Bergantung kepada konteksnya. Kerap kali kita menemukan pengguna brand tertentu, cinta mati dengan produk/servis yang dia pakai. Misal brand otomotif. Seperti yang diteliti oleh Ewing, Wagstaff dan Powell (2013) dalam Journal of Business Research terhadap komunitas mobil Ford dan Holden di Aussie. Bentuk-bentuk rivalitas tidak hanya bermula dari produsennya, melainkan juga di konsumen masing-masing. Dalam bentuk yang sederhana, saling melempar humor, sindiran bahkan ejekan dan dalam bentuknya yang paling serius konflik fisik antarkeduanya. Jika berdasarkan temuan Ilhan, RV Kubler, KH Pauwels(2018) soal potensi konflik berawal dari aktivitas marketing salah satu brand, berarti di sini penekanannya adalah pemilik brand musti pintar menakar risikonya. Termasuk bagaimana merespon supaya tak salah langkah seperti kasus brand operator dan ojol di Indonesia beberapa tahun lalu. Semoga mencerahkan! #berbagiwawasan