SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
怖いうち
Semburat senja telah terlihat di ujung cakrawala. Warna jingga yang kelam. Dingin.
Memancarkan aura menakutkan pada sebuah rumah yang berdiri angkuh di sisi tebing. Lima
batang kepala muncul dari balik tiang listrik. Mereka mendekat. Melangkah pelan-pelan.
Keringat dingin mengucur pada tiap dahi itu. Rupanya kelima anak ini berencana menyelidiki
rumah yang menurut kabar burung, merupakan rumah terangker pada masa itu.
Ridzka : (gemetar) “Eh, eh. Serius nih kita masuk ke rumah ini?”
Kijul : “Ya iyalah. Lo gak kepo apa, sama keangkeran rumah ini?”
David : “Ya kalo lo takut gak usah ikut.” (mengedarkan cahaya senter yang ia pegang,
lalu meletakkan cahaya itu di bawah dagunya)
Rizdka&Coco: “AAAAAAAAAAA …………”
Kijul&Nurul : “Ssshhhttt....”
Nurul : “E jangan berisik. Entar setannya bangun.”
Ridzka : “Hai hai gomen ....”
David :“Ya udah sekarang gini, kalo ada diantara kalian yang masih ragu buat nyelidikin
rumah ini, mendingan cabut aja dari sekarang. Daripada entar ngeribetin.
Mendokusai ne.”
Coco : (menggelengkan kepala dengan cepat) “Iie! Gue udah penasaran banget. Takut
sih. Tapi ya gimana orang gue penasaran banget.”
Nurul : “Oke kalo gitu kita masuk sekarang.” (melangkah menuju pintu)
(Pintu rumah itu tiba-tiba terbuka sendiri. Sontak Nurul menghentikan langkahnya dan segera
berlindung di balik punggung David. Ridzka, Kijul, dan Coco turut melakukan hal yang sama)
David : (mengarahkan senternya ke arah pintu yang sudah terbuka) “Ah, cuma pintu
doang. Gak adaapa-apa.” (melangkah melewati ambang pintu dengan keempat
temannya yang mengekor di belakang)
(Baru melangkah beberapa meter dari pintu, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh sesosok pria
berkacamata tebal dengan pakaian serba hitam)
#bgm: Petir
Nurul, Ridzka, &Kijul: “AAAAAAAAAAAAAAA ............”
Coco : “WOOOYY .... SETAAAAN .... SETAAAN ....”
(Nurul, Ridzka, Coco, dan Kijul memukuli si pria malang berkacamata tebal)
Paijo : (merintih) “Oy, oy iki inyong, Paijo, penjaga sekolah kalian.”
Ridzka : “Eh, P-Paijo ....” (terkekeh)
Kijul : “Maap ya Paijo. Kami kira hantu. Hehe ....”
Nurul : “Tapi emang mirip hantu sih.”
Coco : “Ah, Paijo, kaga seru! Kenapa lo yang muncul sih? Kan gue pengennya setan yang
muncul. Udahlah lo jadi setan aja kalo gitu.”
Paijo : “Setan endasmu. Iki kepriben tho kok inyong dipermainkan gini. Sakit hati inyong
sakiiiitt .... Inyong udah cape ngejaga sekolah e sekarang disuruh jadi setan juga
....”
Kijul : (menyikut lengan Ridzka) “E dia kenapa sih?”
Ridzka : “Gak tau. Stres kali.” (menggerakkan telunjuk secara menyerong di pelipis)
David : “E Paijo, lo ngapain disini?”
Paijo : “Ya terserah inyong. Wong iki rumah majikan inyong ya inyong beres-bereslah.”
David : “Majikan? Majikan lo hantu?”
Paijo : “M-m-m-m-m pueeh ... m-maksud inyong, rumah ini tuh bekas majikan inyong.
Sekarang dia pindah entah kemana. Inyong disuruh ngejaga rumah ini. Rumah
warisan. Jadi gak boleh dibeli katanya mah. Eh, kalian sendiri ngapain disini?”
(Tiba-tiba terdengar suara berdebum dari arah gudang. Sontak perhatian keenam orang yang
sedang berada di ruang tengah tersebut teralihkan)
Nurul : “Suara apaan tuh?”
Paijo : “Oh itu ... biasa ... tikus .... Paijo mau cek dulu ya ke gudang. Nuwun sewu ....”
David : “Gue ikut ya. Tujuan kami ke sini kan mau nyelidikin keangkeran rumah ini. Jadi
siapa tau aja kami nemuin petunjuk disana.”
Paijo : “Yo wis.”
David : (menoleh pada keempat temannya) “Kalian mau ikut ga?”
Ridzka : “Kita kayaknya disini aja deh.”
David : “Oh ya udah.”
Berangkatlah David bersama Paijo menuju gudang, tempat yang paling angker di rumah
itu.
Coco, Kijul, Ridzka, dan Nurul bergeming di ruang tengah. Cahaya remang khas rumah
tua membuat bulu kuduk mereka benar-benar berdiri. Empat pasang iris hitam itu sama sekali
tak berani untuk mempelajari keadaan rumah, seperti yang sebelumnya mereka rencanakan.
Kemudian keempat pasang bola mata saling membelalak ketika menyadari adanya sebuah
televisi beberapa meter di depan mereka.
#bgm: Scary sound
Coco : “Itu ... kok tv-nya mengkilat-kilat gitu ...?”
Nurul : “Meneketehe.”
Kijul : “Perasaan gue jadi gak enak deh.”
Ridzka : “Gue ngerasa kalo tv-nya tuh bakalan nyala, terus keluar deh Sadako-chan.”
(Seperti dugaan Ridzka, tv pun menyala, dan muncullah sesosok makhluk berjubah putih,
berkulit pucat, serta rambut panjang yang menutupi wajahnya. Makhluk itu merangkak, hendak
keluar dari alamnya menuju dimensi manusia)
Coco : “P-p-pocooooong ....”
Kijul : “Kuntil anaaaaakkk ....”
Ridzka : “Setaaaaannn ....”
Nurul : “Nah Ridzka yang paling bener nih. Ano hito wa Sadako no obake!”
Coco : “Gara-gara Ridzka nih! Jadi beneran keluar Sadako kan!”
Ridzka : “Dih kok gue!”
(Mendadak lampu-lampu redup di rumah itu, mati. Listrik padam. Sadako yang separuh kakinya
masih berada di dalam televisi pun panik)
Ridzka : “Yah, yah lampunya mati!”
Nurul : “Aduh kita gak megang senter lagi.”
Kijul : “Yah gue takut gelap nih!”
(Ridzka, Nurul, Kijul, dan Coco berteriak sambil berlari tak tentu arah)
Sadako : (menyingkap rambut yang menutupi wajahnya) “Woy, woy jangan tinggalin gue
dong! Njir gue juga takut gelap ini ah elah ....”
(Sadako pun berjalan dengan sebelah kakinya yang masih terperangkap di dalam tv. Berjalan
dengan menyeret tv. Segenap tenaga ia keluarkan untuk berjalan secepat mungkin)
Di dalam gudang, David menyelediki apa pun yang bisa ia amati. Ia kehilangan jejak Paijo
ketika sampai disana. Tiba-tiba saja pria berkacamata tebal itu menghilang. Maka David pun
merasa lebih leluasa untuk mengamati benda-benda yang ada di gudang.
David : (mengarahkan senter pada kotak besar di tengah gudang) “Are wa ...
nani?”(berjalan perlahan menuju kotak, lalu membuka dan melihat isinya) “K-kore
wa ....”
#bgm: Pain’s Theme - Girei
(Belum sempat mengendalikan keterjutannya, sesuatu bertekstur keras dan tajam menyentuh
leher David dan menyebabkan rasa sakit. Ia mengaduh kesakitan dan merangkak menjauh.
Betapa terkejutnya ia ketika melihat Paijo yang sudah berdiri di hadapannya, bukanlah seperti
Paijo yang selama ini ia kenal. Pria itu lebih mirip vampir dibandingkan Paijo penjaga
sekolahnya)
David : (tersengal) “Paijo ... lo ... lo ngapain pake jubah kayak gitu? Terus kenapa lo pake
ngegigit gue segala? Lo mau nakut-nakutin gue, huh?”
Paijo : “HAHAHAHA .... Sekarang lo tau kan siapa gue sebenarnya ....”
David : “E serius lo jangan bercanda.”
Paijo : “HAHAHAHA .... Terserah mau lo percaya atau ngga kek gue gak peduli. Yang jelas lo
udah ngeliat isi dari kotak itu. Potongan tubuh manusia yang bakal jadi makan
malam gue, dan sensasi gigitan seorang vampir ....”
David : “Jadi ... jadi temen-temen sekolah yang selama ini menghilang dan cuma ditemuin
potongan tubuh mereka di sekitar hutan ... itu semua ulah lo?!”
Paijo : “HAHAHAHA .... Bukan sih. Mungkin temen-temen gue.”
(David beringsut, hendak bangkit dan memberontak, namun Paijo segera mencegahnya)
Paijo : (menaruh telunjuk di bibir David) “Shhttt ... lo tenang aja. Gue gak demen daging
anak muda. Gue demennya daging dude dan jande. Jadi lo gak bakal gue cincang
dan makan. Palingan cuma jadi budak vampir.”
David : (menepis tangan Paijo yang semula menggenggam sebelah bahunya) “Ngga! Gue gak
mau jadi budak vampir!”
Paijo : “HAHAHAHA .... Terlambat! Selang waktu 5 menit kemudian racun dari gigitan gue
bakalan ngerubah lo jadi vampir seutuhnya! HAHAHAHA ....”
(Paijo pergi meninggalkan David yang masih terkejut)
David : “Gak mungkin .... Gak mungkin gue jadi vampir ....”
Di tengah kegelisahan David, tiba-tiba lima sosok memunculkan wujud mereka dari tiap
sudut gudang. Rupanya sedari awal mereka telah bersembunyi dan mempersiapkan tarian
persembahan.
David : “Si-si-siapa kalian?!”
Frea : “Kami adalah budak vampir, yang akan melakukan tarian persembahan bagi tiap calon
anggota baru.”
(Para budak vampir membentuk formasi dan segera menari)
#Song: Linked Horizon – Guren no Yumiya + AKB 48 – Manatsu no Sounds Good (remix
version)
Rere : “Silakan nikmati saat-saat terakhirmu sebagai manusia. Sampai jumpa ....”
(Para budak vampir pergi meninggalkan David. Sementara cowok otaku itu meringis. Ia
mengaduh kesakitan. Racun Paijo telah menyebar ke seluruh tubuhnya dan merambat ke
otaknya)
Kijul : “David, lo kenapa?” (menghambur masuk ke dalam gudang bersama Nurul)
David : “Stop! Jangan deketin gue!”
Nurul : “D-David ....”
David : “Mendingan lo semua keluar dari sini, sekarang! AAAARRRGGHH ....” (memegangi
kepala dan lehernya yang sakit)
Kijul : “DAVID! JAWAB GUE! LO KENAPA?!”
David : “DIEM! GUE BILANG PERGIII!!”
(Sesosok makhluk yang entah darimana asalnya muncul dari arah dalam)
Muti’ah : (menepuk sebelah bahu David dari belakang) “Mas mas ... makan nih. Lo rese kalo
lagi laper.”
David : (menoleh, menatap makanan yang diberikan Muthi’ah sejenak, lantas
mengambilnya) “Makasih ya.”
Muthi’ah : “Yoi. Sebagai sesama, kita harus saling membantu.” (melangkah melewati Nurul dan
Kijul yang menatapnya dengan bingung) “Maapin ya, mbak. Dia emang suka begitu.”
David : “Dah, gue juga mau pergi. Kalo kalian masih mau disini ya udah silakan.” (berjalan
sambil memakan snickers)
Nurul : “Ya udah yuk, kita juga pergi!” (menarik tangan Kijul dengan kesal)
Di lain tempat, tepatnya di jalanan depan rumah angker yang sudah tak memiliki pagar,
Coco dan Ridzka berlarian menghindari Sadako yang pantang menyerah mengejar mereka. Kini
sebelah kaki si Sadako sudah terbebas dari televisi. Ia melakukannya dengan cara licik yang
tidak bisa dijabarkan.
(Sadako mengejar Ridzka dan Coco yang berlari memutar)
Ridzka : “Huh ... huh ... aduh ... gue capek ....” (berhenti berlari dan menyeka keringat)
Sadako : “Watashi mo.” (ikut berhenti dan memegangi perutnya yang sakit)
(Coco yang masih berlari, menabrak Sadako yang sudah berhenti di depannya. Ia pun terjatuh)
Sadako : “Woy, ati-ati dong!”
(Coco tak memedulikan gertakan Sadako. Matanya asyik menatap tukang es krim yang
kebetulan lewat)
#bgm: es krim walls
Coco : “Eh ada tukang es krim tuh! Kebetulan gue lagi aus.”
(Sontak Sadako dan Ridzka menoleh)
Coco : “Woy bang ... bang ... kochi! Sono aisukurimu ga kaitai ...!”
Jafar : (menoleh sambil menyingkap poni) “Saya?”
Coco : “Bukan! Ya iyalah elo. Emangnya disini ada tukang es krim laen apa selain elo ....”
Jafar : (nyengir) “Hehe .... Jangan marah gitu dong mbak, entar cantiknya ilang.”
Sadako : (menyambar kotak es krim) “Buat gue semua nih. Hehe ....”
Jafar : “Wih asik! Apalah kata orang kalo lo itu serem. Bagi gue, lo itu laksana sinar mentari
di pagi hari, penyenang dan penyemangat hati.” (mencolek dagu Sadako)
Sadako : (menepis tangan Jafar) “Ih najis. Jangan nodai keperawanan eike dengan tangan
kotormu itu ye ... hmp!”
(Jafar menengadahkan sebelah tangan yang disambut oleh Paijo dengan sebuah tepukan)
Jafar : (mengamati telapak tangannya yang sempat ditepuk Sadako) “Lho, mana uangnya?”
Sadako : “Lo minta aja tuh ke mereka.” (menunjuk Coco dan Ridzka dengan lirikan)
Ridzka : “Wah asemlo! Lo yang ngembat masa kita yang disuruh bayar ...!”
(Sadako menjulurkan lidah. Sambil membawa sekotak es krim, ia berlari meninggalkan mereka)
Coco : “Tunggu woooyy .... Gue juga mau es krimnyaaa ....”
(Coco dan Ridzka mengejar Sadako)
Jafar : “Eh mbak bayar dulu es krimnyaaaa ....” (mengejar Coco dan Ridzka)
Lain mereka, lain pula dengan keadaan David yang kini sudah sepenuhnya menjadi
vampir. Ia berjalan terseok-seok di tengah hutan. Tersedu. Merasa takut akan melukai sahabat-
sahabatnya. Ia yang sudah mengambil sebilah pisau dari gudang, tiba-tiba tersenyum getir. Ia
sudah mempertimbangkan semuanya. Sudah mempersiapkan semuanya.
David : (mengeluarkan pisau dari dalam saku) “Gue gak mau dengan keadaan gue yang
seperti ini malah bikin celaka temen-temen gue sendiri.” (berhenti melangkah) “Gue
siap. Biar bagaimanapun gue harus siap. Lebih baik mati daripada ngelukain temen-
temen gue.” (setetes buliran bening jatuh dari pelupuk mata, sebelum akhirnya ia
menghunuskan pisau, tepat mengenai jantungnya)
#bgm: Guilty Crown Insert Song – Release My Soul
(Tubuh David pun jatuh, ambruk. Beberapa detik kemudian teman-temannya menemukan
tubuh yang sudah tak bernyawa itu)
Nurul : “David! Kenapa lo kayak gini? Please sadar!” (memangku David)
Kijul : “I-ini ... pisau ...?” (mencabut pisau yang menancap di jantung David)
Ridzka : “Kok bisa?!”
Coco : “Liat deh kukunya. Kenapa jadi panjang-panjang gitu? Nyeremin ....”
Nurul : (membuka ujung bibir David) “Giginya juga bertaring ....”
Kijul : “Jangan-jangan ... dia digigit vampir ... terus berubah jadi vampir ... dan bunuh diri
karena gak mau ngelukain kita ....”
Ridzka : “Yang bener lo?!”
Kijul : “Serius. Sebelumnya gue sama Kak Nurul ngeliat dia di gudang lagi teriak-teriak
gitu. Padahal kami mau nolongin dia, tapi malah diusir. Kayaknya dia lagi kesakitan
gara-gara mau berubah jadi vampir ....”
(Buliran bening tiba-tiba menumpuk pada masing-masing pelupuk mata mereka. Kemudian
menghambur jatuh. Membasahi pelipis, membasahi pipi. Mereka terisak)
Kepergian David menorehkan luka yang mendalam di hati keempat gadis itu. Mereka
menyesal. Berjanji untuk tidak berurusan lagi dengan makhluk yang sesungguhnya bukan
berada pada dimensi yang sudah sedari lama mereka pijaki. Kalau tidak, kematian seperti inilah
yang menanti mereka. Seperti David, atau teman-teman lain yang telah gugur mendahului.

More Related Content

Viewers also liked

Truth Prevails
Truth PrevailsTruth Prevails
Truth Prevails
muzaffertahir9
 
архивы
архивыархивы
архивы
aygul193
 
Naskah drama jepang - Pembunuhan di restoran
Naskah drama jepang - Pembunuhan di restoranNaskah drama jepang - Pembunuhan di restoran
Naskah drama jepang - Pembunuhan di restoran
Aniez NarutoOva
 
Sintesis protein
Sintesis proteinSintesis protein
Sintesis protein
Adeadesaje
 

Viewers also liked (8)

Naskah Talent Show SU(Swara Unsada)//Jurnalistik//
Naskah Talent Show SU(Swara Unsada)//Jurnalistik//Naskah Talent Show SU(Swara Unsada)//Jurnalistik//
Naskah Talent Show SU(Swara Unsada)//Jurnalistik//
 
عدل و احسان و ایتآء الذی الکبریٰ خطبہ جمعہ
عدل و احسان و ایتآء الذی الکبریٰ خطبہ جمعہعدل و احسان و ایتآء الذی الکبریٰ خطبہ جمعہ
عدل و احسان و ایتآء الذی الکبریٰ خطبہ جمعہ
 
Truth Prevails
Truth PrevailsTruth Prevails
Truth Prevails
 
Naskah Drama Musikal - Yakuza, Bukan Hanya Sekadar Kriminal
Naskah Drama Musikal - Yakuza, Bukan Hanya Sekadar KriminalNaskah Drama Musikal - Yakuza, Bukan Hanya Sekadar Kriminal
Naskah Drama Musikal - Yakuza, Bukan Hanya Sekadar Kriminal
 
архивы
архивыархивы
архивы
 
Naskah drama jepang - Pembunuhan di restoran
Naskah drama jepang - Pembunuhan di restoranNaskah drama jepang - Pembunuhan di restoran
Naskah drama jepang - Pembunuhan di restoran
 
Sintesis protein
Sintesis proteinSintesis protein
Sintesis protein
 
کیا احمدی سچے مسلمان نہیں ؟
کیا احمدی سچے مسلمان نہیں ؟کیا احمدی سچے مسلمان نہیں ؟
کیا احمدی سچے مسلمان نہیں ؟
 

Kowai Uchi

  • 1. 怖いうち Semburat senja telah terlihat di ujung cakrawala. Warna jingga yang kelam. Dingin. Memancarkan aura menakutkan pada sebuah rumah yang berdiri angkuh di sisi tebing. Lima batang kepala muncul dari balik tiang listrik. Mereka mendekat. Melangkah pelan-pelan. Keringat dingin mengucur pada tiap dahi itu. Rupanya kelima anak ini berencana menyelidiki rumah yang menurut kabar burung, merupakan rumah terangker pada masa itu. Ridzka : (gemetar) “Eh, eh. Serius nih kita masuk ke rumah ini?” Kijul : “Ya iyalah. Lo gak kepo apa, sama keangkeran rumah ini?” David : “Ya kalo lo takut gak usah ikut.” (mengedarkan cahaya senter yang ia pegang, lalu meletakkan cahaya itu di bawah dagunya) Rizdka&Coco: “AAAAAAAAAAA …………” Kijul&Nurul : “Ssshhhttt....” Nurul : “E jangan berisik. Entar setannya bangun.” Ridzka : “Hai hai gomen ....” David :“Ya udah sekarang gini, kalo ada diantara kalian yang masih ragu buat nyelidikin rumah ini, mendingan cabut aja dari sekarang. Daripada entar ngeribetin. Mendokusai ne.” Coco : (menggelengkan kepala dengan cepat) “Iie! Gue udah penasaran banget. Takut sih. Tapi ya gimana orang gue penasaran banget.” Nurul : “Oke kalo gitu kita masuk sekarang.” (melangkah menuju pintu) (Pintu rumah itu tiba-tiba terbuka sendiri. Sontak Nurul menghentikan langkahnya dan segera berlindung di balik punggung David. Ridzka, Kijul, dan Coco turut melakukan hal yang sama) David : (mengarahkan senternya ke arah pintu yang sudah terbuka) “Ah, cuma pintu doang. Gak adaapa-apa.” (melangkah melewati ambang pintu dengan keempat temannya yang mengekor di belakang) (Baru melangkah beberapa meter dari pintu, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh sesosok pria berkacamata tebal dengan pakaian serba hitam) #bgm: Petir Nurul, Ridzka, &Kijul: “AAAAAAAAAAAAAAA ............” Coco : “WOOOYY .... SETAAAAN .... SETAAAN ....” (Nurul, Ridzka, Coco, dan Kijul memukuli si pria malang berkacamata tebal) Paijo : (merintih) “Oy, oy iki inyong, Paijo, penjaga sekolah kalian.” Ridzka : “Eh, P-Paijo ....” (terkekeh) Kijul : “Maap ya Paijo. Kami kira hantu. Hehe ....” Nurul : “Tapi emang mirip hantu sih.”
  • 2. Coco : “Ah, Paijo, kaga seru! Kenapa lo yang muncul sih? Kan gue pengennya setan yang muncul. Udahlah lo jadi setan aja kalo gitu.” Paijo : “Setan endasmu. Iki kepriben tho kok inyong dipermainkan gini. Sakit hati inyong sakiiiitt .... Inyong udah cape ngejaga sekolah e sekarang disuruh jadi setan juga ....” Kijul : (menyikut lengan Ridzka) “E dia kenapa sih?” Ridzka : “Gak tau. Stres kali.” (menggerakkan telunjuk secara menyerong di pelipis) David : “E Paijo, lo ngapain disini?” Paijo : “Ya terserah inyong. Wong iki rumah majikan inyong ya inyong beres-bereslah.” David : “Majikan? Majikan lo hantu?” Paijo : “M-m-m-m-m pueeh ... m-maksud inyong, rumah ini tuh bekas majikan inyong. Sekarang dia pindah entah kemana. Inyong disuruh ngejaga rumah ini. Rumah warisan. Jadi gak boleh dibeli katanya mah. Eh, kalian sendiri ngapain disini?” (Tiba-tiba terdengar suara berdebum dari arah gudang. Sontak perhatian keenam orang yang sedang berada di ruang tengah tersebut teralihkan) Nurul : “Suara apaan tuh?” Paijo : “Oh itu ... biasa ... tikus .... Paijo mau cek dulu ya ke gudang. Nuwun sewu ....” David : “Gue ikut ya. Tujuan kami ke sini kan mau nyelidikin keangkeran rumah ini. Jadi siapa tau aja kami nemuin petunjuk disana.” Paijo : “Yo wis.” David : (menoleh pada keempat temannya) “Kalian mau ikut ga?” Ridzka : “Kita kayaknya disini aja deh.” David : “Oh ya udah.” Berangkatlah David bersama Paijo menuju gudang, tempat yang paling angker di rumah itu. Coco, Kijul, Ridzka, dan Nurul bergeming di ruang tengah. Cahaya remang khas rumah tua membuat bulu kuduk mereka benar-benar berdiri. Empat pasang iris hitam itu sama sekali tak berani untuk mempelajari keadaan rumah, seperti yang sebelumnya mereka rencanakan. Kemudian keempat pasang bola mata saling membelalak ketika menyadari adanya sebuah televisi beberapa meter di depan mereka. #bgm: Scary sound Coco : “Itu ... kok tv-nya mengkilat-kilat gitu ...?” Nurul : “Meneketehe.” Kijul : “Perasaan gue jadi gak enak deh.” Ridzka : “Gue ngerasa kalo tv-nya tuh bakalan nyala, terus keluar deh Sadako-chan.” (Seperti dugaan Ridzka, tv pun menyala, dan muncullah sesosok makhluk berjubah putih, berkulit pucat, serta rambut panjang yang menutupi wajahnya. Makhluk itu merangkak, hendak keluar dari alamnya menuju dimensi manusia) Coco : “P-p-pocooooong ....” Kijul : “Kuntil anaaaaakkk ....”
  • 3. Ridzka : “Setaaaaannn ....” Nurul : “Nah Ridzka yang paling bener nih. Ano hito wa Sadako no obake!” Coco : “Gara-gara Ridzka nih! Jadi beneran keluar Sadako kan!” Ridzka : “Dih kok gue!” (Mendadak lampu-lampu redup di rumah itu, mati. Listrik padam. Sadako yang separuh kakinya masih berada di dalam televisi pun panik) Ridzka : “Yah, yah lampunya mati!” Nurul : “Aduh kita gak megang senter lagi.” Kijul : “Yah gue takut gelap nih!” (Ridzka, Nurul, Kijul, dan Coco berteriak sambil berlari tak tentu arah) Sadako : (menyingkap rambut yang menutupi wajahnya) “Woy, woy jangan tinggalin gue dong! Njir gue juga takut gelap ini ah elah ....” (Sadako pun berjalan dengan sebelah kakinya yang masih terperangkap di dalam tv. Berjalan dengan menyeret tv. Segenap tenaga ia keluarkan untuk berjalan secepat mungkin) Di dalam gudang, David menyelediki apa pun yang bisa ia amati. Ia kehilangan jejak Paijo ketika sampai disana. Tiba-tiba saja pria berkacamata tebal itu menghilang. Maka David pun merasa lebih leluasa untuk mengamati benda-benda yang ada di gudang. David : (mengarahkan senter pada kotak besar di tengah gudang) “Are wa ... nani?”(berjalan perlahan menuju kotak, lalu membuka dan melihat isinya) “K-kore wa ....” #bgm: Pain’s Theme - Girei (Belum sempat mengendalikan keterjutannya, sesuatu bertekstur keras dan tajam menyentuh leher David dan menyebabkan rasa sakit. Ia mengaduh kesakitan dan merangkak menjauh. Betapa terkejutnya ia ketika melihat Paijo yang sudah berdiri di hadapannya, bukanlah seperti Paijo yang selama ini ia kenal. Pria itu lebih mirip vampir dibandingkan Paijo penjaga sekolahnya) David : (tersengal) “Paijo ... lo ... lo ngapain pake jubah kayak gitu? Terus kenapa lo pake ngegigit gue segala? Lo mau nakut-nakutin gue, huh?” Paijo : “HAHAHAHA .... Sekarang lo tau kan siapa gue sebenarnya ....” David : “E serius lo jangan bercanda.” Paijo : “HAHAHAHA .... Terserah mau lo percaya atau ngga kek gue gak peduli. Yang jelas lo udah ngeliat isi dari kotak itu. Potongan tubuh manusia yang bakal jadi makan malam gue, dan sensasi gigitan seorang vampir ....” David : “Jadi ... jadi temen-temen sekolah yang selama ini menghilang dan cuma ditemuin potongan tubuh mereka di sekitar hutan ... itu semua ulah lo?!” Paijo : “HAHAHAHA .... Bukan sih. Mungkin temen-temen gue.”
  • 4. (David beringsut, hendak bangkit dan memberontak, namun Paijo segera mencegahnya) Paijo : (menaruh telunjuk di bibir David) “Shhttt ... lo tenang aja. Gue gak demen daging anak muda. Gue demennya daging dude dan jande. Jadi lo gak bakal gue cincang dan makan. Palingan cuma jadi budak vampir.” David : (menepis tangan Paijo yang semula menggenggam sebelah bahunya) “Ngga! Gue gak mau jadi budak vampir!” Paijo : “HAHAHAHA .... Terlambat! Selang waktu 5 menit kemudian racun dari gigitan gue bakalan ngerubah lo jadi vampir seutuhnya! HAHAHAHA ....” (Paijo pergi meninggalkan David yang masih terkejut) David : “Gak mungkin .... Gak mungkin gue jadi vampir ....” Di tengah kegelisahan David, tiba-tiba lima sosok memunculkan wujud mereka dari tiap sudut gudang. Rupanya sedari awal mereka telah bersembunyi dan mempersiapkan tarian persembahan. David : “Si-si-siapa kalian?!” Frea : “Kami adalah budak vampir, yang akan melakukan tarian persembahan bagi tiap calon anggota baru.” (Para budak vampir membentuk formasi dan segera menari) #Song: Linked Horizon – Guren no Yumiya + AKB 48 – Manatsu no Sounds Good (remix version) Rere : “Silakan nikmati saat-saat terakhirmu sebagai manusia. Sampai jumpa ....” (Para budak vampir pergi meninggalkan David. Sementara cowok otaku itu meringis. Ia mengaduh kesakitan. Racun Paijo telah menyebar ke seluruh tubuhnya dan merambat ke otaknya) Kijul : “David, lo kenapa?” (menghambur masuk ke dalam gudang bersama Nurul) David : “Stop! Jangan deketin gue!” Nurul : “D-David ....” David : “Mendingan lo semua keluar dari sini, sekarang! AAAARRRGGHH ....” (memegangi kepala dan lehernya yang sakit) Kijul : “DAVID! JAWAB GUE! LO KENAPA?!” David : “DIEM! GUE BILANG PERGIII!!” (Sesosok makhluk yang entah darimana asalnya muncul dari arah dalam) Muti’ah : (menepuk sebelah bahu David dari belakang) “Mas mas ... makan nih. Lo rese kalo lagi laper.” David : (menoleh, menatap makanan yang diberikan Muthi’ah sejenak, lantas mengambilnya) “Makasih ya.” Muthi’ah : “Yoi. Sebagai sesama, kita harus saling membantu.” (melangkah melewati Nurul dan Kijul yang menatapnya dengan bingung) “Maapin ya, mbak. Dia emang suka begitu.”
  • 5. David : “Dah, gue juga mau pergi. Kalo kalian masih mau disini ya udah silakan.” (berjalan sambil memakan snickers) Nurul : “Ya udah yuk, kita juga pergi!” (menarik tangan Kijul dengan kesal) Di lain tempat, tepatnya di jalanan depan rumah angker yang sudah tak memiliki pagar, Coco dan Ridzka berlarian menghindari Sadako yang pantang menyerah mengejar mereka. Kini sebelah kaki si Sadako sudah terbebas dari televisi. Ia melakukannya dengan cara licik yang tidak bisa dijabarkan. (Sadako mengejar Ridzka dan Coco yang berlari memutar) Ridzka : “Huh ... huh ... aduh ... gue capek ....” (berhenti berlari dan menyeka keringat) Sadako : “Watashi mo.” (ikut berhenti dan memegangi perutnya yang sakit) (Coco yang masih berlari, menabrak Sadako yang sudah berhenti di depannya. Ia pun terjatuh) Sadako : “Woy, ati-ati dong!” (Coco tak memedulikan gertakan Sadako. Matanya asyik menatap tukang es krim yang kebetulan lewat) #bgm: es krim walls Coco : “Eh ada tukang es krim tuh! Kebetulan gue lagi aus.” (Sontak Sadako dan Ridzka menoleh) Coco : “Woy bang ... bang ... kochi! Sono aisukurimu ga kaitai ...!” Jafar : (menoleh sambil menyingkap poni) “Saya?” Coco : “Bukan! Ya iyalah elo. Emangnya disini ada tukang es krim laen apa selain elo ....” Jafar : (nyengir) “Hehe .... Jangan marah gitu dong mbak, entar cantiknya ilang.” Sadako : (menyambar kotak es krim) “Buat gue semua nih. Hehe ....” Jafar : “Wih asik! Apalah kata orang kalo lo itu serem. Bagi gue, lo itu laksana sinar mentari di pagi hari, penyenang dan penyemangat hati.” (mencolek dagu Sadako) Sadako : (menepis tangan Jafar) “Ih najis. Jangan nodai keperawanan eike dengan tangan kotormu itu ye ... hmp!” (Jafar menengadahkan sebelah tangan yang disambut oleh Paijo dengan sebuah tepukan) Jafar : (mengamati telapak tangannya yang sempat ditepuk Sadako) “Lho, mana uangnya?” Sadako : “Lo minta aja tuh ke mereka.” (menunjuk Coco dan Ridzka dengan lirikan) Ridzka : “Wah asemlo! Lo yang ngembat masa kita yang disuruh bayar ...!” (Sadako menjulurkan lidah. Sambil membawa sekotak es krim, ia berlari meninggalkan mereka) Coco : “Tunggu woooyy .... Gue juga mau es krimnyaaa ....” (Coco dan Ridzka mengejar Sadako)
  • 6. Jafar : “Eh mbak bayar dulu es krimnyaaaa ....” (mengejar Coco dan Ridzka) Lain mereka, lain pula dengan keadaan David yang kini sudah sepenuhnya menjadi vampir. Ia berjalan terseok-seok di tengah hutan. Tersedu. Merasa takut akan melukai sahabat- sahabatnya. Ia yang sudah mengambil sebilah pisau dari gudang, tiba-tiba tersenyum getir. Ia sudah mempertimbangkan semuanya. Sudah mempersiapkan semuanya. David : (mengeluarkan pisau dari dalam saku) “Gue gak mau dengan keadaan gue yang seperti ini malah bikin celaka temen-temen gue sendiri.” (berhenti melangkah) “Gue siap. Biar bagaimanapun gue harus siap. Lebih baik mati daripada ngelukain temen- temen gue.” (setetes buliran bening jatuh dari pelupuk mata, sebelum akhirnya ia menghunuskan pisau, tepat mengenai jantungnya) #bgm: Guilty Crown Insert Song – Release My Soul (Tubuh David pun jatuh, ambruk. Beberapa detik kemudian teman-temannya menemukan tubuh yang sudah tak bernyawa itu) Nurul : “David! Kenapa lo kayak gini? Please sadar!” (memangku David) Kijul : “I-ini ... pisau ...?” (mencabut pisau yang menancap di jantung David) Ridzka : “Kok bisa?!” Coco : “Liat deh kukunya. Kenapa jadi panjang-panjang gitu? Nyeremin ....” Nurul : (membuka ujung bibir David) “Giginya juga bertaring ....” Kijul : “Jangan-jangan ... dia digigit vampir ... terus berubah jadi vampir ... dan bunuh diri karena gak mau ngelukain kita ....” Ridzka : “Yang bener lo?!” Kijul : “Serius. Sebelumnya gue sama Kak Nurul ngeliat dia di gudang lagi teriak-teriak gitu. Padahal kami mau nolongin dia, tapi malah diusir. Kayaknya dia lagi kesakitan gara-gara mau berubah jadi vampir ....” (Buliran bening tiba-tiba menumpuk pada masing-masing pelupuk mata mereka. Kemudian menghambur jatuh. Membasahi pelipis, membasahi pipi. Mereka terisak) Kepergian David menorehkan luka yang mendalam di hati keempat gadis itu. Mereka menyesal. Berjanji untuk tidak berurusan lagi dengan makhluk yang sesungguhnya bukan berada pada dimensi yang sudah sedari lama mereka pijaki. Kalau tidak, kematian seperti inilah yang menanti mereka. Seperti David, atau teman-teman lain yang telah gugur mendahului.