SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
LAPORAN
CASE BASED DISCUSSION
KETUBAN PECAH DINI (KPD)
OLEH:
Rifaldin
016.06.0048
PEMBIMBING
dr. I Nyoman Gde Dwipa Mahardika, M.Biomed, SP.OG
KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KLUNGKUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2022
2
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan laporan hasil Case Based Discussion ini tepat pada waktunya. Laporan
ini membahas mengenai sebuah kasus yang berjudul “Ketuban Pecah Dini (KPD)”.
Penyusunan laporan ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai
pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada
:
1. dr. I Nyoman Gde Dwipa Mahardika, M.Biomed, SP.OG sebagai dosen
tutor yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan
Case Based Discussion.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi dalam
berdiskusi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas untuk menyusun
laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Saya berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Klungkung, 14 Maret 2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2
2.1 Definisi.......................................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi................................................................................................. 2
2.3 Klasifikasi...................................................................................................... 2
2.4 Faktor Risiko................................................................................................. 3
2.5 Patofisiologi .................................................................................................. 5
2.6 Tanda dan gejala............................................................................................ 6
2.7 Diagnosis....................................................................................................... 6
2.8 Tatalaksana.................................................................................................. 10
2.9 Komplikasi .................................................................................................. 12
2.10 Prognosis ................................................................................................... 13
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................ 14
3.1 Identitas Pasien............................................................................................ 14
3.2 Anamnesis ................................................................................................... 14
3.3 Pemeriksaan Fisik ....................................................................................... 16
3.4 Pemeriksaan Penunjang............................................................................... 20
3.5 Resume........................................................................................................ 21
3.6 Diagnosis Banding ...................................................................................... 22
iv
3.7 Diagnosis Kerja........................................................................................... 22
3.8 Tatalaksana.................................................................................................. 22
3.9 Prognosis ..................................................................................................... 22
3.10 Follow Up.................................................................................................. 22
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 26
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah
usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of of
membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau
preterm premature rupture of membranes (PPROM).1
Insidensi ketuban pecah dini lebih kurang 10% dari semua kehamilan. Pada
kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%. Sedangkan pada kehamilan
preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. 85% morbiditas dan mortalitas
perinatal disebabkan oleh prematuritas. Ketuban pecah dini berhubungan dengan
penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.1
Faktor penyebab terjadinya ketuban pecah dini masih belum diketahui
penyebabnya dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Namun terdapat beberapa
faktor predisposisi yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini yaitu :infeksi,
servik yang inkompeten, tekanan intra uterin yang meninggi atauoverdistesi,
trauma, kelainan letak, multigravida.1
Dalam menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena
diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi
terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada
indikasinya.sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu
dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu
atau keduanya. 1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan mulai dan setelah ditunggu satu jam belum terjadi
inpartu. Bocornya air ketuban (likuor amnii) pada KPD dapat terjadi secara
spontan dari rongga amnion di mana janin ditampung.1,2 Sedangkan menurut
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) KPD adalah
sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya persalinan (keadaan
inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang
menyebabkan terjadinya efficement atau dilatasi serviks). KPD dapat terjadi pada
gestasi < 37 minggu atau usia gestasi >37 minggu.1,2
2.2 Epidemiologi Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini terjadi pada hingga 3% kehamilan: sekitar 0,5%
kehamilan <27 minggu, 1% kehamilan 27 hingga 34 minggu, dan 1% kehamilan
34 hingga 37 minggu).
2.3 Klasifikasi Ketuban Pecah Dini
KPD diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu, KPD preterm dan KPD
aterm: 1,2
1. KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti
dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada
usia <37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah
pecahnya ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34
minggu, sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan ibu anatara 34
sampai kurang dari 37 minggu minggu1,2
3
2. KPD Aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
yag terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1
(+) pada usia kehamilan ≥37 minggu1,2
2.4 Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini
Fisiologis ibu, genetik, dan faktor lingkungan cenderung mempengaruhi
perkembangan KPD dalam banyak kasus. Faktor-faktor risiko ini serupa dengan
faktor-faktor untuk persalinan prematur, tetapi kebanyakan pasien tidak
memiliki faktor risiko yang dapat diidentifikasi1,2
Riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya, infeksi saluran genital,
perdarahan antepartum, dan merokok memiliki hubungan yang sangat kuat
dengan KPD dan dibahas di bawah ini. 1,2
1. KPD sebelumnya
Studi secara konsisten melaporkan bahwa riwayat KPD merupakan
faktor risiko kuat untuk mengalami kejadian KPD. Sebagai contoh, Preterm
Prediction Study, sebuah studi prospektif besar yang dilakukan oleh
Maternal-Fetal Medicine Units (MFMU) dan National Institute of Child
Health and Human Development (NICHD), mengamati bahwa wanita
dengan riwayat KPD yang mengarah ke kelahiran prematur memiliki
frekuensi KPD tiga kali lipat lebih tinggi pada kehamilan berikutnya
dibandingkan dengan wanita tanpa riwayat tersebut. Selain itu, pada
kehamilan berikutnya, wanita dengan riwayat KPD yang mengarah ke
kelahiran prematur memiliki risiko tinggi KPD dan kelahiran prematur
sebelum 28 minggu.1,2
2. Infeksi saluran genital1,2
Infeksi saluran genital adalah satu-satunya faktor risiko paling umum
yang dapat diidentifikasi untuk KPD. Tiga bukti epidemiologis sangat
mendukung hubungan ini: (1) wanita dengan KPD secara signifikan lebih
mungkin dibandingkan wanita dengan membran utuh untuk memiliki
mikroorganisme patogen dalam cairan ketuban, (2) wanita dengan KPD
4
memiliki tingkat korioamnionitis histologis yang secara signifikan lebih
tinggi daripada mereka yang yang melahirkan prematur tanpa KPD, dan (3)
frekuensi KPD secara signifikan lebih tinggi pada wanita dengan infeksi
saluran genital bawah tertentu (terutama vaginosis bakterial) dibandingkan
pada wanita yang tidak terinfeksi. Hubungan antara kolonisasi bakteri pada
saluran genital bawah dan KPD tidak mengejutkan. Banyak
mikroorganisme yang mengkolonisasi saluran genital bawah memiliki
kapasitas untuk menghasilkan fosfolipase, yang dapat merangsang produksi
prostaglandin dan dengan demikian menyebabkan timbulnya kontraksi
uterus. Selain itu, respon imun pejamu terhadap invasi bakteri ke
endoserviks dan/atau membran janin menyebabkan produksi beberapa
mediator inflamasi yang dapat menyebabkan kelemahan lokal korion
amnion dan mengakibatkan KPD.1,2
3. Perdarahan antepartum
Perdarahan pervaginam trimester pertama dikaitkan dengan
peningkatan kecil namun signifikan secara statistik dalam risiko KPD.
Perdarahan antepartum pada lebih dari satu trimester meningkatkan risiko
KPD tiga sampai tujuh kali lipat. Perdarahan antepartum yang disebabkan
oleh karena solusio plasenta atau plasenta previa dapat meningkatkan resiko
terjadinya KPD. Perdarahan plasenta diketahui akan meningkatkan
homosistein dan mengaktivasi protrombinase yang mengubah protrombim
menjadi trombin. Peningkatan homosistein dan trombin akan menyebabkan
kontraksi miometrium.3,1
4. Faktor lain1,2
Faktor gaya hidup yang dapat mempengaruhi kejadian ketuban pecah
dini antara lain perilaku merokok, gizi buruk, penambahan berat badan yang
kurang baik selama kehamilan, narkoba, alkohol dilaporkan memiliki
peranan penting pada kejadian dan berat badan lahir rendah dan KPD.
Penelitian menyatakan adanya hubungan antara berat badan dengan KPD,
terutama pada saat ibu memiliki riwayat obesitas. Konsumsi alkohol juga
diduga memiliki suatu kaitan dengan ketuban pecah dini disertai dengan
5
peningkatan resiko cedera otak pada bayi yang prematur. Kebiasaan
konsumsi tembakau bertanggung jawab atas 32.000 sampai 61.000 bayi
dengan berat badan lahir rendah setiap tahunnya di Amerika Serikat.1,2,3
2.5 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini11,3
Patogenesis ruptur membran spontan tidak sepenuhnya dipahami. Korion
amnion yang biasa disebut selaput janin merupakan batas desidua maternal dan
lainnya pada membran basemen kolagen tipe II serta IV dan lapisan berserat
yang ada di bawahnya mengandung kolagen tipe I, III, V, dan VI, maka dari itu
kolagen merupakan kekuatan utama untuk korion amnion. Selaput ketuban
pecah adalah proses penyembuhan dari luka di mana kolagen dirusakkan.
Kumpulan matrix metalloproteinase (MMPs) adalah salah satu keluarga
enzim yang bertindak untuk merusak serat kolagen yang memegang peranan
penting. Di sini prostaglandin juga memacu produksi MMPs di leher rahim dan
desidua untuk mempromosikan pematangan serviks dan aktivasi membran
desidua dan janin, MMPs-1 dan MMPs-8 adalah kolagenase yang
mendegradasikan kolagen tipe I, II dan III, sedangkan MMPs-2 dan MMPs-9
merupakan gelatinase yang mendegradasikan kolagen tipe IV dan V. Aktivitas
MMPs sendiri diatur oleh inhibitor jaringan MMPs yaitu tissue inhibitors of
MMPs (TIMPs). Faktor yang sering dapat meningkatkan konsentrasi MMPs
adalah infeksi atau peradangan. Infeksi dapat meningkatkan konsentrasi MMP
dan menurunkan kadar TIMP dalam rongga ketuban melalui protease yang
dihasilkan langsung oleh bakteri, yang nantinya protease itu akan
mengakibatkan degradasi kolagen. Proinflamasi seperti IL-1 dan TNFα juga
dapat meningkatkan kadar MMP.1,3
Selaput ketuban yang tadinya sangat kuat pada kehamilan muda, akan
semakin menurun seiring bertambahnya usia kehamilan, dan puncaknya pada
trimester ketiga. Selain yang telah disebutkan di atas, melemahnya kekuatan
selaput ketuban juga sering dihubungkan dengan gerakan janin yang berlebihan.
Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis. 1,3
6
2.6 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini1,3
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban tidak berbau
namun sedikit amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Saat pasien duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
2.7 Diagnosis Ketuban Pecah Dini1,3
Untuk menentukan diagnosis dari KPD, selalu ditinjau berdasarkan riwayat
ibu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan USG dan Laboratorium.
1. Anamnesis1,3
a. Lama KPD
b. Tipe dan warna air ketuban yang keluar (bedakan dengan urin,
sekresi vagina maupun eksudat dari adanya inflamasi).
c. Jumlah air ketuban yang keluar
d. Tanda-tanda infeksi:
1) Bau yang menyengat
2) Discharge vagina
3) Ketegangan rahim
4) Demam pada ibu
2. Pemeriksaan fisik1,3
a. Palpasi abdomen
1) Palpasi abdomen pada kehamilan dapat dilakukan guna menilai
ukuran dan presentasi dari janin.
2) Perhatikan apabila terdapat nyeri perut saat di palpasi yang
mengindikasikan adanya infeksi.
7
3) Pemeriksaan denyut jantung janin untuk mendeteksi adanya
fetal distress.
b. Pemeriksaan Vagina1,3
1) Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan speculum steril.
Amati adanya penyatuan cairan ketuban pada bagian posterior
fornix vagina atau air ketuban melewati saluran serviks. Jika
diagnosis belum jelas, mintalah kepada pasien untuk melakukan
tes valsava.
2) Lakukan pemeriksaan Low Vaginal Swab (LVS) untuk
keperluan mikroskopik (Skrining bakteri Streptococcus Grup B
dan Chlamydia) dan dan sensitivitas.
Catatan: hindari pemeriksaan digital kecuali waktu kelahiran
sudah dekat. Hal ini untuk mengurangi risiko infeksi dan
mencegah pemendekan periode laten.
c. Pemeriksasan USG1,3
Mengatur pemeriksaan USG untuk usia kehamilan, kesejahteraan
janin, pertumbuhan dan estimasi Amniotic Fluid Index (AFI).
Pemeriksaan USG ini menyediakan tambahan yang berguna untuk
diagnosis oligohidramnion, akan tetapi tidak diagnostik. Banyak
pasien, jika tidak sebagian besar, mengalami oligohidramnion
(yaitu, volume cairan ketuban yang kurang dari normal). Kriteria
oligohidramnion sedikit berbeda di antara ahli sonografi tetapi
dapat didefinisikan sebagai AFI ≤ 5 cm (sebagian menggunakan
≤2). 1,2
d. Pemeriksaan Laboratorium1,3
Pada beberapa kasus, perlu dilakukan tes laboratorium apabila
pemeriksaan sebelumnya belum cukup untuk mendiagnosis dan
juga untuk menyingkirkan kemungkinan lain keluarnya cairan dari
vagina atau perineum. Tes yang dapat dilakukan yaitu:
8
1) Tes hematologi dan kimia klinik. Tes ini nunujukkan hasil yang
normal jika tidak adanya infeksi atau komplikasi kehamilan
lainnya.
2) Tes nitrazin/kertas lakmus. Tes nitrazin/kertas lakmus
digunakan untuk menguji pH cairan vagina. Cairan ketuban
biasanya memiliki kisaran pH 7,0 hingga 7,3, yang berbeda dari
pH vagina normal 3,8 hingga 4,2 dan seringkali berbeda dari
pH urin, yang biasanya < 6 tetapi dapat lebih tinggi. Namun
hasil tes nitrazine dapat negatif palsu dan positif palsu yang
terjadi pada hingga 5 persen kasus. Hasil tes negatif palsu dapat
terjadi ketika kebocoran terjadi secara intermiten atau cairan
ketuban diencerkan oleh cairan vagina lainnya. Hasil positif
palsu dapat disebabkan oleh adanya cairan basa di dalam
vagina, seperti darah, cairan mani, atau sabun. Selain itu, pH
urin dapat meningkat hingga mendekati 8,0 jika terinfeksi
spesies proteus.1,3
3) Amniotic fluid crystallization test (Fern test) merupakan gold
standart pada kasus PPROM. Cairan ketuban kering
menunjukkan pola arborisasi (ferning) bila dilihat di bawah
mikroskop. Cairan dari forniks vagina posterior dioleskan ke
kaca objek dan dibiarkan kering selama minimal 10 menit.
Cairan ketuban menghasilkan pola seperti “daun pakis”
(Gambar 2). Lendir serviks yang terestrogen dengan baik atau
sidik jari pada slide mikroskop dapat menyebabkan tes pakis
positif palsu; negatif palsu dapat disebabkan oleh cairan
ketuban yang tidak memadai pada swab atau kontaminasi berat
dengan keputihan atau darah.1,3
9
Gambar 1. Alur diagnosis ketuban pecah dini pada Wanita dengan riwayat pengeluaran cairan
(Sumber: Uptodate PPROM 2021)
Apakah pemeriksaan pemeriksaan
speculum menunjukkan cairan
amniotic di fornix posterior?
Diagnosis
KPD
Pemeriksaan USG untuk
menilai AFV
Oligohydramnion AFV rendah
Normal AFV atau
polyhydramion
Pemeriksaan sample cairan dari
fornix posterior
Hasil positive Hasil negative
Diagnosis
KPD
Diagnosis bukan KPD
Evaluasi penyebab lain
berdasarkan gejala pasien
Ya tidak
10
Gambar 2. (A) gambarn daun pakis khas cairan ketuban kering. (B, C) Urine dan
cairan ketuban dapat dibedakan dengan pemeriksaan mikroskopis pada slide
mikroskop. Protein dalam cairan ketuban memberikan penampilan daun pakis (B)
yang tidak diamati dengan urin (C). (D) Pola daun pakis dari cairan ketuban.
(Sumber: Uptodate PPROM 2021)
4) Pemeriksaan seperti insulin-like growth factor binding protein
1 (IGFBP-1) sebagai penanda dari persalinan preterm,
kebocoran cairan amnion atau infeksi vagina terbukti memiliki
sensitivitas yang rendah. Penanda tersebut juga dapat
dipengaruhi oleh konsumsi alkohol. Selain itu pemeriksaan lain
seperti pemeriksaan darah ibu dan CRP pada cairan vagina
tidak memprediksi infeksi neonatus pada KPD preterm. 1,2
2.8 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini1,2
Ketuban pecah dini termasuk dalam beresiko tinggi, kesalahan dalam
mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas pada ibu maupun bayinya. Penatalaksanaan KPD masih dilemma bagi
sebahagian ahli kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri
kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan
spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. 1,2
Penatalaksanaan ketuban pecah dini dibagi menjadi konservatif dan aktif.
11
1. Konservatif1,2
Prinsip terapi konservatif yaitu mempertahankan kehamilan pada usia
se aterm mungkin pada KPD preterm. Beberapa terapi konservatif yang
dapat dilakukan adalah:
 Rawat di Rumah Sakit, berikan antibiotik profilaksis regimen obat
yang direkomendasikan selama tujuh hari untuk semua wanita
dengan KPD (ampisillin 2 x 2000 mg atau azitromisin 1 x 1000 mg
bila tidak tahan ampisilin dan amoxisilin 3 x 500 mg selama 7 hari).
 Pada usia kehamilan 32-36 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin. Dosis dexametasone 12.5 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari. Observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
 Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar atau air ketuban sampai tidak keluar lagi.
 Jika usia kehamilan 32-36 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi
berikan tokolitik (nifedipin), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam.
 Jika usia kehamila 32-36 minggu, ada infeksi beri antibiotik dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-
tanda infeksi intrauterine). 1,2
2. Aktif 1,2
a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Dapat pula diberikan
misoprostol 25 μg – 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila
tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan
diakhiri, bila gagal seksio sesarea.
b. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian di induksi,
bila tidak berhasil akhiri dengan seksio sesarea.
c. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.
12
2.9 Komplikasi Ketuban Pecah Dini1,2
Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah meningkatnya
mortalitas dan morbiditas perinatal (Mochtar, 2013). Pengaruh KPD terhadap janin
dan ibu yaitu:
1. Terhadap ibu1,2
Karena jalan lahir telah terbuka, maka dapat terjadi Infeksi
intrapartum apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam persalinan. Jika
terjadi infeksi dan kontraksi saat ketuban pecah, dapat menyebabkan sepsis,
dan selain itu juga dapat dijumpai partus lama/dry labour, perdarahan
postpartum, infeksi puerperalis/masa nifas, meningkatkan tindakan operatif
obstetric (khususnya SC). Ibu akan merasa lelah terbaring di tempat tidur,
nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan
meninggikan angka morbiditas dan mortalitas pada maternal.
2. Terhadap janin1,2
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi. Karena infeksi intrauterine lebih dahulu
terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan.
komplikasi yang sering dialami oleh janin adalah Hipoksia dan asfiksia
sekunder (kekurangan oksigen pada bayi). Mengakibatkan kompresi tali
pusat, prolaps uteri, dry labour/partus lama, skor APGAR rendah,
ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distress
pernapasan. sehingga meningkatkan Morbiditas dan mortalitas perinatal.
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan
ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden.
Dan semakin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi
sehingga meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau
janin dalam rahim. Tanda adanya infeksi bila suhu ibu > 38C, air ketuban
keruh dan bau, leukosit darah > 15.000/mm, perlunakan uterus dan
takikardia janin (>180 kali/menit). 1,2
13
2.10 Prognosi Ketuban Pecah Dini
Ditentukan berdasarkan umur dari kehamilan, penatalaksanaan dan
komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul.3
14
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. NLMI
Tanggal lahir/Umur : 07-08-2000 (21 tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Suku/Bangsa : Bali
Agama : Hindu
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : DS Sampalan Klod Dawan,Klungkung
No. RM : 221588
3.2 ANAMNESIS
a. Keluhan Utama :
Keluar air dari jalan lahir
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang diantar oleh keluarga ke UGD RSUD Klungkung pada
tanggal 11 Maret 2022 pukul 20.38 WITA dengan keluhan keluar air dari
jalan lahir sejak 2 jam yang lalu. Pasien mengatakan keluar air berwarna
bening dan tidak berbau dan tidak berwarna dirasakan baru sekali pada
saat pasien ingin sembahyang dan terjadi secara tiba-tiba, awalnya pasien
langsung dibawa ke puskesmas terdekat kemudian dirujuk dan dibawa ke
rumah sakit. Selain itu pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak 1 hari
yang lalu. Riwayat demam, trauma, mual dan muntah disangkal. BAB,
BAK dan nafsu makan dikatakan baik. Gerak janin dirasakan aktif oleh
pasien.
15
c. Riwayat Menstruasi
Pasien mengalami menstruasi pertama kali pada usia 14 tahun.
Menstruasi terakhir tanggal 6 Juli 2021. Siklus menstruasi dikatakan
teratur setiap 28 hari dan lama menstruasi dalam satu siklus 3-4 hari.
Pasien mengatakan mengganti pembalut sebanyak 4 kali dalam sehari
dan pasien memiliki keluhan nyeri pinggang dan nyeri perut selama haid.
d. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali. Pasien menikah pada usia 21 tahun. Menikah
dengan suami selama 2 bulan.
e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan KB yang lalu
N
o
Tgl,Bln,Th
partus
Umur hamil Jenis
persalin
an
Penolo
ng
Anak, BB lahir Keadaan
anak
sekarang
Meny
usui
KB
Abo
rtus
pre
mat
ur
Ater
m
Jk Bbl
- - - - - - - - - - - -
f. Riwayat Hamil Sekarang
Hari pertama haid terakhir (HPHT) pasien : 6 Juli 2021
ANC : Pasien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke bidan di
puskesmas. Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan sebanyak
5 kali untuk memantau keadaan ibu dan janin. Tekanan darah pasien dan
denyut jantung janin selama kehamilan dikatakan normal.
Keluhan hamil muda trimester awal: mual (+), muntah (+), perdarahan
disangkal
Keluhan hamil tua trimester akhir : -
g. Riwayat Penyakit Terdahulu
Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes mellitus, asma,
jiwa, varises, tumor, HIV, hepatitis dan penyakit jantung disangkal oleh
16
pasien. Pasien juga menyangkal adanya riwayat alergi baik terhadap obat
maupun makanan. Riwayat tidak pernah di rawat maupun di operasi.
h. Riwayat Ginekologi
Riwayat infertilitas, infeksi virus, PMS, Cervisitis kronis,
endrometriosis, polip servix, kanker, mioma uteri, dan operasi
kandungan disangkal.
i. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit pada keluarga seperti
hipertensi, diabetes melitus, asma, TBC, epilepsi, kelainan bawaan dan
penyakit jantung.
j. Riwayat Sosial dan Lingkungan
Pasien tinggal bersama suami dan orang tuanya. Pasien merupakan
karyawan swasta yang sehari-hari beraktivitas di rumah sakit. Pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat merokok dan mengonsumsi alkohol,
olahraga aktivitas ringan, pola makan teratur 3x sehari.
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tinggi badan : 155 cm
d. Berat badan : 90 kg
e. Index Masa Tubuh : 37,5 kg/m²
f. Tanda-tanda vital : Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Respiration Rate : 20 x/menit
Nadi : 91 x/menit
Suhu : 36,7 °C
SpO2 : 98%
VAS : 3/10
Status Generalis
Kepala Normocephali, rambut berwarna hitam
dan tidak mudah rontok
17
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-
/-), pupil bulat isokor, refleks pupil (+/+).
Hidung Deviasi (-) sekret (-) darah (-)
Telinga Simetris, darah (-) sekret (-)
Mulut Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), karies (-)
gusi berdarah (-)
Leher Peningkatan JVP (-), Pembesaran kelenjar
tiroid (-), pembesaran kelenjar getah
bening (-)
Thorax Normochest dan simetris
Pulmo Inspeksi Gerakan simetris saat statis dan dinamis,
tidak ada retraksi
Palpasi Nyeri tekan (-), taktil fremitus simetris
pada kedua lapang paru
Perkusi
Sonor Redup Pekak
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
Auskultasi
Vesikuler Ronkhi Wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
Anterior
+ + _ _ _ _
+ + _ _ _ _
+ + _ _ _ _
18
Posterior
Jantung Inspeksi Iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi Iktus kordis teraba kuat angkat
Perkusi Batas jantung kanan: ICS IV linea
parastrernal dextra
Batas jantung kiri: ICS IV linea
midclavicularis sinistra
Batas jantung atas: ICS II linea
parasternalis sinistra
Batas pinggang jantung: ICS III linea
parastrenal sinistra
Auskultasi S1S2 tunggal reguler
Mamae Bentuk simetris, tidak ada ASI, nanah
maupun darah. Kebersihan cukup
Abdomen Inspeksi Asites (-), tidak sikatrik, massa (-), distensi
(-), striae gravidarum (+)
Auskultasi Bising usus (+), peristatlik usus
(12x/menit)
Perkusi Timpani
+ + +
+ + +
+ + +
Palpasi Supel, tidak ada defans muscular, turgor
cukup, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba.
Nyeri tekan (-).
Ekstremitas Hangat
19
+ +
+ +
Edema
- -
- -
CRT < 2 detik
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar:
Mammae
Bentuk simetris, tampak hiperpigmentasi areola mammae, puting susu
menonjol, tidak tampak pengeluaran cairan dari puting susu, kebersihan
cukup
Abdomen
Inspeksi:
- Tampak perut membesar dengan striae gravidarum (livide dan striae
ablicantus)
Auskultasi:
- Frekuensi denyut jantung janin (138 kali/menit)
Palpasi
- Pemeriksaan Leopold
I. Teraba bagian bulat, lunak, dan tidak melenting (kesan bokong)
Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosesus xiphoideus.
II. Teraba bagian sisi kiri kecil-kecil (kesan ekstermitas) dan teraba
bagian sisi kanan memanjang (kesan punggung).
III. Teraba bagian bulat, keras, dan melenting (kesan kepala) 5/5
belum masuk pintu atas panggul.
IV. Jari dari kedua tangan pemerksa saling bertemu (convergen).
- MCD: 32 cm
- TBJ: 2945 gram
- His (-)
20
- Gerak janin (+) baik
- DJJ (+) 138x/menit
Vagina
Blood slym (-) sedikit, air ketuban (+)
Pemeriksaan Inspekulo: Valsava test (+), pooling di fornix posterior (+),
prolap janin dan tali pusat (-)
Pemeriksaan Dalam:
VT :
a. Vulva/Vagina : Normal
b. Porsio : Lunak, mencucu
c. Pembukaan : Negatif (-)
d. Penurunan : Negatif (-)
e. Pengeluaran : Ketuban (+)
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 11/03/2022 (21.06- WITA)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.0 g/dl 10.8 – 16.5
Leukosit *12.10 ribu/uL 3.5 – 10
Hitung Jenis Leukosit
Neutrofil 60 % 39.3 – 73.7
Limfosit 31.1 % 18.0 – 48.3
Monosit 5.1 % 4.4 – 12.7
Eosinofil 2.59 % .600 – 7.30
Basofil 0.82 % 0.00 – 7.30
Eritrosit 3.8 juta/uL 3.5 – 5.5
Hematokrit *33.3 % 35 – 55
Index Eritrosit
21
MCV 86.6 fL 81.1 – 96
MCH 28.6 pg 27.0 – 31.2
MCHC 33.0 % 31.5 – 35.0
RDW-CV 14.4 % 11.5 – 14.5
Trombosit 294 ribu/uL 145 – 450
Laju Endap Darah *57 mm/jam 0 – 15
HEMOSTASIS
Masa Pendarahan (BT) 2:00 Menit 1 - 5
Masa Pembekuan (CT) 12:00 Menit 6 - 15
KIMIA KLINIK
Gula Darah
Gula Darah Rapid
Sewaktu
*76 mg/dL 80 – 200
Tes Nitrazin/kertas lakmus 11/03/2022 (21.06 - WITA)
Pemeriksaan Hasil
Lakmus test Basah (Perubaha warna menjadi Biru)
Kesimpulan Susp cairan ketuban
3.5 RESUME
Pasien datang diantar oleh keluarga ke UGD RSUD Klungkung pada
tanggal 11 Maret 2022 pukul 20.38 WITA dengan keluhan keluar air dari jalan
lahir sejak 2 jam yang lalu. Pasien mengatakan keluar air berwarna bening dan
tidak berbau tidak berwarna, dirasakan baru sekali pada saat pasien ingin
sembahyang dan terjadi secara tiba-tiba, awalnya pasien langsung dibawa ke
puskesmas terdekat kemudian dirujuk dan dibawa ke rumah sakit. Selain itu
pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak 1 hari yang lalu. Riwayat demam,
trauma, mual dan muntah disangkal. BAB, BAK dan nafsu makan dikatakan
baik. Gerak janin dirasakan aktif oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
tekanan darah120/70 mmHg, nadi 91x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,7°C, SpO2
22
98%, dan VAS : 3/10. Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada
pemeriksaan obstitetri, pemeriksaan luar mamae Bentuk simetris, tampak
hiperpigmentasi areola mammae, puting susu menonjol, tidak tampak pengeluaran
cairan dari puting susu, kebersihan cukup, pemeriksaan abdomen didapatkan inspeksi
tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-), tampak perut membesar dengan
striae gravidarum (livide dan striae ablicantus), auskultasi didapatkan frekuensidenyut
jantung janin (138 kali/menit) bising usus (+) 12 kali/menit, leopod I didapatkan teraba
bagian bulat, lunak, dan tidak melenting (kesan bokong), tinggi fundus uteri 3 jari
dibawah prosesus xiphoideus, leopod II teraba bagian sisi kiri kecil-kecil (kesan
ekstermitas) dan teraba bagian sisi kanan memanjang (kesan punggung), leopod III
teraba bagian bulat, keras, dan melenting (kesan kepala) 5/5 belum masuk pintu atas
panggul, jari dari kedua tangan pemerksa saling bertemu (convergen), MCD: 32 cm,
TBJ: 2945 gram, his (-), gerak janin (+) baik, DJJ (+) 138x/menit. Pada pemeriksaan
vagina tampak, air ketuban (+). Pemeriksaan Inspekulo didapati Valsava test (+),
pooling di fornix posterior (+), prolap janin dan tali pusat (-) dan pemeriksaan VT
didapati Vulva/Vagina normal, porsio lunak, mencucu, Pembukaan negatif (-),
penurunan negatif (-), pengeluaran ketuban (+).
3.6 DIAGNOSIS BANDING
-
3.7 DIAGNOSIS KERJA
G1P0000, UK 35 minggu 4 hari, Tunggal/Hidup, Ketuban Pecah Dini Preterm.
TBJ: 2945 gram
3.8 PENATALAKSANAAN
- MRS
- Pasang DC
- IVFD RL 500 cc, 20 tpm
- Cefotaxime 3x1 gr IV
- Dexametasone 1x12 mg (IM)
- Vitamin C 1x1000 mg (IV)
23
- Bed Rest
3.9 PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad functionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad bonam
3.10 Follow Up Pasien
12 Maret 2022
S Nyeri perut (-), Nyeri pinggang (+), Keluar air (+), gerak anak (+) baik
O KU: Baik
Kesadaran: E4V5M6 (Composmentis)
St Present
TD 120/70 mmHg, N 91x/mnt, RR 20x/mnt, T 36,7oC, SpO2: 98%, VAS
3/10
St. General
Mata : anemis -/-
Thorax : cor/pulmo dbn
Ekstremitas : Hangat (+), edema (-) pada keempat ekstremitas
St. Obstetrik
Abd : TFU 3 jari dibawah processus xyphoideus
His (-)
DJJ: 133 x/ Menit
A G1P0000, UK 35 minggu 4 hari, Tunggal/Hidup, Ketuban Pecah Dini
preterm
P - IVFD RL 500 cc, 20 tpm
- Cefotaxime 2x1 gr IV
- Dexametasone 1x12 mg (IM)
- Vitamin C 1x1000 mg (IV)
24
13 Maret 2022
S Nyeri perut (-), Nyeri Pinggang (+), Keluar air (+), gerak anak (+) baik
O KU: Baik
Kesadaran: E4V5M6 (Composmentis)
St Present
TD 110/80 mmHg, N 70x/mnt, RR 19x/mnt, T 36,8oC, SpO2: 98%, VAS
3/10
St. General
Mata : anemis -/-
Thorax : cor/pulmo dbn
Ekstremitas : Hangat (+), edema (-) pada keempat ekstremitas
St. Obstetrik
Abd : TFU 3 jari dibawah processus xyphoideus
His (-)
DJJ: 144 x/ Menit
A G1P0000, UK 35 minggu 5 hari, Tunggal/Hidup, Ketuban Pecah Dini
preterm
P - IVFD RL 500 cc, 20 tpm
- Cefotaxime 2x1 gr IV
- Dexametasone 1x12 mg (IM)
- Vitamin C 1x1000 mg (IV)
14 Maret 2022
S Nyeri perut (-), Nyeri Pinggang (-), Keluar air (+), gerak anak (+) baik
O KU: Baik
Kesadaran: E4V5M6 (Composmentis)
St Present
25
TD 110/70 mmHg, N 80x/mnt, RR 18x/mnt, T 36,7oC, SpO2: 98%, VAS
0/10
St. General
Mata : anemis -/-
Thorax : cor/pulmo dbn
Ekstremitas : Hangat (+), edema (-) pada keempat ekstremitas
St. Obstetrik
Abd : TFU 3 jari dibawah processus xyphoideus
His (-)
DJJ: 140 x/ Menit
A G1P0000, UK 35 minggu 6 hari, Tunggal/Hidup, Ketuban Pecah Dini
preterm
P - IVFD RL 500 cc, 20 tpm
- Vitamin C 1x1000 mg (IV)
- SF 1x1 mg
- BPL
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Ny. NLMI usia 21 tahun datang ke IGD RSUD Klungkung dengan
keluhan utama keluar air dari jalan lahir. Setelah melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis
G1P0000, UK 35 minggu 4 hari, Tunggal/Hidup dengan Ketuban Pecah Dini.
Diagnosis KPD didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Dari hasil anamnesis diperoleh keluar air berwarna
bening dan tidak berbau dirasakan baru sekali pada saat pasien ingin
sembahyang dan terjadi secara tiba-tiba. Selain itu pasien mengeluhkan nyeri
pinggang sejak 1 hari yang lalu. Riwayat demam, trauma, mual dan muntah
disangkal. BAB, BAK dan nafsu makan dikatakan baik. Gerak janin dirasakan
aktif oleh pasien. Menurut Pattrick Duff, MD (2021), pada anamnesis pasien
ketuban pecah dini sebaiknya ditanyakan terkait dengan faktor risiko pasien
diantaranya; Riwayat KPD sebelumnya, perdarahan antepartum, infeksi saluran
genital dan faktor lain (perilaku merokok, gizi buruk, penambahan berat badan
yang kurang baik selama kehamilan, narkoba, alcohol). Hal ini sangat berguna
untuk menentukan faktor predisposisi KPD.
Pemeriksaan obstetri sangat dibutuhkan untuk membantu penegakan
diagnosis. Ketuban pecah dini didiagnosis ketika cairan amnion dilihat dengan
adanya pooling di fornix posterior atau cairan bening mengalir dari saluran
serviks dan juga tampak keluar cairan dari serviks pada saat valsalva maneuver
dan salah satu pemeriksaan untuk menscreening ketuban pecah dini adalah
Nitrazin test (Lakmus Test). Normalnya, pH cairan vagina normal berkisar 3,8
-4,2 sedangkan cairan ketuban berkisar antara 7,0 hingga 7,3. kertas Nitrazin
akan dengan cepat berubah warna menjadi warna biru jika cairan vagina
memiliki pH basa. Jika selaput ketuban masih utuh kertas Nitrazin akan tetap
bewarna merah. Namun hasil tes nitrazine dapat negatif palsu dan positif palsu
yang terjadi pada hingga 5 persen kasus. Hasil tes negatif palsu dapat terjadi
ketika kebocoran terjadi secara intermiten atau cairan ketuban diencerkan oleh
27
cairan vagina lainnya. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh adanya cairan
basa di dalam vagina, seperti darah, cairan mani, atau sabun. Pada pasien ini
dilakukan pemeriksaan inspekulo dan ditemukan OUE tertutup, fluxus (-), flour
(-), pooling di fornix posterior (+), nitrazin test (+). Pada pasien ini tidak
dilaukan pemeriksaan ferning test yang merupakan gold standart dari kasus
KPD karena keterbatasan fasilitas kesehatan.
Penatalaksanaan ketuban pecah dini dibagi menjadi konservatif dan aktif.
Prinsip terapi konservatif yaitu mempertahankan kehamilan pada usia se aterm
mungkin pada KPD preterm. Pada pasien dilakukan terapi konservatif dengan
cara meminta pasien bed rest denga pemasangan kateter serta pemberian
antibiotik cefotaxime 3 x 1 gram dan dexametasone 1x12 mg (IM) terhitung
tanggal 12 maret 2021 hingga 13 maret 2021. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
pada pasien KPD harus diberikan antibiotik profilaksis untuk mencegah
terjadinya infeksi karena proses asending. Selain itu pada usia kehamilan 32-26
minggu diberikan steroid untuk memacu kematangan paru janin. Dosis
dexametason 12.5 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari. Selain itu, dijelaskan
secara lebih rinci bahwa pada usia kehamilan 32-36 minggu, belum inpartu dan
tidak ada tanda-tanda infeksi tes busa negatif beri deksametason, observasi
tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37
minggu.
28
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus wanita usia 21 tahun, dengan usia kehamilan 35
minggu 4 hari, yang mengeluh keluar air pervaginam. Dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan, pasien didiagnosis G1P0000,
UK 35 minggu 4 hari, Tunggal/Hidup, Ketuban Pecah Dini TBJ: 2945 gram. Dari
keadaan pasien tidak terlihat terjadi komplikasi baik pada ibu dan janin.
Tatalaksana yang dilakukan kepada pasien yaitu konservatif, yaitu untuk
mempertahankan pasien se aterm mungkin pada pasien usia kehamilan preterm.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Pattrick Duff, MD. Preterm Prelabor Rupture Of Membranes: Clinical
Manifestations And Diagnosis. Wolters Kluwer. Juni 2021: 1- 25.
2. Pattrick Duff, MD. Preterm Prelabor Rupture Of Membranes: Management And
Outcome. Wolters Kluwer. Juni 2021: 1-32.
3. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap II LC, Wendstrom
KD. 2014. William Obstetrics, 24nd Edition, Chapter 21 Disorder of Aminic
Fluid Volume . USA : McGRAW-HILL.

More Related Content

Similar to FIX.docx

Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Okta-Shi Sama
 
Inpartum kala 1 fase laten
Inpartum kala 1 fase latenInpartum kala 1 fase laten
Inpartum kala 1 fase laten
ocha_amd
 
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinanMakalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
Septian Muna Barakati
 
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Tugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan akbid paramata raha
Tugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan  akbid paramata rahaTugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan  akbid paramata raha
Tugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan akbid paramata raha
Operator Warnet Vast Raha
 
Tugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan akbid paramata raha
Tugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan  akbid paramata rahaTugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan  akbid paramata raha
Tugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan akbid paramata raha
Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to FIX.docx (20)

Deteksi
DeteksiDeteksi
Deteksi
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 
Makalah bayi tabung dalam sudut pandangan islam
Makalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islamMakalah bayi tabung dalam sudut  pandangan islam
Makalah bayi tabung dalam sudut pandangan islam
 
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)
 
Kesehatan
KesehatanKesehatan
Kesehatan
 
256898838 copy-of-askeb-bulin
256898838 copy-of-askeb-bulin256898838 copy-of-askeb-bulin
256898838 copy-of-askeb-bulin
 
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan MudaKegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Askeb ketuban pecah dini.docx
Askeb ketuban pecah dini.docxAskeb ketuban pecah dini.docx
Askeb ketuban pecah dini.docx
 
INC FISOL SHANTI.doc
INC FISOL SHANTI.docINC FISOL SHANTI.doc
INC FISOL SHANTI.doc
 
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Inpartum kala 1 fase laten
Inpartum kala 1 fase latenInpartum kala 1 fase laten
Inpartum kala 1 fase laten
 
Trauma_kehamilan.docx
Trauma_kehamilan.docxTrauma_kehamilan.docx
Trauma_kehamilan.docx
 
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinanMakalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
 
Pre,post,iuge,iufd
Pre,post,iuge,iufdPre,post,iuge,iufd
Pre,post,iuge,iufd
 
Modul 5 kb 2
Modul 5   kb 2Modul 5   kb 2
Modul 5 kb 2
 
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Tugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan akbid paramata raha
Tugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan  akbid paramata rahaTugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan  akbid paramata raha
Tugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan akbid paramata raha
 
Tugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan akbid paramata raha
Tugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan  akbid paramata rahaTugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan  akbid paramata raha
Tugas akhir manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan akbid paramata raha
 

FIX.docx

  • 1. LAPORAN CASE BASED DISCUSSION KETUBAN PECAH DINI (KPD) OLEH: Rifaldin 016.06.0048 PEMBIMBING dr. I Nyoman Gde Dwipa Mahardika, M.Biomed, SP.OG KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KLUNGKUNG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM 2022
  • 2. 2
  • 3. ii KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil Case Based Discussion ini tepat pada waktunya. Laporan ini membahas mengenai sebuah kasus yang berjudul “Ketuban Pecah Dini (KPD)”. Penyusunan laporan ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada : 1. dr. I Nyoman Gde Dwipa Mahardika, M.Biomed, SP.OG sebagai dosen tutor yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan Case Based Discussion. 2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi dalam berdiskusi. Mengingat pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas untuk menyusun laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Klungkung, 14 Maret 2022 Penulis
  • 4. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................ii DAFTAR ISI...........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2 2.1 Definisi.......................................................................................................... 2 2.2 Epidemiologi................................................................................................. 2 2.3 Klasifikasi...................................................................................................... 2 2.4 Faktor Risiko................................................................................................. 3 2.5 Patofisiologi .................................................................................................. 5 2.6 Tanda dan gejala............................................................................................ 6 2.7 Diagnosis....................................................................................................... 6 2.8 Tatalaksana.................................................................................................. 10 2.9 Komplikasi .................................................................................................. 12 2.10 Prognosis ................................................................................................... 13 BAB III LAPORAN KASUS................................................................................ 14 3.1 Identitas Pasien............................................................................................ 14 3.2 Anamnesis ................................................................................................... 14 3.3 Pemeriksaan Fisik ....................................................................................... 16 3.4 Pemeriksaan Penunjang............................................................................... 20 3.5 Resume........................................................................................................ 21 3.6 Diagnosis Banding ...................................................................................... 22
  • 5. iv 3.7 Diagnosis Kerja........................................................................................... 22 3.8 Tatalaksana.................................................................................................. 22 3.9 Prognosis ..................................................................................................... 22 3.10 Follow Up.................................................................................................. 22 BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 26 BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 28 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
  • 6. 1 BAB I PENDAHULUAN Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM).1 Insidensi ketuban pecah dini lebih kurang 10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas. Ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.1 Faktor penyebab terjadinya ketuban pecah dini masih belum diketahui penyebabnya dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Namun terdapat beberapa faktor predisposisi yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini yaitu :infeksi, servik yang inkompeten, tekanan intra uterin yang meninggi atauoverdistesi, trauma, kelainan letak, multigravida.1 Dalam menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya.sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. 1
  • 7. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ketuban Pecah Dini Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan setelah ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Bocornya air ketuban (likuor amnii) pada KPD dapat terjadi secara spontan dari rongga amnion di mana janin ditampung.1,2 Sedangkan menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) KPD adalah sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya persalinan (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya efficement atau dilatasi serviks). KPD dapat terjadi pada gestasi < 37 minggu atau usia gestasi >37 minggu.1,2 2.2 Epidemiologi Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini terjadi pada hingga 3% kehamilan: sekitar 0,5% kehamilan <27 minggu, 1% kehamilan 27 hingga 34 minggu, dan 1% kehamilan 34 hingga 37 minggu). 2.3 Klasifikasi Ketuban Pecah Dini KPD diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu, KPD preterm dan KPD aterm: 1,2 1. KPD Preterm Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada usia <37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah pecahnya ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan ibu anatara 34 sampai kurang dari 37 minggu minggu1,2
  • 8. 3 2. KPD Aterm Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yag terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥37 minggu1,2 2.4 Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini Fisiologis ibu, genetik, dan faktor lingkungan cenderung mempengaruhi perkembangan KPD dalam banyak kasus. Faktor-faktor risiko ini serupa dengan faktor-faktor untuk persalinan prematur, tetapi kebanyakan pasien tidak memiliki faktor risiko yang dapat diidentifikasi1,2 Riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya, infeksi saluran genital, perdarahan antepartum, dan merokok memiliki hubungan yang sangat kuat dengan KPD dan dibahas di bawah ini. 1,2 1. KPD sebelumnya Studi secara konsisten melaporkan bahwa riwayat KPD merupakan faktor risiko kuat untuk mengalami kejadian KPD. Sebagai contoh, Preterm Prediction Study, sebuah studi prospektif besar yang dilakukan oleh Maternal-Fetal Medicine Units (MFMU) dan National Institute of Child Health and Human Development (NICHD), mengamati bahwa wanita dengan riwayat KPD yang mengarah ke kelahiran prematur memiliki frekuensi KPD tiga kali lipat lebih tinggi pada kehamilan berikutnya dibandingkan dengan wanita tanpa riwayat tersebut. Selain itu, pada kehamilan berikutnya, wanita dengan riwayat KPD yang mengarah ke kelahiran prematur memiliki risiko tinggi KPD dan kelahiran prematur sebelum 28 minggu.1,2 2. Infeksi saluran genital1,2 Infeksi saluran genital adalah satu-satunya faktor risiko paling umum yang dapat diidentifikasi untuk KPD. Tiga bukti epidemiologis sangat mendukung hubungan ini: (1) wanita dengan KPD secara signifikan lebih mungkin dibandingkan wanita dengan membran utuh untuk memiliki mikroorganisme patogen dalam cairan ketuban, (2) wanita dengan KPD
  • 9. 4 memiliki tingkat korioamnionitis histologis yang secara signifikan lebih tinggi daripada mereka yang yang melahirkan prematur tanpa KPD, dan (3) frekuensi KPD secara signifikan lebih tinggi pada wanita dengan infeksi saluran genital bawah tertentu (terutama vaginosis bakterial) dibandingkan pada wanita yang tidak terinfeksi. Hubungan antara kolonisasi bakteri pada saluran genital bawah dan KPD tidak mengejutkan. Banyak mikroorganisme yang mengkolonisasi saluran genital bawah memiliki kapasitas untuk menghasilkan fosfolipase, yang dapat merangsang produksi prostaglandin dan dengan demikian menyebabkan timbulnya kontraksi uterus. Selain itu, respon imun pejamu terhadap invasi bakteri ke endoserviks dan/atau membran janin menyebabkan produksi beberapa mediator inflamasi yang dapat menyebabkan kelemahan lokal korion amnion dan mengakibatkan KPD.1,2 3. Perdarahan antepartum Perdarahan pervaginam trimester pertama dikaitkan dengan peningkatan kecil namun signifikan secara statistik dalam risiko KPD. Perdarahan antepartum pada lebih dari satu trimester meningkatkan risiko KPD tiga sampai tujuh kali lipat. Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh karena solusio plasenta atau plasenta previa dapat meningkatkan resiko terjadinya KPD. Perdarahan plasenta diketahui akan meningkatkan homosistein dan mengaktivasi protrombinase yang mengubah protrombim menjadi trombin. Peningkatan homosistein dan trombin akan menyebabkan kontraksi miometrium.3,1 4. Faktor lain1,2 Faktor gaya hidup yang dapat mempengaruhi kejadian ketuban pecah dini antara lain perilaku merokok, gizi buruk, penambahan berat badan yang kurang baik selama kehamilan, narkoba, alkohol dilaporkan memiliki peranan penting pada kejadian dan berat badan lahir rendah dan KPD. Penelitian menyatakan adanya hubungan antara berat badan dengan KPD, terutama pada saat ibu memiliki riwayat obesitas. Konsumsi alkohol juga diduga memiliki suatu kaitan dengan ketuban pecah dini disertai dengan
  • 10. 5 peningkatan resiko cedera otak pada bayi yang prematur. Kebiasaan konsumsi tembakau bertanggung jawab atas 32.000 sampai 61.000 bayi dengan berat badan lahir rendah setiap tahunnya di Amerika Serikat.1,2,3 2.5 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini11,3 Patogenesis ruptur membran spontan tidak sepenuhnya dipahami. Korion amnion yang biasa disebut selaput janin merupakan batas desidua maternal dan lainnya pada membran basemen kolagen tipe II serta IV dan lapisan berserat yang ada di bawahnya mengandung kolagen tipe I, III, V, dan VI, maka dari itu kolagen merupakan kekuatan utama untuk korion amnion. Selaput ketuban pecah adalah proses penyembuhan dari luka di mana kolagen dirusakkan. Kumpulan matrix metalloproteinase (MMPs) adalah salah satu keluarga enzim yang bertindak untuk merusak serat kolagen yang memegang peranan penting. Di sini prostaglandin juga memacu produksi MMPs di leher rahim dan desidua untuk mempromosikan pematangan serviks dan aktivasi membran desidua dan janin, MMPs-1 dan MMPs-8 adalah kolagenase yang mendegradasikan kolagen tipe I, II dan III, sedangkan MMPs-2 dan MMPs-9 merupakan gelatinase yang mendegradasikan kolagen tipe IV dan V. Aktivitas MMPs sendiri diatur oleh inhibitor jaringan MMPs yaitu tissue inhibitors of MMPs (TIMPs). Faktor yang sering dapat meningkatkan konsentrasi MMPs adalah infeksi atau peradangan. Infeksi dapat meningkatkan konsentrasi MMP dan menurunkan kadar TIMP dalam rongga ketuban melalui protease yang dihasilkan langsung oleh bakteri, yang nantinya protease itu akan mengakibatkan degradasi kolagen. Proinflamasi seperti IL-1 dan TNFα juga dapat meningkatkan kadar MMP.1,3 Selaput ketuban yang tadinya sangat kuat pada kehamilan muda, akan semakin menurun seiring bertambahnya usia kehamilan, dan puncaknya pada trimester ketiga. Selain yang telah disebutkan di atas, melemahnya kekuatan selaput ketuban juga sering dihubungkan dengan gerakan janin yang berlebihan. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis. 1,3
  • 11. 6 2.6 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini1,3 Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban tidak berbau namun sedikit amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Saat pasien duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. 2.7 Diagnosis Ketuban Pecah Dini1,3 Untuk menentukan diagnosis dari KPD, selalu ditinjau berdasarkan riwayat ibu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan USG dan Laboratorium. 1. Anamnesis1,3 a. Lama KPD b. Tipe dan warna air ketuban yang keluar (bedakan dengan urin, sekresi vagina maupun eksudat dari adanya inflamasi). c. Jumlah air ketuban yang keluar d. Tanda-tanda infeksi: 1) Bau yang menyengat 2) Discharge vagina 3) Ketegangan rahim 4) Demam pada ibu 2. Pemeriksaan fisik1,3 a. Palpasi abdomen 1) Palpasi abdomen pada kehamilan dapat dilakukan guna menilai ukuran dan presentasi dari janin. 2) Perhatikan apabila terdapat nyeri perut saat di palpasi yang mengindikasikan adanya infeksi.
  • 12. 7 3) Pemeriksaan denyut jantung janin untuk mendeteksi adanya fetal distress. b. Pemeriksaan Vagina1,3 1) Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan speculum steril. Amati adanya penyatuan cairan ketuban pada bagian posterior fornix vagina atau air ketuban melewati saluran serviks. Jika diagnosis belum jelas, mintalah kepada pasien untuk melakukan tes valsava. 2) Lakukan pemeriksaan Low Vaginal Swab (LVS) untuk keperluan mikroskopik (Skrining bakteri Streptococcus Grup B dan Chlamydia) dan dan sensitivitas. Catatan: hindari pemeriksaan digital kecuali waktu kelahiran sudah dekat. Hal ini untuk mengurangi risiko infeksi dan mencegah pemendekan periode laten. c. Pemeriksasan USG1,3 Mengatur pemeriksaan USG untuk usia kehamilan, kesejahteraan janin, pertumbuhan dan estimasi Amniotic Fluid Index (AFI). Pemeriksaan USG ini menyediakan tambahan yang berguna untuk diagnosis oligohidramnion, akan tetapi tidak diagnostik. Banyak pasien, jika tidak sebagian besar, mengalami oligohidramnion (yaitu, volume cairan ketuban yang kurang dari normal). Kriteria oligohidramnion sedikit berbeda di antara ahli sonografi tetapi dapat didefinisikan sebagai AFI ≤ 5 cm (sebagian menggunakan ≤2). 1,2 d. Pemeriksaan Laboratorium1,3 Pada beberapa kasus, perlu dilakukan tes laboratorium apabila pemeriksaan sebelumnya belum cukup untuk mendiagnosis dan juga untuk menyingkirkan kemungkinan lain keluarnya cairan dari vagina atau perineum. Tes yang dapat dilakukan yaitu:
  • 13. 8 1) Tes hematologi dan kimia klinik. Tes ini nunujukkan hasil yang normal jika tidak adanya infeksi atau komplikasi kehamilan lainnya. 2) Tes nitrazin/kertas lakmus. Tes nitrazin/kertas lakmus digunakan untuk menguji pH cairan vagina. Cairan ketuban biasanya memiliki kisaran pH 7,0 hingga 7,3, yang berbeda dari pH vagina normal 3,8 hingga 4,2 dan seringkali berbeda dari pH urin, yang biasanya < 6 tetapi dapat lebih tinggi. Namun hasil tes nitrazine dapat negatif palsu dan positif palsu yang terjadi pada hingga 5 persen kasus. Hasil tes negatif palsu dapat terjadi ketika kebocoran terjadi secara intermiten atau cairan ketuban diencerkan oleh cairan vagina lainnya. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh adanya cairan basa di dalam vagina, seperti darah, cairan mani, atau sabun. Selain itu, pH urin dapat meningkat hingga mendekati 8,0 jika terinfeksi spesies proteus.1,3 3) Amniotic fluid crystallization test (Fern test) merupakan gold standart pada kasus PPROM. Cairan ketuban kering menunjukkan pola arborisasi (ferning) bila dilihat di bawah mikroskop. Cairan dari forniks vagina posterior dioleskan ke kaca objek dan dibiarkan kering selama minimal 10 menit. Cairan ketuban menghasilkan pola seperti “daun pakis” (Gambar 2). Lendir serviks yang terestrogen dengan baik atau sidik jari pada slide mikroskop dapat menyebabkan tes pakis positif palsu; negatif palsu dapat disebabkan oleh cairan ketuban yang tidak memadai pada swab atau kontaminasi berat dengan keputihan atau darah.1,3
  • 14. 9 Gambar 1. Alur diagnosis ketuban pecah dini pada Wanita dengan riwayat pengeluaran cairan (Sumber: Uptodate PPROM 2021) Apakah pemeriksaan pemeriksaan speculum menunjukkan cairan amniotic di fornix posterior? Diagnosis KPD Pemeriksaan USG untuk menilai AFV Oligohydramnion AFV rendah Normal AFV atau polyhydramion Pemeriksaan sample cairan dari fornix posterior Hasil positive Hasil negative Diagnosis KPD Diagnosis bukan KPD Evaluasi penyebab lain berdasarkan gejala pasien Ya tidak
  • 15. 10 Gambar 2. (A) gambarn daun pakis khas cairan ketuban kering. (B, C) Urine dan cairan ketuban dapat dibedakan dengan pemeriksaan mikroskopis pada slide mikroskop. Protein dalam cairan ketuban memberikan penampilan daun pakis (B) yang tidak diamati dengan urin (C). (D) Pola daun pakis dari cairan ketuban. (Sumber: Uptodate PPROM 2021) 4) Pemeriksaan seperti insulin-like growth factor binding protein 1 (IGFBP-1) sebagai penanda dari persalinan preterm, kebocoran cairan amnion atau infeksi vagina terbukti memiliki sensitivitas yang rendah. Penanda tersebut juga dapat dipengaruhi oleh konsumsi alkohol. Selain itu pemeriksaan lain seperti pemeriksaan darah ibu dan CRP pada cairan vagina tidak memprediksi infeksi neonatus pada KPD preterm. 1,2 2.8 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini1,2 Ketuban pecah dini termasuk dalam beresiko tinggi, kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayinya. Penatalaksanaan KPD masih dilemma bagi sebahagian ahli kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. 1,2 Penatalaksanaan ketuban pecah dini dibagi menjadi konservatif dan aktif.
  • 16. 11 1. Konservatif1,2 Prinsip terapi konservatif yaitu mempertahankan kehamilan pada usia se aterm mungkin pada KPD preterm. Beberapa terapi konservatif yang dapat dilakukan adalah:  Rawat di Rumah Sakit, berikan antibiotik profilaksis regimen obat yang direkomendasikan selama tujuh hari untuk semua wanita dengan KPD (ampisillin 2 x 2000 mg atau azitromisin 1 x 1000 mg bila tidak tahan ampisilin dan amoxisilin 3 x 500 mg selama 7 hari).  Pada usia kehamilan 32-36 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin. Dosis dexametasone 12.5 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari. Observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.  Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau air ketuban sampai tidak keluar lagi.  Jika usia kehamilan 32-36 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi berikan tokolitik (nifedipin), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.  Jika usia kehamila 32-36 minggu, ada infeksi beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda- tanda infeksi intrauterine). 1,2 2. Aktif 1,2 a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Dapat pula diberikan misoprostol 25 μg – 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri, bila gagal seksio sesarea. b. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian di induksi, bila tidak berhasil akhiri dengan seksio sesarea. c. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.
  • 17. 12 2.9 Komplikasi Ketuban Pecah Dini1,2 Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah meningkatnya mortalitas dan morbiditas perinatal (Mochtar, 2013). Pengaruh KPD terhadap janin dan ibu yaitu: 1. Terhadap ibu1,2 Karena jalan lahir telah terbuka, maka dapat terjadi Infeksi intrapartum apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam persalinan. Jika terjadi infeksi dan kontraksi saat ketuban pecah, dapat menyebabkan sepsis, dan selain itu juga dapat dijumpai partus lama/dry labour, perdarahan postpartum, infeksi puerperalis/masa nifas, meningkatkan tindakan operatif obstetric (khususnya SC). Ibu akan merasa lelah terbaring di tempat tidur, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan meninggikan angka morbiditas dan mortalitas pada maternal. 2. Terhadap janin1,2 Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi. Karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. komplikasi yang sering dialami oleh janin adalah Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi). Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/partus lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distress pernapasan. sehingga meningkatkan Morbiditas dan mortalitas perinatal. Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Dan semakin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi sehingga meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim. Tanda adanya infeksi bila suhu ibu > 38C, air ketuban keruh dan bau, leukosit darah > 15.000/mm, perlunakan uterus dan takikardia janin (>180 kali/menit). 1,2
  • 18. 13 2.10 Prognosi Ketuban Pecah Dini Ditentukan berdasarkan umur dari kehamilan, penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul.3
  • 19. 14 BAB III LAPORAN KASUS 3.1 IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. NLMI Tanggal lahir/Umur : 07-08-2000 (21 tahun) Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Kawin Suku/Bangsa : Bali Agama : Hindu Pendidikan terakhir : SMA Pekerjaan : Swasta Alamat : DS Sampalan Klod Dawan,Klungkung No. RM : 221588 3.2 ANAMNESIS a. Keluhan Utama : Keluar air dari jalan lahir b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang diantar oleh keluarga ke UGD RSUD Klungkung pada tanggal 11 Maret 2022 pukul 20.38 WITA dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak 2 jam yang lalu. Pasien mengatakan keluar air berwarna bening dan tidak berbau dan tidak berwarna dirasakan baru sekali pada saat pasien ingin sembahyang dan terjadi secara tiba-tiba, awalnya pasien langsung dibawa ke puskesmas terdekat kemudian dirujuk dan dibawa ke rumah sakit. Selain itu pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak 1 hari yang lalu. Riwayat demam, trauma, mual dan muntah disangkal. BAB, BAK dan nafsu makan dikatakan baik. Gerak janin dirasakan aktif oleh pasien.
  • 20. 15 c. Riwayat Menstruasi Pasien mengalami menstruasi pertama kali pada usia 14 tahun. Menstruasi terakhir tanggal 6 Juli 2021. Siklus menstruasi dikatakan teratur setiap 28 hari dan lama menstruasi dalam satu siklus 3-4 hari. Pasien mengatakan mengganti pembalut sebanyak 4 kali dalam sehari dan pasien memiliki keluhan nyeri pinggang dan nyeri perut selama haid. d. Riwayat Pernikahan Pasien menikah 1 kali. Pasien menikah pada usia 21 tahun. Menikah dengan suami selama 2 bulan. e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan KB yang lalu N o Tgl,Bln,Th partus Umur hamil Jenis persalin an Penolo ng Anak, BB lahir Keadaan anak sekarang Meny usui KB Abo rtus pre mat ur Ater m Jk Bbl - - - - - - - - - - - - f. Riwayat Hamil Sekarang Hari pertama haid terakhir (HPHT) pasien : 6 Juli 2021 ANC : Pasien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke bidan di puskesmas. Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan sebanyak 5 kali untuk memantau keadaan ibu dan janin. Tekanan darah pasien dan denyut jantung janin selama kehamilan dikatakan normal. Keluhan hamil muda trimester awal: mual (+), muntah (+), perdarahan disangkal Keluhan hamil tua trimester akhir : - g. Riwayat Penyakit Terdahulu Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes mellitus, asma, jiwa, varises, tumor, HIV, hepatitis dan penyakit jantung disangkal oleh
  • 21. 16 pasien. Pasien juga menyangkal adanya riwayat alergi baik terhadap obat maupun makanan. Riwayat tidak pernah di rawat maupun di operasi. h. Riwayat Ginekologi Riwayat infertilitas, infeksi virus, PMS, Cervisitis kronis, endrometriosis, polip servix, kanker, mioma uteri, dan operasi kandungan disangkal. i. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit pada keluarga seperti hipertensi, diabetes melitus, asma, TBC, epilepsi, kelainan bawaan dan penyakit jantung. j. Riwayat Sosial dan Lingkungan Pasien tinggal bersama suami dan orang tuanya. Pasien merupakan karyawan swasta yang sehari-hari beraktivitas di rumah sakit. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat merokok dan mengonsumsi alkohol, olahraga aktivitas ringan, pola makan teratur 3x sehari. 3.3 PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan Umum : Baik b. Kesadaran : Compos Mentis c. Tinggi badan : 155 cm d. Berat badan : 90 kg e. Index Masa Tubuh : 37,5 kg/m² f. Tanda-tanda vital : Tekanan Darah : 120/70 mmHg Respiration Rate : 20 x/menit Nadi : 91 x/menit Suhu : 36,7 °C SpO2 : 98% VAS : 3/10 Status Generalis Kepala Normocephali, rambut berwarna hitam dan tidak mudah rontok
  • 22. 17 Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (- /-), pupil bulat isokor, refleks pupil (+/+). Hidung Deviasi (-) sekret (-) darah (-) Telinga Simetris, darah (-) sekret (-) Mulut Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), karies (-) gusi berdarah (-) Leher Peningkatan JVP (-), Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-) Thorax Normochest dan simetris Pulmo Inspeksi Gerakan simetris saat statis dan dinamis, tidak ada retraksi Palpasi Nyeri tekan (-), taktil fremitus simetris pada kedua lapang paru Perkusi Sonor Redup Pekak + + - - - - + + - - - - + + - - - - Auskultasi Vesikuler Ronkhi Wheezing + + - - - - + + - - - - + + - - - - Anterior + + _ _ _ _ + + _ _ _ _ + + _ _ _ _
  • 23. 18 Posterior Jantung Inspeksi Iktus kordis tidak terlihat. Palpasi Iktus kordis teraba kuat angkat Perkusi Batas jantung kanan: ICS IV linea parastrernal dextra Batas jantung kiri: ICS IV linea midclavicularis sinistra Batas jantung atas: ICS II linea parasternalis sinistra Batas pinggang jantung: ICS III linea parastrenal sinistra Auskultasi S1S2 tunggal reguler Mamae Bentuk simetris, tidak ada ASI, nanah maupun darah. Kebersihan cukup Abdomen Inspeksi Asites (-), tidak sikatrik, massa (-), distensi (-), striae gravidarum (+) Auskultasi Bising usus (+), peristatlik usus (12x/menit) Perkusi Timpani + + + + + + + + + Palpasi Supel, tidak ada defans muscular, turgor cukup, hepar tidak teraba, lien tidak teraba. Nyeri tekan (-). Ekstremitas Hangat
  • 24. 19 + + + + Edema - - - - CRT < 2 detik Status Obstetri Pemeriksaan Luar: Mammae Bentuk simetris, tampak hiperpigmentasi areola mammae, puting susu menonjol, tidak tampak pengeluaran cairan dari puting susu, kebersihan cukup Abdomen Inspeksi: - Tampak perut membesar dengan striae gravidarum (livide dan striae ablicantus) Auskultasi: - Frekuensi denyut jantung janin (138 kali/menit) Palpasi - Pemeriksaan Leopold I. Teraba bagian bulat, lunak, dan tidak melenting (kesan bokong) Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosesus xiphoideus. II. Teraba bagian sisi kiri kecil-kecil (kesan ekstermitas) dan teraba bagian sisi kanan memanjang (kesan punggung). III. Teraba bagian bulat, keras, dan melenting (kesan kepala) 5/5 belum masuk pintu atas panggul. IV. Jari dari kedua tangan pemerksa saling bertemu (convergen). - MCD: 32 cm - TBJ: 2945 gram - His (-)
  • 25. 20 - Gerak janin (+) baik - DJJ (+) 138x/menit Vagina Blood slym (-) sedikit, air ketuban (+) Pemeriksaan Inspekulo: Valsava test (+), pooling di fornix posterior (+), prolap janin dan tali pusat (-) Pemeriksaan Dalam: VT : a. Vulva/Vagina : Normal b. Porsio : Lunak, mencucu c. Pembukaan : Negatif (-) d. Penurunan : Negatif (-) e. Pengeluaran : Ketuban (+) 3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium 11/03/2022 (21.06- WITA) Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal HEMATOLOGI Darah Lengkap Hemoglobin 11.0 g/dl 10.8 – 16.5 Leukosit *12.10 ribu/uL 3.5 – 10 Hitung Jenis Leukosit Neutrofil 60 % 39.3 – 73.7 Limfosit 31.1 % 18.0 – 48.3 Monosit 5.1 % 4.4 – 12.7 Eosinofil 2.59 % .600 – 7.30 Basofil 0.82 % 0.00 – 7.30 Eritrosit 3.8 juta/uL 3.5 – 5.5 Hematokrit *33.3 % 35 – 55 Index Eritrosit
  • 26. 21 MCV 86.6 fL 81.1 – 96 MCH 28.6 pg 27.0 – 31.2 MCHC 33.0 % 31.5 – 35.0 RDW-CV 14.4 % 11.5 – 14.5 Trombosit 294 ribu/uL 145 – 450 Laju Endap Darah *57 mm/jam 0 – 15 HEMOSTASIS Masa Pendarahan (BT) 2:00 Menit 1 - 5 Masa Pembekuan (CT) 12:00 Menit 6 - 15 KIMIA KLINIK Gula Darah Gula Darah Rapid Sewaktu *76 mg/dL 80 – 200 Tes Nitrazin/kertas lakmus 11/03/2022 (21.06 - WITA) Pemeriksaan Hasil Lakmus test Basah (Perubaha warna menjadi Biru) Kesimpulan Susp cairan ketuban 3.5 RESUME Pasien datang diantar oleh keluarga ke UGD RSUD Klungkung pada tanggal 11 Maret 2022 pukul 20.38 WITA dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak 2 jam yang lalu. Pasien mengatakan keluar air berwarna bening dan tidak berbau tidak berwarna, dirasakan baru sekali pada saat pasien ingin sembahyang dan terjadi secara tiba-tiba, awalnya pasien langsung dibawa ke puskesmas terdekat kemudian dirujuk dan dibawa ke rumah sakit. Selain itu pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak 1 hari yang lalu. Riwayat demam, trauma, mual dan muntah disangkal. BAB, BAK dan nafsu makan dikatakan baik. Gerak janin dirasakan aktif oleh pasien. Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah120/70 mmHg, nadi 91x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,7°C, SpO2
  • 27. 22 98%, dan VAS : 3/10. Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan obstitetri, pemeriksaan luar mamae Bentuk simetris, tampak hiperpigmentasi areola mammae, puting susu menonjol, tidak tampak pengeluaran cairan dari puting susu, kebersihan cukup, pemeriksaan abdomen didapatkan inspeksi tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-), tampak perut membesar dengan striae gravidarum (livide dan striae ablicantus), auskultasi didapatkan frekuensidenyut jantung janin (138 kali/menit) bising usus (+) 12 kali/menit, leopod I didapatkan teraba bagian bulat, lunak, dan tidak melenting (kesan bokong), tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosesus xiphoideus, leopod II teraba bagian sisi kiri kecil-kecil (kesan ekstermitas) dan teraba bagian sisi kanan memanjang (kesan punggung), leopod III teraba bagian bulat, keras, dan melenting (kesan kepala) 5/5 belum masuk pintu atas panggul, jari dari kedua tangan pemerksa saling bertemu (convergen), MCD: 32 cm, TBJ: 2945 gram, his (-), gerak janin (+) baik, DJJ (+) 138x/menit. Pada pemeriksaan vagina tampak, air ketuban (+). Pemeriksaan Inspekulo didapati Valsava test (+), pooling di fornix posterior (+), prolap janin dan tali pusat (-) dan pemeriksaan VT didapati Vulva/Vagina normal, porsio lunak, mencucu, Pembukaan negatif (-), penurunan negatif (-), pengeluaran ketuban (+). 3.6 DIAGNOSIS BANDING - 3.7 DIAGNOSIS KERJA G1P0000, UK 35 minggu 4 hari, Tunggal/Hidup, Ketuban Pecah Dini Preterm. TBJ: 2945 gram 3.8 PENATALAKSANAAN - MRS - Pasang DC - IVFD RL 500 cc, 20 tpm - Cefotaxime 3x1 gr IV - Dexametasone 1x12 mg (IM) - Vitamin C 1x1000 mg (IV)
  • 28. 23 - Bed Rest 3.9 PROGNOSIS 1. Ad vitam : dubia ad bonam 2. Ad functionam : dubia ad bonam 3. Ad sanationam : dubia ad bonam 3.10 Follow Up Pasien 12 Maret 2022 S Nyeri perut (-), Nyeri pinggang (+), Keluar air (+), gerak anak (+) baik O KU: Baik Kesadaran: E4V5M6 (Composmentis) St Present TD 120/70 mmHg, N 91x/mnt, RR 20x/mnt, T 36,7oC, SpO2: 98%, VAS 3/10 St. General Mata : anemis -/- Thorax : cor/pulmo dbn Ekstremitas : Hangat (+), edema (-) pada keempat ekstremitas St. Obstetrik Abd : TFU 3 jari dibawah processus xyphoideus His (-) DJJ: 133 x/ Menit A G1P0000, UK 35 minggu 4 hari, Tunggal/Hidup, Ketuban Pecah Dini preterm P - IVFD RL 500 cc, 20 tpm - Cefotaxime 2x1 gr IV - Dexametasone 1x12 mg (IM) - Vitamin C 1x1000 mg (IV)
  • 29. 24 13 Maret 2022 S Nyeri perut (-), Nyeri Pinggang (+), Keluar air (+), gerak anak (+) baik O KU: Baik Kesadaran: E4V5M6 (Composmentis) St Present TD 110/80 mmHg, N 70x/mnt, RR 19x/mnt, T 36,8oC, SpO2: 98%, VAS 3/10 St. General Mata : anemis -/- Thorax : cor/pulmo dbn Ekstremitas : Hangat (+), edema (-) pada keempat ekstremitas St. Obstetrik Abd : TFU 3 jari dibawah processus xyphoideus His (-) DJJ: 144 x/ Menit A G1P0000, UK 35 minggu 5 hari, Tunggal/Hidup, Ketuban Pecah Dini preterm P - IVFD RL 500 cc, 20 tpm - Cefotaxime 2x1 gr IV - Dexametasone 1x12 mg (IM) - Vitamin C 1x1000 mg (IV) 14 Maret 2022 S Nyeri perut (-), Nyeri Pinggang (-), Keluar air (+), gerak anak (+) baik O KU: Baik Kesadaran: E4V5M6 (Composmentis) St Present
  • 30. 25 TD 110/70 mmHg, N 80x/mnt, RR 18x/mnt, T 36,7oC, SpO2: 98%, VAS 0/10 St. General Mata : anemis -/- Thorax : cor/pulmo dbn Ekstremitas : Hangat (+), edema (-) pada keempat ekstremitas St. Obstetrik Abd : TFU 3 jari dibawah processus xyphoideus His (-) DJJ: 140 x/ Menit A G1P0000, UK 35 minggu 6 hari, Tunggal/Hidup, Ketuban Pecah Dini preterm P - IVFD RL 500 cc, 20 tpm - Vitamin C 1x1000 mg (IV) - SF 1x1 mg - BPL
  • 31. 26 BAB IV PEMBAHASAN Pasien Ny. NLMI usia 21 tahun datang ke IGD RSUD Klungkung dengan keluhan utama keluar air dari jalan lahir. Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis G1P0000, UK 35 minggu 4 hari, Tunggal/Hidup dengan Ketuban Pecah Dini. Diagnosis KPD didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil anamnesis diperoleh keluar air berwarna bening dan tidak berbau dirasakan baru sekali pada saat pasien ingin sembahyang dan terjadi secara tiba-tiba. Selain itu pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak 1 hari yang lalu. Riwayat demam, trauma, mual dan muntah disangkal. BAB, BAK dan nafsu makan dikatakan baik. Gerak janin dirasakan aktif oleh pasien. Menurut Pattrick Duff, MD (2021), pada anamnesis pasien ketuban pecah dini sebaiknya ditanyakan terkait dengan faktor risiko pasien diantaranya; Riwayat KPD sebelumnya, perdarahan antepartum, infeksi saluran genital dan faktor lain (perilaku merokok, gizi buruk, penambahan berat badan yang kurang baik selama kehamilan, narkoba, alcohol). Hal ini sangat berguna untuk menentukan faktor predisposisi KPD. Pemeriksaan obstetri sangat dibutuhkan untuk membantu penegakan diagnosis. Ketuban pecah dini didiagnosis ketika cairan amnion dilihat dengan adanya pooling di fornix posterior atau cairan bening mengalir dari saluran serviks dan juga tampak keluar cairan dari serviks pada saat valsalva maneuver dan salah satu pemeriksaan untuk menscreening ketuban pecah dini adalah Nitrazin test (Lakmus Test). Normalnya, pH cairan vagina normal berkisar 3,8 -4,2 sedangkan cairan ketuban berkisar antara 7,0 hingga 7,3. kertas Nitrazin akan dengan cepat berubah warna menjadi warna biru jika cairan vagina memiliki pH basa. Jika selaput ketuban masih utuh kertas Nitrazin akan tetap bewarna merah. Namun hasil tes nitrazine dapat negatif palsu dan positif palsu yang terjadi pada hingga 5 persen kasus. Hasil tes negatif palsu dapat terjadi ketika kebocoran terjadi secara intermiten atau cairan ketuban diencerkan oleh
  • 32. 27 cairan vagina lainnya. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh adanya cairan basa di dalam vagina, seperti darah, cairan mani, atau sabun. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan inspekulo dan ditemukan OUE tertutup, fluxus (-), flour (-), pooling di fornix posterior (+), nitrazin test (+). Pada pasien ini tidak dilaukan pemeriksaan ferning test yang merupakan gold standart dari kasus KPD karena keterbatasan fasilitas kesehatan. Penatalaksanaan ketuban pecah dini dibagi menjadi konservatif dan aktif. Prinsip terapi konservatif yaitu mempertahankan kehamilan pada usia se aterm mungkin pada KPD preterm. Pada pasien dilakukan terapi konservatif dengan cara meminta pasien bed rest denga pemasangan kateter serta pemberian antibiotik cefotaxime 3 x 1 gram dan dexametasone 1x12 mg (IM) terhitung tanggal 12 maret 2021 hingga 13 maret 2021. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada pasien KPD harus diberikan antibiotik profilaksis untuk mencegah terjadinya infeksi karena proses asending. Selain itu pada usia kehamilan 32-26 minggu diberikan steroid untuk memacu kematangan paru janin. Dosis dexametason 12.5 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari. Selain itu, dijelaskan secara lebih rinci bahwa pada usia kehamilan 32-36 minggu, belum inpartu dan tidak ada tanda-tanda infeksi tes busa negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
  • 33. 28 BAB V PENUTUP Telah dilaporkan kasus wanita usia 21 tahun, dengan usia kehamilan 35 minggu 4 hari, yang mengeluh keluar air pervaginam. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan, pasien didiagnosis G1P0000, UK 35 minggu 4 hari, Tunggal/Hidup, Ketuban Pecah Dini TBJ: 2945 gram. Dari keadaan pasien tidak terlihat terjadi komplikasi baik pada ibu dan janin. Tatalaksana yang dilakukan kepada pasien yaitu konservatif, yaitu untuk mempertahankan pasien se aterm mungkin pada pasien usia kehamilan preterm.
  • 34. 29 DAFTAR PUSTAKA 1. Pattrick Duff, MD. Preterm Prelabor Rupture Of Membranes: Clinical Manifestations And Diagnosis. Wolters Kluwer. Juni 2021: 1- 25. 2. Pattrick Duff, MD. Preterm Prelabor Rupture Of Membranes: Management And Outcome. Wolters Kluwer. Juni 2021: 1-32. 3. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap II LC, Wendstrom KD. 2014. William Obstetrics, 24nd Edition, Chapter 21 Disorder of Aminic Fluid Volume . USA : McGRAW-HILL.