5. Dilihat dari
bentuk keturunan
USHUUL yaitu jamak dari ashl yang
artinya Bapak dan Ibu, berikut yang
diatas mereka, yaitu Kakek, Buyut dan
seterusnya ( dari jalur laki-laki ), kakek
dari ibu tidak termasuk di dalamnya
HAWAASYI, yaitu setiap yang
punya hubungan nasab
peranakan dari mayit, dari
fihak bapaknya, atau setiap
furuu’ dari ushuul mayit.
FURUU’, yaitu jamak dari far’, ialah
Putra dan Putri dan yang dibawah
mereka,seperti Cucu dan
seterusnya yang dari jalur laki-laki
. Putra dari anak perempuan tidak
termasuk di dalamnya
6. Ashabul Furudh
Orang-orang
yang karena
hubungan darah
berhak
mendapat
bagian tertentu.
Ashabah nasabiyah
orang-orang yang
karena
hubungan darah
berhak
menerima
bagian sisa dari
ashabul furudh.
Dzawil arham
yaitu kerabat
yang agak jauh
nasabnya.
Golongan ini
tidak masuk ahli
waris yang
mendapat
bagian tertentu
DILIHAT DARI CARA
PENERIMAANNYA
7. HUBUNGAN
PERKAWINAN
Perkawinan yang sah menurut syri’at Islam,
menyebabkan adanya saling mewarisi antara
suami istri, selama hubungan perkawinan
tersebut masih utuh. Jika statusnya sudah cerai,
maka gugurlah saling mewarisi di antara
keduanya, kecuali masa iddah pada talak raj’i
(talak yang dapat dirujuk kembali).
8. HUBUNGAN WALA’
Wala’ adalah hubungan
kekeluargaan yang
timbul karena
memerdekakan hamba
sahaya. Para ahli fiqih
sering menyebutnya
dengan nasab hukmi.
Orang yang
memerdekakan
memperoleh hak wala’
yakni berhak menjadi
ahli waris dari budak
tersebut.
Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya hak wala’
itu untuk orang yang
memerdekakan budak,”
(Muttafaq ‘alaih).
9. HUBUNGAN AGAMA
Jika orang Islam meninggal
dunia dan tidak
mempunyai ahli waris,
baik karena hubungan
kerabat, pernikahan
maupun wala’, maka
harta peninggalannya
diserahkan ke baitul mal
untuk kepentingan
kaum muslimin. Itulah
yang disebut hubungan
agama dalam waris-
mewarisi.
Rasulullah saw. bersabda:
“Saya menjadi ahli waris
orang yang tidak
mempunya ahli waris,”
(HR. Abu Dawud dan
Ahmad).