Tes kebugaran jasmani siswa di Kota dan Kabupaten Pontianak tahun 2011. Tujuannya adalah mengetahui tingkat kebugaran siswa SD, SMP dan SMA/SMK, dan melaksanakan pengukuran kebugaran meliputi kekuatan otot, kecepatan, daya tahan otot, daya ledak otot dan daya tahan jantung paru-paru menggunakan Tes Kesagaran Jasmani Indonesia. Hasilnya digunakan untuk meningkatkan kebugaran sis
1. tes kebugaran jasmani
A. JUDUL PENELITIAN
TES KEBUGARAN JASMANI INDONESIA SISWA-SISWI KOTA
PONTIANAK DAN KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2011
B. LATAR BELAKANG
Aktivitas fisik, yang ternyata sangat berpengaruh terhadap tingkat kesegaran
jasmani seseorang, merupakan bagian yang kompleks dari kebiasaan hidup
manusia. Kebiasaan tersebut sangat tergantung pada beberapa faktor seperti jenis
pekerjaan, kepribadian, dan penggunaan waaktu luang (Andersen, 1978). Mienurut
Mar’at (1982), jika seseorang memiliki sikap positif terhadap aktivitas fisik, ia
akan cenderung turut aktif melakukan, sebaliknya jika ia memiliki sikap negatif,
dengan sendirinya akan cenderung untuk menolak. Kesegaran jasmani atau lebih
dikenal dengan istilah physical fitness merupakan hal yang selalu didambakan oleh
setiap individu maupun setiap bangsa. Dalam abad modern ini setiap bangsa
menghadapi tantangan untuk meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani
waraga negaranya. Pengaruh kurang gerak telah dirasakan pula oleh Negara-negara
berkembang (Suharto dkk, 1988). Sehubungan dengan itu perlu upaya
memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat, serta upaya
menciptakan iklim yang lebih baik mendorong masyarakat untuk berpartisipasi
secara bertanggung jawab dalam membina dan mengembangkan olahraga (Anon,
1988), agar tercapai kesegaran jasmani dan rohani setiap orang, yang akan
menunjang pembangunan bangsa yang kuat secara fisik dan mental. Semakin jelas
arti kesegaran jasmani apabila kita telaah dan tinjau sasaran dan tujuan tersebut di
atas, karena setiap pekerjaan akan meningkat produktivitasnya dan meningkat
hasilnya bila pelakunya mempunyai tingkat kesegaran jasmani yang tinggi. Seperti
2. yang telah dikatakan oleh Getchell dan Marshall (1984); Astrand dan Rodahl
(1986); Budiarso dkk (1992), dengan kesegaran jasmani yang baik, yang dapat
dicapai oleh olahraga yang teratur, merupaka salah satu faktor yang diperlukan
untuk meraih produktivitas kerja yang tinggi, karena mampu mengatasi beban
kerja yang diberikan kepadanya Kebugaran jasmani, atau secara singkat disebut
kebugaran, merupakan faktor utama bagi manusia untuk dapat melaksanakan
aktivitas sehari-hari dengan baik. Pengukuran tingkat kebugaran perlu dilakukan
terhadap peserta didik, karena upaya peningkatan dan pemeliharaan kebugaran
jasmani secara sistematis akan lebih mudah dilakukan melalui sekolah.
Peningkatan dan pemeliharaan khususnya bagi para peserta didik harus diupayakan
agar mereka selalu siap melalukan aktivitasnya tanpa merasa kelelahan. Bagi
perserta didik, kebugaran jasmani dapat meningkatkan prestasi belajar karena
dengan kebugaran yang baik, mereka akan lebih siap menerima pelajaran dan akan
menjadi generasi-generasi yang sehat, bugar., dan cerdas. Tingkat kebugaran
jasmani peserta didik perlu diukur sebagai data evaluasi kondisi kebugaran peserta
didik. Berdasarkan gambaran tingkat kebugaran tersebut maka dapat dilakukan
upaya-upaya peningkatan yang terarah dan efektif. Pengukuran kebugaran jasmani
peserta didik dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat Tes Kesagaran
Jasmani Indonesia (TKJI) untuk memperoleh gambaran tingkat kebugaran jasmani
yang terdiri dari lima aspek, yaitu: kekuatan otot, kecepatan, daya tahan otot, daya
ledak otot, dan daya tahan jantung paru-paru.
C. MASALAH PENELITIAN
3. 1. Pusat pengembangan Kualitas Jasmani sejak tahun 1986 melakukan pengukuran
kebugaran jasmani peserta didik setiap lima tahun, dimana hasilnya masih
memprihatinkan.
2. Data kebugaran jasmani peserta didik yang digunakan selama ini, merupakan hasil
pengukuran yang dilakukan pada tahun 2005. Untuk itu perlu dilakukan
pengukuran kebugaran jasmani yang terbaru untk mengetahui kondisi peserta didik
pada saat ini.
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui tingkat kebugaran jasmani peserta didik Indonesia pada jenjang SD,
SMP, dan SMA/SMK.
2. Melaksanakan pengukuran kebugaran jasmani peserta didik pada jenjang SD,
SMP, dan SMA/SMK.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Mendapatkan gambaran tingkat kebugaran jasmani peserta didik SD, SMP,
SMA/SMK tahun 2011.
2. Menjalin kerjasama dengan 17 Universitas yang memiliki Fakultas terkait Ilmu
Keolahragaan untuk melakukan pengukuran kebugaran jasmani peserta didik di 17
provinsi.
F. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesegaran Jasmani
4. Istilah kesegaran jasmani merupakan terjemahan istilah bahasa Inggris
physical fitness. Selain itu ada juga yang menterjemahkan samapta jasmani (Anon,
1971 b), kemampuan jasmani (Radioputro, 1974), dan kesegaran fisik (Effendi,
1983). Walaupun telah diterjemahkan dengan istilah yang berbeda-beda, namun
pada dasarnya mengandung arti yang sama yakni kemampuan fisik seseorang
untuk melaksanakan tugasnya. Selanjutnya dalam tulisan ini digunakan istilah
kesegaran jasmani yang sesuai dengan istilah yang digunakan dalam GBHN.
Kata fitness artinya kemampuan dan kecocokan, sedangkan physical fitness
artinya kesehatan jasmani (Echols dan Shadely, 1982). Fitness (kesegaran)
merupakan perasaan segar yang dirasakan seseorang dan mempunyai arti luas,
yakni sebagai total fitness. Manusia itu terdiri dari jasmani dan rohani. Total fitness
dimaksud sebagai kesegaran manusia menyeluruh, terdiri dari: kesegaran fisik,
kesegaran mental, dan kesegaran sosial.
Kesegaran jasmani selalu dikaitkan dengan kemampuan kerja, dan sampai
sekarang istilah ini belum disepakati. Untuk menjawab pertanyaan: apakah
kesegaran jasmani itu ? sampai sekarang jawaban yang diperoleh bermacam-
macam.
Para ahli antara lain menyatakan, bahwa physical fitness adalah kesegaran
seseorang dalam melakukan tugas-tugas yang membutuhkan kekuatan atau usaha
otot (Karpovich, 1959). Seseorang yang segar tidak mengalami perubahan yang
berarti dalam kerja faalnya, dapat bertahan terhadap suatu kerja yang berat, dan
bila dipaksakan masih dapat bertahan untuk beberapa waktu. Pemulihannya lebih
cepat dibandingkan dengan yang tidak segar (Consolazio dkk. 1963; Morehouse
dan Miller, 1953).
1. Komponen-komponen Kesegaran Jasmani
5. Menurut Cureton (1973) kesegaran jasmani adalah motor fitness (kesegaran
motorik) dengan komponen-komponen sebagai berikut:
a. Keseimbangan tubuh, yakni kemampuan individu untuk membuat keseimbangan
yang bersumber dari control saraf otot (neuromuscular).
b. Kelentukan, yaitu kemampuan individu untuk menggerakkan persendian-
persendiannya.
c. Kelincahan, yakni kemampuan untuk bereaksi secara tangkas dengan gerakan
yang gesit dan terkendali.
d. Kekuatan, yakni kemampuan tangan, kaki atau togok untuk menggunakan tenaga.
e. Daya (power), yakni kapasitas tubuh untuk mengeluarkan sejumlah besar tenaga
dalam suatu pengerahan kekuatan yang mendadak.
f. Daya tahan, yaitu kualitas yang memungkinkan tubuh melangsungkan selama
mungkin suatu usaha yang menggunakan otot dalam kondisi erobik.
Menurut Sharkey (1979), kesegaran jasmani mempunyai dua komponen
utama , yaitu kesegaran erobik (aerobic fitness) dan kesegaran otot (muscular
fitness). Kesegaran erobik adalah kemampuan untuk mengambil, mengangkut, dan
menggunakan oksigen. Kesegaran otot meliputi: kekuatan, daya tahan, dan
kelentukan otot yang mempunyai manfaat utama dalam meningkatkan kemampuan
penampilan gerak dalam kerja.
Pendapat yang hampir sama dengan Sharkey mengenai komponen-
komponen kesegaran jasmani telah dikemukakan oleh De Vries (Sitasi Singer,
1976) sebagai berikut: kesegaran jasmani terdiri dari dua komponen utama yaitu
motor fitness dan physical working capacity (PWC). Motor fitness terdiri dari
elemen-elemen seperti: strength, endurance, speed, power, agility, flexibility,
coordination, balance, and body control. Sedangkan physical working capacity
(kapasitas kerja fisik) terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut: muscular
strength, endurance and efficiency of cardiovascular dan respiratory.
6. Menurut Hebbelinch (1984), kesegaran jasmani dikelompokkan dalam lima
komponen utama, yaitu:
1. Kekuatan otot:
a. Kekuatan yang statis;
b. Kekuatan ledak yang dinamis;
2. Koordinasi:
a. Koordinasi gereak halus;
b. Koorndinasi gerak kasar;
3. Bangun tubuh:
a. Umur, jenis kelamin;
b. Ukuran , bentuk, proporsi, komposisi;
c. Tipe tubuh;
d. Pertumbuhan, kematangan;
e. Status gizi;
f. Susunan kimiawi jaringan;
4. Daya tahan;
a. Daya tahan jantung, peredaran darah, dan pernapasan umum;
b. Daya tahan otot setempat: statis dan dinamis;
5. Kecepatan:
a. Keseluruhan tubuh;
b. Bagian dari tubuh.
Komponen kesegaran jasmani yang dikemukakan oleh Larson dan Jacom
(1951), berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam rangka pembinaan fisik,
terdiri dari 10 komponen, yakni:
1. Resistensi terhadap penyakit;
2. Kekuatan dan daya tahan otot;
3. Daya tahan jantung, peredaran darah, dan pernapasan;
7. 4. Daya otot (muscular power);
5. Kelentukan;
6. Kecepatan;
7. Kelincahan merubah arah;
8. Koordinasi;
9. Keseimbangan;
10. Ketepatan.
Kesegaran dibagi menjadi tiga tingkatan (Clarke, 1961 dan Baumgartner,
1975, Sitasi Sardjono dkk. 1992) ialah sebagai berikut:
1. Kesegaran jasmani (physical fitness), terdiri atas tiga komponen, ialah:
a. Kelentukan otot (muscular strength);
b. Daya tahan otot (muscular endurance);
c. Daya tahan jantung, peredaran darah, dan pernapasan (cardio circulo-respiratory
endurance).
2. Kesegaran gerak (motor fitness), terdiri atas komponen-komponen kesegaran
jasmani ditambah dengan unsure kondisi fisik. Tambahan unsure kondisifisik ini
ada perbedaan pendapat, ialah sebagai berikut: Menurut Clarke, tambahan unsur
kondisi fisik itu adalah:
a. Power (muscular power);
b. Kelincahan (agility);
c. Kecepatan (speed);
d. Keseimbangan (balance).
Sedangkan menurut Baumgartner, keseimbangan tidak ada, tetapi diganti dengan
kelentukan (flexibility).
3. Kemampuan gerak umum (general motor ability), terdiri atas komponen-
komponen motor fitness ditambah dengan koordinasi mata dan kaki serta
koordinasi mata dan tangan.
8. 2. Fungsi Kesegaran Jasmani
Sejak diciptakan-Nya, tidak dapat disangkal bahwa manusia harus terus-
menerus bergerak aktif ataupun bekerja untuk kelangsungan hidup. Seseorang
dapat melakukan pekerjaannya dengan baik, bila ia mempunnyai cukup kekuatan,
daya tahan, keterampilan untuk melakukan pekerjaan yang dihadapinya. Di lain
pihak kesempurnaan kerja faal seperti asam untuk pembakaran, pencernaan
makanan, pernapasan, akan menentukan kekuatan dan daya tahan otot dalam
pelaksaan suatu bentuk gerak dan kerja.
Kesegaran jasmani mempunyai fungsi untuk menunjang kesanggupan dan
kemampuan setiap manusia, yang berguna dalam mempertinggi produktivitas kerja
(Anon, 1971 a; Anon 1991). Ini berarti bahwa makin tinggi status kesegaran
jasmani seseorang semakin tinggi pula daya kerja orang tersebut.. hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap industri-industri di Amerika, yang
menyimpulkan bahwa pegawai-pegawai yang diberikan program latihan
kesegaran jasmani ternyata menjadi pekerja yang segar, mempunyai performance
yang tinggi, produktif dalam pekerjaan, mempunyai sikap yang positif terhadap
sesama pekerja, kurang absen dan lebih kreatif (Bucher, 1979).
Fungsi umum physical firness atau kesegaran jasmani ialah untuk
mengembangkan kekuatan, kemampuan, kesanggupan, daya kreasi dan daya tahan
setiap manusia yang berguna untuk mempertinggi daya tahan kerja dalam
pembangunan dan pertahanan bangsa dan Negara (Anon, 1972).
Physical fitness mempunyai fungsi yang berarti bagi perorangan dalam
menyelesaikan tugas-tugas hidupnya, juga physical fitness berfungsi bagi
seseorang dalam pengabdiannya dalam masyarakat (Mulyono, 1980).
9. Kesegaran jasmani menjadi salah satu tolak ukur fungsi faal tubuh yang
ternyata mempunyai kaitan erat dengan kemapuan kerja, produktivitas maupun
perasaan sehat (Suharto, 1988).
Cooper (1982 a) menyatakan bahwa, suatu hubungan yang pasti telah
ditemukan antara kesegaran jasmani dengan ketabahan mental dan kstabilan emosi.
Selanjutnya melalui penelitian Cooper (1982 b) terhadap perwira-perwira
Angkatan Udara Amerika dalam pendidikan, ternyata diperoleh korelasi yang
tinggi antara kesegaran jasmani dan prestasi akademik, dimana perwira yang
mendapat skor tertinggi dalam test kesegaran jasmani lari 12 menit juga mendapat
angka terbaik dalam prestasi akademik.
B. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Kesegaran Jasmani
1. Latihan Jasmani
Untuk memperoleh dan memelihara kesegaran jasmani diperlukan persyaratan-
persyaratan tertentu. Boucher (1979) mengemukakan tujuh jalur yang harus
ditempuh guna memperoleh kesegaran jasmani, yaitu:
a. Proper Medical Care;
b. Nutrition;
c. Dental Service;
d. Exercise;
e. Statistiflying Work;
f. Healthy Play and Recreation;
g. Rest and Relaxation.
Tujuh jalur yang telah dikemukakan di atas, tercakup dalam tiga unsur
pembinaan kesegaran jasmani ialah:
a. Unsur kesehatan, yang mengarahkan pada pembentukan manusia yang sehat
tubuhnya.
10. b. Keolahragaan, yang menekankan pada latihan olahraga dalam pengembangan
potensi secara luas.
c. Unsur rekreasi, yang bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan dalam
kehidupan sehari-hari (Anon, 1975).
G. METODE
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penelitian dalam
mengumpulkan data penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:136). Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey tes. Langkah-langkah
penelitian adalah serangkaian proses penelitian dimana penelitian yaitu merasa
menghadapi masalah, dan berupaya untuk memecahkan masalah, setelah masalah
ditemukan jawabannya dari lapangan, maka pada tahap selanjutnya peneliti akan
mengambil keputusan yang berupa kesimpulan yang terkait dengan hasil penelitian
yang ditemukan, sehingga mampu menjawab hipotesis penelitian yang diajukan.
Apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak berdasarkan hasil penelitian tersebut,
kalau hasil hipotesis diterima., berarti data yang diperoleh dari lapangan setelah
dianalisis menunjukan adanya dukungan yang signifikan, sebaliknya hipotesis
penelitian ditolak apabila data penelitian yang diperoleh dari lapangan setelah
dilakukan analisis tidak mendukung terbuktinya hipotesis penelitian yang diajukan.
H. POPULASI
Siswa SD, SMP, SMA/SMK se Kalimantan Barat.
I. SAMPEL
Siswa dan siswi SD, SMP, SMA DAN SMK kota Pontianak dan kabupaten
Pontianak.
J. TEMPAT PENELITIAN
11. a. Tempat penelitian siswa SD, SMP, SMA/SMK se Kabupaten Pontianak di Stadiun
Mpu Daeng Manambon.
b. Tempat penelitian SD, SMP, SMA/SMK se Kota Pontianak di Stadiun Sultan
Syarif. Abdurrahman.
K. ALAT-ALAT PENELITIAN
1. Pluit
2. Nomor Dada
3. Lintasan
4. Matras
5. Ring Full Up
6. Stopwatch
12. DAFTAR PUSTAKA
_____1972, Aerobik dalam Pembinaan kesegaran Jasmani, Dit. Jen. Pemuda dan
Olahraga, Dep.P&K. R.I, Jakarta.
_____1975, kesegaran Jasmani dalam Pembangunan Bangsa Indonesia. Departemen
Pendidikan dan Kebuadayaan R.I, Pusat Kessegaran Jasmani dan Rekreasi, Jakarta.
_____1983a, Garis-garis Besar Haluan Negara, TAP.MPR. No. II/MPR/1988, Puataka
Pelajar, Yogyakarta.
_____1982 a. Aerobik, terjemahan oleh Adiwiyoto, A: Jakarta: Gramedia.
_____1980, Fisiologi Olahraga. Yogyakarta: Yayasan STO.
Cureton, T.K. 1973, Physical Fitness and Dynamic Health, New York: The Dial
Press.
Effendi, H, 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga Serta Peranan Test Kerja Untuk
Diagnostik, Alumni, Bandung.
Hasrul, M, dan Diatmika, G, 1984. Senam Kesegaran Jasmani Tiada Hari Tanpa
Olahraga. Jakarta: Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.
Manuaba, A, 1981. Perubahan Faal Tubuh Selama Berolahraga. Simposium Forum dan
Panel Forum Kesehatan Olahraga. Yogyakarta: FK. UGM.
13. Rachmatullah, P, 1989. Manfaat Olahraga Bagi Kesehatan dan Kesegaran. Wahana
Medik No. 3 Th.II Februari. Jakarta: hal.28-30.
Radiopoetro, 1974. Arti dan Fungsi Physical Fitness. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Olahraga Yogyakarta.
14. KONSEP DAN CARA PENILAIAN KEBUGARAN
JASMANI MENURUT SUDUT PANDANG ILMU FAAL
OLAHRAGA (bag.2)
Maret 20, 2011 at 5:07 pm 3 komentar
lanjutan dari bagian 1
KOMPONEN KEBUGARAN JASMANI
Komponen Kebugaran Jasmani secara anatomis terdiri dari: Ergo-sistema I (ES-I) dan
Ergosistema II (ES-II).
ES-I terdiri dari:
- Kerangka dengan persendiannya
- Otot
- Saraf
ES-II terdiri dari:
- Darah dan cairan tubuh
- Perangkat pernafasan
- Perangkat kardiovaskular
Komponen Kebugaran Jasmani secara fisiologis adalah fungsi dasar dari komponen-komponen
anatomis tersebut di atas yaitu:
Fungsi dasar ES-I yang wujudnya adalah:
- flexibilitas
- kekuatan dan daya tahan otot
- fungsi koordinasi saraf
Fungsi dasar ES-II yang wujudnya adalah:
- daya tahan umum, sering juga disebut sebagai daya tahan kardio-respirasi.
15. Gambar : Komponen Kebugaran Jasmani
Secara fungsional,
ES-I mewujudkan:
- kapasitas anaerobik yang merupakan faktor pembatas kemampuan maximal primer.
Sedangkan ES-II mewujudkan:
- kapasitas aerobik (VO2 max) yang merupakan faktor pembatas kemampuan maximal sekunder.
TES KEBUGARAN JASMANI
Hakekat Tes Kebugaran Jasmani adalah mengukur kemampuan fungsi-onal maximal yang
dimiliki seseorang pada saat dilakukan pengukuran. Kemampuan fungsional diukur dari besaran
kemampuan gerak yang dapat dilakukan. Besaran kemampuan gerak ditentukan oleh
kemampuan tubuh menghasilkan daya (energi). Apabila tubuh dapat menghasilkan daya dalam
jumlah besar, maka ia pun dapat menghasilkan daya dalam jumlah kecil, tetapi tidak berarti
sebaliknya (jika daya yang dihasilkan oleh tubuh dalam jumlah kecil/sedikit maka besaran
kemampuan gerak tidak bisa menjadi besar/tinggi)! Apabila kemampuan menghasilkan daya
adalah besar, maka berarti ia dapat mewujudkan gerak/kerja dengan intensitas yang besar dan
durasi yang lama.
Contohnya :
Seseorang yang mempunyai VO2 max tinggi (mis. 70 ml/kg BB/men.) maka ia mampu
melakukan kerja/latihan dalam waktu yang lama, dan tentu saja sangat mampu melakukannya
(dengan intensitas yang sama) jika durasinya hanya singkat. Tetapi tidak sebaliknya, misalnya
jika VO2 max-nya lebih rendah (mis. hanya 40 ml/kg BB/men) maka pada besaran intensitas
tersebut di atas durasi gerakannya akan menjadi sangat terbatas (sangat singkat).
Seseorang yang mampu melakukan Squat maksimal 200 kg (1 RM) akan berbeda jika
dibandingkan dengan yang hanya mampu melakukan Squat maksimal 100 kg (1 RM).
16. Dalam kaitan dengan intensitas dan durasi ini terdapat tata hubungan fisiologis khusus yaitu:
Bila intensitas gerak/kerja tinggi (besar), maka durasi gerak/kerja adalah pendek/singkat. Makin
tinggi intensitas gerak/kerjanya, makin singkat durasinya. Jadi kalau mau memperpanjang durasi
gerak/kerja, maka intensitas tidak boleh terlalu tinggi.
Kemampuan manusia menghasilkan daya terjadi melalui 2 mekanisme yaitu mekanisme
anaerobik (tanpa menggunakan O2) dan mekanisme aerobik (dengan menggunakan O2).
Intensitas gerak/kerja tergantung pada besar daya yang dihasilkan oleh mekanisme olahdaya
(metabolisme) anaerobik. Makin besar daya yang dapat dihasilkan oleh mekanisme olahdaya
anaerobik, makin besar intensitas gerak/kerja yang dapat diwujudkan. Pembentukan daya secara
anaerobik diwujudkan melalui 2 (dua) mekanisme yaitu mekanisme anaerobik yang tanpa
menghasilkan asam laktat (anaerobik alaktasid) dan mekanisme anaerobik yang menghasilkan
asam laktat (anaerobik laktasid).
Pada tes Kebugaran Jasmani, daya dari mekanisme anaerobik alaktasid dipergunakan untuk
mewujudkan gerakan-gerakan ledak (explosive) maximal.
Contoh gerakan-gerakan ledak :
vertical jump,
standing broad jump,
sprint 30 M maximal.
Lempar bola medis (3 kg)
dan sejenisnya.
Daya dari mekanisme anaerobik laktasid dipergunakan untuk mewujudkan gerakan-gerakan daya
tahan anaerobik (anaerobic endurance/ stamina).
Contoh:
Lari dengan kecepatan maximal selama antara 1-2 menit.
Lari kijang (speed bound) 300 meter.
Berenang dengan kecepatan maksimal 200 meter.
Push ups dengan irama cepat selama 1 menit.
Lompat tinggi angkat paha dengan irama cepat selama 1 menit 30 detik.
dan sejenisnya.
Dalam lingkup kemampuan anaerobik, kepentingan fungsional (peran) anaerobik alaktasid dan
anaerobik laktasid adalah setara. Kapasitas anaerobik merupakan faktor pembatas kemampuan
maximal primer oleh karena bila seluruh kapasitas anaerobik telah habis terpakai maka olahraga
tidak mungkin dapat dilanjutkan, karena telah terjadi kelelahan yang mutlak (exhaustion), yaitu
karena jumlah asam laktat di dalam tubuh tidak dapat ditoleransi lagi oleh tubuh. Kepentingan
fungsional kemampuan anaerobik dan aerobik adalah juga setara. Oleh karena itu untuk
memperoleh nilai Kebugaran Jasmani cara penghitungannya adalah sebagai berikut:
1. Tentukan nilai Kemampuan Anaerobik alaktasid dan Anaerobik laktasid
2. Hitung nilai kemampuan Anaerobik dengan menjumlahkan nilai kemampuan Anaerobik
alaktasid dan nilai kemampuan Anaerobik laktasid kemudian dibagi 2 (dua)
3. Tentukan nilai Kemampuan Aerobik
4. Nilai Kebugaran Jasmani adalah jumlah kemampuan Anaerobik dan kemampuan Aerobik
17. dibagi 2 (dua).
Agar nilai-nilai tersebut di atas dapat dijumlahkan, nilai-nilai tersebut harus diubah dulu menjadi
T-score.
Rumus penghitungannya menjadi sebagai berikut:
[½ (anaerobik alaktasid + anaerobik laktasid) + aerobik]/2
Dalam hubungan dengan tes kebugaran jasmani, perlu diketahui tata-hubungan fungsional antara
ES-I dengan ES-II, yang dalam perwujudan fungsionalnya adalah tata-hubungan antara kapasitas
anaerobik dengan kapasitas aerobik. Aktivitas ES-I akan merangsang ES-II untuk menjadi aktif,
yang selanjutnya aktivitas ES-II mendukung kelangsungan aktivitas ES-I, artinya tidak mungkin
terjadi ES-II menjadi aktif tanpa adanya aktivitas ES-I (rangsangan dari ES-I). Sebaliknya tidak
mungkin terjadi ada aktivitas ES-I dalam durasi yang panjang tanpa dukungan ES-II.
Besar olahdaya (metabolisme) anaerobik menunjukkan tingginya intensitas aktivitas ES-I (=
intensitas kerja/ olahraga) yang sedang terjadi/ dilakukan, yang merupakan indikator mengenai
tingginya kebutuhan atau tuntutan akan O2, sedangkan besar olahdaya aerobik menunjukkan
berapa besar olahdaya anaerobik yang dapat diimbangi, yang berarti berapa besar kemampuan
ES-II untuk memasok O2 pada saat itu.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa besar olahdaya aerobik yang terjadi ditentukan
oleh besar rangsangan dari olahdaya anaerobik. Hal ini berarti bahwa besar olahdaya aerobik
(besar pasokan O2) yang terjadi tidak mungkin melebihi besar olahdaya anaerobik (besar
tuntutan akan O2) yang sedang berlangsung, kecuali pada pemulihan total atau parsial. Lebih
lanjut dapat dikemukakan bahwa faktor pembatas kapasitas anaerobik adalah kemampuan otot
(dalam kondisi fungsi ES-I lainnya normal), sedangkan faktor pembatas kapasitas aerobik adalah
kemampuan jantung (juga dalam hal fungsi komponen-komponen ES-II lainnya adalah normal).
Di bawah ini adalah bagan mengenai Olahdaya selengkapnya.
18. Komponen saraf dari ES-I dengan fungsi koordinasinya menentukan kemampuan ketrampilan,
khususnya kemampuan ketrampilan gerak (kemampuan koordinasi) hasil pembelajaran. Dengan
demikian secara fisiologis terdapat tiga macam tes kebugaran jasmani yaitu tes kebugaran
jasmani terhadap: (1) kapasitas anaerobik, yang terdiri dari tes kapasitas anaerobik alaktasid dan
tes kapasitas anaerobik laktasid (2) kapasitas aerobik dan (3) kemampuan ketrampilan
kecabangan olahraga.
Dalam penerapannya perlu kita mencermati siapa populasi yang akan menjalani tes Kebugaran
Jasmani. Bila populasi yang akan dites sangat heterogen (masyarakat umum) misalnya warga
sesuatu Kelurahan atau sesuatu RT, maka tes KJ cukup terhadap kapasitas aerobik saja, oleh
karena tujuan sebenarnya adalah untuk mengetahui derajat sehat dinamis populasi tersebut. Hal
itu juga berkaitan dengan pengertian bahwa apabila kapasitas aerobiknya (fungsi ES-II) baik,
maka tidak mungkin fungsi ES-I-nya buruk, oleh karena kapasitas aerobik yang baik hanya dapat
dirangsang oleh fungsi ES-I yang juga baik. Artinya kalau kapasitas aerobik baik, maka dapat
dipastikan bahwa orang itu bukan orang yang malas melakukan aktivitas fisik/ olahraga. Dalam
hal tes yang akan dilakukan terhadap populasi yang homogen atau ingin (melakukan seleksi)
untuk mendapatkan kelompok yang homogen, misalnya ketika merekrut calon mahasiswa
FPOK/FIK, maka terhadap populasi itu dilakukan pengukuran terhadap kemampuan fungsional
ES-I (Anaerobik) dan ES-II (Aerobik), dan tidak dilakukan tes ketrampilan kecabangan
Olahraga. Sedangkan bila ingin melakukan tes Kebugaran Jasmani terhadap kelompok khusus
(menyeleksi Atlet suatu cabang Olahraga tertentu), maka terhadap populasi dikenakan tes
terhadap ES-I, ES-II dan kemampuan Koordinasi (ketrampilan kecabangan) cabang Olahraga
yang bersangkutan. Oleh karena itu selayaknyalah setiap cabang Olahraga mempunyai Tes
Ketrampilan Kecabangannya masing-masing. Dan, tes kebugaran ini akan menjadi lebih special
apabila dihadapkan pada pemilihan tingkat kemampuan atlet elit untuk melihat prestasi yang
diharapkan, sehingga tes yang dilakukan lebih spesifik untuk menggambarkan kondisi prestasi
yang sebenarnya. Mis. Seorang pelari sprint 110 M GW dan 400 M GW dibutuhkan parameter
19. tes berupa : (1) kemampuan anaerob alaktasid : dash sprint 60m (20m – 30m – 60m), Triple Hop,
10 Hop, Max Squat 150 m; (2) kemampuan anaerob laktasid : 300 m, 600 m, (3) kemampuan
aerob : 15’ run (VO2 max) ; (4) tes Koordinasi/indeks teknik gawang, yaitu membandingkan
hasil tes lari gawang 60 m dengan hasil tes lari 60 m tanpa gawang, jika perbedaan indeks-nya
kecil (≤ 3 dtk) maka ia mempunyai kualitas teknik lari gawang yang baik dan sebaliknya (≥ 3
dtk) tekniknya belum baik.
Di bawah ini diberikan skema penerapan tes Kebugaran Jasmani berdasarkan Konsep Kebugaran
Jasmani menurut Ilmu Faal Olahraga.
Bagan : Tata urutan prioritas tes Kebugaran Jasmani
BAGAIMANA KONSEP DASAR FISIOLOGI YANG MENJADI LANDASAN
PENYUSUNAN TES KEBUGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) ?
Berdasarkan Konsep dan Cara Penilaian Kebugaran Jasmani menurut sudut pandang Ilmu Faal
Olahraga tersebut di atas, maka sesungguhnya terdapat kesalahan konsep dalam menghitung nilai
Kebugaran Jasmani pada TKJI. Tes Kemampuan aerobik seharusnya tidak diposisikan sebagai
salah satu butir dari 5 butir tes TKJI, karena dengan menempatkan tes itu sebagai salah satu butir
tes dari 5 butir tes dalam TKJI, maka peran kemampuan aerobik hanya menjadi sebesar 20% saja
dari nilai Kebugaran Jasmani Testee ybs. Sedangkan seharusnya peran itu adalah sebesar 50%.
KESIMPULAN
1. Physical Fitness dapat diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu : kesegaran jasmani,
kesanggupan jasmani, kesamaptaan jasmani dan kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani
merupakan terjemahan yang paling populer.
2. Secara harfiah arti physical fitness atau kebugaran Jasmani ialah kecocokan fisik atau
kesesuaian jasmani. Dengan demikian kebugaran jasmani ialah kecocokan syarat-syarat fisik
terhadap tugas yang harus dilaksanakan oleh fisik itu, baik syarat anatomis dan khususnya syarat
20. fisiologis yang harus dimiliki oleh individu yang bersangkutan.
3. Penerapan Tes Kebugaran Jasmani harus dengan memperhatikan siapa populasi yang akan
dites demi pencapaian tujuan tes dan efisiensi pelaksanaannya, karena pada dasarnya tes
Kebugaran Jasmani dilakukan untuk mengetahui derajat sehat dinamis populasi yang
bersangkutan pada saat itu.
4. Pengukuran tingkat kebugaran jasmani untuk kelompok Atlet sesuatu cabang Olahraga harus
dilakukan dengan mengukur semua kemampuan fungsional yang harus dimiliki Atlet yang
bersangkutan yang meliputi komponen kemampuan fungsional ES-1, kemampuan fungsional
ES-2, dan tingkat penguasaan ketrampilan koordinasi (skill) kecabangan Olahraga yang
ditekuninya.
5. Kesalahan pada TKJI ialah karena memposisikan nilai kemampuan aerobik sebagai salah satu
dari 5 (lima) butir TKJI, sehingga nilai Kemampuan aerobik hanya menjadi tinggal 20% dari
seluruh nilai Kebugaran Jasmani. Seharusnya nilai Kemampuan aerobik adalah 50% dari seluruh
nilai Kebugaran Jasmani. Konsep dasar fisiologi TKJI perlu dikaji ulang dan dengan sendirinya
juga cara penghi-tungannya.
KEPUSTAKAAN
1. Giriwijoyo,Y.S.S. (1992) : Ilmu Faal Olahraga, Buku perkuliahan Mahasiswa FPOK-IKIP
Bandung.
2. Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2000) : Olahraga Kesehatan, Bahan perkuliahan Mahasiswa FPOK-UPI.
3. Giriwijoyo, H.Y.S.S. dkk. (2000) : Makalah : Pelatihan “Tenaga Dalam” melalui Senam Pagi
Indonesia, Pengaruhnya terhadap berbagai kemampuan Statis, Dinamis Anaerobik dan Dinamis
Aerobik. Disajikan dalam Kongres dan Seminar Nasional Ikatan Ahli Ilmu Faal Indonesia,
Denpasar, 13-17 Oktober 2002.
4. Karpovich, P.V. and Sinning, W.E.: Physiology of Muscular Activity, Chapter Sventeen:
Health, Physical Fitness and Age, pg. 266-280; Chapter Eighteen: Tests of Physical Fitness, pg
281-294. W.B.Saunders Co. Philadelphia-London-Toronto, 1971.
Penulis
*) H.Y.S. Santosa Giriwijoyo, Prof. Emeritus, Drs. Physiol., Drs. Med., Dokter, Ahli Ilmu Faal
dan Ilmu Faal Olahraga, pada Ikatan Ahli Ilmu Faal Indonesia (IAIFI) Komisariat Bandung dan
Jurusan/Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.
**) Dikdik Zafar Sidik, Doktor, M.Pd., S.Pd. Olahraga, Jurusan Pendidikan Kepela-tihan
Olahraga, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.
21. BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kehidupanmanusiapasti akan dihadapkandenganbeberapamasalahyangada,sangatkompleks
sekali masalahdemi masalahyangmuncul.Dengansegenapkemampuanyangdimiliki manusia,
manusiaakanselaluberusahauntukmenyelesaikansemuamasalah-masalahitu.Tetapi terkadang
seseorangakanlupaterhadapapa yangterjadi padadirinyasendiri,lebih-lebihpadamasalahfisik,yaitu
tentangkesegaranjasmani.Banyakdari merekayangsibuk,akanlupaterhadapkesehatandan
kestabilankesegaranjasmaninya.
Kesegaranjasmani seseorangadalahkemampuantubuhseseoranguntukmelakukantugaspekerjaan
sehari-hari tanpamenimbulkankelelahanyangberarti,untukdapatmencapai kondisi kesegaranjasmani
yang primaseseorangperlumelakukanlatihanfisikyangmelibatkanbeberapakomponenkesegaran
jasmani denganmetode latihanyangbenar.
Semakintinggi tingkatkesegaranjasmani seseorang,semakinbesarkemampuanfisiknyadan
produktifitaskerjanya,khususnyadalambidangolahraga.Bagi gurupendidikanjasmani ataupunpelatih,
sangat pentingmengadakanpelatihan-pelatihanuntukmeningkatkankesegaranjasmanisiswaatau
atletuntukmengembangkanprestasi.SelainituparaGuru atu Pelatihakanmembutuhkansesuatuyang
dinamakandemnganevaluasi.Yangbertujuanuntukmengoreksi danmengetahui seberapatingkatdan
perkembangansetelahmelakukanbeberapatahaplatihan.Sebagai PelatihdanGuruolahraga,yang
bertanggungjawabatasprestasi anakasuhannya.Perlumelengkapidirinyadenganpengetahuan
tentangcara-cara mengukurdanmenilai statuskondisifisiktersebut.Danstatruskondisi fisikseseorang
hanyamungkindiketahui denganpengukurandanpenilaianyangberbentukbeberapateskemampuan.
Cara evaluasi yangtepatyangharus dilakukanyaitudengancaraTesdan Pengukuranterhadapatlet
ataupunsiswa.Tesdan pengukurandapatdilakukandenganbeberapacaradantahap yang mempunyai
manfaatdan tujandilakukannyatestersebut.Dantestersebutdibagi menjadi bebrapakomponen
kondisi fisiksertabeberapajenistesyansudahdikelompokan.
Denganmelakukantesdanpengukuranini kitadapatmengambilbeberapamanfaat,diantaranyakita
dapat mengevaluasi tahaplatihanyangtelahdilakukan,denganhal itukitadapatmengetahui seberapa
perkembangankondisi fisikseseorang,selainkitabisamengembangkanprestasi atlet,kitajugabisa
menjadikanini sebagaibahanperbaikandalampemebelajaranataupelatihan.Kitajugadapat
termotivasi olehhasil yangdiambildalamtesdanpengukuranini,ataubahkankitadapatmenggunakan
data ini untukbahansebuahpenelitian.
22. B. RumusanMasalah
1. Apa PengertianTesKesegaranJasmaniIndonesia?
2. Apa saja komponenTesKesegaranJasmaniIndonesia?
3. Bagaimana prosedurmasing-masingkomponenTKJI?
4. Bagai mana prosedurteskesegaranjasmani untukusia13-15 tahun( siswaSMP) ?
C. TujuanPembahasan
1. Untuk menjelaskanPengertianTesKesegaranJasmani Indonesia
2. Untuk menjelaskanKomponenTesKesegaranJasmaniIndonesia
3. Untuk menjelaskanbagaimanaprosedurmasing-masingkomponenTKJI
4. Untuk menjelaskanprosedurteskesegaran jasmani untukusia13-15 tahun
D. Manfaat Pembahasan
1. Agar kita tahutentangPengertianTesdanPengukuranOlahraga
2. Agar kita tahutentangKomponenKondisiFisik
3. Agar kita tahutentangMacam-macam tes
4. Agar kita tahutentangBagaimanaProsedur Masing-MasingJenisTes
5. Agar kita tahutentangbeberapaTesyangada DalamCabang OlahragaSepakBola
BAB II
TES KESEGARAN JASMANIINDONESIA (TKJI)
Dalamlokakaryakesegaranjasmani yangdilaksanakanpadatahun1984 “ Tes KesegaranJasmani
Indonesia“(TKJI) telahdisepakati danditetapkanmenjadi instrumen/alattesyangberlakudi seluruh
23. wilayahIndonesiakarenaTKJIdisusundandisesuaikandengankondisi anakIndonesia.TKJIdibagi dalam
4 kelompokusia,yaitu:6-9 tahun,10-12 tahun,13-15 tahun,dan 16-19 tahun.Akan tetapi pada
handoutini akandibahasTKJIpada kelompokusia13-15 tahun dan16-19 tahun.
Sebelumterjunke sekolah-sekolahuntukmelaksanakantugasmatakuliahTesdanPengukuranPenjas
denganmelakukanteskesegaranjasmani padasiswa-siswi,makadiharapkanmahasiswadapat
memahami denganbaikperaturandantata cara pelaksanaanTKJIsehinggadiharapkanhasiltesyang
diperolehadalahbenardandapatdipercaya.
A. RangkaianTes
Tes kesegaranjasmani Indonesiaterdiri dari :
1. Untuk putra terdiri dari :
a. lari 50 meter(13-15 tahun) / lari 60 meter(16-19 tahun)
b. gantungangkat tubuh(pull up) selama60detik
c. baringduduk(situp) selama60 detik
d. loncattegak(vertical jump)
e.lari 1000 meter(usia13-15 tahun) / lari 1200 (usia16-19 tahun)
2. Untuk putri terdiri dari :
a. lari 50 meter(13-15 tahun) / lari 60 meter(16-19 tahun)
b. gantungsikutekuk( tahan pull up) selama60 detik
c. baringduduk(situp) selama60 detik
d. loncattegak(vertical jump)
e.lari 800 meter(usia13-15 tahun) / lari 1000 (usia16-19 tahun)
B. KegunaanTes
Tes kesegaranjasmani Indonesiadigunakanuntukmengukurdanmenentukantingkatkesegaran
jasmani remaja(sesuai kelompokusiamasing-masing).
C. Alatdan Fasilitas
25. 1. Peserta
a. Dalam kondisi sehatdansiapuntukmelaksanakantes
b. Diharapkansudahmakanmaksimal 2 jamsebelumtes
c. Memakai sepatudan pakaianolahraga
d. Melakukanpemanasan(warmingup)
e.Memahami tata cara pelaksanaantes
f.Jika tidakdapatmelaksanakansalahsatu/lebihdari tesmaka tidakmendapatkannilai /gagal.
2. Petugas
a. Mengarahkanpesertauntukmelakukanpemanasan(warmingup)
b. Memberikannomordadayangjelasdanmudahdilihatpetugas
c. Memberikanpengarahankepadapesertatentangpetunjukpelaksanaaantesdanmengijinkanmereka
untukmencobagerakan-gerakantersebut.
d. Memperhatikankecepatanperpindahanpelaksanaanbutirteske butirtesberikutnyadengantempo
sesingkatmungkindantidakmenundawaktu
e.Tidak memberikannilai padapesertayangtidakdapatmelakukansatubutirtesataulebih
f.Mencatat hasil tesdapat menggunakanformulirtesperoranganatauperbutirtes
F. PetunjukPelaksanaanTes
1. Lari 50 / 60 Meter
a. Tujuan
Tes ini bertujuanuntukmengukurkecepatan
b. Alatdan Fasilitas
1) Lintasanlurus,rata, tidaklicin,mempunyai lintasanlanjutan,berjarak50/ 60 meter
2) Benderastart
3) Peluit
26. 4) Tiang pancang
5) Stop watch
6) Serbukkapur
7) FormulirTKJI
8) Alattulis
c. PetugasTes
1) Petugaspemberangkatan
2) Pengukurwaktumerangkappencatathasil tes
d. Pelaksanaan
1) Sikappermulaaan
Pesertaberdiri dibelakanggarisstart
2) Gerakan
a) pada aba-aba“SIAP”pesertamengambil sikapstartberdiri,siapuntuklari
b) pada aba- aba “YA” pesertalari secepatmungkinmenujugarisfinish
3) Lari masihbisadiulangapabilapeserta:
a) mencuri start
b) tidakmelewati garisfinish
c) tergangguolehpelari lainnya
d) jatuh / terpeleset
4) Pengukuranwaktu
Pengukuranwaktudilakukandari saatbenderastartdiangkatsampai pelari melintasi
garisFinish
27. 5) Pencatathasil
1) hasil yangdicatat adalahwaktuyang dicapai olehpelari untukmenempuhjarak50 / 60 meterdalam
satuandetik
2) waktudicatat satu angkadibelakangkoma
2. Tes Gantung AngkatTubuhuntukPutra,Tes GantungSikuTekukuntukPutri
a) Tujuan
Tes ini bertujuanuntukmengukurkekuatandanketahananototlengandanbahu
b) Alat danfasilitas
1) lantai rata dan bersih
2) palangtunggal yang dapatdiatur ketinggiannyayangdisesuaikandenganketinggian
peserta.Pipapeganganterbuatdari besi ukuran¾inchi
3) stopwatch
4) serbukkapuratau magnesiumkarbonat
5) alat tulis
c) Petugastes
1) pengamatwaktu
2) penghitunggerakanmerangkappencatathasil
d) PelaksanaanTes GantungAngkatTubuh60 detik(UntukPutra)
1) Sikappermulaan
Pesertaberdiri di bawahpalangtunggal.Keduatanganberpeganganpadapalang
tunggai selebarbahu(gambar3).Pegangantelapaktanganmenghadapke arahletak
kepala
2) Gerakan (UntukPutra)
a) Mengangkattubuhdenganmembengkokkankedualengan,sehinggadagu
28. menyentuhatauberadadi atas palangtunggal (lihatgambar4) kemudian
kembali ké sikappermulaan.Gerakanini dihitungsatukali.
b) Selamamelakukangerakan,mulai dankepalasampai ujungkaki tetápmerupakansatugarislurus.
c) Gerakanini dilakukanberulang-ulang,tanpaistirahatsebanyakmungkinselama60 detik.
3) Angkatandianggapgagal dan tidakdihitungapabila:
a) pada waktumengangkatbadan,pesertamelakukangerakanmengayun
b) pada waktumengangkatbadan,dagutidakmenyentuhpalangtunggal
c) pada waktukembali ke sikappermulaankedualengantidaklurus
e) PencatatanHasil
1) yang dihitungadalahangkatanyangdilakukandengansempurna.
2) yang dicatatadaiahjumlah(frekuensi)angkatanyangdapatdilakukandengan
sikapsempurnatanpaistirahatselama60 detik.
3) PesertayangtidakmampumelakukanTesangkatantubuhini,walaupuntelahberusaha,diberi nilai
nol (0).
f) PelaksanaanTesGantungSikuTekuk( Untuk Putri)
Palangtunggal dipasangdenganketinggiansedikitdi ataskepalapeserta.
1) Sikappermulaan
Pesertaberdiri di bawahpalangtunggal,keduatanganberpeganganpadapalangtunggal
selebarbahu.Pegangantelapaktanganmenghadapke arahkepala
2) Gerakan
Denganbantuantolakankeduakaki,pesertamelompatke atassampai denganmencapai sikap
bergantungsikutekuk,daguberadadi atas palangtunggal.Sikaptersebutdipertahankanselama
mungkin(dalamhitungandetik)
g) PencatatanHasil
29. Hasil yang dicatatadalahwaktuyang dicapai olehpesertauntukmempertahankansikaptersebutdiatas,
dalamsatuan detik.Pesertayangtidakdapatmelakukansikapdiatasmakadinyatakangagal dan
diberikannilainol (0).
3. Tes BaringDuduk (SitUp) Selama60 detik
a. Tujuan
Mengukurkekuatandanketahananototperut.
b. Alatdan fasilitas
1) lantai / lapanganyangrata dan bersih
2) stopwatch
3) alat tulis
4) alas / tikar/ matras dll
c. Petugastes
1) pengamatwaktu
2) penghitunggerakanmerangkappencatathasil
d. Pelaksanaan
1) sikappermulaan
a) berbaringtelentangdi lantai,kedualututditekukdengansudut90˚dengankedua
jari-jarinyadiletakkandi belakangkepala.
b) Pesertalainmenekan/memegangkeduapergelangankaki agarkaki tidak
terangkat.
2) Gerakan
a) Gerakanaba-aba “YA” pesertabergerakmengambil sikapduduksampaikedua
sikunyamenyentuhpaha,kemudiankembali ke sikapawal.
30. b) Lakukan gerakanini berulang-ulangtanpahenti selama60 detik
e.PencatatanHasil
1) Gerakan testidakdihitungapabila:
- pegangantanganterlepassehinggakeduatangantidakterjalinlagi
- keduasikutidaksampai menyentuhpaha
- menggunakansikunyauntukmembantumenolaktubuh
2) Hasil yang dihitungdandicatatadalahgerakantesyang dapat dilakukandengan
sempurnaselama60 detik
3) Pesertayangtidakmampumelakukantesini diberi nilai nol (0)
4. Tes Loncat Tegak(Vertical Jump)
a. Tujuan
Tes ini bertujuanuntukmengukurdayaledak/tenagaeksplosif
b. Alatdan Fasilitas
1) Papan berskalacentimeter,warnagelap,ukuran30x 150 cm, dipasangpada dindingyangrataatau
tiang.Jarak antara lantai denganangkanol (0) pada papantesadalah 150 cm.
2) Serbukkapur
3) Alatpenghapuspapantulis
4) Alattulis
c. PetugasTes
Pengamatdanpencatathasil
d. PelaksanaanTes
1) Sikappermulaan
a) Terlebihduluujungjari pesertadiolesidenganserbukkapur/magnesium
karbonat
31. b) Pesertaberdiri tegakdekatdinding,kaki rapat,papanskalaberadapada sisi
kanan/ kiri badan peserta.Angkattanganyangdekatdindingluruske atas,
telapaktanganditempelkanpadapapanskalahinggameninggalkanbekasjari.
2) Gerakan
a) Pesertamengambilawalandengansikapmenekukkanlututdankedualengan
diayunke belakang.Kemudianpesertameloncatsetinggi mungkinsambil
menepukpapandengantanganyangterdekatsehinggamenimbulkanbekas
b) Lakukan tesini sebanyaktiga(3) kali tanpa istirahatataubolehdiselingipeserta
lain
e.PencatatanHasil
1) Selisihraihanloncatandikurangiraihantegak
2) Ketigaselisihhasil tesdicatat
3) Masukkan hasil selisihyangpalingbesar
5. Tes Lari 1000 meter(13-15 Tahun) / 1200 meter(16-19 Tahun) UntukPutra dan
Tes Lari 800 meter(13-15 Tahun) / 1000 meter(16-19 Tahun) UntukPutri
a. Tujuan
Tes ini bertujuanuntukmengukurdayatahanjantungparu,peredarandarah dan
pernafasan
b. Alatdan Fasilitas
1) Lintasanlari
2) Stopwatch
3) Benderastart
4) Peluit
32. 5) Tiang pancang
6) Alattulis
c. PetugasTes
1) Petugaspemberangkatan
2) Pengukurwaktu
3) Pencatathasil
4) Pengawasdanpembantuumum
d. PelaksanaanTes
1) Sikappermulaan
Pesertaberdiri di belakanggarisstart
2) Gerakan
a) Padaaba-aba “SIAP”pesertamengambilsikapberdiri,siapuntuklari
b) Pada aba-aba“YA” pesertalari semaksimalmungkinmenujugarisfinish
e.PencatatanHasil
1) Pengambilanwaktudilakukanmulai saatbenderastartdiangkatsampai pesertatepat
Melintasi garisfinish
2) Hasil dicatat dalamsatuanmenitdandetik.
Contoh: 3 menit12 detikmaka ditulis3’12”
G. Tabel Nilai TKJI
35. Hasil setiapbutirtesyangtelahdicapai olehpesertadapatdisebutsebagaihasil kasar.Mengapadisebut
hasil kasar? Hal ini disebabkansatuanukuranyangdigunakanuntukmasing-masingbutirtesberbeda,
yang meliputisatuanwaktu,ulangangerak,danukurantinggi.
Untuk mendapatkanhasil akhir,makaperludiganti dalamsatuanyangsamayaituNILAI.Setelahhasil
kasar setiaptesdiubahmenjadi satuannilai,makadilanjutkandengan menjumlahkannilai-nilai dari
kelimabutirTKJI.Hasil penjumlahantersebutdigunakanuntukdasarpenentuanklasifikasi kesegaran
jasmani remaja.
NORMA TES KESEGARAN JASMANIINDONESIA
(UntukPuteradan puteri)
No Jumlahnilai KlasifikasiKesegaranJasmani
1. 22 – 25 Baik sekali ( BS)
2. 18 – 21 Baik ( B )
3. 14 – 17 Sedang( S )
4. 10 – 13 Kurang ( K )
5. 5 – 9 Kurangsekali ( KS)
BAB III
PELAKSANAAN TESKESEGARAN JASMANIDISMPN 3 BANJAR
PADA SISWA KELAS1 A
A. PERSIAPAN
Sebelummelakukansuatukegiatanhendaknyaselaludipersiapkansegalasesuatunya.Adapun
persiapanpadapelaksanaanTesKesegaranJasmani Indonesiaini kami mempersiapkantentang
informasi mengenai TesKesegaranJasmani Indonesia,yangmeliputiaturandantata cara melakukan
tes.
Setelahinformasidiperoleh,makakami segeramengumpulkanalatdanbahanyangakan di pergunakan
untukmelakukantes.
36. Alatdan bahantersebutberupa:
1. PembuatanFormulirTKJI,
2. Mempersiapkanlintasanlari untuklari jarak50 m dan 1000 m termasukmerapihkanlintasanagar
terhindardari kecelakaan.
3. Mempersiapkanpapantunggal untukmelakukanPull Up.
4. Matras untukmelakukangerakansitup.
5. Pengukurloncattegak(vertical jump) berupapapanbesekalacentimeter,serbukkapurdan
penghapuspapantulis.
6. Alat penunjangberupastopwacth,benderastart,tiangpancang,nomordada,peluit,alattulis,dll.
B. MENENTUKAN OBJEK
Langkah selanjutnyayaitumenentukanobjekyangakandi tes.Dan kami telahsepakatuntukmelakukan
Tes KesegaranJasmani Indonesiapadasiswakelas1A di SMPN 3 Banjardenganjumlahsiswasebanyak
10 orang putra dan 5 orang putri.Adapunnamapesertayangakan di tesantara lain:
1. Ari Susanto(L)
2. Ardiansyah(L)
3. Budi Siswoyo(L)
4. Ahmad(L)
5. Wiki Saputra (L)
6. Hendara Gunawan(L)
7. Bambang (L)
8. Tatang (L)
9. Rudi Santosa(L)
10. RidwanSatia(L)
11. Wati NurHidayah(P)
12. Susi Listiana(P)
13. LusianaAnggia(P)
37. 14. Pujiani (P)
15. Yuniawati (P)
C. PELAKSANAANTES
PelaksanaanTesKesegaranJasmani Indonesiaini dilaksanakanpadahari selasa8 Juni 2010 padapukul
08.30 denganterlebihdahulumemberitahukankepadasiswaagarsiswamempersiapkandiri seperti
sarapan terlebihdahuluagarkondisi badandalamkeadaanprima.
Tim penilai berjumlah7orang dengantugas yang berbeda-bedaagarpenilaianberjalandenganlancar.
Pelaksanaantesdilakukansecarabersambung,artinyasiswayangtelahdi testahapanpertama
melanjutkanpadatahapanberikutnya.Denganmembawaformuliryangtelahdiisi danmemberikannya
kepadatimpenilai yangakanmenilai hinggasampai padatahapanterakhir.
D. HASIL TES
Hasil tesberupacatatan pada formuliryangkemudiandapatdi kalkulasikansesuai aturanyangtelah
bakusehinggaakandiperolehklasifikasi KesegaranJasmani siswaberupaBS(baiksekali),B(baik),S
(sedang),K(kurang),KS(kurangsekali).
Hasil testelampirpadalampiran.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tes kesegaranjasmani Indonesiadigunakanuntukmengukurdanmenentukantingkatkesegaran
jasmani remaja(sesuai kelompokusiamasing-masing).Sehinggadapatdigunakanuntukseleksi atlitdan
selanjutnyadapatdigunakanuntukacuanpeningkatankebugaransiswadenganmemberikan
peningkatanlatihanfisikyangsesuai dengantingkatkebugarannya.
B. SARAN
38. Begitubanyakmanfaatyangbisa kitaambiladari melakukantesdanpengukuran.Jadi sebaiknya,bagi
setiapGuruolahraga atau Pelatihmengisi pengetahuannyatentangbeberapakomponendanhal-hal
yang berkaitandengantesdanpengukuranolahraga.Karenadenganitukitaakanbisamengambil
banyakmanfaat,diantaranyaseperti :
• UntukpelaksanaanevaluasidanSebagai bahanmotivasi
• Sebagai bahanperbaikanmengajar/melatihdanSebagai dasarpenelitian
• Penentuanstatusatletdanpembagiankelompoksesuai denganketentuanyangtelahada
DAFTARPUSTAKA
Sudjadi,dr.1996. KetahuilahTingkatKesegaranJasmani Anda.Jakarta:PusatKesegaranJasmani dan
Rekreasi,DepartemenPendidikandanKebudayaan.
http://ch1ples.wordpress.com
LAMPIRAN-LAMPIRAN
39. KATA PENGANTAR
Segalapuji bagi AllahSWTTuhan pemeliharadanpendidikalamsemestayangtelahmenganugerahkan
karuniadan RahmatNyakepadapenulissehinggadapatmenyelesaikanMakalahTesdanPengukuran
Olahragaini
Makalah ini dibuatuntukmemenuhi tugasmatakuliah tesdanpengukuranolahragadi FKIPPJKR
UniversitasGaluhCiamis.Selainuntukmemenuhi tugas,semogadenganterselesaikannyamakalahini
akan bisabermanfaatbagi penulispadakhususnyadanbagi pembacapada umumnya.
Penulissampaikanbanyakterimakasihkepadasegenapyangtelahmembantuatasterseleaikannya
makalahini.Namundenganketerbatasankemampuanpadadiri penulis,makapenulismemohonmaaf,
penulismenyadari bahwapenulisanini masihjauhdari katasempurna.Makadari itupenulis
mengharapkan adanyakritikdansaran.
Akhirnya,penulisberharapagardiberi manfaatatasterselesaikannyamakalahini,dansemogaTuhan
Yang Maha Esa selalumerahmati kita,Amin...
40. UPAYA MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI MELALUI
PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
JASMANI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian
tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi
juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas
emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani
dan olah raga.
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan
fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spritual-dan
sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan yang seimbang.
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan
penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur
hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam
aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan
secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk
membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai
keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan / olahraga, internalisasi nilai-nilai
(sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya
bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun
melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam
pengajaran harus mendapatkan sentuhan dikdakdik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan
dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat
memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan,
kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman
terhadap gerak manusia.
Namun kenyataan di lapangan dalam masa transisi perubahan kurikulum dari kurikulum 1994
menjadi kurikulum 2004 yang semula pendidikan jasmani dan kesehatan dengan alokasi waktu 2
jam per minggu @ 40 menit, sekarang Pendidikan Jasmani dengan alokasi waktu 3 jam per
minggu @ 40 menit, masih banyak kendala dalam menerapkan kurikulum tersebut. Hal ini
disebabkan karena belum adanya sosialisasi secara menyeluruh di jajaran pendidikan sehingga
masih banyak perbedaan penafsiran tentang pendidikan jasmani utamanya dalam pembagian
waktu jam pelajaran.
Adanya ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum 2004 untuk jenjang
41. SD/MI, SMP/MTs, dan SMA MA sebenarnya sangat membantu pengajar pendidikan jasmani
dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan siswa. Adapun ruang lingkup
pendidikan jasmani meliputi aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri /
senam, aktivitas ritmik, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas.
Sesuai dengan karakteristik siswa SMP, usia 12 – 16 tahun kebanyakan dari mereka cenderung
masih suka bermain. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif,
disamping harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada masa
usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik dan afektif
mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan
fisik dan psikologis.
Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan
pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru
pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Untuk itu perlu adanya pendekatan, variasi maupun modifikasi dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan
Kesegaran Jasmani melalui Pendekatan Bermain dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Siswa
Kelas VIII D SMP Negeri 3 Kisaran Tahun Pelajaran 2007/2008.
B. Identifikasi Masalah
Dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan pedoman bagi guru dan
merupakan bahan kegiatan dalam pembelajaran, maka siswa perlu mempelajari dan
melaksanakan untuk mencapai kompetensi yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai standar
kompetensi tersebut bukanlah yang mudah. Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul
dilapangan adalah sebagai berikut:
1. Banyak dikalangan pendidikan yang belum memahami tentang perbedaan Pendidikan Jasmani
dan Olah Raga.
2. Kurangnya pemahaman dari siswa tentang maksud dan tujuan pendidikan jasmani sehingga
pada proses pembelajaran belum semua antusias untuk beraktivitas jasmani.
3. Kurangnya pemahaman tentang arti pentingnya tubuh bugar dan sehat, sehingga mereka
mengikuti pendidikan jasmani hanya sekedar ikut dan memperoleh nilai.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa batasan yang perlu dikembangkan agar substansi penelitian ini
tidak melebar dan agar dapat kesepahaman penafsiran tentang substansi yang ada dalam
penelitian ini. Batasan-batasan masalah tersebut adalah sebagaimana berikut ini:
1. Penelitian ini hanya menitikberatkan pada model pembelajaran dengan pendekatan bermain
untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa.
2. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan bermain pada pendidikan
jasmani dalam upaya meningkatkan tingkat kesegaran jasmani siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti dapat merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran pendidikan jasmani dengan model pembelajaran dengan pendekatan
bermain tingkat kesegaran jasmani siswa dapat meningkat?
2. Seberapa besar peningkatan tingkat kesegaran jasmani siswa setelah mengikuti model
pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani.
42. E. Tujuan Pendidikan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model
pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani.
2. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar
dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu :
1. Guru
Untuk meningkatkan kualitas mengajar dan mencoba menerapkan model pembelajaran sebagai
inovasi baru dalam proses pembelajaran
2. Siswa
Dengan banyaknya model pembelajaran mereka mendapatkan banyak variasi dalam
pembelajaran. Selain itu siswa dapat belajar sambil bermain
3. Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk mengembangkan model
pembelajaran.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Teori-teori tentang upaya meningkatkan kebugaran tubuh telah banyak dikemukakan oleh para
pakar. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, penulis mencoba menggunakan model
pembelajaran beraktivitas jasmani sambil bermain. Aktivitas ini merupakan salah satu metode
yang tepat dimana keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sekalipun sambil
bermain mereka sudah melaksanakan kegiatan jasmani sebagai upaya untuk menjaga kebugaran
tubuh. Hal ini sangat bagus untuk melatih kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa.
Dari judul tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran dengan pendekatan
bermain merupakan variabel bebas (independent variable), sedangkan tingkat kesegaran jasmani
siswa sebagai variabel terikat (dependent variable).
1. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain
untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan
dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar
diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah,
jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan
membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan
gerakan secara aman, efisien, dan efektif. (Kurikulum Penjas SMP, 2004).
Dari banyak pendapat tentang pengertian pendidikan jasmani, dapat disimpulkan pendidikan
jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan
secara sistematik diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik,
neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
(Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP, 2004).
43. 2. Materi Pendidikan Jasmani SMP/MTs
Struktur materi pendidikan jasmani dikembangkan dan disusun dengan menggunakan model
kurikulum kebugaran jasmani dan pendidikan olahraga (Jewwet, Ennis, and Bain, 1995). Asumsi
yang digunakan oleh kedua model ini adalah untuk menciptakan gaya hidup sehat dan aktif,
manusia perlu memahami hakikat kebugaran jasmani dengan menggunakan resep latihan yang
benar.
Materi mata pelajaran pendidikan jasman SMP/MTs meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pengalaman mempraktikkan latihan untuk mempertahankan dan meningkatkan kebugaran
jasmani
b. Pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar atletik, senam, permainan dan beladiri
c. Keterampilan memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan hakikat
kebugaran jasmani, serta pengetahuan praktis latihan kebugaran jasmani
d. Penerapan peraturan, dan praktik yang aman dalam pelaksanaan kegiatan atletik, senam,
permainan dan beladiri
e. Perilaku yang menggambarkan sikap sportif dan positif, emosi yang stabil, dan gaya hidup
yang sehat
Materi pendidikan jasmani SMP/MTs merupakan kelanjutan dari materi di Sekolah Dasar, dan
dilanjutkan di SMA. Mater pembelajaran untuk kelas VII dan VIII SMP/MTs meliputi
keterampilan dasar olahraga, kesegaran jasmani, dan pembentukan sikap dan perilaku untuk
membentuk kecakapan hidup personal.
3. Karakteristik Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMP/MTs, yang
mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerak manusia adalah aktivitas
jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan
motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas
jasmani yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga.
4. Karakteristik Siswa SMP/MTs
Selama di SMP/MTs, seluruh aspek perkembangan manusia yaitu psikomotor, kognitif, dan
efektif mengalami perubahan yang luar biasa. Siswa SMP/MTs mengalami masa remaja, satu
periode perkembangan sebagai transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja
dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus dihadapi oleh guru.
1) Perkembangan aspek psikomotorik
Wuest dan Lombardo (1974) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotor seusia siswa
SMP/MTs ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis secara luar biasa. Salah satu
perubahan luar biasa tersebut adalah pertumbuhan tinggi badan dan berat badan.
2) Perkembangan aspek kognitif
Arasoo T.V (1986) menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi fungsi intelektual, seperti
pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Untuk siswa SMP/MTs perkembangan
kognitif utama yang dialami adalah formal operasional yang mampu berfikir abstrak dengan
menggunakan simbol-simbol tertentu. Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas
memori dan bahasa, dan perkembangan konseptual.
3) Perkembangan aspek afektif
Menurut Arasoo T.V (1986), ranah afektif menyangkut perasaan, moral dan emosi.
44. Perkembangan afektif siswa SMP/MTs mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau
sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.
5. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Bermain
Pendekatan bermain adalah salah satu bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani yang dapat
diberikan di segala jenjang pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk pendekatan bermain yang
akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam kurikulum. Selain itu harus
dipertimbangkan juga faktor usia, perkembangan fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang
dijalani oleh mereka.
Model pembelajaran dengan pendekatan bermain erat kaitannya dengan perkembangan imajinasi
perilaku yang sedang bermain, karena melalui daya imajinasi, maka permainan yang akan
berlangsung akan jauh lebih meriah. Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan, maka guru
pendidikan jasmani, sebaiknya memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswanya majinasi
tentang permainan yang akan dilakukannya.
6. Kesegaran Jasmani
Sadoso (1989 : 9) Kesegaran jasmani adalah keadaan atau kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas atau tugas-tugasnya sehari-hari dengan mudah tanpa mengalami kelelahan
yang berarti dan masih mempunyai siswa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu
senggangnya untuk keperluan-keperluan lainnya.
Komponen atau faktor kesegaran jasmani dan komponen kesegaran motorik merupakan satu
kesatuan utuh dari komponen kondisi fisik. Agar seseorang dapat dikategorikan kondisi fisiknya
baik, maka status komponen-komponennya harus berada dalam kondisi baik pula. Adapun
komponen atau faktor jasmani adalah : kekuatan, daya tahan kelenturan.
B. Kerangka Berfikir
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat
kesegaran jasmani seseorang, salah satunya yaitu melalui aktifitas jasmani. Pendidikan jasmani
dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan sekaligus
meningkatkan tingkat kesegaran jasmani. Dengan mempertimbangkan karakter dan
perkembangan siswa guru harus dapat merencanakan dengan matang proses pembelajaran.
Dalam membuat perencanaan tersebut guru bisa menggunakan pendekatan, teknik, metode
ataupun model pembelajaran.
C. Hipotesis
Dari uraian di atas hipotesis penelitiannya adalah melalui pembelajaran dengan pendekatan
bermain dalam pendidikan jasmani tingkat kesegaran jasmani siswa dapat meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dengan
penelitian tindakan kelas peneliti dapat mencermati suatu obyek dalam hal ini siswa,
menggunakan pendekatan atau model pembelajaran tertentu untuk meningkatkan tingkat
kesegaran jasmani siswa. Melalui tindakan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam
45. bentuk rangkaian siklus kegiatan. Dengan demikian perkembangan dalam setiap kegiatan dapat
terpantau
B. Setting dan Karakteristik Subyek
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 3 Kisaran yang berjumlah 32
orang. Kelas VIII D merupakan kelas rintisan Unggulan yang kalau dilihat dari kemampuan
akademisnya mereka mempunyai rata-rata yang lebih baik dari pada kelas yang lain. Demikian
juga bila dilihat dari perilaku dan kedisiplinannya mereka juga relatif lebih baik dari kelas yang
lain. Namun demikian pada saat diadakan tes tingkat kesegaran jasmani dengan menggunakan
tes lari 2,4 km, ternyata hasilnya justru paling rendah dibandingkan dengan kelas lain.
Disamping hasil tes tingkat kesegaran jasmaninya paling rendah, anak-anak dikelas tersebut pada
saat mengikuti kegiatan dalam pembelajaran juga kurang antusias. Bahkan kadang-kadang ada
sebagian dari mereka dalam mengikuti pembelajaran sambil membawa rangkuman ataupun
catatan, yang kalau tidak ketahuan mereka sembunyi-sembunyi memanfaatkan waktunya untuk
membaca. Mereka mengikuti pelajaran pendidikan jasmani hanya sekedar hadir dan nantinya
mendapatkan nilai.
C. Prosedur penilaian
A. Siklus I
Dalam kegiatan siklus yang pertama penulis melaksanakan kegiatan yang menarik dan
menyenangkan yaitu kegiatan olahraga tradisional.
1. Pemanasan
Dalam kegiatan pemanasan kita buat dalam bentuk-bentuk permainan yang menyenangkan.
Misalnya : berlari kecil berkelompok sambil memegang bahu sambil bernyanyi bersama, berlari
sambil berpegangan tangan dengan bervariasi dari arah kanan ke arah kir bergantian, berlari kecil
sambil meloncat dilakukan berpasangan berdua atau bertiga, bahkan dapat dilakukan dengan
kelompok yang lebih banyak asalkan jumlahnya ganjil, satu orang berada diantara kelompok
sebagai pusat pegangan dan masih banyak lagi bentuk kegiatan pemanasan sambil bermain.
2. Kegiatan inti
Dalam kegiatan ini dilaksanakan kegiatan out door games. Bentuk kegiatan out door games yang
pertama dilaksanakan bentuk kegiatan yang berorientasi pada melatih kekuatan, kelincahan,
kelenturan tubuh disamping juga melatih unsur kognitif dan afektif siswa. Sebenarnya banyak
sekali jenis out door games yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan jasmani, namun dalam
siklus I penulis melaksanakan kegiatan bentengan.
Permainan ini berasal dari permainan anak-anak yang awalnya mempergunakan pohon atau tiang
sebagai sarana bentengnya. Supaya ada bentuk variasi lain maka kita kembangkan jenis
permainan ini dengan media lain. Prasarana : berupa lapangan seluas lapangan basket. Sarana :
bekas botol plastik, bekas tempat bola tenis, dengna jumlah5 sampai 10 buah, sebagai benteng
yang harus direbut dan dilarikan dari daerah musuh. Cara bermainnya sama dengna permainan
bentengan lainnya, hanya saja pada bentengan ini yang diperebutkan adalah bekas tempat bola
tenis, atau botol bekas minuman. Langkah pertama peserta dibagi dua team dengan jumlah sama
banyak. Benteng yang terbuat dari botol, atau gelas plastik berada dibelakang team masing-
masing. Tiap team dibagi dalam 3 kelompok masing-masing sebagai team penyerang, pengecoh
lawan dan yang mempertahankan benteng. Team pemenang adalah team yang berhasil lebih
46. dahulu merebut seluruh benteng lawan. Bila dibatasi dengan waktu maka team pemenang adalah
team yang paling banyak mengumpulkan benteng lawan,
3. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir setelah penenangan diadakan evaluasi sekaligus pemberian motivasi pada
mereka yang masih belum maksimal dalam beraktivitas.
B. Siklus II
Dalam siklus kedua dicobakan untuk aspek yang lain yaitu aspek aktivitas ritmik. Bentuk
kegiatannya pun sama seperti pada siklus I, hanya bedanya kegiatan ini dilaksanakan di dalam
ruangan. Hal ini sambil memantau semangat mereka dalam beraktivitas selama dilapangan
ataupun dalam ruangan.
Dalam kegiatan pemanasan dibuat dalam bentuk-bentuk permainan sambil bergerak dan juga
sambil bernyanyi. Kemudian dalam kegiatan inti kita berikan contoh-contoh gerakan sambil
mereka menirukan dan biarkan mereka mengikuti sambil bernyanyi. Untuk itu kita pilih kaset-
kaset yang lirik dan lagunya disukai oleh anak-anak. Setelah itu dibuat kelompok-kelompok,
biarkan mereka untuk bermain dan berkreasi menciptakan gerakan-gerakan sesuai dengan ide
dan gagasan mereka.
C. Siklus III
Pada siklus II kita cobakan jenis kegiatan aktivitas jasmani yang selama ini kurang disenangi
oleh para siswa yaitu atletik pada nomor lempar lembing. Pada kegiatan inipun kita berlakukan
mulai pemanasan sampai kegiatan inti dengan pendekatan bermain. Pada saat pemanasan kita
gunakan bola tenis dengna jumlah yang cukup. Secara berkelompok ataupun berpasangan
biarkan mereka bermain lempar tangkap sambil main kucing-kucingan. Selama kegiatan
pemanasan yang penting mereka melakukan gerakan ada unsur lari, lempar tangkap baik itu
berpasangan maupun kelompok.
Pada kegiatan inti mereka tidak langsung menggunakan lembing. Biarkan mereka tetap
menggunakan bola tetapi kita arahkan untuk lemparannya sudah menggunakan teknik lemparan
lembing. Hal itu dilakukan secara berulang-ulang biarkan mereka sambil bermain. Kalau
sebagian besar teknik lemparan sudah benar kita lombakan untuk melempar lebih jauh. Bagi
yang mereka lemparannya jauh kita berikan pujian. Bagi yang belum betul dan belum jauh, kita
beri semangat supaya tidak kalah dengan yang lain. Setelah mereka paham dan bisa
membedakan teknik lemparan biasa dengan teknik lemparan lempar lembing baru kita kenalkan
dengan lembing yang sesungguhnya. Itupun kita buat dalam bentuk bermain, tetapi untuk faktor
keamanan dan keselamatan tetap kita perhatikan.
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian mulai dilaksanakan pada semester gasal bulan Agustus 2007, penelitian ini
dilaksanakan pada saat pelajaran pendidikan jasmani di Kelas VIII D. Adapun jadwal pendidikan
jasmani di kelas tersebut 2 kali pertemuan per minggunya yaitu 2 jam pelajaran pada hari Senin
jam ke 2 – 3. dengan demikian mereka beraktivitas jasmani 1 kali selama satu minggunya di
47. sekolah.
Sebagaimana telah penulis sampaikan di depan, bahwa kelas VIII D merupakan kelas yang
paling rendah dair hasil tes 2,4 km diantara 5 kelas yang ada di sekolah kami. Disamping itu
kelas ini juga sebagian dari mereka kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani dibandingkan dengan kelas-kelas yang lainnya. Adapun tempat pelaksanaan kegiatannya
ada yang dilaksanakan dilapangan sekolah, gedung serba guna dan juga dilaksanakan dilapangan
STADION MUTIARA yang ada lintasan larinya.
2. Pelaksana Tindakan
Pada setiap siklus diupayakan mulai dari awal kegiatan kita ciptakan suasana yang menarik, kita
hilangkan kesan bahwa aktivitas jasmani merupakan kegiatan yang membuat lelah. Kita beri
kesempatan pada siswa mulai dari awal pemanasan dengan beraktivitas jasmani sambil
bersendau gurau, bernyanyi, biarkan sambil berteriak, yang pasti mereka harus beraktivitas baik
secara berpasangan atuapun berkelompok.
Setelah mereka melakukan pemanasan sambil membuat lingkaran atau dengan cara berkumpul
yang menarik, kita beri penjelasan tentang kegiatan inti dengna pendekatan bermain. Selanjutnya
setelah mereka memahami tentang tata cara bermainnya dibagi kelompok. Biarkan mereka
bermain sekalipun ada yang sambil berteriak yang penting mereka senang. Tanpa mereka sadari
mereka telah melaksanakan aktivitas jasmani selama jam pelajaran berlangsung.
Unsur pendidikan yang di dapat adalah 1) unsur kognitif : melatih anak untuk dapat mencermati
medan dengan cepat, mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, memprediksi kegagalan,
mengantisipasi permasalahan dengan cepat. 2) Afektif : melatih anak untuk bersikap sportif, fair
play, bekerjasama, bersosialisasi 3) psikomotorik. Dengan melakukan kegiatan aktivitas jasmani
sambil bermain ini anak akan memiliki kemampuan motorik yang tinggi, terdapat unsur-unsur
endurance, flexibility, agality, speed, coordination, accuray.
B. Hasil Penelitian
Instrumen tes yang digunakan adalah tes kesegaran jasmani dengan tes lari 2,4 km yang sering
disebut juga Cooper test. Berikut ini adalah tabel tingkat kesegaran jasmani yang diambil dari
Cooper test untuk umur 13 – 19 tahun.
No Waktu tempuh Tingkat kesegaran jasmani putra
1 Kurang dari 09,37 menit Istimewa
2 08.38 – 09.40 menit Sangat baik
3 09.41 – 10.48 menit Baik
4 10.49 – 12.10 menit Sedang
5 12.10 – 15.30 menit Kurang
6 Lebih dari 15.31 menit Sangat kurang
No Waktu tempuh Tingkat kesegaran jasmani putra
1 Kurang dari 11.50 menit Istimewa
2 11.50 – 14.30 menit Sangat baik
3 13.30 – 14.30 menit Baik
4 14.31 – 16.34 menit Sedang
5 16.35 – 18.30 menit Kurang
6 Lebih dari 18.31 menit Sangat kurang
48. Pelaksanakan tes lari jarak 2,4 km yaitu siswa berdiri dibelakang garis start setelah aba-aba ”Ya”
siswa lari menempuk jarak 2,4 km secepat mungkin. Sekor yang dicatat adalah waktu tempuh
lari jarak sejauh 2,4 km. Untuk menentukan kategori dari hasil tes tersebut digunakan tabel
Cooper test seperti tabel di atas. Hasil tes lari 2,4 km sebelum dan sesudah diadakan tindakan
dengan pendekatan bermain untuk siswa kelas VIII D adalah sebagai berikut:
a. Kelompok Putra
No Sebelum
(Jumlah siswa) Sesudah
(Jumlah siswa) Tingkat kesegaran jasmani
1 - - Istimewa
2 - Sangat baik
3 1 3 Baik
4 3 6 Sedang
5 6 3 Kurang
6 4 2 Sangat kurang
b. Kelompok Putri
No Sebelum
(Jumlah siswa) Sesudah
(Jumlah siswa) Tingkat kesegaran jasmani
1 - - Istimewa
2 - - Sangat baik
3 - 1 Baik
4 3 6 Sedang
5 6 5 Kurang
6 9 6 Sangat kurang
Dari hasil tersebut di atas, nampak sekali ada perbedaan. Dalam kegiatan pada sebelum diadakan
tindakan dengan pendekatan bermain banyak anak yang cenderung pasif, tetapi setelah dibuat
dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain anak lebih termotivasi untuk
beraktivitas jasmani. Hal ini disebabkan karena mereka dapat melaksanakan aktivitas jasmani
sambil bermain. Apabila pada siklus-siklus berikutnya pada setiap kegiatan dibuat model
pembelajaran dengan pendekatan bermain pada aspek-aspek yang lain tentunya akan lebih baik
dan menguntungkan baik untuk pengajar maupun siswa. Karena dengan demikian stamina akan
tetap terjaga sehingga tingkat kesegaran jasmaninya juga akan lebih meningkat
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satunya
yaitu melalui aktivitas jasmani. Dengan demikian pendidikan jasmani dapat digunakan sebagai
bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesegaran jasmani.
2. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan adanya model dan variasi
49. pelajaran. Untuk itu pengajar sebaiknya dapat membuat model ataupun modifikasi pembelajaran,
salah satunya adalah model pembelajaran dengan pendekatan bermain.
B. Saran
Setelah diadakan penelitian tindakan kelas tentang upaya meningkatkan kesegaran jasmani siswa
membuktikan bahwa dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain aktivitas jasmani
siswa lebih termotivasi karena mereka dapat belajar sambil bermain. Untuk itu penulis
menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Guru pendidikan jasmani hendaknya banyak melaksanakan dengan pendekatan, teknik,
metode ataupun model pembelajaran sebagai bentuk modifikasi dalam pembelajaran pendidikan
jasmani
2. Model pembelajaran dengan pendekatan bermain dapat diterapkan dalam pendidikan jasmani
untuk semua jenjang
3. Guna menunjang aktivitas dalam pendidikan jasmani sarana dan prasaran hendaknya
disediakan sekalipun dalam memodifikasi pembelajaran dapat menggunakan peralatan yang
sederhana, yang penting semua siswa harus beraktivitas jasmani selama pelajaran berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani
SMP/MTs, Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas, 2003, Undang-Undang R.I Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta
: Depdiknas
J. Mata Kupan, 2002, Teori Bermain, Jakarta : Universitas Terbuka
Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Winata Putra Udin, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka