Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
High heels
1. High Heels Patah
Beberapa hari yang lalu sandal jepit saya putus sebelah, karena masih bisa diperbaiki
akhirnya saya menenteng sandal yang putus itu dan tetap mengenakan bagian yang
satunya lagi. Alas sandal yang tidak terlalu tinggi tentu saja tidak begitu mengganggu
dan saya bisa berjalan seperti orang normal tanpa sedikitpun kesulitan.
Kejadian ini berbeda dengan apa yang dialami oleh seorang kawan perempuan yang
dulu pernah datang ke sebuah acara bersama saya. Ketika itu dia mengenakan sepatu
dengan hak setinggi 5 sentimeter (high heels). Ketika kami berjalan, sepertinya dia
menginjak sesuatu yang menyebabkan hak sepatunya patah. Akhirnya dia melepas
kedua sepatu itu dan pulang dengan kaki telanjang.
Hal ini menjadi begitu menarik karena dari dua kejadian yang hampir sama, ternyata
respon yang kami berikan berbeda. Anda tentu bisa membayangkan seandainya kawan
saya tidak melepaskan sepatu sebelah kanannya, tentu dia akan berjalan dengan
terpincang-pincang karena tinggi kaki sebelah kanan dengan kaki sebelah kiri berbeda
kurang lebih 5 sentimeter. Sedangkan saya, meskipun tidak melepaskan sandal di
sebelah kanan pengaruhnya tidak akan begitu terlihat.
Bagi seorang kawan, apalagi perempuan, penampilan merupakan hal yang sangat
penting. Bukan sekedar bagaimana dia merasa nyaman terhadap dirinya sendiri, tetapi
kenyamanannya juga sangat dipengaruhi juga oleh pandangan orang lain terhadap
dirinya. Oleh karena itulah perempuan cenderung lebih memperhatikan penampilannya
dibandingkan seorang laki-laki.
Berbicara tentang ketimpangan yang disebabkan oleh alas kaki mengingatkan saya pada
peristiwa-peristiwa yag berkaitan dengan hukum di negeri kita. Konon salah satu hal
yang menjadi agenda utama pemerintah adalah pemberantasan korupsi dan penegakan
hukum.
Tetapi apa yang terjadi?
Banyaknya kasus korupsi yang terungkap barangkali merupakan satu kemajuan proses
deteksi pelanggaran hukum, tetapi hal itu tidak diikuti dengan tindak lanjut untuk
mengeksekusi pelanggaran tersebut sesuai dengan fakta hukum yang ada sehingga
istilah “tebang pilih” menjadi sangat akrab di telinga masyarakat. lebih parah lagi ketika
keputusan-keputusan peradilan sering menciderai hati nurani masyarakat sehingga
kepercayaan mereka kepada lembaga penegak hukum berkurang.
Ketika kasus Bank Century dan Wisma Atlet tidak kunjung selesai dan mengarah ke
beberapa elit partai pemenang pemilu yang berhasil mengusung kadernya menjadi
pemimpin di negeri ini, program pemberantasan korupsi dan penegakan hukum seakan
mirip sekali dengan patahnya high heels.
2. Jika kawan perempuan saya berani melepas high heelsnya untuk bertelanjang kaki dan
pulang, apakah para elit partai dan pemimpin akan melakukan hal yang sama?
Kali ini kita tidak perlu bermain tebak-tebakan karena jawabannya sudah biasa terjadi,
bahwa para perempuan lebih sering punya kemaluan dibandingkan para pemimpin.
Apalagi untuk urusan high heels yang patah.