1. Khaerudin
Artikel about : RAID 0-6
Kata Pengantar
Pada mainboard generasi sekarang, banyak sekali yang sudah dilengkapi dengan fitur RAID,
terutama pada mainboard hi-end. Namun, mungkin banyak diantara pemirsa blog ini yang belum
tahu atau mengerti mengenai teknologi tersebut.
Pendahuluan
RAID, Redundant Array of Inexpensive(Independent) Disks, adalah suatu sistem yang terbentuk
dari beberapa harddisk/drive. Secara sederhana, kita biasa membuat beberapa partisi dalam satu
harddisk. Nah, dengan RAID, kita dapat membuat satu partisi dari beberapa harddisk.
Batasan Masalah
Dikarenakan masih dalam proses belajar, maka tulisan ini hanya membahas konfigurasi standar
RAID, tidak membahas konfgurasi lanjut RAID (nested dan non-standard/proprietary).
RAID 0
Juga dikenal dengan modus stripping. Membutuhkan minimal 2 harddisk. Sistemnya adalah
menggabungkan kapasitas dari beberapa harddisk. Sehingga secara logikal hanya "terlihat" sebuah
harddisk dengan kapasitas yang besar (jumlah kapasitas keseluruhan harddisk).
Pada awalnya, RAID 0, digunakan untuk membentuk sebuah partisi yang sangat besar dari
beberapa harddisk dengan biaya yang efisien.
Misalnya:
Kita membutuhkan suatu partisi dengan ukuran 500GB. Harga sebuah harddisk berukuran 100GB
adalah Rp.500.000,- sedangkan harga harddisk berukuran 500GB adalah Rp.5.000.000,-. Nah, kita
dapat membetuk suatu partisi berukuran 500GB dari 5 unit harddisk berukuran 100GB dengan
menggunakan RAID 0. Tentunya skenario ini lebih murah karena memakan biaya lebih murah: 5 x
Rp.500.000,- = Rp.2.500.000,-. Lebih murah daripada harus membeli harddisk yang berukuran
500GB. Itulah kenapa pada awalnya disebut redundant array of inexpensive disk.
Contoh lain:
Pada saat ini ukuran harddisk terbesar yang tersedia di pasaran adalah 500GB, sedangkan kita
membutuhkan suatu partisi dengan ukuran 2TB. Nah, kita dapat membeli 4 unit harddisk
berkapasitas 500GB dan mengkonfigurasinya dengan RAID 0, sehingga kita dapat memiliki suatu
partisi berkururan 2TB tanpa harus menunggu harddisk dengan kapasitas sebesar itu tersedia di
pasar.
Data yang ditulis pada harddisk-harddisk tersebut terbagi-bagi menjadi fragmen-fragmen. Dimana
fragmen-fragmen tersebut disebar di seluruh harddisk. Sehingga, jika salah satu harddisk
mengalami kerusakan fisik, maka data tidak dapat dibaca sama sekali.
Namun ada keuntungan dengan adanya fragmen-fragmen ini: kecepatan. Data bisa diakses lebih
cepat dengan RAID 0, karena saat komputer membaca sebuah fragmen di satu harddisk, komputer
juga dapat membaca fragmen lain di harddisk lainnya.
2. RAID 1
Biasa disebut dengan modus mirroring. Membutuhkan minimal 2 harddisk. Sistemnya adalah
menyalin isi sebuah harddisk ke harddisk lain dengan tujuan: jika salah satu harddisk rusak secara
fisik, maka data tetap dapat diakses dari harddisk lainnya.
Contoh:
Sebuah server memiliki 2 unit harddisk yang berkapasitas masing-masing 80GB dan dikonfigurasi
RAID 1. Setelah beberapa tahun, salah satu harddisknya mengalami kerusakan fisik. Namun data
pada harddisk lainnya masih dapat dibaca, sehingga data masih dapat diselamatkan selama bukan
semua harddisk yang mengalami kerusakan fisik secara bersamaan.
RAID 2
RAID 2, juga menggunakan sistem stripping. Namun ditambahkan tiga harddisk lagi untuk pariti
hamming, sehingga data menjadi lebih reliable. Karena itu, jumlah harddisk yang dibutuhkan
adalah minimal 5 (n+3, n > 1). Ketiga harddisk terakhir digunakan untuk menyimpan hamming
code dari hasil perhitungan tiap bit-bit yang ada di harddisk lainnya.
Contoh:
Kita memiliki 5 harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, D, dan E) dengan ukuran yang sama, masing-masing
40GB. Jika kita mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan RAID 2, maka
kapasitas yang didapat adalah: 2 x 40GB = 80GB (dari harddisk A dan B). Sedangkan harddisk C,
D, dan E tidak digunakan untuk penyimpanan data, melainkan hanya untuk menyimpan informasi
pariti hamming dari dua harddisk lainnya: A, dan B. Ketika terjadi kerusakan fisik pada salah satu
harddisk utama (A atau B), maka data tetap dapat dibaca dengan memperhitungkan pariti kode
hamming yang ada di harddisk C, D, dan E.
3. RAID 3
RAID 3, juga menggunakan sistem stripping. Juga menggunakan harddisk tambahan untuk
reliability, namun hanya ditambahkan sebuah harddisk lagi untuk parity.. Karena itu, jumlah
harddisk yang dibutuhkan adalah minimal 3 (n+1 ; n > 1). Harddisk terakhir digunakan untuk
menyimpan parity dari hasil perhitungan tiap bit-bit yang ada di harddisk lainnya.
Contoh kasus:
Kita memiliki 4 harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, dan D) dengan ukuran yang sama, masing-masing
40GB. Jika kita mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan RAID 3, maka
kapasitas yang didapat adalah: 3 x 40GB = 120GB. Sedangkan harddisk D tidak digunakan untuk
penyimpanan data, melainkan hanya untuk menyimpan informasi parity dari ketiga harddisk
lainnya: A, B, dan C. Ketika terjadi kerusakan fisik pada salah satu harddisk utama (A, B, atau C),
maka data tetap dapat dibaca dengan memperhitungkan parity yang ada di harddisk D. Namun, jika
harddisk D yang mengalami kerusakan, maka data tetap dapat dibaca dari ketiga harddisk lainnya.
RAID 4
Sama dengan sistem RAID 3, namun menggunakan parity dari tiap block harddisk, bukan bit.
Kebutuhan harddisk minimalnya juga sama, 3 (n+1 ; n >1).
4. RAID 5
RAID 5 pada dasarnya sama dengan RAID 4, namun dengan pariti yang terdistribusi. Yakni, tidak
menggunakan harddisk khusus untuk menyimpan paritinya, namun paritinya tersebut disebar ke
seluruh harddisk. Kebutuhan harddisk minimalnya juga sama, 3 (n+1 ; n >1).
Hal ini dilakukan untuk mempercepat akses dan menghindari bottleneck yang terjadi karena akses
harddisk tidak terfokus kepada kumpulan harddisk yang berisi data saja.
RAID 6
Secara umum adalah peningkatan dari RAID 5, yakni dengan penambahan parity menjadi 2 (p+q).
Sehingga jumlah harddisk minimalnya adalah 4 (n+2 ; n > 1). Dengan adanya penambahan pariti
sekunder ini, maka kerusakan dua buah harddisk pada saat yang bersamaan masih dapat ditoleransi.
Misalnya jika sebuah harddisk mengalami kerusakan, saat proses pertukaran harddisk tersebut
terjadi kerusakan lagi di salah satu harddisk yang lain, maka hal ini masih dapat ditoleransi dan
tidak mengakibatkan kerusakan data di harddisk bersistem RAID 6.
5. Kesimpulan dan Saran
Banyak manfaat yang didapat dengan konfigurasi RAID, yakni kecepatan, reliabilitas data, dan
toleransi kesalahan. Namun belum lengkap rasanya jika membahas RAID tanpa membahas hot-swappable
harddisk, juga beberapa konfigurasi lanjut seperti RAID 0+1 atau RAID 1+0. Mungkin
akan dibahas di lain waktu.
Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat bermanfaat bagi pemirsa sekalian.
Another :
-----------------------------
RAID (Redundant Array of Independent Disks) adalah teknologi yang menggabungkan beberapa
HDD (bisa 2, 3, 4, dst) menjadi satu dan terbaca sebagai 1 harddisk. Ada istilahnya RAID 0, RAID
1, RAID 1+0, RAID 2 dst yang akan menentukan jenisnya.
Sebagai perbandingan, bila sistem operasi yang digunakan adalah windows, maka drive pada RAID
yang muncul hanya C saja. Beda halnya jika konfigurasi RAID tidak digunakan maka drive yang
muncul adalah C, D dan E atau bahkan lebih (satu drive untuk satu harddisk) tergantung berapa
banyak harddisk yang digunakan.
Tujuan RAID sendiri sebenarnya cuma ada 3, yaitu kecepatan data (stripping), keamanan data
(mirroring) maupun keduanya.
Awalnya RAID hanya digunakan untuk server saja, dimana keamanan data & kecepatan sangat
mutlak diperlukan. Dan untuk membuat konfigurasi RAID ini awalnya perlu RAID card tersendiri
yang harganya sangat mahal. Namun beberapa tahun terakhir Intel menyelipkan fasilitas RAID
controller kedalam chipset ICHxR mereka sehingga RAID bisa dinikmati oleh user lewat onboard
controller pada motherboard.
RAID sebenarnya tidak serumit yang dibayangkan, karena prinsip dasarnya RAID sebenarnya
hanya ada 2, yaitu : stripping dan mirroring.
Stripping adalah membagi kerja 2 atau lebih hardisk untuk mengolah 1 data pada saat bersamaan.
Jadi misalnya Anda menyimpan data sebesar 1GB di 2 HDD yang distripping, maka 2 hardisk itu
akan menyimpan masing2 500GB. Demikian juga dengan loading data, 2 HDD tersebut akan kerja
bersamaan untuk membaca data. Hasilnya adalah waktu yang jauh lebih singkat (2x lebih cepat).
Kelemahan stripping adalah jika salah satu dari array HDD macet, maka separuh data yang
disimpan di HDD yang lainpun tidak akan bisa terbaca.
Nah, kalau Mirroring artinya Anda akan membackup data yang sama persis di HDD lain secara
realtime. Jadi ini ditujukan untuk keamanan data. Kelemahannya adalah kerugian kapasitas.
6. Misalnya Anda punya 2 x HDD 2TB yang dimirroring, maka itu artinya Anda hanya memiliki 2TB
data dan 2TB data mirror. Beda dengan stripping yang artinya jika Anda memiliki 2x HDD 2 TB,
maka kapasitas totalnya adalah 4 TB.
RAID yang umum digunakan untuk pengguna di rumah adalah RAID 0, RAID 1, dan RAID 0+1.
RAID 0 banyak memberikan keuntungan secara speed & ekonomis. Peningkatan kecepatan yang
akan Anda dapatkan adalah sebanding dengan jumlah HDD yang Anda stripping. Jadi misalnya 4
HDD bisa 400MB/s kecepatannya. Berarti bisa mengalahkan kecepatan sebuah SSD yang hanya
rata-rata 180 MB/s.
Tabel Level RAID
RAID0
Level ini menerapkan stripping, tapi tidak mem-back-up data. Dengan demikian, kinerja
PC bisa meningkat, kapasitas HDD meningkat 2x lipat, tetapi tak ada cadangan/backup
data.
RAID1
Level ini dikenal juga dengan nama mirroring. RAID1 membuat salinan data yang ada di
harddisk lain sebagai back-up. Hal ini sangat berguna ketika data yang ada di harddisk
adalah data yang sangat penting dan tidak boleh rusak. Akan tetapi, RAID1 tidak
menawarkan peningkatan performa. Kinerja server maupun PC tetap biasa saja.
RAID2
RAID2 menggunakan stripping antara harddisk yang digunakan. Hanya saja, beberapa
harddisk digunakan untuk menyimpan informasi mengenai pemeriksaan error dan
koreksi, Error Checking dan Correscting(ECC).
RAID3
Tipe RAID ini menggunakan stripping dan menggunakan 1 harddisk untuk menyimpan
informasi mengenai pariti (parity). RAID3 juga digunakan untuk mendeteksi adanya
error. RAID3 berguna untuk sistem yang digunakan oleh 1 orang yang berisi data yang
amat panjang.
RAID4
RAID4 menggunakan stripe yang besar. Dengan demikian, sistem bisa membaca data
dari 1 drive. Sistem yang meggunakan RAID4 bisa mengambil keuntungan dari adanya
pembacaan data secara bersamaan.
RAID5
Tipe RAID ini memiliki array parity. Semua penulisan dan pembacaan data dapat
dilakukan bersamaan. RAID5 menyimpan data parity, tetapi tidak bisa melakukan back-up.
RAID5 paling tidak butuh 3 harddisk. Tapi biasanya 5 harddisk yang digunakan.
RAID6 Mirip dengan RAID5, tetapi memiliki pariti kedua yang tersebar di beberapa harddisk
sehingga menawarkan back-up yang luar biasa.
RAID7 RAID7 membuat sistem operasi sebagai controller, caching menggunakan jalur cepat.
RAID 0
Juga dikenal dengan modus stripping. Membutuhkan minimal 2 harddisk. Sistemnya adalah
menggabungkan kapasitas dari beberapa harddisk. Sehingga secara logikal hanya “terlihat” sebuah
harddisk dengan kapasitas yang besar (jumlah kapasitas keseluruhan harddisk).
Pada awalnya, RAID 0, digunakan untuk membentuk sebuah partisi yang sangat besar dari
beberapa harddisk dengan biaya yang efisien. Data yang ditulis pada harddisk-harddisk tersebut
terbagi-bagi menjadi fragmen-fragmen. Dimana fragmen-fragmen tersebut disebar di seluruh
harddisk. Sehingga, jika salah satu harddisk mengalami kerusakan fisik, maka data tidak dapat
dibaca sama sekali.
Namun ada keuntungan dengan adanya fragmen-fragmen ini: kecepatan. Data bisa diakses lebih
cepat dengan RAID 0, karena saat komputer membaca sebuah fragmen di satu harddisk, komputer
7. juga dapat membaca fragmen lain di harddisk lainnya.
RAID 1
Biasa disebut dengan modus mirroring. Membutuhkan minimal 2 harddisk. Sistemnya adalah
menyalin isi sebuah harddisk ke harddisk lain dengan tujuan: jika salah satu harddisk rusak secara
fisik, maka data tetap dapat diakses dari harddisk lainnya.
Contoh:
Sebuah server memiliki 2 unit harddisk yang berkapasitas masing-masing 80GB dan dikonfigurasi
RAID 1. Setelah beberapa tahun, salah satu harddisknya mengalami kerusakan fisik. Namun data
pada harddisk lainnya masih dapat dibaca, sehingga data masih dapat diselamatkan selama bukan
semua harddisk yang mengalami kerusakan fisik secara bersamaan.
RAID 2
RAID 2, juga menggunakan sistem stripping. Namun ditambahkan tiga harddisk lagi untuk pariti
hamming, sehingga data menjadi lebihreliable. Karena itu, jumlah harddisk yang dibutuhkan adalah
minimal 5 (n+3, n > 1). Ketiga harddisk terakhir digunakan untuk menyimpan hamming code dari
hasil perhitungan tiap bit-bit yang ada di harddisk lainnya.
Contoh:
Kita memiliki 5 harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, D, dan E) dengan ukuran yang sama, masing-masing
40GB. Jika kita mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan RAID 2, maka
kapasitas yang didapat adalah: 2 x 40GB = 80GB (dari harddisk A dan B). Sedangkan harddisk C,
D, dan E tidak digunakan untuk penyimpanan data, melainkan hanya untuk menyimpan informasi
pariti hamming dari dua harddisk lainnya: A, dan B. Ketika terjadi kerusakan fisik pada salah satu
harddisk utama (A atau B), maka data tetap dapat dibaca dengan memperhitungkan pariti kode
hamming yang ada di harddisk C, D, dan E.
RAID 3
RAID 3, juga menggunakan sistem stripping. Juga menggunakan harddisk tambahan untuk
reliability, namun hanya ditambahkan sebuah harddisk lagi untuk parity.. Karena itu, jumlah
harddisk yang dibutuhkan adalah minimal 3 (n+1 ; n > 1). Harddisk terakhir digunakan untuk
menyimpan parity dari hasil perhitungan tiap bit-bit yang ada di harddisk lainnya.
Contoh kasus:
Kita memiliki 4 harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, dan D) dengan ukuran yang sama, masing-masing
40GB. Jika kita mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan RAID 3, maka
kapasitas yang didapat adalah: 3 x 40GB = 120GB. Sedangkan harddisk D tidak digunakan untuk
penyimpanan data, melainkan hanya untuk menyimpan informasi parity dari ketiga harddisk
lainnya: A, B, dan C. Ketika terjadi kerusakan fisik pada salah satu harddisk utama (A, B, atau C),
maka data tetap dapat dibaca dengan memperhitungkan parity yang ada di harddisk D. Namun, jika
harddisk D yang mengalami kerusakan, maka data tetap dapat dibaca dari ketiga harddisk lainnya.
RAID 4
Sama dengan sistem RAID 3, namun menggunakan parity dari tiap block harddisk, bukan bit.
Kebutuhan harddisk minimalnya juga sama, 3 (n+1 ; n >1).
RAID 5
RAID 5 pada dasarnya sama dengan RAID 4, namun dengan pariti yang terdistribusi. Yakni, tidak
menggunakan harddisk khusus untuk menyimpan paritinya, namun paritinya tersebut disebar ke
seluruh harddisk. Kebutuhan harddisk minimalnya juga sama, 3 (n+1 ; n >1).
Hal ini dilakukan untuk mempercepat akses dan menghindaribottleneck yang terjadi karena akses
harddisk tidak terfokus kepada kumpulan harddisk yang berisi data saja.
8. RAID 6
Secara umum adalah peningkatan dari RAID 5, yakni dengan penambahan parity menjadi 2 (p+q).
Sehingga jumlah harddisk minimalnya adalah 4 (n+2 ; n > 1). Dengan adanya penambahan pariti
sekunder ini, maka kerusakan dua buah harddisk pada saat yang bersamaan masih dapat ditoleransi.
Misalnya jika sebuah harddisk mengalami kerusakan, saat proses pertukaran harddisk tersebut
terjadi kerusakan lagi di salah satu harddisk yang lain, maka hal ini masih dapat ditoleransi dan
tidak mengakibatkan kerusakan data di harddisk bersistem RAID 6.