1. BABI
PENDAHULUAN
ii
A. LATAR BELAKANG
Setelah sekian tahun tidak pernah dimunculkan tradisi perkelahian kuda yang cukup
melekat ditengah masyarakat Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara kembali ditampilkan.
Dengan disaksikan ribuan warga yang datang dari berbagai penjuru para pemangku adat dan
pemandu perkelahian kuda mampu menyuguhkan sebuah tontotan yang cukup menghibur
sekaligus mendebarkan. Tak jarang banyak penonton yang harus berlari menyelamatkan diri
saat kuda yang kalah dalam pertarungan berlari kearah penonton.
Prosesi perkelahian kuda sendiri telebih dahulu dimulai dengan kemarahan sejumlah
kuda jantan. Caranya sekelompok kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan digiring
masuk kelapangan bebas dan di sudut lain dimunculkan juga kelompok kuda betina yang
dipimpin seekor kuda jantan. Saat kedua kelompok bertemu dilapangan bebas kedua kuda
jantan yang menjadi pemimpin kelompoknya secara bersilang dipertemukan dengan kuda-kuda
betina yang ada di tempat terpisah. Kuda jantan yang bertindak sebagai pemimpin
kelompok kuda betina langsung marah saat menyaksikan kuda jantan asing mendekati
kelompok kuda betina yang dipimpinnya. Karena sudah tebakar amarah kedua kuda jantan
pun terlibat pekelahian sengit sementara kelompok kuda betina hanya bisa panik meringik
dan sesekali berlari menyaksikan kuda jantan yang menjadi pemimpin mereka terlibat
perkelahian.
Kedua kuda jantan ini terlibat saling serang dan berupaya saling melukai antara satu
sama lain. Namun disaat salah satu sudah terpojok para pemandu perkelahian inipun segera
bertindak untuk melerai perkelahian kedua binatang ini.
Atrkasi perkelahian kuda ini pun mampu menyuguhkan sebuah tontotan menghibur sekaligus
mendebakan. Selain berdecak kagum ribuan warga yang datang dari berbagai penjuru juga
harus tetap waspada menjaga keselamatan diri manakala kuda jantan yang kalah dalam
pertarungan berlari kearah penonton. Tradisi perkelahian kuda yang ditampilkan ditengah
momentum perayaan hari ulang tahun Provinsi Sulawesi Tenggara yang ke-45 di Kota
Kendari ini sebenarnya bukan hal baru lagi. Tradisi yang sudah berjalan sejak ratusan tahun
silam ini sebenarnya sudah sering kali ditampilkan hanya saja belakangan tradisi nyaris
2. hilang dari peredaran. Oleh masyarakat di Kabupaten Muna tradisi ini cukup dikenali. Tidak
hanya karena tradisi ini berasal dari daerah itu namun tradisi semacam ini terbilang sangat
langka apalagi di indonesia sangat sulit untuk ditemukan tradisi semacam ini. Sesuai
falsafahnya tradisi ini sendiri tidak dilakukan secara sembarangan karena pihak yang terlibat
dalam tradisi ini merupakan orang-oran pilihan termasuk kuda yang ditampilkan. Meski tidak
memiliki kalender paten namun tradisi ini kerap dilakukan pada momen-momen sakral
seperti hari besar keagamaan saat memyambut tamu agung dan setelah melaksanakan panen
raya. “Selain bermakna kultural tradisi ini juga menjadi salah satu hiburan yang bisa menjadi
alat perekat dan pemersatu masyarakat khususnya di Kabupaten Muna”Kata Laode Abd
Karim, selaku ketua pemangku adat dikabupaten Muna.
ii
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Makna filosofis Perkelahian Kuda
2. Bagaimana Manfaat Pacuan Kuda bagi masyarakat Kabupaten Mina
3. Bagaimana Tata cara Perkelahian Kuda di Kabupaten Muna
C. TUJUAN
A. Untuk mengetahui Makna filosofis Perkelahian Kuda
B. Untuk mengetahui Manfaat Pacuan Kuda bagi masyarakat Kabupaten Mina
C. Untuk mengetahui Tata cara Perkelahian Kuda di Kabupaten Muna
3. BAB II
PEMBAHASAN
ii
A. Makna filosofis Perkelahian Kuda
Bupati Muna LM Baharuddin menyebutkan, adu kuda mengajarkan makna filosofis yang
tinggi. Ia menjadi simbol soal harga diri yang harus dipertahankan.
”Dalam situasi normal, kuda jantan tidak akan bersikap agresif jika keluarga dalam kelompok
yang dipimpinnya tak diganggu. Namun, sebaliknya, ia akan berjuang mati-matian membela
keluarganya jika diganggu kuda lain,” kata Baharuddin. Kuda memiliki sejarah panjang dan
kuat di Muna. Masyarakat di daerah ini telah mengenal hewan tangguh tersebut setidaknya
sejak ratusan tahun silam. Hal itu dibuktikan dengan lukisan yang ditemukan di dinding goa-goa
prasejarah di Desa Liang Kabori, Kecamatan Lohia, Muna. Di antara berbagai lukisan di
situs itu, ada yang menggambarkan kuda ataupun orang sedang menunggang kuda.
Pada masa kerajaan, kuda menjadi simbol prestise karena hanya dimiliki oleh kalangan
tertentu, terutama bangsawan. Selain menjadi sarana transportasi, kuda juga digunakan untuk
berburu atau berperang.
B. Manfaat Pacuan Kuda bagi masyarakat Kabupaten Mina
Masyarakat Muna mengenal adu kuda ini dengan sebutan Pogeraha Adara.
Tradisi ini menggambarkan betapa kuda begitu penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakatnya. Bisa jadi karena tradisi inilah pula kemudian Pulau Muna dikenal sebagai
Pulau Kuda. Salah satu yang kental dengan penamaan ini adalah penduduk Desa Lathugo di
Kecamatan Lawa yang masih melestarikan Pogeraha Adara. Sehari-hari pun mereka banyak
yang memakai kuda meski sarana transportasi sudah modern.
Setiap tahun sedikitnya 3 kali atraksi adu kuda digelar di lapangan terbuka Kecamatan Lawa,
sekitar 20 km dari Raha. Acara ini biasanya digelar setiap HUT Kemerdekaan RI, Hari Raya
Id Fitri, dan Id Adha. Kecuali itu Anda dapat menemukannya di Desa Lathugo, Kecamatan
Lawa, karena di sini adu kuda diselenggarakan tiap bulan.
4. C. Tata cara Perkelahian Kuda di Kabupaten Muna
Dalam perkelahian kuda, pawang memegang peranan penting untuk mengawasi jalannya
pertarungan.Ada pula yang bertugas memegang tali untuk mengontrol kuda agar tak berlarian
liar.Jika salah satu kuda terpojok oleh serangan lawan,pawang harus segera melerai untuk
mencegah dampak fatal bagi kuda tersebut.
Prosesi perkelahian kuda sendiri telebih dahulu dimulai dengan kemarahan sejumlah
kuda jantan. Caranya sekelompok kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan digiring
masuk kelapangan bebas dan di sudut lain dimunculkan juga kelompok kuda betina yang
dipimpin seekor kuda jantan. Saat kedua kelompok bertemu dilapangan bebas kedua kuda
jantan yang menjadi pemimpin kelompoknya secara bersilang dipertemukan dengan kuda-kuda
betina yang ada di tempat terpisah.
Kuda jantan yang bertindak sebagai pemimpin kelompok kuda betina langsung marah
saat menyaksikan kuda jantan asing mendekati kelompok kuda betina yang dipimpinnya.
Karena sudah tebakar amarah kedua kuda jantan pun terlibat pekelahian sengit sementara
kelompok kuda betina hanya bisa panik meringik dan sesekali berlari menyaksikan kuda
jantan yang menjadi pemimpin mereka terlibat perkelahian.
Kedua kuda jantan ini terlibat saling serang dan berupaya saling melukai antara satu sama
lain. Namun disaat salah satu sudah terpojok para pemandu perkelahian inipun segera
bertindak untuk menghentikan perkelahian kedua hewan ini.
Atrkasi perkelahian kuda ini pun mampu menyuguhkan sebuah tontotan menghibur sekaligus
mendebarkan. Selain berdecak kagum ribuan warga yang datang dari berbagai penjuru juga
harus tetap waspada menjaga keselamatan diri manakala kuda jantan yang kalah dalam
pertarungan berlari kearah penonton.
Dalam tradisi ini kuda-kuda yang ditampilkan pun bukan kuda sembarangan.
Umumnya kuda-kuda yang ditampilkan dalam atraksi perkelahian ini harus memiliki badan
yang tegar garang dan terlebih lagi mampu berkelahi dengan taktik tersendiri. Tak hanya
kuda saja yang harus dipersiapkan para pemandu perkelahian kuda pun harus orang pilihan.
Pasalnya nyawa pemandu juga menjadi taruhan karena tidak menutup kemungkinan sewaktu-waktu
bisa menjadi sasaran kemarahan kuda-kuda jantan yang terlibat perkelahian.
Bagi warga atraksi perkelahian kuda ini tentu menjadi hiburan tersendiri apalagi bagi warga
yang tidak pernah menyaksikan atraksi semacam ini. “Tradisi ini cukup menarik apalagi
ii
5. tradisi semacam ini sangat sulit ditemukan”Kata Lusi salah satu warga.
Atraksi perkelahian kuda tentu tidak terklepas dari resiko yang ditimbulkannya. Selain
membuat banyak warga panik saat kuda jantan yang kalah dalam pertarungan berlari kearah
penonton kuda-kuda jantan yang terlibat pekelahian pun tidak sedikit yang teluka.
Mski demikian, dimunculkannya kembali tradisi ini warga tentu berharap tradisi warisan
nenek moyang ini bisa tetap dilestarikan. Bila tradisi ini tetap terjaga bukan tidak mungkin
tradisi ini bisa dikemas menjadi salah satu obyek wisata budaya yang bisa menarik minat para
wisatawan domestik maupun manca negara dan yang lebih terpenting lagi dibutuhkan
dukungan pemerintah daerah setempat yang lebih serius agar tradisi ini tidak lenyap dari
rotasi kebudayaaan indonesia dan hanya menjadi cerita dongeng belaka.
Atraksi ini adalah peninggalan raja-raja Muna. Awalnya pertunjukan adu kuda ini
dimaksudkan sebagai penghormatan raja kepada tamu-tamu penting yang datang dari Pulau
Jawa atau daerah lain. Sekarang, atraksi ini secara rutin digelar bertepatan pada hari-hari
besar. Makna Pogeraha Adara mencerminkan kekuatan dan keuletan dalam melaksanakan
tugas yang diamanatkan sekalipun harus
Atraksi Pogeraha Adara dimulai dengan menampilkan kuda-kuda betina yang
dipimpin seekor kuda jantan yang berbadan besar dan beringas. Di tempat lain, dimunculkan
seekor kuda jantan dengan ukuran fisik sama besar. Kuda jantan itu akan berusaha
mendekatkan dirinya ke kuda-kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan tadi. Akibatnya
kuda jantan yang memimpin sejumlah kuda betina akan terpancing marah saat melihat kuda
jantan asing mendekati kawanan kuda betinanya. Kedua kuda jantan sama besar ini telah
dibuat gelisah dan saling iri satu sama lain hingga akhirnya bertarung. Siapa yang keluar
sebagai pemenang maka akan mendapatkan kuda betina.
Kuda yang diadu adalah kuda jantan liar dari alam bebas. Uniknya, untuk menangkap
kuda jantan liar tersebut tidak memakai laso tetapi seorang meintarano (pawang kuda) akan
menirukan suara kuda betina sebagai pemancing. Jika kuda jantan mendekat maka sang
meintarano tinggal menangkapnya. Kuda yang ditangkap kemudian dijinakan dan dilatih di
sebuah lapangan dengan mengelus-elus hidung, telinga, hingga ke punggung kuda. Kuda
yang diadukan tersebut khusus dipelihara memang untuk perkelahian.
Setelah perkelahian maka luka-luka di badan kuda akan diobati dengan gerusan campuran
karbon dari baterai bekas dan minyak tanah. Obat ini dipercaya mencegah infeksi dan luka
akan cepat mengering. Setelah sembuh kuda aduan itu akan dilepaskan kembali ke alam
ii
6. bebas untuk kemudian suatu hari mungkin ditangkap kembali untuk memenuhi naluri purba
rakyat Pulau Muna.
D. PERKEMBANGAN ATRAKSI KUDA DI KABUPATEN MUNA
Pertunjukan yang kedua adalah saat menjamu tamu penting dan pertunjukan yang
ketiga adalah disaat menyemarakkan Hari Raya Idul Fitri. Karenanya, tidak lagi mengejutkan
begitu menjelang Idul Fitri, berbagai persiapan telah dilakukan untuk menyemarakkan pesta
pertunjukan adu kuda di Lawa. Masyarakat datang dari berbagai kota seperti dari Kendari,
Bau-bau, Kolaka dan sejumah pulau-pulau disekitar Kabupaten Buton dan Muna. Bahkan
masyarakat Sulawesi Selatan juga ada yang menyempatkan secara khusus menonton atraksi
tersebut.
Dalam waktu dekat ini, atraksi itu akan kembali digelar untuk menyamarakkan Hari
Kemerdekaan RI yang ke-60. Masyarakat Sulawesi Tenggara yang ada di Kendari bahkan
sudah mulai ramai membincangkan atraksi tersebut. Mereka kembali akan berduyun-duyun
datang ke Muna dengan menggunakan jalur darat melintasi poros Kendari Selatan, dan ada
juga yang menggunakan jalur laut dengan menggunakan kapal cepat dari pelabuhan Kendari.
Sayangnya, belakangan ini atrsksi adu kuda itu juga dimanfaatkan sebagai ajang perjudian
terselubung. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh pengunjung yang datang dari luar
Kabupaten Muna. Mereka mempertaruhkan sejumlah uang untuk kuda-kuda yang
memenangkan pertandingan. "Tidak jarang seluruh hotel di kota Muna penuh oleh pendatang
yang ingin main judi di arena adu kuda di Lawa. Kebanyakan pengunjung yang main judi di
arena pertarungan kuda datang dari daerah Makale, Toraja, Sulsel, juga ada dari Ambon.
Merekalah yang membuat tontonan atraksi adu kuda ini menjadi makin menarik," ujar
beberapa warga Lawa.
Pihak Kecamatan Lawa pun membenarkan bahwa setiap digelarnya pertunjukan adu
kuda, sellau saja ada pihak-pihak yang memanfaatkan atraksi itu untuk ajang perjudian.
"Tapi, kegiatan mereka itu susah ditertibkan. Soalnya cara perjudian mereka sangat rapi.
Mereka tinggal menentukan saja mana kuda yang kira-kira akan memenangkan pertandingan,
kemudian kuda itulah yang dipertaruhkan, benarkah akan menang atau malah kalah," ujar
seorang pegawai kecamatan Lawa yang tak mau namanya ditulis di halaman ini.
ii
7. Yang pasti, menurut Supardi, mantan Koresponden Suara Karya di Kendari yang kini
menjadi Pejabat Humas Pemda Provinsi Sulawesi Tenggara, atraksi adu kuda di Lawa
merupakan primadona pariwisata di Kabupaten Muna. Atraksi tersebut menarik karena
merupakan peninggalan raja-raja Muna di era pergerakan. Pada masa-masa awal
pemunculannya di muka umum, adu kuda selalu ditampilkan jika raja-raja Muna sedang
kedatangan tamu penting dari Jawa atau daerah lain. Pertunjukan adu kuda itu dimaksudkan
sebagai penghormatan kepada tamu. Tetapi belakangan ini pertunjukan adu kuda itu dikemas
khusus untuk menarik wisatawan sebanyak mungkin ke Muna. Tak aneh jika menjelang
pertunjukan itu instansi terkait di Muna gencar melakukan promosi dengan berbagai cara,
termasuk mengiklankannya ke sejumlah media yang ada. Memperebutkan Betina Atraksi
Adu Kuda itu sendiri selalu dimulai dengan memunculkan sekelompok kuda betina yang
dipimpin seekor kuda jantan. Tentu saja, kuda yang dijadikan pemimpin kelompok kuda
betina itu adalah kuda berbadan besar dan garang.
Di tempat lain, dimunculkan juga seekor kuda jantan yang bertubuh besar. Kuda
jantan itu akan segera berusaha mendekatkan dirinya ke kuda-kuda betina yang ada di tempat
terpisah.
Sementara kuda jantan yang ditugasi memimpin sejumlah kuda betina akan marah jika
melihat kuda jantan asing dalam kelompoknya."Nah, dalam posisi seperti itulah awal
pertarungan kuda biasanya dimulai," ujar Laode Pao, salah seorang pemilik sejumlah kuda
aduan di Lawa.Menurut Laode Pao, jika sesama kuda jantan sudah saling berhadapan untuk
memperebutkan kuda betina, kuda yang bertingkah laku aneh-aneh. Antara lain dia akan
menaikan kedua kakinya ke atas lalu meringkik sekuat-kuatnya. Bila sudah begitu, pemilik
kuda harus membiarkan kudanya berkelahi. Dalam posisi seperti itu, tak jarang para penjudi
kemudian menawarkan nilai taruhan. Dari hasil perjudian, ada juga bandar judi yang
kemudian menyisihkan uang obat untuk luka-luka kuda yang kalah dan uang rumput untuk
kuda-kuda yang menang. Biasanya uang rumput dan uang obat itu diberikan langsung kepada
pemilik kuda. "Tapi, sebelum dipertandingkan, biasanya akan dihadirkan dulu para pawang
kuda agar perkelahian kuda nantinya tidak menimbulkan bahaya, baik bagi kuda yang kalah
dan bagi penonton. Soalnya, kalau tak diawasi pawang, dikhawatirkan kuda yang kalah akan
marah kepada penonton yang mengelilingi pertarungan tersebut. Kuda kalau marah harus
diwaspadai kaki dan mulutnya. Sepakan dan gigitan kuda bisa membuat orang harus masuk
rumah sakit," tutur Masrudin, karyawan pelabuhan Raha yang mengaku pernah didigit kuda
Laode Djeni Hasmar, salah seorang tokoh masyarakat Sulawesi Tenggara di Jakarta juga
ii
8. mengimbau pejabat terkait untuk lebih meningkatkan promosi atraksi wisata adu kuda.
Selama ini, atraksi adu kuda itu, menurut pantauan Djeni Hasmar, hanya ditonton masyarakat
Sulawesi Tenggara. Tapi jika promosi dilakukan secara teratur hingga ke berbagai lokasi
hingga ke Jakarta, maka dimungkinkan akan lebih banyak wisawatan menyaksikan daya tarik
adu kuda.
ii
9. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Atraksi Pogeraha Adara / Pacuan kuda dimulai dengan menampilkan kuda-kuda betina yang
dipimpin seekor kuda jantan yang berbadan besar dan beringas. Di tempat lain, dimunculkan
seekor kuda jantan dengan ukuran fisik sama besar. Kuda jantan itu akan berusaha
mendekatkan dirinya ke kuda-kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan tadi. Akibatnya
kuda jantan yang memimpin sejumlah kuda betina akan terpancing marah saat melihat kuda
jantan asing mendekati kawanan kuda betinanya. Kedua kuda jantan sama besar ini telah
dibuat gelisah dan saling iri satu sama lain hingga akhirnya bertarung. Siapa yang keluar
sebagai pemenang maka akan mendapatkan kuda betina.
B. SARAN
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
ii
10. DAFTAR PUSTAKA
http://tanahair.kompas.com/read/2013/01/14/15525099/Mengembalikan.Kejayaan.M
ii
una
http://www.antarasultra.com/print/263932/atraksi-perkelahian-kuda-meriahkan-hut-sultra-
di-raha
http://midwancoy.blogspot.com/2009/05/tradisi-perkelahian-kuda.html
http://www.slideshare.net/septianraha/budaya-kabupaten-muna-perkelahian-kuda
http://www.tempo.co/read/beritafoto/11243/Perkelahian-Tidak-Seimbang-Antara-
Gajah-dan-Kuda-Nil
11. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna
memenuhi tugas dari dosen.
Makalah ini membahas tentang “PACUAN KUDA KABUPATEN MUNA”, semoga
dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai Siswa dapat menambah dan memperluas
pengetahuan kita.
Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari
itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku Guru kami serta temen-temen
sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi
ii
benar.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir
kata kami mengucapkan terima kasih.
Raha, APril 2014
Penyusun
12. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………….....…........ i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………….. ………....................... 1
B. Rumusan Masalah……………………........………….. ………....................... 2
C. Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Bagaimana Makna filosofis Perkelahian Kuda.................................................. 3
2. Bagaimana Manfaat Pacuan Kuda bagi masyarakat Kabupaten Muna............. 3
3. Bagaimana Tata cara Perkelahian Kuda di Kabupaten Muna.......................... 4
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………….................... 9
4.2 Saran................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 10
ii
13. MAKALAH
PACUAN KUDA
KABUPATEN MUNA
NAMA : MUH. DANDY AZHARI
KELAS : XI ELEKTRO C.
SMK NEGERI 2 RAHA
2014
ii