Beberapa pekerja di Jakarta menyambi sebagai atlet hoki air. Salah satunya adalah Carmelita Cassandra yang berlatih setiap hari Kamis dan Senin malam untuk mewakili Indonesia dalam Kejuaraan Asia Hoki Air yang akan diselenggarakan di Tangerang pada November 2015. Ia dan rekan satu klubnya berlatih keras mempersiapkan diri secara fisik dan teknis demi meraih prestasi yang lebih baik dari edisi sebelumnya.
1. OlahragaMINGGU 12 JULI 2015 34
JAKARTA – Kamis adalah
hari yang menguras fisik
Carmelita Cassandra,wani-
ta 33 tahun yang beker-
ja sebagai staf humas di
salah satu kantor kedutaan
negara sahabat di Jakarta.
Karena itu, dia selalu
menyempatkan diri tidur
selama 30 menit di meja
kerjanya pada jam istirahat
siang.
Setelah bekerja, sekitar
pukul 16.30, Carmelita
berangkat menggunakan
bus Transjakarta dari Jalan
Thamrin menuju Gelora
Bung Karno, Senayan. Di
punggungnya menggantung
tas ransel berisi pakaian
renang, snorkel, masker
selam, pelindung telinga,
stick hoki air,sarung tangan,
dan perlengkapan mandi.
Sedangkan kedua tangan-
nya mendekap sepasang fin.
Semua peralatan itu akan
iagunakanuntukmenjalani
latihan hoki air (underwa-
terhockey)bersamaJakarta
Underwater Hockey Club
di Stadion Renang Gelora
Bung Karno.
“Tas yang saya bawa
tidak ringan, lho. Jadi
membawanya adalah perju-
angan,”kata Carmelita saat
menuturkan kegiatannya
itu, Kamis dua pekan lalu.
“Tapi, karena saya menyu-
kai hoki air dan memang
peralatan itu harus dibawa,
ya, dijalani saja.”
Tibadikolamrenangseki-
tar pukul 18.00, Carmelita
menyempatkan diri untuk
makan. Sebab, dia harus
mendapatkan tenaga buat
menjalani latihan pada
pukul 19.00. Isi latihannya:
30 menit latihan ketahanan
fisik, 30 menit latihan skill,
dan60menitberlatihdalam
sebuah permainan. Semua
aktivitas itu selesai sete-
ngah jam lewat pukul sem-
bilan malam. Sesudahnya,
Carmelita harus menempuh
perjalanan sekitar satu jam
menggunakan bus dan ojek
untuk sampai ke rumah-
nya di Tangerang, Banten.
Ia tiba di rumah sekitar
pukul 11 malam. Keesokan
harinya, ia sudah harus
berangkat lagi pada pukul
setengah enam pagi.
Latihan-latihan itu dija-
lani sebagai bagian dari
persiapan Carmelita dan
teman-temannya mewakili
Akibat
‘Keracunan
Kaporit’
Beberapa
pekerja Ibu Kota
menyambi sebagai
atlet hoki air.
Pernah mewakili
Indonesia di
Kejuaraan Asia.
Gadi Makitan
gadi.kurniawan@tempo.co.id
Indonesia dalam Kejuaraan
Asia Hoki Air, yang akan
berlangsung di Universitas
Pelita Harapan Karawaci,
Tangerang,13-15November
2015. Mereka juga berlatih
setiap Senin malam pada
waktu yang sama.
Seperti Carmelita,anggo-
ta tim lain juga merupakan
pekerja-pekerja Ibu Kota.
“Olahraga ini memang
ditawarkan untuk mereka
yang setelah bekerja ingin
mencari penyegaran,” kata
ArifJunus,PresidenJakarta
Underwater Hockey Club
(JUHC). Bagaimanapun,
Arif ingin anggota klubnya
merasakan atmosfer kom-
petisi setingkat Asia.
“Kebetulan, tahun ini
kita dipercaya menjadi
tuan rumah. Jadi, teman-
teman tidak perlu menge-
luarkan biaya transpor-
tasi untuk pergi ke luar
negeri,” kata Arif. Adapun
negara-negara Asia yang
bakal berpartisipasi adalah
Filipina, Singapura, Cina,
dan Jepang. Tim Indonesia
sendiri dibagi menjadi tiga,
yaitu tim putra A, tim putra
B, dan tim putri.
Juru bicara JUHC, Shasa
Sigit, mengatakan tahun
ini adalah ketiga kalinya
tim Indonesia berparti-
sipasi dalam Kejuaraan
Asia yang berlangsung dua
tahun sekali itu. Pada 2011,
kejuaraan tersebut diada-
kan di Singapura. Dua
tahun kemudian, Filipina
menjadi tuan rumah.
“Kami tidak menang, tapi
pencapaiannya sudah
jauh lebih baik daripada
2011,” kata dia. Saat itu,
tim putra Indonesia finis di
posisi keempat. Tahun ini,
tim putra itu ditargetkan
menjadi runner-up.
Menurut Arif, setelah
Ramadan selesai nanti,
latihan tim akan semakin
intens.“Negara-negara lain
sebenarnya sama dengan
kita—anggota-anggota tim
mereka adalah pekerja-
pekerja,” ujarnya. “Tapi,
menjelang kejuaraan, mere-
ka biasanya berlatih setiap
hari. Kami ingin menge-
jar mereka. Jadi, setelah
Lebaran,latihan kami tidak
hanya di hari Senin dan
Kamis, tapi juga Sabtu-
Minggu.”
Kendati mereka bukan
atlet profesional, ada bebe-
rapa standar yang dibeban-
kan kepada setiap pemain
agar bisa layak tampil di
Hoki Air: Menyodok
Piringan di Dasar Kolam
H
oki air dimainkan di kolam berukuran 25 x 15
meter dengan kedalaman 2-4 meter. Setiap game
dimainkan dua tim yang masing-masing terdiri atas
10 orang. Enam orang berada di area permainan, sedang-
kan empat lainnya berada di pinggir. Empat orang itu bisa
mengganti enam orang yang berada di area permainan
kapan saja dalam satu game.
Tujuan permainan ini sederhana: memasukkan puck
(piringan berdiameter 8,4 sentimeter, dengan tebal 3
sentimeter, dan berat 1,5 kilogram) ke gawang lawan. Pada
awal permainan, puck tersebut diletakkan di dasar kolam,
di tengah-tengah area permainan. Kedua tim bersiap di sisi
masing-masing, dengan satu tangan menempel di dinding
kolam. Begitu peluit dibunyikan, kedua tim, di mana
masing-masing pemain memegang stick untuk menggiring
puck, langsung berlomba menyelam ke dasar kolam untuk
merebut puck dan berusaha memasukkannya ke gawang
lawan. Setiap game terdiri atas 3 x 15 menit permainan,
dengan selingan istirahat selama tiga menit.
Kejuaraan Asia nanti.
“Yang pertama, soal fisik.
Kami biasanya melakukan
beep test (untuk mengu-
kur kapasitas penyerapan
oksigen oleh paru-paru) di
kolam renang. Ada angka
yang kami tetapkan,” kata
salah satu pelatih, Andreas
Yufan.
Selain faktor fisik,
Andreas melanjutkan, tim
pelatih melihat skill pema-
in. “Misalnya, bagaimana
stickworkmereka—apakah
mereka bisa menggiring
puck dengan baik,”ujarnya.
“Pemahaman formasi juga
penting. Dia harus tahu
bagaimana memposisikan
diri karena kami tidak bisa
banyak berkomunikasi di
dalam air.”
Tentu saja, terampil ber-
main hoki air sesuai dengan
harapan Andreas membu-
tuhkan usaha ekstra,seperti
yang dialami Irene Fedelia
Sirait, seorang teknisi di
sebuah perusahaan jasa
operator komunikasi. Irene
mengenal olahraga hoki air
pada April 2014. Awalnya,
dia agak malas bergabung
lantaran olahraga itu meli-
batkan aktivitas berenang.
Tapi dia lalu memutuskan
mencobanya dan akhirnya
ketagihan. Saat ini, dia
dipercaya sebagai wakil
kapten tim putri.
Irene memulai dari awal
dengan belajar bagaimana
berenang dengan baik dan
benar.Setelah itu,dia mem-
pelajari keterampilan-kete-
rampilan dasar yang harus
dimiliki seorang pemain
hoki air. Yang paling dasar
dan penting adalah bebera-
pa teknik menenggelamkan
diri ke dasar kolam, meng-
ingat olahraga itu memang
dimainkan di dasar kolam.
“Frog-dive,” kata Irene,
menyebut salah satu tek-
nik menenggelamkan diri
dengan posisi badan tegak
lurus. Irene membutuhkan
waktu dua bulan untuk
mempelajari teknik terse-
but. Belum lagi gerakan
tambahan yang mengikuti-
nya. “Kita harus turun,
bertahan di dalam air, lalu
membentuk posisi kobra.
Itu berat. Dada terasa
panas, seperti sesak napas
dan ditekan. Untuk gerak-
an ini, saya membutuhkan
satu bulan lagi untuk mem-
pelajarinya,”kata dia.
Selain teknik meneng-
gelamkan diri, Irene harus
mempelajari keterampilan-
keterampilan lain, seperti
menggiring dan menembak
puck (kepingan hoki), serta
membengkokkan tubuh
untukmelindungipuck.Hal
itu juga tidak mudah lan-
taran semuanya dilakukan
dengan menahan napas.
Tapi, alih-alih menyerah,
Irene malah merasa ter-
tantang. “Saya penasaran,”
ujarnya.
Rasa penasaran itu, kata
Irene, membuat dirinya dan
teman-teman lain hampir
tidak pernah absen dalam
sesi-sesi latihan setiap
Senin dan Kamis, seberat
apa pun menu latihannya.
Mereka pun memiliki isti-
lah untuk menyebut keta-
gihan bermain hoki air.
“Yang rajin berlatih bia-
sanya diolok rekan sesama
tim, ‘Tuh, dia udah mulai
keracunan kaporit’,” tutur
Irene.
TEMPO/DHEMAS REVIYANTO
Irene Fedelia Sirait