Penulis mencoba memberikan sebuah konsep bagaimana membangun sebuah cluster superkomputer dengan menggunakan beberapa teknologi baik dari sisi kernel maupun aplikasi di lingkungan GNU/ Linux. Entah mengapa saya sebagai penulis selalu membawa GNU dalam penulisan linux karena saya merasa bahwa linux dibangun dari bermacam-macam tools hasil ciptaan seorang Richard M. Stallman lewat project GNU-nya, sehingga user dapat dengan sangat nyaman menjalankan aplikasi robust diatas kernel hasil ciptaan Linus Torvalds dan kawan-kawan.
Pada tulisan ini ada 3 (tiga) teknologi yang ingin saya sampaikan dalam merancang bangun sebuah cluster superkomputer didalam sebuah aplikasi virtual. Meskipun mungkin ada aplikasi atau teknologi lain semisal OSCAR, Ricci dan Luci (Conga), saya coba batasi sedikit pembahasan hanya pada seputar teknologi cluter supercomputer dengan OpenMOSIX (merupakan fitur patch di kernel), MPI (Message Passing Interface), dan Beowulf.
Pada kenyataannya, konsep cluster supercomputer dengan tujuan HPC (High Performance Computing) ataupun masalah HA (High Availability) adalah berbeda dengan konsep Grid Computing dan Cloud Computing.
Pada akhirnya, semoga panduan berikut dapat memberikan sedikit sumbangan pada teknologi di Indonesia khususnya sehingga mempermudah tahap implementasi di skala yang lebih besar dan luas. Mari kita raih dunia !!!
Update - Superkomputer dengan Native GNU/ Linux - FinalHary HarysMatta
Terdapat beberapa tambahan dimana saya harapkan dapat sedikit memperjelas apa saja
opsi-opsi dan langkah membangun superkomputer.
[Version - Vol 2 dari tulisan saya sebelumnya]
Penulis mencoba memberikan sebuah konsep bagaimana membangun sebuah cluster superkomputer dengan menggunakan beberapa teknologi baik dari sisi kernel maupun aplikasi di lingkungan GNU/ Linux. Entah mengapa saya sebagai penulis selalu membawa GNU dalam penulisan linux karena saya merasa bahwa linux dibangun dari bermacam-macam tools hasil ciptaan seorang Richard M. Stallman lewat project GNU-nya, sehingga user dapat dengan sangat nyaman menjalankan aplikasi robust diatas kernel hasil ciptaan Linus Torvalds dan kawan-kawan.
Pada tulisan ini ada 3 (tiga) teknologi yang ingin saya sampaikan dalam merancang bangun sebuah cluster superkomputer didalam sebuah aplikasi virtual. Meskipun mungkin ada aplikasi atau teknologi lain semisal OSCAR, Ricci dan Luci (Conga), saya coba batasi sedikit pembahasan hanya pada seputar teknologi cluter supercomputer dengan OpenMOSIX (merupakan fitur patch di kernel), MPI (Message Passing Interface), dan Beowulf.
Pada kenyataannya, konsep cluster supercomputer dengan tujuan HPC (High Performance Computing) ataupun masalah HA (High Availability) adalah berbeda dengan konsep Grid Computing dan Cloud Computing.
Pada akhirnya, semoga panduan berikut dapat memberikan sedikit sumbangan pada teknologi di Indonesia khususnya sehingga mempermudah tahap implementasi di skala yang lebih besar dan luas. Mari kita raih dunia !!!
Update - Superkomputer dengan Native GNU/ Linux - FinalHary HarysMatta
Terdapat beberapa tambahan dimana saya harapkan dapat sedikit memperjelas apa saja
opsi-opsi dan langkah membangun superkomputer.
[Version - Vol 2 dari tulisan saya sebelumnya]
Tahun 2010 ini boleh jadi merupakan tahun di mana pergerakan bisnis rintisan (startup) lokal di dunia web Indonesia makin bergaung. Anda tertarik untuk ikut
Kterjun di bisnis ini? Simak artikel ini.
Majalah CHIP Indonesia - September 2010
Startup Kitchen - Bandung Ventures Night 2011Batista Harahap
A presentation about Urbanesia and how we manage our innovation from ideas to execution. We learn a lot from bits and pieces of other startups and implement them collectively.
Tahun 2010 ini boleh jadi merupakan tahun di mana pergerakan bisnis rintisan (startup) lokal di dunia web Indonesia makin bergaung. Anda tertarik untuk ikut
Kterjun di bisnis ini? Simak artikel ini.
Majalah CHIP Indonesia - September 2010
Startup Kitchen - Bandung Ventures Night 2011Batista Harahap
A presentation about Urbanesia and how we manage our innovation from ideas to execution. We learn a lot from bits and pieces of other startups and implement them collectively.
1. TESTILINUX
Linux Itu User
Friendly
S engaja saya memilih judul yang ambigu,
karena inilah pengalaman paling
berkesan saya dalam menggunakan
Linux. Kali pertama mengetahui Linux
sewaktu masih SMA dulu. Distro Knoppix dengan
Live CD-nya adalah distro Linux yang saya kenal
pada awalnya. Saya terkaget-kaget sekaligus
menggunakan Knoppix. Kagum! Breezy Badger
adalah versi Ubuntu yang kali pertama saya coba.
Hingga saat ini, baik di komputer kantor maupun
di laptop, Ubuntu selalu menemani saya. Acungan
jempol kepada Ubuntu terhadap aplikasi Synaptics
Package Manager dan tentunya apt-get. Kedua
aplikasi tersebut secara signifikan mengurangi
Batista Harahap
adalah manajemen Cron. Jika di Distro RedHat
anda tinggal cemplungin file executable ke salah
satu direktori cron untuk dijalankan sesuai den-
gan jadwal-jadwalnya, lain halnya dengan Free-
kagum karena pada dasarnya cerita-cerita tentang kesan Linux yang terlalu teknis. Apalagi hingga BSD; semuanya harus dilakukan manual! Artinya
Linux yang saya tahu selalu menitikberatkan versi Feisty Fawn, Ubuntu menyediakan tool Wire- crontab -l dan crontab -e akan menjadi favorit
bahwa Linux mempunyai dukungan hardware less Applet yang luar biasa mudah jika dibanding- Anda. Dulunya saya tidak mengerti pakai editor vi.
yang terbatas. Namun, Knoppix memberikan kan dengan pesaing-pesaingnya. Tetapi karena tuntutan server, akhirnya saya jadi
kesan bahwa Linux adalah sistem operasi yang mahir menggunakan vi. Namun bila nano tersedia,
super fleksibel! Linux untuk server saya lebih memilih nano.
Setelah puas mencoba beberapa rasa Linux Saya mengalami masalah unik pada FreeBSD
Ubuntu? di desktop, saya pikir sudah saatnya saya berhubungan dengan Cron. Oleh karena ketidak-
Sejak itu saya gerilya download file iso beberapa belajar administrasi server Linux. Disinilah saya tahuan saya pada saat itu tentang sistem operasi
distro besar pada saat itu seperti RedHat, rasa kekuatan Linux berada. Dengan sistem ini. File-file PHP yang hendak di-cron, tidak ada
Mandrake, Slackware, dan sebagainya. Setelah manajemen file based dan didukung dengan shell yang jalan. Padahal sebelumnya menggunakan
berulang-ulang instalasi, saya kecewa dengan yang powerful, saya langsung nyaman melakukan server berbasis CentOS tidak ada masalah. Usut
Linux. Saya menemukan pada waktu itu, saya konfigurasi. Belum lagi karena sifat Linux yang punya usut, ternyata masalahnya berada pada
tetap tidak bisa beralih 100% ke Linux. Masih open source sehingga jika mentok dengan sebuah Path. Hampir satu hari penuh saya putar otak
banyak aplikasi-aplikasi yang hanya terdapat pada kasus, Google akan senang hati membantu Anda untuk mencari masalahnya! Saya akui bahwa
platform Windows dan tentunya pada saat itu mencari jawaban dari pengalaman-pengalaman manajemen seperti ini memang mengurangi celah
Firefox masih belum lahir. orang lain yang telah mengalami hal yang sama. keamanan, namun hal ini mengorbankan “User
Beberapa tahun yang lalu, kekecewaan saya Istilah “Keledai tidak akan jatuh di lubang yang Friendliness” sistem operasi tersebut. Tidak salah,
dibayar penuh oleh sebuah Distro yang relatif sama dua kali” sangat terbukti dengan Linux! tidak benar, hanya aman. Tidak heran varian-
baru dengan nama Ubuntu. Kesan pertama saya varian BSD diacungi jempol untuk keamanan dan
menggunakan Ubuntu persis sama ketika saya Linux vs *BSD tentunya kestabilan.
Namanya juga manusia, kalo stuck di situ-situ aja Setelah server FreeBSD selesai dikonfigurasi,
“Istilah “Keledai pasti mau coba yang baru. Akhirnya saya mem-
beranikan diri untuk mencicipi salah satu varian
balik lagi saya ke alam Linux. Begitu plongnya
dan seperti hilang beban saya. Mungkin karena
BSD, yaitu FreeBSD. Kali pertama kenal Free-
tidak akan jatuh di lu- BSD pada saat saya diberi tanggung jawab untuk
manajemen sebuah website pada server dengan
memang kalau masih newbie, mau melakukan
apa saja harus sedia contekan, jadi pekerjaan
yang seharusnya cepat jadi lambat.
bang yang sama dua FreeBSD sebagai sistem operasinya. Oleh karena,
sistem operasi tersebut masih sepupu dengan
Karena pengalaman menggunakan vi mening-
galkan kesan yang mendalam, akhirnya saya men-
Linux, adaptasinya tidak terlalu susah.
kali” sangat terbukti FreeBSD dikenal sebagai OS yang secure
seperti varian-varian BSD lainnya. Saking
coba untuk menggunakan vi pada Linux. Alangkah
terkejutnya saya bahwa di Linux, vi menjadi sangat
pengertian terhadap penggunanya! Inilah salah
dengan Linux!„ secure-nya, sampai-sampai semuanya harus
dilakukan manual. Contoh paling gampang
satu alasan saya mengapa artikel ini berjudul
Linux Itu User Friendly!
18 09/2007 INFOLINUX www.infolinux.web.id
2. TESTILINUX
Menurut Batista, Ardour GTK+ tidak kalah dengan aplikasi audio recording semacam Pro Tools. SongBird, audio player yang dibuat dengan konsep menyerupai Apple iTunes.
Jika dikembalikan ke dunia nyata, sesuatu
Beneran user friendly? Linux seolah-olah ketiga entity ini berkolaborasi
menjadi suatu platform yang tahan banting. Hal yang didukung lebih banyak akan lebih dominan.
Supaya adil, mungkin istilah user friendly harus yang perlu digarisbawahi adalah konfigurasi Oleh karena itu, saya percaya bahwa keragaman
dilihat dari berbagai perspektif. Bagi pengguna daemon yang sangat mudah. Mengapa saya aplikasi pada Linux pada akhirnya akan membawa
yang sebelumnya sudah terbiasa dengan OS bilang mudah adalah karena semuanya ber- dampak positif. Terutama karena pengguna mem-
semacam Windows atau Mac OS X, pastinya basis file. Di setiap file konfigurasi, untuk new- punyai kebebasan penuh terhadap aplikasi mana
transisi ke Linux menjadi penuh tantangan. bie diberikan deskripsi-deskripsi yang tingkat yang lebih disukai. Tidak dipaksakan dan tentu-
Namun, komunitas Linux memiliki ratusan detailnya sangat tinggi sehingga untuk peng- nya tanpa biaya. 50 tahun yang lalu atau bahkan
distro yang penggunaannya berada dari tingkat guna Linux yang baru sebentar menggunakan hanya 5-10 tahun yang lalu, open source terden-
pemula seperti Ubuntu sampai dengan tingkat Linux, tinggal baca dan kalau tidak ngerti, gar “apa sih?”, mau cari kerjaan jadi programer,
mahir seperti Slackware. Tidak berhenti sam- masih ada Google yang siap membantu. Satu- tapi malah produknya gratis. Namun hari ini, coba
pai di situ saja, dukungan yang diberikan oleh satunya alasan mengapa saya masih meng- lihat RedHat, Ubuntu, SuSe, Mozilla, dan lain-lain
pengguna-pengguna Linux di seluruh dunia gunakan Windows adalah karena hingga saat justru semakin berkembang dari tahun ke tahun.
sangat luar biasa! Kita hanya tinggal mengetik- ini, masih belum ada PHP Editor yang menurut
kan beberapa kata pada Google dan hampir saya bisa disetarakan dengan Macromedia Harapan
pasti pertanyaan/masalah yang sedang dialami, Dreamweaver. Saya sudah mencoba meng- Sungguh gembiranya bahwa di negeri kita
sudah pernah dialami oleh pengguna lain. gunakan Nvu, Bluefish, Eclipse, Screem, dan pada saat ini sudah ada pula Distro Linux
Sebagai Sytem Administrator, Linux adalah lain-lain. Namun, hingga saat ini masih belum dengan label “Made In Indonesia” yang tidak
pilihan nomor 1 saya sebagai sistem operasi menemukan pengganti Macromedia Dream- lain adalah IGOS. Selama ini distro-distro
untuk server. Terutama adalah RedHat dan weaver. Sangat disayangkan. turunan RedHat cukup populer terutama
turunan-turunannya, seperti Fedora dan bila pada pasar server. Semoga IGOS bisa
CentOS. Dengan Linux pula, saya merasakan Open source–nadi Linux memenuhi harapan banyak orang untuk men-
kemudahan dan kenyamanan yang tidak di- Oleh karena sifatnya yang open source, jadi distro lokal yang Global.
tawarkan oleh OS lain, bahkan oleh sistem maka Linux dibanjiri aplikasi-aplikasi dengan Akhir kata, sekali lagi Linux Itu user friendly.
operasi dengan basis GUI seperti Windows jumlah yang luar biasa banyak. Inilah yang Besar harapan saya dari waktu ke waktu, popu-
Server 2003. Dengan utility seperti pipe dan saya garisbawahi sebagai kelebihan sekaligus laritas Linux akan semakin membuat aplikasi-
grep, seorang admin akan sangat menghargai kekurangan dari Linux. Kembali lagi ke istilah aplikasi yang tersedia di Linux makin matang dan
Linux. Dalam hal programming-pun, sistem “Less is more”, istilah ini menjadi invalid lebih sempurna dalam hal fitur. Soal keragaman
operasi berbasis open source semacam Linux dalam kasus ini. “Too Much Information Is saya rasa banyaknya aplikasi open source di
harus diacungi jempol! Mulai dari BASH Script- Just TOO MUCH”. Analoginya dalam desain Linux sudah dalam level yang sama dengan
ing sampai dengan dukungannya terhadap sebuah website, jika Google dan Yahoo! sistem operasi lain. Viva Linux!
bahasa C/C++, semuanya luar biasa! beradu head-to-head dalam hal search en- Batista Harahap [tista@duniaquiz.com]
Linux memang awalnya rumit dipelajari tapi gine, mana yang lebih populer? Jika kita per-
kerumitan berhenti sampai di situ saja. Memang hatikan, Google sekarang telah menjadi kata
Kirim Naskah
istilah “Less is more” terbukti ampuh jika di- kerja. Istilah “Just Google It” sudah dianggap Anda memiliki pengalaman menarik selama menggunakan
analogikan dengan Linux. Oleh karena saya biasa. Mengapa? Karena memang Google Linux?Jika ingin berbagi pengalaman menarik selama
menggunakan Linux, silakan kirimkan file naskah sebanyak
sendiri adalah seorang web developer, maka spesifik dalam hal konten website search 9000 karakter, beserta dengan file foto dan file gambar,
saya sering berkutat dengan daemon-daemon engine mereka dibandingkan dengan Yahoo! melalui e-mail ke submissions@infolinux.co.id. Tersedia
suvenir menarik untuk kiriman naskah yang dimuat.
semacam Apache, PHP, dan MySQL. Dengan yang berposisi sebagai portal.
www.infolinux.web.id INFOLINUX 09/2007 19