Cucu-cucu seorang kakek tua membuat 1000 anak tangga untuk menghubungkan rumah kakek di puncak gunung dengan lokasi festival bunga mawar agar sang kakek dapat menikmati festival tersebut setelah bertahun-tahun tidak bisa menghadirinya. Mereka bekerja keras selama setahun untuk mewujudkan impian kakeknya. Akhirnya, kakek dapat menikmati keindahan festival bunga bersama cucu-cucun
1. Seribu Anak Tangga Untuk Kakek
Penokohan :
Eko : Kakek Huang
Amar : Cucu pertama
Rika : Cucu kedua
Fani : Cucu ketiga
Sore itu kakek Huang memandangi alam sekitar Gubuknya seraya duduk di
kursi kayu kesayangannya.
Eko/kakek Huang : “Festifal bunga mawar tahun ini sudah berlalu..”
“sayang sekali aku tidak bisa menghadirinya..”
Amar : “kasihan kakek,”
“mungkin sebaiknya kita pindah dari Gunung Rinjani ini saja..?”
Fani : “jangan, kak..! kita adalah satu-satunya keluarga terakhir yang bertahan
di Gunung Rinjani ini..”
Rika : “dan kakek tidak ingin kita meninggalkan Gunung ini, karena Gunung ini
tempat kelahirannya dan anak-anaknya,”
Amar : “mmm...baiklah..”
Keesokan harinya, setelah berladang, Amar bebicara kepada Adik-adiknya..
Amar : “Tahun depan, kita bisa mengajak Kakek melihat Festival Bunga
mawar..!”
Fani : “kakak jangan mengada-ngada..”
“Kakek tidak mungkin bisa menuruni Gunung ini..”
Amar : “Aku tahu kakek sudah tidak mampu menuruni gunung terjal ini.. tapi,
aku punya ide.”
“kita buat 1000 anak tangga dari Gunung ini sampai ke tempat
Festival..!”
Rika : “Wuuaah..!, mana mungkin..! (terbelalak)”
Amar : “mungkin saja.. asal kita punya niat.”
Fani : “mungkin, bisa kita coba kak..?”
Rika : “mmm, baiklah..”
2. Keesokan harinya, mereka mulai memahat tanah tanah menjadi anak tangga
dengan berbekal pemahat & palu sederhana..
Amar : “dik, kita masih punya waktu setahun untuk memahat ke-1000 anak
tangga ini.”
“kita mencicil memahat setiap hari, sehingga selesai dalam waktu 1
tahun.
Rika : “ya, kak. kita akan berusaha”
Fani : “kak, apakah benar-benar mungkin kita bisa menyelesaikan 1000 anak
tangga itu..?”
Rika : “tentu saja mungkin, dik”
“asalkan masih ada semangat dalam hati kita. Ayo kerja..!”
Fani : “ya, aku tak sabar melihat senyum manis kakek ketika melihat semua ini.”
Setahun sudah berlalu, dari musim panas saat itu berganti menjadi musim semi
yang indah. dan hari itu juga, hari terselesainya anak tangga ke-1000. Hari
yang penuh suka & cita..
Amar : “Rika, Fani..! cepat..! anak tangga ke-1000 sudah selesai kupahat..! ^_^
(sambil melompat kegirangan)”
Rika : “benarkah..? hore...!!!”
Fani : “Hore...!!!”
Keesokan harinya, perayaan Festival Bunga tiba, mereka mengajak kakeknya
untuk pergi melihat Festival bunga, seperti yang diinginkan olehnya dahulu.
Amar : “kakek, mari kita pergi melihat Festival bunga..!”
Eko/kakek Huang : “jangan bercanda, nak.. mana mungkin aku yang renta ini
mampu menuruni Gunung ini..? hahaha..”
Rika : “lihatlah keluar, kek.. suatu keajaiban di mata kakek..”
Eko/kakek Huang : “mmm...”
Amar : “sekarang kakek tidak perlu khawatir lagi. Kakek sudah bisa naik-turun
Gunung dengan mudah..! Selama setahun ini, kami memahat 1000 anak tangga
untuk kakek..kalaupun kakek lelah, disepanjang jalan sudah kami bangun
gubuk kecil untuk ber-istirahat..”
Eko/kakek Huang : “Huks.. :’) terimakasih cucuku.. kalian sungguh baik
kepadaku.. terimakasih.. (sambil memeluk cucunya)”
3. Hari itu, kakek Huang begitu riangnya, setelah sekian lama tidak melihat
Festifal bunga mawar akhirnya hari itu, ia sama sekali tak menyangka dapat
melihat kembali Festifal itu.
Eko/kakek Huang : “indah sekali.. indah sekali bunga bunga itu.. sekali lagi,
terimakasih cucuku..!”
Tak lama kemudian, berita tentang 1000 anak tangga itu tersiar ke berbagai
penjuru. Banyak orang berkunjung untuk menyaksikan langsung ke-1000 anak
tangga itu. Dan setiap kali memandangnya, mereka teringat cinta kasih ketiga
cucu seorang kakek yang memahat ke-1000 anak tangga tersebut..
KELOMPOK 3
Irfani Halimah
Bharata
M. Triono Eko Putro
Rika Prillya
Mustafida
Saiful Amar
Fathullah