SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
Download to read offline
SISTEM KONTROL KECEPATAN PUTAR SPIN COATING 
BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 
Oleh: 
ERUS RUSTAMI 
G74101018 
DEPARTEMEN FISIKA 
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 
2008
ii 
ABSTRAK 
ERUS RUSTAMI. Sistem Kontrol Kecepatan Putar Spin Coating Berbasis Mikrokontroler 
ATmega8535. Dibimbing oleh Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS. dan Ahmad Aminudin, M.Si 
Metode pelapisan spin coating memiliki keunggulan dari sisi kemudahan, biaya, dan 
kesederhanaan alat yang digunakan. Kecepatan putar merupakan salah satu parameter penting 
dalam metode spin coating. Sistem kontrol loop tertutup (close loop control system) digunakan 
untuk meningkatkan kestabilan kecepatan putar. Prinsip dasar sistem kontrol loop tertutup adalah 
membandingkan nilai perintah (set point) dengan nilai kenyataan (preset value) melalui teknik 
umpan balik. Selisih nilai diantara keduanya disebut sebagai kesalahan (error). Sistem akan 
mengurangi error yang terjadi secara otomatis sampai pada batas ketepatan tertentu. Pengontrolan 
kecepatan dilakukan oleh mikrokontroler ATmega8535 menggunakan bahasa pemrograman Basic 
Compiler. Kecepatan putar yang dihasilkan ditampilkan pada layar Personal Computer (PC) 
melalui komunikasi serial. Pengujian kalibrasi untuk nilai uji 800 rpm menghasilkan ketelitian 
98,01% dan ketepatan 99,50%, nilai uji 1600 rpm ketelitian 99,69% dan ketepatan 98,60% dan 
nilai uji 2400 ketelitian 99,75% dan ketepatan 98,80%. Pengujian perbandingan set point dan 
preset value menghasilkan ketelitian 98,97 % dan ketepatan 99,63 %. Pengujian karakterisitk alat 
menyatakan bahwa sinyal perintah mengalami overshoot, settling time bernilai 6 detik, dan steady 
state error bernilai 1,75% untuk nilai uji 800 rpm, 1,75% untuk nilai ui 1200 rpm, dan 1,15% 
untuk nilai uji 2000 rpm. Alat deposisi spin coating yang menggunakan sistem kontrol kecepatan 
mampu mengeluarkan kecepatan pada nilai yang diperintahkan. 
Kata kunci: spin coating, close loop control system, mikrokontroler ATmega8535, steady state 
error
iii 
SISTEM KONTROL KECEPATAN PUTAR SPIN COATING 
BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 
Skripsi 
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains 
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 
Institut Pertanian Bogor 
ERUS RUSTAMI 
G74101018 
DEPARTEMEN FISIKA 
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 
2008
iv 
Judul : Sistem Kontrol Kecepatan Spin Coating Berbasis Mikrokontroler ATmega 8535 
Nama : Erus Rustami 
NRP : G74101018 
Menyetujui: 
Pembimbing I, Pembimbing II, 
Ir. Hanedi Darmasetiawan, M.S Ahmad Aminudin, M.Si 
NIP : 130 367 084 
Mengetahui: 
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 
Institut Pertanian Bogor 
Dr. Drh. Hasim, DEA 
NIP : 131 578 806 
Tanggal Lulus:
v 
RIWAYAT HDUP 
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 26 Februari 1983 sebagai 
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Sutawijaya dan Lilis 
Fatimah. 
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Cimanggu II 
pada tahun 1995, kemudian melanjutkan ke pendidikan menengah tingkat 
pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cikembar tahun 1998, dan 
selanjutnya menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 1 
Cibadak. 
Pada tahun 2001, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui 
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa di Departemen Fisika, Fakultas 
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 
Selama kuliah penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan antara lain Himpunan 
Mahasiswa Fisika (HIMAFI) di Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia pada tahun 
2001-2002, Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) di Departemen Kerohanian pada tahun 2002- 
2003, Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) sebagai ketua Departemen Pembinaan pada 
tahun 2002-2003. Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) sebagai ketua Harian II Wilayah 
Baranang Siang pada tahun 2003-2004. Penulis juga pernah menjadi Asisten Fisika Dasar I dan II, 
Elektronika I dan II, serta Elektronika Digital.
vi 
PRAKATA 
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq 
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Sistem Kontrol 
Kecepatan Putar Spin Coating Berbasis Mikrokontroler ATmega8535”. Penulisan karya ilmiah ini 
dilakukan untuk memenuhi tugas akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Sains pada Departemen 
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan 
salam semoga senantiasa tercurah kepada tauladan seluruh manusia Rasulullah Muhammad SAW 
para sahabatnya, keluarganya, dan ummatnya hingga akhir zaman. 
Sebuah kebahagiaan yang sangat besar karya ini dapat diselesaikan. Tentu saja keberhasilan 
ini diwujudkan melalui perjuangan dan kesabaran serta dukungan dari berbagai pihak. Pada 
kesempatan ini patutlah kiranya penulis sampaikan rasa terima kasih kepada: 
Bapak Hanedi Darmasetiawan dan Bapak Ahmad Aminudin selaku pembimbing dalam 
penelitian ini yang telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran, 
petunjuk, dan motivasi dari awal hingga akhir. 
Bapak Irzaman selaku pembimbing pertama atas tawaran ide penelitiannya. 
Pak Firman atas bantuan administrasinya juga pak Mus, Pak Yani pak Faisal atas 
bantuannya untuk menggunakan fasilitas laboratorium dan bengkel. 
Pak Tony atas bantuannya dalam penggunaan fasilitas laboratorium elektronika. 
Ibu, Bapak, kakakku tercinta Tita Novianti, dan Arie Maulana yang senantiasa 
memotivasi dan memberikan yang terbaik untuk penulis. 
Ihsan dan Rizal yang telah menjadi teman seperjuangan dan diskusi panulis. 
Subhi, Taofik, Fahmi, Azzam, Agung, Ario, Roni, Dian atas semangat kebersamaan 
yang telah dijalani selama melakukan penelitian di laboratorium mikrokontroler. 
Kang Dadang, mas Wahyu, kang Rokim, Zahrul, Nazmi, Kunta, Agus, Bayin, Fadli, 
atas dukungan dan kebersamaanya yang mampu membangkitkan semangat. 
Seluruh teman yang telah memberikan dukungan dan motivasi. 
Sehebat apapun pekerjaan yang dilakukan manusia pasti ada celah kelemahan di dalamnya, 
tak ada gading yang tak retak. Begitu juga dengan karya ini, pasti ada kekurangan dan bagian yang 
perlu ditambahkan. Untuk itu penulis membutuhkan saran dan kritik dari siapapun untuk 
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga apa yang dilakukan dan disampaikan penulis bisa 
memberikan manfaat bagi kita semua. 
Bogor, Mei 2008 
Erus Rustami
vii 
DAFTAR ISI 
Halaman 
PRAKATA ............................................................................................................................ i 
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii 
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. iii 
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. iii 
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... iv 
PENDAHULUAN 
Latar Belakang ......................................................................................................... 1 
Tujuan Penelitian .................................................................................................... 1 
TINJAUAN PUSTAKA 
Metode Spin Coating ................................................................................................. 1 
Teori Sistem Kontrol ................................................................................................ 2 
Digital to Analog Converter ...................................................................................... 2 
Pulse Width Modulations .......................................................................................... 3 
Actuator ................................................................................................................... 4 
Sensor ...................................................................................................................... 4 
Frequency to Voltage Converter ................................................................................ 4 
Mikrokontroler ATmega 8535 ................................................................................... 5 
Komunikasi Serial .................................................................................................... 5 
METODOLOGI PENELITIAN 
Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................................... 5 
Alat dan Bahan ......................................................................................................... 6 
Metode Penelitian ..................................................................................................... 6 
Merancang Diagram Blok Fungsional ........................................................................ 6 
Merancang Rangkaian Masing-masing Blok Fungsional ............................................ 6 
Pembuatan dan Pengujian Rangkaian Secara Terpisah ............................................... 6 
Pembuatan Software .................................................................................................. 7 
Kalibrasi Alat ............................................................................................................ 7 
Pengambilan Data ..................................................................................................... 7 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
Digital to Analog Converter ...................................................................................... 7 
Rangkaian Pembalik.................................................................................................. 8 
Motor Controller ....................................................................................................... 9 
Motor........................................................................................................................ 11 
Magnetic Encoder ..................................................................................................... 12 
Rangkaian Pengkondisi ............................................................................................. 12 
Frequency to Voltage Converter ................................................................................ 12 
Analog to Digital Converter ..................................................................................... 13 
Sistem Kontrol .......................................................................................................... 14 
Data Pengujian Alat .................................................................................................. 16 
SIMPULAN DAN SARAN 
Simpulan .................................................................................................................. 18 
Saran ........................................................................................................................ 18 
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18 
LAMPIRAN 
ii
iii 
viii 
DAFTAR TABEL 
Halaman 
Tabel 1. Tabel keluaran DAC 0808 ......................................................................................... 7 
Tabel 2. Tabel keluaran rangkaian pembalik ............................................................................ 8 
Tabel 3. Tabel keluaran tegangan rata-rata PWM .................................................................... 10 
Tabel 4. Tabel frekuensi keluaran motor .................................................................................. 11 
Tabel 5. Tabel pengujian karakteristik F/V .............................................................................. 13 
Tabel 6. Tabel pengujian ADC ................................................................................................ 13 
DAFTAR GAMBAR 
Halaman 
Gambar 1. Hubungan antara kecepatan putar dan ketebalan lapisan ....................................... 2 
Gambar 2. Sistem kontrol loop tertutup ................................................................................. 2 
Gambar 3. Skema sederhana DAC weighted resistor ............................................................. 2 
Gambar 4. Proses pembentukan sinyal PWM ........................................................................ 3 
Gambar 5. Nilai tegangan rata-rata PWM ............................................................................. 3 
Gambar 6. Rangkaian pengontrol tegangan motor ................................................................. 3 
Gambar 7. Rangkaian internal IC LM2917 8-pin .................................................................. 5 
Gambar 8. Pengiriman data serial ......................................................................................... 5 
Gambar 9. Diagram alir penelitian ........................................................................................ 6 
Gambar 10. Diagram blok fungsional rancangan alat deposisi spin coating ............................. 6 
Gambar 11. Diagram blok fungsional alat deposisi spin coating .............................................. 7 
Gambar 12. Rangkaian DAC menggunakan DAC 0808 .......................................................... 7 
Gambar 13. Hubungan antara keluaran DAC dan bilangan biner ............................................. 8 
Gambar 14. Rangkaian pembalik tegangan .............................................................................. 8 
Gambar 15. Hubungan antara tegangan pembalik dan keluaran DAC ....................................... 8 
Gambar 16. Rangkaian pengkondisi tegangan.......................................................................... 9 
Gambar 17.a Sinyal PWM ketika Vref = 0 V .......................................................................... 9 
Gambar 17.b Sinyal PWM ketika Vref = 2,5 V ........................................................................ 10 
Gambar 17.c Sinyal PWM ketika Vref = 5 V ........................................................................... 10 
Gambar 18. Hubungan antara Vrata-rata dan bilangan biner ......................................................... 10 
Gambar 19. Motor tipe UGFMED B1 20E buatan Yaskawa .................................................... 11 
Gambar 20. Hubungan antara frekuensi dan Vsupply .................................................................. 11 
Gambar 21. Bentuk pulsa keluaran encoder ............................................................................ 12 
Gambar 22. Rangkaian pengkondisi sinyal ............................................................................. 12 
Gambar 23. Rangkaian F/V lengkap ....................................................................................... 12 
Gambar 24. Hubungan antara frekuensi dan tegangan pada rangkaian F/V ............................... 13 
Gambar 25. Hubungan antara tegangan dan bilangan biner ...................................................... 14 
Gambar 26. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran yang menampilkan 
nilai aktual dan terbaca ........................................................................................ 16 
Gambar 27. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran yang menampilkan 
nilai aktual dan terbaca ......................................................................................... 16 
Gambar 28. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran yang menampilkan 
nilai aktual dan terbaca ........................................................................................ 16 
Gambar 29. Perbandingan kecepatan antara set point dan preset value ..................................... 17 
Gambar 30. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran 
pada nilai uji 800 rpm .......................................................................................... 17 
Gambar 31. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran 
pada nilai uji 1200 rpm ........................................................................................ 17 
Gambar 32. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran 
pada nilai uji 2000 rpm ........................................................................................ 17
iv 
ix 
DAFTAR LAMPIRAN 
Halaman 
Lampiran 1. Data Pengujian Kalibrasi Putaran ....................................................................... 21 
Lampiran 2. Data Perbandingan Set point dan Preset value .................................................... 22 
Lampiran 3. Data Pengujian Settling Time dan Steady State Error ......................................... 23 
Lampiran 3. Gambar Alat Deposisi Spin Coating................................................................... 24 
Lampiran 4. Skema Rangkaian Pembangkit Sinyal PWM ..................................................... 25 
Lampiran 5. Skema Rangkaian Catu Daya ............................................................................. 26 
Lampiran 6. Skema DT-AVR Low Cost Micro System ........................................................... 27 
Lampiran 7. Datasheet ATmega 8535 .................................................................................. 28 
Lampiran 8. Datasheet DAC 0808 ........................................................................................ 30 
Lampiran 9. Datasheet IC LM2917 Frequency to Voltage Converter .................................... 32 
Lampiran 10. Datasheet Motor UGFMED B1 20E Produksi Yaskawa .................................... 34 
Lampiran 11. Datasheet Magnetic Encoder UTMSI-01BNA .................................................. 35
1 
PENDAHULUAN 
Latar Belakang 
Perkembangan teknologi material 
merupakan salah satu bagian yang mendapat 
perhatian besar para peneliti di dunia. 
Banyak penelitian dilakukan untuk 
menghasilkan material dengan karakteristik 
yang baru sesuai dengan kebutuhan. Salah 
satu cara yang digunakan untuk 
menghasilkan material yang diinginkan 
adalah dengan teknik pelapisan material. 
Berbagai macam metode pelapisan 
material telah dikembangkan untuk 
mendukung perkembangan teknologi 
material. Secara garis besar ada dua macam 
metode pembuatan lapisan yaitu metode 
konvensional dan sol-gel. Spin coating, dip 
coating, electrophoresis, thermoporesis, dan 
settling (sedimentation) merupakan bagian 
dari metode sol-gel. Metode pelapisan spin 
coating merupakan metode sol-gel yang 
paling mudah, murah, dan sederhana 
(Asrorudin 2004). 
Alat deposisi spin coating yang telah 
dibuat masih memiliki beberapa 
keterbatasan, yaitu kecepatan putar hanya 
dihasilkan pada nilai tertentu dan proses 
pengontrolannya masih bersifat manual. 
Kecepatan putaran yang dinyatakan dalam 
satuan rotation per minute (rpm) merupakan 
parameter yang penting pada metode spin 
coating. Semakin banyak nilai kecepatan 
yang dapat dihasilkan akan membuat proses 
pelapisan material menjadi semakin beragam 
dan sangat mungkin mendapatkan hasil akhir 
yang lebih baik. Faktor penting lain dalam 
proses spin coating adalah kestabilan putaran 
yang dikeluarkan dan kemampuan untuk 
menghasilkan nilai kecepatan putaran yang 
sama dengan nilai yang diperintahkan. 
Pada bagian lain, di bidang teknik 
berkembang sebuah metode untuk 
mendapatkan nilai keluaran yang tepat, 
mengurangi error yang terjadi, dan tanggap 
terhadap perubahan, metode ini disebut 
sebagai sistem kontrol otomatis. Metode ini 
bekerja secara otomatis dalam proses 
pengontrolan alat atau mengeluarkan nilai 
yang diinginkan. Proses pengontrolannya 
dapat dilakukan secara analog yaitu dengan 
menggunakan komponen elektronika, atau 
secara digital melalui instruksi-instruksi 
dalam bahasa pemrograman tertentu. 
Penggunaan sistem kontrol kecepatan 
pada spin coating masih jarang ditemukan 
pada alat-alat spin coating yang beredar di 
pasaran. Kalaupun ada harga yang harus 
dibayar masih terlalu mahal. Oleh karena itu 
penulis merancang alat deposisi spin coating 
yang menggunakan sistem kontrol kecepatan 
secara otomatis, memiliki kemampuan yang 
tinggi dengan biaya yang lebih murah. 
Tujuan Penelitian 
Penelitian ini bertujuan untuk 
merancang alat deposisi spin coating yang 
menitikberatkan pada sistem pengontrolan 
kecepatan putar motor. Alat yang dibuat 
adalah alat deposisi spin coating yang 
memiliki karakteristik tingkat akurasi 
keluaran yang tinggi lebih di atas 90%, 
variasi nilai kecepatan yang beragam, dan 
kecepatan putaran motor yang stabil. 
TINJAUAN PUSTAKA 
Metode spin coating 
Proses spin coating dibagi menjadi empat 
yaitu tahap deposisi, spin-up, spin-off, dan 
evaporasi. Tahap pertama dimulai dari 
diteteskan atau dialirkannya cairan pelapis 
berupa gel di atas substrat. Pada tahap 
deposisi substrat belum diputar. Kemudian 
pada tahap berikutnya substrat mulai diputar. 
Akibat gaya sentrifugal cairan menjadi 
tersebar secara radial keluar dari pusat 
putaran menuju tepi piringan. Pada tahap ini 
substrat mengalami percepatan. Sedangkan 
pada kedua tahap berikutnya laju putaran 
mulai konstan, artinya tidak ada percepatan 
sudut pada substrat. Pada tahap spin-off 
sebagian cairan yang berlebih akan menuju 
ke tepi substrat dan akhirnya terlepas dari 
substrat membentuk tetesan-tetesan. 
Semakin menipis lapisan yang terbentuk 
semakin berkurang tetesan-tetesan yang 
terbuang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya 
penambahan hambatan alir dan viskositas 
pada saat lapisan semakin tipis. Tahap 
terakhir, evaporasi, merupakan mekanisme 
utama dari proses penipisan lapisan. 
Ketebalan lapisan yang terbentuk 
ditentukan oleh dua parameter utama yaitu 
viskositas dan laju putaran (angular speed) 
disamping parameter-parameter lainnya 
seperti waktu dan kerapatan cairan. 
(Asrorudin 2004).
2 
Kecepatan putar merupakan salah satu 
faktor terpenting dalam proses spin coating. 
Kecepatan putar pada substrat berpengaruh 
terhadap sudut gaya sentrifugal yang 
mengenai cairan resin selain kecepatan dan 
turbullence udara diatasnya. Secara lebih 
spesifik tingkat kecepatan putar yang tinggi 
menetukan ketebalan lapisan yang terbentuk. 
Gambar 1 menunjukkan kurva hubungan 
antara kecepatan putar dan ketebalan lapisan 
(www.cise.columbia.edu). 
Gambar 1. Hubungan antara ketebalan lapisan dan 
kecepatan putar 
Teori Sistem Kontrol 
Sistem kontrol merupakan sekumpulan 
alur logika yang dibuat dengan tujuan agar 
alat mampu bekerja dengan optimal. Aliran 
prosesnya secara sederhana dimulai dari 
adanya perintah yang dilanjutkan dengan 
manipulasi proses dan berakhir pada bagian 
tampilan keluaran. 
Berdasarkan ada atau tidaknya umpan 
balik (feedback), Ogata (1985) membagi 
sistem kontrol menjadi dua jenis yaitu 
sistem kontrol loop tertutup (close loop 
control system) dan sistem kontrol loop 
terbuka (open loop control system) . 
Sistem kontrol loop terbuka lebih 
sederhana dan mudah dibuat, tetapi memiliki 
kelemahan dalam hal merespon gangguan 
dari luar sistem. Apabila terjadi gangguan 
sistem kontrol loop terbuka tidak memiliki 
mekanisme pengurangan error secara 
otomatis. Sehingga nilai keluarannya 
berbeda dengan yang diperintahkan. 
Sistem kontrol loop tertutup adalah 
sistem kontrol yang sinyal keluarannya 
diumpankan kembali ke masukan sehingga 
aksi pengontrolan dipengaruhi oleh nilai 
keluaran tersebut. Istilah loop tertutup 
bermakna menggunakan aksi umpan balik 
untuk memperkecil kesalahan sistem. 
Nilai keluaran yang berasal dari sensor 
disebut sebagai nilai sebenarnya (preset 
value). Sebelum masuk ke dalam proses 
pengendalian nilai tersebut akan 
dikondisikan terlebih dahulu agar sesuai 
dengan karakteristik masukan pengendali 
(controller). Tahapan berikutnya adalah 
proses perbandingan antara preset value 
dengan nilai yang diperintahkan (set point) 
oleh controller. Perbedaan atau selisih nilai 
diantara keduanya disebut sebagai kesalahan 
(error). Dalam sistem kontrol loop tertutup 
controller akan memberikan perintah untuk 
memperkecil error tersebut kepada bagian 
aksi kendali (actuator) secara otomatis. 
Berdasarkan proses tersebut sistem kontrol 
loop tertutup sering disebut sistem kontrol 
otomatis (automatic control system). Gambar 
2 menunjukkan proses yang terjadi pada 
sistem kontrol loop tertutup (Ogata 1985; 
Jacob 1989). 
Gambar 2. Sistem kontrol loop tertutup 
Digital to Analog Converter 
Digital to Analog Converter (DAC) 
adalah sebuah rangkaian yang berfungsi 
untuk mengubah nilai digital dalam bentuk 
bilangan biner menjadi besaran analog 
seperti tegangan dan arus. Rangkaian 
internal DAC secara sederhana digambarkan 
terdiri atas kombinasi resistor dan Op Amp, 
sebagaimana yang terlihat pada Gambar 3: 
Gambar 3. Skema sederhana DAC 
weighted resistor 
Tegangan keluaran DAC dapat 
ditentukan dengan persamaan sebagai 
berikut: 
0  
x Vref (1) 
 
Vout A A 1 
An 
     n 
 
2 
..... 
4 
2 
Keterangan : 
Vout : Tegangan keluaran analog (V) 
Vref : Tegangan referensi (V) 
n : Jumlah bit yang dicari
3 
D  ton (2) 
Vs 
M 
DC motor 
PWM output MOSFET 
DAC yang mempunyai lebar data 8 bit 
akan memiliki 28 = 256 tingkat nilai analog. 
Nilai tegangan keluaran dapat digabungkan 
dengan rangkaian pengubah tegangan ke arus 
jika keluaran yang yang dibutuhkan adalah 
arus (Priyonoto 2004). 
Pulse Width Modulations 
Pulse Width Modulations (PWM) 
merupakan sebuah teknik pengontrolan 
tegangan menggunakan metode pengaturan 
lebar pulsa. Sebuah PWM biasanya 
merupakan gabungan antara rangkaian 
pembangkit sinyal segitiga dengan nilai 
tegangan referensi yang dapat diatur. Kedua 
kompenen tersebut kemudian dihubungkan 
dengan sebuah comparator. 
Pengaturan lebar pulsa dilakukan dengan 
mengatur nilai tegangan referensi. Jika level 
tegangan sinyal segitiga lebih besar dari 
tegangan referensi maka tegangan keluaran 
komparator bernilai positif (kondisi on), 
sedangkan jika level tegangan sinyal segitiga 
lebih kecil dari tegangan referensi maka 
keluaran komparator benilai nol (kondisi 
off). Semakin tinggi nilai referensi akan 
mengakibatkan kondisi on semakin kecil 
atau sempit, sebaliknya semakin kecil nilai 
tegangan referensi akan menyebabkan 
kondisi on akan semakin besar atau lebar. 
Asrorudin (2004) menunjukkan proses 
pembentukan sinyal PWM pada Gambar 4. 
Gambar 4. Proses pembentukan sinyal PWM 
Perbandingan lebar pulsa on dengan 
periode gelombang keluaran PWM disebut 
dengan istilah siklus kerja (duty cycle). 
Sebagai contoh apabila lama waktu on-nya 
setengah dari periode gelombang PWM 
yang dihasilkan, maka siklus kerja 
gelombang kotak tersebut adalah 50%. 
Siklus kerja atau duty cicle (D) sebuah 
gelombang kotak dapat dihitung dengan 
menggunakan persamaan berikut: 
x100% 
T 
Keterangan: 
D : Duty Cycle (%) 
ton : Lama waktu on (s) 
T : Perioda gelombang kotak (s) 
Siklus kerja gelombang kotak sebanding 
dengan nilai tegangan rata-rata dc (dc 
average voltage) yang dikeluarkan. Sebagai 
contoh gelombang kotak dengan tegangan 
maksimum 100 V dan siklus kerja 75% akan 
memiliki rata-rata tegangan dc sebesar 75 V, 
yaitu 75% dari 100 V. Nilai tegangan rata-rata 
inilah yang nantinya akan diterima oleh 
bagian lain sebagai tegangan keluaran PWM. 
Gambar 5 menunjukkan nilai tegangan rata-rata 
untuk siklus kerja yang berbeda. 
Gambar 5. Nilai tegangan rata-rata PWM 
Nilai tegangan rata-rata keluaran PWM 
digunakan untuk menggerakkan motor. Arus 
keluaran PWM tidak terlalu besar sehingga 
tidak dapat langsung dihubungkan dengan 
motor. Diperlukan rangkaian tambahan 
sebagai pengontrol tegangan motor. Gambar 
6 merupakan salah satu contoh rangkaian 
pengontrol tegangan motor. 
Gambar 6. Rangkaian pengontrol tegangan motor 
Rangkaian pengontrol motor di atas 
menggunakan teknik penyaklaran untuk 
menyalurkan tegangan rata-rata dari
4 
gelombang kotak. Alat penyaklaran 
(switching device) yang biasa digunakan 
adalah transistor, SCR, dan sebagainya. 
Komponen jenis ini dipilih karena memiliki 
kemampuan penyaklaran yang tinggi dengan 
kapasitas arus yang besar. Rangkaian pada 
gambar di atas menggunakan transistor jenis 
MOSFET. 
Actuator 
Actuator merupakan perangkat keras 
yang menjadi objek sistem kendali. Bagian 
ini akan memproses masukan yang diterima 
untuk dikonversi menjadi aksi keluaran yang 
seusai. 
Pada rancangan alat deposisi spin coating 
yang berfungsi sebagai actuator adalah 
motor listrik arus searah (direct current) 
yang dihubungkan dengan substrate holder. 
Kecepatan angular motor dipengaruhi oleh 
torsi  yang dihasilkan dari gaya lorentz FL 
sebagaimana dituliskan dalam persamaan 
berikut ini: 
 = FL x r dan (3) 
FL = IBl sin  (4) 
Keterangan : 
FL : gaya lorentz (N) 
r : lengan gaya (m) 
I : arus (A) 
B : medan magnet (T) 
L : panjang kawat berarus (m) 
 : sudut antara vektor normal permukaan 
loop dan medan magnet. 
Nilai torsi digunakan untuk 
menggerakkan substrate holder berbentuk 
cakram melalui poros yang langsung 
dihubungkan. Pada cakram tidak ada torsi 
eksternal netto yang dikerjakan. Menurut 
hukum kekekalan momentum angular, jika 
torsi eksternal yang bekerja pada sebuah 
benda sama dengan nol, maka momentum 
angular total sistem adalah konstan 
dL  0 
atau 
dt 
L = I = konstan (5) 
 adalah kecepatan angular dan I adalah 
momen inersia cakram padat yang bernilai ½ 
MR2 (Sadiku 2001). Gaya yang dihasilkan 
dari putaran cakram dengan arah menuju luar 
cakram digunakan untuk membuat lapisan 
tipis. 
Dari persamaan (4) dan (5) terlihat 
hubungan antara kecepatan angular cakram 
dan arus yang diberikan ke motor. Semakin 
besar arus yang diberikan maka semakin 
besar kecepatan angular yang dihasilkan. 
Motor yang digunakan dalam 
perencanaan ini adalah DC motor yang 
menggunakan magnet permanen pada bagian 
stator-nya. Magnet permanen motor 
mempunyai kurva hubungan antara 
kecepatan dan torsi yang linier dalam 
rentang yang lebar. Keunggulan penggunaan 
magnet permanen adalah motor tidak 
membutuhkan daya listrik untuk 
menghasilkan medan stator, sehingga daya 
dan pendinginan yang diperlukan lebih 
sedikit dibandingkan motor yang 
menggunakan prinsip kerja elektromagnet. 
Sensor 
Sensor merupakan komponen elektronika 
yang berfungsi untuk mengubah besaran 
fisik menjadi nilai lain seperti tegangan, 
arus, atau yang lainnya. 
Pada penghitungan nilai kecepatan putar 
sensor yang dapat digunakan diantaranya 
opotocoupler, photodioda, atau encoder 
(magnetic dan optical). Masing-masing 
komponen memiliki kelebihan dan 
kekurangan dilihat dari sisi ketepatan, 
ketelitian, ataupun dari aspek ekonomi. 
Magnetic encoder dipilih sebagai sensor 
pencacah putaran dengan pertimbangan 
bahwa sensor ini telah terintegrasi dalam 
motor yang digunakan, sehingga dirasakan 
lebih ekonomis dengan tanpa mengurangi 
sisi keakuratan pembacaaan data. 
Berdasarkan datasheet yang diberikan 
encoder mampu mencacah dengan ketelitian 
pencacahan sebesar 116 pulsa/putaran. 
Frequency to Voltage Converter 
Rangkaian frequency to voltage converter 
(F/V) berfungsi sebagai pencacah frekuensi 
keluaran dari encoder dan mengubahnya 
menjadi tegangan. Tegangan yang dihasilkan 
berbanding lurus dengan jumlah frekuensi 
cacahan. Nilai tegangan ini selanjutnya akan 
dijadikan sebagai preset value (Thiang et al. 
1999). 
Komponen utama rangkaian F/V adalah 
IC LM2917 8-pin. Komponen ini dipilih 
karena memiliki beberapa keunggulan yaitu 
memiliki dioda zener internal sebagai 
penyedia tegangan yang stabil, nilai 
tegangan referensi sinyal 0 V, dan harga
5 
yang terjangkau. Gambar 7 memperlihatkan 
rangkaian internal IC LM2917 8-pin. 
Gambar 7. Rangkaian internal 
IC LM2917 8-pin 
Agar LM2917 beroperasi dengan optimal 
maka harus diperhatikan pemasangan 
komponen tambahan pada kaki-kakinya, 
terutama pada empat kaki utama yaitu: 
Kaki 1 : sinyal masukan 
Kaki 2 : C1 ke ground 
Kaki 3 : C2 pararel R1 ke ground 
Kaki 8 : ground 
. Pada saat nilai masukan lebih besar atau 
kecil dari referensi maka charge pump akan 
aktif. Cara kerja charge pump mirip dengan 
kapasitor. Semakin tinggi frekuensi sinyal 
yang masuk, maka proses pengisian muatan 
menjadi semakin cepat sehingga nilai 
tegangan dc yang dikeluarkan pun semakin 
besar, begitu juga sebaliknya ketika 
frekuensi semakin kecil maka nilai tegangan 
dc yang dihasilkan akan semakin kecil pula. 
Berdasarkan datasheet LM2917 besarnya 
tegangan yang dihasilkan dapat dihitung 
menggunakan persamaan berikut: 
Vout = Vsup x R1 x C1 x fin (6) 
Keterangan: 
Vout : tegangan keluaran (V) 
Vsup : tegangan supply (V) 
R1 : nilai resistor pada kaki 3 () 
C1 : nilai kapasitor pada kaki 2 (F) 
fin : frekuensi masukan (Hz) 
Mikrokontroler ATmega8535 
Mikrokontroler ATmega8535 adalah 
jenis mikrokontroler low-power CMOS 8-bit 
yang berdasarkan arsitektur AVR (Alf and 
Vergard’s Risc processor) RISC. 
Pelaksanaan instruksinya menggunakan 
siklus clock tunggal dengan throughputs 
mendekati 1 MIPS (Mega Instructions per 
Second) tiap MHz. Terdapat 4 buah port 
(PortA, PortB, PortC dan PortD) yang 
kesemuanya mempunyai kemampuan 
sebagai I/O 8-bit bi-directional. Khusus 
untuk PortA selain fungsi di atas juga dapat 
digunakan sebagai sebagai ADC internal 10- 
bit yang mampu mengubah nilai analog 
menjadi data digital dengan nilai maksimal 
1023. 
Dalam penelitian ini mikrokontroler 
ATmega8535 yang dipakai sudah 
terintegrasi dalam modul DT-AVR low cost 
micro system buatan inovative electronics. 
Komunikasi Serial 
Komunikasi serial adalah mekanisme 
pengiriman data secara berurutan dapat 
secara sinkron (Synchronous) atau secara 
asinkron (Asynchronous). Pada komunikasi 
data serial sinkron, clock dikirimkan 
bersama-sama dengan data, sedangkan pada 
komunikasi data serial asinkron clock tidak 
dikirimkan bersama data serial, tetapi 
dibangkitkan secara sendiri-sendiri baik pada 
sisi pengirim (transmitter) maupun pada sisi 
penerima (receiver). Mikrokontroler 
berkomunikasi dengan perangkat luar 
menggunakan sistem USART (Universal 
Synchronous and Asynchronous serial 
Receiver and Transmitter). 
Kecepatan pengiriman data (baud rate) 
dan fase clock pada transmitter dan pada 
receiver harus sinkron. Untuk itu diperlukan 
sinkronisasi antara pengirim dan penerima. 
Hal ini dilakukan oleh bit ’Start’ dan bit 
’Stop’. Ketika saluran transmisi dalam 
keadaan idle, keluaran adalah dalam keadaan 
logika ’high’. Ketika transmitter akan 
mengirimkan data, keluaran akan diset lebih 
dulu ke logika ’low’ untuk nilai satu bit. 
Sinyal ini pada receiver akan dikenali 
sebagai sinyal ’Start’ yang digunakan untuk 
mensinkronkan fase clock sehingga sinkron 
dengan fase clock pengirim. Selanjutnya, 
data akan dikirim secara serial dari bit paling 
rendah (bit 0) sampai bit tertinggi dan akan 
dikirim sinyal ’Stop’ sebagai akhir dari 
pengiriman data serial (Prasetia et al. 2004) 
Gambar 8. Pengiriman data serial 
Nilai baud rate dapat dipilih bebas dalam 
rentang tertentu, biasanya nilai yang sering 
dipakai adalah 9600. Alat-alat yang akan 
berkomunikasi harus diatur pada nilai baud 
rate yang sama.
6 
METODOLOGI PENELITIAN 
Waktu dan Tempat Penelitian 
Penelitian ini dilakukan di laboratorium 
elektronika, dan laboratorium hardware dan 
kontrol Departemen Fisika, Fakultas 
Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam, 
Institut Pertanian Bogor mulai Juli 2005 
sampai dengan April 2008. 
Alat dan Bahan 
Bahan-bahan yang digunakan pada 
penelitian ini meliputi komponen 
elektronika, PCB (Printed Board Circuit) 
matriks, timah solder, kotak logam (chasis), 
dan logam alumunium. 
Alat yang digunakan pada penelitian 
meliputi, signal generator, microcontroler 
tranier, osiloskop, frequency counter, 
multimeter, variable power supply, solder, 
penyedot timah, bor tangan, dan alat-alat 
perbengkelan.. 
Metode Penelitian 
Diagram alir metode penelitian 
ditunjukkan pada Gambar 9. 
Gambar 9. Diagram alir penelitian 
1. Merancang Diagram Blok Fungsional 
Langkah pertama yang dilakukan adalah 
menggambarkan rancangan alat dalam 
bentuk blok fungsional, sebagaimana yang 
terlihat pada Gambar 10. 
Gambar 10. Diagram blok fungsional rancangan 
alat deposisi spin coating 
Fungsi masing-masing blok adalah 
sebagai berikut: 
a. ATmega8535 
Menerima perintah dari PC dan 
mengirimkan nilai biner yang sesuai ke 
DAC. 
b. DAC 
Mengubah nilai biner perintah dari PC 
menjadi nilai analog dalam bentuk 
tegangan. 
c. Analog PID Controller 
Mengurangi error yang terjadi antara set 
point dengan preset value secara 
otomatis. 
d. Driver Motor 
Rangkaian penggerak objek yang 
dikontrol yaitu motor dc. 
e. Motor 
Objek yang akan dikontrol nilai 
keluarannya. 
f. Sensor 
Menghitung jumlah putaran yang 
dihasilkan oleh motor. 
g. Frequency to Voltage Converter 
Mengubah nilai frekuensi yeng terukur 
menjadi tegangan yang sesuai. 
h. PC (Personal Computer) 
Menerima perintah dalam bentuk set 
point dan waktu kemudian menampilkan 
kecepatan aktual sebagai preset value. 
2. Merancang Rangkaian Masing-masing 
Blok Fungsional 
Tahapan perancangan blok fungsional 
dimulai dari penelusuran literatur, 
perhitungan nilai-nilai komponen yang akan 
digunakan, sampai pada simulasi rangkaian 
menggunakan Multisim 7.1. 
3. Pembuatan dan Pengujian Rangkaian 
Secara Terpisah 
Skema yang telah dirancang diuji 
menggunakan protoboard kemudian dibuat
7 
dalam bentuk rangkaian jadi. Pengujian 
rangkaian secara terintegrasi dilakukan 
setelah semua blok rangkaian dapat bekerja 
dengan baik. 
4. Pembuatan Software 
Pembuatan program pada mikrokontroler 
dilakukan menggunakn Bascom AVR 
1.11.8.7. 
5. Kalibrasi Alat 
Kalibarasi dilakukan terhadap ketepatan 
sensor dalam mencacah jumlah putaran yang 
dihasilkan. Tingkat ketelitian dan ketepatan 
yang dihasilkan berpengaruh terhadap 
kelayakan penggunaan alat tersebut. 
6. Pengambilan Data 
Data yang akan didapatkan adalah jumlah 
putaran aktual dalam satuan rpm yang 
ditampilkan oleh PC bersamaan dengan nilai 
putaran yang diperintahkan. 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
Setelah melalui serangkaian uji coba 
didapatkan rancangan akhir blok fungsional 
alat deposisi spin coating seperti yang 
terlihat pada Gambar 11. 
Gambar 11. Diagram blok fungsional alat 
deposisi spin coating 
Diagram blok fungsional pada Gambar 
11 merupakan pengembangan dari rancangan 
sebelumnya. Blok fungsional PID Controller 
dihilangkan karena tidak dapat beroperasi 
secara optimal. Pengontrolan dilakukan 
melalui algoritma pada pemrograman 
mikrokontroler ATmega8535. 
Aliran perubahan data dari set point 
menjadi tegangan, kecepatan putar, 
frekuensi, sampai akhirnya menjadi preset 
value ditunjukkan oleh panah warna hitam. 
Panah berwarna putih merupakan daya yang 
disediakan oleh power supply untuk semua 
blok fungsional. 
Digital to Analog Converter 
Digital to Analog Converter yang 
digunakan adalah DAC 8-bit buatan National 
Semiconductor tipe DAC0808 dengan nilai 
tegangan referensi 5 V dan resolusi 0.02 V. 
Keluaran DAC0808 yang masih dalam 
bentuk arus dikonversi menjadi tegangan 
menggunakan rangkaian pengubah arus ke 
tegangan. Rangkaian ini dibangun dari 
sebuah Op Amp LM741. Gambar 12 
menunjukkan rangkaian lengkap DAC. 
Gambar 12. Rangkaian DAC Menggunakan 
DAC0808 
Pengujian DAC dilakukan dengan 
memberikan nilai biner berbeda melalui PC 
dan mengukur tegangan keluarannya. Data 
hasil pengujian rangkaian DAC dapat dilihat 
pada Tabel 1: 
Tabel 1. Tabel keluaran DAC0808 
No Bilangan 
biner 
Keluaran DAC 
(V) 
1 0 0 
2 25 0.50 
3 50 1.01 
4 75 1.52 
5 100 2.02 
6 125 2.50 
7 150 3.00 
8 175 3.47 
9 200 3.98 
10 225 4.48 
11 255 5.00 
Berdasarkan data dari Tabel 1 dapat 
dikatakan bahwa DAC telah bekerja dengan
8 
sangat baik. Kenaikan nilai biner berbanding 
lurus dengan kenaikan nilai tegangan 
keluaran DAC. Dalam bentuk grafik data 
tersebut membentuk garis yang linier seperti 
terlihat pada Gambar 13. 
Kurva hubungan antara keluaran DAC 
dan bilangan biner 
6 
5 
4 
3 
2 
1 
0 
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 255 
Bilangan biner 
Keluaran DAC (V) 
Gambar 13. Hubungan antara keluaran DAC dan 
bilangan biner 
Rangkaian Pembalik 
Rangkaian pembalik merupakan 
rangkaian pengkondisi sinyal yang dipasang 
antara DAC dengan masukan PWM. 
Tegangan yang dikeluarkan oleh PWM 
berbanding terbalik dengan nilai tegangan 
referensi yang diberikan oleh DAC. 
Karaktersitik PWM seperti ini mengganggu 
proses perbandingan antara preset value 
yang menyatakan kecepatan motor aktual 
dengan set point yang berasal dari DAC. 
Cara kerja rangkaian pembalik ini adalah 
dengan mengubah kemiringan data DAC. 
Nilai maksimal yang dihasilkan DAC akan 
dikonversi menjadi nilai minimal, dan 
sebaliknya nilai minimal DAC akan 
dikonversi menjadi nilai maksimal. Proses 
pengubahan nilai dilakukan dengan 
menggunakan rangkaian pengurang 
differensial dan penguatan inverting yang 
dilakukan oleh Op Amp LF347 buatan 
National Semiconductor. Gambar 14 
menunjukkan rangkaian pembalik secara 
lengkap. 
Gambar 14. Rangkaian pembalik tegangan 
Berdasarkan prinsip kerja rangkaian 
pengurang diferensial tegangan referensi 
dikurangi dengan tegangan sebesar 5 V. 
Hasil pengurangan kemudian dihubungkan 
dengan rangkaian inverting amplifier yang 
nilai penguatannya satu kali. Fungsi dari 
rangkaian ini adalah mengubah nilai negatif 
hasil proses sebelumnya menjadi positif. 
Sebagai contoh tegangan referensi 5 V akan 
dikurangi 5 V menjadi 0 V kemudian 
dikalikan dengan faktor penguatan -1 
sehingga nilai akhirnya menjadi 0 V. Proses 
yang sama terjadi untuk nilai tegangan 
keluaran lainnya. 
Pengujian rangkaian dilakukan dengan 
membandingkan nilai tegangan keluaran 
DAC dan tegangan keluaran rangkaian 
pembalik menggunakan multimeter. Data 
hasil pengukuran rangkaian pembalik 
ditunjukkan pada Tabel 2: 
Tabel 2. Tabel keluaran rangkaian pembalik 
No Keluaran 
DAC (V) 
Tegangan 
Pembalik (V) 
1 0 5,11 
2 0,41 4,69 
3 0,82 4,28 
4 1,22 3,88 
5 1,64 3,45 
6 2,04 3,05 
7 2,44 2,66 
8 2,84 2,26 
9 3,25 1,84 
10 3,64 1,46 
11 4,04 1,06 
12 4,41 0,68 
13 4,83 0,26 
14 5,08 0,01 
Gambar 15 menunjukkan kurva 
hubungan antara tegangan pembalik dan 
keluaran DAC. 
Hubungan antara tegangan pembalik 
dan keluaran DAC 
6 
5 
4 
3 
2 
1 
0 
0 0,41 0,82 1,22 1,64 2,04 2,44 2,84 3,25 3,64 4,04 4,41 4,83 5,08 
Keluaran DAC (V) 
Tegangan pembalik (V) 
Gambar 15. Hubungan antara tegangan pembalik 
dan keluaran DAC 
Dari data di atas terlihat bahwa rangkaian 
pembalik bekerja dengan sangat baik. 
Rangkaian mampu menghasilkan tegangan 
yang berkebalikan dengan tegangan DAC.
9 
Blok diagram motor controller terdiri 
dari dua bagian utama, yaitu pembangkit 
sinyal PWM dan pengontrol tegangan motor. 
Blok pembangkit sinyal PWM terdiri atas 
pembangkit sinyal segitiga dan komprator. 
Rangkaian pembangkit sinyal PWM 
dibangun dari sebuah IC LM324 yang 
bekerja pada catu daya single 12 V dan 
tegangan offset 6 V. 
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan 
informasi bahwa sinyal segitiga yang 
dihasilkan adalah sebesar 5 V peak to peak 
dengan nilai referensi 6 V. Sinyal tersebut 
berayun dari nilai tegangan puncak bawah 
3,5 V sampai 8,5 V sebagai nilai puncak 
atasnya. Sementara itu nilai DAC yang 
dijadikan sebagai tegangan referensi pada 
bagian comparator memiliki rentang nilai 
dari 0 sampai 5 V. Agar dihasilkan sinyal 
PWM yang bagus dibutuhkan rangkaian 
tambahan berupa rangkaian pengkondisi 
yang berfungsi untuk menyesuaikan 
tegangan DAC dengan karakterisitik sinyal 
segitiga. Gambar 16 menunjukkan rangkaian 
pengkondisi tegangan secara lengkap. 
Gambar 16. Rangkaian pengkondisi tegangan 
Rangkaian pengkondisi tegangan terdiri 
atas inverting summing amplifier dan 
inverting amplifier. Rangkaian pertama 
berfungsi untuk menaikkan tegangan DAC 
dengan cara melakukan operasi penjumlahan 
tegangan. Op-amp yang digunakan adalah 
adalah op-amp yang terdapat pada IC KF347 
buatan Fairchild dengan catu daya simetris. 
Nilai tegangan hasil penjumlahan dicari 
menggunakan persamaan berikut: 
 
  
 
  
V 
Motor Controller 
   
V 
2 
2 
1 
3 
1 
R 
R 
V R out 
(7) 
Nilai R1=R2=R3=100K, sehingga besar nilai 
tegangan keluaran hanya dipengaruhi nilai 
V1 dan V2. Potensiometer 10K pada 
tegangan V2 berfungsi untuk mengatur 
tegangan pengurang sampai mendekati nilai 
3,5 V. Rangkaian inverting amplifier dengan 
penguatan sebesar satu kali berfungsi untuk 
membalik nilai tegangan keluaran yang 
tadinya negatif menjadi positif. 
Rangkaian pengkondisi tegangan telah 
dapat bekerja dengan baik, hal ini dibuktikan 
dengan terbentuknya sinyal PWM yang 
siklus kerjanya berubah dari 0% sampai 
100% ketika tegangan keluaran DAC 
dikonversi secara bertahap dari 0 – 5 V. 
Siklus kerja maksimum terjadi ketika 
tegangan DAC 5 V dan siklus kerja 
minimum ketika 0 V. 
Sinyal PWM yang telah dihasilkan 
dihubungkan dengan rangkaian pengontrol 
tegangan motor. Proses pengaturan tegangan 
dengan prinsip penyaklaran listrik dilakukan 
oleh transistor MOSFET IRFZ34 bertipe N-channel. 
Transistor ini dipilih karena 
kemampuan penyaklarannya yang sangat 
tinggi, yaitu sampai angka 1 MHz. 
Sementara itu PWM yang dibuat bekerja 
pada nilai frekuensi 500 Hz. Selain itu, 
transistor ini juga mampu menangani arus 
sampai 30 A. Nilai arus yang besar 
dibutuhkan untuk memutar motor DC. 
Pengujian kinerja rangkaian PWM 
dilakukan terhadap siklus kerja. Pengujian 
siklus kerja dilakukan menggunakan 
osiloskop Caltek CA8020 20MHz pada 
channel A dengan setting tegangan 5 V/div 
dan waktu 0,5 ms/div. Dipilih tiga kondisi 
pengujian yaitu tegangan referensi 0 V, 2,5 
V, dan 5 V. Nilai tegangan ini bersumber 
dari keluaran DAC yang diprintahkan 
melalui bilangan biner. Nilai tegangan 
supply pada rangkaian pengontrol tegangan 
bernilai 11,95 V. 
Pada pengujian siklus kerja selain 
mengamati siklus kerja yang terbentuk juga 
dilakukan perhitungan tegangan rata-rata 
PWM secara teoritis. Nilai tegangan rata-rata 
hasil perhitungan akan dibandingkan 
dengan hasil pengukuran aktual pada tahapan 
pengujian berikutnya. Hasil pengujian siklus 
kerja untuk nilai tegangan referensi 0 V 
ditunjukkan pada Gambar 17.a di bawah: 
Gambar 17.a Sinyal PWM ketika Vref = 0 V 
Gambar di atas memperlihatkan bahwa 
tegangan referensi 0 V tidak menghasilkan 
sinyal kotak, tetapi berupa sebuah garis lurus
10 
pada nilai 0 V. Siklus kerja sinyal PWM ini 
adalah 0%. Nilai tegangan rata-rata yang 
dihasilkan berdasarkan perhitungan yaitu 
sebesar 0% dari 11,95 V yaitu 0 V. Pada 
kondisi ini motor belum dapat berputar. 
Pengujian berikutnya dilakukan terhadap 
nilai tegangan referensi 2,5 V. Hasil 
pengujian ditunjukkan oleh Gambar 17.b: 
Gambar 17.b Sinyal PWM ketika Vref = 2,5 V 
Pada pengujian ini terbentuk sinyal kotak 
dengan siklus kerja 50%. Puncak bawah 
sinyal bernilai 0 V dan puncak atasnya 
bernilai 11,95 V. Secara teoritis tegangan 
rata-rata yang dikeluarkan oleh PWM adalah 
50% dari 11,95 V yaitu sekitar 5,975 V. Pada 
kondisi ini motor berputar dengan kecepatan 
setengah dari kecepatan putar maksimal yang 
mampu dihasilkan. 
Pengambilan data siklus kerja terakhir 
dilakukan dengan memberikan nilai 
tegangan referensi sebesar 5 V. Gambar 17.c 
menunjukkan siklus kerja ketika tegangan 
referensi bernilai 5 V. 
Gambar 17.c Sinyal PWM ketika Vref = 5 V 
Nilai tegangan referensi maksimal yaitu 
5 V menghasilkan sinyal PWM yang 
berbentuk garis lurus pada nilai 11,95 V. 
Siklus kerja pad hasil pengujian ini adalah 
100%. Nilai tegangan yang terukur cocok 
dengan hasil perhitungan untuk siklus kerja 
sinyal 100% yang menghasilkan tegangan 
rata-rata maksimal sebesar 11.95 V. Pada 
kondisi ini motor berputar dengan kecepatan 
putar maksimal. 
Untuk mendapatkan gambaran 
karakteristik PWM yang lebih lengkap dan 
akurat, maka dilakukan pengukuran tegangan 
keluaran rata-rata PWM secara langsung 
Pemberian tegangan referensi berbeda 
dilakukan menggunakan DAC melalui 
perintah dalam bentuk bilangan biner. 
Pengukuran tegangan keluaran dilakukan 
menggunakan multimeter. Data hasil 
pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3: 
Tabel 3. Tabel keluaran tegangan rata-rata PWM 
No 
Bilangan 
biner 
Vrata-rata 
1 0 0 
2 20 0,70 
3 40 2,75 
4 60 5,38 
5 80 7,32 
6 100 8,50 
7 120 9,39 
8 140 9,99 
9 160 10,43 
10 180 10,83 
11 200 11,09 
12 220 11,17 
13 240 11,92 
14 255 11,95 
Gambar 18 memperlihatkan kurva 
hubungan antara tegangan rata-rata (Vrata-rata) 
dan bilangan biner 
Hubungan antara Vrata-rata dan bilangan biner 
14 
12 
10 
8 
6 
4 
2 
0 
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 255 
Bilangan biner 
Vrata-rata PWM (V) 
Gambar 18. Hubungan antara Vrata-rata dan 
bilangan biner 
Data hasil pengujian menunjukkan bahwa 
tegangan rata-rata yang dihasilkan PWM 
tidak linier. Pada bilangan biner yang kecil 
sampai pada nilai 120 tegangan rata-rata naik 
secara cepat, tetapi untuk bilangan biner 
berikutnya perubahan kenaikan tegangan 
menjadi lebih kecil bahkan hampir tidak ada. 
Nilai aktual yang didapatkan berbeda dengan 
hasil perhitungan menggunakan rumus siklus 
kerja. Sebagai contoh untuk nilai referensi 
2,5 V yang sebanding dengan bilangan biner 
126. Berdasarkan perhitungan dari Gambar 
17.b didapatkan nilai tegangan rata-rata 
sebesar 5,975 V. Pada kenyataannya nilai 
tegangan rata-rata yang terukur berada pada 
rentang 9,39 – 9,99 V. Pada bagian lain, 
hasil pengukuran ketika tegangan referensi 
minimal dan maksimal menunjukkan nilai
11 
yang sama dengan hasil perhitungan yaitu 0 
V dan 11,95 V. 
Berdasarkan analisis rangkaian, 
kemungkinan terbesar yang menyebabkan 
tegangan tidak linier adalah proses 
penyaklaran yang dilakukan oleh MOSFET 
IRFZ34. Hal ini dikarenakan blok 
pembangkit sinyal yang menjadi masukan 
rangkaian pengontrol tegangan telah 
berfungsi dengan baik. Sinyal PWM mampu 
menghasilkan siklus kerja yang bersesuaian 
dengan nilai referensi yang perintahkan. 
Selain itu, frekuensi PWM yang bernilai 500 
Hz juga sangat memungkinkan menjadi 
penyebab ketidaklinieran tegangan keluaran 
PWM. Literatur menunjukkan bahwa 
frekuensi PWM yang sering digunakan 
dalam penelitian-penelitian berada pada 
rentang satuan kHz. 
Motor 
Motor yang digunakan sebagai actuator 
adalah motor DC tipe UGFMED B1 20E 
buatan Yaskawa dengan catu daya maksimal 
12 V. Beberapa keunggulan yang dimiliki 
yaitu bentuknya yang kompak, ringan, dan 
ekonomis juga memiliki sensor putaran yang 
terintegrasi berupa magnetic encoder 
ditambah fasilitas reduction of torque ripple. 
Gambar 19 memperlihatkan bentuk fisik 
motor yang digunakan. 
Gambar 19. Motor tipe UGFMED B1 20E 
buatan Yaskawa 
Pengujian karakteristik motor meliputi 
uji linieritas dan kecepatan putar maksimum. 
Pengujian linieritas ditujukan untuk 
mengetahui karakteristik hubungan antara 
tegangan yang diberikan dengan kecepatan 
putar yang dihasilkan. 
Uji linieritas dilakukan dengan mengukur 
frekuensi yang dihasilkan untuk tiap 
tegangan yang diberikan. Nilai frekuensi 
didapatkan dari pulsa yang dikeluarkan oleh 
magnetic encoder dengan ketelitian cacahan 
116 pulsa/putaran. Kecepatan putar tiap 
menit (rpm) dicari dengan membagi 
frekuensi cacahan dengan 116 agar didapat 
rotation per second (rps) kemudian dikalikan 
dengan 60. Perhitungan ini akan digunakan 
dalam penentuan kecepatan putar dalam 
proses berikutnya. Pengukuran jumlah pulsa 
dilakukan menggunakan multimeter pada 
fasilitas pengukur frekuensi dalam satuan 
kHz yang kemudian dikonversi menjadi Hz. 
Tegangan yang diberikan berasal dari DC 
variable power supply dengan nilai 
maksimum 12 V, sesuai dengan karaktersitik 
motor. Data hasil pengukuran frekuensi 
motor dapat dilihat pada Tabel 4: 
Tabel 4. Tabel frekuensi keluaran motor 
No 
Tegangan 
(V) 
Frekuensi 
(Hz) 
1 0 0 
2 1 0 
3 2 484 
4 3 949 
5 4 1344 
6 5 1768 
7 6 2170 
8 7 2600 
9 8 3000 
10 9 3420 
11 10 3850 
12 11 4250 
13 12 4700 
Gambar 20 memperlihatkan kurva 
hubungan antara frekuensi dan tegangan 
yang diberikan (Vsupply). 
Hubungan antara frekuensi dan Vsuplly 
5000 
4500 
4000 
3500 
3000 
2500 
2000 
1500 
1000 
500 
0 
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 
Vsupply (V) 
Frekuensi (Hz) 
Gambar 20. Hubungan antara frekuensi 
dan Vsupply 
Hasil uji linieritas motor menunjukkan 
bahwa daerah operasi motor adalah dari 
tegangan 1 V sampai 12 V. Motor tepat akan 
berputar ketika nilai tegangan sama dengan 
1,2 V. Pada rentang nilai tegangan ini 
putaran motor berbanding lurus dengan 
tegangan yang diberikan. Kecepatan putar 
maksimal adalah 2431 rpm, nilai ini 
merupakan hasil konversi dari nilai frekuensi 
maksimal 4700 Hz.
12 
Pengukuran frekuensi juga memberikan 
informasi tambahan berupa kestabilan 
putaran motor. Putaran motor mulai stabil 
pada nilai 1344 rpm, yaitu ketika diberi 
tegangan 4 V. Pada kecepatan kurang dari 
1344 rpm data yang terbaca berubah-ubah, 
walaupun perubahannya hanya dalam orde 
satuan. 
Berdasarkan karakteristik putaran motor 
maka dapat dikatakan bahwa alat deposisi 
spin coating yang dibuat dapat menangani 
proses pelapisan material pada rentang 
kecepatan 0 – 2431 rpm. 
Magnetic Encoder 
Berdasarkan datasheet-nya diketahui 
bahwa magnetic encoder yang digunakan 
adalah tipe UTMSI-01BNA. Sebuah encoder 
single channel yang hanya mengeluarkan 
pulsa pada satu jalur keluaran dengan 
ketelitian pencacahan sebesar 116 
pulsa/putaran. Pulsa yang dihasilkan bernilai 
5 V pada kondisi off dan 0 V ketika kondisi 
on. Agar pulsa dapat dibaca oleh peralatan 
lain perlu ditambahkan full-up resistor pada 
bagian keluaran sensornya. Resistor yang 
digunakan pada penelitian ini adalah resistor 
5,1 k dengan tegangan supply sebesar 5 V. 
Gambar 21 menunjukkan bentuk pulsa 
keluaran encoder. 
Gambar 21. Bentuk pulsa keluaran encoder 
Rangkaian Pengkondisi 
Rangkaian pengkondisi sinyal berfungsi 
untuk menyesuaikan sinyal keluaran encoder 
dengan masukan F/V. Rangkaian F/V hanya 
dapat mencacah sinyal yang berayun 
melewati nilai referensi 0 V, puncak atasnya 
postitf dan puncak bawahnya negatif. 
Sementara itu, karakteristik pulsa keluaran 
magnetic encoder adalah puncak bawahnya 0 
V dan puncak atasnya 5 V. 
Cara untuk mengatasi perbedaan nilai 
tersebut adalah dengan menurunkan sinyal 
keluaran magnetic encoder sebesar 2,5 V. 
Proses penurunan sinyal dilakukan oleh 
rangkaian pengurang diferensial. Gambar 22 
memperlihatkan rangkaian pengkondisi 
sinyal secara lengkap. 
Gambar 22. Rangkaian pengkondisi sinyal 
Rangkaian pengurang diferensial 
dibangun dari Op Amp LF347 buatan 
National Semiconductor. Masukan inverting 
diberi tegangan tetap sebesar 2,5 V 
sedangkan masukan non inverting menerima 
sinyal masukan yang berasal dari encoder. 
Nilai keluaran rangkaian merupakan hasil 
proses pengurangan bagian non inverting 
dengan inverting. 
Rangkaian pengkondisi telah berfungsi 
dengan baik, hal ini ditandai dengan 
terbentuknya sinyal baru dengan frekuensi 
tetap yang memiliki puncak atas 2,5 V dan 
puncak bawah -2,5 V. Setelah melalui 
rangkaian pengkondisi ini pulsa dari encoder 
dapat dicacah oleh rangkaian F/V. 
Frequency to Voltage Converter 
Rangkaian akhir F/V lengkap dengan 
komponen yang dipasang pada masing-masing 
kakinya diperlihatkan pada Gambar 
23 di bawah ini: 
Gambar 23. Rangkaian F/V lengkap 
Sinyal masukan dihubungkan dengan 
kaki 1 untuk selanjutnya dibandingkan 
dengan nilai referensi pada kaki 8 yaitu 0 V. 
Berdasarkan persamaan (6) terlihat 
bahwa nilai tegangan berbanding lurus 
dengan frekuensi yang dicacah. Pemilihan 
komponen dilakukan dengan tujuan agar 
ketika nilai frekuensi maksimal maka F/V 
mengeluarkan nilai tegangan 5 V. Setelah
13 
mengetahui nilai frekuensi maksimal yaitu 
4700 Hz, bagian berikutnya adalah 
menentukan nilai R1, C1, dan C2. Selain itu, 
terdapat syarat lainnya yaitu nilai C1 harus 
lebih besar dari 500 pF agar tidak terjadi 
error pada arus yang mengalir ke R1. 
Sebaliknya, R1 tidak boleh terlalu besar agar 
tidak ada gangguan pada impedansi 
keluaran. 
Setelah melalui perhitungan dan 
pengujian maka didapatkan nilai komponen 
yang dipasang adalah R1 = 36 k dan C1 = 
3,9 nF dengan Vsup = 7,5 V. Untuk 
mendapatkan hasil yang baik R1 merupakan 
gabungan secara seri resistor 33 k dan 
potensiometer 20 k, sehingga nilai R1 dapat 
dikonversi sedikit demi sedikit sampai 
didapatkan nilai tegangan keluaran yang 
tepat. Nilai kapasitor C2 = 0,47 F dipilih 
agar ripple tegangan tidak terlalu besar. Kaki 
4 dan kaki 7 dihubungkan dengan tujuan 
agar Op Amp bekerja sebagai voltage 
follower, yaitu rangkaian buffer yang akan 
membuat nilai tegangan keluaran lebih 
stabil. 
Pengujian karakteristik F/V dilakukan 
dengan memberikan frekuensi yang berbeda 
kemudian mengukur tegangan keluarannya. 
Data hasil pengujian karakteristik F/V 
ditunjukkan pada Tabel 5: 
Tabel 5. Tabel pengujian karakteristik F/V 
No 
Frekuensi 
(Hz) 
Tegangan 
(V) 
1 0 0 
2 482 0,52 
3 947 1,01 
4 1355 1,45 
5 1768 1,89 
6 2140 2,30 
7 2600 2,79 
8 2990 3,18 
9 3400 3,61 
10 3840 4,08 
11 4130 4,53 
12 4700 5,01 
Nilai frekuensi merupakan hasil cacahan 
magnetic encoder yang menjadi masukan 
rangkian F/V. Nilai tegangan keluaran F/V 
diukur menggunakan multimeter. Pada 
pengujian awal tegangannya bernilai 0 V, 
karena ketika itu motor belum berputar. 
Nilai–nilai frekuensi selanjutnya 
menghasilkan tegangan yang naik secara 
bertahap sampai nilai maksimal 5,01 V 
ketika frekuensinya maksimal.. Gambar 24 
menunjukkan kurva karakterisik rangkaian 
F/V yang menampilkan hubungan antara 
frekuensi dan tegangan keluaran F/V 
Hubungan antara tegangan dan frekuensi 
pada rangkaian F/V 
6 
5 
4 
3 
2 
1 
0 
0 482 947 1355 1768 2140 2600 2990 3400 3840 4130 4700 
Frekuensi (Hz) 
Tegangan (V) 
Gambar 24. Hubungan antara tegangan dan 
frekuensi pada rangkaian F/V 
Hasil pengujian yang ditampilkan pada 
Gambar 23 menunjukkan bahwa rangkaian 
telah berfungsi dengan sangat baik, terlihat 
dari data yang naik secara bertahap dan 
linier. 
Analog to Digital Converter 
Analog to Digital Converter (ADC) 
merupakan rangkaian elektronik yang 
berfungsi untuk mengubah besaran analog 
berupa arus atau tegangan menjadi digital. 
Pada alat spin coating besaran yang akan 
dikonversi adalah tega ngan yang dihasilkan 
oleh F/V. Nilai biner hasil konversi diproses 
di dalam mikrokontroler. 
Konversi tegangan ke biner dilakukan 
menggunakan ADC internal 10-bit yang 
terdapat pada port A mikrokontroler 
ATmega8535. Bilangan biner terbesar yang 
dapat dihasilkan adalah 1023 dengan 
tegangan referensi 5 V. Data hasil pengujian 
ADC untuk beberapa nilai tegangan 
ditunjukkan pada Tabel 6: 
Tabel 6. Tabel pengujian ADC 
No 
Tegangan 
(V) 
Bilangan 
biner 
1 0 0 
2 0,5 103 
3 1,0 205 
4 1,5 307 
5 2,0 408 
6 2,5 511 
7 3,0 614 
8 3,5 716 
9 4,0 819 
10 4,5 922 
11 5,0 1023
14 
Gambar 25 menunjukkan karakteristik 
DAC dalam bentuk hubungan antara 
tegangan dan bilangan biner. 
Hubungan antara bilangan biner dan tegangan 
1200 
1000 
800 
600 
400 
200 
0 
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,51 5 
tegangan (V) 
bilangan biner 
Gambar 25. Hubungan antara tegangan dan 
bilangan biner 
Data hasil pengujian ADC menunjukkan 
bahwa ADC internal telah berfungsi dengan 
baik. Hal ini ditandai dengan kemampuannya 
untuk mengubah tegangan yang diberikan 
menjadi bilangan biner dalam rentang 0 
sampai 1023 secara linier. 
Sistem Kontrol 
Sistem kontrol yang dipakai tidak jadi 
menggunakan Analog PID controller. 
Rangkaian PID analog yang telah dibuat 
tidak dapat bekerja dengan baik. Sebagai 
gantinya sistem pengontrolan dilakukan oleh 
mikrokontroler ATmega8535 menggunakan 
bahasa pemrograman Bascom AVR 1.11.8. 
Alur pemrograman yang lakukan dimulai 
dari adanya perintah set point dari user, 
mengirimkannya ke DAC, membaca 
tegangan keluaran F/V melalui ADC internal 
mikrokontroler sebagai preset value, 
membandingkannya dengan set point, 
kemudian melakukan aksi pengendalian agar 
error yang dihasilkan menjadi lebih kecil. 
Mekanisme kontrol menggunakan umpan 
balik sangat penting untuk mengurangi 
kesalahan yang diakibatkan oleh 
karakteristik PWM yang tidak linier. 
Berikut adalah source code pemrograman 
pengendalian pada mikrokontroler 
ATmega8535 menggunakan program 
Bascom AVR: 
$regfile = "m8535.dat" 
$crystal = 4000000 
$baud = 9600 
Config PortB = output 
Config Adc = Single, Prescaler = Auto 
Start Adc 
Const x = 225/2400 
Const y = 1023/225 
Const z = 2400/1023 
do 
Mulai: 
Print " " 
Input "Masukkan nilai SetPoint (0 
~ 2400 RPM) : " , Rpm 
If Rpm > 2400 Then 
Print “ maaf nilai yang anda 
masukkan salah “ 
Goto mulai 
End if 
Input "Lama waktu spin coating: " 
, waktu 
Print ">> Tekan escape untuk 
mengakhiri <<" 
Print "##################” Chr(10) 
Conv_sp = rpm * x 
SP = round (Conv_sp) 
SP_bin = SP 
SP_out = SP_bin 
Ulang = 0 
Do 
‘nilai batas kecepatan 
If Rpm >= 2400 Then 
SP_bin = 255 
Gosub baca_adc 
Goto kirim 
End if 
'perbandingan SP dengan aktual 
Gosub baca_adc 
Error = Sp_bin - V_bin 
If Error <> 0 Then Gosub Banding 
‘mengirim data ke DAC 
Kirim: 
Ulang = ulang + 1 
PortB = SP_out 
Print “ kecepatan perintah “;rpm ; 
“ kecepatan aktual “;rpm_aktual 
Waitms 1000 
Loop until ulang = waktu 
Loop until inkey () = 27 
Print ">> Pengambilan data Selesai 
<<" ; Chr(10) 
End 
Baca ADC: 
Adc_in = Getadc(7) 
Conv_value = Adc_in * y 
V_aktual = round (Conv_value) 
V_bin = V_aktual 
Conv_rpm= ADC_in * z 
Rpm_aktual = round (conv_rpm) 
return 
Banding: 
If V_bin < SP_bin Then 
SP_out = SP_out + 1 
End If 
If V_bin > SP_bin Then 
SP_out = SP_out - 1 
End If 
return 
Komunikasi mikrokontroler dengan 
pengguna dilakukan melalui PC 
menggunakan fasilitas hyperterminal. 
Komunikasi dilakukan pada nilai baudrate 
9600 dan mikrokontroler menggunakan 
crystal dengan nilai 4 Mhz.
15 
Pemilihan PortB sebagai keluaran 
dilakukan dengan perintah Config PortB 
= output. ADC internal mikrokontroler 
diaktifkan melalui perintah Config Adc = 
Single, Prescaler = Auto. ADC 
yang digunakan adalah ADC 10-bit yang 
memiliki nilai keluaran maksimal 1023. 
Pengontrolan kecepatan putar melibatkan 
banyak besaran dengan rentang nilai yang 
berbeda. Sebagai contoh kecepatan putar 
maksimal adalah 2400 sementara DAC yang 
menerima perintah mikrokontroler memiliki 
nilai maksimal 225. Agar proses 
pengontrolan dapat berjalan dengan tepat 
maka dibutuhkan beberapa nilai sebagai 
faktor konversi. Nilai tersebut dituliskan 
dalam bentuk konstanta 
Const x = 225/2400 
Const y = 1023/225 
Const z = 2400/1023 
Konstanta x digunakan untuk mengubah 
nilai kecepatan menjadi biner, konstanta y 
mengubah nilai ADC menjadi biner, dan 
konstanta z mengubah nilai ADC menjadi 
kecepatan aktual. 
Sistem akan menanyakan nilai kecepatan 
yang dinginkan dalam satuan rpm kemudian 
mengubahnya menjadi bilangan biner. 
Perintah round digunakan untuk 
membulatkan hasil pembagian. Kecepatan 
putar yang boleh dimasukkan dibatasi 
sampai 2400 rpm. Apabila nilai 
kecepatannya lebih besar dari 2400 maka 
sistem akan meminta user untuk 
memasukkan nilai kecepatan yang sesuai. 
Input "Masukkan nilai SetPoint (0 ~ 
2400 RPM) : " , Rpm 
Conv_sp = rpm * x 
SP_in= round (conv_sp) 
‘nilai batas kecepatan 
If Rpm > 2400 Then 
Print “ maaf nilai yang anda 
masukkan salah “ 
Goto mulai 
End if 
Untuk menghindari overflow sebagai 
hasil proses perbandingan, maka nilai 
kecepatan putar 2400 langsung mengirimkan 
nilai 255 ke DAC melalui PortB. Nilai ADC 
dibaca sebagai sumber data untuk 
menampilkan kecepatan aktualnya. 
If Rpm >= 2400 Then 
SP_in = 255 
Gosub Baca_adc 
Goto Kirim 
End If 
Langkah selanjutnya adalah membuat 
program untuk membaca preset value. 
Proses pembacaan dilakukan oleh ADC pada 
subroutine baca_adc. Nilai kecepatan motor 
dihitung dalam rentang 0-1023. Agar proses 
perbandingan antara set point dengan preset 
value dapat dilakukan dengan tepat, maka 
nilai hasil pembacaan ADC harus dikonversi 
menjadi rentang 0-255. Pengubahan 
dilakukan menggunakan faktor konversi y. 
Adc_in = Getadc(2) 
Conv_PV = Adc_in * y 
V_bin = round (Conv_PV) 
Conv_rpm= ADC_in * z 
Rpm_aktual = round (conv_rpm) 
Nilai ADC juga dijadikan sebagai sumber 
untuk menentukan kecepatan putar aktual. 
Pengubahan nilai ADC menjadi kecepatan 
aktual dilakukan menggunakan faktor 
konversi z. Nilai kecepatan putar disimpan 
dalam variabel Rpm_aktual. Nilai hasil 
konversi kemudian dikirim ke komputer 
seabgai nilai kecepatan putar aktual. Proses 
spin coating berlangsung selama waktu yang 
telah yang ditentukan. 
Bagian terpenting dalam pemrograman 
ini adalah proses pengendalian kecepatan 
putar. Tujuannnya adalah agar preset value 
yang dihasilkan tidak berbeda jauh dengan 
set point yang diperintahkan. Set point 
dituliskan dalam variabel Sp_bin sedangkan 
preset velue dituliskan dalam variabel 
V_bin.Proses perbandingan dilakukan 
dalam subroutine banding 
If V_bin < SP_bin Then 
SP_Out = SP_out + 1 
End If 
If V_bin > SP_bin Then 
SP_out = SP_out - 1 
End If 
Algoritma pengendaliannya sangat 
sederhana, yaitu membandingkan antara 
SP_bin dan V_bin. Apabila nilai V_bin 
lebih besar dari SP_bin maka 
mikrokontroler akan melakukan penambahan 
nilai satu bit ke DAC. Begitu juga 
sebaliknya, apabila nilai V_bin lebih kecil 
dari SP_bin maka mikrokontroler akan 
melakukan pengurangan nilai satu bit ke 
DAC. Proses ini terus berulang sampai 
perbedaan nilai diantara keduanya tidak 
terlalu besar. 
Data akhir berupa perbandingan nilai 
kecepatan yang diperintahkan dan keceptan 
aktual ditampilkan pada komputer melalui 
komunikasi serial
16 
Print“ kecepatan perintah “;rpm; 
“kecepatan aktual“; 
rpm_aktual 
Untuk mengkahiri proses maka pengguna 
harus menekan tombol <Escape> terlebih 
dahulu. 
Semua sourcecode dituliskan dalam 
bahasa Basic yang kemudian dikonversi 
menjadi bahasa mesin menggunakan 
perintah compile. Bahasa mesin yang 
dimengerti oleh mikrokontroler kemudian 
dituliskan ke dalam memori mikrokontroler 
melalui fasilitas In System Programming 
(ISP) yang sudah termasuk dalam modul 
DT-AVR low cost micro system. 
Penggunaan alat spin coating dapat 
melalui fasilitas hyperterminal pada menu 
program secara langsung atau dapat juga 
melalui program Bascom AVR. 
Data Pengujian Alat 
Pengambilan data dilakukan setelah 
semua sistem digabungkan dengan tujuan 
untuk mengetahui karakteristik alat secara 
keseluruhan. Pengujian dilakukan dengan 
memberikan set point pada layar 
hyperterminal kemudian mencatat nilai 
kecepatan putar yang ditampilkan. 
Dilakukan dua tahapan pengujian yaitu 
kalibrasi kecepatan putar dan uji ketepatan 
kecepatan putar. Kalibrasi alat diperlukan 
untuk mengetahui kemampuan dan 
spesifikasi alat yang telah dibuat. Cara 
kalibrasi alat dilakukan dengan 
membandingkan antara nilai kecepatan yang 
ditampilkan dengan alat lain yang berfungsi 
sebagai kalibrator. 
Pada pengujian alat spin coating ini 
kalibrator yang digunakan adalah multimeter 
pada bagian penghitung frekuensi dalam 
satuan kHz yang kemudian dikonversi 
menjadi Hz. Motor diperintahkan untuk 
mengeluarkan nilai kecepatan tertentu 
melalui layar komputer, kemudian nilai 
tersebut dibandingkan dengan hasil cacahan 
multimeter. Nilai frekuensi hasil cacahan 
multimeter dikonversi menjadi kecepatan 
putar dengan cara membaginya dengan 116 
agar didapatkan putaran per detik kemudian 
mengalikan dengan 60 sehingga didapatkan 
nilai akhir berupa putaran tiap menit. 
Pengujian hanya dilakukan terhadap tiga 
nilai kecepatan yaitu 800 rpm, 1600 rpm, dan 
2400 rpm. Nilai kecepatan tersebut dipilih 
dengan pertimbangan bahwa data yang 
dihasilkan dari ketiga nilai uji tersebut telah 
mewakili karakteristik sistem secara 
keseluruhan. Pengambilan data dilakukan 
setiap 100 ms. Nilai kecepatan putar yang 
ditampilkan alat spin coating ditulis dalam 
variabel kecepatan terbaca, sedangkan 
kecepatan putar hasil pencacahan frekuensi 
ditulis dalam variabel kecepatan aktual. 
Kurva perbandingan nilai kecepatan putar 
terbaca dan aktual untuk nilai uji 800 rpm 
ditunjukkan oleh Gambar 26, nilai uji 1600 
rpm pada Gambar 27, dan nilai uji 2400 rpm 
pada Gambar 28. Data yang ditampilkan 
pada gambar menunjukkan titik-titik yang 
saling berhimpitan antara nilai kecepatan 
aktual dan terbaca. 
Hubungan antara kecepatan putar dan 
ulangan pengukuran 
1000 
800 
600 
400 
200 
0 
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 
Ulangan pengukuran 
Kecepatan putar (rpm) 
terbaca 
aktual 
Gambar 26. Hubungan antara kecepatan putar dan 
ulangan pengukuran yang menampilkan nilai 
aktual dan terbaca 
Hubungan antara kecepatan putar dan 
ulangan pengukuran 
1800 
1500 
1200 
900 
600 
300 
0 
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 
Ulangan pengukuran 
Kecepatan putar (rpm) 
terbaca 
aktual 
Gambar 27. Hubungan antara kecepatan putar dan 
ulangan pengukuran yang menampilkan nilai 
aktual dan terbaca 
Hubungan antara kecepatan putar dan 
ulangan pengukuran 
2800 
2400 
2000 
1600 
1200 
800 
400 
0 
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 
Ulangan pengukuran 
Kecepatan putar (rpm) 
terbaca 
aktual 
Gambar 28. Hubungan antara kecepatan putar dan 
ulangan pengukuran yang menampilkan nilai 
aktual dan terbaca 
Nilai ketelitian dan ketepatan untuk nilai 
uji 800 rpm adalah 98.01% dan 99.50%. 
Sedangkan nilai ketelitian dan ketepatan 
untuk nilai uji 1600 rpm adalah 99.69% dan
17 
98.60%. Untuk nilai uji 2400 ketelitian dan 
ketepatannya adalah 99.75% dan 98.80%. 
Berdasarkan nilai ketelitian dan ketepatan 
yang didapatkan dapat dikatakan bahwa nilai 
kecepatan yang ditampilkan oleh alat spin 
coating sudah mendekati kecepatan yang 
sebenarnya. Data lengkap hasil pengujian 
dapat dilihat pada Lampiran 1. 
Pengujian berikutnya adalah pengujian 
hasil proses pengontrolan kecepatan 
menggunakan algoritma pemrograman. 
Dilakukan perbandingan antara nilai set 
point yaitu kecepatan yang diperintahkan 
dengan preset value yaitu kecepatan yang 
dihasilkan alat spin coating. Pengujian 
dilakukan untuk beberapa nilai set point 
dengan waktu pencuplikan tiap 100 ms 
sebanyak 20 data. Nilai preset value yang 
dibandingkan dalam grafik adalah nilai rata-rata. 
Gambar 29 menunjukkan kurva 
perbandingan antara nilai set point dan 
preset value rata-rata 
Kurva perbandingan antara Set Point dan 
Preset Value rata-rata 
3000 
2500 
2000 
1500 
1000 
500 
0 
1 2 3 4 5 6 7 
Nilai pengukuran 
Kecepatan putar (rpm) 
SP 
PV 
Gambar 29. Perbandingan kecepatan 
antara set point dan preset value 
Data hasil pengukuran menunjukkan 
bahwa kecepatan putar yang dihasilkan 
mendekati nilai yang diperintahkan. Hal ini 
menunjukkan bahwa proses pengontrolan 
menggunakan algoritma telah berhasil 
mengurangi kesalahan yang diakibatkan oleh 
karakteristik PWM yang tidak linier. 
Ketelitian rata-rata hasil pengujian 98,97 % 
dan ketepatan rata-rata 99,63 %. 
Salah satu karakteristik pengontrolan 
dengan mekanisme pengurangan dan 
penambahan biner adalah sistem tidak dapat 
mengeluarkan nilai yang stabil sesuai dengan 
yang diperintahkan. Nilai keluaran akan 
berosilasi di sekitar nilai yang seharusnya 
secara terus menerus, kesalahan seperti ini 
disebut sebagai steady state error. Data 
lengkap hasil pengujian perbandingan set 
point dan preset value dapat dilihat pada 
Lampiran 2. 
Pengujian berikutnya adalah untuk 
menentukan karakteristik sistem kontrol loop 
tertutup berupa settling time dan nilai steady 
state error. Pengujian dilakukan terhadap 
beberapa nilai set point yaitu 800 rpm, 1200 
rpm, dan 2000 rpm. Data hasil pengujian 
pada nilai uji 800 rpm ditampilkan pada 
Gambar 30, nilai uji 1200 pada Gambar 31, 
dan nilai uji 2000 rpm pada Gambar 32. 
Hubungan antara kecepatan putar dan 
ulangan pengukuran 
1400 
1200 
1000 
800 
600 
400 
200 
0 
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 
Ulangan pengukuran 
Kecepatan putar (rpm) 
Gambar 30. Hubungan antara kecepatan putar dan 
ulangan pengukuran pada nilai uji 800 rpm 
Kurva hubungan antara kecepatan putar dan 
ulangan pengukuran 
1800 
1500 
1200 
900 
600 
300 
0 
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 
Ulangan pengukuran 
Kecepatan putar (rpm) 
Gambar 31. Hubungan antara kecepatan putar dan 
ulangan pengukuran pada nilai uji 1200 rpm 
Kurva hubungan antara kecepatan putar dan 
ulangan pengukuran 
2400 
2000 
1600 
1200 
800 
400 
0 
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 
Ulangan pengukuran 
Kecepatan putar (rpm) 
Gambar 32. Hubungan antara kecepatan putar dan 
ulangan pengukuran pada nilai uji 2000 rpm 
Data hasil pengujian menunjukkan 
karakateristik alat ketika menerima perintah. 
Terlihat bahwa alat tidak dapat langsung 
mencapai nilai yang diperintahkan, tetapi 
mengalami overshoot sampai beberapa nilai 
di atas set point. Semakin tinggi nilai set 
point yang diperintahkan ternyata nilai 
overshoot semakin rendah, hal ini 
disebabkan oleh karakteristik motor yang 
kurang stabil pada putaran rendah.
18 
Waktu yang dibutuhkan alat untuk 
sampai pada nilai yang diperintahkan 
(settling time) rata-rata sama bernilai sekitar 
6 detik. Artinya setelah 6 detik kecepatan 
putar yang dihasilkan cenderung mendekati 
nilai yang seharusnya. Nilai steady state 
error yang dihasilkan pada nilai uji 800 rpm 
yaitu sebesar 1,75 %, pada nilai uji 1200 rpm 
1,75 %, dan pada nilai uji 2000 rpm sebesar 
1,15 %. Semua nilai steady state error 
berada dalam rentang yang diperbolehkan 
dalam teori sistem kontrol, yaitu harus lebih 
kecil dari 2 %. Dapat dikatakan bahwa 
sistem kontrol kecepatan putar yang 
dibangun telah dapat berfungsi dengan baik. 
Data lengkap pengujian karakteristik sistem 
kontrol dapat dilihat pada Lampiran 3. 
SIMPULAN DAN SARAN 
Simpulan 
 Blok-blok fungsional yang telah dibuat 
dapat bekerja dengan sangat baik sesuai 
dengan fungsi masing-masing. Kecuali 
pada bagian PWM yang keluarannya 
tidak linier. 
 Alat deposisi spin coating beroperasi 
pada rentang kecepatan 0 – 2400 rpm. 
 Proses pengontrolan menggunakan 
mekanisme umpan balik terlah berhasil 
mengurangi kesalahan yang diakibatkan 
oleh bagian PWM. 
 Nilai kecepatan yang dihasilkan 
mendekati nilai yang sebenarnya. Hal ini 
dibuktikan pada pengujian kalibrasi. 
Ketelitian untuk nilai uji 800 rpm adalah 
98.01% dan ketepatannya 99.50%. 
Untuk nilai uji 1600 rpm nilai ketelitian 
99.69% dan ketepatan 98.60% dan 
untuk nilai uji 2400 rpm ketelitian 
adalah 99.75% dan ketepatan 98.8% 
 Alat deposisi spin coating mampu 
menghasilkan preset value yang 
mendekati set point. Ketelitian rata-rata 
hasil pengujian untuk beberapa nilai set 
point adalah 98,97 % dan ketepatan 
99,63 %. 
 Nilai steady state error untuk nilai uji 
800 rpm adalah 1, 75 %, untuk nilai uji 
1200 rpm 1,75 %, dan untuk nilai uji 
2000 rpm 1,15 %. Waktu untuk sampai 
pada nilai yang diperntahkan (setling 
time) rata-rata bernilai 6 detik. 
 Secara keseluruhan alat deposisi spin 
coating yang telah dibuat bekerja sangat 
baik, sehingga dapat dipakai untuk 
melakukan proses pelapisan material. 
Saran 
 Rangkaian PWM diperbaiki dengan 
menggunakan pemrograman pada 
mikrokontroler. 
 Motor yang digunakan sebaiknya 
memiliki kecepatan putar yang lebih 
tinggi dengan tingkat kestabilan putaran 
yang juga tinggi. Agar alat deposisi spin 
coating mampu menangani teknik 
pelapisan pada putaran tinggi. 
 Pengontrolan kecepatan melalui 
pemrograman dapat ditingkatkan dengan 
menggunakan teori-teori sistem kontrol 
yang sering dipakai seperti digital PID 
controller, fuzzy logic, dan sebagainya. 
 Interfacing dengan komputer 
menggunakan bahasa pemrograman 
tingkat tinggi seperti Visual Basic. 
 Untuk memudahkan penggunaan, 
komunikasi dengan komputer dilakukan 
menggunakan port USB. 
DAFTAR PUSTAKA 
Asrorudin U. 2004. Perancangnan Alat 
Deposisi Spin Coating [Skripsi]. Bogor: 
Fakultas Matematika dan Ilmu 
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian 
Bogor. 
Data Sheet ATmega8535. 
http://www.atmel.com 
Data Sheet LM2917. 
http://www.NationalSemiconductor.com 
Jacob JM. 1989. Industrial Control 
Electronics, Applications and Design. 
Prentice-Hall Inc. (4-5). 
Ogata K. 1985. Teknik Kontrol Automatik 
(Sistem Pengaturan) jilid 1. Edi 
Laksono, penerjemah; Jakarta: Penerbit 
Erlangga. Terjemahan dari: Modern 
Control Enginering. (4-6). 
Prasetia, Retna, Widodo CE. 2004. 
Interfacing Port Paralel dan Port Serial 
Komputer dengan Visual Basic 6.0, 
Teori dan Praktek. Jakarta : Penerbit 
Andi.
19 
Pratomo A. 2005. Panduan Praktis 
Pemrograman AVR Mikrokontroler 
AT90S2313. Yogyakarta: Penerbit 
Andi.Yogyakarta. 
Priyonoto A. 2004. Pembuatan 
Diskriminator Berbasis Mikrokontroler 
AT89C52 yang dikendalikan PC untuk 
diterapkan pada Sistem Pencacah 
Radiasi [Skripsi]. Bogor: Fakultas 
Matematika dan Ilmu Pengetahuan 
Alam, Institut Pertanian Bogor. 
Sadiku M.N.O. 2001. Elements of 
Electromagnetics. Third Edition. Oxford 
University Press. New York. (316-317). 
Spin Coat Theory 
http://www.cise.columbia.edu/clean/pro 
cess/spintheory.pdf 
Thiang, Hanawati, Widagdo, Resmana.1999. 
Implementasi Fuzzy Logic Pada 
Microcontroller Untuk Kendali Putaran 
Motor DC. Di dalam: Prosiding 
Industrial Electronic Seminar 1999 
(IES’99); Surabaya, 27-28 Oktober 
1999.
20 
LAMPIRAN
21 
Lampiran 1. Data Hasil Pengujian Kalibrasi Putaran 
Nilai Uji 
Ulangan ke 800 rpm 1600 rpm 2400 rpm 
Terbaca 
(rpm) 
Aktual 
(rpm) 
Terbaca 
(rpm) 
Aktual 
(rpm) 
Terbaca 
(rpm) 
Aktual 
(rpm) 
1 781 801 1591 1614 2384 2405 
2 791 816 1595 1614 2388 2426 
3 807 813 1593 1624 2400 2431 
4 826 818 1595 1624 2400 2436 
5 823 806 1600 1629 2400 2431 
6 814 811 1602 1619 2400 2431 
7 800 812 1602 1624 2388 2421 
8 786 801 1602 1614 2400 2410 
9 777 809 1607 1624 2400 2431 
10 779 815 1602 1634 2400 2431 
11 791 806 1598 1614 2400 2421 
12 812 802 1605 1624 2384 2431 
13 819 800 1600 1619 2388 2436 
14 826 811 1598 1619 2400 2431 
15 819 803 1593 1629 2400 2431 
16 807 809 1591 1629 2400 2421 
17 798 794 1602 1624 2388 2410 
18 807 801 1605 1624 2400 2431 
19 807 803 1607 1629 2400 2431 
20 791 806 1602 1619 2400 2421 
Rata-rata 803,05 806,73 1599,50 1622,59 2396,00 2425,86 
Standar deviasi 15,77 5,05 6,36 
Ketelitian (%) 98,01 99,69 99,75 
Ketepatan (%) 99,50 98,60 98,80 
Keterangan: 
Pembanding : Multimeter (fasilitas penghitung frekuensi) 
Selang waktu pengambilan data: 100 milidetik
22 
Lampiran 2. Data Perbandingan Set point dan Preset value 
Set Point 
Ulangan ke 
0 
rpm 
400 
rpm 
800 
rpm 
1200 
rpm 
1600 
rpm 
2000 
rpm 
2400 
rpm 
1 0 392 781 1211 1591 2001 2384 
2 0 401 791 1204 1595 2004 2388 
3 0 390 807 1192 1593 2001 2400 
4 0 406 826 1192 1595 2001 2400 
5 0 408 823 1192 1600 2004 2400 
6 0 415 814 1194 1602 2004 2400 
7 0 411 800 1204 1602 2006 2388 
8 0 415 786 1206 1602 2008 2400 
9 0 406 777 1208 1607 2013 2400 
10 0 389 779 1208 1602 2001 2400 
11 0 396 791 1199 1598 2002 2400 
12 0 387 812 1204 1605 2001 2384 
13 0 399 819 1201 1600 2004 2388 
14 0 408 826 1204 1598 2006 2400 
15 0 425 819 1206 1593 2001 2400 
16 0 427 807 1206 1591 2004 2400 
17 0 415 798 1213 1602 2001 2388 
18 0 394 807 1196 1605 1999 2400 
19 0 399 807 1199 1607 2001 2400 
20 0 413 791 1201 1602 2004 2400 
Rata-rata 0,00 404,80 803,05 1202,00 1599,50 2003,30 2396,00 
Standar deviasi 11,62 15,77 6,32 5,05 3,21 6,36 
Ketelitian (%) 97.00 98.00 99,50 99,70 99,85 99,75 
Ketepatan (%) 98,70 99,62 99,83 99,97 99,85 99,83 
Keterangan: 
Selang waktu pengambilan data: 100 milidetik
23 
Lampiran 3. Data Pengujian Settling Time dan Steady State Error 
Ulangan ke Nilai Uji 
800 rpm 1200 rpm 2000 rpm 
1 0 0 0 
2 1117 1600 2062 
3 1164 1670 2083 
4 1025 1499 2086 
5 833 1372 2065 
6 793 1236 1999 
7 784 1213 2013 
8 823 1199 2011 
9 781 1192 2008 
10 793 1201 2008 
11 791 1196 2004 
12 807 1194 2015 
13 805 1204 2006 
14 788 1196 2006 
15 793 1201 2006 
16 802 1196 2001 
17 795 1194 2006 
18 809 1206 2001 
19 795 1215 1992 
20 795 1206 2008 
Keterangan: 
Selang waktu pengambilan data: 1 detik
24 
Lampiran 4. Gambar Alat Deposisi Spin Coating
25 
Lampiran 5. Skema Rangkaian Pembangkit Sinyal PWM
26 
Lampiran 6. Skema Rangkaian Catu Daya
27 
Lampiran 7. Skema DT-AVR Low Cost Micro System
28 
Lampiran 8. Datasheet ATmega8535
29 
Lampiran 8. (lanjutan)
30 
Lampiran 9. Datasheet DAC 0808
31 
Lampiran 9. (lanjutan)
32 
Lampiran 10. Datasheet IC LM2917 Frequency to Voltage Converter
33 
Lampiran 10. (lanjutan)
34 
Lampiran 11. Datasheet Motor UGFMED B1 20E Produksi Yaskawa
35 
Lampiran 12. Datasheet Magnetic Encoder UTMSI-01BNA

More Related Content

Similar to Sistem kendali

86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnesrandy_wiyarga
 
VOIP
VOIPVOIP
VOIPgobed
 
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...Uofa_Unsada
 
Simulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedung
Simulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedungSimulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedung
Simulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedungOhen Razak
 
SkripsiMesinPengiling Daging
SkripsiMesinPengiling DagingSkripsiMesinPengiling Daging
SkripsiMesinPengiling DagingAjiSaka32
 
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKR
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKRAlat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKR
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKREko Supriyadi
 
04 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_1
04 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_104 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_1
04 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_1Setyo Alfarezi
 
Proses pembuatan jeregen
Proses pembuatan jeregenProses pembuatan jeregen
Proses pembuatan jeregenAlen Pepa
 
Skripsi ria sari hidayah 5315127338
Skripsi ria sari hidayah 5315127338Skripsi ria sari hidayah 5315127338
Skripsi ria sari hidayah 5315127338Ria Sari Hidayah
 
PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API BERBASIS METODE FDS (FIRE ...
PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE ...PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE ...
PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API BERBASIS METODE FDS (FIRE ...Ria Sari Hidayah
 
The 2nd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE 2...
The 2nd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE 2...The 2nd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE 2...
The 2nd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE 2...Mahadiputra S
 
Alat ukur dan_teknik_pengukuran_jilid_1_kelas_10_sri_waluyanti_2008
Alat ukur dan_teknik_pengukuran_jilid_1_kelas_10_sri_waluyanti_2008Alat ukur dan_teknik_pengukuran_jilid_1_kelas_10_sri_waluyanti_2008
Alat ukur dan_teknik_pengukuran_jilid_1_kelas_10_sri_waluyanti_2008Bunay Orgenes
 

Similar to Sistem kendali (20)

86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes86656891 study-recloser-unnes
86656891 study-recloser-unnes
 
VOIP
VOIPVOIP
VOIP
 
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...
 
Simulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedung
Simulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedungSimulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedung
Simulator penghitung jumlah orang pada pintu masuk dan keluar gedung
 
Cover
CoverCover
Cover
 
SkripsiMesinPengiling Daging
SkripsiMesinPengiling DagingSkripsiMesinPengiling Daging
SkripsiMesinPengiling Daging
 
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKR
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKRAlat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKR
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKR
 
04 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_1
04 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_104 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_1
04 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_1
 
Tugas besar ekotoksikologi bandara
Tugas besar ekotoksikologi bandaraTugas besar ekotoksikologi bandara
Tugas besar ekotoksikologi bandara
 
1108014
11080141108014
1108014
 
Proses pembuatan jeregen
Proses pembuatan jeregenProses pembuatan jeregen
Proses pembuatan jeregen
 
Wahyu dwi n wms application
Wahyu dwi n   wms applicationWahyu dwi n   wms application
Wahyu dwi n wms application
 
Lilis setiawati
Lilis setiawatiLilis setiawati
Lilis setiawati
 
12346929 2
12346929 212346929 2
12346929 2
 
Skripsi ria sari hidayah 5315127338
Skripsi ria sari hidayah 5315127338Skripsi ria sari hidayah 5315127338
Skripsi ria sari hidayah 5315127338
 
PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API BERBASIS METODE FDS (FIRE ...
PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE ...PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE ...
PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API BERBASIS METODE FDS (FIRE ...
 
The 2nd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE 2...
The 2nd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE 2...The 2nd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE 2...
The 2nd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE 2...
 
78034924.pdf
78034924.pdf78034924.pdf
78034924.pdf
 
mikrokontroler
mikrokontrolermikrokontroler
mikrokontroler
 
Alat ukur dan_teknik_pengukuran_jilid_1_kelas_10_sri_waluyanti_2008
Alat ukur dan_teknik_pengukuran_jilid_1_kelas_10_sri_waluyanti_2008Alat ukur dan_teknik_pengukuran_jilid_1_kelas_10_sri_waluyanti_2008
Alat ukur dan_teknik_pengukuran_jilid_1_kelas_10_sri_waluyanti_2008
 

Sistem kendali

  • 1. SISTEM KONTROL KECEPATAN PUTAR SPIN COATING BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 Oleh: ERUS RUSTAMI G74101018 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
  • 2. ii ABSTRAK ERUS RUSTAMI. Sistem Kontrol Kecepatan Putar Spin Coating Berbasis Mikrokontroler ATmega8535. Dibimbing oleh Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS. dan Ahmad Aminudin, M.Si Metode pelapisan spin coating memiliki keunggulan dari sisi kemudahan, biaya, dan kesederhanaan alat yang digunakan. Kecepatan putar merupakan salah satu parameter penting dalam metode spin coating. Sistem kontrol loop tertutup (close loop control system) digunakan untuk meningkatkan kestabilan kecepatan putar. Prinsip dasar sistem kontrol loop tertutup adalah membandingkan nilai perintah (set point) dengan nilai kenyataan (preset value) melalui teknik umpan balik. Selisih nilai diantara keduanya disebut sebagai kesalahan (error). Sistem akan mengurangi error yang terjadi secara otomatis sampai pada batas ketepatan tertentu. Pengontrolan kecepatan dilakukan oleh mikrokontroler ATmega8535 menggunakan bahasa pemrograman Basic Compiler. Kecepatan putar yang dihasilkan ditampilkan pada layar Personal Computer (PC) melalui komunikasi serial. Pengujian kalibrasi untuk nilai uji 800 rpm menghasilkan ketelitian 98,01% dan ketepatan 99,50%, nilai uji 1600 rpm ketelitian 99,69% dan ketepatan 98,60% dan nilai uji 2400 ketelitian 99,75% dan ketepatan 98,80%. Pengujian perbandingan set point dan preset value menghasilkan ketelitian 98,97 % dan ketepatan 99,63 %. Pengujian karakterisitk alat menyatakan bahwa sinyal perintah mengalami overshoot, settling time bernilai 6 detik, dan steady state error bernilai 1,75% untuk nilai uji 800 rpm, 1,75% untuk nilai ui 1200 rpm, dan 1,15% untuk nilai uji 2000 rpm. Alat deposisi spin coating yang menggunakan sistem kontrol kecepatan mampu mengeluarkan kecepatan pada nilai yang diperintahkan. Kata kunci: spin coating, close loop control system, mikrokontroler ATmega8535, steady state error
  • 3. iii SISTEM KONTROL KECEPATAN PUTAR SPIN COATING BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor ERUS RUSTAMI G74101018 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
  • 4. iv Judul : Sistem Kontrol Kecepatan Spin Coating Berbasis Mikrokontroler ATmega 8535 Nama : Erus Rustami NRP : G74101018 Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Hanedi Darmasetiawan, M.S Ahmad Aminudin, M.Si NIP : 130 367 084 Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. Drh. Hasim, DEA NIP : 131 578 806 Tanggal Lulus:
  • 5. v RIWAYAT HDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 26 Februari 1983 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Sutawijaya dan Lilis Fatimah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Cimanggu II pada tahun 1995, kemudian melanjutkan ke pendidikan menengah tingkat pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cikembar tahun 1998, dan selanjutnya menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 1 Cibadak. Pada tahun 2001, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama kuliah penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan antara lain Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) di Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia pada tahun 2001-2002, Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) di Departemen Kerohanian pada tahun 2002- 2003, Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) sebagai ketua Departemen Pembinaan pada tahun 2002-2003. Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) sebagai ketua Harian II Wilayah Baranang Siang pada tahun 2003-2004. Penulis juga pernah menjadi Asisten Fisika Dasar I dan II, Elektronika I dan II, serta Elektronika Digital.
  • 6. vi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Sistem Kontrol Kecepatan Putar Spin Coating Berbasis Mikrokontroler ATmega8535”. Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada tauladan seluruh manusia Rasulullah Muhammad SAW para sahabatnya, keluarganya, dan ummatnya hingga akhir zaman. Sebuah kebahagiaan yang sangat besar karya ini dapat diselesaikan. Tentu saja keberhasilan ini diwujudkan melalui perjuangan dan kesabaran serta dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini patutlah kiranya penulis sampaikan rasa terima kasih kepada: Bapak Hanedi Darmasetiawan dan Bapak Ahmad Aminudin selaku pembimbing dalam penelitian ini yang telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran, petunjuk, dan motivasi dari awal hingga akhir. Bapak Irzaman selaku pembimbing pertama atas tawaran ide penelitiannya. Pak Firman atas bantuan administrasinya juga pak Mus, Pak Yani pak Faisal atas bantuannya untuk menggunakan fasilitas laboratorium dan bengkel. Pak Tony atas bantuannya dalam penggunaan fasilitas laboratorium elektronika. Ibu, Bapak, kakakku tercinta Tita Novianti, dan Arie Maulana yang senantiasa memotivasi dan memberikan yang terbaik untuk penulis. Ihsan dan Rizal yang telah menjadi teman seperjuangan dan diskusi panulis. Subhi, Taofik, Fahmi, Azzam, Agung, Ario, Roni, Dian atas semangat kebersamaan yang telah dijalani selama melakukan penelitian di laboratorium mikrokontroler. Kang Dadang, mas Wahyu, kang Rokim, Zahrul, Nazmi, Kunta, Agus, Bayin, Fadli, atas dukungan dan kebersamaanya yang mampu membangkitkan semangat. Seluruh teman yang telah memberikan dukungan dan motivasi. Sehebat apapun pekerjaan yang dilakukan manusia pasti ada celah kelemahan di dalamnya, tak ada gading yang tak retak. Begitu juga dengan karya ini, pasti ada kekurangan dan bagian yang perlu ditambahkan. Untuk itu penulis membutuhkan saran dan kritik dari siapapun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga apa yang dilakukan dan disampaikan penulis bisa memberikan manfaat bagi kita semua. Bogor, Mei 2008 Erus Rustami
  • 7. vii DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ............................................................................................................................ i DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .................................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. iii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... iv PENDAHULUAN Latar Belakang ......................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 1 TINJAUAN PUSTAKA Metode Spin Coating ................................................................................................. 1 Teori Sistem Kontrol ................................................................................................ 2 Digital to Analog Converter ...................................................................................... 2 Pulse Width Modulations .......................................................................................... 3 Actuator ................................................................................................................... 4 Sensor ...................................................................................................................... 4 Frequency to Voltage Converter ................................................................................ 4 Mikrokontroler ATmega 8535 ................................................................................... 5 Komunikasi Serial .................................................................................................... 5 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................................... 5 Alat dan Bahan ......................................................................................................... 6 Metode Penelitian ..................................................................................................... 6 Merancang Diagram Blok Fungsional ........................................................................ 6 Merancang Rangkaian Masing-masing Blok Fungsional ............................................ 6 Pembuatan dan Pengujian Rangkaian Secara Terpisah ............................................... 6 Pembuatan Software .................................................................................................. 7 Kalibrasi Alat ............................................................................................................ 7 Pengambilan Data ..................................................................................................... 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Digital to Analog Converter ...................................................................................... 7 Rangkaian Pembalik.................................................................................................. 8 Motor Controller ....................................................................................................... 9 Motor........................................................................................................................ 11 Magnetic Encoder ..................................................................................................... 12 Rangkaian Pengkondisi ............................................................................................. 12 Frequency to Voltage Converter ................................................................................ 12 Analog to Digital Converter ..................................................................................... 13 Sistem Kontrol .......................................................................................................... 14 Data Pengujian Alat .................................................................................................. 16 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan .................................................................................................................. 18 Saran ........................................................................................................................ 18 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18 LAMPIRAN ii
  • 8. iii viii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel keluaran DAC 0808 ......................................................................................... 7 Tabel 2. Tabel keluaran rangkaian pembalik ............................................................................ 8 Tabel 3. Tabel keluaran tegangan rata-rata PWM .................................................................... 10 Tabel 4. Tabel frekuensi keluaran motor .................................................................................. 11 Tabel 5. Tabel pengujian karakteristik F/V .............................................................................. 13 Tabel 6. Tabel pengujian ADC ................................................................................................ 13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Hubungan antara kecepatan putar dan ketebalan lapisan ....................................... 2 Gambar 2. Sistem kontrol loop tertutup ................................................................................. 2 Gambar 3. Skema sederhana DAC weighted resistor ............................................................. 2 Gambar 4. Proses pembentukan sinyal PWM ........................................................................ 3 Gambar 5. Nilai tegangan rata-rata PWM ............................................................................. 3 Gambar 6. Rangkaian pengontrol tegangan motor ................................................................. 3 Gambar 7. Rangkaian internal IC LM2917 8-pin .................................................................. 5 Gambar 8. Pengiriman data serial ......................................................................................... 5 Gambar 9. Diagram alir penelitian ........................................................................................ 6 Gambar 10. Diagram blok fungsional rancangan alat deposisi spin coating ............................. 6 Gambar 11. Diagram blok fungsional alat deposisi spin coating .............................................. 7 Gambar 12. Rangkaian DAC menggunakan DAC 0808 .......................................................... 7 Gambar 13. Hubungan antara keluaran DAC dan bilangan biner ............................................. 8 Gambar 14. Rangkaian pembalik tegangan .............................................................................. 8 Gambar 15. Hubungan antara tegangan pembalik dan keluaran DAC ....................................... 8 Gambar 16. Rangkaian pengkondisi tegangan.......................................................................... 9 Gambar 17.a Sinyal PWM ketika Vref = 0 V .......................................................................... 9 Gambar 17.b Sinyal PWM ketika Vref = 2,5 V ........................................................................ 10 Gambar 17.c Sinyal PWM ketika Vref = 5 V ........................................................................... 10 Gambar 18. Hubungan antara Vrata-rata dan bilangan biner ......................................................... 10 Gambar 19. Motor tipe UGFMED B1 20E buatan Yaskawa .................................................... 11 Gambar 20. Hubungan antara frekuensi dan Vsupply .................................................................. 11 Gambar 21. Bentuk pulsa keluaran encoder ............................................................................ 12 Gambar 22. Rangkaian pengkondisi sinyal ............................................................................. 12 Gambar 23. Rangkaian F/V lengkap ....................................................................................... 12 Gambar 24. Hubungan antara frekuensi dan tegangan pada rangkaian F/V ............................... 13 Gambar 25. Hubungan antara tegangan dan bilangan biner ...................................................... 14 Gambar 26. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran yang menampilkan nilai aktual dan terbaca ........................................................................................ 16 Gambar 27. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran yang menampilkan nilai aktual dan terbaca ......................................................................................... 16 Gambar 28. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran yang menampilkan nilai aktual dan terbaca ........................................................................................ 16 Gambar 29. Perbandingan kecepatan antara set point dan preset value ..................................... 17 Gambar 30. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran pada nilai uji 800 rpm .......................................................................................... 17 Gambar 31. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran pada nilai uji 1200 rpm ........................................................................................ 17 Gambar 32. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran pada nilai uji 2000 rpm ........................................................................................ 17
  • 9. iv ix DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data Pengujian Kalibrasi Putaran ....................................................................... 21 Lampiran 2. Data Perbandingan Set point dan Preset value .................................................... 22 Lampiran 3. Data Pengujian Settling Time dan Steady State Error ......................................... 23 Lampiran 3. Gambar Alat Deposisi Spin Coating................................................................... 24 Lampiran 4. Skema Rangkaian Pembangkit Sinyal PWM ..................................................... 25 Lampiran 5. Skema Rangkaian Catu Daya ............................................................................. 26 Lampiran 6. Skema DT-AVR Low Cost Micro System ........................................................... 27 Lampiran 7. Datasheet ATmega 8535 .................................................................................. 28 Lampiran 8. Datasheet DAC 0808 ........................................................................................ 30 Lampiran 9. Datasheet IC LM2917 Frequency to Voltage Converter .................................... 32 Lampiran 10. Datasheet Motor UGFMED B1 20E Produksi Yaskawa .................................... 34 Lampiran 11. Datasheet Magnetic Encoder UTMSI-01BNA .................................................. 35
  • 10. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi material merupakan salah satu bagian yang mendapat perhatian besar para peneliti di dunia. Banyak penelitian dilakukan untuk menghasilkan material dengan karakteristik yang baru sesuai dengan kebutuhan. Salah satu cara yang digunakan untuk menghasilkan material yang diinginkan adalah dengan teknik pelapisan material. Berbagai macam metode pelapisan material telah dikembangkan untuk mendukung perkembangan teknologi material. Secara garis besar ada dua macam metode pembuatan lapisan yaitu metode konvensional dan sol-gel. Spin coating, dip coating, electrophoresis, thermoporesis, dan settling (sedimentation) merupakan bagian dari metode sol-gel. Metode pelapisan spin coating merupakan metode sol-gel yang paling mudah, murah, dan sederhana (Asrorudin 2004). Alat deposisi spin coating yang telah dibuat masih memiliki beberapa keterbatasan, yaitu kecepatan putar hanya dihasilkan pada nilai tertentu dan proses pengontrolannya masih bersifat manual. Kecepatan putaran yang dinyatakan dalam satuan rotation per minute (rpm) merupakan parameter yang penting pada metode spin coating. Semakin banyak nilai kecepatan yang dapat dihasilkan akan membuat proses pelapisan material menjadi semakin beragam dan sangat mungkin mendapatkan hasil akhir yang lebih baik. Faktor penting lain dalam proses spin coating adalah kestabilan putaran yang dikeluarkan dan kemampuan untuk menghasilkan nilai kecepatan putaran yang sama dengan nilai yang diperintahkan. Pada bagian lain, di bidang teknik berkembang sebuah metode untuk mendapatkan nilai keluaran yang tepat, mengurangi error yang terjadi, dan tanggap terhadap perubahan, metode ini disebut sebagai sistem kontrol otomatis. Metode ini bekerja secara otomatis dalam proses pengontrolan alat atau mengeluarkan nilai yang diinginkan. Proses pengontrolannya dapat dilakukan secara analog yaitu dengan menggunakan komponen elektronika, atau secara digital melalui instruksi-instruksi dalam bahasa pemrograman tertentu. Penggunaan sistem kontrol kecepatan pada spin coating masih jarang ditemukan pada alat-alat spin coating yang beredar di pasaran. Kalaupun ada harga yang harus dibayar masih terlalu mahal. Oleh karena itu penulis merancang alat deposisi spin coating yang menggunakan sistem kontrol kecepatan secara otomatis, memiliki kemampuan yang tinggi dengan biaya yang lebih murah. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat deposisi spin coating yang menitikberatkan pada sistem pengontrolan kecepatan putar motor. Alat yang dibuat adalah alat deposisi spin coating yang memiliki karakteristik tingkat akurasi keluaran yang tinggi lebih di atas 90%, variasi nilai kecepatan yang beragam, dan kecepatan putaran motor yang stabil. TINJAUAN PUSTAKA Metode spin coating Proses spin coating dibagi menjadi empat yaitu tahap deposisi, spin-up, spin-off, dan evaporasi. Tahap pertama dimulai dari diteteskan atau dialirkannya cairan pelapis berupa gel di atas substrat. Pada tahap deposisi substrat belum diputar. Kemudian pada tahap berikutnya substrat mulai diputar. Akibat gaya sentrifugal cairan menjadi tersebar secara radial keluar dari pusat putaran menuju tepi piringan. Pada tahap ini substrat mengalami percepatan. Sedangkan pada kedua tahap berikutnya laju putaran mulai konstan, artinya tidak ada percepatan sudut pada substrat. Pada tahap spin-off sebagian cairan yang berlebih akan menuju ke tepi substrat dan akhirnya terlepas dari substrat membentuk tetesan-tetesan. Semakin menipis lapisan yang terbentuk semakin berkurang tetesan-tetesan yang terbuang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya penambahan hambatan alir dan viskositas pada saat lapisan semakin tipis. Tahap terakhir, evaporasi, merupakan mekanisme utama dari proses penipisan lapisan. Ketebalan lapisan yang terbentuk ditentukan oleh dua parameter utama yaitu viskositas dan laju putaran (angular speed) disamping parameter-parameter lainnya seperti waktu dan kerapatan cairan. (Asrorudin 2004).
  • 11. 2 Kecepatan putar merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses spin coating. Kecepatan putar pada substrat berpengaruh terhadap sudut gaya sentrifugal yang mengenai cairan resin selain kecepatan dan turbullence udara diatasnya. Secara lebih spesifik tingkat kecepatan putar yang tinggi menetukan ketebalan lapisan yang terbentuk. Gambar 1 menunjukkan kurva hubungan antara kecepatan putar dan ketebalan lapisan (www.cise.columbia.edu). Gambar 1. Hubungan antara ketebalan lapisan dan kecepatan putar Teori Sistem Kontrol Sistem kontrol merupakan sekumpulan alur logika yang dibuat dengan tujuan agar alat mampu bekerja dengan optimal. Aliran prosesnya secara sederhana dimulai dari adanya perintah yang dilanjutkan dengan manipulasi proses dan berakhir pada bagian tampilan keluaran. Berdasarkan ada atau tidaknya umpan balik (feedback), Ogata (1985) membagi sistem kontrol menjadi dua jenis yaitu sistem kontrol loop tertutup (close loop control system) dan sistem kontrol loop terbuka (open loop control system) . Sistem kontrol loop terbuka lebih sederhana dan mudah dibuat, tetapi memiliki kelemahan dalam hal merespon gangguan dari luar sistem. Apabila terjadi gangguan sistem kontrol loop terbuka tidak memiliki mekanisme pengurangan error secara otomatis. Sehingga nilai keluarannya berbeda dengan yang diperintahkan. Sistem kontrol loop tertutup adalah sistem kontrol yang sinyal keluarannya diumpankan kembali ke masukan sehingga aksi pengontrolan dipengaruhi oleh nilai keluaran tersebut. Istilah loop tertutup bermakna menggunakan aksi umpan balik untuk memperkecil kesalahan sistem. Nilai keluaran yang berasal dari sensor disebut sebagai nilai sebenarnya (preset value). Sebelum masuk ke dalam proses pengendalian nilai tersebut akan dikondisikan terlebih dahulu agar sesuai dengan karakteristik masukan pengendali (controller). Tahapan berikutnya adalah proses perbandingan antara preset value dengan nilai yang diperintahkan (set point) oleh controller. Perbedaan atau selisih nilai diantara keduanya disebut sebagai kesalahan (error). Dalam sistem kontrol loop tertutup controller akan memberikan perintah untuk memperkecil error tersebut kepada bagian aksi kendali (actuator) secara otomatis. Berdasarkan proses tersebut sistem kontrol loop tertutup sering disebut sistem kontrol otomatis (automatic control system). Gambar 2 menunjukkan proses yang terjadi pada sistem kontrol loop tertutup (Ogata 1985; Jacob 1989). Gambar 2. Sistem kontrol loop tertutup Digital to Analog Converter Digital to Analog Converter (DAC) adalah sebuah rangkaian yang berfungsi untuk mengubah nilai digital dalam bentuk bilangan biner menjadi besaran analog seperti tegangan dan arus. Rangkaian internal DAC secara sederhana digambarkan terdiri atas kombinasi resistor dan Op Amp, sebagaimana yang terlihat pada Gambar 3: Gambar 3. Skema sederhana DAC weighted resistor Tegangan keluaran DAC dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut: 0  x Vref (1)  Vout A A 1 An      n  2 ..... 4 2 Keterangan : Vout : Tegangan keluaran analog (V) Vref : Tegangan referensi (V) n : Jumlah bit yang dicari
  • 12. 3 D  ton (2) Vs M DC motor PWM output MOSFET DAC yang mempunyai lebar data 8 bit akan memiliki 28 = 256 tingkat nilai analog. Nilai tegangan keluaran dapat digabungkan dengan rangkaian pengubah tegangan ke arus jika keluaran yang yang dibutuhkan adalah arus (Priyonoto 2004). Pulse Width Modulations Pulse Width Modulations (PWM) merupakan sebuah teknik pengontrolan tegangan menggunakan metode pengaturan lebar pulsa. Sebuah PWM biasanya merupakan gabungan antara rangkaian pembangkit sinyal segitiga dengan nilai tegangan referensi yang dapat diatur. Kedua kompenen tersebut kemudian dihubungkan dengan sebuah comparator. Pengaturan lebar pulsa dilakukan dengan mengatur nilai tegangan referensi. Jika level tegangan sinyal segitiga lebih besar dari tegangan referensi maka tegangan keluaran komparator bernilai positif (kondisi on), sedangkan jika level tegangan sinyal segitiga lebih kecil dari tegangan referensi maka keluaran komparator benilai nol (kondisi off). Semakin tinggi nilai referensi akan mengakibatkan kondisi on semakin kecil atau sempit, sebaliknya semakin kecil nilai tegangan referensi akan menyebabkan kondisi on akan semakin besar atau lebar. Asrorudin (2004) menunjukkan proses pembentukan sinyal PWM pada Gambar 4. Gambar 4. Proses pembentukan sinyal PWM Perbandingan lebar pulsa on dengan periode gelombang keluaran PWM disebut dengan istilah siklus kerja (duty cycle). Sebagai contoh apabila lama waktu on-nya setengah dari periode gelombang PWM yang dihasilkan, maka siklus kerja gelombang kotak tersebut adalah 50%. Siklus kerja atau duty cicle (D) sebuah gelombang kotak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: x100% T Keterangan: D : Duty Cycle (%) ton : Lama waktu on (s) T : Perioda gelombang kotak (s) Siklus kerja gelombang kotak sebanding dengan nilai tegangan rata-rata dc (dc average voltage) yang dikeluarkan. Sebagai contoh gelombang kotak dengan tegangan maksimum 100 V dan siklus kerja 75% akan memiliki rata-rata tegangan dc sebesar 75 V, yaitu 75% dari 100 V. Nilai tegangan rata-rata inilah yang nantinya akan diterima oleh bagian lain sebagai tegangan keluaran PWM. Gambar 5 menunjukkan nilai tegangan rata-rata untuk siklus kerja yang berbeda. Gambar 5. Nilai tegangan rata-rata PWM Nilai tegangan rata-rata keluaran PWM digunakan untuk menggerakkan motor. Arus keluaran PWM tidak terlalu besar sehingga tidak dapat langsung dihubungkan dengan motor. Diperlukan rangkaian tambahan sebagai pengontrol tegangan motor. Gambar 6 merupakan salah satu contoh rangkaian pengontrol tegangan motor. Gambar 6. Rangkaian pengontrol tegangan motor Rangkaian pengontrol motor di atas menggunakan teknik penyaklaran untuk menyalurkan tegangan rata-rata dari
  • 13. 4 gelombang kotak. Alat penyaklaran (switching device) yang biasa digunakan adalah transistor, SCR, dan sebagainya. Komponen jenis ini dipilih karena memiliki kemampuan penyaklaran yang tinggi dengan kapasitas arus yang besar. Rangkaian pada gambar di atas menggunakan transistor jenis MOSFET. Actuator Actuator merupakan perangkat keras yang menjadi objek sistem kendali. Bagian ini akan memproses masukan yang diterima untuk dikonversi menjadi aksi keluaran yang seusai. Pada rancangan alat deposisi spin coating yang berfungsi sebagai actuator adalah motor listrik arus searah (direct current) yang dihubungkan dengan substrate holder. Kecepatan angular motor dipengaruhi oleh torsi  yang dihasilkan dari gaya lorentz FL sebagaimana dituliskan dalam persamaan berikut ini:  = FL x r dan (3) FL = IBl sin  (4) Keterangan : FL : gaya lorentz (N) r : lengan gaya (m) I : arus (A) B : medan magnet (T) L : panjang kawat berarus (m)  : sudut antara vektor normal permukaan loop dan medan magnet. Nilai torsi digunakan untuk menggerakkan substrate holder berbentuk cakram melalui poros yang langsung dihubungkan. Pada cakram tidak ada torsi eksternal netto yang dikerjakan. Menurut hukum kekekalan momentum angular, jika torsi eksternal yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol, maka momentum angular total sistem adalah konstan dL  0 atau dt L = I = konstan (5)  adalah kecepatan angular dan I adalah momen inersia cakram padat yang bernilai ½ MR2 (Sadiku 2001). Gaya yang dihasilkan dari putaran cakram dengan arah menuju luar cakram digunakan untuk membuat lapisan tipis. Dari persamaan (4) dan (5) terlihat hubungan antara kecepatan angular cakram dan arus yang diberikan ke motor. Semakin besar arus yang diberikan maka semakin besar kecepatan angular yang dihasilkan. Motor yang digunakan dalam perencanaan ini adalah DC motor yang menggunakan magnet permanen pada bagian stator-nya. Magnet permanen motor mempunyai kurva hubungan antara kecepatan dan torsi yang linier dalam rentang yang lebar. Keunggulan penggunaan magnet permanen adalah motor tidak membutuhkan daya listrik untuk menghasilkan medan stator, sehingga daya dan pendinginan yang diperlukan lebih sedikit dibandingkan motor yang menggunakan prinsip kerja elektromagnet. Sensor Sensor merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah besaran fisik menjadi nilai lain seperti tegangan, arus, atau yang lainnya. Pada penghitungan nilai kecepatan putar sensor yang dapat digunakan diantaranya opotocoupler, photodioda, atau encoder (magnetic dan optical). Masing-masing komponen memiliki kelebihan dan kekurangan dilihat dari sisi ketepatan, ketelitian, ataupun dari aspek ekonomi. Magnetic encoder dipilih sebagai sensor pencacah putaran dengan pertimbangan bahwa sensor ini telah terintegrasi dalam motor yang digunakan, sehingga dirasakan lebih ekonomis dengan tanpa mengurangi sisi keakuratan pembacaaan data. Berdasarkan datasheet yang diberikan encoder mampu mencacah dengan ketelitian pencacahan sebesar 116 pulsa/putaran. Frequency to Voltage Converter Rangkaian frequency to voltage converter (F/V) berfungsi sebagai pencacah frekuensi keluaran dari encoder dan mengubahnya menjadi tegangan. Tegangan yang dihasilkan berbanding lurus dengan jumlah frekuensi cacahan. Nilai tegangan ini selanjutnya akan dijadikan sebagai preset value (Thiang et al. 1999). Komponen utama rangkaian F/V adalah IC LM2917 8-pin. Komponen ini dipilih karena memiliki beberapa keunggulan yaitu memiliki dioda zener internal sebagai penyedia tegangan yang stabil, nilai tegangan referensi sinyal 0 V, dan harga
  • 14. 5 yang terjangkau. Gambar 7 memperlihatkan rangkaian internal IC LM2917 8-pin. Gambar 7. Rangkaian internal IC LM2917 8-pin Agar LM2917 beroperasi dengan optimal maka harus diperhatikan pemasangan komponen tambahan pada kaki-kakinya, terutama pada empat kaki utama yaitu: Kaki 1 : sinyal masukan Kaki 2 : C1 ke ground Kaki 3 : C2 pararel R1 ke ground Kaki 8 : ground . Pada saat nilai masukan lebih besar atau kecil dari referensi maka charge pump akan aktif. Cara kerja charge pump mirip dengan kapasitor. Semakin tinggi frekuensi sinyal yang masuk, maka proses pengisian muatan menjadi semakin cepat sehingga nilai tegangan dc yang dikeluarkan pun semakin besar, begitu juga sebaliknya ketika frekuensi semakin kecil maka nilai tegangan dc yang dihasilkan akan semakin kecil pula. Berdasarkan datasheet LM2917 besarnya tegangan yang dihasilkan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut: Vout = Vsup x R1 x C1 x fin (6) Keterangan: Vout : tegangan keluaran (V) Vsup : tegangan supply (V) R1 : nilai resistor pada kaki 3 () C1 : nilai kapasitor pada kaki 2 (F) fin : frekuensi masukan (Hz) Mikrokontroler ATmega8535 Mikrokontroler ATmega8535 adalah jenis mikrokontroler low-power CMOS 8-bit yang berdasarkan arsitektur AVR (Alf and Vergard’s Risc processor) RISC. Pelaksanaan instruksinya menggunakan siklus clock tunggal dengan throughputs mendekati 1 MIPS (Mega Instructions per Second) tiap MHz. Terdapat 4 buah port (PortA, PortB, PortC dan PortD) yang kesemuanya mempunyai kemampuan sebagai I/O 8-bit bi-directional. Khusus untuk PortA selain fungsi di atas juga dapat digunakan sebagai sebagai ADC internal 10- bit yang mampu mengubah nilai analog menjadi data digital dengan nilai maksimal 1023. Dalam penelitian ini mikrokontroler ATmega8535 yang dipakai sudah terintegrasi dalam modul DT-AVR low cost micro system buatan inovative electronics. Komunikasi Serial Komunikasi serial adalah mekanisme pengiriman data secara berurutan dapat secara sinkron (Synchronous) atau secara asinkron (Asynchronous). Pada komunikasi data serial sinkron, clock dikirimkan bersama-sama dengan data, sedangkan pada komunikasi data serial asinkron clock tidak dikirimkan bersama data serial, tetapi dibangkitkan secara sendiri-sendiri baik pada sisi pengirim (transmitter) maupun pada sisi penerima (receiver). Mikrokontroler berkomunikasi dengan perangkat luar menggunakan sistem USART (Universal Synchronous and Asynchronous serial Receiver and Transmitter). Kecepatan pengiriman data (baud rate) dan fase clock pada transmitter dan pada receiver harus sinkron. Untuk itu diperlukan sinkronisasi antara pengirim dan penerima. Hal ini dilakukan oleh bit ’Start’ dan bit ’Stop’. Ketika saluran transmisi dalam keadaan idle, keluaran adalah dalam keadaan logika ’high’. Ketika transmitter akan mengirimkan data, keluaran akan diset lebih dulu ke logika ’low’ untuk nilai satu bit. Sinyal ini pada receiver akan dikenali sebagai sinyal ’Start’ yang digunakan untuk mensinkronkan fase clock sehingga sinkron dengan fase clock pengirim. Selanjutnya, data akan dikirim secara serial dari bit paling rendah (bit 0) sampai bit tertinggi dan akan dikirim sinyal ’Stop’ sebagai akhir dari pengiriman data serial (Prasetia et al. 2004) Gambar 8. Pengiriman data serial Nilai baud rate dapat dipilih bebas dalam rentang tertentu, biasanya nilai yang sering dipakai adalah 9600. Alat-alat yang akan berkomunikasi harus diatur pada nilai baud rate yang sama.
  • 15. 6 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium elektronika, dan laboratorium hardware dan kontrol Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor mulai Juli 2005 sampai dengan April 2008. Alat dan Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi komponen elektronika, PCB (Printed Board Circuit) matriks, timah solder, kotak logam (chasis), dan logam alumunium. Alat yang digunakan pada penelitian meliputi, signal generator, microcontroler tranier, osiloskop, frequency counter, multimeter, variable power supply, solder, penyedot timah, bor tangan, dan alat-alat perbengkelan.. Metode Penelitian Diagram alir metode penelitian ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9. Diagram alir penelitian 1. Merancang Diagram Blok Fungsional Langkah pertama yang dilakukan adalah menggambarkan rancangan alat dalam bentuk blok fungsional, sebagaimana yang terlihat pada Gambar 10. Gambar 10. Diagram blok fungsional rancangan alat deposisi spin coating Fungsi masing-masing blok adalah sebagai berikut: a. ATmega8535 Menerima perintah dari PC dan mengirimkan nilai biner yang sesuai ke DAC. b. DAC Mengubah nilai biner perintah dari PC menjadi nilai analog dalam bentuk tegangan. c. Analog PID Controller Mengurangi error yang terjadi antara set point dengan preset value secara otomatis. d. Driver Motor Rangkaian penggerak objek yang dikontrol yaitu motor dc. e. Motor Objek yang akan dikontrol nilai keluarannya. f. Sensor Menghitung jumlah putaran yang dihasilkan oleh motor. g. Frequency to Voltage Converter Mengubah nilai frekuensi yeng terukur menjadi tegangan yang sesuai. h. PC (Personal Computer) Menerima perintah dalam bentuk set point dan waktu kemudian menampilkan kecepatan aktual sebagai preset value. 2. Merancang Rangkaian Masing-masing Blok Fungsional Tahapan perancangan blok fungsional dimulai dari penelusuran literatur, perhitungan nilai-nilai komponen yang akan digunakan, sampai pada simulasi rangkaian menggunakan Multisim 7.1. 3. Pembuatan dan Pengujian Rangkaian Secara Terpisah Skema yang telah dirancang diuji menggunakan protoboard kemudian dibuat
  • 16. 7 dalam bentuk rangkaian jadi. Pengujian rangkaian secara terintegrasi dilakukan setelah semua blok rangkaian dapat bekerja dengan baik. 4. Pembuatan Software Pembuatan program pada mikrokontroler dilakukan menggunakn Bascom AVR 1.11.8.7. 5. Kalibrasi Alat Kalibarasi dilakukan terhadap ketepatan sensor dalam mencacah jumlah putaran yang dihasilkan. Tingkat ketelitian dan ketepatan yang dihasilkan berpengaruh terhadap kelayakan penggunaan alat tersebut. 6. Pengambilan Data Data yang akan didapatkan adalah jumlah putaran aktual dalam satuan rpm yang ditampilkan oleh PC bersamaan dengan nilai putaran yang diperintahkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melalui serangkaian uji coba didapatkan rancangan akhir blok fungsional alat deposisi spin coating seperti yang terlihat pada Gambar 11. Gambar 11. Diagram blok fungsional alat deposisi spin coating Diagram blok fungsional pada Gambar 11 merupakan pengembangan dari rancangan sebelumnya. Blok fungsional PID Controller dihilangkan karena tidak dapat beroperasi secara optimal. Pengontrolan dilakukan melalui algoritma pada pemrograman mikrokontroler ATmega8535. Aliran perubahan data dari set point menjadi tegangan, kecepatan putar, frekuensi, sampai akhirnya menjadi preset value ditunjukkan oleh panah warna hitam. Panah berwarna putih merupakan daya yang disediakan oleh power supply untuk semua blok fungsional. Digital to Analog Converter Digital to Analog Converter yang digunakan adalah DAC 8-bit buatan National Semiconductor tipe DAC0808 dengan nilai tegangan referensi 5 V dan resolusi 0.02 V. Keluaran DAC0808 yang masih dalam bentuk arus dikonversi menjadi tegangan menggunakan rangkaian pengubah arus ke tegangan. Rangkaian ini dibangun dari sebuah Op Amp LM741. Gambar 12 menunjukkan rangkaian lengkap DAC. Gambar 12. Rangkaian DAC Menggunakan DAC0808 Pengujian DAC dilakukan dengan memberikan nilai biner berbeda melalui PC dan mengukur tegangan keluarannya. Data hasil pengujian rangkaian DAC dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1. Tabel keluaran DAC0808 No Bilangan biner Keluaran DAC (V) 1 0 0 2 25 0.50 3 50 1.01 4 75 1.52 5 100 2.02 6 125 2.50 7 150 3.00 8 175 3.47 9 200 3.98 10 225 4.48 11 255 5.00 Berdasarkan data dari Tabel 1 dapat dikatakan bahwa DAC telah bekerja dengan
  • 17. 8 sangat baik. Kenaikan nilai biner berbanding lurus dengan kenaikan nilai tegangan keluaran DAC. Dalam bentuk grafik data tersebut membentuk garis yang linier seperti terlihat pada Gambar 13. Kurva hubungan antara keluaran DAC dan bilangan biner 6 5 4 3 2 1 0 0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 255 Bilangan biner Keluaran DAC (V) Gambar 13. Hubungan antara keluaran DAC dan bilangan biner Rangkaian Pembalik Rangkaian pembalik merupakan rangkaian pengkondisi sinyal yang dipasang antara DAC dengan masukan PWM. Tegangan yang dikeluarkan oleh PWM berbanding terbalik dengan nilai tegangan referensi yang diberikan oleh DAC. Karaktersitik PWM seperti ini mengganggu proses perbandingan antara preset value yang menyatakan kecepatan motor aktual dengan set point yang berasal dari DAC. Cara kerja rangkaian pembalik ini adalah dengan mengubah kemiringan data DAC. Nilai maksimal yang dihasilkan DAC akan dikonversi menjadi nilai minimal, dan sebaliknya nilai minimal DAC akan dikonversi menjadi nilai maksimal. Proses pengubahan nilai dilakukan dengan menggunakan rangkaian pengurang differensial dan penguatan inverting yang dilakukan oleh Op Amp LF347 buatan National Semiconductor. Gambar 14 menunjukkan rangkaian pembalik secara lengkap. Gambar 14. Rangkaian pembalik tegangan Berdasarkan prinsip kerja rangkaian pengurang diferensial tegangan referensi dikurangi dengan tegangan sebesar 5 V. Hasil pengurangan kemudian dihubungkan dengan rangkaian inverting amplifier yang nilai penguatannya satu kali. Fungsi dari rangkaian ini adalah mengubah nilai negatif hasil proses sebelumnya menjadi positif. Sebagai contoh tegangan referensi 5 V akan dikurangi 5 V menjadi 0 V kemudian dikalikan dengan faktor penguatan -1 sehingga nilai akhirnya menjadi 0 V. Proses yang sama terjadi untuk nilai tegangan keluaran lainnya. Pengujian rangkaian dilakukan dengan membandingkan nilai tegangan keluaran DAC dan tegangan keluaran rangkaian pembalik menggunakan multimeter. Data hasil pengukuran rangkaian pembalik ditunjukkan pada Tabel 2: Tabel 2. Tabel keluaran rangkaian pembalik No Keluaran DAC (V) Tegangan Pembalik (V) 1 0 5,11 2 0,41 4,69 3 0,82 4,28 4 1,22 3,88 5 1,64 3,45 6 2,04 3,05 7 2,44 2,66 8 2,84 2,26 9 3,25 1,84 10 3,64 1,46 11 4,04 1,06 12 4,41 0,68 13 4,83 0,26 14 5,08 0,01 Gambar 15 menunjukkan kurva hubungan antara tegangan pembalik dan keluaran DAC. Hubungan antara tegangan pembalik dan keluaran DAC 6 5 4 3 2 1 0 0 0,41 0,82 1,22 1,64 2,04 2,44 2,84 3,25 3,64 4,04 4,41 4,83 5,08 Keluaran DAC (V) Tegangan pembalik (V) Gambar 15. Hubungan antara tegangan pembalik dan keluaran DAC Dari data di atas terlihat bahwa rangkaian pembalik bekerja dengan sangat baik. Rangkaian mampu menghasilkan tegangan yang berkebalikan dengan tegangan DAC.
  • 18. 9 Blok diagram motor controller terdiri dari dua bagian utama, yaitu pembangkit sinyal PWM dan pengontrol tegangan motor. Blok pembangkit sinyal PWM terdiri atas pembangkit sinyal segitiga dan komprator. Rangkaian pembangkit sinyal PWM dibangun dari sebuah IC LM324 yang bekerja pada catu daya single 12 V dan tegangan offset 6 V. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan informasi bahwa sinyal segitiga yang dihasilkan adalah sebesar 5 V peak to peak dengan nilai referensi 6 V. Sinyal tersebut berayun dari nilai tegangan puncak bawah 3,5 V sampai 8,5 V sebagai nilai puncak atasnya. Sementara itu nilai DAC yang dijadikan sebagai tegangan referensi pada bagian comparator memiliki rentang nilai dari 0 sampai 5 V. Agar dihasilkan sinyal PWM yang bagus dibutuhkan rangkaian tambahan berupa rangkaian pengkondisi yang berfungsi untuk menyesuaikan tegangan DAC dengan karakterisitik sinyal segitiga. Gambar 16 menunjukkan rangkaian pengkondisi tegangan secara lengkap. Gambar 16. Rangkaian pengkondisi tegangan Rangkaian pengkondisi tegangan terdiri atas inverting summing amplifier dan inverting amplifier. Rangkaian pertama berfungsi untuk menaikkan tegangan DAC dengan cara melakukan operasi penjumlahan tegangan. Op-amp yang digunakan adalah adalah op-amp yang terdapat pada IC KF347 buatan Fairchild dengan catu daya simetris. Nilai tegangan hasil penjumlahan dicari menggunakan persamaan berikut:       V Motor Controller    V 2 2 1 3 1 R R V R out (7) Nilai R1=R2=R3=100K, sehingga besar nilai tegangan keluaran hanya dipengaruhi nilai V1 dan V2. Potensiometer 10K pada tegangan V2 berfungsi untuk mengatur tegangan pengurang sampai mendekati nilai 3,5 V. Rangkaian inverting amplifier dengan penguatan sebesar satu kali berfungsi untuk membalik nilai tegangan keluaran yang tadinya negatif menjadi positif. Rangkaian pengkondisi tegangan telah dapat bekerja dengan baik, hal ini dibuktikan dengan terbentuknya sinyal PWM yang siklus kerjanya berubah dari 0% sampai 100% ketika tegangan keluaran DAC dikonversi secara bertahap dari 0 – 5 V. Siklus kerja maksimum terjadi ketika tegangan DAC 5 V dan siklus kerja minimum ketika 0 V. Sinyal PWM yang telah dihasilkan dihubungkan dengan rangkaian pengontrol tegangan motor. Proses pengaturan tegangan dengan prinsip penyaklaran listrik dilakukan oleh transistor MOSFET IRFZ34 bertipe N-channel. Transistor ini dipilih karena kemampuan penyaklarannya yang sangat tinggi, yaitu sampai angka 1 MHz. Sementara itu PWM yang dibuat bekerja pada nilai frekuensi 500 Hz. Selain itu, transistor ini juga mampu menangani arus sampai 30 A. Nilai arus yang besar dibutuhkan untuk memutar motor DC. Pengujian kinerja rangkaian PWM dilakukan terhadap siklus kerja. Pengujian siklus kerja dilakukan menggunakan osiloskop Caltek CA8020 20MHz pada channel A dengan setting tegangan 5 V/div dan waktu 0,5 ms/div. Dipilih tiga kondisi pengujian yaitu tegangan referensi 0 V, 2,5 V, dan 5 V. Nilai tegangan ini bersumber dari keluaran DAC yang diprintahkan melalui bilangan biner. Nilai tegangan supply pada rangkaian pengontrol tegangan bernilai 11,95 V. Pada pengujian siklus kerja selain mengamati siklus kerja yang terbentuk juga dilakukan perhitungan tegangan rata-rata PWM secara teoritis. Nilai tegangan rata-rata hasil perhitungan akan dibandingkan dengan hasil pengukuran aktual pada tahapan pengujian berikutnya. Hasil pengujian siklus kerja untuk nilai tegangan referensi 0 V ditunjukkan pada Gambar 17.a di bawah: Gambar 17.a Sinyal PWM ketika Vref = 0 V Gambar di atas memperlihatkan bahwa tegangan referensi 0 V tidak menghasilkan sinyal kotak, tetapi berupa sebuah garis lurus
  • 19. 10 pada nilai 0 V. Siklus kerja sinyal PWM ini adalah 0%. Nilai tegangan rata-rata yang dihasilkan berdasarkan perhitungan yaitu sebesar 0% dari 11,95 V yaitu 0 V. Pada kondisi ini motor belum dapat berputar. Pengujian berikutnya dilakukan terhadap nilai tegangan referensi 2,5 V. Hasil pengujian ditunjukkan oleh Gambar 17.b: Gambar 17.b Sinyal PWM ketika Vref = 2,5 V Pada pengujian ini terbentuk sinyal kotak dengan siklus kerja 50%. Puncak bawah sinyal bernilai 0 V dan puncak atasnya bernilai 11,95 V. Secara teoritis tegangan rata-rata yang dikeluarkan oleh PWM adalah 50% dari 11,95 V yaitu sekitar 5,975 V. Pada kondisi ini motor berputar dengan kecepatan setengah dari kecepatan putar maksimal yang mampu dihasilkan. Pengambilan data siklus kerja terakhir dilakukan dengan memberikan nilai tegangan referensi sebesar 5 V. Gambar 17.c menunjukkan siklus kerja ketika tegangan referensi bernilai 5 V. Gambar 17.c Sinyal PWM ketika Vref = 5 V Nilai tegangan referensi maksimal yaitu 5 V menghasilkan sinyal PWM yang berbentuk garis lurus pada nilai 11,95 V. Siklus kerja pad hasil pengujian ini adalah 100%. Nilai tegangan yang terukur cocok dengan hasil perhitungan untuk siklus kerja sinyal 100% yang menghasilkan tegangan rata-rata maksimal sebesar 11.95 V. Pada kondisi ini motor berputar dengan kecepatan putar maksimal. Untuk mendapatkan gambaran karakteristik PWM yang lebih lengkap dan akurat, maka dilakukan pengukuran tegangan keluaran rata-rata PWM secara langsung Pemberian tegangan referensi berbeda dilakukan menggunakan DAC melalui perintah dalam bentuk bilangan biner. Pengukuran tegangan keluaran dilakukan menggunakan multimeter. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3: Tabel 3. Tabel keluaran tegangan rata-rata PWM No Bilangan biner Vrata-rata 1 0 0 2 20 0,70 3 40 2,75 4 60 5,38 5 80 7,32 6 100 8,50 7 120 9,39 8 140 9,99 9 160 10,43 10 180 10,83 11 200 11,09 12 220 11,17 13 240 11,92 14 255 11,95 Gambar 18 memperlihatkan kurva hubungan antara tegangan rata-rata (Vrata-rata) dan bilangan biner Hubungan antara Vrata-rata dan bilangan biner 14 12 10 8 6 4 2 0 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 255 Bilangan biner Vrata-rata PWM (V) Gambar 18. Hubungan antara Vrata-rata dan bilangan biner Data hasil pengujian menunjukkan bahwa tegangan rata-rata yang dihasilkan PWM tidak linier. Pada bilangan biner yang kecil sampai pada nilai 120 tegangan rata-rata naik secara cepat, tetapi untuk bilangan biner berikutnya perubahan kenaikan tegangan menjadi lebih kecil bahkan hampir tidak ada. Nilai aktual yang didapatkan berbeda dengan hasil perhitungan menggunakan rumus siklus kerja. Sebagai contoh untuk nilai referensi 2,5 V yang sebanding dengan bilangan biner 126. Berdasarkan perhitungan dari Gambar 17.b didapatkan nilai tegangan rata-rata sebesar 5,975 V. Pada kenyataannya nilai tegangan rata-rata yang terukur berada pada rentang 9,39 – 9,99 V. Pada bagian lain, hasil pengukuran ketika tegangan referensi minimal dan maksimal menunjukkan nilai
  • 20. 11 yang sama dengan hasil perhitungan yaitu 0 V dan 11,95 V. Berdasarkan analisis rangkaian, kemungkinan terbesar yang menyebabkan tegangan tidak linier adalah proses penyaklaran yang dilakukan oleh MOSFET IRFZ34. Hal ini dikarenakan blok pembangkit sinyal yang menjadi masukan rangkaian pengontrol tegangan telah berfungsi dengan baik. Sinyal PWM mampu menghasilkan siklus kerja yang bersesuaian dengan nilai referensi yang perintahkan. Selain itu, frekuensi PWM yang bernilai 500 Hz juga sangat memungkinkan menjadi penyebab ketidaklinieran tegangan keluaran PWM. Literatur menunjukkan bahwa frekuensi PWM yang sering digunakan dalam penelitian-penelitian berada pada rentang satuan kHz. Motor Motor yang digunakan sebagai actuator adalah motor DC tipe UGFMED B1 20E buatan Yaskawa dengan catu daya maksimal 12 V. Beberapa keunggulan yang dimiliki yaitu bentuknya yang kompak, ringan, dan ekonomis juga memiliki sensor putaran yang terintegrasi berupa magnetic encoder ditambah fasilitas reduction of torque ripple. Gambar 19 memperlihatkan bentuk fisik motor yang digunakan. Gambar 19. Motor tipe UGFMED B1 20E buatan Yaskawa Pengujian karakteristik motor meliputi uji linieritas dan kecepatan putar maksimum. Pengujian linieritas ditujukan untuk mengetahui karakteristik hubungan antara tegangan yang diberikan dengan kecepatan putar yang dihasilkan. Uji linieritas dilakukan dengan mengukur frekuensi yang dihasilkan untuk tiap tegangan yang diberikan. Nilai frekuensi didapatkan dari pulsa yang dikeluarkan oleh magnetic encoder dengan ketelitian cacahan 116 pulsa/putaran. Kecepatan putar tiap menit (rpm) dicari dengan membagi frekuensi cacahan dengan 116 agar didapat rotation per second (rps) kemudian dikalikan dengan 60. Perhitungan ini akan digunakan dalam penentuan kecepatan putar dalam proses berikutnya. Pengukuran jumlah pulsa dilakukan menggunakan multimeter pada fasilitas pengukur frekuensi dalam satuan kHz yang kemudian dikonversi menjadi Hz. Tegangan yang diberikan berasal dari DC variable power supply dengan nilai maksimum 12 V, sesuai dengan karaktersitik motor. Data hasil pengukuran frekuensi motor dapat dilihat pada Tabel 4: Tabel 4. Tabel frekuensi keluaran motor No Tegangan (V) Frekuensi (Hz) 1 0 0 2 1 0 3 2 484 4 3 949 5 4 1344 6 5 1768 7 6 2170 8 7 2600 9 8 3000 10 9 3420 11 10 3850 12 11 4250 13 12 4700 Gambar 20 memperlihatkan kurva hubungan antara frekuensi dan tegangan yang diberikan (Vsupply). Hubungan antara frekuensi dan Vsuplly 5000 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Vsupply (V) Frekuensi (Hz) Gambar 20. Hubungan antara frekuensi dan Vsupply Hasil uji linieritas motor menunjukkan bahwa daerah operasi motor adalah dari tegangan 1 V sampai 12 V. Motor tepat akan berputar ketika nilai tegangan sama dengan 1,2 V. Pada rentang nilai tegangan ini putaran motor berbanding lurus dengan tegangan yang diberikan. Kecepatan putar maksimal adalah 2431 rpm, nilai ini merupakan hasil konversi dari nilai frekuensi maksimal 4700 Hz.
  • 21. 12 Pengukuran frekuensi juga memberikan informasi tambahan berupa kestabilan putaran motor. Putaran motor mulai stabil pada nilai 1344 rpm, yaitu ketika diberi tegangan 4 V. Pada kecepatan kurang dari 1344 rpm data yang terbaca berubah-ubah, walaupun perubahannya hanya dalam orde satuan. Berdasarkan karakteristik putaran motor maka dapat dikatakan bahwa alat deposisi spin coating yang dibuat dapat menangani proses pelapisan material pada rentang kecepatan 0 – 2431 rpm. Magnetic Encoder Berdasarkan datasheet-nya diketahui bahwa magnetic encoder yang digunakan adalah tipe UTMSI-01BNA. Sebuah encoder single channel yang hanya mengeluarkan pulsa pada satu jalur keluaran dengan ketelitian pencacahan sebesar 116 pulsa/putaran. Pulsa yang dihasilkan bernilai 5 V pada kondisi off dan 0 V ketika kondisi on. Agar pulsa dapat dibaca oleh peralatan lain perlu ditambahkan full-up resistor pada bagian keluaran sensornya. Resistor yang digunakan pada penelitian ini adalah resistor 5,1 k dengan tegangan supply sebesar 5 V. Gambar 21 menunjukkan bentuk pulsa keluaran encoder. Gambar 21. Bentuk pulsa keluaran encoder Rangkaian Pengkondisi Rangkaian pengkondisi sinyal berfungsi untuk menyesuaikan sinyal keluaran encoder dengan masukan F/V. Rangkaian F/V hanya dapat mencacah sinyal yang berayun melewati nilai referensi 0 V, puncak atasnya postitf dan puncak bawahnya negatif. Sementara itu, karakteristik pulsa keluaran magnetic encoder adalah puncak bawahnya 0 V dan puncak atasnya 5 V. Cara untuk mengatasi perbedaan nilai tersebut adalah dengan menurunkan sinyal keluaran magnetic encoder sebesar 2,5 V. Proses penurunan sinyal dilakukan oleh rangkaian pengurang diferensial. Gambar 22 memperlihatkan rangkaian pengkondisi sinyal secara lengkap. Gambar 22. Rangkaian pengkondisi sinyal Rangkaian pengurang diferensial dibangun dari Op Amp LF347 buatan National Semiconductor. Masukan inverting diberi tegangan tetap sebesar 2,5 V sedangkan masukan non inverting menerima sinyal masukan yang berasal dari encoder. Nilai keluaran rangkaian merupakan hasil proses pengurangan bagian non inverting dengan inverting. Rangkaian pengkondisi telah berfungsi dengan baik, hal ini ditandai dengan terbentuknya sinyal baru dengan frekuensi tetap yang memiliki puncak atas 2,5 V dan puncak bawah -2,5 V. Setelah melalui rangkaian pengkondisi ini pulsa dari encoder dapat dicacah oleh rangkaian F/V. Frequency to Voltage Converter Rangkaian akhir F/V lengkap dengan komponen yang dipasang pada masing-masing kakinya diperlihatkan pada Gambar 23 di bawah ini: Gambar 23. Rangkaian F/V lengkap Sinyal masukan dihubungkan dengan kaki 1 untuk selanjutnya dibandingkan dengan nilai referensi pada kaki 8 yaitu 0 V. Berdasarkan persamaan (6) terlihat bahwa nilai tegangan berbanding lurus dengan frekuensi yang dicacah. Pemilihan komponen dilakukan dengan tujuan agar ketika nilai frekuensi maksimal maka F/V mengeluarkan nilai tegangan 5 V. Setelah
  • 22. 13 mengetahui nilai frekuensi maksimal yaitu 4700 Hz, bagian berikutnya adalah menentukan nilai R1, C1, dan C2. Selain itu, terdapat syarat lainnya yaitu nilai C1 harus lebih besar dari 500 pF agar tidak terjadi error pada arus yang mengalir ke R1. Sebaliknya, R1 tidak boleh terlalu besar agar tidak ada gangguan pada impedansi keluaran. Setelah melalui perhitungan dan pengujian maka didapatkan nilai komponen yang dipasang adalah R1 = 36 k dan C1 = 3,9 nF dengan Vsup = 7,5 V. Untuk mendapatkan hasil yang baik R1 merupakan gabungan secara seri resistor 33 k dan potensiometer 20 k, sehingga nilai R1 dapat dikonversi sedikit demi sedikit sampai didapatkan nilai tegangan keluaran yang tepat. Nilai kapasitor C2 = 0,47 F dipilih agar ripple tegangan tidak terlalu besar. Kaki 4 dan kaki 7 dihubungkan dengan tujuan agar Op Amp bekerja sebagai voltage follower, yaitu rangkaian buffer yang akan membuat nilai tegangan keluaran lebih stabil. Pengujian karakteristik F/V dilakukan dengan memberikan frekuensi yang berbeda kemudian mengukur tegangan keluarannya. Data hasil pengujian karakteristik F/V ditunjukkan pada Tabel 5: Tabel 5. Tabel pengujian karakteristik F/V No Frekuensi (Hz) Tegangan (V) 1 0 0 2 482 0,52 3 947 1,01 4 1355 1,45 5 1768 1,89 6 2140 2,30 7 2600 2,79 8 2990 3,18 9 3400 3,61 10 3840 4,08 11 4130 4,53 12 4700 5,01 Nilai frekuensi merupakan hasil cacahan magnetic encoder yang menjadi masukan rangkian F/V. Nilai tegangan keluaran F/V diukur menggunakan multimeter. Pada pengujian awal tegangannya bernilai 0 V, karena ketika itu motor belum berputar. Nilai–nilai frekuensi selanjutnya menghasilkan tegangan yang naik secara bertahap sampai nilai maksimal 5,01 V ketika frekuensinya maksimal.. Gambar 24 menunjukkan kurva karakterisik rangkaian F/V yang menampilkan hubungan antara frekuensi dan tegangan keluaran F/V Hubungan antara tegangan dan frekuensi pada rangkaian F/V 6 5 4 3 2 1 0 0 482 947 1355 1768 2140 2600 2990 3400 3840 4130 4700 Frekuensi (Hz) Tegangan (V) Gambar 24. Hubungan antara tegangan dan frekuensi pada rangkaian F/V Hasil pengujian yang ditampilkan pada Gambar 23 menunjukkan bahwa rangkaian telah berfungsi dengan sangat baik, terlihat dari data yang naik secara bertahap dan linier. Analog to Digital Converter Analog to Digital Converter (ADC) merupakan rangkaian elektronik yang berfungsi untuk mengubah besaran analog berupa arus atau tegangan menjadi digital. Pada alat spin coating besaran yang akan dikonversi adalah tega ngan yang dihasilkan oleh F/V. Nilai biner hasil konversi diproses di dalam mikrokontroler. Konversi tegangan ke biner dilakukan menggunakan ADC internal 10-bit yang terdapat pada port A mikrokontroler ATmega8535. Bilangan biner terbesar yang dapat dihasilkan adalah 1023 dengan tegangan referensi 5 V. Data hasil pengujian ADC untuk beberapa nilai tegangan ditunjukkan pada Tabel 6: Tabel 6. Tabel pengujian ADC No Tegangan (V) Bilangan biner 1 0 0 2 0,5 103 3 1,0 205 4 1,5 307 5 2,0 408 6 2,5 511 7 3,0 614 8 3,5 716 9 4,0 819 10 4,5 922 11 5,0 1023
  • 23. 14 Gambar 25 menunjukkan karakteristik DAC dalam bentuk hubungan antara tegangan dan bilangan biner. Hubungan antara bilangan biner dan tegangan 1200 1000 800 600 400 200 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,51 5 tegangan (V) bilangan biner Gambar 25. Hubungan antara tegangan dan bilangan biner Data hasil pengujian ADC menunjukkan bahwa ADC internal telah berfungsi dengan baik. Hal ini ditandai dengan kemampuannya untuk mengubah tegangan yang diberikan menjadi bilangan biner dalam rentang 0 sampai 1023 secara linier. Sistem Kontrol Sistem kontrol yang dipakai tidak jadi menggunakan Analog PID controller. Rangkaian PID analog yang telah dibuat tidak dapat bekerja dengan baik. Sebagai gantinya sistem pengontrolan dilakukan oleh mikrokontroler ATmega8535 menggunakan bahasa pemrograman Bascom AVR 1.11.8. Alur pemrograman yang lakukan dimulai dari adanya perintah set point dari user, mengirimkannya ke DAC, membaca tegangan keluaran F/V melalui ADC internal mikrokontroler sebagai preset value, membandingkannya dengan set point, kemudian melakukan aksi pengendalian agar error yang dihasilkan menjadi lebih kecil. Mekanisme kontrol menggunakan umpan balik sangat penting untuk mengurangi kesalahan yang diakibatkan oleh karakteristik PWM yang tidak linier. Berikut adalah source code pemrograman pengendalian pada mikrokontroler ATmega8535 menggunakan program Bascom AVR: $regfile = "m8535.dat" $crystal = 4000000 $baud = 9600 Config PortB = output Config Adc = Single, Prescaler = Auto Start Adc Const x = 225/2400 Const y = 1023/225 Const z = 2400/1023 do Mulai: Print " " Input "Masukkan nilai SetPoint (0 ~ 2400 RPM) : " , Rpm If Rpm > 2400 Then Print “ maaf nilai yang anda masukkan salah “ Goto mulai End if Input "Lama waktu spin coating: " , waktu Print ">> Tekan escape untuk mengakhiri <<" Print "##################” Chr(10) Conv_sp = rpm * x SP = round (Conv_sp) SP_bin = SP SP_out = SP_bin Ulang = 0 Do ‘nilai batas kecepatan If Rpm >= 2400 Then SP_bin = 255 Gosub baca_adc Goto kirim End if 'perbandingan SP dengan aktual Gosub baca_adc Error = Sp_bin - V_bin If Error <> 0 Then Gosub Banding ‘mengirim data ke DAC Kirim: Ulang = ulang + 1 PortB = SP_out Print “ kecepatan perintah “;rpm ; “ kecepatan aktual “;rpm_aktual Waitms 1000 Loop until ulang = waktu Loop until inkey () = 27 Print ">> Pengambilan data Selesai <<" ; Chr(10) End Baca ADC: Adc_in = Getadc(7) Conv_value = Adc_in * y V_aktual = round (Conv_value) V_bin = V_aktual Conv_rpm= ADC_in * z Rpm_aktual = round (conv_rpm) return Banding: If V_bin < SP_bin Then SP_out = SP_out + 1 End If If V_bin > SP_bin Then SP_out = SP_out - 1 End If return Komunikasi mikrokontroler dengan pengguna dilakukan melalui PC menggunakan fasilitas hyperterminal. Komunikasi dilakukan pada nilai baudrate 9600 dan mikrokontroler menggunakan crystal dengan nilai 4 Mhz.
  • 24. 15 Pemilihan PortB sebagai keluaran dilakukan dengan perintah Config PortB = output. ADC internal mikrokontroler diaktifkan melalui perintah Config Adc = Single, Prescaler = Auto. ADC yang digunakan adalah ADC 10-bit yang memiliki nilai keluaran maksimal 1023. Pengontrolan kecepatan putar melibatkan banyak besaran dengan rentang nilai yang berbeda. Sebagai contoh kecepatan putar maksimal adalah 2400 sementara DAC yang menerima perintah mikrokontroler memiliki nilai maksimal 225. Agar proses pengontrolan dapat berjalan dengan tepat maka dibutuhkan beberapa nilai sebagai faktor konversi. Nilai tersebut dituliskan dalam bentuk konstanta Const x = 225/2400 Const y = 1023/225 Const z = 2400/1023 Konstanta x digunakan untuk mengubah nilai kecepatan menjadi biner, konstanta y mengubah nilai ADC menjadi biner, dan konstanta z mengubah nilai ADC menjadi kecepatan aktual. Sistem akan menanyakan nilai kecepatan yang dinginkan dalam satuan rpm kemudian mengubahnya menjadi bilangan biner. Perintah round digunakan untuk membulatkan hasil pembagian. Kecepatan putar yang boleh dimasukkan dibatasi sampai 2400 rpm. Apabila nilai kecepatannya lebih besar dari 2400 maka sistem akan meminta user untuk memasukkan nilai kecepatan yang sesuai. Input "Masukkan nilai SetPoint (0 ~ 2400 RPM) : " , Rpm Conv_sp = rpm * x SP_in= round (conv_sp) ‘nilai batas kecepatan If Rpm > 2400 Then Print “ maaf nilai yang anda masukkan salah “ Goto mulai End if Untuk menghindari overflow sebagai hasil proses perbandingan, maka nilai kecepatan putar 2400 langsung mengirimkan nilai 255 ke DAC melalui PortB. Nilai ADC dibaca sebagai sumber data untuk menampilkan kecepatan aktualnya. If Rpm >= 2400 Then SP_in = 255 Gosub Baca_adc Goto Kirim End If Langkah selanjutnya adalah membuat program untuk membaca preset value. Proses pembacaan dilakukan oleh ADC pada subroutine baca_adc. Nilai kecepatan motor dihitung dalam rentang 0-1023. Agar proses perbandingan antara set point dengan preset value dapat dilakukan dengan tepat, maka nilai hasil pembacaan ADC harus dikonversi menjadi rentang 0-255. Pengubahan dilakukan menggunakan faktor konversi y. Adc_in = Getadc(2) Conv_PV = Adc_in * y V_bin = round (Conv_PV) Conv_rpm= ADC_in * z Rpm_aktual = round (conv_rpm) Nilai ADC juga dijadikan sebagai sumber untuk menentukan kecepatan putar aktual. Pengubahan nilai ADC menjadi kecepatan aktual dilakukan menggunakan faktor konversi z. Nilai kecepatan putar disimpan dalam variabel Rpm_aktual. Nilai hasil konversi kemudian dikirim ke komputer seabgai nilai kecepatan putar aktual. Proses spin coating berlangsung selama waktu yang telah yang ditentukan. Bagian terpenting dalam pemrograman ini adalah proses pengendalian kecepatan putar. Tujuannnya adalah agar preset value yang dihasilkan tidak berbeda jauh dengan set point yang diperintahkan. Set point dituliskan dalam variabel Sp_bin sedangkan preset velue dituliskan dalam variabel V_bin.Proses perbandingan dilakukan dalam subroutine banding If V_bin < SP_bin Then SP_Out = SP_out + 1 End If If V_bin > SP_bin Then SP_out = SP_out - 1 End If Algoritma pengendaliannya sangat sederhana, yaitu membandingkan antara SP_bin dan V_bin. Apabila nilai V_bin lebih besar dari SP_bin maka mikrokontroler akan melakukan penambahan nilai satu bit ke DAC. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai V_bin lebih kecil dari SP_bin maka mikrokontroler akan melakukan pengurangan nilai satu bit ke DAC. Proses ini terus berulang sampai perbedaan nilai diantara keduanya tidak terlalu besar. Data akhir berupa perbandingan nilai kecepatan yang diperintahkan dan keceptan aktual ditampilkan pada komputer melalui komunikasi serial
  • 25. 16 Print“ kecepatan perintah “;rpm; “kecepatan aktual“; rpm_aktual Untuk mengkahiri proses maka pengguna harus menekan tombol <Escape> terlebih dahulu. Semua sourcecode dituliskan dalam bahasa Basic yang kemudian dikonversi menjadi bahasa mesin menggunakan perintah compile. Bahasa mesin yang dimengerti oleh mikrokontroler kemudian dituliskan ke dalam memori mikrokontroler melalui fasilitas In System Programming (ISP) yang sudah termasuk dalam modul DT-AVR low cost micro system. Penggunaan alat spin coating dapat melalui fasilitas hyperterminal pada menu program secara langsung atau dapat juga melalui program Bascom AVR. Data Pengujian Alat Pengambilan data dilakukan setelah semua sistem digabungkan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik alat secara keseluruhan. Pengujian dilakukan dengan memberikan set point pada layar hyperterminal kemudian mencatat nilai kecepatan putar yang ditampilkan. Dilakukan dua tahapan pengujian yaitu kalibrasi kecepatan putar dan uji ketepatan kecepatan putar. Kalibrasi alat diperlukan untuk mengetahui kemampuan dan spesifikasi alat yang telah dibuat. Cara kalibrasi alat dilakukan dengan membandingkan antara nilai kecepatan yang ditampilkan dengan alat lain yang berfungsi sebagai kalibrator. Pada pengujian alat spin coating ini kalibrator yang digunakan adalah multimeter pada bagian penghitung frekuensi dalam satuan kHz yang kemudian dikonversi menjadi Hz. Motor diperintahkan untuk mengeluarkan nilai kecepatan tertentu melalui layar komputer, kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan hasil cacahan multimeter. Nilai frekuensi hasil cacahan multimeter dikonversi menjadi kecepatan putar dengan cara membaginya dengan 116 agar didapatkan putaran per detik kemudian mengalikan dengan 60 sehingga didapatkan nilai akhir berupa putaran tiap menit. Pengujian hanya dilakukan terhadap tiga nilai kecepatan yaitu 800 rpm, 1600 rpm, dan 2400 rpm. Nilai kecepatan tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa data yang dihasilkan dari ketiga nilai uji tersebut telah mewakili karakteristik sistem secara keseluruhan. Pengambilan data dilakukan setiap 100 ms. Nilai kecepatan putar yang ditampilkan alat spin coating ditulis dalam variabel kecepatan terbaca, sedangkan kecepatan putar hasil pencacahan frekuensi ditulis dalam variabel kecepatan aktual. Kurva perbandingan nilai kecepatan putar terbaca dan aktual untuk nilai uji 800 rpm ditunjukkan oleh Gambar 26, nilai uji 1600 rpm pada Gambar 27, dan nilai uji 2400 rpm pada Gambar 28. Data yang ditampilkan pada gambar menunjukkan titik-titik yang saling berhimpitan antara nilai kecepatan aktual dan terbaca. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran 1000 800 600 400 200 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Ulangan pengukuran Kecepatan putar (rpm) terbaca aktual Gambar 26. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran yang menampilkan nilai aktual dan terbaca Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran 1800 1500 1200 900 600 300 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Ulangan pengukuran Kecepatan putar (rpm) terbaca aktual Gambar 27. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran yang menampilkan nilai aktual dan terbaca Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran 2800 2400 2000 1600 1200 800 400 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Ulangan pengukuran Kecepatan putar (rpm) terbaca aktual Gambar 28. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran yang menampilkan nilai aktual dan terbaca Nilai ketelitian dan ketepatan untuk nilai uji 800 rpm adalah 98.01% dan 99.50%. Sedangkan nilai ketelitian dan ketepatan untuk nilai uji 1600 rpm adalah 99.69% dan
  • 26. 17 98.60%. Untuk nilai uji 2400 ketelitian dan ketepatannya adalah 99.75% dan 98.80%. Berdasarkan nilai ketelitian dan ketepatan yang didapatkan dapat dikatakan bahwa nilai kecepatan yang ditampilkan oleh alat spin coating sudah mendekati kecepatan yang sebenarnya. Data lengkap hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengujian berikutnya adalah pengujian hasil proses pengontrolan kecepatan menggunakan algoritma pemrograman. Dilakukan perbandingan antara nilai set point yaitu kecepatan yang diperintahkan dengan preset value yaitu kecepatan yang dihasilkan alat spin coating. Pengujian dilakukan untuk beberapa nilai set point dengan waktu pencuplikan tiap 100 ms sebanyak 20 data. Nilai preset value yang dibandingkan dalam grafik adalah nilai rata-rata. Gambar 29 menunjukkan kurva perbandingan antara nilai set point dan preset value rata-rata Kurva perbandingan antara Set Point dan Preset Value rata-rata 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 1 2 3 4 5 6 7 Nilai pengukuran Kecepatan putar (rpm) SP PV Gambar 29. Perbandingan kecepatan antara set point dan preset value Data hasil pengukuran menunjukkan bahwa kecepatan putar yang dihasilkan mendekati nilai yang diperintahkan. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengontrolan menggunakan algoritma telah berhasil mengurangi kesalahan yang diakibatkan oleh karakteristik PWM yang tidak linier. Ketelitian rata-rata hasil pengujian 98,97 % dan ketepatan rata-rata 99,63 %. Salah satu karakteristik pengontrolan dengan mekanisme pengurangan dan penambahan biner adalah sistem tidak dapat mengeluarkan nilai yang stabil sesuai dengan yang diperintahkan. Nilai keluaran akan berosilasi di sekitar nilai yang seharusnya secara terus menerus, kesalahan seperti ini disebut sebagai steady state error. Data lengkap hasil pengujian perbandingan set point dan preset value dapat dilihat pada Lampiran 2. Pengujian berikutnya adalah untuk menentukan karakteristik sistem kontrol loop tertutup berupa settling time dan nilai steady state error. Pengujian dilakukan terhadap beberapa nilai set point yaitu 800 rpm, 1200 rpm, dan 2000 rpm. Data hasil pengujian pada nilai uji 800 rpm ditampilkan pada Gambar 30, nilai uji 1200 pada Gambar 31, dan nilai uji 2000 rpm pada Gambar 32. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ulangan pengukuran Kecepatan putar (rpm) Gambar 30. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran pada nilai uji 800 rpm Kurva hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran 1800 1500 1200 900 600 300 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Ulangan pengukuran Kecepatan putar (rpm) Gambar 31. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran pada nilai uji 1200 rpm Kurva hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran 2400 2000 1600 1200 800 400 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Ulangan pengukuran Kecepatan putar (rpm) Gambar 32. Hubungan antara kecepatan putar dan ulangan pengukuran pada nilai uji 2000 rpm Data hasil pengujian menunjukkan karakateristik alat ketika menerima perintah. Terlihat bahwa alat tidak dapat langsung mencapai nilai yang diperintahkan, tetapi mengalami overshoot sampai beberapa nilai di atas set point. Semakin tinggi nilai set point yang diperintahkan ternyata nilai overshoot semakin rendah, hal ini disebabkan oleh karakteristik motor yang kurang stabil pada putaran rendah.
  • 27. 18 Waktu yang dibutuhkan alat untuk sampai pada nilai yang diperintahkan (settling time) rata-rata sama bernilai sekitar 6 detik. Artinya setelah 6 detik kecepatan putar yang dihasilkan cenderung mendekati nilai yang seharusnya. Nilai steady state error yang dihasilkan pada nilai uji 800 rpm yaitu sebesar 1,75 %, pada nilai uji 1200 rpm 1,75 %, dan pada nilai uji 2000 rpm sebesar 1,15 %. Semua nilai steady state error berada dalam rentang yang diperbolehkan dalam teori sistem kontrol, yaitu harus lebih kecil dari 2 %. Dapat dikatakan bahwa sistem kontrol kecepatan putar yang dibangun telah dapat berfungsi dengan baik. Data lengkap pengujian karakteristik sistem kontrol dapat dilihat pada Lampiran 3. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan  Blok-blok fungsional yang telah dibuat dapat bekerja dengan sangat baik sesuai dengan fungsi masing-masing. Kecuali pada bagian PWM yang keluarannya tidak linier.  Alat deposisi spin coating beroperasi pada rentang kecepatan 0 – 2400 rpm.  Proses pengontrolan menggunakan mekanisme umpan balik terlah berhasil mengurangi kesalahan yang diakibatkan oleh bagian PWM.  Nilai kecepatan yang dihasilkan mendekati nilai yang sebenarnya. Hal ini dibuktikan pada pengujian kalibrasi. Ketelitian untuk nilai uji 800 rpm adalah 98.01% dan ketepatannya 99.50%. Untuk nilai uji 1600 rpm nilai ketelitian 99.69% dan ketepatan 98.60% dan untuk nilai uji 2400 rpm ketelitian adalah 99.75% dan ketepatan 98.8%  Alat deposisi spin coating mampu menghasilkan preset value yang mendekati set point. Ketelitian rata-rata hasil pengujian untuk beberapa nilai set point adalah 98,97 % dan ketepatan 99,63 %.  Nilai steady state error untuk nilai uji 800 rpm adalah 1, 75 %, untuk nilai uji 1200 rpm 1,75 %, dan untuk nilai uji 2000 rpm 1,15 %. Waktu untuk sampai pada nilai yang diperntahkan (setling time) rata-rata bernilai 6 detik.  Secara keseluruhan alat deposisi spin coating yang telah dibuat bekerja sangat baik, sehingga dapat dipakai untuk melakukan proses pelapisan material. Saran  Rangkaian PWM diperbaiki dengan menggunakan pemrograman pada mikrokontroler.  Motor yang digunakan sebaiknya memiliki kecepatan putar yang lebih tinggi dengan tingkat kestabilan putaran yang juga tinggi. Agar alat deposisi spin coating mampu menangani teknik pelapisan pada putaran tinggi.  Pengontrolan kecepatan melalui pemrograman dapat ditingkatkan dengan menggunakan teori-teori sistem kontrol yang sering dipakai seperti digital PID controller, fuzzy logic, dan sebagainya.  Interfacing dengan komputer menggunakan bahasa pemrograman tingkat tinggi seperti Visual Basic.  Untuk memudahkan penggunaan, komunikasi dengan komputer dilakukan menggunakan port USB. DAFTAR PUSTAKA Asrorudin U. 2004. Perancangnan Alat Deposisi Spin Coating [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Data Sheet ATmega8535. http://www.atmel.com Data Sheet LM2917. http://www.NationalSemiconductor.com Jacob JM. 1989. Industrial Control Electronics, Applications and Design. Prentice-Hall Inc. (4-5). Ogata K. 1985. Teknik Kontrol Automatik (Sistem Pengaturan) jilid 1. Edi Laksono, penerjemah; Jakarta: Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Modern Control Enginering. (4-6). Prasetia, Retna, Widodo CE. 2004. Interfacing Port Paralel dan Port Serial Komputer dengan Visual Basic 6.0, Teori dan Praktek. Jakarta : Penerbit Andi.
  • 28. 19 Pratomo A. 2005. Panduan Praktis Pemrograman AVR Mikrokontroler AT90S2313. Yogyakarta: Penerbit Andi.Yogyakarta. Priyonoto A. 2004. Pembuatan Diskriminator Berbasis Mikrokontroler AT89C52 yang dikendalikan PC untuk diterapkan pada Sistem Pencacah Radiasi [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Sadiku M.N.O. 2001. Elements of Electromagnetics. Third Edition. Oxford University Press. New York. (316-317). Spin Coat Theory http://www.cise.columbia.edu/clean/pro cess/spintheory.pdf Thiang, Hanawati, Widagdo, Resmana.1999. Implementasi Fuzzy Logic Pada Microcontroller Untuk Kendali Putaran Motor DC. Di dalam: Prosiding Industrial Electronic Seminar 1999 (IES’99); Surabaya, 27-28 Oktober 1999.
  • 30. 21 Lampiran 1. Data Hasil Pengujian Kalibrasi Putaran Nilai Uji Ulangan ke 800 rpm 1600 rpm 2400 rpm Terbaca (rpm) Aktual (rpm) Terbaca (rpm) Aktual (rpm) Terbaca (rpm) Aktual (rpm) 1 781 801 1591 1614 2384 2405 2 791 816 1595 1614 2388 2426 3 807 813 1593 1624 2400 2431 4 826 818 1595 1624 2400 2436 5 823 806 1600 1629 2400 2431 6 814 811 1602 1619 2400 2431 7 800 812 1602 1624 2388 2421 8 786 801 1602 1614 2400 2410 9 777 809 1607 1624 2400 2431 10 779 815 1602 1634 2400 2431 11 791 806 1598 1614 2400 2421 12 812 802 1605 1624 2384 2431 13 819 800 1600 1619 2388 2436 14 826 811 1598 1619 2400 2431 15 819 803 1593 1629 2400 2431 16 807 809 1591 1629 2400 2421 17 798 794 1602 1624 2388 2410 18 807 801 1605 1624 2400 2431 19 807 803 1607 1629 2400 2431 20 791 806 1602 1619 2400 2421 Rata-rata 803,05 806,73 1599,50 1622,59 2396,00 2425,86 Standar deviasi 15,77 5,05 6,36 Ketelitian (%) 98,01 99,69 99,75 Ketepatan (%) 99,50 98,60 98,80 Keterangan: Pembanding : Multimeter (fasilitas penghitung frekuensi) Selang waktu pengambilan data: 100 milidetik
  • 31. 22 Lampiran 2. Data Perbandingan Set point dan Preset value Set Point Ulangan ke 0 rpm 400 rpm 800 rpm 1200 rpm 1600 rpm 2000 rpm 2400 rpm 1 0 392 781 1211 1591 2001 2384 2 0 401 791 1204 1595 2004 2388 3 0 390 807 1192 1593 2001 2400 4 0 406 826 1192 1595 2001 2400 5 0 408 823 1192 1600 2004 2400 6 0 415 814 1194 1602 2004 2400 7 0 411 800 1204 1602 2006 2388 8 0 415 786 1206 1602 2008 2400 9 0 406 777 1208 1607 2013 2400 10 0 389 779 1208 1602 2001 2400 11 0 396 791 1199 1598 2002 2400 12 0 387 812 1204 1605 2001 2384 13 0 399 819 1201 1600 2004 2388 14 0 408 826 1204 1598 2006 2400 15 0 425 819 1206 1593 2001 2400 16 0 427 807 1206 1591 2004 2400 17 0 415 798 1213 1602 2001 2388 18 0 394 807 1196 1605 1999 2400 19 0 399 807 1199 1607 2001 2400 20 0 413 791 1201 1602 2004 2400 Rata-rata 0,00 404,80 803,05 1202,00 1599,50 2003,30 2396,00 Standar deviasi 11,62 15,77 6,32 5,05 3,21 6,36 Ketelitian (%) 97.00 98.00 99,50 99,70 99,85 99,75 Ketepatan (%) 98,70 99,62 99,83 99,97 99,85 99,83 Keterangan: Selang waktu pengambilan data: 100 milidetik
  • 32. 23 Lampiran 3. Data Pengujian Settling Time dan Steady State Error Ulangan ke Nilai Uji 800 rpm 1200 rpm 2000 rpm 1 0 0 0 2 1117 1600 2062 3 1164 1670 2083 4 1025 1499 2086 5 833 1372 2065 6 793 1236 1999 7 784 1213 2013 8 823 1199 2011 9 781 1192 2008 10 793 1201 2008 11 791 1196 2004 12 807 1194 2015 13 805 1204 2006 14 788 1196 2006 15 793 1201 2006 16 802 1196 2001 17 795 1194 2006 18 809 1206 2001 19 795 1215 1992 20 795 1206 2008 Keterangan: Selang waktu pengambilan data: 1 detik
  • 33. 24 Lampiran 4. Gambar Alat Deposisi Spin Coating
  • 34. 25 Lampiran 5. Skema Rangkaian Pembangkit Sinyal PWM
  • 35. 26 Lampiran 6. Skema Rangkaian Catu Daya
  • 36. 27 Lampiran 7. Skema DT-AVR Low Cost Micro System
  • 37. 28 Lampiran 8. Datasheet ATmega8535
  • 38. 29 Lampiran 8. (lanjutan)
  • 39. 30 Lampiran 9. Datasheet DAC 0808
  • 40. 31 Lampiran 9. (lanjutan)
  • 41. 32 Lampiran 10. Datasheet IC LM2917 Frequency to Voltage Converter
  • 42. 33 Lampiran 10. (lanjutan)
  • 43. 34 Lampiran 11. Datasheet Motor UGFMED B1 20E Produksi Yaskawa
  • 44. 35 Lampiran 12. Datasheet Magnetic Encoder UTMSI-01BNA