Nacsport, Longo match, ERIC sport, atau Sportcode). Jadi,
Anda bisa memulai karier seorang analis olahraga sebagai analisis
foto, video, performa (taktik, teknik), atau data olahraga. Dalam
bekerja, Anda sebagai seorang analis performa olahraga dapat
bekerjasama langsung dengan (1) coach yang menangani tim/klub
olahraga, (2) orang yang bertanggung jawab tentang pemanduan
49. 40 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
(scouting) profil pemain, (3) akademisi yang memiliki kepakaran
dalam bidang analis performa olahraga, (4) analis pertandingan, (5)
analis komentator olahraga, atau (6) analis data olahraga (ahli
statistik olahraga).
Dianjurkan apabila Anda tertarik dan akan mendedikasi diri
pada profesi analisis performa olahraga, maka seyogyanya Anda:
(1) Memahami dengan baik tentang cabang olahraga yang
digeluti;
(2) Memiliki mentor untuk tempat bertanya;
(3) Belajar dan berlatih secara berkelanjutan;
(4) Memiliki keterampilan dalam statistik, analisis dan program
computer;
(5) Memahami perangkat lunak analisis statistika, manajemen
data, dan visualisasi.
(6) Memiliki keterampilan komunikasi lisan dan tulis.
50. 41
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
KETELADANAN PERGURUAN TINGGI
KEOLAHRAGAAN UNTUK MEMBANGUN
MASA DEPAN OLAHRAGA MASYARAKAT
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.
Guru Besar Analisis Kebijakan Pembangunan Olahraga pada
Fakultas Keolahragaan (FKOR) Universitas Sebelas Maret
Surakarta
e-mail: agus_k@staff.uns.ac.id
Masa Depan Olahraga yang Multidimensional
lahraga dibangan pada masa kini untuk mewujudkan dan
memperkuat nilai utilitas kekinian dan utopia di masa
mendatang. Membangun olahraga memiliki esensi yang
lengkap dalam perspektif peningkatan yang memultidimensional.
Membangunnya berarti melakukan ikhtiar sistematis dan sistemuk
untuk mewujudkan peningkatan dari sisi development of sport dan
sekaligus development through sport. Terdapat orientasi permanen
untuk mewujudkan kejayaan olahraga, sekaligus bersimbiosis
dengan orientasi humanisasi untuk membangun kesejahteraan
O
51. 42 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
melalui olahraga. Lebih jelasnya pembangunan olahraga itu
berhubungan dengan lini strategis untuk menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang digdaya dalam prestasi olahraga yang
membanggakan. Pada sisi lain olahraga seyogyanya menjadi leading
sector untuk mewujudkan kesejahteraan atau well being yang
berkonotasi menyehatkan, mendamaikan, dan juga memakmurkan.
Dalam perspektif yang demikian, olahraga memang seharusnya
ditempatkan sebagai instrumen untuk mewujudkan tujuan yang
paripurna. Model Double Decker dapat digunakan untuk
mengilustrasikan aspek keragaan postur olahraga yang sedang
bergerak menuju masa depan. Gambar 1 berikut dapat digunakan
untuk mengilustrasikan tentang kohesivitas kejayaan dan
kesejahteraan olahraga.
Gambar 1. Model Double Decker Perspektif Pembangunan
Olahraga untuk Kohesivitas dalam Kejayaan dan
Kesejahteraan (Model Agus Kristiyanto).
52. 43
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Kesejahteraan lebih memfokus pada nilai pembangunan
olahraga sebagai instrumen untuk menciptakan nilai kesehatan,
kedamaian dan kemakmuran. Kesehatan diwujudkan melalui nilai
pragmatis olahraga oleh masyarakat pada umumnya. Olahraga
merupakan aktivitas sistematis yang menyehatkan secara fisik,
mental, dan sosial. Kedamaian merupakan buah “lezat” dari tegaknya
sportivitas dan fair-play, sedangkan kemakmuran adalah nilai
ekonomis yang terkandung dalam bentuk konsekwensi logis nilai
barang, jasa, serta aneka multiplier effect yang ditimbulkan dari
aktivitas atau event olahraga. Membangun masa depan olahraga
masyarakat menjadi sebuah tantangan besar strategis untuk
mewujudkan kesejahteraan bangsa di dalam olahraga, serta
kesejahteraan bangsa melalui olahraga.
Pada penghujung 2021 telah terbit Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga
Nasional (DBON). Sebagai sebuah perencanaan strategik yang besar,
DBON telah sukses disosialisasikan ke berbagai kota besar terpilh
se-Indonesia pada penghujung Tahun 2021. Masyarakat kini sudah
sangat memahami bahwa DBON memiliki tiga tujuan utama, yakni:
(1) meningkatkan budaya olahraga, (2) meningkatkan kapasitas,
sinergitas, dan produktivitas olahraga prestasi, dan (3) meningkatkan
ekonomi nasional berbasis olahraga. Kerangka kerja (frame work)
apa yang semestinya menjadi orientasi bersama, memang sebaiknya
sudah mulai dilakukan di tahun ini. Setiap orang akan “memandang
langit yang sama” pada saat mereka melakukan aksi berkontribusi
mewujudkan tujuan DBON dari posisinya masing-masing.
Pertama, membangun olahraga masyarakat berhubungan
dengan upaya menumbuhkan gaya hidup sehat-aktif di masyarakat,
karena hal tersebut merupakan orientasi untuk mewujudkan masa
depan masyarakat yang berbudaya olahraga. upaya meningkatkan
budaya olahraga semestinya dilakukan dengan menumbuhkan angka
partisipasi, kebugaran, literasi fisik, dan angka kecukupan ruang
53. 44 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
terbuka olahraga dalam satu paket. Formula baru wajib ditambahkan
untuk membangun habituasi, intervensi, dan keteladanan dalam
membangun gaya hidup sehat aktif sepanjang hayat. Jalur yang
digunakan adalah informal, formal, dan nonformal. Sasaran khalayak
adalah masyarakat usia 10 tahun ke atas. Tantangan dasarnya pada
angka partisipasi kondisi existing yang baru sekitar 32 %, sementara
angka kebugaran 24 %. Tidak cukup diselesaikan dengan
menumbuhkannya secara linear dari tahun ke tahun, tetapi harus
tumbuh secara eksponensial menuju capaian ideal kelak di tahun
2045.
Kedua, upaya meningkatkan kapasitas, sinergitas, dan
produktivitas olahraga prestasi dilakukan dengan cara yang sangat
spesifik. Kapasitas berorientasi pada soal kelayakan, kompetensi,
integritas, dan dedikasi SDM olahraga. Sinergitas merujuk pada
jalinan integral antarkomponen yang berkontribusi menumbuhkan
secara kuat performa olahraga. Simbiosis yang dibangun berupa
simbiosis mutualisme dan komensalisme, bukan parasitisme.
Bekerja-sama lebih ditekankan, bukan yang penting sama-sama
bekerja. Selanjutnya Merit system sudah selayaknya menjadi “kiblat”
dibalik semangat sinergitas yang terus ditumbuhkan. Iklim rekrutmen
atlet, wajah kompetisi, serta berbagai ikhtiar pengembangan apresiasi
kepada para insan olahraga tumbuh makin membaik.
Esensi dari produktivitas adalah menghasilkan “produk
luaran” yang sangat tergantung dari mutu raw input, mutu input
lingkungan serta mutu tranformasi (proses) dari sebuah “mesin
produksi”. Produktivitas olahraga prestasi sebenarnya sudah sangat
terbantu dengan kebijakan tentang 14 Olahraga Prioritas di DBON.
Meskipun barangkali masih ada sikap pro-kontra, namun
memberikan skala prioritas dapat menyebabkan sistem kerja “mesin
produksi” bekerja efektif dan lebih efisien. Informasi tentang sistem
promosi dan degradasi atas 14 Cabor Olahraga Prioritas perlu secara
transparan disampaikan ke publik untuk memicu produktivitas
54. 45
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
prestasi Cabor yang saat ini belum termasuk Cabor prioritas.
Ketiga, peningkatan ekonomi berbasis olahraga selalu
dihubungkan dengan potensi besar Sport industry dan Sport tourism
yang belum tergarap secara optimal. Ekonomi berbasis olahraga
tumbuh di berbagai event olahraga berjenjang dalam bentuk
kejuaraan maupun festival. Ekonomi olahraga dipersyarati oleh
pertumbuhan angka partisipasi masyarakat dalam berolahraga.
Partisipasi yang tinggi akan mendongkrak volume kebutuhan barang
dan jasa. Dari Laporan Sport Development Index (SDI) 2021-2022
dapat disampaikan bahwa angka estimasi belanja barang dan jasa
olahraga masyarakat Indonesia dalam satu tahun adalah sebesar
Rp43,8 Trilyun. Sebuah angka fantastis sebagai akibat langsung
animo kolektif masyarakat dalam berolahraga. Nilai ekonomi
semakin dahsyat manakala diuraikan secara lebih luas lagi pada
ranah lain Sport industry dan Sport tourism.
Nomenklatur Baru Olahraga Masyarakat
Terbitnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2022 Tentang
Keolahragaan memberikan berbagai konsekwensi baru serta
“kejutam baru” dalam penata-laksanaan keolahragaan secara
nasional. Salah satu yang terlahir sebagai “nomenkalutur baru”
lingkup olahraga adalah lingkup olahraga masyarakat. Olahraga
masyarakat tidak saja mengganti istilah olahraga rekreasi yang
dikenal sebelumnya, tetapi memberikan definisi lengkap yang
terbarukan secara filosofis, yuridis, historis, dan akademis. Gambar 2
berikut memperjelas definisi olahraga masyarakat.
55. 46 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Gambar 2. Definisi Yuridis “Nomenklatur Baru” Olahraga
Masyarakat
Terdapat amanah tambahan yang wajib digarisbawahi, yakni
“secara terus-menerus” dalam definisi yuridis formal olahraga
masyarakat. Secara terus menerus artinya dapat dipahami sebagai
sebuah keperilakuan habituasi secara personal dan/atau kolektif
jangka panjang. Dengan kata lain, mencapai tujuan untuk kesehatan,
kebugaran dan kegembiraan diperlukan model-model intervensi yang
mengarah pada pembudayaan di masyarakt luas. Hal tersebut
berbeda dengan definisi olahraga rekreasi yang cenderung dipahami
sebagai aktivitas olahraga untuk mengisi waktu luang semata.
Paradigma olahraga rekreasi adalah rekreasi dengan aktivitas
olahraga. Paradigma olahraga masyarakat pun sebaiknya bergeser
dalam memahami waktu luang tersebut.
56. 47
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Orientasi pemenuhan kebutuhan untuk sehat, bugar, dan
gembira dilakukan dengan berolahraga di waktu luang. Perlu ada
upaya menggeser mindset publik dari “olahraga pada waktu luang”
menjadi “meluangkan waktu untuk olahraga”. Olahraga menjadi
sebuah kebutuhan sebagaimana seseorang perlu berkesempatan
untuk minum sebelum merasakan haus secara intens. Dari hasil
beberapa riset telah menunjukkan bahwa rasa haus seseorang baru
muncul 3-4 jam setelah secara fisiologis dirinya sebenarnya telah
menuntut dan memerlukan asupan air. Artinya, demi untuk
menghindari peluang dehidrasi, seseorang perlu minum tanpa
menunggu datangnya rasa haus. Hal tersebut berbeda dengan
mekanisme rasa lapar yang merupakan sinyal seketika. Orang
sebaiknya makan hanya ketika sudah merasakan lapar. Begitulah
orientasi pemenuhan kebutuhan olahraga masyarakat yang ke depan
harus didesain dengan cara membangun pilihan keperilakuan yang
bukan hanya aktif, tetapi juga pro-aktif.
Terdapat setidaknya 5 (lima) fakta empirik yang menuntut
usaha memenuhi kebutuhan sehat, bugar, dan gembira sebagai
bentuk aktivitas yang terus menerus (habituasi. Budaya). Fakta
empirik tersebut meliputi; (1) peta alasan utm berolahraga pada
masyarakat Indonesia, (2) rata-rata jumlah langkah kaki per hari
masyarakat Indonesia yang sangat rendah yang menempatkan
Indonesia pada posisi sebagai “negara yang paling malas”, (3)
frekwensi olahraga per minggu yang masih rendah, (4) kebugaran
jasmani masyarakat yang masih memprihatinkan, dan (5) fenomena
syndroma metabolik pada masyarakat Indonesia terutama
peningkatan prevalensi obesitas akibat kurang gerak (budaya
inactive).
Pertama, fakta empirik 1 tentang peta alasan masyarakat
dalam berolahraga menjadi sangat penting untuk mengerakkan “arah
pendulum kebijakan” pemenuhan hajat hidup masyarakat dalam
berolahraga. Sebagaimana survey yang telah dilakukan oleh Tim
57. 48 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Sport Development Index (SDI) dalam ilustrasi Gambar 3 berikut ini:
Gambar 3. Tujuan Utama Berolahraga pada Masyarakat Indonesia
(Sumber: Laporan Nasional SDI 2021).
Dengan berpijak pada trend tersebut nampaknya bukan
merupakan sesuatu yang ‘mengada-ada’ jika arah kebijakan
pembangunan olahraga masyarakat menjadi episentrum kebijakan
yang sangat vital. Sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki
kebutuhan yang mengarah pada bentuk layanan publik olahraga
dalam lingkup olahraga masyarakat. Artinya, mereka memerlukan
pelayanan untuk mewujudkan tujuan kesehatan, kebugaran,
kegembiraan, performa fisik, serta solidaritas dan kohesivitas sosial,
di mana olahrga telah mereka yakini sebagai instrumen pergaulan
yang dinamis dan menyenangkan. Sudah bukan saatnya lagi olahraga
dibiarkan berkembang sebagai sebuah kebutuhan dalam ranah
personal semata. Diperllukan stimulasi dan aneka “rekayasa sosial”
yang mengolah olahraga masyarakat sebagai invetasi pembangunan
yang bersifat intangible asset. Kesehatan, kebugaran, kegembiraan,
58. 49
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
kohesivitas sosial merupakan aset non-materi yang sangat
menentukan bagi perwujudan pembangunan segala bidang. Menjadi
modal sosial (Social capital) serta kualitas hidup (Quality of life)
dalam proses panjang menyiapkan daya saing bangsa di dalam
olahraga maupun daya saing bangsa melalui olahraga.
Kedua, fakta empirik 2 terkait dengan hasil survey dari
berbagai lembaga survey dunia, terutama dari Standford University
yang telah memetakan negara di dunia berdasarkan “tingkat
kemalasan gerak”. Dengan menggunakan parameter rata-rata
langkah per hari, sebuah negara dapat dikagorikan dengan warna-
warna sesuai dengan Gambar 4 berikut ini:
Gambar 4. Komparasi Global Rata-rata Jumlah Langkah Kaki Per
Hari Masyarakat Di Lima Benua (Sumber: Diolah dari
berbagai Sumber).
Negara dengan warna biru merupakan negara yang memiliki
rata-rata langkah perharinya di atas 6000, berwarna kuning ada;ah
dengan rata-rata sekitar 5000-an langkah per hari. Bagaimana
Indonesia? Menjadi catatan dan refleksi penting karena Indonesia
berwarna merah, artinya termasuk negara yang rata-rata langkah per
59. 50 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
hari hanya sekitar 3000-an. Jika jumlah langkah per hari dapat
digunakan sebagai indikator termudah untuk mendeteksi potret
kecukupan physical aktivity, maka langkah yang sedikit
menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara yang saat ini
mengalami budaya inactive. Sebuah fakta empirik yang menjadi
“kaca benggala” betapa amat sangat diperlukan pencarian formula
terbaik dalam rangka memacu kecukupan masyarakat untuk
bergerak, khususnya jumlah langkah per harinya. Sebuah ikhtiar
yang tidak mudah dilakukan, karena para remaja dan pemuda,
terurmasuk sebagian besar masyarakat Indonesia, saat ini “sudah
terlanjur terbiasa” menganggap bahwa berpindah tempat artinya
adalah “naik motor” atau naik kendaraan lain. Menuju ke lantai di
atasnya pun artinya adalah sebuah pergerakan dengan cara
“menumpang” eskalator atau lift, dan sebagainya.
Ketiga, fakta empirik 3 berkaitan dengan tingkat partisipasi
berolahraga masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah.
Terdapat banyak data aktual yang mendekripsikan hasil survey
tentang masih rendahnya angka partisipasi berolahraga. Sekadar
informasi terpercaya dapat diilustrasikan hasil survey BPS yang
disajikan pada Gambar 5 berikut:
60. 51
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Gambar 5. Frekwensi Kegiatan Olahraga per Minggu Pada
Masyarakat Indonesia (Diolah dari BPS).
Faktanya, sebagian besar masyarakat Indonesia sudah
memiliki habituasi berolahraga yang cukup baik, namun habituasi
tersebut ternyata belum memenuhi kriteria partisipatif. Sesuai data
BPS tersebut, tercatat sebanyak 68 % penduduk telah melakukan
olahraga rutin yang dilakukan seminggtu sekali. Telah menunjukkan
sesuatu yang baik dan perlu diapresiasi, tetapi hal tersebut belum
cukup. Seseorang dikatakan partisipatif ketika melakukan olahraga
dengan frekwensi minimal 3 (tiga) kali perminggu, dengan setiap
kali berolahraga dengan intensitas ringan-sedang. Masyarakat atau
sebuah komunitas disebut partisipatif ketika di dalamnya berisi
orang-orang yang partisipatif dalam berolahraga. Dengan
pemahaman angka kolektif tersebut, maka ada ukuran kolektif yang
bisa digunakan untuk mengevaluasi partisipasi masyarakat dalam
berolahraga. Ukuran tersebut berbasis komunitas atau masyarakat
61. 52 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
dalam area tertentu. Ukuran partisipasi tersebut adalah “Indeks
partisipasi olahraga” yang menjadi bagian inti satu dari sembilan
dimensi Sport Development Index (SDI)—(lihat pada Laporan
Nasional SDI 2022).
Keempat, fakta empirik 4 berkaitan dengan potret buruk
kebugaran masyarakat Indonesia. Partisipasi yang buruk secara
otomatis berkorelasi dengan kebugaran jasmani yang buruk. Dalam
sebuah survey yang pernah dilakukan oleh penulis di 10 (sepuluh)
kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah ada hasil survey yang
cukup memprihatinkan. Survey didasarkan hasil tes pengukuran
kapasita oksigen maksimal (VO2Max) dengan menggunakan tes
lapangan Multi Stage Fitness Test (MFT). Tanpa bermaksud
menggeneralisasikan hasil survey ini untuk seluruh wilayah
Indonesia dan dunia, fakta empirik yang ditemukenali di Jawa
Tengah tentu dapat menjadi sumber refleksi untuk melakukan
perenenungan tentang fakta kebugran jasmani yang memang masih
memprihatinkan. Hasilnya sebagaimana diilustrasikan pada Gambar
6 berikut :
Gambar 6. Evaluasi dari Masih Buruknya Indeks Kebugaran
Jasmani Di Masyarakat
62. 53
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Analisis Indeks kebugaran Jasmani versi Sport Development
Index (SDI) menggunakan konstanta maksimum Vo2 maks sebesar
52,1 ml/kgbb/menit dan konstanta minimum 20,1 ml/kgbb/menit.
Indeks sebesar 1,0 adalah miliki sebuah masyarakat yang rata-rata
VO2 Max nya 52,1 ml/kgbb/menit, sedangkan indeks 0,0 adalah
indeks kebugaran disebuah kelompok masyarakat yang rata-rata
Vo2max nya 20,1 ml/kgbb/menit. Mengacu pada hasil survey
kebugaran jasmani dari sejumlah responden/ sampel sebanyak 2046
orang di 10 (sepuluh) kabupaten/ kota, maka rata-rata indeks
kebugaran jasmani Jawa Tengah adalah 0,29. Artinya bahwa level
atau posisional relatif kebugaran jasmani berada pada “lantai 29 dari
sebuah gedung berlantai 100”. Atau berada pada ketinggian 29 %
dari kondisi masyarakat sehat bugar secara terlatih.
Kelima, fakta empirik 5 yaitu terkait dengan tingginya
prevalensi obesitas baik pada masyarakat perkotaan maupun di
pedesaan di Indonesia. Obesitas merupakan sebuah fenomena
permukaan akibat berbagai faktor. Mulai dari aspek genetika, menu
makan yang tak seimbang, hingga permasalahan gaya hidup yang tak
sehat, termasuk “budaya miskin gerak” yang semakin tumbuh subur
seiring dengan toleransi berkesinambungan perilaku “era rebahan”
(sedenter) yang terbentuk sepanjang masa pandemi Covid-19.
Prevalensi obesitas mencerminkan sebuah fenomena sosial-
kesehatan yang berhubungan dengan syndrome metabolic di
Masyarakat kita. Obesitas menjadi pintu masuk penyebab aneka
penyakit tidak menular yang lainnnya, seperti hipertensi, jantung
koroner, diabetes militus, serta berbagai gangguan sosial dan
hambatan produktivitas yang ditimbulkannnya. Pada Tahun 2023,
terdapat survey yang menarik , Riskesdas mencatat bahwa kasus
obesitas di Indonesia sebesar 15,3 % Prevalensi obesitas antara
Masyarakat pedesaan dan perkotaan tidak mengalami perbedaan
signifikan, setidaknya telah terdeteksi padaTahun 2018 sebagaimana
disajikan pada Gambar 7 berikut:
63. 54 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Gambar 7. Prevalensi Obesitas yang Selalu Meningkat dari Tahun
ke Tahun, Baik di Masyarakat Desa maupun Perkotaan
(Sumber BPS).
Promosi kesehatan melalui program pembinaan dan
pengembangan olahraga masyarakat ke depan menjadi sebuah
tantangan besar tersendiri, seiring dengan fakta buruk peningkatan
prevalensi obesitas di masyarakat. Pada era 80-an banyak orang yang
mengira bahwa kejadian obesitas umumnya hanya ditemukan di
masyarakat kota. Kota merupakan wilayah makmur yang para
warganya cenderung leluasa dengan makanan berlebih, sedangkan
desa kondisinya berkebalikan. Kini, fenomena obesutas terjadi baik
di kota maupun di desa. Artinya, obesitas adalah satu sisi mata uang
dengan fakta fenomena “miskin gerak” pada masyarakat kota
maupun desa.
Reorientasi Baru Olahraga Masyarakat
Urgensi tentang rumusan orientasi baru membangun
olahraga masyarakat kini dan masa depan merupakan proses adaptasi
yang tidak terhindarkan. Terjadi perubahan dinamika dari berbagai
aspek yang menyangkut perkembangan hidup dan cara hidup
masyarakat dunia pada umumnya, serta masyarakat Indonesia secara
khusus. Proses adaptasi keperilakuan secara personal maupun
64. 55
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
kolektif terkait dengan bentuk adaptasi dengan perkembangan
generasi teknologi terbaru, terutama teknologi 4.0. Berbagai perilaku
terdisrupsikan (punah) oleh hasil interaksi dan adaptasi dengan
teknologi baru. Pada saat bersamaan muncul keperilakuan baru yang
timbul akibat adaptasi tersebut. Teknologi yang esensinya
menjadikan hidup semakin mudah memiliki ekses negatif jika tidak
disikapi secara bijak. Ancaman keperilakuan kolektif masyarakat
terutama mengarah pada potensi terdisrupsikannya perilaku fisik
dunia nyata menjadi perilaku fisik dunia maya. (Lihat perkembangan
e-sport dan mobile legend misalnya). Gambar 8 berikut merupakan
opsi reorientasi olahraga masyarakat yang telah disederhanakan
dimensinya.
Gambar 8. Dimensi Sederhana Reorientasi Olahraga Masyarakat
65. 56 MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
Pertama, pasca terbitnya Undang-undang Nomor 11 Tahun
2022 Tentang Keolahragaan, olahraga rekreasi yang diatur oleh
Undang-Undang Keolahragaan sebelumnya, mengalami
metamorfosis menjadi olahraga masyarakat. Komparasi dan
perbedaan orientasi dapat dilihat dengan cara membandingkan tujuan
yang berbeda antara olahraga rekreasi (UU 3/2005) dan olahraga
masyarakat (UU 11/2022). Komparasi tujuan tersebut tersaji dalam
Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Komparasi Tujuan Olahraga Rekreasi dan Olahraga
Masyarakat
Olahraga Rekreasi (UU 3/2005) Olahraga Masyarakat (UU 11/2022)
a. memperoleh kesehatan,
kebugaran jasmani, dan
kegembiraan;
b. membangun hubungan sosial;
dan/atau
c. melestarikan dan meningkatkan
kekayaan budaya daerah dan
nasional.
a. membudayakan aktivitas fisik;
b. menumbuhkan kegembiraan;
c. mempertahankan, memulihkan,
dan
meningkatkan kesehatan serta
kebugaran
tubuh;
d. membangun hubungan sosial;
e. melestarikan dan meningkatkan
kekayaan
budaya daerah dan nasional;
f. mempererat interaksi sosial yang
kondusif dan memperkukuh
ketahanan nasional; dan
g. meningkatkan produktivitas
ekonomi nasional.
Olahraga masyarakat mengalami perubahan dalam hal ini
perluasan (elaborasi) dimensi tujuannya yang telah mengkait pada
capaian esensi kesejahteraan olahraga yang lebih komprehensif.
Olahraga masyarakat memiliki tujuan yang tidak sebatas untuk
kesehatan. Kebugaran, dan kegembiraan, melainkan mengarah pada
66. 57
MEMAJUKAN KEOLAHRAGAAN INDONESIA
Melalui Riset Caring, Sharing, dan Networking
penguatan ketahanan nasional, pelestarian budaya, serta akselerasi
bagi pertumbuhan perekonomian.
Kedua, olahraga masyarakat merupakan lingkup olahraga
yang memiliki “channel kuat” untuk menghubungkan dengan tujuan
utama Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Penjelasan luas
tentang sinergitas dan fungsi akselerasi olahraga masyarakat dapat
diilustrasikan dalam Gambar 9 berikut ini.
Gambar 9. Fungsi Akselerasi Olahraga Masyarakat untuk
Akselerasi Pembudayaan dan Pertumbuhan Ekonomi
Ketiga, reorientasi berkaitan dengan tuntutan publik tentang
fungsi keteladanan yang dimainkan Perguruan Tinggi Keolahragaan
(PT-Kor) Kampus keolahragaan adalah sebuah habitat masyarakat
ilmiah dan terdidik yang memiliki fungsi kepeloporan dalam kiprah
panjang tri dharma untuk membangun keolahragaan multi-lingkup.