SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA
NOMOR 20 TAHUN 2008
TENTANG
PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT BAHAN GALIAN
STRATEGIS DAN VITAL ( GOLONGAN A DAN B ) DALAM DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BOMBANA,
Menimbang : a. bahwa Pengelolaan Pertambangan Rakyat Bahan Galian Strategis dan
Vital (Golongan A dan B) merupakan salah satu potensi Sumber
Pendapatan Asli Daerah dalam rangka memantapkan penyelenggaraan
Otonomi Daerah, maka perlu pengelolaan dan pemanfaatan secara
berdaya guna dan berhasil guna;
b. bahwa Kabupaten Bombana merupakan daerah yang memiliki Deposit
Tambang Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) yang
sangat potensial untuk dikelolah dan dimanfaatkan dalam rangka
meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat, maka perlu
dilakukan pengaturan terhadap Pengelolaannya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b diatas, maka perlu dibentuk Peraturan Daerah Kabupaten
Bombana tentang Pengelolaan Pertambangan Bahan Rakyat Galian
Strategis dan Vital (Golongan A dan B) Dalam Daerah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831);
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);
6. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3168);
7. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3888);
8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
1
9. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten
Bombana, Kabupaten Wakatobi dan Kolaka Utara di Provinsi Sulawesi
Tenggara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4339);
10. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
11. Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4377);
12. Undang - Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang - Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4389);
13. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah
beberapakali diubah terakhir dengan Undang–Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor, 4844);
14. Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang penggolongan
Bahan-bahan Galian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3174);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4021);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 Tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan
Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4154);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593) ;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
23. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor :
1211.K/008MPE/1995 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Usaha
Pertambangan Umum;
2
24. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 535.K/MPE/1995
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum;
25. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor :
1453.K/29/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum;
26. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor :
1603.K/40/MEM/2003 tentang Pedoman Pencadangan Wilayah
Pertambangan;
27. Surat Edaran Dirjen Geologi dan Sumberdaya Mineral Nomor
008.E/84/DJG/2004 tentang Pemberlakuan Besarnya Tarif Iuran Tetap,
Iuran Ekssplorasi, Iuran Ekploitasi/Produksi (Royalty) sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003;
28. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2006 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.14/Menhut-II/2006
tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan;
29. Peraturan Daerah Kabupaten Bombana Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Kabupaten Bombana
(Lembaran Daerah Kabupaten Bombana Tahun 2008 Nomor 6);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOMBANA
dan
BUPATI BOMBANA
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN
PERTAMBANGAN RAKYAT BAHAN GALIAN STRATEGIS DAN
VITAL (GOLONGAN A DAN B) DALAM DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang di maksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Bombana.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggaraan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Bombana.
4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten
Bombana.
5. Dinas adalah Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bombana.
6. Instansi Terkait adalah Instansi Pemerintah Kabupaten Bombana yang berhubungan
langsung dengan Pengelolaan Pertambangan Rakyat.
7. Tim adalah Tim Pertimbangan Pemberian Pengelolaan Pertambangan yang di
tetapkan dengan Keputusan Bupati.
8. Pejabat yang ditunjuk selanjutnya disebut pejabat, adalah pegawai yang diberi tugas
tertentu dibidang Pertambangan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
9. Pertambangan Rakyat adalah Usaha Pertambangan Bahan Galian Strategis dan
Vital (golongan a dan b) yang dilakukan oleh rakyat secara kecil-kecilan atau secara
gotong – royong yang atau dengan alat-alat sederhana untuk pencarian sendiri.
3
10.Pengelolaan Pertambangan Rakyat selanjutnya disebut PPR adalah Kuasa
Pertambangan yang berisikan wewenang serta hak dan kewajiban untuk melakukan
kegiatan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan A dan B yang dilakukan
oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong-royong yang dengan
alat sederhana untuk mata pencaharian sendiri.
11.Usaha Pertambangan Rakyat selanjutnya disebut UPR adalah Usaha
Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital (golongan a dan b) yang meliputi
kegiatan penyelidikan umum/ eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan/pemurnian,
dan pengangkutan/penjualan.
12.Eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi Pertambangan untuk menetapkan
lebih teliti seksama adanya sifat letakkan Bahan Galian Strategis dan Vital
(golongan a dan b).
13.Eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan
galian dan memanfaatkannya.
14.Pengelolaan dan Pemurnian adalah pekerjaan untuk mempertinggi mutu bahan
galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat pada
bahan galian itu.
15.Pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian dari hasil
pengelolaan bahan galian dari eksploitasi atau tempat pengolahan pemurnian.
16.Penjualan adalah segala usaha penjualan bahan galian dan hasil pengolahan
pemurnian.
17.Reklamasi adalah setiap pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki
mengembalikan kemanfaatan atau meningkatkan daya guna lahan yang diakibatkan
oleh usaha Pertambangan Rakyat.
18.Wilayah Pertambangan adalah lokasi dimana ditentukan tempat untuk diusahakan
penambangannya oleh pemohon.
19.Iuran Tetap adalah Iuran yang dibayarkan kepada Daerah sebagai imbalan atas
kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi atau eksploitasi pada suatu wilayah
PPR.
20.Iuran Eksplorasi adalah Iuran produksi yang dibayarkan kepada Daerah dalam hal
Pemegang PPR Eksplorasi mendapat hasil berupa bahan galian yang tergali atas
kesempatan Eksplorasi yang diberikan kepadanya.
21.Iuran Eksploitasi adalah Iuran produksi yang dibayarkan kepada Daerah atas hasil
yang diberikan dari Usaha Pertambangan Eksploitasi suatu atau lebih bahan galian.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah sebagai dasar dalam pemberian
PPR bahan galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) agar tercipta tertib
administrasi, pengawasan dan pengendalian usaha pertambangan rakyat dalam
daerah.
Pasal 3
Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah:
1. mengatur dan membina pelaku usaha pertambangan ;
2. mengawasi dan mengendalikan pemberian PPR;
3. meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat;
4. menciptakan iklim usaha pertambangan yang kondusif.
4
BAB III
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 4
(1) Wewenang dan tanggung jawab dalam melaksanakan administrasi atas usaha
pertambangan bahan galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) dilaksanakan
oleh Bupati.
(2) Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
adalah sebagai berikut :
a. menetapkan wilayah Pertambangan Rakyat bahan galian Strategis dan Vital
(Golongan A dan B);
b. menetapkan lokasi tertutup untuk Pertambangan Rakyat Bahan Galian Strategis
dan Vital (Golongan A dan B);
c. memberikan Surat Pengelolaan Pertambangan Rakyat (SPPR) Bahan Galian
Strategis dan Vital (Golongan A dan B);
d. mengatur, mengurus, membina, mengawasi dan mengembangkan kegiatan
Usaha Pertambangan Rakyat Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A
dan B);
e. melakukan kegiatan survei, inventarisasi dan pemetaan bahan galian strategis
dan Vital (Golongan A dan B).
BAB IV
OBYEK DAN SUBYEK
Pasal 5
Obyek PPR adalah Izin Pertambangan Rakyat Bahan Galian Strategis dan Vital
(Golongan A dan B) yang diberikan.
Pasal 6
Subyek PPR Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) adalah perorangan,
kelompok orang dan koperasi yang mendapatkan usaha pertambangan bahan galian
Strategis dan vital (Golongan A dan B) atas tanah seluas wilayah Pengelolaan
Pertambangan.
BAB V
USAHA PERTAMBANGAN RAKYAT
Pasal 7
{
(1) Dengan Peraturan daerah ini diatur PPR bahan galian strategis dan vital
(Golongan A dan B) dalam daerah.
(2) PPR bahan galian Strategis dan Vital (Bahan galian Golongan A dan B)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. golongan bahan galian strategis (Golongan A) :
- minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam;
- bitumen padat, aspal;
- antrasit, batubara, batubara muda;
- uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya;
- nikel, kobalt;
- timah.
5
b. golongan bahan galian vital (Golongan B) :
- besi, mangan, mobilden, khrom, wolfram, vanadium, titan;
- bauksit, tembaga, timbale, seng;
- emas, platina, perak, air raksa, intan;
- arsin, antimon, bismut;
- yatrium,ruthenium,cerium, dan logam-logam langkah lainnya;
- berilium, korumdum, zircom, kristal kwarsa;
- kriolit, fluorspar, barit;
- yodium, brom, khlor, belerang.
(3) PPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diusahakan dan/ atau dilakukan
secara perorangan, Kelompok Orang dan Koperasi.
Pasal 8
(1) Setiap Usaha Pertambangan Rakyat Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan
A dan B) hanya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memperoleh Izin
Pertambangan Rakyat (PPR) dari Bupati melalui Kepala Dinas.
(2) PPR yang dimaksud pasal ini ayat (1) terdiri dari :
a. penyelidikan Umum/ Eksplorasi;
b. eksplotasi;
c. pengolahan dan Pemurnian;
d. pengangkutan/ Penjualan.
(3) Setiap Pengelolaan Pertambangan Rakyat Penyelidikan Umum/ Eksplorasi dan
Eksploitasi sekurang-kurangnya harus dilampiri :
a. permohonan dari calon penambang dengan mencantumkan :
a. batas-batas area secara jelas;
b. peta situasi wilayah dengan skala 1 : 10.000 (satu berbanding sepuluh ribu)
dengan titik koordinat yang jelas;
c. peralatan yang digunakan;
d. jumlah anggota kelompok;
e. jenis bahan galian yang akan ditambang;
f. dokumen UKL-UPL untuk permohonan PPR Ekploitasi.
b. berita acara peninjauan lapangan dari Tim Pertimbangan Pemberian
Pengelolaan Pertambangan Rakyat;
c. rekemondasi Instansi terkait yang berhubungan terhadap wilayah yang dimohon.
(4) PPR Penyelidikan Umum/ Eksplorasi dan Eksploitasi diterbitkan dan ditandatangani
oleh Bupati.
Pasal 9
(1) Setiap PPR Penyelidikan Umum/ Eksplorasi hanya diberikan untuk 1 (satu) jenis
bahan galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B).
(2) PPR Penyelidikan Umum/ Eksplorasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
dapat diberikan kepada perorangan, kelompok orang dan wadah koperasi.
(3) PPR Penyelidikan Umum/ Eksplorasi diberikan untuk jangka waktu selama -
lamanya 1 (satu) tahun dapat diperpanjang.
(4) Pemohon perpanjangan dan PPR Penyelidikan Umum/ Eksplorasi sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (3) pasal ini diajukan kepada Bupati selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya Pengelolaan tersebut.
(5) Pemegang PPR Penyelidikan Umum/ Eksplorasi dapat mengurangi wilayah
kerjanya dengan mengembalikan sebagian atau bagian-bagian tersebut dari
wilayah dimaksud dengan persetujuan Bupati.
6
Pasal 10
(1) Setiap PPR Eksploitasi hanya dapat diberikan untuk 1 (satu) jenis bahan galian
Strategis dan Vital (Golongan A dan B).
(2) Untuk pemerataan pengelolaan pertambangan rakyat, sesuai dengan keadaan
nyata rakyat setempat, kepada perseorangan hanya dapat diberikan 1 (satu)
Pengelolaan pertambangan rakyat dengan luas maksimal 1 (satu) hektar.
(3) Kepada kelompok rakyat setempat hanya dapat diberikan 1 (satu) Pengelolaan
pertambangan rakyat dengan luas maksimal 5 (lima) hektar, sedangkan kepada
koperasi dapat diberikan 5 (lima) Pengelolaan pertambangan rakyat dengan luas
maksimal 25 (dua puluh lima) hektar.
(4) PPR Eksploitasi diberikan untuk jangka waktu maksimal 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang maksimal 2 (dua) kali setiap kali perpanjangan paling lama 2 (dua)
tahun.
Pasal 11
(1) Permohonan Perpanjangan PPR diajukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan
sebelum berakhirnya PPR.
(2) Apabila perpanjangan PPR sesuai dengan ayat (1), tidak dilaksanakan maka PPR
dinyatakan batal demi hukum.
Pasal 12
Mekanisme atau tata cara untuk memperoleh PPR pengolahan/ pemurnian dan PPR
pengangkutan/ penjualan akan ditetapkan berdasarkan Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku.
[[
Pasal 13
(1) Sebelum PPR diterbitkan, terlebih dahulu diadakan peninjauan oleh Tim
Pertimbangan Pemberian Pengelolaan Pertambangan Rakyat pada lokasi yang
dimohon.
(2) Keanggotaan Tim Pertimbangan Pemberian PPR ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
(3) Pemberian Pengelolaan Pertambangan harus benar-benar mempertimbangkan
dan memperhatikan :
a. hak-hak atas tanah;
b. gangguan dan pencemaran lingkungan hidup;
c. sifat dan besarnya endapan;
d. sifat usaha dan kapasitas;
e. kemampuan pemohon baik teknis maupun keuangan;
f. peralatan yang digunakan.
Pasal 14
(1) Dalam kegiatan usaha pertambangan berdasarkan PPR maka Pengelolaan
Pertambangan Rakyat yang telah ada tidak boleh diganggu gugat kecuali demi
kepentingan Daerah dan Negara dan/atau Pemerintah Daerah menetapkan lain.
(2) Terhadap wilayah kerja Pertambangan Rakyat dapat diberikan kartu
Pengelolaan maksuk pertambangan rakyat kepada setiap penambang.
7
Pasal 15
Pengelolaan Pertambangan dinyatakan tidak berlaku karena :
a. masa berlakunya telah berakhir dan tidak diperpanjang lagi;
b. pemegang Pengelolaan Pertambangan Rakyat mengembalikan kepada Bupati
sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Pengelolaan
Pertambangan Rakyat yang bersangkutan;
c. melanggar ketentuan yang berlaku sebagiamana dimuat dalam Peraturan Daerah ini
dan tidak memenuhi kewajiban yang tercantum dalam Pengelolaan Pertambangan
Rakyat;
d. pemegang PPR Ekploitasi tidak melaksanakan usaha pertambangan Rakyat bahan
galiannya Strategis dan Vital (Golongan A dan B) dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
setelah diterbitkannya atau selama 6 (enam) bulan menghentikan usaha
penambangan bahan galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) tanpa
memberikan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan;
e. pemegang Pengelolaan Pertambangan Rakyat Perorangan meninggal dunia;
f. ditetapkan oleh Bupati dengan Surat Keputusan Bupati untuk kepentingan
Negara/Daerah.
Pasal 16
(1) Pemegang PPR mengganti kerugian akibat dari usahanya atas segala
yang berada di atas tanah kepada yang berhak di dalam lingkungan atau wilayah
pertambangan maupun di luarnya dengan tidak memandang apakah perbuatan itu
dilakukan dengan sengaja atau tidak disengaja maupun yang dapat atau tidak
diketahui lebih dahulu.
(2) Apabila kerugian disebabkan oleh usaha pemegang PPR dalam
lingkungan wilayah Pengelolaan yang melebihi dari 1 (satu) PPR maka
kerugiannya ditanggung bersama.
(3) Besarnya ganti rugi ditentukan dengan besar kecilnya kerusakan yang
diakibatkan oleh masing-masing pemegang Pengelolaan.
Pasal 17
(1) Pemegang PPR Penyelidikan/ Ekplorasi dan Ekploitasi wajib membayar iuran
tetap dan iuran produksi.
(2) Pemegang PPR wajib melaksanakan pemeliharaan dibidang Pengusahaan,
keselamatan kerja, teknik penambangan yang baik dan benar serta pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan petunjuk-petunjuk
Pejabat Pelaksana Inspeksi Tambang.
(3) Pemegang PPR wajib memberikan laporan secara tertulis atas pelaksanaan
kegiatan setiap 3 (tiga) bulan kepada Bupati melalui Kepala Dinas dan tembusan
kepada DPRD.
(4) Pemegang PPR wajib menyampaikan laporan hasil pelaksanaan dan
pemantauan lingkungan secara berkala kepada Kepala Dinas serta instansi terkait
yang bertanggung jawab atas pengendalian dampak lingkungan hidup.
(5) Apabila selesai melakukan penambangan disuatu tempat atau wilayah
penambangan maka pemegang Pengelolaan Pertambangan diwajibkan untuk
mengembalikan tanah tersebut sedemikian rupa atau reklamasi sehingga tidak
menimbulkan bahaya lainnya.
8
BAB VI
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNA JASA
Pasal 18
Tingkat penggunaan Usaha Pertambangan Rakyat diukur berdasarkan jenis dan tahap
usaha pertambangan bahan galian Strategis dan Vital (golongan A dan B).
BAB VII
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA IURAN
Pasal 19
(1) Prinsip penetapan Iuran Pengelolaan Usaha usaha pertambangan Rakyat Bahan
Galian Strategis dan Vital (golongan A dan B) adalah untuk mengganti biaya
administrasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta Monitoring dan
Evaluasi.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi komponen biaya pelayanan
administrasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta Monitoring dan
Evaluasi.
Pasal 20
(1) Setiap pemilik Pengelolaan Pertambangan Rakyat dikenakan Iuran Tetap,
Iuran Eksplorasi, Eksploitasi dan atau pembayaran-pembayaran lain yang
berhubungan dengan PPR yang bersangkutan.
(2) Struktur dan penetapan besarnya Iuran dan atau pembayaran-pembayaran
lain yang berhubungan dengan PPR sesuai maksud ayat (1), pasal ini ditetapkan
sebagai berikut :
a) iuran Tetap Penyelidikan Umum/ Eksplorasi yang dilakukan oleh perorangan,
kelompok orang dan koperasi sebesar Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) /ha/
tahun;
b) iuran Tetap Eksploitasi yang dilakukan oleh perorangan, kelompok orang dan
koperasi sebesar Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) /ha/ tahun;
c) iuran Produksi yang dilakukan oleh perorangan, kelompok orang dan koperasi
sebesar 10 % (sepuluh perseratus) dari harga penjualan;
d) pembayaran-pembayaran lain yang berhubungan dengan PPR ditetapkan dan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
(3) Pembayaran Iuran dilakukan ke Kas Daerah yang telah ditetapkan oleh
Bupati.
(4) Penetapan besarnya Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
pasal ini dapat ditinjau kembali dan diadakan perubahan oleh Bupati sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun sekali setelah mendapat persetujuan DPRD.
BAB VIII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 21
Dalam hal pemilik PPR tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang bayar
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan
dari besarnya Iuran yang terutang atau kurang dibayar.
9
BAB IX
PEMBINAAN
Pasal 22
(1) Dinas dan Instansi terkait melaksanakan pembinaan dibidang pengusahaan
permodalan dan pemasaran serta mengarahkan usaha pertambangan rakyat untuk
menuju kepada usaha dalam bentuk koperasi pertambangan rakyat atau koperasi
unit desa.
(2) Dinas wajib mencatat hasil produksi dari seluruh kegiatan usaha pertambangan
yang terdapat yang terdaftar dalam lingkungan wilayah dan melaporkan setiap 3
(tiga) bulan kepada Bupati.
Pasal 23
(1) Dinas dan Instansi terkait turut membina usaha pertambangan rakyat dengan
membuatkan pedoman dan tata cara pelaporan yang dapat dilaksanakan oleh
pemilik Pengelolaan.
(2) Dinas dan Instansi terkait bertugas membimbing usaha pertambangan rakyat dalam
bidang pemetaan eksploitasi, penambangan, pengolahan/pemurnian, pemasaran,
keselamatan kerja dan pengelolaan lingkungan Hidup.
BAB X
PENGAWASAN TEKNIS
Pasal 24
Semua ketentuan yang berlaku menyangkut peraturan Pengawasan Pertambangan
meliputi teknik penambangan, pengolahan/permurnian, keselamatan kerja, pengelolaan
lingkungan berlaku untuk usaha pertambangan rakyat.
Pasal 25
Dinas turut bertanggung jawab atas pelaksanaan pengamanan teknis, keselamatan
kerja dan pengelolaan lingkungan hidup pada usaha pertambangan rakyat yang ada
dalam lingkungan wilayahnya, dengan menunjuk seorang petugas sebagai pembantu
teknis dari pelaksana, Inspeksi tambang disetiap diwilayah Kecamatan tempat
terdapatnya kegiatan pertambangan rakyat.
Pasal 26
(1) Pelaksanaan Inspeksi Tambang berkewajiban melaksanakan pengamatan dan
pengawasan dalam bidang pengamatan teknis, keselamatan kerja dan lingkungan
hidup.
(2) Pelaksanaan inspeksi tambang wajib membina dan membimbing petugas pembantu
teknis serta wajib memberikan pedoman tata cara pengawasan dan pelaporan yang
harus dilaksanakan.
(3) Petugas pembantu teknis wajib melaporkan hasil pengamatan dan peristiwa-
peristiwa yang berhubungan dengan pengamatan teknis, keselamatan kerja dan
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan pedoman dan peraturan yang berlaku
dan melaporkannya kepada Bupati dan Dinas cq. Kepala Pelaksanaan Inspeksi
Tambang.
10
Pasal 27
Pelaksana Inspeksi Tambang berhak melakukan penutupan sementara Usaha
Pertambangan Rakyat dan mengusulkan penghentian seterusnya kepada Bupati,
bilamana dianggap mengancam keselamatan kerja dan nyata-nyata mengakibatkan
kerusakan dan pencemaran Lingkungan Hidup.
Pasal 28
Pada setiap Usaha Pertambangan Rakyat yang sudah dilaksanakan wajib melakukan
usaha reklamasi atau pemanfaatan lahan bekas penambangan yang dilaksanakan oleh
Pemilik Pengelolaan/ Kelompok pertambangan rakyat yang besangkutan dengan
koordinasi Dinas dan Instansi terkait.
Pasal 29
Bupati dapat menunjuk pejabat tertentu untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian pertambangan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini.
BAB XI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 30
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan
B).
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan memiliki keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian
Strategis dan Vital (Golongan A dan B);
b. meneliti, mencari, dan menggumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan
tindak pidana dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital
(Golongan A dan B);
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan pidana dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian
Strategis dan Vital (Golongan A dan B);
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain yang
berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
e. melakukan pengeledahan untuk mendapatkan bahan bukti serta pembukuan,
pencatatan dan dokumen-dokumen serta melakukan penyitaan terhadap bukti-
bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka penyidikan tindak pidana dibidang
Usaha Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B);
g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung atau memeriksa identitas orang
dan / atau dokumen yang dibawah sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana ini;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
11
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A
dan B) menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 31
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini diancam
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 50.000.000.,
(lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Keputusan Bupati.
Pasal 33
Peraturan ini ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran daerah kabupaten Bombana;
Ditetapkan di R u m b i a
pada tanggal, 16- 12 - 2008
BUPATI BOMBANA,
T.T.D
DR. H. ATIKURAHMAN, MS
Diundangkan di R u m b i a
pada tanggal, 22 – 12- 2008
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOMBANA,
Drs. H. IDRUS EFFENDY KUBE, M.Si
Pembina Utama Muda, Gol. IV/c
Nip. 010 072 339
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2008
12
NOMOR 20 SERI : C NOMOR 20.
13

More Related Content

What's hot

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ProbolinggoRencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ProbolinggoProbolinggo Property
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten WonogiriRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten WonogiriPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PekalonganRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PekalonganPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten JeparaRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten JeparaPenataan Ruang
 
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028 Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028 Adi T Wibowo
 
RPJPD KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005-2025
RPJPD  KOTA PROBOLINGGO  TAHUN 2005-2025 RPJPD  KOTA PROBOLINGGO  TAHUN 2005-2025
RPJPD KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005-2025 Probolinggo Property
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PemalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PemalangPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MagelangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MagelangPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PatiRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PatiPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BloraRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BloraPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten TemanggungRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten TemanggungPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SalatigaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SalatigaPenataan Ruang
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...iniPurwokerto
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BoyolaliRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BoyolaliPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SukoharjoRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SukoharjoPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MagelangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MagelangPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SemarangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SemarangPenataan Ruang
 
P jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jateng
P jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jatengP jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jateng
P jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jatengAchmad Wahid
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BatangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BatangPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SidoarjoRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SidoarjoPenataan Ruang
 

What's hot (20)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ProbolinggoRencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten WonogiriRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PekalonganRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten JeparaRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara
 
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028 Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028
 
RPJPD KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005-2025
RPJPD  KOTA PROBOLINGGO  TAHUN 2005-2025 RPJPD  KOTA PROBOLINGGO  TAHUN 2005-2025
RPJPD KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005-2025
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PemalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MagelangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Magelang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PatiRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BloraRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten TemanggungRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SalatigaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BoyolaliRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SukoharjoRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MagelangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SemarangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang
 
P jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jateng
P jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jatengP jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jateng
P jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jateng
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BatangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SidoarjoRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo
 

Similar to Kab bombana 20_2008

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jombang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten JombangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jombang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten JombangPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah UtaraRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah UtaraPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok UtaraRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok UtaraPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulPenataan Ruang
 
PERDA RTRW Kab Pasuruan Periode 2009-2029 12 Juli 2010
PERDA RTRW Kab Pasuruan Periode 2009-2029 12 Juli 2010PERDA RTRW Kab Pasuruan Periode 2009-2029 12 Juli 2010
PERDA RTRW Kab Pasuruan Periode 2009-2029 12 Juli 2010Probolinggo Property
 
Perda kab kendal 20_2011_Pola ruang
Perda kab kendal 20_2011_Pola ruangPerda kab kendal 20_2011_Pola ruang
Perda kab kendal 20_2011_Pola ruangBobby D'Arch
 
Perda usaha pertambangan umum derah
Perda usaha pertambangan umum derahPerda usaha pertambangan umum derah
Perda usaha pertambangan umum derahArifuddin Ali.
 
Rtrw kota semarang 2011 2031
Rtrw kota semarang 2011 2031Rtrw kota semarang 2011 2031
Rtrw kota semarang 2011 2031pamboedi
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BimaRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BimaPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota BatuRencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota BatuPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)Penataan Ruang
 
Perda3 2010 prov-ntb
Perda3 2010 prov-ntbPerda3 2010 prov-ntb
Perda3 2010 prov-ntbDadangsaputra
 
Perda No.9 Tahun 2011 tentang RTRW Kab.Bima tahun 2011 2031
Perda No.9 Tahun 2011 tentang RTRW Kab.Bima tahun 2011 2031Perda No.9 Tahun 2011 tentang RTRW Kab.Bima tahun 2011 2031
Perda No.9 Tahun 2011 tentang RTRW Kab.Bima tahun 2011 2031FannyaAyuniar
 
perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029
perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029
perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029Probolinggo Property
 
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031Jhon Blora
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Tengah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung TengahRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Tengah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung TengahPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PasuruanRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PasuruanPenataan Ruang
 
Kab pamekasan 16_2012
Kab pamekasan 16_2012Kab pamekasan 16_2012
Kab pamekasan 16_2012Gathot Msp
 

Similar to Kab bombana 20_2008 (20)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jombang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten JombangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jombang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jombang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah UtaraRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok UtaraRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
 
PERDA RTRW Kab Pasuruan Periode 2009-2029 12 Juli 2010
PERDA RTRW Kab Pasuruan Periode 2009-2029 12 Juli 2010PERDA RTRW Kab Pasuruan Periode 2009-2029 12 Juli 2010
PERDA RTRW Kab Pasuruan Periode 2009-2029 12 Juli 2010
 
Perda kab kendal 20_2011_Pola ruang
Perda kab kendal 20_2011_Pola ruangPerda kab kendal 20_2011_Pola ruang
Perda kab kendal 20_2011_Pola ruang
 
Perda usaha pertambangan umum derah
Perda usaha pertambangan umum derahPerda usaha pertambangan umum derah
Perda usaha pertambangan umum derah
 
Rtrw kota semarang 2011 2031
Rtrw kota semarang 2011 2031Rtrw kota semarang 2011 2031
Rtrw kota semarang 2011 2031
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BimaRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota BatuRencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
 
Perda3 2010 prov-ntb
Perda3 2010 prov-ntbPerda3 2010 prov-ntb
Perda3 2010 prov-ntb
 
Perda No.9 Tahun 2011 tentang RTRW Kab.Bima tahun 2011 2031
Perda No.9 Tahun 2011 tentang RTRW Kab.Bima tahun 2011 2031Perda No.9 Tahun 2011 tentang RTRW Kab.Bima tahun 2011 2031
Perda No.9 Tahun 2011 tentang RTRW Kab.Bima tahun 2011 2031
 
perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029
perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029
perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029
 
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Tengah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung TengahRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Tengah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Tengah
 
Bab 1 rev 02
Bab 1 rev 02Bab 1 rev 02
Bab 1 rev 02
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PasuruanRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
 
Kab pamekasan 16_2012
Kab pamekasan 16_2012Kab pamekasan 16_2012
Kab pamekasan 16_2012
 

More from Achmad Wahid

Surat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerah
Surat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerahSurat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerah
Surat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerahAchmad Wahid
 
SE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan InvestasiSE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan InvestasiAchmad Wahid
 
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawahSk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawahAchmad Wahid
 
Peta karakteristik
Peta karakteristikPeta karakteristik
Peta karakteristikAchmad Wahid
 
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangPermen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangAchmad Wahid
 
SE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan InvestasiSE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan InvestasiAchmad Wahid
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017 Achmad Wahid
 
KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018
KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018
KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018Achmad Wahid
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018Achmad Wahid
 
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGISPP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGISAchmad Wahid
 
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desa
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desaPermendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desa
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desaAchmad Wahid
 
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinanPermen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinanAchmad Wahid
 
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR :  620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR :  620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...Achmad Wahid
 
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahimpermenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahimAchmad Wahid
 

More from Achmad Wahid (20)

Surat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerah
Surat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerahSurat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerah
Surat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerah
 
SE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan InvestasiSE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan Investasi
 
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawahSk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
 
Lampiran1
Lampiran1Lampiran1
Lampiran1
 
Sk.8.menlhk2018
Sk.8.menlhk2018Sk.8.menlhk2018
Sk.8.menlhk2018
 
Peta penetapan
Peta penetapanPeta penetapan
Peta penetapan
 
Peta karakteristik
Peta karakteristikPeta karakteristik
Peta karakteristik
 
Lampiran2
Lampiran2Lampiran2
Lampiran2
 
Jawa
JawaJawa
Jawa
 
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangPermen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
 
SE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan InvestasiSE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan Investasi
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017
 
KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018
KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018
KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
 
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGISPP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
 
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desa
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desaPermendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desa
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desa
 
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinanPermen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
 
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR :  620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR :  620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...
 
UU 4 2016 TAPERA
UU 4 2016 TAPERAUU 4 2016 TAPERA
UU 4 2016 TAPERA
 
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahimpermenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
 

Kab bombana 20_2008

  • 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT BAHAN GALIAN STRATEGIS DAN VITAL ( GOLONGAN A DAN B ) DALAM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : a. bahwa Pengelolaan Pertambangan Rakyat Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) merupakan salah satu potensi Sumber Pendapatan Asli Daerah dalam rangka memantapkan penyelenggaraan Otonomi Daerah, maka perlu pengelolaan dan pemanfaatan secara berdaya guna dan berhasil guna; b. bahwa Kabupaten Bombana merupakan daerah yang memiliki Deposit Tambang Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) yang sangat potensial untuk dikelolah dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat, maka perlu dilakukan pengaturan terhadap Pengelolaannya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b diatas, maka perlu dibentuk Peraturan Daerah Kabupaten Bombana tentang Pengelolaan Pertambangan Bahan Rakyat Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) Dalam Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831); 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 6. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3168); 7. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 1
  • 2. 9. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi dan Kolaka Utara di Provinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4339); 10. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 11. Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4377); 12. Undang - Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4389); 13. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor, 4844); 14. Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang penggolongan Bahan-bahan Galian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3174); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4021); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4154); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593) ; 22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 23. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 1211.K/008MPE/1995 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum; 2
  • 3. 24. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 535.K/MPE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum; 25. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 1453.K/29/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum; 26. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 1603.K/40/MEM/2003 tentang Pedoman Pencadangan Wilayah Pertambangan; 27. Surat Edaran Dirjen Geologi dan Sumberdaya Mineral Nomor 008.E/84/DJG/2004 tentang Pemberlakuan Besarnya Tarif Iuran Tetap, Iuran Ekssplorasi, Iuran Ekploitasi/Produksi (Royalty) sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003; 28. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2006 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.14/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan; 29. Peraturan Daerah Kabupaten Bombana Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Kabupaten Bombana (Lembaran Daerah Kabupaten Bombana Tahun 2008 Nomor 6); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOMBANA dan BUPATI BOMBANA M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT BAHAN GALIAN STRATEGIS DAN VITAL (GOLONGAN A DAN B) DALAM DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang di maksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bombana. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Bombana. 4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bombana. 5. Dinas adalah Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bombana. 6. Instansi Terkait adalah Instansi Pemerintah Kabupaten Bombana yang berhubungan langsung dengan Pengelolaan Pertambangan Rakyat. 7. Tim adalah Tim Pertimbangan Pemberian Pengelolaan Pertambangan yang di tetapkan dengan Keputusan Bupati. 8. Pejabat yang ditunjuk selanjutnya disebut pejabat, adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Pertambangan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 9. Pertambangan Rakyat adalah Usaha Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital (golongan a dan b) yang dilakukan oleh rakyat secara kecil-kecilan atau secara gotong – royong yang atau dengan alat-alat sederhana untuk pencarian sendiri. 3
  • 4. 10.Pengelolaan Pertambangan Rakyat selanjutnya disebut PPR adalah Kuasa Pertambangan yang berisikan wewenang serta hak dan kewajiban untuk melakukan kegiatan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan A dan B yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong-royong yang dengan alat sederhana untuk mata pencaharian sendiri. 11.Usaha Pertambangan Rakyat selanjutnya disebut UPR adalah Usaha Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital (golongan a dan b) yang meliputi kegiatan penyelidikan umum/ eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan/pemurnian, dan pengangkutan/penjualan. 12.Eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi Pertambangan untuk menetapkan lebih teliti seksama adanya sifat letakkan Bahan Galian Strategis dan Vital (golongan a dan b). 13.Eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya. 14.Pengelolaan dan Pemurnian adalah pekerjaan untuk mempertinggi mutu bahan galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat pada bahan galian itu. 15.Pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian dari hasil pengelolaan bahan galian dari eksploitasi atau tempat pengolahan pemurnian. 16.Penjualan adalah segala usaha penjualan bahan galian dan hasil pengolahan pemurnian. 17.Reklamasi adalah setiap pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki mengembalikan kemanfaatan atau meningkatkan daya guna lahan yang diakibatkan oleh usaha Pertambangan Rakyat. 18.Wilayah Pertambangan adalah lokasi dimana ditentukan tempat untuk diusahakan penambangannya oleh pemohon. 19.Iuran Tetap adalah Iuran yang dibayarkan kepada Daerah sebagai imbalan atas kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi atau eksploitasi pada suatu wilayah PPR. 20.Iuran Eksplorasi adalah Iuran produksi yang dibayarkan kepada Daerah dalam hal Pemegang PPR Eksplorasi mendapat hasil berupa bahan galian yang tergali atas kesempatan Eksplorasi yang diberikan kepadanya. 21.Iuran Eksploitasi adalah Iuran produksi yang dibayarkan kepada Daerah atas hasil yang diberikan dari Usaha Pertambangan Eksploitasi suatu atau lebih bahan galian. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah sebagai dasar dalam pemberian PPR bahan galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) agar tercipta tertib administrasi, pengawasan dan pengendalian usaha pertambangan rakyat dalam daerah. Pasal 3 Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah: 1. mengatur dan membina pelaku usaha pertambangan ; 2. mengawasi dan mengendalikan pemberian PPR; 3. meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat; 4. menciptakan iklim usaha pertambangan yang kondusif. 4
  • 5. BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 4 (1) Wewenang dan tanggung jawab dalam melaksanakan administrasi atas usaha pertambangan bahan galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) dilaksanakan oleh Bupati. (2) Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : a. menetapkan wilayah Pertambangan Rakyat bahan galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B); b. menetapkan lokasi tertutup untuk Pertambangan Rakyat Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B); c. memberikan Surat Pengelolaan Pertambangan Rakyat (SPPR) Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B); d. mengatur, mengurus, membina, mengawasi dan mengembangkan kegiatan Usaha Pertambangan Rakyat Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B); e. melakukan kegiatan survei, inventarisasi dan pemetaan bahan galian strategis dan Vital (Golongan A dan B). BAB IV OBYEK DAN SUBYEK Pasal 5 Obyek PPR adalah Izin Pertambangan Rakyat Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) yang diberikan. Pasal 6 Subyek PPR Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) adalah perorangan, kelompok orang dan koperasi yang mendapatkan usaha pertambangan bahan galian Strategis dan vital (Golongan A dan B) atas tanah seluas wilayah Pengelolaan Pertambangan. BAB V USAHA PERTAMBANGAN RAKYAT Pasal 7 { (1) Dengan Peraturan daerah ini diatur PPR bahan galian strategis dan vital (Golongan A dan B) dalam daerah. (2) PPR bahan galian Strategis dan Vital (Bahan galian Golongan A dan B) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. golongan bahan galian strategis (Golongan A) : - minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam; - bitumen padat, aspal; - antrasit, batubara, batubara muda; - uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya; - nikel, kobalt; - timah. 5
  • 6. b. golongan bahan galian vital (Golongan B) : - besi, mangan, mobilden, khrom, wolfram, vanadium, titan; - bauksit, tembaga, timbale, seng; - emas, platina, perak, air raksa, intan; - arsin, antimon, bismut; - yatrium,ruthenium,cerium, dan logam-logam langkah lainnya; - berilium, korumdum, zircom, kristal kwarsa; - kriolit, fluorspar, barit; - yodium, brom, khlor, belerang. (3) PPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diusahakan dan/ atau dilakukan secara perorangan, Kelompok Orang dan Koperasi. Pasal 8 (1) Setiap Usaha Pertambangan Rakyat Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) hanya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memperoleh Izin Pertambangan Rakyat (PPR) dari Bupati melalui Kepala Dinas. (2) PPR yang dimaksud pasal ini ayat (1) terdiri dari : a. penyelidikan Umum/ Eksplorasi; b. eksplotasi; c. pengolahan dan Pemurnian; d. pengangkutan/ Penjualan. (3) Setiap Pengelolaan Pertambangan Rakyat Penyelidikan Umum/ Eksplorasi dan Eksploitasi sekurang-kurangnya harus dilampiri : a. permohonan dari calon penambang dengan mencantumkan : a. batas-batas area secara jelas; b. peta situasi wilayah dengan skala 1 : 10.000 (satu berbanding sepuluh ribu) dengan titik koordinat yang jelas; c. peralatan yang digunakan; d. jumlah anggota kelompok; e. jenis bahan galian yang akan ditambang; f. dokumen UKL-UPL untuk permohonan PPR Ekploitasi. b. berita acara peninjauan lapangan dari Tim Pertimbangan Pemberian Pengelolaan Pertambangan Rakyat; c. rekemondasi Instansi terkait yang berhubungan terhadap wilayah yang dimohon. (4) PPR Penyelidikan Umum/ Eksplorasi dan Eksploitasi diterbitkan dan ditandatangani oleh Bupati. Pasal 9 (1) Setiap PPR Penyelidikan Umum/ Eksplorasi hanya diberikan untuk 1 (satu) jenis bahan galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B). (2) PPR Penyelidikan Umum/ Eksplorasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada perorangan, kelompok orang dan wadah koperasi. (3) PPR Penyelidikan Umum/ Eksplorasi diberikan untuk jangka waktu selama - lamanya 1 (satu) tahun dapat diperpanjang. (4) Pemohon perpanjangan dan PPR Penyelidikan Umum/ Eksplorasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) pasal ini diajukan kepada Bupati selambat- lambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya Pengelolaan tersebut. (5) Pemegang PPR Penyelidikan Umum/ Eksplorasi dapat mengurangi wilayah kerjanya dengan mengembalikan sebagian atau bagian-bagian tersebut dari wilayah dimaksud dengan persetujuan Bupati. 6
  • 7. Pasal 10 (1) Setiap PPR Eksploitasi hanya dapat diberikan untuk 1 (satu) jenis bahan galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B). (2) Untuk pemerataan pengelolaan pertambangan rakyat, sesuai dengan keadaan nyata rakyat setempat, kepada perseorangan hanya dapat diberikan 1 (satu) Pengelolaan pertambangan rakyat dengan luas maksimal 1 (satu) hektar. (3) Kepada kelompok rakyat setempat hanya dapat diberikan 1 (satu) Pengelolaan pertambangan rakyat dengan luas maksimal 5 (lima) hektar, sedangkan kepada koperasi dapat diberikan 5 (lima) Pengelolaan pertambangan rakyat dengan luas maksimal 25 (dua puluh lima) hektar. (4) PPR Eksploitasi diberikan untuk jangka waktu maksimal 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang maksimal 2 (dua) kali setiap kali perpanjangan paling lama 2 (dua) tahun. Pasal 11 (1) Permohonan Perpanjangan PPR diajukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya PPR. (2) Apabila perpanjangan PPR sesuai dengan ayat (1), tidak dilaksanakan maka PPR dinyatakan batal demi hukum. Pasal 12 Mekanisme atau tata cara untuk memperoleh PPR pengolahan/ pemurnian dan PPR pengangkutan/ penjualan akan ditetapkan berdasarkan Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku. [[ Pasal 13 (1) Sebelum PPR diterbitkan, terlebih dahulu diadakan peninjauan oleh Tim Pertimbangan Pemberian Pengelolaan Pertambangan Rakyat pada lokasi yang dimohon. (2) Keanggotaan Tim Pertimbangan Pemberian PPR ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (3) Pemberian Pengelolaan Pertambangan harus benar-benar mempertimbangkan dan memperhatikan : a. hak-hak atas tanah; b. gangguan dan pencemaran lingkungan hidup; c. sifat dan besarnya endapan; d. sifat usaha dan kapasitas; e. kemampuan pemohon baik teknis maupun keuangan; f. peralatan yang digunakan. Pasal 14 (1) Dalam kegiatan usaha pertambangan berdasarkan PPR maka Pengelolaan Pertambangan Rakyat yang telah ada tidak boleh diganggu gugat kecuali demi kepentingan Daerah dan Negara dan/atau Pemerintah Daerah menetapkan lain. (2) Terhadap wilayah kerja Pertambangan Rakyat dapat diberikan kartu Pengelolaan maksuk pertambangan rakyat kepada setiap penambang. 7
  • 8. Pasal 15 Pengelolaan Pertambangan dinyatakan tidak berlaku karena : a. masa berlakunya telah berakhir dan tidak diperpanjang lagi; b. pemegang Pengelolaan Pertambangan Rakyat mengembalikan kepada Bupati sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Pengelolaan Pertambangan Rakyat yang bersangkutan; c. melanggar ketentuan yang berlaku sebagiamana dimuat dalam Peraturan Daerah ini dan tidak memenuhi kewajiban yang tercantum dalam Pengelolaan Pertambangan Rakyat; d. pemegang PPR Ekploitasi tidak melaksanakan usaha pertambangan Rakyat bahan galiannya Strategis dan Vital (Golongan A dan B) dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterbitkannya atau selama 6 (enam) bulan menghentikan usaha penambangan bahan galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) tanpa memberikan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan; e. pemegang Pengelolaan Pertambangan Rakyat Perorangan meninggal dunia; f. ditetapkan oleh Bupati dengan Surat Keputusan Bupati untuk kepentingan Negara/Daerah. Pasal 16 (1) Pemegang PPR mengganti kerugian akibat dari usahanya atas segala yang berada di atas tanah kepada yang berhak di dalam lingkungan atau wilayah pertambangan maupun di luarnya dengan tidak memandang apakah perbuatan itu dilakukan dengan sengaja atau tidak disengaja maupun yang dapat atau tidak diketahui lebih dahulu. (2) Apabila kerugian disebabkan oleh usaha pemegang PPR dalam lingkungan wilayah Pengelolaan yang melebihi dari 1 (satu) PPR maka kerugiannya ditanggung bersama. (3) Besarnya ganti rugi ditentukan dengan besar kecilnya kerusakan yang diakibatkan oleh masing-masing pemegang Pengelolaan. Pasal 17 (1) Pemegang PPR Penyelidikan/ Ekplorasi dan Ekploitasi wajib membayar iuran tetap dan iuran produksi. (2) Pemegang PPR wajib melaksanakan pemeliharaan dibidang Pengusahaan, keselamatan kerja, teknik penambangan yang baik dan benar serta pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan petunjuk-petunjuk Pejabat Pelaksana Inspeksi Tambang. (3) Pemegang PPR wajib memberikan laporan secara tertulis atas pelaksanaan kegiatan setiap 3 (tiga) bulan kepada Bupati melalui Kepala Dinas dan tembusan kepada DPRD. (4) Pemegang PPR wajib menyampaikan laporan hasil pelaksanaan dan pemantauan lingkungan secara berkala kepada Kepala Dinas serta instansi terkait yang bertanggung jawab atas pengendalian dampak lingkungan hidup. (5) Apabila selesai melakukan penambangan disuatu tempat atau wilayah penambangan maka pemegang Pengelolaan Pertambangan diwajibkan untuk mengembalikan tanah tersebut sedemikian rupa atau reklamasi sehingga tidak menimbulkan bahaya lainnya. 8
  • 9. BAB VI CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNA JASA Pasal 18 Tingkat penggunaan Usaha Pertambangan Rakyat diukur berdasarkan jenis dan tahap usaha pertambangan bahan galian Strategis dan Vital (golongan A dan B). BAB VII PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA IURAN Pasal 19 (1) Prinsip penetapan Iuran Pengelolaan Usaha usaha pertambangan Rakyat Bahan Galian Strategis dan Vital (golongan A dan B) adalah untuk mengganti biaya administrasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta Monitoring dan Evaluasi. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi komponen biaya pelayanan administrasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta Monitoring dan Evaluasi. Pasal 20 (1) Setiap pemilik Pengelolaan Pertambangan Rakyat dikenakan Iuran Tetap, Iuran Eksplorasi, Eksploitasi dan atau pembayaran-pembayaran lain yang berhubungan dengan PPR yang bersangkutan. (2) Struktur dan penetapan besarnya Iuran dan atau pembayaran-pembayaran lain yang berhubungan dengan PPR sesuai maksud ayat (1), pasal ini ditetapkan sebagai berikut : a) iuran Tetap Penyelidikan Umum/ Eksplorasi yang dilakukan oleh perorangan, kelompok orang dan koperasi sebesar Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) /ha/ tahun; b) iuran Tetap Eksploitasi yang dilakukan oleh perorangan, kelompok orang dan koperasi sebesar Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) /ha/ tahun; c) iuran Produksi yang dilakukan oleh perorangan, kelompok orang dan koperasi sebesar 10 % (sepuluh perseratus) dari harga penjualan; d) pembayaran-pembayaran lain yang berhubungan dengan PPR ditetapkan dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. (3) Pembayaran Iuran dilakukan ke Kas Daerah yang telah ditetapkan oleh Bupati. (4) Penetapan besarnya Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini dapat ditinjau kembali dan diadakan perubahan oleh Bupati sekurang- kurangnya 1 (satu) tahun sekali setelah mendapat persetujuan DPRD. BAB VIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 21 Dalam hal pemilik PPR tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang bayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari besarnya Iuran yang terutang atau kurang dibayar. 9
  • 10. BAB IX PEMBINAAN Pasal 22 (1) Dinas dan Instansi terkait melaksanakan pembinaan dibidang pengusahaan permodalan dan pemasaran serta mengarahkan usaha pertambangan rakyat untuk menuju kepada usaha dalam bentuk koperasi pertambangan rakyat atau koperasi unit desa. (2) Dinas wajib mencatat hasil produksi dari seluruh kegiatan usaha pertambangan yang terdapat yang terdaftar dalam lingkungan wilayah dan melaporkan setiap 3 (tiga) bulan kepada Bupati. Pasal 23 (1) Dinas dan Instansi terkait turut membina usaha pertambangan rakyat dengan membuatkan pedoman dan tata cara pelaporan yang dapat dilaksanakan oleh pemilik Pengelolaan. (2) Dinas dan Instansi terkait bertugas membimbing usaha pertambangan rakyat dalam bidang pemetaan eksploitasi, penambangan, pengolahan/pemurnian, pemasaran, keselamatan kerja dan pengelolaan lingkungan Hidup. BAB X PENGAWASAN TEKNIS Pasal 24 Semua ketentuan yang berlaku menyangkut peraturan Pengawasan Pertambangan meliputi teknik penambangan, pengolahan/permurnian, keselamatan kerja, pengelolaan lingkungan berlaku untuk usaha pertambangan rakyat. Pasal 25 Dinas turut bertanggung jawab atas pelaksanaan pengamanan teknis, keselamatan kerja dan pengelolaan lingkungan hidup pada usaha pertambangan rakyat yang ada dalam lingkungan wilayahnya, dengan menunjuk seorang petugas sebagai pembantu teknis dari pelaksana, Inspeksi tambang disetiap diwilayah Kecamatan tempat terdapatnya kegiatan pertambangan rakyat. Pasal 26 (1) Pelaksanaan Inspeksi Tambang berkewajiban melaksanakan pengamatan dan pengawasan dalam bidang pengamatan teknis, keselamatan kerja dan lingkungan hidup. (2) Pelaksanaan inspeksi tambang wajib membina dan membimbing petugas pembantu teknis serta wajib memberikan pedoman tata cara pengawasan dan pelaporan yang harus dilaksanakan. (3) Petugas pembantu teknis wajib melaporkan hasil pengamatan dan peristiwa- peristiwa yang berhubungan dengan pengamatan teknis, keselamatan kerja dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan pedoman dan peraturan yang berlaku dan melaporkannya kepada Bupati dan Dinas cq. Kepala Pelaksanaan Inspeksi Tambang. 10
  • 11. Pasal 27 Pelaksana Inspeksi Tambang berhak melakukan penutupan sementara Usaha Pertambangan Rakyat dan mengusulkan penghentian seterusnya kepada Bupati, bilamana dianggap mengancam keselamatan kerja dan nyata-nyata mengakibatkan kerusakan dan pencemaran Lingkungan Hidup. Pasal 28 Pada setiap Usaha Pertambangan Rakyat yang sudah dilaksanakan wajib melakukan usaha reklamasi atau pemanfaatan lahan bekas penambangan yang dilaksanakan oleh Pemilik Pengelolaan/ Kelompok pertambangan rakyat yang besangkutan dengan koordinasi Dinas dan Instansi terkait. Pasal 29 Bupati dapat menunjuk pejabat tertentu untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pertambangan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini. BAB XI KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 30 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B). (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan memiliki keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B); b. meneliti, mencari, dan menggumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B); c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan pidana dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B); d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; e. melakukan pengeledahan untuk mendapatkan bahan bukti serta pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen serta melakukan penyitaan terhadap bukti- bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka penyidikan tindak pidana dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B); g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung atau memeriksa identitas orang dan / atau dokumen yang dibawah sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana ini; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; 11
  • 12. j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan B) menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 31 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 50.000.000., (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Keputusan Bupati. Pasal 33 Peraturan ini ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran daerah kabupaten Bombana; Ditetapkan di R u m b i a pada tanggal, 16- 12 - 2008 BUPATI BOMBANA, T.T.D DR. H. ATIKURAHMAN, MS Diundangkan di R u m b i a pada tanggal, 22 – 12- 2008 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOMBANA, Drs. H. IDRUS EFFENDY KUBE, M.Si Pembina Utama Muda, Gol. IV/c Nip. 010 072 339 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2008 12
  • 13. NOMOR 20 SERI : C NOMOR 20. 13